• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persiapan Panen

Kegiatan pemanenan dimulai dari persiapan panen. Kegiatan persiapan panen yang dilakukan meliputi: kebutuhan tenaga kerja, persiapan kondisi hanca panen, penetapan seksi potong buah, penetapan luas hanca kerja pemanen, penetapan luas hanca permandoran, peralatan panen, dan lingkaran pagi.

Persiapan kondisi hanca panen harus diperhatikan agar proses pemanenan berjalan dengan lancar. Kondisi panen yang harus diperhatikan seperti titi panen, jalan pikul, jalan tengah, piringan dan TPH. Persiapan panen di Afdeling VIII sudah cukup baik, namun untuk persiapan kondisi areal panen terdapat pokok yang tidak memiliki piringan yang utuh atau tanaman tidak memiliki luas piringan 2.5 m, seperti tanaman yang dekat dengan parit. Tanaman di pinggir parit ini menyebabkan pada saat pelaksanaan pemanenan terjadi kehilangan hasil (losses), yaitu buah yang dipanen jatuh ke parit.

Mutu Panen

Mutu panen harus tetap dijaga untuk memperoleh hasil yang optimal. Mutu panen erat kaitannya dengan kriteria matang panen, buah mentah yang dipanen, jumlah brondolan yang tidak dikutip, dan pemotongan gagang panjang. Berdasarkan pengamatan terhadap 50 TPH yang diamati penulis di Afdeling VIII, didapat persentase mutu panen 0% buah kurang matang, 93.32% buah matang, 5.15% buah lewat matang, dan 1.22% tandan kosong. Hal ini menunjukkan bahwa mutu panen di afdeling ini kurang baik, karena berdasarkan persentase buah lewat matang dan tangkai kosong yang dihasilkan cukup besar yaitu 6.37%. Menurut Pahan (2008), hasil potong buah dikatakan baik jika komposisi buah matang sebesar 98% dan buah mentah serta busuk maksimum 2%. Hasil pengamatan mutu buah di lapangan yang dilakukan penulis dapat dilihat pada Lampiran 6.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan pada bulan pertama dan kedua penulis belum menemukan buah kurang matang yang dipanen, namun pada saat sortasi di pabrik yakni pada bulan ketiga penulis menemukan buah

kurang matang. Hasil pengamatan sortasi buah di pabrik dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengamatan Mutu TBS melalui Sortasi Buah di Pabrik Kelapa Sawit. Afdeling No Polisi (truk) Trip Mutu TBS Mentah Matang Kurang Matang Lewat

Matang Tankos Busuk

Tangkai Panjang VII 8345 I 0 282 0 10 0 2 0 II 0 319 3 8 0 0 0 III 0 258 1 0 0 0 0 VIII 8426 I 0 275 0 9 0 3 4 II 0 231 2 8 3 0 0 III 0 233 2 1 0 0 2 IX 8730 I 0 311 3 7 4 0 2 II 0 368 3 9 6 2 0 III 0 288 0 0 0 2 1 Persentase (%) 0 96.36 0.53 1.95 0.49 0.34 0.34 Sumber : Pengamatan Penulis di Pabrik Kelapa Sawit PT. Panca Surya Agrindo (Mei, 2012)

Tabel 6 menunjukkan bahwa mutu panen sangat rendah.hal ini dapat dilihat dari persentase buah matang hanya 96.36% dan persentase buah kurang matang, lewat matang, buah busuk dan tandan kosong yang cukup tinggi. Mutu buah yang rendah dapat mengakibatkan rendemen menjadi rendah dan asam lemak bebas meningkat. Pada saat mutu panen kurang bagus menyebabkan rendemen di PT. Panca Surya Agrindo menjadi 23.5%. biasanya PT. Panca Surya Agrindo selalu memperoleh rendemen lebih besar dari 24%.

Buah kurang matang dan lewat matang erat kaitannya dengan kriteria matang panen. Kriteria matang panen yang diterapkan di PT. Panca Surya Agrindo dapat dilihat dari jumlah berondolan yang jatuh pada piringan, yaitu 2 berondolan/ kg TBS. Bobot Tandan Rata-Rata (BTR) rata–rata di afdeling VIII adalah 20 kg, oleh karena itu kriteria matang panen yang diterapkan di Afdeling VIII adalah 40 berondolan per TBS. Pada saat buah telah dipotong, berondolan yang jatuh di piringan dapat mencapai 1 : 4 atau setara dengan 160 berondolan.

Buah yang dipanen kurang dari 40 berondolan termasuk buah yang kurang matang. Dari data kualitas panen di atas dapat dilihat bahwa masih terdapat pemanen yang memanen buah dengan tidak memperhatikan standar kriteria matang panen. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pemanen yang mau

mengejar kapasitas panen yang sudah ditetapkan perusahaan yaitu 3 ton dengan basis 1 ton per hari dan supaya mendapatkan premi padahal pada saat jumlah buah matang panen rendah. Basis yang ditetapkan di PT. Panca Surya Agrindo selalu sama pada saat panen tinggi maupun pada saat panen rendah. Hal ini memungkinkan terjadinya mutu panen yang kurang baik pada saat panen rendah karena kapasitas yang harus dipenuhi terlalu tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan Kaban (2011) pada magang skripsi, kapasitas panen yang ditetapkan di perusahaan tersebut hanya 1.8 ton.

Buah lewat matang juga dapat mengakibatkan mutu panen turun. Buah lewat matang dapat meningkatkan asam lemak bebas. buah lewat matang dapat dikarenakan rotasi panen yang tidak teratur. Rotasi panen yang ditetapkan di PT. Panca Surya Agrindo adalah rotasi 6/7 artinya dalam 7 hari ada 6 hari seksi panen.

Kebutuhan Tenaga Panen

Di Afdeling VIII terdapat 29 blok yang dibagi menjadi 6 seksi panen atau disebut kapel. Setiap kapel dipanen dalam satu hari. Umumnya seorang mandor melakukan kegiatan sorong panen agar putaran selanjutnya pada kapel panen tidak terdapat buah lewat matang dan tetap menjaga rotasi 6/7. Pada kenyataan di lapangan, hari rotasi panen pernah mencapai 8, hal ini disebabkan karena pada saat panen turun hujan dan hari libur nasional, sehingga pemanen tidak dapat menyelesaikan hanca panennya sehingga blok yang dipanen kadang–kadang tidak sesuai dengan kapel yang telah ditetapkan.

Selain itu, buah lewat matang terjadi karena pemanen sengaja tidak memanen buah yang sudah matang dikarenakan pokok yang akan dipanen terlalu tinggi. Hal ini berkaitan juga dengan tenaga kerja yang kurang. Pemanen selalu mengejar waktu untuk dapat menyelesaikan hanca yang telah ditetapkan. Hanca yang ditetapkan untuk satu orang pemanen terlalu luas, sehingga pemanen selalu memburu waktu. Luas hanca panen yang diberikan kepada pemanen di Afdeling VIII berkisar 4-7 ha. Menurut Pahan (2008), hanca panen yang diberikan kepada pemanen berdasarkan kemampuan rata-rata pemanen berkisar 1.5 - 4 ha.

Kebutuhan tenaga panen pada tanggal 16 Maret 2012 pada kapel E dan A dengan luasan 143.45 ha, AKP 16.7%, BTR 21 kg, populasi tanaman 132/ha, dan kapasitas panen 3,000 kg/ HK dapat diperoleh sebagai berikut :

Kebutuhan tenaga panen . ha x . x kg x , kg /ha

= 21 orang

Berdasarkan perhitungan di atas, tenaga panen yang digunakan di afdeling VIII adalah 21 orang, padahal jumlah tenaga panen di Afdeling VIII adalah 40 orang. Tenaga panen yang tidak memanen bekerja sebagai pekerja harian seperti penunasan, rawat jalan, garuk piringan, pelangsiran, dan lain–lain. Hal ini dapat dilihat bahwa penggunaan tenaga kerja di PT. Panca Surya Agrindo ini kurang efektif atau bisa disebut dengan pengekploitasian tenaga kerja dengan menetapkan kapasitas panen yang harus dicapai terlalu tinggi dan penggunaan tenaga panen ke pekerjaan lain supaya premi yang harus dikeluarkan untuk pemanen tidak terlalu tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa upah pekerjaan harian lebih rendah dari pada pekerjaan panen. Menurut Pahan (2008) bahwa biaya Rp/ton TBS dari lebih borong atau luar dinas tidak boleh lebih tinggi dari biaya Rp/ton TBS dalam dinas. Sebagai ketentuan, premi lebih borong maksimum 50% dari gaji rata-rata.

Berdasarkan ketetapan tersebut, jumlah tenaga kerja yang seharusnya jika kapasitas panen 1,500 kg adalah 42 orang. Penggunaan tenaga kerja yang kurang tepat dapat juga disebabkan oleh perhitungan angka kerapatan panen yang tidak akurat, sehingga dalam penentuan taksasi prosuksi terjadi kesalahan. Perhitungan AKP di Afdeling VIII dilakukan dengan cara mengitung buah matang yang bisa dipanen esok harinya pada dua jalan panen atau empat baris tanaman dalam satu blok. Sampel yang diambil kurang akurat karena berdasarkan luasan blok yang akan dipanen, sampel yang digunakan kurang. Sampel AKP yang harus digunakan adalah 10% dari pokok yang akan dipanen. Dua jalan panen, pokok yang dijadikan sampel lebih kurang berjumlah 132 pokok, sedangkan jumlah pokok rata–rata pada satu blok adalah 3,960 tanaman. pokok sampel yang harus digunakan adalah enam jalan panen. Ketidakakuratan ini dapat dilihat dari

perbedaan AKP yang dilakukan penulis terhadap 7 jalan panen dengan AKP yang dilakukan oleh mandor panen pada Blok N20 pada Tabel 7.

Tabel 7. Perbandingan persen Angka Kerapatan Panen berdasarkan Pengamatan Penulis dengan AKP yang dilakukan Mandor

Ulangan % AKP Penulis % AKP Mandor Selisih

I 46 25 21 II 18 11 7 III 18 10 8 IV 13 10.5 2.5 V 34 12 22 VI 29 15 14 Selisih rata-rata 12.4

Sumber : Pengamatan penulis di lapangan (Maret – April, 2012)

Tabel 7 menunjukkan bahwa AKP yang dilakukan di Afdeling VIII jauh lebih rendah. Terdapat jauh perbedaan dengan pengamatan yang dilakukan penulis terhadap 7 jalan panen. Hal ini dapat menyebabkan salah satu faktor jumlah tenaga kerja yang digunakan di Afdeling VIII lebih sedikit dari yang seharusnya.

Kehilangan Hasil

Berondolan yang tidak dikutip dan buah matang yang tidak dipanen termasuk kehilangan hasil pada saat panen. Kehilangan hasil (losses) berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan. Tingkat kehilangan hasil yang tinggi dapat menurunkan produksi hasil dan menurunkan premi yang dihasilkan pemanen. Tingkat kehilangan hasil di PT. Panca Surya Agrindo masih tergolong tinggi. Ketetapan dari PT. Panca Surya Agrindo tingkat kehilangan hasil yang ditoleransi adalah 0.16 kg/ha, namun pada kenyataan di lapangan tingkat kehilangan hasil masih di atas standar, yaitu 0.18 kg/ha. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan penulis terhadap 10 pemanen seperti pada Tabel 8.

Tabel 8. Pengamatan Berondolan yang Tertinggal per Hektar

Pemanen Ulangan rata - rata losses (kg)

I II III 1 28 16 13 19.00 0.21 2 5 8 11 8.00 0.08 3 15 25 10 16.66 0.18 4 13 12 16 13.66 0.15 5 21 12 20 17.66 0.19 6 11 17 22 16.66 0.18 7 5 18 20 14.33 0.15 8 22 14 17 17.66 0.19 9 17 13 21 17.00 0.18 10 30 24 27 27.00 0.30 rata – rata 0.18

Sumber : Pengamatan Penulis di Lapangan(April, 2012)

Berdasarkan pengamatan di lapangan berondolan yang tertinggal dapat diakibatkan karena pemungut berondolan yang mengejar waktu supaya tidak terlalu jauh tertinggal oleh pemanen. Hal ini disebabkan oleh kurangnya tenaga panen yang digunakan, sedangkan kapasitas panen yang ingin dipenuhi terlalu tinggi. Selain itu, pengawasan panen yang kurang intensif oleh mandor. Berondolan yang tertinggal biasanya banyak terjadi di piringan, yaitu tertimbun oleh tanah pada saat menjatuhkan buah. Namun, ada juga pemungut berondolan yang sengaja menimbun berondolan di dalam tanah agar tidak terlihat atau membuang berondolan ke semak–semak. Hal ini dilakukan oleh pemungut berondolan dikarenakan kurangnya pengetahuan pemungut berondolan terhadap premi yang dihasilkan dari berondolan dan ingin cepat selesai.

Basis dan Premi Panen

Basis merupakan ketentuan yang harus dipenuhi pemanen dalam pekerjaan panen tersebut. Premi panen adalah suatu penghargaan atau intensif dari perusahaan kepada pemanen yang telah menjalankan tugasnya dengan baik. Selain basis dan premi, pemanen juga mendapatkan bonus panen yang didapatkan 1 tahun sekali sebanyak 3 bulan gaji.

Basis panen merupakan syarat dasar yang harus dipenuhi pemanen setiap harinya. Basis panen yang diterapkan di PT. Panca Surya Agrindo adalah basis

janjang yaitu 1 ton/ HK atau setara dengan lebih kurang 50 janjang. Pemanen yang tidak dapat memenuhi basis pada hari itu harus menggantinya di hari yang lain. Rata –rata pemanen di PT. Panca Surya Agrindo mampu menghasilkan output 3 ton/HK. Oleh karena itu, basis yang ditetapkan jarang tidak tercapai kecuali terjadi kecelakaan kerja. Kapasitas panen di afdeling VIII dapat dilihat dari pengamatan 10 pemanen pada Tabel 9.

Tabel 9. Output Pemanen per Hari

No

Nama Pemanen

Jumlah TBS yang dipanen pada Blok

M19-M21 dan N17-N18 Σ TBS Rata - Rata

Bobot Rata – Rata (kg) Ulangan I Ulangan II Ulangan III

1 Mesiaro 184 214 159 185.66 3,899 2 Haris 120 165 150 145.00 3,045 3 Sukman 213 183 122 172.66 3,626 4 Hasrat 172 210 115 165.66 3,479 5 Sarmidi 216 280 168 221.33 4,648 6 Alianus 64 140 55 86.33 1,813 7 Abieli 209 266 170 215.00 4,515 8 Yapao 168 163 170 167.00 3,507 9 Sojanolo 214 228 191 211.00 4,431 10 Erwin 117 165 135 139.00 2,919 Rata–rata 3,588 Sumber : Data Pengamatan Penulis di Lapangan (Maret, 2012)

Premi panen diperoleh dari sisa basis yang telah dipenuhi pemanen. Premi di PT. Panca Surya Agrindo ada tiga tingkatan yaitu premi I, premi II, dan premi III. Perkalian premi tergantung dengan tahun tanam tanaman yang dipanen. Basis dan premi untuk afdeling VIII pada bulan Maret 2012 dapat dilihat dari perhitungan sebagai berikut :

• Pemanen

Basis = 1,000 kg

HK = 575

Total output = 1,844,490 kg Total 10% berondolan = 183,110 kg Sisa dari 10% berondolan = 14,334 kg

Premi = total output – total basis – berondolan = 1,844,490 kg – 575,000 kg – 183,110 kg

= 1,086,380 kg

Premi berondolan = 183,110 kg x Rp. 120 / kg = Rp. 21,973,200

Premi I = HK x ketetapan premi I x harga premi I = 575 x 500 kg x Rp. 25/kg = Rp. 7,187,500 II = HK x ketetapan premi I x harga premi I

= 575 x 500 kg x Rp. 30/ kg = Rp. 8,625,000

III = (total premi – (kg premi I + kg premi II) + sisa dari 10% berondolan) x harga premi III

= (1,086,380 kg – 575,000 kg + 14,334 kg) x Rp. 35/ kg = Rp. 18,399,990

Premi pemanen = premi I + premi II + premi III + premi berondolan = Rp. 53,185,690

• Mandor panen

Premi mandor = (total output – total basis pemanen) x Rp. 2.25/ kg = (1,844,490 – 575,000) kg x Rp 2.25/ kg = Rp. 2,856,353 • Kerani panen = total output x Rp. 1.2/ kg = 1,844,490 kg x Rp 1.2/ kg = Rp. 2,213,388 Biaya Panen

Contoh perhitungan biaya per kg pada bulan maret 2012 : 1. Jumlah upah = jumlah HK x upah

= 575 x Rp. 72,748 = Rp. 41,830,100

2. Upah/ kg = jumlah upah / produksi

= Rp. 41,830,100 / 1,844,490 kg = Rp. 22.68 / kg

3. Produksi = 1,844,490 kg

= Rp. 31,212,490

5. Premi berondolan = kg berondolan x Rp. 120 = 183,110 kg x Rp. 120/ kg = Rp. 21,973,200

6. Premi/ kg = (premi panen + premi berondolan) / produksi = (Rp. 31,212,490 + Rp. 21,973,200) / 1,844,490 kg = Rp. 28.83 / kg

7. Jumlah biaya / kg = (jumlah upah + premi panen + premi berondolan) / produksi

= (Rp. 41,830,100 + Rp. 31,212,490 + Rp. 21,973,200) / 1 844,490 kg

= Rp. 51.51 / kg

Organisasi Panen

Kegiatan panen harus terorganisasi dengan baik agar dapat berjalan lancar dan mencapai target produksi yang diinginkan. Organisasi yang baik dapat mendukung tujuan perusahaan untuk memperoleh produksi setinggi–tingginya dengan kadar ALB yang rendah.

Pada Afdeling VIII terdapat dua mandoran panen. Kemandoran I terdiri dari 21 orang pemanen dari satu orang mandor, kemandoran II terdi dari 19 orang pemanen dari satu orang mandor. Kedua mandor tersebut dibantu oleh 2 orang kerani panen.

Hal yang terpenting dalam organisasi panen adalah kedisiplinan pemanen. Pemanen tidak hanya bisa memanen buah sebanyak–banyaknya semata–mata untuk mengejar premi tetapi juga mementingkan kualitas buah. Seorang mandor harus menjalani pengawasan ketat terhadap pemanen agar kualitas buah tetap terjaga. Jika kualitas buah yang dihasilkan jelek, mandor akan ditegur oleh asisten dan asisten akan ditegur manager pada saat breaving pagi.

Administrasi panen merupakan kegiatan akhir yang cukup penting dalam proses produksi. Pencatatan jumlah produksi harian yang teratur dan rapi akan memudahkan dalam evaluasi kerja panen akhir bulan. Administrasi panen di afdeling VIII melibatkan mandor, kerani panen, dan kerani afdeling. Mandor

membuat laporan pagi dan sore kemudian direkap dan dicek oleh kerani panen. Kerani afdeling merekap semua laporan dari kerani panen dan melaporkan ke asisten. Pembukuan bertujuan untuk mendapatkan premi pemanen dalam satu bulan agar tidak terjadi protes dari pemanen.

Pengangkutan Buah

Pengangkutan TBS dilakukan oleh 3 orang pemuat, seorang kerani panen, dan seorang supir. Angkutan panen mempunyai peranan yang penting dalam pengangkutan TBS ke pabrik. Buah harus secepatnya diangkut ke pabrik supaya ALB tidak semakin tinggi. Buah yang telah dipanen selambat–lambat diangkut ke pabrik sebelum 24 jam.

Transportasi yang digunakan harus disesuaikan dengan produksi dan jarak panen di lapang. Kapasitas truk pengangkut TBS di PT. Panca Surya Agrindo adalah 5 – 6 ton. Kapasitas truk dalam sehari adalah 45 ton, jadi jika taksasi panen lebih dari 50 ton, truk yang dibutuhkan harus lebih dari satu.

Alat transportasi juga perlu diperhatikan, seperti kondisi truk dan ketinggian bak truk. Bak truk yang terlalu tinggi akan mengakibatkan pemuat lebih lama untuk memuat TBS. Kondisi truk yang sudah tua juga akan mengakibatkan perjalanan ke pabrik lebih lama.

Truk mulai beroperasi pukul 07.00 WIB. Trip pertama dapat dimuat ke PKS sekitar pukul 08.30 WIB dan trip terakhir pukul 20.00 WIB. Trip terakhir pengangkutan TBS biasanya juga disesuaikan dengan produksi buah di lapangan dan surat izin dari General Manager untuk penambahan waktu. Pengangkutan TBS hingga malam dapat menyebabkan terjadinya restan di pabrik. Buah restan dapat menyebabkan peningkatan ALB. Menurut Setyamidjaja (2006) Buah kelapa sawit hasil panen harus segera diangkut ke pabrik agar dapat segera diolah. Buah yang tidak segera diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas tinggi, sehingga berpengaruh kurang baik terhadap kualitas minyak. Untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas, pengolahan buah kelapa sawit harus sudah dilaksanakan paling lambat 8 jam setelah panenan.

Kecepatan pengangkutan TBS juga tergantung dari pemanen. Pemanen harus sudah mengeluarkan buah secepatnya agar pengangkutan tidak terganggu.

Oleh sebab itu, PT. Panca Surya Agrindo menerapkan peraturan bahwa pemanen harus mengeluarkan TBS terlebih dahulu lebih kurang 25 tandan baru istirahat untuk sarapan. Waktu selasai panen sangat berpengaruh dengan pengangkutan TBS ke pabrik. Panen di Afdeling VIII kadang-kadang berakhir pukul 17.00 WIB. Hal ini dapat menyebabkan pengangkutan berakhir hingga pukul 21.00 – 22.00 WIB, sehingga TBS tidak dapat langsung diolah pada hari itu.

Premi Angkutan TBS Pemuat

Contoh perhitungan biaya pemuat per kg pada bulan Maret 2012 :

HK = 87

Basis = 4,000 kg Total output = 1,844,490 kg

Premi = total output – basis pemuat = 1,844,490 kg – (87 x 4,000 kg) = 1,496,490 kg

Premi I = HK x ketetapan premi I x harga premi I = 87 x 1,667 kg x Rp. 3.5 / kg

= Rp. 507,601

Premi II = HK x ketetapan premi II x harga premi II = 87 x 1,667 kg x Rp. 5 / kg

= Rp. 725,145

Premi III = HK x (total output – premi I – premi II) x harga premi III = 87 x 1,206,432 kg x Rp. 6 / kg

= Rp. 7,238,592

Jumlah Upah = 87 x Rp. 72,748

= Rp. 6,329,076

Biaya/ kg = (premi I + premi II + premi III + jumlah upah)

= (Rp. 507,601 + Rp. 725,145 + Rp. 7,238,592 + Rp. 6,329,076) / 1,844,490 kg

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kegiatan magang ini sudah meningkatkan keterampilan penulis dalam melakukan proses kerja yang nyata di lapangan seperti dalam budidaya tanaman khususnya kelapa sawit. Penulis juga memperoleh keterampilan dan wawasan dalam pengelolaan kebun dalam aspek manajerial pada saat menjadi KHL, pendamping mandor, dan pendamping asisten.

Persiapan panen di Afdeling VIII tergolong cukup baik, namun masih ada beberapa hal di antaranya terdapat pokok yang tidak memiliki luas piringan seperti yang telah ditetapkan, sehingga menyebabkan terjadinya losses, banyaknya buah yang kurang matang sampai di pabrik dan buah yang lewat matang dan tankos di lapangan. Masalah manajemen tenaga panen berkaitan penggunaan tenaga panen yang lebih sedikit daripada standar untuk kapasitas panen (output) yang tinggi dan disertai taksasi produksi yang kurang akurat. Pengangkutan TBS yang dilakukan hingga malam dapat menyebabkan terjadinya buah restan.

Saran

Penetapan kapasitas panen (output) yang wajar perlu dilakukan untuk mengatasi kendala manajemen dalam penggunaan tenaga kerja, agar mutu TBS yang dihasilkan lebih baik dan dapat menekan buah kurang matang.

Dokumen terkait