• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa, Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa, Riau"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

DI KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, RIAU

SAFITRI SRI REJEKI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

(4)

ABSTRAK

SAFITRI SRI REJEKI. Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa, Riau. Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI.

Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Sei Batang Ulak, PT. Ciliandra Perkasa, Kampar, Riau yang dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2013. Kegiatan magang ini bertujuan untuk menambah pengetahuan, melatih keterampilan dan kemampuan kerja secara langsung di lapangan serta mendalami aspek pemanenan baik dalam aspek teknis, pengelolaan, menganalisis, maupun mengatasi masalah panen. Perencanaan panen harus dilakukan dengan baik dan teliti sehingga hasil produksi yang didapatkan juga bisa optimal. Permasalahan yang terjadi dalam pemanenan antara lain perencanaan panen, angka kerapatan panen (AKP), rotasi panen dan kriteria kematangan panen yang tidak sesuai. Perencanaan panen yang tidak akurat dapat menyebabkan taksasi dan realisasi yang didapat tidak sesuai, demikian pula penggunaan tenaga panen juga harus disesuaikan dengan kondisi buah yang ada di lapangan. AKP yang terlalu rendah disebabkan sedikitnya buah matang menyebabkan rotasi menjadi cepat yang dapat meningkatkan losses panen dan banyak pemanen memotong buah mentah karena pemanen harus mencapai basis kerja sebesar 900 kg serta luasan panen pun semakin lama semakin melebar.

Kata kunci: angka kerapatan panen, rotasi panen, taksasi produksi

ABSTRACT

SAFITRI SRI REJEKI. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Sei Batang Ulak Plantation, PT Ciliandra Perkasa, Riau. Supervised by AHMAD JUNAEDI.

The internship program was conducted in Sei Batang Ulak Plantation, PT. Ciliandra Perkasa, Kampar, Riau from Februari to June 2013. This program was aimed to improve knowledge and field work skill, and also to understand the harvest aspect of oil palm on technical and managerial aspect. Harvest planning must be conducted well and precisely to gain optimal crop production. Some problems related with harvesting such as harvest planning, harvest density, harvest rotation, and under or over ripe of harvesting bunch fruit. An inaccurate harvest planning could cause unsuitable result between the prediction and the realization, and the use of harvesters must be suited with fruit condition in the field. Condition of less harvest density that was caused by the lack of ripe fruit, could imply the harvest rotation to be shorter. Shorter rotation could increase the losses during harvest and many of harvesters cut under ripe fruit to meet the standard basis of harvest of 900 kg and harvesting area could also become larger through the time.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

DI KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, RIAU

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

(6)
(7)

Judul Skripsi : Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa, Riau

Nama : Safitri Sri Rejeki

NIM : A24090183

Disetujui oleh

Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul skripsi ialah Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa, Riau.

Terima kasih Penulis mengucapkan kepada Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen pembimbing skripsi, dan Dr Ir Eny Widajati, MS selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji serta Dr Ir Supijatno MS selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Tintang Raya Tarigan selaku General Manager PT Ciliandra Perkasa, Bapak Hendri Agustin, Bapak Sabar H Purba, Bapak Syah Meinan Lubis, Bapak Jawoto, Ibu Sri, Tante Leli dan remaja masjid beserta staf maupun karyawan yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, seluruh keluarga dan kepada teman-teman Agronomi dan Hortikultura serta Socrates 46 (Aci, Santi, Icha, Husein, Bina, Anin, Azmi, Sukirman, Fajar, Wana, Jojo, Endro, Luki, Yan, Dira, Andri, Subhi, Ulil dan Bagindo) atas segala nasehat, doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat maupun di bidang keilmuan.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Magang 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani Kelapa Sawit 2

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 2

Panen 3

METODE MAGANG 4 

KEADAAN UMUM 5

Letak Geografis dan Administratif 5

Keadaan Tanah dan Iklim 6

Luas Lahan, Keadaan Tanaman dan Produksi 6

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 7

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 7

Aspek Teknis 7

Aspek Manajerial 17

PEMBAHASAN 19

Aspek Teknis Panen 19

Aspek Manajerial Panen 25

KESIMPULAN DAN SARAN 27 

Kesimpulan 27 

Saran 27

DAFTAR PUSTAKA 27 

LAMPIRAN 29

(10)

DAFTAR TABEL

1 Kriteria matang panen kelapa sawit 3 

2 Produksi dan produktivitas tandan buah segar di Kebun Sei Batang

Ulak tahun 2006-2012 6 

3 Komposisi jumlah tenaga kerja di Kebun Sei Batang Ulak 7 

4 Dosis pupuk anorganik kelapa sawit 9 

5 Kriteria matang panen antara standar perusahaan dan realisasi oleh pemanen 19  6 Bobot janjang rata-rata perusahaan dengan standar PPKS berdasarkan

tahun tanam 20 

7 Hasil pengamatan angka kerapatan panen taksasi dan angka kerapatan

panen realisasi 21 

8 Hubungan antara rotasi panen, produksi dan luas panen 22 9 Pengaruh umur tanaman terhadap produksi tandan buah segar 24   

DAFTAR GAMBAR

1 Proses penguntilan pupuk 8 

2 Pengendalian gulma secara manual 10 

3 Kandang burung hantu 12 

4 Proses pemotongan tandan buah segar 14 

5 Alat-alat pemanenan 16 

6 Dump truck 16 

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data curah hujan dari tahun 2007-2012 29 

2 Luas lahan dan tata guna lahan 30 

3 Peta kerja Afdeling I 31 

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditi tanaman perkebunan yang menghasilkan minyak dan sebagai komoditi ekspor non migas yang dapat membantu perekonomian Indonesia sebagai devisa negara. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2009 mencapai 8.4 juta ha dan merupakan penghasil areal yang terluas di dunia. Demikian pula produksi minyak sawit Indonesia tahun 2010 mencapai 20.6 juta ton dan menduduki posisi pertama di dunia melampaui Malaysia (Ditjenbun 2011).

Tanaman kelapa sawit memiliki tiga produk komersial yang dihasilkan, yaitu minyak sawit (CPO; Crude Palm Oil), inti sawit (PKO; Palm Kernel Oil) dan ampas sawit. CPO diperoleh dari mesokarp (sabut kelapa sawit) yang diolah lebih lanjut. Hasil pengolahan CPO selain dijadikan sebagai bahan baku minyak goreng, juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, bahan industri, kosmetik, obat-obatan, dan sebagainya. Minyak kelapa sawit memiliki nilai jual yang sangat tinggi saat ini. Kebutuhan kelapa sawit memiliki korelasi positif dengan kebutuhan CPO, yaitu semakin tinggi kebutuhan CPO dunia maka semakin tinggi pula permintaan buah kelapa sawit. Dengan meningkatnya harga minyak mentah dunia, menjadikan CPO sebagai pilihan untuk bahan baku pembuatan bioenergi. Hal tersebut menyebabkan peluang industri pengolahan kelapa sawit (PKS) masih memiliki prospek sangat bagus untuk memenuhi kebutuhan pasar baik dalam maupun luar negeri (PPKS 2007).

Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman. Kelapa sawit dapat mulai dipanen pada umur 30 bulan. Kelapa sawit dalam keadaan normal 90 - 100% dari seluruh pokok sudah matang panen, artinya pokok-pokok kelapa sawit muda itu telah memiliki tandan-tandan yang siap untuk dipanen. Tandan yang cukup besar dan siap untuk diolah adalah yang padat isinya dan beratnya minimal 3 kg. Kriteria panen yang digunakan ada dua, yaitu dua brondolan, artinya sudah ada dua buah lepas dari tandannya atau jatuh ke piringan pohon jika berat brondolan dibawah 10 kg sedangkan untuk tandan yang beratnya lebih dari 10 kg, dipakai satu brondolan yang jatuh ke tanah. Kapasitas pemanen tergantung pada produksi/ha yang dikaitkan dengan umur tanaman, topografi areal, kerapatan pohon, dan insentif (Sunarko 2009).

(12)

2

Tujuan Magang

Tujuan umum kegiatan magang ini adalah meningkatkan kemampuan dan pemahaman mahasiswa dalam aspek teknis dan manajemen di perkebunan kelapa sawit serta meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam pengelolaan kebun kelapa sawit dari setiap tingkat pekerja (KHL/ Karyawan Harian Lepas, pendamping mandor, dan pendamping asisten afdelling). Tujuan khusus magang ini adalah mengetahui dan mempelajari secara teknis dan manajerial kegiatan pemanenan kelapa sawit serta dapat berlatih menganalisis dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan pemanenan tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman berasal dari Afrika Barat yang budidayanya di Indonesia telah berkembang sangat pesat dan sampai saat ini masih merupakan primadona penghasil devisa negara dari sektor pertanian. Taksonomi kelapa sawit menurut Lubis (1992) adalah sebagai berikut :

Divisi : Tracheophyta Sub-divisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Sub-kelas : Monocotyledoneae Ordo : Cocoideae

Famili : Palmae Genus : Elaeis

Species : Elaeis guineensis Jacq.

Kelapa sawit termasuk golongan berumah satu, jantan dan betina terpisah masing-masing, namun masih dalam satu pohon . Bunga tumbuh disetiap ketiak pelepah, potensinya dapat tumbuh jadi bunga betina atau jantan sangat tergantung dari faktor genetis, lingkungan, kesuburan tanah dan umur tanaman. Buah kelapa sawit juga berukuran sekitar 2-5 cm, berbentuk oval. Buah terdiri dari exocarp (kulit buah), mesokarp yakni bagian yang mengandung minyak, endocarp atau batok kelapa sawit, dan endosperm atau buah kelapa sawitnya yang disebut kernel (Hakim 2007).

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

(13)

3 Kecepatan angin 5-6 km jam-1 sangat baik untuk membantu proses penyerbukan (Fiantis 2004).

Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol, dan aluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit menurut Fiantis (2004), yaitu solum tebal ≥ 80 cm, tekstur ringan, dikehendaki memiliki pasir 20-60%, debu 10-40%, liat 20- 50%, perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang, pH tanah 4.0-6.0 pH namun yang terbaik adalah 5.0-5.5 pH.

Panen

Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit. Selain bahan tanam dan pemeliharaan tanaman, panen juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam peningkatan produksi. Menurut Mangoensoekarjo (2005), keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan tentang persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, sarana panen, pengawasan panen dan pengangkutan tandan buah.

Pemanenan buah sawit yang tidak tepat umur mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan. Buah yang siap untuk dipanen adalah buah yang masak, bukan buah yang muda maupun buah yang lewat masak. Saat buah mulai masak, kandungan minyak dalam daging buah (mesokarp) meningkat cepat. Setelah kadar minyak maksimal, buah akan lepas (brondol) dari tandannya. Asam lemak bebas (ALB) dalam buah akan terus meningkat sehingga dalam transportasinya pun harus cepat agar kandungan ALB tidak terlalu tinggi (Sastrosayono 2006). Kriteria matang panen buah kelapa sawit disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kriteria matang panen kelapa sawit

Fraksi Jumlah brondolan yang jatuh Derajat kematangan

00 Tidak ada brondolan, buah berwarna hitam Sangat mentah

0 Satu brondolan s/d. 12.5% buah luar Mentah

1 12.5%- 25% buah luar Kurang matang

2 25%-50% buah luar Matang

3 50%-75% buah luar Lewat matang

4 75%-100% buah luar Busuk

5 Buah dalam ikut membrondol Tandan Kosong

Sumber: Lubis 1992

Penanganan tandan buah segar (TBS) merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan dari memetik buah sampai dengan pengolahan di tempat pengolahan kelapa sawit (PKS). Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan mutu TBS sehingga minyak yang dihasilkan memiliki mutu yang bagus. Penanganan TBS sangat dipengaruhi oleh kegiatan sistem potong buah yang dilakukan, seperti persiapan panen dan organisasi potong buah (PPKS 2007).

(14)

4

tiga bagian, yaitu alat untuk memotong TBS, alat untuk bongkar muat TBS, dan alat untuk membawa TBS ke tempat pengumpulan hasil (TPH) (Pahan 2006). Alat angkut yang dapat digunakan dari kebun ke pabrik, diantaranya lori, traktor, gandengan atau truk. Pengangkutan dengan lori dianggap lebih baik dibanding dengan alat angkutan lain (Fauzi et al. 2008).

Faktor yang menentukan pemanenan untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas CPO dan PKO yang tinggi adalah rotasi panen. Rotasi panen sangat mempengaruhi kualitas TBS yang dihasilkan. Beberapa kesalahan yang terjadi dalam rotasi panen adalah meningkatnya buah mentah yang dipotong akan cenderung memepercepat siap borong dan memperlambat rotasi panen, buah masak yang siap panen masih tertinggal di pokok, buah masak yang tertinggal akan masuk rotasi panen berikutnya yang menyebabkan banyak buah yang sudah membrondol dan buah kelewat masak, persentase brondolan yang meningkat akan menyita waktu akan menurunkan hasil panen (TBS), dan ketepatan rotasi (tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat) juga mempengaruhi hasil TBS. Penyelesaian dari masalah rotasi panen ini adalah melakukan pemantauan pada daftar rotasi panen di kantor afdeling, informasi umur pokok dan kerapatan panen setiap blok, jumlah tenaga kerja, jumlah borongan, persentase siap borong, dan curah hujan (Pahan 2006).

Rotasi penen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya menggunakan rotasi penen 7 hari, artinya satu areal panen dimasuki (diancak) oleh pemetik tiap 7 hari (Fauzi et al. 2008). Menurut Lubis (1992) panen kelapa sawit juga dipengaruhi oleh iklim sehingga dikenal panen puncak dan panen kecil.

METODE MAGANG

Magang berlokasi di kebun kelapa sawit Sei Batang Ulak (SBU) yang dikelola oleh PT. Ciliandra Perkasa, First Resources Ltd., Desa Siabu, Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Magang ini dilaksanakan selama empat bulan, berlangsung mulai bulan Februari sampai Juni 2013.

(15)

5 Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data, baik data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh dari seluruh pekerjaan di lapangan produksi dengan melakukan pengamatan yang terbagi atas data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dilakukan pengamatan pada tahap pemanenan, yaitu pengumpulan brondolan, dan kriteria kelas panen yang dilakukan pemanen. Pada kegiatan pengumpulan tandan ke TPH diamati ada atau tidaknya tandan afkir dan tandan mentah, kebersihan tandan dan brondolan. Pada kegiatan pengangkutan atau transportasi hasil diamati jenis angkutan dan ada atau tidaknya buah restan. Pada data kuantitatif pengamatan dilakukan pada produksi kelapa sawit, bobot janjang rata-rata (BJR), angka kerapatan panen, hanca panen, rotasi panen, dan kehilangan panen.

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari rekapitulasi di kantor kebun dari pengumpulan data dan informasi melalui studi pustaka. Data sekunder yang diperoleh seperti lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim (derajat keasaman tanah, jenis tanah, kesesuaian lahan, curah hujan, hari hujan, lama penyinaran, dan lain-lain), luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman, data realisasi produksi tandan buah segar, kandungan asam lemak bebas, norma/aturan kerja di lahan, serta struktur organisasi dan manajemen perusahaan.

Data primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif dengan cara mencari nilai rata-rata dan persentase yang kemudian dideskripsikan dengan pembanding norma baku yang berlaku di perusahaan serta menggunakan studi pustaka. Analisis kuantitatif menggunakan analisis statistik uji t-student yang digunakan untuk membandingkan suatu data yang diperoleh penulis. Pengamatan yang dilakukan adalah: (1) angka kerapatan panen (AKP) dilakukan selama enam hari pada enam blok contoh dengan jumlah pohon yang diamati 400 pohon dengan mengamati buah matang yang akan dipanen esok harinya, (2) pengamatan kriteria matang panen dengan menghitung jumlah brondolan yang jatuh di piringan sebelum tandan buah dipanen dan disesuaikan dengan ketentuan perusahaan serta menghitung jumlah tandan matang dan tandan mentah. Jumlah tenaga kerja yang diamati adalah 12 orang pada hari yang berbeda. Jumlah pohon yang diamati pada setiap pemanen adalah 15 pokok dengan 3 kali ulangan, (3) pengamatan rotasi panen dilakukan dengan menganalisis hubungan antara rotasi panen dengan pencapaian produksi panen selama 12 hari berturut-turut pada bulan April, (4) pengamatan produksi TBS Afdeling I yang akan dibandingkan dengan produksi standar PPKS berdasarkan tahun tanam dan standar kesesuaian lahan S-3. Perhitungan menggunakan uji t-student dengan software Minitab 14.

KEADAAN UMUM

Letak Geografis dan Administratif

(16)

6

Provinsi Riau. Letak kebun secara geografis berada pada titik koordinat 1010 00’ 29” – 1010 44’ 52” BT dan 00 13’ 27” – 00 08’ 47” LU.

Keadaan Tanah dan Iklim

Topografi areal perkebunan kelapa sawit di Kebun Sei Batang Ulak PT. Ciliandra Perkasa adalah bergelombang hingga berbukit, jenis tanah mineral atau ultisol dengan standar kelas lahan S-3. Curah hujan di Kebun Sei Batang Ulak dari periode 2007 sampai periode 2012 sebesar 2 231-3 621 mm dengan rata-rata curah hujan sebesar 2 950.14 mm. Lama hari hujan rata-rata per tahunnya sebesar 175.14 hari dengan hari hujan terendah 154 hari pada tahun 2011 dan hari hujan terbesar 205 hari pada tahun 2008. Dari data curah hujan tersebut mengacu pada tipe iklim Schmidth-Ferguson, dapat disimpulkan bahwa Kebun Sei Batang Ulak memiliki curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi kelapa sawit (lampiran 1).

Luas Lahan, Keadaan Tanaman dan Produksi

Luas areal kelapa sawit di Kebun Sei Batang Ulak sebesar 6 647.71 ha dengan luas lahan yang dapat ditanami kelapa sawit sebesar 6 481.54 ha. Luas areal tersebut dibagi menjadi 9 (sembilan) Afdeling dan satu pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) dengan kapasitas 60 ton jam-1 (Lampiran 2).

Kebun Sei Batang Ulak menggunakan bibit kelapa sawit yang berasal dari varietas tenera, yaitu persilangan antara varietas dura dan varietas pisifera. Jenis yang digunakan adalah progeni dari papua new guinea (PNG) dan Marihat. Pola tanam yang digunakan adalah segitiga sama sisi 9.15 m dengan populasi rata-rata setiap hektarnya 132 pokok tanaman kelapa sawit. Jadi total tanaman kelapa sawit yang ditanam di Kebun Sei Batang Ulak sebanyak 861 245 pokok.

Kebun Sei Batang Ulak memiliki produksi tandan buah segar yang cukup tinggi. Hal ini terjadi karena daya dukung yang besar, seperti varietas yang digunakan, iklim, perawatan dan pemeliharaan serta manajemen panen yang dilakukan. Data produksi dan produktivitas Kebun Sei Batang Ulak dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Produksi dan produktivitas tandan buah segar Kebun Sei Batang Ulak tahun 2006-2012 Sumber: Kantor Besar Kebun SBU (2013)

(17)

7 penurunan, padahal luasan areal pada tahun 2008 sudah meningkat. Pada tahun 2012 juga sedikit mengalami penurunan produksi, namun produktivitas tetap stabil.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Kekuasaan tertinggi pada struktur organisasi kebun dipegang oleh general manager. General manager membawahi beberapa asisten kepala, beberapa asisten dan seorang kepala tata usaha. Tenaga kerja di Kebun Sei Batang Ulak terdiri dari karyawan staf dan non staf. Karyawan staf terdiri dari general manager, asisten kepala, asisten, kepala tata usaha dan kasi. Karyawan non staf terdiri dari PBT (pegawai bulanan tetap), KHT (karyawan harian tetap) dan KHL (karyawan harian lepas). Jumlah tenaga kerja di Kebun Sei Batang Ulak sampai dengan bulan Januari 2013 sebanyak 708 orang yang terdiri dari 20 orang staf, 624 orang non staf dan 64 orang KHL (Tabel 3). Perhitungan indeks tenaga kerja (ITK) di Kebun SBU, yaitu sebesar 0.11, sedangkan standar ITK sebesar 0.2. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja di Kebun SBU masih kurang dari standar.

Tabel 3 Komposisi jumlah tenaga kerja Kebun Sei Batang Ulak

Jenis tenaga kerja Tingkatan karyawan Jumlah (orang)

Karyawan Staf General Manager 1

Asisten Kepala 3

Kepala Tata Usaha 1

Kasi 1

Asisten 15

Karyawan Non Staf PBT 79

KHT 545

KHL 64

Jumlah 709

Sumber: Kantor Besar Kebun SBU (2013)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Kegiatan teknis yang dilakukan di kebun selama magang, yaitu sebagai karyawan harian lepas (KHL). Pekerjaan di lapangan diawali dengan mengikuti apel pagi setiap hari kerja pukul 06.00 WIB. Apel pagi tersebut dilakukan absensi kehadiran dan pembagian hanca panen untuk setiap pemanen. Semua kegiatan dimulai pada pukul 07.00-12.00 WIB dan dilanjutkan kembali pada pukul 14.00-16.00 WIB. Sedangkan untuk hari Jumat kegiatan dilakukan pada pukul 07.00-11.30 dan dilanjutkan kembali 13.30-16.00.

Pemupukan

(18)

8

tanah dan dapat menyebabkan produksi tanaman juga meningkat. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh pemberian pupuk dan ketersediaan unsur hara didalam tanah. Manfaat pemupukan baru akan terlihat apabila unsur hara yang diberikan cukup tersedia bagi tanaman.

Pupuk yang digunakan dalam perkebunan kelapa sawit adalah pupuk anorganik dan organik. Pupuk anorganik merupakan pupuk yang dikembangkan untuk menambah hara tanaman sehingga dapat memenuhi hara tanaman yang cukup tinggi. Pupuk organik merupakan pupuk yang bersumber pada tanaman itu sendiri, seperti penggunaan limbah padat maupun limbah cair.

Dalam pelaksanaan pemupukan harus mengetahui dasar dari 5 T, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tepat sasaran. Prinsip utama dalam penaburan pupuk adalah bahwa pemberian pupuk pada setiap pokoknya harus sesuai dengan dosis yang telah di rekomendasikan oleh buku rekomendasi setiap tahunnya. Dosis pemupukan yang dianjurkan merupakan hasil dari analisis daun dan analisis produksi. Penaburan pupuk urea, MOP dan Kieserit dilakukan di dalam piringan, sedangkan pupuk RPH dilakukan di luar piringan.

Jenis dan jumlah pupuk yang diperlukan harus tersedia dikebun tepat pada waktunya. Untuk menjamin ketepatan dosis pemupukan di lapangan, pemupukan perlu dilakukan dengan sistem untilan. Sistem untilan merupakan metode aplikasi pupuk dengan membuat kemasan pupuk yang berukuran 50 kg menjadi kemasan pupuk yang yang diisi sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan operasional pemupukan di lapangan (Gambar 1). Biasanya setiap untilan memiliki berat 10-15 kg pupuk atau dihitung dari dosis per pokok tanaman. Pelaksanaan penguntilan biasanya dilakukan di gudang pemupukan setiap afdelingnya atau di gudang bantu. Alat yang disiapkan pada saat penguntilan, yaitu terpal sebagai alas pupuk, pisau, takaraan pupuk, karung goni dan alat pemecah pupuk. Alat pelindung diri yang digunakan, yaitu sarung tangan, sepatu boot dan masker. Sebelum melakukan pengutilan, setiap mandor harus mengetahui kebutuhan pupuk yang dibututuhkan pada setiap aplikasi.

a. Penakaran pupuk b. Pemasukan pupuk kedalam karung Gambar 1. Proses penguntilan pupuk

(19)

9 kepala/topi. Dosis pupuk anorganik yang digunakan Kebun Sei Batang Ulak sudah dikalibrasi dengan menggunakan mangkok yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Dosis pupuk anorganik kelapa sawit

Urea RPH MOP Kieserite

Dosis

Sumber: Research and Development First Resources (2013)

Janjang kosong merupakan produk sampingan dari pengolahan TBS, kira-kira 20% dari hasil pengolahan TBS. Pengaplikasian janjang kosong sangat efektif sebagai mulsa dalam mempertahankan kelembaban tanah dan menurunkan temperatur tanah. Penggunaan limbah padat atau biasa disebut janjang kosong untuk pemupukan diaplikasikan dengan cara meletakkan janjang kosong ditengah-tengah antar pokok tanaman kelapa sawit dengan membuat persegi berukuran 2m x 2m atau dengan dosis 300 kg per pokok atau 40 ton ha-1 pada tanaman menghasilkan (TM) dan tidak boleh bertumpuk.

Janjang kosong dengan bobot 1 ton setara dengan 5 kg urea (N = 2.25 kg), 16 kg MOP (K2O = 9.69 kg), 1 kg RPH (P2O5 = 0.3 kg), 4 kg kieserit (MgO = 1.08 kg) dan hara lain. Janjang kosong diaplikasikan setiap satu tahun sekali secara terus menerus. Alat yang dibutuhkan dalam pekerjaan janjang kosong, yaitu angkong, dan gancu. Alat pelindung diri yang dipakai, yaitu sarung tangan, masker, dan sepatu boot.

Limbah cair adalah air buangan pabrik yang menyebabkan pencemaran pada media penerima. Untuk mengatasi pencemaran, air limbah pabrik harus diproses dan dinetralisir sebelum dibuang ke lingkungan. Limbah PKS banyak mengandung senyawa anorganik dan organik. Senyawa organik lebih mudah mengalami pemecahan dibandingkan senyawa anorganik. Bahan-bahan organik dapat dirombak oleh bakteri, baik secara anaerobik maupun aerobik.

Pada proses fermentasi anaerobik tugas utama bakteri, yaitu memecah berbagai macam senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Namun, perombakan harus dilanjutkan kembali dengan perombakan aerobik. Setelah dilakukan semua perombakan, maka limbah dapat dialiri ke lingkungan.

(20)

10

pemupukan menggunakan limbah padat maupun cair belum dilakukan secara menyeluruh karena terkendala kontur lahan yang berbukit.

Pembayaran pekerjaan pemupukan anorganik diberikan tergantung pada jumlah tonase pemupukan yang dilakukan. Pemupukan anorganik menggunakan sistem borongan, jadi jumlah pupuk yang dikerjakan dikalikan Rp 125 lalu dibagi dengan jumlah pekerja. Untuk pekerjaan janjangan kososng dibayar berdasarkan berapa banyak pekerja dapat membuat petak janjangan kosong di pokok. Setiap petak janjangan kosong dibayar Rp 450 000 ha-1.

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh ditempat yang salah atau yang tidak diharapkan. Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Tidak harus semua gulma dimusnahkan tapi sebaiknya dikendalikan agar tidak ada persaingan hara antara tanaman pokok dengan gulma.

Dongkel anak kayu (DAK) adalah metode pengendalian gulma secara manual, yaitu dengan memotong atau menebas tanaman pengganggu menggunakan parang dan cangkul. Gulma yang banyak dipotong atau ditebas, yaitu pisang-pisangan, keladi air, bambu, Lantana camara, Mikania micrantha, Clidemia hirta, Chromolaena odorata dll. Goloran merupakan pengendalian gulma secara manual untuk tanaman yang merambat, seperti sirih-sirihan (Gambar 2). Pengendalian gulma secara manual biasanya dikerjakan oleh karyawan harian lepas (KHL).

a. Pembabatan bambu b. Pembabatan sirih-sirihan Gambar 2. Pengendalian gulma secara manual

Pemeliharaan piringan, gawangan, pasar pikul, dan TPH merupakan sarana yang terpenting dari produksi dan perawatan. Piringan merupakan tempat untuk menyebarkan pupuk dan juga tempat brondolan berjatuhan, sehingga piringan harus selalu bersih dari gulma. Gawangan memiliki fungsi yang hampir sama dengan piringan, tempat jatuhnya brondolan. Pasar pikul merupakan jalan untuk pengangkutan buah ke TPH dan menjalankan aktivitas operasional lainnya. Sedangkan TPH adalah tempat peletakan buah sebelum diangkut menggunakan dump truck.

(21)

11 Penyemprotan biasanya dilakukan dengan sistem borongan, dimana penggunaan para pekerja diatur oleh mandor perawatan sesuai dengan luasan blok yang akan disemprot.

Dosis yang digunakan berbeda-beda tergantung angka kerapatan gulma dan jenis gulma pada blok yang akan di semprot. Jenis gulma yang ada di Kebun Sei Batang Ulak, yaitu Cyperus kyllingia, Cyperus rotundus, Cyperus iria, Eleusine indica, Axonopus compressus, Imperata cylindrica, Paspalum conjugatum, Ageratum conyzoides, Fymbristylis sp. Nephrolepis biserrata, Gleichenia linearis, dan Cyclosorus aridus.

Alat yang digunakan untuk melakukan penyemprotan adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 l, dan nozzle polijet berwarna merah atau hitam yang digunakan harus sesuai dengan daerah yang akan disemprot. Alat pelindung diri harus selalu digunakan, seperti sepatu boot, mantel dan sarung tangan. Bahan yang digunakan untuk pemeliharaan piringan, yaitu campuran antara zenus dengan dosis 1.54 cc pokok-1 dan metafuron dengan dosis 0.07 g pokok-1. Bahan penyemprotan untuk pasar pikul menggunakan zenus dengan dosis 100 cc ha-1 dan metafuron dengan dosis 5 g ha-1. Bahan penyemprotan untuk TPH menggunakan campuran antara amyphosat dengan dosis 6 ml TPH-1 dan metafuron 0.2 g TPH-1. Bahan yang digunakan untuk penyemprotan gawangan, yaitu campuran antara zenus dengan dosis 0.25 l ha-1 dan garlon dengan dosis 0.15 gr ha-1. Bahan aktif jenis paraquat, yaitu zenus sedangkan bahan aktif yang sistemik, yaitu amyphosat dan metafuron.

Sistem pembayaran yang dilakukan untuk pengendalian gulma secara manual tergantung pada jenis gulma yang didongkel. Biasanya pembayaran pengendalian gulma secara manual langsung masuk dalam premi pekerja tersebut. Pambayaran tersebut mengikuti anggaran setiap afdelingnya. Sistem pembayaran pengendalian gulma semprot untuk gawangan Rp 25 000 ha-1, piringan Rp 15 000 ha-1 dan pasar pikul Rp 10 000 ha-1.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit adalah metode pengendalian suatu kehidupan organisme pengganggu. Konsep pengendaliannya dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup hama/penyakit itu sendiri. Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Batang Ulak diantaranya ulat api, tikus dan tupai. Sedangkan masalah penyakit yang ada di Kebun Sei Batang Ulak, yaitu penyakit busuk tandan buah (marasmius).

(22)

12

Pengamatan untuk mengetahui distribusi, kepadatan, tingkat perkembangan burung hantu dan kondisi kandang burung hantu maka perlu dilakukan sensus. Sensus dilakukan tiga bulan sekali, meliputi kehadiran burung hantu dapat ditandai dengan adanya bulu-bulu, kotoran, bangkai tikus, jumlah telur, anak, anak dewasa dan dewasa.

Gambar 3. Kandang burung hantu

Penyakit busuk tandan buah (marasmius) disebabkan oleh cendawan Marasmius palmivorus, yaitu cendawan saprofit yang umum hidup pada bermacam-macam bahan mati/sisa-sisa makanan. Pengendalian penyakit busuk tandan buah (marasmius) dilakukan secara teknis dengan membuang bunga dan buah yang busuk dan menurunkan tandan yang lewat masak.

Penunasan

Penunasan kelapa sawit merupakan kegiatan pemotongan pelepah kelapa sawit untuk memudahkan kegiatan pemanen dalam pemotongan TBS, menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak daun dan untuk menjaga metabolisme tumbuhan agar dapat menghasilkan produksi yang baik. Penunasan juga dapat berpengaruh terhadap status hara dalam daun. Selain itu,penunasan dilakukan untuk sanitasi tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai dengan perkembangan hama dan penyakit. Penunasan biasanya dilakukan 3 kali dalam setahun.

Sistem penunasan di Kebun Sei batang Ulak ada dua, yaitu tunas periodik dan progresif. Tunas pokok secara periodik dilakukan dengan rotasi 9 (sembilan) bulan sekali sehingga dalam satu tahun menjadi 1.3 rotasi. Penunasan secara periodik dilaksanakan berdasarkan banyaknya produksi, jika buah sedang banyak maka yang digunakan adalah sistem periodik dengan menggunakan pekerja khusus penunasan. Tunas pokok secara progresif dilakukan secara langsung oleh tenaga pemanen (bukan pekerja tunas khusus) dan dilakukan bersamaan saat melakukan panen dengan tetap mengacu pada prinsip dasar jumlah pelepah produktif yang masih harus dipertahankan sesuai ketentuan. Penunasan progresif biasa digunakan pada saat buah sedang trek.

(23)

13 kiri tergantung dari genetik tanaman kelapa sawit tersebut. Pelepah kelapa sawit harus dipertahankan berdasarkan umur tanaman tersebut.

Pelepah yang telah di potong harus disusun rapi di gawangan mati dengan lebar 2 m dan pelepah tidak boleh berada di piringan maupun di parit/sungai. Jika gawangan mati tidak berparit, maka pelepah tidak perlu di potong melainkan disusun memanjang searah barisan. Namun, jika gawangan mati berparit maka pelepah harus dipotong terlebih dahulu. Dalam penyusunan peletakkan pelepah pada gawangan mati diusahakan harus seragam agar tidak berserakan dan melebar. Leaf Sample Unit (LSU)

Leaf sample unit (LSU) merupakan unit areal dimana contoh daun diambil dan dianalisa di laboratorium. Hasil analisa tersebut merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam penentuan rekomendasi dosis pemupukan pada areal tersebut. Pada pelaksanaan LSU, data yang diambil harus memiliki kondisi yang relatif seragam dalam hal umur tanaman, tipe tanah, tindakan agronomi, drainase, topografi dan bahan tanam yang digunakan.

Pohon yang akan diambil sebagai pohon contoh harus memenuhi syarat, jika tidak memenuhi syarat harus mengambil pohon barisan depannya atau belakang. Pohon yang tidak memenuhi syarat sebagai pohon contoh, antara lain:

1. Pohon yang terletak dipinggir jalan, sungai/parit dan perumahan 2. Pohon sisipan

3. Pohon kerdil 4. Pohon steril

5. Pohon terserang hama dan penyakit 6. Pohon yang tumbuh miring dilahan datar 7. Pohon yang pelepah ke-17 tidak ada/ rusak 8. Pohon abnormal

(24)

14

Alat-alat yang diperlukan dalam pelaksanaan LSU, yaitu egrek, parang, kuas, plastik, cat minyak, formulir pengamatan LSU dan alat tulis. Formulir pengamatan digunakan untuk mengamati semua pokok tanaman kelapa sawit pada baris yang ditentukan oleh sistem yang digunakan. Formulir pengamatan pokok sawit berisi tentang keadaan pokok yang diamati, apakah pokok tersebut sehat atau sakit, mengalami defisiensi pupuk apa yang terlihat lebih dominan.

Panen

Pemanenan kelapa sawit merupakan proses pemotongan tandan buah segar (TBS) yang sesuai dengan kriteria matang panen dan mengantarkannya ke pabrik sebanyak-banyaknya dengan cara dan waktu yang tepat tanpa menimbulkan kerusakan pada tanaman (Gambar 4). Cara yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi (ekstraksi), sedangkan waktu yang tepat akan mempengaruhi kualitas produksi (asam lemak bebas).

Persiapan sebelum melakukan panen dilakukan untuk dapat menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang dilakukan dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan panen, yaitu (1) persiapan kondisi areal, (2) penyediaan tenaga kerja, (3) pembagian ancak, dan (4) penyediaan alat-alat kerja.

Kebutuhan tenaga potong buah harus mengacu pada kebutuhaan tenaga pada saat penen puncak. Jumlah tenaga potong buah dapat diperoleh dengan memperhitungkan faktor kerapatan buah. Apabila terjadi musim trek, yaitu musim dimana buah matang yang dapat dipanen sedikit, maka sebagian karyawan potong buah dialihkan pekerjaannya di penunasan. Biasanya, hal ini terjadi pada semester 1. Rotasi panen yang dibuat tiap afdelingnya disusun menjadi 6 hari atau biasa disebut dengan keveld. Kaveld merupakan luasan panen yang terdiri dari blok-blok panen yang dibuat untuk mempermudah pindah ancak dari satu blok-blok ke blok-blok lain, mempermudah kontrol asisten dan mandor, serta transpor TBS lebih efisien. Setiap pemanen biasanya memiliki kemampuan panen hingga 3 ha.

a. Pemotongan TBS b. Pengutipan brondolan Gambar 4. Proses pemanenan tandan buah segar Perhitungan jumlah kebutuhan tenaga panen:

(25)

15 Keterangan: A = Luas Blok yang akan di panen

B = Kerapatan panen

C = Rata-rata berat buah (kg) D = Populasi tanaman/ha E = Kapasitas panen/HK

Sistem penentuan ancak panen yang digunakan, yaitu ancak tetap. Ancak tetap adalah ancak yang telah ditetapkan oleh mandor untuk setiap pemanen. Kelebihan dari ancak tetap, yaitu tanggung jawab pemanen terhadap ancak tinggi dan kondisi areal relatif bagus karena kesalahan dapat dideteksi dengan mudah. Sedangkan kekurangan dari penggunaan ancak tetap, yaitu pelaksanaan potong buah tidak mengacu pada banyak atau sedikitnya buah karena luas ancak telah ditentukan, distribusi buah menyebar karena kekuatan karyawan berbeda, transpor kurang efektif karena buah lambat keluar/menyebar.

Angka kerapatan panen (AKP) merupakan metode untuk memperkirakan banyaknya buah pada taksasi penen esok harinya. Pengambilan contoh AKP diambil 10% dari blok yang akan dipanen. Penghitungan AKP dapat dilihat dibawah ini:

AKP = Jumlah tandan yang akan dipanen x 100 % Jumlah pohon contoh

Efisiensi panen juga dilakukan setiap hari untuk mengetahui kehilangan panen. Pengambilan efisiensi panen dilakukan ada blok ynag telah dipanen pada hari itu juga. Cara pengambilan data efisiensi panen, yaitu dengan mengambil 3 ha luasan contoh dari luasan blok yang telah dipanen, kemudian hitung tandan yang dipanen dan berapa banyak brondolan yang tidak terkutip. Penghitungan efisiensi panen, sebagai berikut:

EP = (A x B) + A x 100% C x D

Keterangan: A = Brondolan yang tidak terkutip (kg) B = Tandan yang tertinggal

C = Jumlah tandan yang dipanen

D = Bobot janjang rata-rata berdasarkan tahun tanam

(26)

16

Pengangkutan tandan kelapa sawit harus selalu didampingi kerani buah untuk dapat mencatat hasil janjang yang telah dipanen dan melihat kualitas janjang setiap pemanennya. Kerani buah hanya menerima dan mencatat TBS yang ada di TPH. TBS yang diangkut hanya TBS yang matang saja, namun keadaan di lapang TBS yang lewat matang masih bisa diangkut. Pengangkutan TBS harus di sertai dengan pengutipan brondolan di TPH, jadi TPH harus bersih dari brondolan. Pengangkutan TBS menggunakan dump truck mampu mengangkut TBS sebanyak 5-7 ton. Setiap pemuat biasanya memiliki kemampuan kerja hingga 15 ton orang-1.

a. b.

c. d.

a) Pisau egrek, b) Kapak, c) Gancu, d) Angkong Gambar 5. Alat-alat pemanenan

Gambar 6. Dump truck

(27)

17 untuk supir pengangkut TBS adalah 12 000 kg, lebih basis pertama 5 000 kg dikalikan Rp 2, lebih basis kedua 5 000 kg dikalikan Rp 3.5, dan lebih basis ketiga 5 000 kg dikalikan Rp 5, jika libur langsung dikalikan Rp 6.5.

Contoh perhitungan premi pemanen untuk tahun tanam 1993: Tonase yang didapat = 3 450 kg

Brondolan 10% = 345 kg Basis = 900 kg

Jumlah premi = tonase – basis – brondolan

= 3 450 kg – 900 kg – 345 kg = 2 205 kg Brondolan = 345 kg x Rp 130 = Rp 44 850

Lebih basis I = 500 kg x Rp 30 = Rp 15 000 Lebih basis II = 500 kg x Rp 35 = Rp 17 500

Lebih basis III = (2 205 kg – lebih basis I – lebih basis II) x 40

= Rp 48 200

Insentif pokok tinggi = Rp 3000 Jumlah premi yang didapatkan =

Brondolan + (lebih basis I + II + III) + insentif pokok tinggi = Rp 128 550 Aspek Manajerial

Sei Batang Ulak membagi karyawan menjadi dua golongan yaitu staf dan non-staf. Staf terdiri atas General Manager, Senior Assistant (Asisten Kepala), Assistant Division (Asisten Afdeling) dan KTU dan Kasi. Karyawan non-staf terdiri dari PBT (pekerja bulanan tetap), KHT (karyawan harian tetap) dan KHL (karyawn harian lepas). KHT terdiri atas mandor, krani dan pekerja/karyawan. Sedangkan jabatan PBT hanya diberikan kepada mandor, krani atau sopir yang telah dipilih oleh perusahaan. Kegiatan manajerial yang dilakukan selama magang adalah sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten dengan rincian sebagai berikut:

Pendamping Mandor

Mandor adalah karyawan non-staf yang jabatannya berada langsung dibawah asisten. Mandor bertanggungjawab di lapangan (aspek teknis), selain mandor juga terdapat krani yang membantu administrasi di tingkat afdeling. Apel ini dipimpin oleh masing-masing anggotanya dan asisten menambahkan apabila ada informasi lain, untuk para mandor dan krani dilakukan didalam kantor Afdeling. Apel pagi dimulai pukul 06.00 WIB di depan kantor Afdeling. Pekerjaan yang dilakukan dalam tahap ini adalah mendampingi mandor pemupukan, mandor penyemprotan, mandor panen, krani produksi, dan krani Afdeling.

(28)

18

dilaporkan setelah kegiatan pemupukan dan dicatat dalam buku mandor serta dicatat dalam peta realisasi yang terdapat di kantor afdeling.

Mandor Perawatan. Mandor perawatan bertugas untuk mengikuti apel pagi, mengisi absensi di buku mandor, dan mengarahkan karyawan pada tempat yang harus dikerjakan. Pekerjaan yang dilakukan oleh mandor perawatan antara lain: penyemprotan, babat manual, dan LSU (leaf sample unit). Mahasiswa mengikuti jenis pekerjaan penyemprotan dan LSU.

Mandor Panen. Mandor Panen wajib memberikan arahan pada karyawan saat apel pagi dan bertanggung jawab membagi hanca, mengontrol hanca pemanen, mengisi buku mandor, memonitor taksasi potong tandan, koordinasi dengan krani produksi untuk pengecekan tandan, melakukan fieldcheck, mengorganisasikan karyawan, melakukan efisiensi panen, melakukan taksasi serta mengawasi dan menjaga rotasi panen. Kegiatan saat mengikuti mandor panen adalah mengontrol hanca pemanen (fieldcheck), melakukan taksasi dan mengawasi pekerjaan panen serta melakukan efisiensi panen.

Krani Produksi. Tugas krani produksi atau krani buah adalah berkoordinasi dengan mandor panen untuk penyediaan unit, menghitung jumlah tandan, memeriksa mutu buah di TPH, mengisi form jumlah tandan yang dipanen, membuat laporan potong tandan (LPB) dan menyortasi tandan di TPH. Mutu buah dicatat dan jika ditemukan selain tandan matang atau TPH tidak bersih maka krani melaporkan kepada mandor panen dan mandor panen menegur karyawan pemanen. Tugas saat mengikuti krani produksi adalah mencatat jumlah tandan setiap pemanen, memeriksa mutu buah dan kondisi TPH dan membantu membuat LPB.

Krani Afdeling. Tugas dan tanggung jawab krani afdeling adalah membuat laporan (harian, mingguan dan bulanan), membuat permintaan bahan/material yang dibutuhkan, membuat daftar hadir karyawan, mencatat seluruh kegiatan harian baik perawatan dan produksi, membuat dan merekap data produksi serta mengisi monitoring produksi dan biaya. Kegiatan selama mengikuti krani afdeling adalah membantu administrasi afdeling, memeriksa absensi, mengisi monitoring produksi dan biaya serta beberapa administrasi lainnya.

Pendamping Asisten Afdeling

(29)

19

PEMBAHASAN

Aspek Teknis Panen

Kriteria Matang Panen

Kriteria matang panen merupakan kematangan tandan secara fisiologis, yaitu tandan telah sempurna bentuknya dan kandungan minyaknya optimal. Kriteria panen dilihat pada banyaknya brondolan yang jatuh di piringan karena buah dengan kadar minyak maksimal akan lepas (membrondol) dari tandannya (Sastrosayono 2006). Menurut Pahan (2006) kriteria panen sangat penting dalam proses pemanenan, yaitu 1-2 brondolan kg -1 tandan. Kebun SBU menggunakan standar kematangan yang sama, yaitu 2 brondolan kg-1 tandan. Standar kriteria matang panen ini harus diterapkan oleh semua pemanen sehingga dapat mengurangi jumlah losses yang timbul, seperti tidak memotong buah yang masih mentah dan brondolan yang tidak terkutip. Tabel 5 menerangkan kesesuaian jumlah brondolan yang jatuh antara standar perusahaan dengan realisasi oleh para pemanen.

Tabel 5 Kriteria matang panen antara standar perusahaan dan realisasi oleh pemanen

Pemanen Tahun tanam Kriteria matang TBS Persentase kesesuaian BJR tahun tanam 1998: 23.8= 22.8*2= 45.6≈ 46 brondolan

(30)

20

90% dan 100% terdapat tiga pemanen, sedangkan sisanya tidak mengikuti standar yang diterapkan oleh perusahaan.

Ketidaksesuaian tersebut terjadi karena banyak brondolan yang jatuh di ketiak pelepah, sehingga pada saat pemanen melakukan pemotongan tandan jumlah brondolan yang jatuh sudah melebihi standar kriteria matang panen dari perusahaan. Namun, jika dilihat dari jumlah buah matang dan buah mentah yang dipanen dapat dilihat bahwa pemanen yang tidak mengikuti jumlah brondolan yang ditentukan perusahaan tidak terdapat buah mentah yang dipanen. Sehingga jumlah brondolan yang jatuh dipiringan tidak dapat menentukan kematangan buah. Pemanen terkadang melihat tingkat kematangan secara visual dari perubahan warna kulit TBS kelapa sawit. Standar atau toleransi yang digunakan pemanen dalam memotong TBS, yaitu untuk buah mentah 0%, buah lewat matang 5%, dan buah yang matang sebanyak mungkin.

Hasil pengamatan BJR perusahaan dengan standar pusat penelitian kelapa sawit (PPKS) berdasarkan tahun tanam dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan antara BJR perusahaan dengan standar PPKS yang terjadi pada tahun tanam 1993 dan 1997 berbeda nyata pada taraf 5%, sedangkan BJR pada tahun tanam 1998 tidak berbeda nyata pada taraf 5%. Hal ini disebabkan perbedaan lingkungan, iklim maupun varietas yang digunakan sehingga BJR berbeda dan dapat mempengaruhi produksi.

Tabel 6 Bobot janjang rata-rata perusahaan dengan standar PPKS berdasarkan tahun tanam

Tahun Tanam Bobot janjang rata-rata kg -1

Sumber: Kantor Besar Kebun SBU 2012 dan standar PPKS menggunakan kelas lahan S-3 a *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata pada taraf 5 %

Angka Kerapatan Panen

Angka kerapatan panen (AKP) merupakan metode untuk memperkirakan banyaknya buah matang yang akan dipenen pada luasan tertentu. Kerapatan panen harus dilakukan karena untuk memperkirakan panen esok harinya baik dari produksi, kebutuhan pemanen, kebutuhan transportasi dan luasan yang akan dipanen (PPKS 2007). Kesalahan dalam menentukan nilai AKP akan berdampak pada hasil produksi yang akan dicapai, kelebihan atau kekurangan tenaga kerja maupun transportasi yang digunakan.

(31)

21 Tabel 7 Hasil pengamatan angka kerapatan panen taksasi dan angka kerapatan

panen realisasi

Hasil pengamatan menunjukkan nilai AKP yang didapat setiap blok contoh berbeda-beda. Nilai AKP taksasi yang didapat berkisar antara 7.8-21% dengan nilai AKP rata-rata 14%. Perbedaan antara nilai AKP antar blok bisa disebabkan karena umur tanaman yang berbeda, jenis varietas yang digunakan dan kondisi lingkungan tumbuh di masing-masing blok. Menurut Tobing (1992) nilai AKP yang berada dibawah 15 % menunjukkan bahwa produksi TBS di kebun tersebut tergolong rendah. Semakin tinggi nilai kerapatan panen, maka semakin besar potensi buah yang akan dipanen.

Berdasarkan hasil uji-t yang dilakukan menunjukkan adanya perbedaan secara nyata pada taraf 5%. Selisih antara nilai AKP rencana dan AKP realisasi berkisar antar 0.3–5.0%. Selisih tersebut berada diatas standar maksimum yang ditentukan oleh perusahaan, yaitu < 5% dari nilai taksasi. Menurut Miranda (2009) perbedaan angka kerapatan panen disebabkan oleh tingkat ketelitian saat pengamatan masih rendah atau adanya kesalahan dari pemanen itu sendiri baik adanya pemanenan tandan yang belum memenuhi kriteria matang panen atau adanya buah matang tertinggal di pokok.

Perbedaan antara nilai AKP taksasi dan realisasi dapat disebabkan oleh kurang telitinya mandor panen atau asisten ketika menghitung jumlah buah matang saat penentuan nilai AKP taksasi dan pengambilan contoh tanaman yang tidak mewakili keseluruhan blok. Penyimpangan dalam penentuan AKP realisasi pada semester I dapat disebabkan kondisi buah trek atau kondisi dimana sedikit buah matang yang dapat panen. Kondisi ini menyebabkan pemanen melewatkan blok yang harus dipanen karena dianggap tidak ada buah matang layak panen. Hal ini menyebabkan produksi berkurang dan nilai AKP realisasi lebih rendah dari AKP taksasi.

Persiapan Panen

(32)

22

pabrik dan prasarana panen (pasar pikul, piringan, titi panen, pemeliharaan jalan dan TPH). Perusahaan juga menyediakan alat pelindung diri (APD) bagi pemanen, seperti helm, kaca mata, sepatu boot dan sarung tangan. Namun, pada kenyataannya tidak semua pemanen menggunakan APD dengan lengkap dengan alasan penggunaan APD tersebut justru mengganggu kegiatan pemotongan TBS. Rotasi Panen

Rotasi panen merupakan waktu yang diperlukan antara panen terakhir dan panen berikutnya pada blok yang sama. Rotasi panen yang ditetapkan di Afdeling I Kebun SBU berdasarkan kaveld panen, yaitu 6/7 artinya dalam satu minggu terdapat enam hari panen sehingga ada enam kaveld panen. Rotasi panen terlambat akan menyebabkan buah terlalu masak bahkan bisa jadi janjang kosong. Apabila hal ini terjadi akan mengakibatkan jumlah brondolan meningkat, losses juga semakin tinggi akibat tidak dikutipnya brondolan secara bersih sehingga memperlambat penyelesaian panen dan dapat meningkatkan biaya panen. Menurut Suryono (2012) rotasi panen yang terlalu cepat mengakibatkan pemanen lebih cenderung untuk memotong tandan yang kurang matang karena tuntutan basis kerja. Basis kerja yang ditetapkan oleh standar perusahaan sebesar 900 kg. Hubungan antara rotasi panen dengan produksi di Kebun SBU dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Hubungan antara rotasi panen, produksi dan luas panen Rotasi Produksi Pencapaian Standar Realisasi Taksasi Realisasi

...(hari)... ..(kg).. ..(kg).. ...(%)... ...(ha)... ...(ha)... ...(orang)...

(33)

23 semakin meningkat karena sedikitnya buah matang yang dapat dipanen sehingga para pemanen maju dengan cepat ke blok selanjutnya. Pengamatan terhadap hasil produksi antara rencana dan realisasi tidak berbeda nyata pada taraf 5%. Perencanaan yang dilakukan oleh asisten maupun mandor harus diteliti dan harus melihat kondisi lapangan karena perbedaan antara produksi taksasi dan produksi realisasi berbeda jauh. Menurut Pahan (2006), penyelesaian dari masalah rotasi panen ini adalah melakukan pemantauan pada daftar rotasi panen di kantor afdeling, informasi umur pokok dan kerapatan panen setiap blok, jumlah tenaga kerja, jumlah borongan, persentase siap borong, dan curah hujan.

Tenaga Kerja

Tenaga kerja panen merupakan hal yang terpenting dalam perkebunan kelapa sawit. Kegiatan pemanen akan terhambat dengan berkurangnya jumlah tenaga kerja panen yang akan mengakibatkan luasan panen lebih kecil dari pada yang targetkan oleh perusahaan. Kebutuhan tenaga kerja ini harus dihitung untuk mengetahui kecukupan tenaga kerja panen. Perhitungan penetapan tenaga kerja panen berdasarkan ketentuan perusahaan adalah:

Kebutuhan tenaga kerja = luas areal total (ha)

total kaveld panen x norma panen (ha HK-1) Contoh perhitungan kebutuhan tenaga kerja Afdeling I (Rumus I) Kebutuhan tenaga kerja = 717.57 ha = 39.86 ≈ 40 orang

6 kaveld x 3 ha HK-1

Perhitungan jumlah kebutuhan tenaga panen setiap hari: Kebutuhan tenaga panen = A x B x C x D

E

Keterangan: A = Luas blok yang akan di panen B = Kerapatan panen

C = Rata-rata berat buah (kg) D = Populasi tanaman ha-1 E = Kapasitas panen HK-1

Contoh perhitungan jumlah pemanen Afdeling I (Rumus II)

Kebutuhan tenaga pemanen = 123.71 ha x 0.14 x 24.2 kg x 132 tanaman/ha

1 750 kg HK-1

= 31.6 ≈ 32 orang pemanen

(34)

24

produksi maupun output perusahaan. Permasalahan yang sering terjadi dalam tenaga panen adalah ketidakhadiran para pemanen baik izin, sakit maupun absen tanpa alasan.Permasalahan seperti ini dapat diatasi dengan sanksi yang telah diterapkan oleh perusahaan, yaitu jika ada tenaga kerja yang mangkir akan dikenakan surat peringatan (SP) dan jika sampai mendapatkan SP sampai tiga kali maka tenaga kerja tersebut di PHK (pemutusan hubungan kerja).

Produksi Tandan Buah Segar

Produksi TBS merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman. Keberhasilan produksi TBS sangat tergantung terhadap beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan, faktor tanaman dan faktor budidaya. Pencapaian produksi yang tinggi dan berkualitas tidak terlepas dari bahan tanam yang digunakan, umur tanaman, pemanen dengan kapasitas kerjanya, peralatan yang digunakan untuk panen, kelancaran transportasi serta alat pendukung lainnya seperti organisasi panen yang baik, keadaan areal, dan insentif yang disediakan (Lubis 1992). Umur tanaman berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Semakin luas komposisi umur tanaman menunjukkan tingkat potensi produktivitasnya semakin beragam. Pengamatan mengenai pengaruh umur tanam terhadap produksi dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Pengaruh umur tanaman terhadap produksi tandan buah segar Tahun

Produksi

Tahun tanam

1993 1997 1998

Perusahaan PPKS Perusahaan PPKS Perusahaan PPKS

...ton ha-1tahun-1... Sumber: Kantor Besar Kebun 2013

a **: sangat nyata pada taraf 5%, tn= tidak nyata pada taraf 5%

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa tahun produksi dan tahun tanam 1993 tidak nyata pada taraf 5% terhadap standar PPKS, tahun produksi dengan tahun tanam 1997 dan 1998 sangat nyata pada taraf 5% terhadap standar PPKS. Menurut PPKS (2007) kelapa sawit mencapai produksi tertinggi pada umur tanaman 12-13 tahun. Namun, pada tabel di atas tidak menunjukkan hal yang demikian, mungkin dapat disebabkan karena kondisi lahan, bahan tanam maupun yang lainnya. Menurut Anwar dan Purba (2001) pencapaian produksi yang tidak sesuai disebabkan oleh faktor kultur teknis yang belum dilaksanakan secara optimal yang sebenarnya.

(35)

25 menggunakan varietas marihat tetapi menggunakan varietas PNG. Penyisipan tanaman kelapa sawit pada umur muda juga merupakan salah satu penyebab perbedaan hasil produksi. Lokasi penanaman tanaman pada tahun tanam 1998 berada di areal berbukit sehingga pemanenan tidak dilakukan setiap kali rotasi. Jenis tanah pada tanah mineral juga berpengaruh terhadap hasil produksi yang didapat. Menurut Koedadiri (2004) potensi kelapa sawit pada tanah ultisol di Indonesia tergolong agak rendah dan sering berada pada potensi produksi kelas lahannnya S-3.

Aspek Manajerial Panen

Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasiaan, penggerakan dan pengawasan orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya (Sule dan Saefullah 2008). Manajemen diperlukan sebagai upaya agar suatu kegiatan dapat berjalan efektif dan efisien. Fungsi-fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Funsi-fungsi manajemen sebagaimana diterangkan oleh (Terry 2006) terdiri dari empat fungsi, yaitu:

Perencanaan Panen

Perencanaan merupakan susunan langkah-langkah secara sistematik dan teratur untuk mencapai tujuan organisasi atau memecahkan masalah tertentu. Perencanaan juga diartikan sebagai upaya memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan memperhatikan segala keterbatasan guna mencapai tujuan secara efisien dan efektif.

Perencanaan panen diawali dengan pembuatan rencana kerja tahunan (RKT). RKT didapatkan dari budget produksi tahunan. RKT tersebut dituangkan ke dalam rencana kerja bulanan (RKB) dan rencana kerja harian (RKH). Penyusunan RKB berdasarkan pada sebaran produksi yang sudah ditentukan. Penyusunan RKH panen dilakukan berdasarkan hasil perhitungan angka kerapatan panen (AKP) setiap harinya atau biasa disebut taksasi produksi. Taksasi produksi harian merupakan dasar untuk menentukan jumlah tenaga kerja serta jumlah biaya panen dan pengangkutan yang akan dilakukan. Dengan perencanaan tersebut dapat meningkatkan efisiensi biaya panen perusahaan. Namun, pada pelaksanaan di lapang, perencanaan yang dilakukan seringkali tidak melihat kondisi lapang secara langsung, sehingga perencanaan yang sudah dilakukan seringkali meleset jauh.

Contoh perhitungan perencanaan panen Afdeling I Luas kaveld yang akan dipanen = 125 ha

Populasi pokok = 132 pokok ha-1 Bobot janjang rata-rata (BJR) = 22 kg

Angka kerapatan panen (AKP) = 1:6 = 16.6% Kapasitas pemanen = 1 750 kg

(36)

26

Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagian tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam aktivitas organisasi, dengan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki. Kegiatan yang harus dilakukan meliputi, penempatan, pengkoordinasian, dan pemanduan untuk mencapai tujuan organisasi.

Pengorganisasian panen dilakukan dengan pembagian tugas sesuai dengan kompetensi individu. Setiap Afdeling dipimpin oleh asisten Afdeling yang bertugas menyusun rencana kerja baik tahunan, bulanan maupun harian. Asisten Afdeling juga bertugas mengawasi semua kegiatan di Afdeling agar berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Asisten Afdeling dibantu oleh mandor panen dalam mengawasi proses pemanenan dan mengecek kualitas buah yang dipanen. Pengorganisasiaan yang dilakukan dilapang sudah baik, asisten Afdeling dan mandor panen selalu mengawasi para pemanen di lapang, namun dalam pengecekan kualitas buah kadang-kadang tidak dihiraukan sehingga pemanenan buah mentah masih tetap ada.

Penggerakan

Perencanaan dan pengorganisasiaan yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan pelaksanaan kerja organisasi yang bertanggung jawab. Untuk itu maka semua SDM yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun. Setiap pelaku organisasi harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.

Pemanenan dilakukan terhadap buah yang sudah matang panen sesuai dengan kriteria perusahaan. Semua brondolan yang jatuh harus dikutip dan dimasukkan ke dalam karung dan dikumpulkan ke TPH. Pelepah yang diturunkan pada saat panen harus disusun rapi di gawangan mati.

Pengawasan

(37)

27 pada saat dilapang mandor hanya mengecek para pemanen di jalan saja tanpa mengecek ke dalam hanca. Pengawasan terhadap penghitungan AKP harus selalu dipantau karena pengambilan contoh hanca tidak mewakili keadaan buah dalam satu blok. Pengangkutan TBS harus tepat waktu dan tidak boleh ada buah yang restan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kegiatan pemanenan di Kebun Sei Batang Ulak dilaksanakan berdasarkan standar perusahaan. Namun, dalam pelaksanaan di lapangan masih terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dan dibenahi. Permasalahan yang terjadi dalam pemanenan antara lain perencanaan panen, angka kerapatan panen (AKP), rotasi panen dan kriteria kematangan panen yang tidak sesuai. Perencanaan panen yang tidak akurat dapat menyebabkan taksasi dan realisasi yang didapat tidak sesuai, demikian pula penggunaan tenaga panen juga harus disesuaikan dengan kondisi buah yang ada di lapang. AKP yang terlalu rendah disebabkan sedikitnya buah matang sehingga untuk mencapai basis kerja sebesar 900 kg pemanen menambah luasan panen yang semakin lama semakin melebar dan menyebabkan rotasi menjadi cepat yang dapat meningkatkan losses panen karena banyak pemanen yang memotong buah mentah.

Saran

Sistem perencanaan panen dan pengawasan perlu ditingkatkan sehingga hasil dari taksasi maupun realisasi yang sudah dilakukan tidak terlalu meleset jauh dan kegiatan pemanenan dapat berlangsung secara optimal. Rotasi panen harus selalu dipantau jangan terlalu cepat karena akan banyak buah mentah yang akan dipanen dan rotasi jangan terlalu lama karena dapat menyebabkan buah terlewat matang bahkan busuk.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar S dan Purba P. 2001. Kesenjangan produksi pada tanaman kelapa sawit muda: suatu tantangan bagi pekebun kelapa sawit. Warta PPKS 9(2): 51-59. [Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Lintasan 30 Tahun

Pengembangan Kelapa Sawit [internet]. [diacu 2012 Maret 14]. Tersedia dari: http:// www.ditjenbun.deptan.go.id.

Fauzi Y, Widyastuti YE, Satyawibawa I, dan Hartono R. 2008. Kelapa Sawit: Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran Edisi Revisi. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

(38)

28

Hakim M. 2007. Dalam Lembaga Pupuk Indonesia (Ed). Kelapa Sawit. (ID): Jakarta. Lembaga Pupuk Indonesia.

Koedadiri AD. 2004. Produktivitas kelapa sawit generasi pertama padatanah ultisol di beberapa eilayah perkebunan kelapa sawit di indonesia. Warta PPKS 12(2-3): 47-49.

Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Medan (ID): Pusat Penelitian Perkebunan Marihat.

Mangoensoekarjo S. 2005. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada.

Miranda RR. 2009. Manajemen panen tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di PT. Gunung Kemasan Estate, Minamas Plantation, Pulau Laut, Kalimantan Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pahan I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

[PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2007. Budidaya Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Sastrosayono S. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Tanggerang (ID): Agromedia Pustaka.

Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

Sule ET dan Saefullah K. 2008. Pengatur Manajemen. Edisi pertama. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group.

Suryono A. 2012. Pengelolaan pemanenan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di PT. Aneka Inti Persada, Pinang Sebatang Estate, Siak, Riau [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Terry GR. 2009. Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta (ID): Bumi Aksara.

(39)

1

Lampiran 1 Data curah hujan dari tahun 2007 – 2012

Bulan

Tahun

Rata‐rata 

2007 2008 2009 2010 2011 2012

HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH

Januari 23 366 22 402 24 294 20 314 22 438 13 50 20.67 310.67

Februari 17 266 14 165 16 335 16 372 12 185 13 98 14.67 236.83

Maret 11 147 27 593 21 291 16 281 10 119 16 327 16.83 293.00

April 16 287 23 397 14 254 17 166 18 242 16 348 17.33 282.33

Mei 17 276 10 107 15 218 9 129 16 201 16 294 13.83 204.16

Juni 8 134 13 361 8 66 11 172 5 50 3 27 8.00 135.00

Juli 17 274 13 176 9 102 15 249 3 79 8 139 10.83 169.83

Agustus 14 248 10 166 14 208 11 154 5 101 7 109 10.16 164.33

September 16 328 13 225 5 68 15 330 10 112 13 227 12.00 215.00

Oktober 11 165 17 253 16 312 10 206 15 167 17 340 14.33 240.50

November 19 330 20 363 16 395 13 321 18 263 20 454 17.66 354.33

Desember 20 301 23 413 22 499 15 272 20 274 13 306 18.83 344.16

Total 189 3 122 205 3 621 180 3 042 168 2 966 154 2 231 155 2 719 175.14 2 950.14

BB   12    12   10   12    10   9   12 

BL   0    0   2   0    1   1   0 

BK   0    0   0   0    1   2   0 

Sumber: Kantor Besar Kebun

Keterangan: HH: hari hujan (hari) BB: bulan basah (bulan) BL: bulan lembab (bulan) CH: curah hujan (mm) BK: bulan kering (bulan)

(40)

Lampiran 2 Luas lahan dan tata guna lahan

Kelompok lahan Aktual lahan per afdeling Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9

A. Lahan yang ditanam

-TT 1993 456.94 128.4 - - - 95.20 - - - 680.54

-TT 1994 - - - 22.00 625.40 35.30 - 682.70

-TT 1995 - 177.17 - - - 177.17

-TT 1996 - 372.65 485.93 225.98 24.82 474.04 - 76.99 - 1 660.41

-TT 1997 200.73 61.10 116.3 387.73 325.46 28.23 158.14 512.33 236.1 2 026.12

-TT 1998 59.90 30.50 - - 104.67 - - 121.7 94.3 411.07

-TT 1999 - - - - 160.83 - - - - 160.83

-TT 2000 - - - 72.56 - - - 72.56

-TT 2001 - - 19.64 - - - 1.,64

-TT 2002 - - -

-TT 2003 - - -

-TT 2004 - - - 345.17 345.17

-TT 2005 - - 58.43 - - - 186.90 245.33

B. Areal tidak ditanam

1. Jalan 3.94 3.97 3.25 2.59 3.40 2.29 1.15 2.35 0.98 23.92

2. Parit & Sungai 7.64 0.19 - - - 6.05 3.43 5.53 - 22.84

3. Bangunan 3.57 0.30 2.45 0.25 1.00 0.80 1.97 0.47 1.70 41.51

4. Areal Pabrik - - -

5. Okupasi 1.94 - 43.81 - - - 45.75

6. Inclave - 20.55 - - - - 11.6 - - 32.15

Total areal diusahakan 761.72 796.77 729.81 689.11 620.18 628.61 801.69 754.67 865.15 6 647.71

(41)

3

Lampiran 3 Peta kerja Afdeling I

(42)

4

(43)

33

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Januari 1992 dari Bapak Bambang Suharto dan Ibu Tumirah. Penulis adalah putri ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Muhammadiyah 18 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Gambar

Tabel 1  Kriteria matang panen kelapa sawit
Gambar 1. Proses penguntilan pupuk
Tabel 4  Dosis pupuk anorganik kelapa sawit
Gambar 2. Pengendalian gulma secara manual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilaksanakan pada April hingga Oktober 2012 dengan mengambil tanaman terinfeksi bulai dari Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Jawa

Luas fase yang dihasilkan pada periode 11 April 2015 yaitu fase generatif 20468,40 Ha, fase vegetatif 2220,99 Ha, fase bera 3644,1 Ha, dan fase air 125,4 Ha.Jumlah fase vegetatif

selanjutnya  disebut  Meja  Pengaduan, adalah  unit  kerja  khusus  yang  ditunju  untuk  menangani  pengaduan  di  Mahkarnah  Agung  atau  Pengadilan.  Mej 

Permintaan reservasi dari pelanggan Sales &amp; Marketing Menerima permintaan pemesanan kamar dan mengecheck ketersediaan kamar Data permintaan pemesanan kamar House keeping

risiko yang meliputi konteks, identifikasi, analisis, evaluasi, perlakuan, pemantauan dan komunikasi yang terkait dengan aktivitas, fungsi atau proses, sehingga institusi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan frekuensi diare antara bayi yang diberi ASI eksklusif dengan bayi yang diberi susu formula pada

[r]

menganalisis data log CBL untuk melihat daerah (kedalaman) mana yang memerlukan perbaikan, selanjutnya menghitung volume slurry cement untuk perbaikan bad bonding tersebut