• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Manggala I, PT. Tunggal Mirta Plantation, Minamas Plantation, Propinsi Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Manggala I, PT. Tunggal Mirta Plantation, Minamas Plantation, Propinsi Riau"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI MANGGALA I ESTATE

PT. TUNGGAL MITRA PLANTATION,

MINAMAS PLANTATION, PROPINSI RIAU

BUDI YUHARDIMAN

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Manggala I Estate PT. Tunggal Mirta Plantation, Minamas Plantation, Propinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan di dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Budi Yuhardiman

(4)
(5)

ABSTRAK

BUDI YUHARDIMAN. Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Manggala I Estate PT. Tunggal Mirta Plantation, Minamas Plantation, Propinsi Riau. Dibimbing oleh HARIYADI.

Kegiatan magang dilakukan di Kebun Manggala I PT. Tunggal Mirta Plantation, Minamas Plantation yang terletak di Desa Siarang Arang, Kecamatan Pujut, Kabupaten Rokon Hilir, Propinsi Riau dari bulan Febuari hingga Juni 2014. Kegiatan magang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan, membentuk sikap dan keterampilan kerja, menambah pengalaman serta mempelajari pengolaan pemanenan kelapa sawit baik secara teknis dan manajemen. Variabel yang diamati meliputi rotasi panen, angka kerapatan panen, manajemen tenaga kerja, pengawasan mutu panen, dan manajemen transportasi. Permasalahan pemanenan yang ditemukan di divisi I Manggala I yaitu kekurangan jumlah tenaga kerja dan kesalahan penunasan

Kata kunci: kelapa sawit, Manggala 1, pemanenan

ABSTRACT

BUDI YUHARDIMAN. Harvesting Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) at 1st Manggala Estate, PT. Tunggal Mitra Plantation, Minamas Plantation, Riau Province. Supervised by HARIYADI.

The interhensip program has been conducted at PT. Tunggal Mitra Plantation, Minamas Plantation, 1st Manggala Estate, located in the village of Siarang-arang, Pujud, Rokan Hilir, Riau Province from February to June 2014. The internship program was conducted to improve knowledge, attitude, work skill, experience, to learn the right palm oil harvest processing technically and management. Variables that observed were harvest interval, harvest density, labour management, harvest quality control, and transportation management. Harvesting problem that found at1st Manggala of 1st division were labourless and inapproriate prunning.

(6)
(7)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2014 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(8)
(9)

MANAJEMEN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI MANGGALA 1 ESTATE,

PT. TUNGGAL MITRA PLANTATION,

MINAMAS PLANTATION, PROPINSI RIAU

BUDI YUHARDIMAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(10)
(11)

Judul Skripsi : Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Manggala I, PT. Tunggal Mirta Plantation, Minamas Plantation, Propinsi Riau

Nama Mahasiswa : Budi Yuhardiman NIM : A24100001

Disetujui oleh

Dr. Ir. Hariyadi, MS Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Judul yang dipilih dalam magang yang dilaksanakan sejak bulan Februari hingga bulan Juni 2014 adalah Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Manggala 1 Estate, PT. Tunggal Mirta Plantation, Minamas Plantation, Propinsi Riau.

Pada kesempatan ini penulis ini mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Hariyadi, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, arahan, masukan, dan saran.

2. Dr. Ir. Agus Purwito MScAgr selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi.

3. Kedua orang tua tercinta Drs. Sahar Koto dan Dra. Yusni Putri atas segala doa dan dukungan yang diberikan.

4. Manggala I Estate sebagai tempat pelaksanaan magang yang telah menerima penulis dengan sangat baik, membantu, dan memberikan masukan.

5. Bapak Wilmar Marpaung selaku manager kebun Manggala I Estate, Bapak Ehen Darman selaku senior asisten, Bapak Jones Darso selaku Mandor I, dan seluruh mandor di kebun Manggala I divisi I yang selalu memberikan bantuan selama penulis melaksanakan magang.

6. Nadia Rehulina Ginting, SP., teman-teman Departemen Agronomi dan Hortikultura angkatan 47, dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(14)
(15)

DAFTAR ISI

Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit 3

Pemanenan Kelapa Sawit 4

Letak Geografis Kebun dan Letak Wilayah Administratif 7

Keadaan Iklim dan Tanah 7

Keadaan Tanaman dan Produksi 8

Luas Areal dan Tata Guna Lahan 8

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 9

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10

Pengendalian Gulma 10

Pengendalian Hama dan Penyakit 13

Pemupukan 14

Leaf Sampling Unit (LSU) 17

(16)

DAFTAR TABEL

1 Produksi TBS per tahun tanam kebun Manggala I tahun 2008-2013 8 2 Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan tata guna lahan kebun Manggala I 9 3 Komposisi Jumlah Tenaga Kerja kebun Manggala I 10 4 Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman 18 5 Luasan seksi panen divisi I kebun Manggala I 19 6 Tingkat kematangan dan kriteria panen kebun Manggala I 20

7 Deskripsi alat-alat panen 21

8 Rotasi panen divisi I kebun Manggala I selama 4 bulan 24 9 Hasil pengamatan angka AKP rencana dan realisasi divisi I 25 10 Hasil uji-t umur pemanen dan lama kerja terhadap rata-rata jumlah

tandan hari-1 27

11 Mutu buah pemanen di divisi I kebun Manggala I 28 12 Pengawasan hancak pemanen di divisi I kebun Manggala I 29

13 Pengamatan tranportasi TBS ke pabrik 30

14 Ekstraksi buah di TMF lima tahun terakhir 30

DAFTAR GAMBAR

1 Pelaksanaan penyemprotan kebun Manggala I 12

2 Pengendalian hama kebun Manggala I 13

3 Beneficial plant kebun Manggala I 14

4 Aplikasi pemupukan kebun Manggala I 15

5 Kegiatan pemupukan TM (tanaman menghasilkan) kebun Manggala I 16 6 Penunasan pelepah kelapa sawit kebun Manggala I 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian di kebun Manggala I divisi I

34

2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di kebun Manggala I divisi I

35

3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pedamping asisten divisi I kebun Manggala I

36

4 Peta Manggala I Estate, Tunggal Mitra Plantation 39 5 Data rata-rata curah hujan tahun 2004 - 2013 kebun Manggala I 40

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) bukanlah asli tanaman Indonesia. Tanaman ini sebagai tanaman pendatang dari Afrika Barat (Mangoensoekarjo 2007). Kelapa sawit menjadi sentra plasma nutfah pada tahun 1848, ditanam di Kebun Raya Bogor. Percobaan banyak dilakukan pada berbagai tempat di Jawa dan Sumatera. Di Sumatera Selatan ditanam di Muara Enim tahun 1869, di Musi Ulu tahun 1878, dan di Belitung pada 1890. Semua dilaporkan tumbuh dengan baik namun belum ada yang mulai membuka perkebunan secara komersial (Naibaho 1998). Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting di indonesia. Tanaman kelapa sawit masih memiliki prospek pengembamgam yang cukup cerah karena kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis, yaitu sepanjang garis khatulistiwa antara 23.5˚ lintang utara sampai 23.5˚ lintang selatan.

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi unggulan Indonesia. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena keuntungan yang dihasilkan oleh ekspor minyak Kelapa sawit memberikan devisa kepada negara. Volume ekspor minyak kelapa sawit mentah atau CPO (crude palm oil) diperkirakan akan meningkat sekitar 6.3% pada tahun 2012 (Ditjenbun 2014). Oil World memperkirakan volume ekspor CPO Indonesia akan mencapai sebesar 18.15 juta ton. Kenaikan ekspor tersebut, dalam analisanya sebagai dampak dari kenaikan produksi CPO yang perkiraannya akan tumbuh sebesar 6.2%.

Tandan buah segar (TBS) diolah di pabrik kelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya. Minyak dan inti yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit (PKS) merupakan produk setengah jadi. CPO dan minyak yang berasal dari inti sawit atau PKO (palm kernel oil) harus diolah lebih lanjut untuk dijadikan produk jadi lainnya (Pahan 2006). Pemanenan adalah kegiatan pemotongan buah dalam perkebunan kelapa sawit. Panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena menjadi pemasukan uang bagi perusahaan melalui penjualan CPO dan PKO. Jalan merupakan faktor penunjang dalam pemanenan untuk pengumpulan produksi mulai dari pohon sampai ke pabrik. Jalan yang diperlukan untuk pemanenan di antaranya jalan utama, jalan produksi, jalan kontrol, dan jalan pikul (Efendi dan Agus 2011).

(18)

2

Tujuan

Magang ini bertujuan mempelajari teknik budidaya tanaman kelapa sawit serta meningkatkan pengalaman mahasiswa dalam memahami dan menghayati proses kerja budidaya tanaman kelapa sawit di lapangan. Tujuan secara khusus adalah mempelajari pemanenan tanaman kelapa sawit. Kegiatan pemanenan dipelajari dari segi teknis, pengelolaan, menganalisis, serta mengatasi masalah yang dihadapi dalam pemanenan agar meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan pemanenan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi tanaman kelapa sawit (Lubis 1992) adalah sebagai berikut:

Divisi : Tracheophyta Sub divisi : Pterosida Kelas : Angiospermae Sub kelas : Monocotyledonae Ordo : Cocoideae

Famili : Palmae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatif merupakan alat perkembangan terdiri dari bunga dan buah (Purwanto 2009). Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut yang menyebar secara merata di sekitar permukaan tanah. Akar kelapa sawit juga menyebar secara vertikal. Akar tanaman kelapa sawit terdiri dari akar primer, akar sekunder, dan akar kuartener. Akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuartener yang berada di kedalaman 0-60 cm dengan jarak 2-3 m dari pangkal pohon (Pahan 2008).

Tanaman kelapa sawit memiliki batang yang lurus, tingginya bisa mencapai 13-18 m. Fungsi utama batang kelapa sawit sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar melalui xilem serta mengangkut hasil fotosintesis melalui floem. Batang kelapa sawit berbentuk silinder sekitar 10 cm pada tanaman muda hingga 75 cm pada tanaman tua (Effendi dan Agus 2011). Bagian bawah batang yang agak membesar disebut bonggol.

(19)

3

adalah pola susunan daun pada batang dan sangat menarik karena polanya sangat jelas pada tanaman kelapa sawit. Pola spiral dihitung dari titik tumbuh mengikuti

sudut divergen yang besarnya 137.5˚ (Effendi dan Agus 2011). Pola spiral kanan

atau spiral kiri tergantung pada genetik tanaman.

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 2.5 tahun. Tanaman kelapa sawit termasuk dalam tanaman monoecious karena pada 1 pohon terdapat bunga jantan dan bunga betina, tetapi tidak pada tandan yang sama. Bunga sawit muncul dari ketiak daun yang disebut infloresen. Infloresen dibedakan berdasarkan spikelet. Bunga kelapa sawit merupakan bunga majemuk yang terdiri dari kumpulan spikelet dan tersusun dalam infloresen yang berbentuk spiral (Pahan 2008). Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman berumah satu. Umumnya tanaman kelapa sawit melakukan penyerbukan silang.

Buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri dari pericrap

yang terbungkus oleh kulit (exocarp), dan cangkang (mesocarp) yang membungkus 1-4 inti. Buah kelapa sawit berukuran kecil antara 12-18 gbutir-1 yang duduk pada bulir (Naibaho 1998). Bulir kelapa sawit bersatu membentuk tandan. Tandan kelapa sawit terdiri dari 2000 buah sawit dengan tingkat kematangan yang bervariasi. Buah kelapa sawit yang pertama kali keluar disebut buah pasir. Buah pasir adalah buah yang belum bisa diolah dalam pabrik karena masih mengandung minyak yang rendah (Naibaho 1998). Buah dianggap matang saat warna buah berubah dari warna hitam saat muda dan berubah menjadi warna merah jingga saat matang.

Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

Faktor Iklim

Tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik dengan curah hujan sekitar 2 000-2 500 mmtahun-1. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 24-28 ˚C dan kelembapan 80% (Lubis 1992). Suhu terkait dengan garis lintang dan elevasi di suatu daerah. Tanaman kelapa sawit liar dapat tumbuh dan menghasilkan buah pada ketinggian 1 300 m dari permukaan laut (dpl).

Faktor Tanah

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada tanah mineral, gambut, dan pasang surut. Lahan yang baik untuk tanaman kelapa sawit harus mengacu 3 faktor, yaitu lingkungan, sifat fisik tanah, dan kesuburan tanah (Pahan 2008). Lahan untuk menanam kelapa sawit harus memiliki tingkat keasaman (pH) yang optimum adalah 5.0-5.5. Tanaman kelapa sawit dapat dioptimalkan potensinya bila ditanam di lahan gambut.

(20)

4

Pemanenan Kelapa Sawit

Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Kegiatan panen memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan buah yang berkualitas. Hasil panen panen utama kelapa sawit adalah buah kelapa sawit, sedangkan hasil pengolahan buah adalah minyak kelapa sawit. PPKS (2007) menyatakan panen adalah kegiatan pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik.Pelaksanaan proses pemanenan perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu untuk mencapai tujuan dari pemanenan yaitu di antaranya kriteria matang panen, cara panen, rotasi, dan sistem panen, serta mutu panen harus diikuti. Kriteria tersebut bertujuan untuk menciptakan produksi hasil yang maksimum dan baik serta rendemen minyak yang tinggi (Satyawibawa dan Widyastuti 1999).

Tanaman belum menghasilkan secara umum dapat dialihkan menjadi tanaman menghasilkan setelah mencapai umur 30 bulan dan ditandai dengan persentase jumlah pohon yang sudah berbuah matang panen > 60% dengan berat tandan rata-rata 3 kg (Risza 2006). Pemanenan kelapa sawit perlu memperhatikan beberapa ketentuan umum agar TBS yang dipanen sudah matang, sehingga minyak kelapa sawit yang dihasilkan bermutu (Setyamidjaja 2006).

Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3-4 tahun dan buahnya umumnya dipanen setelah berumur 6 bulan terhitung sejak penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya, dari warna hijau pada buah yang masih muda menjadi berwarna merah jingga pada waktu buah masak. Buah kelapa sawit akan yang lewat matang akan terlepas dari tangkai tandannya dan disebut brondolan (Satyawibawa dan Yustiana 1992). Buah kelapa sawit dikatakan masak apabila warna buah berubah dari warna hitam menjadi merang jingga. Buah yang matang akan terlepas dari tandannya. Semakin banyak buah kelapa sawit yang membrondol maka buah dinyatakan semakin matang (Satyawibawa dan Yustiana 1992). Untuk mempermudah pengolahan dan penyeragaman kualitas tandan maka ditetapkan kriteria matang panen.

Peralatan yang digunakan oleh para pemanen terdiri dari egrek, dodos, gancu, dan angkong. Selain itu, pemanen juga perlu dibekali dengan alat pelindung diri, seperti helm, sepatu, dan sarung egrek. Pengoptimalan panen juga dipengaruhi dari persiapan sarana panen yang meliputi pengerasan jalan, pembuatan titi panen, pembuatan jalan pikul, dan pembuatan tempat penampungan hasil

Kriteria panen merupakan salah satu faktor yang dapat membantu pemanen untuk menentukan waktu layak panen. Tingkat kematangan buah kelapa sawit dapat diketahui dari perubahan warna buah. Buah kelapa sawit berwarna hijau akan berubah menjadi warna merah atau oranye yang menandakan bahwa minyak sawit yang terkandung di dalamnya telah maksimal dan buah akan lepas dari tandannya (Sunarko 2007).

(21)

5

di sekitar pohon agar tidak tertinggal. Seluruh pelepah yang dipotong disusun pada gawangan mati dan kemudian mengangkat TBS ke tempat pengumpulan hasil (TPH) untuk kemudian dipotong tangkainya dan diberikan nomor panen (Setyamidjaja 2006)

Rotasi panen bertujuan untuk mempermudah dan meningkatkan efisiensi panen. Rotasi panen dilakukan 6/7, yang artinya 6 hari waktu kerja dan satu hari waktu istirahat.Rotasi panen erat hubungannya dengan kerapatan panen, kapasitas pemanen, dan menjadi salah satu faktor pembatas dalam menentukan produksi TBS, kualitas atau mutu buah, mutu transport, pengolahan TBS di pabrik kelapa sawit (PKS), dan biaya eksploitasi (Pahan 2008). Kerapatan panen merupakan perkiraan jumlah pokok yang akan dipanen pada satu blok dalam satu hari panen. Kerapatan panen yang tinggi biasanya terjadi pada bulan panen puncak dan kerapatan panen yang rendah terjadi pada trek atau bulan rendah. Perhitungan kerapatan panen dilakukan sehari sebelum pelaksanaan panen dengan pengambilan contoh.

Pengangkutan buah dibagi menjadi dua, yaitu pengangkutan dari pokok ke TPH dan pengangkutan dari TPH ke pabrik. Pengangkutan dalam industri perkebunan kelapa sawit menempati posisi yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu produksi. Oleh karena itu pengangkutan juga menempati urutan yang penting dalam sistem pemanenan kelapa sawit (Sutrisno dan Winahyu 1991). Pengangkutan TBS dan brondolan adalah kegiatan pengangkutan dari tempat penampungan hasil ke pabrik kelapa sawit pada setiap hari panen. TBS dan brondolan harus diangkut secepatnya ke pabrik agar mutu minyak yang dihasilkan tetap bermutu baik.Mutu kelapa sawit yang dihasilkan diharapkan memiliki rendemen yang tinggi dan kadar asam lemak bebas < 3% (Sunarko 2007).

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di kebun Manggala I, PT. Tunggal Mitra Plantation, Minamas Plantation yang terletak di Desa Siarang-arang, Kecamatan Pujut, Kabupaten Rokon Hilir, Propinsi Riau. Kegiatan magang dilaksanakan dari bulan Februari sampai Juni 2014.

Metode Pelaksanaan

Metode magang yang digunakan adalah melaksanakan seluruh kegiatan yang sudah berjalan di perusahaan, baik dengan metode langsung maupun metode tidak langsung yang bertujuan memperoleh data primer dan data sekunder. Metode langsung adalah praktek kerja langsung ke lapang (untuk mendapatkan data), wawancara, dan diskusi. Metode tidak langsung dilakukan melalui pengumpulan laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip kebun.

(22)

6

Selama kegiatan berlangsung penulis mencatat prestasi kerja pada jurnal harian kebun. Kegiatan yang dilakukan sebagai KHL adalah mengikuti pekerjaan yang sudah ditentukan waktunya oleh perkebunan seperti pemeliharaan panen, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, penunasan, hingga pemanenan.

Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor adalah menyusun rencana kegiatan harian, menentukan jumlah tenaga kerja, memimpin apel pagi, mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh KHL, mengarahkan karyawan, membuat laporan harian mandor, dan mengisi administrasi pada tingkat mandor. Mandor yang diikuti selama magang adalah mandor I, mandor panen, mandor perawatan, mandor pupuk, mandor semprot, krani divisi, dan krani panen.

Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping asisten divisi (dibawah bimbingan asisten yang ditunjuk) antara lainmemimpin karyawan pada apel pagiserta membuat rencana kerja harian dan bulanan. Kegiatan magang dilakukan agar mengetahui masalah pada manajemen panen, aspek panen, serta aspek peramalan produksi. Pengamatan pemanenan dimulai dengan pencatatan produksi, tenaga panen, kriteria panen, sistem dan rotasi panen, pengangkutan TBS,dan saat peramalan produksi.

Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data sangat diperlukan dalam kegiatan magang. Data yang diperlukan selama kegiatan magang adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung meliputi taksasi produksi, pelaksanaan panen, kinerja tenaga panen, kehilangan produksi, kriteria panen, rotasi panen, kerapatan panen, sistem panen, pelaksanaan panen, kapasitas pemanen, organisasi panen, administrasi, sarana dan prasarana panen, dan pengangkutan hasil panen TBS. Data sekunder yang diperoleh dari perkebunan meliputi lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, dan struktur organisasi perusahaan. Pengamatan yang dilakukan adalah :

Kebutuhan tenaga panen. Pengamatan kebutuhan tenaga panen harian dilakukan berdasarkan taksasi produksi harian. Kebutuhan tenaga panen harian diketahui dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

T = Tenaga kerja pemanen (HK)

A = Luas kadvel (ha) atau kebun yang dipanen setiap hari B = Kapasitas panen (kg/orang/hari)

C = Kerapatan panen (%)

D = Rata – rata bobot tandan (kg) E = tanaman per ha

(23)

7

contoh sebanyak 400 tanaman atau 10% dari total tanaman pada blok tersebut dari jumlah populasi. Kerapatan panen dapat diketahui melalui taksasi produksi yang ditentukan.

Kerapatan panen = 100%

Hancak pemanen. Pengamatan dilakukan pada 15 pemanen dengan mengamati jumlah buah masak yang tidak dipanen, jumlah brondolan yang tidak dikutip, serta kondisi tunasan. Jumlah pohon yang diamati adalah 100 pohon dengan tiga kali ulangan. Pengamatan hancak panen di lakuakan bertahap di mulai dari menghitung jumlah masak yang tidak dipanen, jumlah brondolan yang tidak dikutip dan kondisi tunasan.

Mutu buah. Pengamatan mutu buah dilakukan pada 15 pemanen yang berbeda, jumlah buah yang diamati 120 tandan. Parameter untuk mutu buah adalah buah matang, buang kurang matang, buah mentah, dan buah busuk.

Pengangkutan TBS. Pengamatan yang akan dilaksanakan lama pengangkutan dari kebun sampai ke pabrik, jumlah pekerja, dan jumlah kendaraan yang digunakan.

Analisis Data dan Informasi

Analisis yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dari kegiatan di perkebunan kelapa sawit adalah analisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mencari nilai rata-rata dan persentase yang kemudian dideskripsikan dengan pembanding norma baku dan standar yang berlaku di perusahaan ataupun melalui studi pustaka. Analisis kuantitatif digunakan dengan menggunakan analisis statistik uji t-student. Uji t-student digunakan untuk membandingkan suatu data yang diperoleh.

KEADAAN UMUM

Letak Geografis Kebun dan Letak Wilayah Administratif

PT. Tunggal Mitra Plantation terbagi dalam tiga kelompok kebun, yaitu perkebunan Manggala I, Manggala II, dan Manggala III. Secara geografis letak Kebun Manggala IEstate PT. Tunggal Mitra Plantations terletak di Desa Siarang-arang, Kecamatan Pujut, Kabupaten Rokan Hilir, Propinsi Riau. Lokasi kebun Manggala I, PT. Tunggal Mitra Plantations terletak pada kordinat

107°37’35.32”BT -100° 45’45.79” BT dan 0.1° 28’ 53.63” LU.

Keadaan Iklim dan Tanah

(24)

8

adalah curah hujan dan hari hujan. Rata-rata hari hujan dan curah hujan bulan Januari 2003 hingga Desember 2013 adalah sebesar 95 hari dan 1 895 mm , kodisi tersebut telah termasuk kondisi curah hujan yang optimum untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit (Pahan 2008).

Keadaan topografi kebun Manggala I sebagian besar tanah mineral, tetapi ada sebagian tanah gambut yang terdapat pada spot-spot tertentu.vKebun Manggala I memiliki dua jenis topografi tanah yaitu datar dan bergelombang. Topografi tanah datar meiliki kemiringan 0-4%, sedangkan pada tanah bergelombong adalah 4-12%. Luas masing-masing jenis topografi tanah, yaitu 3109 ha untuk daerah datardan 409 ha untuk daerah bergelombang. Jenis tanah pada lahan mineral adalah typic hapluduits (podsolik merah kekuningan) dengan tekstur tanah lempung liat berpasir. Kebun Manggala I memiliki tingkat kesesuaian lahan S2 (kesesuaian sedang) dengan tingkat drainase cepat dan terhambat. menggunakan jarak tanam 7.9 m x7.9 m x 7.9 m dengan jenis bibit yang berasal dari Socfindo dengan populasi 185 pokok . Berdasarkan kondisi di lapangan rata-rata populasi tanaman per hektar untuk tahun tanam 1990, 1991, 1992, 1993, 1994, dan 1998 lebih rendah dari populasi yang seharusnya yaitu sebanyak 128 tanaman. Hal tersebut disebabkan adanya tanaman yang mati karena rebah dan adanya tanaman yang di tumbang karena tangkai egrek tidak sampai.

Tabel 1 Produksi TBS per tahun tanam kebun Manggala I tahun 2008-2013

TT Luas (ha) Produksi ton tahun-1

Sumber : Kantor besar Kebun MGE 1 2014, TT = tahun tanam

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

(25)

9

dan divisi IV sebesar 896.63 ha. Kebun Manggala I memiliki tanaman menghasilkan seluas 1 103 ha dan area prasarana seluas 205.32 ha yang terdiri dari emplasmen, pabrik, jalan, jembatan, dan parit. Luas areal untuk okupasi (yang diserahkan kepada masyarakat) adalah 1 009 ha (Tabel 2).

Tabel 2 Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan tata guna lahan di kebun Manggala I

Uraian Luas (ha)

I. Areal yang diusahakan A. Areal yang ditanam

Tanaman menghasilkan 3 066.49

Tanaman BelumMenghasilkan (TBM) 618.87

Total area ditanam 3 705.36

B. Areal prasarana

Emplasmen 41.83

Pabrik 15.26

Jalan, jembatan, dan parit 138.00

Total area prasarana 195.09

II. Areal mungkin bisa ditanam

Okupasi 1 009.00

Total areal mungkin bisa ditanam 1 009.00

III. Pembibitan 10.23

Total pembibitan 10.23

Total 4 919.68

Sumber : Data Kebun MGE 1 (2014)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Manggala I Estate PT. Tunggal Mitra Plantation merupakan salah satu unit usaha dari Minamas Plantation. Kebun Manggala I dipimpin oleh satu orang manajer kebun (Estate Manager). Manajer kebun juga dibantu oleh senior asisten dan asisten. Senior asisten juga merangkap sebagai asisten divisi I, asisten replanting, dan asisten pembibitan. Asisten yang ada di kebun Manggala I terdapat pada divisi III dan divisi IV. Asisten pada divisi II belum ada, sehingga divisi II dipegang oleh penanggung jawab sementara yaitu mandor I divisi II. Struktur organisasi Manggala 1 Estate dapat dilihat pada Lampiran 6.

(26)

10

(Kasie) bertugas dan bertanggungjawab dalam bagian administrasi dan keuangan di tingkat kebun.

Tenaga kerja di kebun Manggala I terdiri dari karyawan staff dan non-staff. Tenaga kerja staff terdiri dari manajer kebun, senior asisten, asisten divisi, dan kasie. Karyawan non-staff terdiri dari serikat karyawan utama (SKU) bulanan dan harian. Tenaga kerja buruh harian lepas yang bekerjaberjumlah sekitar 10 orang,yang bertugas sebagai tenaga kerja aplikasi janjangan kosong dan pengendalian gulma manual. Jumlah karyawan di kebun Manggala I sampai dengan bulan Juni 2014 berjumlah 609 orang yang terdiri dari 5 orang staff dan 604 karyawan non-staff. Indeks tenaga kerja sebesar 0.16 HK ha-1 dan hal tersebut termasuk kategori baik karena normal indeks tenaga kerja (ITK) untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.2HKha-1 (Pahan 2008). Kebun Manggala I ingin menekan jumlah tenaga kerja dengan produksi yang tetap maksimal. Komposisi jumlah tenaga kerja di kebun ManggalaI dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Komposisi Jumlah Tenaga Kerja kebun Manggala I

Jenis Tenaga Kerja Tingkatan Karyawan Jumlah (orang) Karyawan staff

(27)

11

ditekan karena dapat merugikan tanaman pokok bahkan menurunkan produksi. Pada dasarnya pengendalian gulma dilakukan dengan tiga cara pemberantasan gulma, yaitu kimia, mekanis, dan biologi. Kegiatan pengendalian gulma diawali dengan kegiatan identifikasi gulma untuk mengetahui jenis gulma yang dominan di kebun.

Pengendalian gulma di kebun Manggala I mempunyai sistem BSS (block spraying system) dan BTP (bongkar tanaman penggangu). Pengendalian gulma secara kimia menggunakan bahan jenis herbisida dengan cara menyemprotkan herbisida ke tanaman pengganggu. Sistem penyemprotan dengan BSS mengunakan rayonisasi yang artinya bahwa kegiatan penyemprotan yang dilakukan untuk seluruh divisi di kebun Manggala I menjadi tanggung jawab dari satu divisi tertentu. Divisi yang menjadi penanggung jawab sistem BSS adalah divisi IV dimana pada divisi IV terdapat rumah BSS. Rumah BSS digunakan untuk menyimpan alat-alat penyemprotan dan perlengkapan bagi karyawan dalam pelaksanaan penyemprotan. Rumah BSS berisi sprayer, herbisida, dan perlengkapan safety seperti pakaian khusus semprot, sarung tangan, masker, sepatu bot, dan celemek. Tujuan dibangun rumah BSS adalah untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja karyawan karena mereka bekerja berhubungan dengan racun.

Saat penulis melaksanakan kegiatan magang, sistem BSS tidak berfungsi untuk mengendalikan gulma tetapi lebih fokus ke daerah replanting untuk pemupukan daun pada tanaman TBM dan pengendalian hama. Pengendalian gulma di divisi I dilakukan oleh tenaga kerja wanita yang berjumlah 6 orang, terdiri dari 5 orang tenaga penyemprot dan 1 orang pengangkut air dan pengisian racun kedalam alat semprot.

Pengendalian gulma kimia. Pengendalian gulma kimia merupakan pengendalian menggunakan herbisida. Herbisida merupakan senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan gulma baik secara selektif maupun non selektif. Pengendalian gulam kimia dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengendalian di piringan dan pengendalian di gawangan. Pengendalian gulma kimia menggunakan alat semprot RB 15. Pestisida yang digunakan adalah merek dagang Prima Up dan Meta Prima. Prima Up mengandung bahan aktif glyphosate 480g setara dengan asam glifosat 356 g l-1 dan Meta Prima yang berbahan aktif metyl metsulfuron 20%. Jenis nozel yang digunakan adalah deflektor bewarna merah dengan lebar semprot 1.5 m.

(28)

12

adalah 2 ha HK-1 dan saat penulis melaksanakan pengendalian dapat mengikuti prestasi kerja karyawan, yaitu 2 ha HK-1.

Pengendalian di gawangan. Pengendalian gulma di gawangan bertujuan untuk mengurangi kompetisi hara dan air, mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan yang lain, dan menekan populasi hama. Pengendalian gawangan dimulai dengan pembagian hanca oleh mandor. Penyemprotan dimulai dari jalan koleksi sampai ke pasar tengah setelah itu pindah sisi dari pasar tengah sampai ke jalan koleksi awal. Setiap karyawan mendapat 1 pasar rintis dengan prestasi kerja 5 ha HK-1 dan prestasi kerja penulis 2 ha HK–1 karena penulis belum berpengalaman dalam melaksanakan pengendalian gawangan. Alat semprot yang digunakan adalah RB 15 dengan kapasitas 15 L. Dosis yang digunakan untuk semprot gawangan adalah glyphosate 400 ml dan methyl metsurfuron 0.03 kg . Dalam 1 kep dosis yang digunakan adalah 100ml dengan konsentrasi 0.6% dan 7.5 g untuk methyl metsufuron dengan konsentrasi 0.05%. gambar pengendalian gulma dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Pelaksanaan penyemprotan kebun Manggala I (A) semprot piringan, (B) semprot gawangan

Pengendalian gulma manual. Pengendalian gulma manual terdiri dari rawat piringan manual, gawangan manual, dan dongkel anak kayu. Alat yang digunakan untuk pengendalian manual adalah parang, cangkul, babat, dan cados. Pengendalian gulma manual dimulai dari pencabutan kentosan di piringan dan epifit yang ada di batang kelapa sawit. Piringan merupakan areal di sekitar pertanaman kelapa sawit yang memerlukan perhatian khusus dalam pengendalian gulma dengan membersihkan selebar proyeksi tajuk kelapa sawit pada jari-jari 1.5-2 m. Piringan di sekitar tanaman kelapa sawit harus bebas gulma atau dikenal dengan zona W0 yaitu piringan harus benar-benar bersih dari semua gulma sehingga mudah dalam pengutipan brondolan dan mengurangi kompetisi unsur hara dan air karena akar halus tanaman masih berada di sekitar piringan/pokok.

Pengendalian gawangan. Gawangan memiliki fungsi yang hampir sama dengan piringan. Pengendalian gulma di gawangan bertujuan mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari, mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lain, dan menekan populasi hama (terutama pada TBM).

Gulma yang dominan tumbuh adalah kentosan, Nephrolepis biserata,

Paspalum conjugatum, Melastoma malabathricum, Borreria alata, Asystasia intrusa, dan kopi-kopian. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit yang dilaksanakan secara terpadu, yaitu mengkombinasikan cara manual, kimia, dan

(29)

13

hayati sehingga membawa hasil yang baik. Prestasi kerja karyawan adalah 3 ha HK-1. Pengendalian gulma manual saat penulis melaksanakan hanya dapat mencapai 1.5 ha HK-1, ini masih jauh dari prestasi kerja karyawan karena penulis belum memiliki pengalaman kerja dalam melaksanakan pengandalian gulma manual.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit adalah strategi pengendalian berdasarkan ekologi yang yang berwawasan lingkungan. Sebagian besar hama yang menyerang adalah golongan serangga. Konsep pengendalian hama dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup hama. Pengendalian hama di kebun Manggala I menggunakan sistem biologis. Pengendalian tikus secara biologis dengan membangun kandang burung hantu, sedangkan pengendalian ulat api dan ulat kantong pengendaliannya menggunakan pengembangan benificial plant. Gambar kandang burung hantu dan buah yang terserang hama tikus dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Pengendalian hama kebun Manggala I (A) Kandang burung hantu (B) Buah dimakan tikus

Pengendalian hama tikus. Pengendalian ini menggunakan pemasangan kandang burung hantu (BOB) dengan perbandingan 1:20, dimana terdapat 1 BOB dalam kawasan 20 ha. Pembangunan BOB bertujuan untuk menyediakan tempat tinggal bagi burung hantu dan menjadikan burung hantu sebagai musuh alami untuk mengendalikan hama tikus. Jenis burung hantu yang dipelihara adalah Tyto alba. Hama tikus pada umumnya sulit diberantas, karena daerah hidupnya sangat luas. Hama tikus dapat mengkonsumsi mesocarp ±4 ghari-1 sehingga kehilangan hasil produksi mencapai 5% dari produksi normal (Pahan 2008).

Pengendalian kumbang tanduk (Orytes rhinocheros). Kumbang tanduk dapat mengganggu pertumbuhan vegetatif kelapa sawit. Kumbang tanduk menggerek pangkal pelepah muda dan meneruskan gerekannya kearah titik tumbuh dan dapat menyebabkan batang busuk, selanjutnya menyebabkan pokok mati terutama pada TBM. Pengendalian kumbang tanduk menggunakan perangkap yang mengandung feromon. Feromon disebut juga dengan istilah fero

trap. Cara kerja fero trap adalah merangsang kumbang tanduk masuk ke dalam perangkap. Perangkap digantung ditiang penyangga yang lebih tinggi untuk tanaman TBM. Feromon dimasukkan ke dalam ember yang digantung di tiang

(30)

14

penyangga. Fero trap cukup efektif untuk mengendalikan hama kumbang tanduk karena bau yang dikeluarkan feromon mampu merangsang datangnya kumbang tanduk. Pengendalian fero trap harus selalu diperhatikan karena bukan kumbang tanduk yang di sekitar perangkap saja yang akan datang.

Pengendalian ulat api. Pengendalian ulat api menggunakan penanaman

benificial plant. Beneficial plant adalah tanaman yang berfungsi untuk konservasi karena dapat berguna sebagai penyedia madu dan tempat inang predator ulat api. Predator ulat api yang umum di perkebunan kelapa sawit adalah Sycanus sp.

Beneficial plant yang ditanam di kebun Manggala I antara lain Casia cobanensis,

Turnera subulata, dan Antigonon leptopus (Gambar 3).

Gambar 3 Beneficial plant kebun Manggala I (A) Casia cobanensis, (B)

Antigonon leptopus, (C) Tunera subulata

Standar penanaman beneficial plant di kebun Manggala I adalah 10 m mewakili 1 ha (1%) dengan komposisi penanaman Casia cobanensis : Antigonon leptopus : Turnera subulata adalah 60% : 20% : 20%. Beneficial plant ditanam di areal terbuka, seperti jalan utama dan jalan koleksi. Penanaman beneficial plant

ditanam secara selang seling dengan lebar 1 m dan panjang 10 m setiap tanaman.

Pemupukan

Kemampuan lahan dalam penyedian unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit sangatlah terbatas. Keterbatasan hara dalam tanah harus diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Setiap unsur hara pupuk memiliki peran masing-masing dan dapat menampilkan gejala tertentu pada tanaman jika ketersediaan dalam tanah sangat kurang. Penyediaan unsur hara dalam tanah harus seimbang sesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi lebih stabil. Pemupukan juga melengkapi persedian unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi.

Prinsip utama penaburan pupuk di perkebunan kelapa sawit harus menerima setiap jenis pupuk sesuai dengan dosis yang telah direkomendasikan oleh Departemen Riset melalui kegiatan LSU setahun sebelumnya. Pemberian pupuk harus memperhatikan kondisi tanaman. Pemupukan dikatakan efisien dan efektif saat jenis pupuk, dosis pupuk, waktu pemupukan, cara pemupukan, dan tempat pemupukan dilakukan secara benar dan tepat.

(31)

15

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pemupukan yaitu persiapan piringan, material pupuk, tenaga kerja, dan sarana transportasi. Pemupukan di kebun Manggala I menggunakan dua jenis pupuk berdasarkan sumbernya, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik dapat dimanfaaatkan untuk memperbaiki struktur tanah dan memberikan hara bagi tanaman. Umumnya bahan organik merupakan produk limbah seperti janjangan kosong dan Palm Oil Mill Effluent (POME) sehingga tersedia secara murah. Pupuk anorganik adalah pupuk yang telah dikembangkan untuk menambah hara tanah sehingga dapat memenuhi kebutuhan tanaman.

Sistem pemupukan di kebun Manggala I tidak menggunakan sistem until lagi hal ini dikarenakan gudang pupuk selalu kotor dan membutuhkan banyak tenaga kerja saat melakukan penguntilan dan juga membutuhkan banyak goni sebagai tempat pupuk yang sudah diuntil. Pemupukan menggunakan Block Manurring System (BMS) yang sistem pemupukannya terkonsentrasi pada blok per blok. Sistem BMS dilakukan dengan harapan sasaran, mutu pemupukan, kegiatan pengontrolan, dan pengerjaan pemupukan lebih efektif. Pemupukan dilakukan dua semester yaitu pada semester satu dimulai pada bulan Juli-Desember dan semester dua pada bulan Januari-Juni.

Pemupukan tidak boleh dilaksanakan pada kondisi musim hujan atau musim kemarau yang berkepanjangan karena dapat menimbulkan kehilangan hasil yang tinggi melalui pencucian, aliran permukaan, dan erosi. Pemupukan pada musim kemarau akan menimbulkan penguapan yang mangakibatkan panas pada akar sehingga berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit. Organisasi pemupukan terdiri dari mandor pupuk, pengangkut pupuk, pengecer pupuk, dan penabur pupuk sehingga total tenaga kerja berjumlah 14 orang.

Pengeceran Pupuk. Pengeceran pupuk merupakan kegiatan memuat pupuk dari gudang ke dalam truk yang akan disebar di lapangan dan diawasi langsung oleh kepala gudang. Pengeceran dilakukan di jalan koleksi dengan cara dilempar dari truk ke jalan koleksi. Pengeceran pupuk dilakukan dengan membagi dosis yang telah ditentukan, yaitu 1 karung pupuk 50 kg sehingga dapat ditentukan sesuai hancak pemupuk yang telah ditentukan oleh mandor pupuk. Kendala dalam pengangkutan pupuk dari gudang ke lapangan adalah alat angkutan dan ketepatan waktu pengangkutan. Keterlambatan pengangkutan akan mengakibatkan keterlambatan aplikasi pupuk di lapangan. Gambar pengeceran pupuk dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Aplikasi pemupukan (A) Pengeceran pupuk (B) Susunan pupuk telah diecer

(32)

16

Pelaksanaan aplikasi pemupukan. Aplikasi pemupukan pada tanaman TM dan TBM menerapkan sistem BMS yang dilaksanakan blok per blok sehingga pengawasannya lebih mudah. Penabur pupuk bertugas menabur pupuk di setiap pokok sesuai dengan dosis hingga merata. Tenaga penabur pupuk harus memiliki kualitas dan kapasitas yang memadai. Tenaga kerja pemupukan di Manggala I merupakan tenaga kerja yang tetap, sehingga pengarahan kerja akan lebih mudah dilaksanakan. Pupuk harus ditabur di piringan dekat dengan tumpukan pelepah mati hal ini bertujuan untuk meminimalisir kehilangan pupuk akibat run off. Pada daerah tersebut akar kelapa sawit yang banyak berkembang adalah akar kelapa sawit yang suka daerah lembab sehingga pemupukan harus lebih banyak disebar pada daerah tumpukan pelepah mati. Norma prestasi kerja pemupukan untuk penabur pada TM adalah 500 kg HK-1 dan 300 kg HK-1 pada TBM. Prestasi kerja pemupuk pada tanaman TM dan TBM seharusnya sama, hal ini disebabkan pemupukan untuk daerah TBM hancak yang sulit untuk dijalani dan tidak memiliki titi atau jembatan penyebrangan. Penulis pada saat melakukan kegiatan pemupukan hanya dapat melakukan pemupukan 100 kg HK-1 dikarenakan penulis belum berpengalaman dalam melaksanakan aplikasi pemupukan.

Gambar 5 Kegiatan pemupukan TM (tanaman menghasilkan) kebun Manggala I

Pengawasan pemupukan. Pengawasan pemupukan menjadi hal utama karena kunci akhir dari keberhasilan pemupukan. Kegiatan pengawasan pemupukan penting karena peluang kehilangan hasil yang ditimbulkan sangat tinggi dan dapat merugikan perusahan dalam jumlah yang besar karena 40%-60% dari seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan digunakan untuk pemupukan(Sastrosayono 2003). Pengawasan pemupukan perlu dilakukan terutamapada titik-titik rawan dimana ditemukan kesalahan kerja dalam pelaksanaan pemupukan.

(33)

17

Leaf Sampling Unit (LSU)

LSU merupakan salah satu langkah awal yang dilakukan untuk mengetahui jumlah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sehingga produksi tanaman dapat tercapai secara maksimal. Pengambilan contoh daun dapat dapat dilakukan dengan sistem terpusat atau sistem tersebar. Hasil analisa tersebut merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam penentuan rekomendasi dosis pemupukan pada areal. Pengambilan contoh daun dilakukan satu tahun sekali. Pengambilan contoh daun dilakukan mulai pukul 07.00 hingga pukul 12.00 WIB. Daun contoh yang diperoleh harus segera dikirim ke Minamas Research Centre (MRC) yang sebelumnya daun terlebih dahulu dioven di kebun.

Pohon yang akan diambil sebagai pohon contoh harus memenuhi syarat, jika tidak memenuhi syarat harus mengambil pohon barisan di depan atau belakangnya. Pohon yang tidak memenuhi syarat sebagai pohon contoh, antara lain:

1. Pohon yang terletak dipinggir jalan, sungai/parit dan perumahan 2. Pohon sisipan

3. Pohon terserang hama dan penyakit 4. Pohon yang tumbuh miring dilahan datar 5. Pohon abnormal

Daun yang diambil adalah daun ke-17, diambil sebanyak enam daun, tiga dari sisi kanan dan tiga dari sisi kiri. Contoh pengambilan daun dengan menggunakan sistem 10 x 7 = 30, artinya baris sampel ditentukan setiap selang tujuh baris tanaman dan tanaman sampel dalam baris ditentukan setiap selang 10 tanaman. Jumlah sampel dalam satu blok berjumlah 30 tanaman. LSU sebaiknya tidak dilakukan pada musim hujan, musim kemarau yang berkepanjangan, maupun pada saat aplikasi pemupukan di areal yang akan diambil contoh daunnya karena akan berpengaruh pada keakuratan hasil analisis. Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan LSU ini adalah egrek, gunting, kuas, cat berwarna biru, alat tulis, plastik bening ukuran 5 kg, blangko LSU, gambar kumpulan daun kelapa sawit yang mengalami defisiensi unsur hara, dan label data LSU per blok pengamatan. Kegiatan pengambilan contoh daun diawali dengan menentukan titik sampling (TS) dimulainya pelaksanaan LSU. Titik awal dimulai dari arah barat- timur (B-T). Pengambilan sampel LSU harus mata lima.

Penunasan (Prunning)

Penunasan atau pengelolaan tajuk merupakan kegiatan memangkas pelepah yang tidak produktif. Penunasan yang tepat merupakan aspek kunci maksimalkan produksi kelapa sawit. Memotong pelepah harus di atas standar perusahaan agar tidak menganggu fotosintesis daun, sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif menjadi optimal. Tujuan dari penunasan mempermudah pekerjaan panen, menghindari kehilangan brondolan yang tersangkut pada ketiak pelepah, mempermudah pengecekan jika ada buah tinggal, dan untuk sanitasi tanaman sehingga membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan hama dan penyakit.

(34)

18

pelepah sengkleh, serangan hama dan penyakit menjadi meningkat, dan terjadi buah busuk. Efek yang disebabkan oleh penunasan yang adalah penurunan pencapaian produksi, jumlah bunga jantan meningkat, jumlah bunga betina yang gugur meningkat, serta penurunan berat rata-rata tandan yang dihasilkan (Pahan 2008).

Penunasan di kebun Manggala I menggunakan sistem penunasan periodik dan penunasan progresif. Tunas periodik adalah penunasan yang dilakukan pada tanaman kelapa sawit yang telah berumur di atas 4 tahun. Tunas periodik dilakukan setiap tahun sesuai dengan rotasi yang disarankan oleh perusahaan yaitu 9 bulan dalam 1 rotasi. Tunas periodik dilakukan dengan memotong pelepah rapat ke batang, selama penunasan periodik dilakukan pembersihan epifit pada batang tanaman sawit. Tunas progresif adalah penunasan yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemanenan. Pemanen melakukan penunasan di setiap hancanyadan bertanggung jawab atas kecukupan jumlah pelepah. Jumlah pelepah yang harus dipertahankan berdasarkan umur tanaman disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman

Umur tanaman (tahun) Jumlah pelepah

dipertahankan Songgoh

<8 56-64 3

8-15 40-48 2

>15 <40 1

Sumber : Sop Harvesting and Prunning Minamas

Alat yang digunakan untuk kegiatan penunasan adalah egrek dan kampak. Egrek digunakan untuk tanaman pokok yang tinggi sedangkan kampak digunakan untuk tanaman pokok yang rendah. Pemotongan pelepah harus miring dan rapat ke batang sawit, yang berfungsi untuk menghindari terjadinya kehilangan brondolan yang tersangkut pada ketiak pelepah. Pelepah yang sudah ditunas, dipotong menjadi dua sampai tiga bagian dan disusun rapi di antara tanaman dengan membentuk huruf “U”. Penyusunan pelepah membentuk huruf “U” bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar karena akar menyukai daerah yang lembab, menekan pertumbuhan gulma, dan mengurangi erosi permukaan. Penulis melakukan penunasan dengan para pemanen dan diawasi oleh mandor panen. Gambar kegiatan penunasan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Penunasan pelepah kelapa sawit kebun Manggala I (A) Penurunan pelepah (B) Pelepah yang tersusun membentuk “U”

(35)

19

Pemanenan

Pemanenan merupakan pekerjaan potong buah di perkebunan kelapa sawit karena menjadi menjadi pemasukan utama perusahaan melalui penjualan CPO dan PKO. Keberhasilan pemanenan dan produksi kelapa sawit bergantung pada bahan tanam, tenaga pemanenan, peralatan pemanenan, kelancaran tranportasi, organisasi pemanenan, dan areal pemanenan (Lubis 1992). Pemanenan tanaman kelapa sawit fokus meliputi pekerjaan pemotongan buah masak, memungut brondolan, dan sistem pengangkutan dari pohon ke TPH serta ke pabrik. Fokus utama kegiatan panen adalah memotong semua TBS masak yang harus dipanen dengan interval panen kurang dari 9 hari dengan mutu panen sesuai standar, mengutip seluruh brondolan, serta mengirimkan seluruh TBS yang dipanen ke pabrik kelapa sawit (PKS) selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.

Kegiatan panen di kebun Manggala I diawali dengan apel pagi karyawan pada pukul 06.00 WIB di hancak panen yang dipimpin oleh mandor panen. Tujuan apel pagi adalah memeriksa perlengkapan alat panen dan alat keamanan karyawan, mengevaluasi pekerjaan kemarin, serta menjelaskan pembagian hancak.

Sistem panen. Sistem panen di Manggala I adalah block harvesting system

(BHS) yang terkonsentarsi pada 1 seksi panen. Hal ini dilakukan untuk mencapai pemanenan yang merata setiap rotasi sehingga tidak ada areal panen yang tidak terpanen. Pada kebun Manggala I divisi I seksi panen dibagi menjadi 6 seksi panen. Divisi I dibagi menjadi 3 kemandoran yang masing masing kemandoran memiliki jumlah karyawan 10-15 orang. Prestasi kerja karyawan pada saat melaksanakan pemanenan adalah 95-103 tandan atau sesuai dengan basis yang ditentukan oleh perusahaan dan jika melebihi prestasi pemanen mendapatkan basis borong. Prestasi penulis pada saat melaksanakan kegiatan pemanenan adalah 22 tandan dikarenakan pohon yang sudah tinggi dan umur tanaman yang sudah tua, selain itu penulis kurang dalam pengalaman kerja.

Sistem hancak panen yang diterapkan di Manggala I adalah sistem hancak giring tetap, artinya dalam penyelesaian seksi panen, pemanen, dan mandor mendapatkan hancak panen tetap. Jika hancak panennya telah selesai dipanen, pemanen digiring oleh mandor untuk pindah ke hancak berikutnya sesuai dengan nomor hancak yang telah ditentukan. Pelaksanaan panen di Manggala I menggunakan sistem non-DOL (Division of Labour), artinya pemanen melakukan pekerjaan potong buah sekaligus mengutip brondolan tanpa dibantu. Standar basis panen yang berlaku di Manggala I masih menggunakan jumlah janjangan yang di panen. Pada tabel 5 dapat dilihat luasan seksi panen divisi I.

Tabel 5 Luasan seksi panen divisi I kebun Manggala I

Seksi panen Blok Luasan (Ha)

Total Luasan Divisi I 779.18

(36)

20

Kriteria panen. Kriteria panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah dengan tepat. Kriteria umum untuk TBS yang dipanen yaitu berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh ke piringan kelapa sawit. Kebun Manggala I menggunakan sistem kriteria panen apabila 5 brondolan sudah jatuh ke piringan TBS maka wajib dipanen. Tingkat kematangan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Tingkat kematangan dan kriteria panen kebun Manggala I

Tingkat kematangan Kategori Toleransi

Unripe 0-4 brondolan 0%

Under ripe 5-9 brondolan <5%

Ripe 10 atau lebih brondolan >95%

Empty bunch Brondolan yang lepas per janjang > 95% 0%

Longstalk Panjang gagang lebih dari 5 cm 0%

Old bunch Lebih dari 48 jam 0%

Sumber: Pedoman Budidaya Kelapa Sawit, Minamas Plantation

Persiapan panen. Untuk menghadapi masa panen, segala sesuatu harus dipersiapkan dengan baik agar pemanenan berjalan dengan lancar. Persiapan panen yang dilakukan di kebun Manggala I adalah penetapan tenaga kerja, seksi potong buah, luas hanca pemanen, peralatan panen, dan apel pagi. Apel pagi dilakukan pada pukul 06.00 WIB. Anggota yang mengikuti apel pagi adalah asisten afdeling,mandor panen, dan pemanen. Alat yang dipersiapkan oleh setiap pemanen sebelum berangkat ke masing-masing hanca diantaranya egrek, kampak, karung goni, APD, angkong, dan gancu. Di samping itu, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan potong buah antara lain jalan utama, jalan koleksi, pasar pikul, piringan, gawangan, TPH, dan pemasangan titi panen (Pahan 2008).

Rotasi panen. Rotasi panen merupakan jarak waktu antara panen terakhir dengan panen berikutnya dalam satu seksi panen. Rotasi panen yang ditetapkan di kebun ManggalaI adalah rotasi < 9. Rotasi yang dilakukan lebih dari 9 hari dapat mengakibatkan meningkatnya buah yang terlalu matang bahkan busuk danmeningkatkan ALB. Kebun Manggala I lebih dominan menggunakan rotasi 6/7 (6 waktu kerja, 1 waktu istirahat) dimaksudkan untuk menjaga mutu buah agar sesuai dengan kriteria matang buah. Rotasi panen adalah faktor yang paling memengaruhi pekerjaan panen (Pahan 2008).Penetapan rotasi panen dapat dilakukan dengan pertimbangan pengaruh pada kadar ekstraksi minyak (OER) dan kualitas minyak yang dihasilkan. Rotasi panen erat kaitannya dengan kerapatan panen, kapasitas pemanen, cuaca d,an kondisi pabrik. Rotasi panen kadang berubah-ubah sesuai kondisi lapangan.

Pengangkutan TBS. Pengangkutan TBS merupakan pekerjaan terpenting. Pengangkutan TBS harus dilakukan pada saat itu juga, karena jika TBS restan akan meningkatkan ALB (asam lemak bebas) dan rawan pencurian. Truk harus dilengkapi dengan jaring agar aman serta untuk menghindari buah tercecer di jalan. TBS dan brondolan diangkut secara terpisah. Pada pengangkutan ke pabrik terlebih dahulu yang diangkut adalah buah kelapa sawit kemudian brondolan.

(37)

21

buah di setiap afdeling adalah dua unitdump truck. Kapasitas rata-rata setiap truk adalah 5 ton dan jumlah trip berkisar antara 4-5 trip dalam sehari. Pengangkutan TBS kedalam dump truckdilakukan oleh tenaga pemuat dan diawasi oleh seorang krani produksi. Selain mengawasi jalannya pengangkutan, krani produksi bertugas untuk mencatat nomor pemanen, jumlah TBS, dan berat brondolan yang dimasukkan dalam dump truck tersebut serta mensortasi buah di TPH.

Premi potong buah. Premi potong buah di kebun Manggala I menerapkan basis borong. Basis borong adalah batas minimum TBS yang harus diperoleh oleh seorang pemanen dalam satu seksi panen untuk mendapatkan premi panen. Basis borong yang digunakan di kebun Mnggala I adalah jumlah janjang TBS bukan kilogram. Premi potong buah adalah insentif yang diberikan kepada pemanen jika mendapatkan basis borong. Premi potong buah dalamBlockHarvesting System berisi ketentuan basis borong TBS dan harga brondolan per kg.

Angka kerapatan panen. Angka kerapatan panen digunakan untuk mengetahui target rencana produksi yang dihasilkan pada 1 seksi kebun yang akan dipanen pada esok harinya. Angka kerapatan panen diperoleh dengan membandingkan jumlah tandan matang pada pokok yang dijadikan contoh dengan jumlah pokok contoh yang diamati.

Peralatan panen. Alat yang digunakan untuk dalam pemanenan di Manggala I dapat dilihat pada Tabel 7, masing-masing alat tersebut mempunyai fungsi tersendiri.

Tabel 7 Deskripsi alat-alat panen

No Nama alat Kegunaan Keterangan

1 Harvesting pole

Gangang untuk pisau egrek Sepotong besi aluminium dengan panjang 6-15 m

(38)

22

Aspek Manajerial

Manajemen tingkat karyawan pelaksanaan adalah karyawan yang melaksanakan tugas membantu segala kegiatan yang ada di kebun, baik kegiatan lapangan maupun kegiatan kantor. Kegiatan yang diikuti penulis selama melaksanakan magang adalah pendamping mandor perawatan, mandor pemupukan, mandor panen, krani produksi, krani divisi, mandor 1, dan asisten divisi. Kegiatan dari masing-masing kemandoran sudah diikuti dan dilakukan oleh penulis selama kegiatan magang berlangsung.

Mandor perawatan. Mandor perawatan bertugas dan memiliki tanggung jawab terhadap mutu hancak dan output pekerjaan yang telah dikerjakan, memastikan semua alat perawatan yang digunakan dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Mandor perawatan bertugas membantu asisten dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengontrolan pekerjaan perawatan tanaman dengan cara mengarahkan pekerjaan secara keseluruhan terhadap pekerja baik dalam pembagian tenaga kerja, kemudian memastikan keselamatan pekerja dengen mengecek kelengkapan APD dan mengabsen karyawan.

Mandor pemupukan. Mandor pemupukan bertanggung jawab terhadap jumlah pupuk yang diangkut dari gudang pupuk sampai diaplikasikan ke tanaman kelapa sawit berdasarkan dosis yang telah dianjurkan oleh pedoman pemupukan. Pagi hari mandor pumupukan wajib mengikuti antrian pagi untuk mendapat arahan dari asisten yang kemudian arahan tersebut disampaikan kepada para karyawan. Mandor pupuk juga bertanggung jawab terhadap karung pupuk yang telah dipalikasikan untuk menghindari kecurangan pada saat pengaplikasian. Mandor pupuk juga bertugas mengontrol karyawan dalam pelaksanan pemupukan dan penaburan penaburan pemupukan di lapangan.

Mandor panen. Mandor panen bertugas dan mempunyai tanggung jawab mengikuti antrian pagi dengan asisten dan mandor-mandor lainnya. Kemudian mandor panen panen bertugas memimpin antrian pemanen, melakukan absensi,memberikan intruksi kerja, mengatur dan membagi hancak kerja, mengawasi kegiatan pemanenan, dan membuat laporan pemanenan harian. Pada saat panen, penulis membantu mandor panen dalam pemeriksaan hancak yang telah dipanen. Penulis mengawasi pemanen agar tidak menurunkan buah mentah, buah masak tidak dipotong di pohon, dan penulis mengecek mutu hancak pemanen yaitu brondolan yang tidak dikutip, pelepah yang tidak disusun, dan menurunkan pelepah kering.

Krani produksi. Krani produksi bertugas berkoordinasi dengan mandor panen untuk penyediaan unit, mencatat dan menghitung jumlah TBS, brondolan yang dikutip, menyeleksi TBS di TPH, mengisi form jumlah tandan yang dipanen, membuat laporan potong buah (LPB), membuat premi potong buah setiap hari panennya, dan mengatur transportasi buah dari TPH ke pabrik. Kegiatan yang diikuti penulis antara lain mencatat, menghitung jumlah TBS, brondolan yang dipanen, menyeleksi TBS di TPH, dan mengatur transportasi.

(39)

23

melakukan tugasnya berkoordinasi dengan mandor dan krani panen. Krani divisi juga membantu asisten untuk membagikan gaji dan jatah beras pada karyawan. Kegiatan yang diikuti penulis antara lain mengabsen supervisi, melakukan pelaporan pasca panen, hancak ke kantor besar, dan menginput laporan harian ke dalam SAP (Standart Administration Procedure).

Mandor I. Kegiatan yang dilakukan oleh mandor I adalah mengatur, mengawasi, membagi tugas dan memberi petunjuk teknis kepada para mandor dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing, serta mengawasi seluruh pekerjaan sesuai dengan RKH (Rencana Kerja Harian). Mandor I bertugas membantu asisten divisi dalam mengawasi kegiatan sehari-hari di lapangan. Setiap divisi mempunyai seorang mandor I yang membawahi beberapa mandor seperti mandor perawatan, mandor panen, dan krani panen. Selama penulis menjadi pendamping mandor I, penulis mengikuti seluruh kegiatan mandor I dimulai dari antrian pagi yang dilanjutkan dengan mengawasi seluruh kegiatan di divisi I Manggala I. Pada siang hari mandor I dan penulis bekeliling mengecek TBS yang sudah terkumpul di tempat pengumpulan hasil (TPH) untuk mengecek kematangan TBS sebelum dikirim ke pabrik. Mandor I juga mengecek hancak panen pemanen setiap harinya.

Asisten divisi. Asisten divisi merupakan pimpinan pada setiap divisi. Asisten divisi bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan yang terdapat di divisinya masing-masing. Asisten divisi bertanggung jawab kepada asisten kepala dan manager kebun. Asisten dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh mandor I, mandor, dan krani. Asisten bertugas memimpin lingkaran pagi bersama dengan mandor, menjelaskan rencana kerja harian dan evaluasi pekerjaan sebelumnya, mengawasi seluruh kegiatan di kebun baik teknis maupun administrasi, serta mengelola seluruh yang ada di divisi untuk mencapai target produksi. Selama menjadi pendamping asisten penulis mengikuti kegiatan-kegiatan asisten seperti menyampaikan Rencana Kerja Harian (RKH), mengawasi mutu hancak dan mutu buah pada tiap kemandoran panen, mengawasi kegiatan pemupukan, melakukan pemeriksaan ancak bersama asisten divisi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rotasi panen

(40)

24

Rotasi panen sangat berpengaruh terhadap kualitas buah dan mutu buah yang akan dipanen saat itu. Rotasi panen yang dipanen terlalu cepat mengakibatkan banyak buah yang tidak dapat dipanen dan rotasi panen yang terlalu lama mangakibatkan banyaknya losses, buah kelewat matang, dan buah busuk. Rotasi panen yang panjang mengakibatkan banyak jumlah brondolan yang disebabkan banyaknya tandan matang dan lewat matang di pohon (Sarimah 2008). Rotasi panen divisi 1 kebun Manggala I selama bulan Februari hingga Mei dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Rotasi panen divisi I kebun Manggala I selama 4 bulan

Bulan

Rotasi Produksi (kg)

Standar

perusahaan Terpendek Terpanjang Rencana Realisasi ...(Hari)...

Februari 7 6 9 1234 553 833 950

Maret 7 6 10 1 332 378 1 108 920

April 7 6 11 1 243 553 1 087 410

Mei 7 6 10 1 421 204 996 860

Sumber : Hasil pengamatan penulis 2014

Standar rotasi panen yang diterapkan di divisi I Manggala I Estate adalah ≤9 hari. Berdasarkan rotasi panen pada Tabel 8 terlihat range rotasi panen. Rotasi panen terpendek setiap bulannya adalah 6 hari sedangkan rotasi panen terpanjang pada bulan April yaitu 11 hari. Kebun Manggala I tidak memberlakukan sistem 6/7 tetapi menggunakan sistem interval ≤9 hari, dimana setiap blok memiliki jadwal panen yang berbeda setiap minggunya. Rotasi panen yang pendek disebabkan karena buah sedang trek dan mengakibatkan pemanen memotong buah yang kurang masak atau jumlah pemanen yang berlebih. Kondisi buah yang sedikit sedangkan pemanen dituntut untuk mencapai basis mengakibatkan pemanen mangambil resiko dengan memanen tandan mentah atau kurang matang untuk memenuhi basis (Pahan 2008). Rotasi panen yang panjang disebabkan oleh jumlah pemanen yang tidak masuk sehingga kekurangan pemanen. Rotasi panen yang panjang mengakibatkan mutu buah dan kualitas buah menurun dan dapat meningkatkan asam lemak bebas diatas 3%. Penyelesaian dari masalah rotasi panen ini adalah melakukan pemantauan pada daftar rotasi panen di kantor afdeling informasi umur pokok dan kerapatan panen setiap blok, jumlah tenaga kerja, jumlah borongan, persentase siap borong, dan curah hujan (Pahan 2008).

Angka Kerapatan Panen (AKP)

(41)

25

Angka kerapatan panen digunakan untuk mengetahui taksasi hasil produksi TBS yang akan dipanen dikalikan dengan berat janjang rata-rata (BJR) dan jumlah pohon kelapa sawit di blok yang akan dipanen tersebut. Kerapatan panen menjadi langkah awal yang harus dilakukan untuk memperkirakan total produksi (taksasi), kebutuhan pemanen, kebutuhan truk, dan luasan yang akan dipanen pada esok hari secara tepat (PPKS 2007). Apabila telah diketahui jumlah TBS yang dapat dipanen dari hancak yang telah diamati maka kebutuhan transportasi pengangkutan TBS juga bisa diperkirakan. Ketentuan buah matang disesuaikan dengan standar perusahaan yaitu 5 brondolan . Hasil pengamatan AKP rencana dan realisasi disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil pengamatan angka AKP rencana dan realisasi divisi I

Blok panen Blok

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Contoh perhitungan AKP pada blok contoh yaitu blok C008

AKP = X 100% => AKP = X 100% =19.25%

Persentase nilai AKP digunakan untuk memperkirakan produksi yang dapatdiraih pada waktu panen berikut dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

Taksasi produksi = %AKP x jumlah pohon per ha x luasan panen x BJR

Berdasarkan AKP pada setiap blok contok terlihat AKP rencana dan AKP realisasinya berbeda. AKP rencana lebih besar dari pada AKP realisasi. Nilai AKP rencana rata-rata pada 15.00-29.75% dan AKP rencana yang tertinggi terdapat pada blok C007 dan terendah pada blok B008 sedangkan nilai AKP realisasi rata-rata pada 14.40-29.00% dan AKP tertinggi pada blok C007 dan AKP terendah pada B008. Berdasarkan hasil uji-t yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai AKP rencana dan AKP realisasi tidak berbeda nyata pada taraf 5%. Selisih antara nilai AKP rencana dan AKP realisasi tidak berbeda jauh yaitu 0–0.56%. Selisih yang diperoleh tersebut masih berada dibawah standar maksimal yang telah ditentukan oleh perusahaan yaitu < 5% dari hasil taksasi.

(42)

26

pengamatan masih rendah atau adanya kesalahan dari pemanen itu sendiri baik pemanenan tandan yang belum memenuhi kriteria matang panen atau buah matang tertinggal di pokok. Nilai AKP yang berada dibawah 15% menunjukkan produksi TBS di kebun tersebut tergolong rendah (Tobing 1992). Nilai AKP pada kebun Manggala I divisi I sudah sesuai dan nilai AKP sudah di atas 15% (Tabel 9).

Tenaga Kerja Panen

Faktor yang harus diperhatikan dalam menuju keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit adalah tenaga kerja. Tenaga kerja adalah ujung tombak perusahaan dalam penentuan produksi kelapa sawit. Tenaga kerja panen akan mempengaruhi produksi yang dapat dicapai dan jumlah biaya yang perlu dikeluarkan. Penentuan tenaga kerja harus memperhatikan luasan areal, jumlah buah yang akan dipanen, dan kemampuan pemanen. Kekurangan tenaga panen akan mengakibatkan tidak maksimalnya produksi yang dihasilkan. Kelebihan tenaga kerja meningkatkan biaya produksi yang harus dibayar kepada tenaga kerja.

Penetapan tenaga kerja panen di divisi Ikebun ManggalaI tidak ditentukan dengan perhitungan taksasi panen tetapi dihitung dari perhitungan luas TM dan kapasitas panen karyawan. Perhitungan tenaga panen dapat dilihat sebagai berikut:

Luas TM : 779.20

Kapasitas panen karyawan per seksi panen : 3 ha

Kapasitas panen karyawan selama 6 seksi : 6 seksi X 3 ha = 18 ha

Kebutuhan TK panen = = = 43.28orang

Selanjutnya perhitungan menggunakan rumus :

TK panen = kebutuhan TK panen + 10% tenaga panen = 43.28+4.32

= 47.6 atau 48 orang

Gambar

Tabel 1  Produksi TBS per tahun tanam kebun Manggala I tahun 2008-2013
Tabel 2  Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan tata guna lahan di kebun Manggala I
Gambar 1  Pelaksanaan penyemprotan kebun Manggala I (A) semprot piringan,
Gambar 2  Pengendalian hama kebun Manggala I (A) Kandang burung hantu
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pemanenan kelapa sawit adalah kegiatan mengutip hasil produksi dari tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan, berupa buah kelapa sawit atau tandan buah segar (TBS), yang

Kelemahan dari sistem hanca giring adalah kondisi baik pokok maupun gawangan dan piringan kelapa sawit kurang terawat terutama karena adanya replanting (areal TM

35 jenis tanah yaitu tanah mineral bertekstur lempung hingga berliat ringan dan drainase baik, areal aplikasi POME berada dalam radius 2 000 m dari PKS,

Data hasil analisa status hara dalam daun tanaman kelapa sawit pada blok.. aplikasi dan

Pengamatan yang dilakukan pada kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit antara lain: kapasitas panen per orang, waktu tunggu TBS di TPH, pengangkutan tandan

Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah meningkatkan pengalaman, pemahaman dan keterampilan tentang budidaya tanaman kelapa sawit terutama proses pemanenan yang

Hal yang diamati dalam pengelolaan panen adalah angka kerapatan panen, kehilangan hasil, taksasi produksi, kualitas pekerjaan panen, rotasi panen, kriteria panen,

Analisis dilakukan terhadap hasil pengamatan pada komponen-komponen dari aspek panen seperti: rotasi panen, kerapatan panen, taksasi produksi harian, kebutuhan