• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Gunung Pamela PTPN III, Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Gunung Pamela PTPN III, Sumatera Utara"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI KEBUN GUNUNG PAMELA

PTPN III, SUMATERA UTARA

HUSEIN HABIB

A24090007

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULUTRA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Gunung Pamela PTPN III, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

HUSEIN HABIB. Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Gunung Pamela PTPN III, Sumatera Utaara. Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH.

Kegiatan magang memberikan ilmu, keterampilan dan pengalaman tambahan dalam aspek teknis budidaya kelapa sawit maupun manajerial dalam mengkoordinasikan karyawan. Kegiatan berlangsung dari bulan Februari hingga Juni 2013 di kebun Gunung Pamela PTPN III, Sumatera Utara. Pengamatan diuji menggunakan analasis data statistika yaitu korelasi dan uji t-student. Rotasi panen, angka kerapatan panen, manejemen tenaga kerja, dan pengawasan panen merupakan aspek penting dalam kegiatan panen. Dari hasil analisis yang dilakukan, nilai AKP estimasi dengan realisasi tidak berbeda nyata, hasil korelasi terhadap kualitas pemanen yang dinilai berdasarkan umur pemanen, lama kerja, dan tingkat pendidikan terhadap output pemanen (jumlah tandan) menunjukkan sifat yang tidak nyata, lemah, dan searah kecuali tingkat pendidikan yang bersifat berlawanan arah. Hasil uji t-student terhadap lama kerja menunjukkan bahwa lama kerja pemanen tidak berpengaruh nyata terhadap output yang dihasilkan. Umur pemanen yang kurang dari 30 tahun dan lebih dari 30 tahun menurut hasil uji-t ternyata berpengaruh tidak nyata pula terhadap output yang dihasilkan pemanen. Produktivitas kelapa sawit di kebun Gunung Pamela PTPN III belum sesuai dengan standar marihat.

Kata kunci: Kebun Gunung Pamela, kelapa sawit, manajemen pemanenan

ABSTRACT

HUSEIN HABIB. Harvesting Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Gunung Pamela Plantation PTPN III, North Sumatera. Supervised by ADOLF PIETER LONTOH.

Intership program gave knowledge, skill, and experience in technical aspect of conducting of oil palm and lead of the employees management. This activity was started from February to June 2013 in Gunung Pamela Plantation PT. Perkebunan Nusantara III, North Sumatera. Observation was examined with statistical data analyse such as corelation and t-dunnet test. Harvest rotation, harvest density, management of labour, and harvesting supervision were important aspect in harvesting activity. Result of harvest density estimation analysis was not significantly different, the result of corelation to harvester quality was observe from the age harvester, work experience and education level to output of harvester (amount of palm oil fruit) was not significantly different, weak, and directional except education level that a instruct contrary. Result of t-dunnet test of work experience didn’t affect the real output of harvester. The age of harvester that less than and more than 30 years old, according to result of t-dunnet test, was not significantly different to the output. Productivity of palm oil in Gunung Pamela Plantation PT. Perkebunan Nusantara III haven’t reached to marihat standard.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI KEBUN GUNUNG PAMELA

PTPN III, SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Gunung Pamela PTPN III, Sumatera Utara

Nama : Husein Habib NIM : A24090007

Disetujui oleh

Ir Adolf Pieter Lontoh, MS Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan serta hidayahNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi merupakan syarat kelulusan S1 di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi merupakan hasil dari kerja dan analisis selama kegiatan magang yang dilaksanakan selama empat bulan di perkebunan kelapa sawit Kebun Pamela, PT Perkebunan Nusantara III, Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, Bapak Triduan Sunario dan Ibu Etty Suriani, seluruh keluarga besar (Dwi Puspa Rini) atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis, Bapak Ir Adolf Pieter Lontoh, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan dukungan, bimbingan serta arahannya selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi. Ibu Dr Ir Ni Made Armini Wiendi, MS selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalankan studi. Bapak Ir Tambal Siregar selaku Manajer Kebun, dan keluarga besar PT Perkebunan Nusantara III, Kebun Gunung Pamela, Sumatera Utara, terutama Bapak Rudi Arianto, SP dan Lily Rajali, SP selaku Asisten Afdeling V dan Bapak Eman Siswanto, SP selaku Asisten Kepala Rayon B yang telah memberi bimbingan dan masukan kepada penulis. Teman-teman magang seperjuangan, Warkop AGH 46, Agrolina, Annisa, dan AGH angkatan 46 beserta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun ke arah yang lebih baik

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani Kelapa Sawit 2

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 2

Pemanenan 2

METODE MAGANG 3

Tempat dan Waktu 3

Metode Pelaksanaan 4

Pengamatan dan Pengumpulan Data 4

Analisis Data dan Informasi 4

KEADAAN UMUM 5

Letak Geografis 5

Keadaan Iklmim dan Tanah 5

Areal Konsesi dan Tata Guna lahan 6

Keadaan Tanaman dan Produksi 6

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 7

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 8

Aspek Teknis 8

Aspek Manajerial 19

HASIL DAN PEMBAHASAN 21

Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit 21

Rotasi Panen 22

Angka Kerapatan Panen 23

Tenaga Kerja Panen 24

Pengawasan Panen 26

Produktivitas Kelapa Sawit 28

KESIMPULAN DAN SARAN 30

Kesimpulan 30

Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN 32

(11)

DAFTAR TABEL

1 Norma Ketenagakerjaan 7

2 Produksi Tandan Buah Segar Periode Januari – Mei 2013 13

3 Kriteria Mutu Tandan Buah Segar 14

4 Luas Kapveld Panen Afdeling V Kebun Gunung Pamela 15 5 Klasifikasi Pemanen Berdasarkan Nilai Pemanen 17 6 Pengurangan Nilai dalam Pemeriksaan Hanca Panen 18

7 Pengurangan Nilai dalam Pemeriksaan di TPH 18

8 Prestasi Normal dan Basis Tugas Kegiatan Panen 19

9 Premi Supervisi Panen 19

10 Rotasi Panen Kebun Gunung Pamela 22

11 Angka Kerapatan Panen per Tahun Tanam 24

12 Persentase Kehadiran Pemanen 24

13 Uji Korelasi Terhadap Kualitas Pemanen 25

14 Hasil Uji-t Lama Kerja Terhadap Output Pemanen 26 15 Hasil Uji-t Umur Pemanen Terhadap Output Pemanen 26

16 Kualitas Mutu Buah Pemanen 27

17 Tingkat Kesalahan Pemanen 27

18 Produktivitas Kelapa Sawit 29

19 Hasil Uji-t Produktivitas Antar Kapveld 29

DAFTAR GAMBAR

1 Kegiatan Pengendalian Gulma Manual 8

2 Kegiatan Pengendalian Gulma Secara Kimia 10

3 Kegiatan Penunasan Kelapa Sawit 11

4 Pembuatan Jalan Transportasi dan Rorak 11

5 Kegiatan Pemupukan Kelapa Sawit 13

6 Kegiatan Pemanenan Kelapa Sawit 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal Harian Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas di Kebun Gunung

Pamela PTPN III, Sumatera Utara 33

2 Jurnal Harian Magang Sebagai Pendamping Mandor di Kebun Gunung

Pamela PTPN III, Sumatera Utara 34

3 Jurnal Harian Sebagai Pendamping Asisten di Kebun Gunung Pamela

PTPN III, Sumatera Utara 35

4 Peta Kebun Gunung Pamela PTPN III, Sumatera Utara 38 5 Data Curah Hujan 2007-2011 Kebun Gunung Pamela PTPN III,

Sumatera Utara 39

6 Pembagian Luas Areal Kelapa Sawit 40

7 Produksi 5 Tahun Terakhir Kebun Gunung Pamela PTPN III, Sumatera

Utara 41

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang paling produktif dengan produksi minyak per hektar yang paling tinggi dari seluruh tanaman penghasil minyak nabati lainnya (Pahan 2008). Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak yang telah lama dibudidayakan dan merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia sehingga menjadikan tanaman kelapa sawit sebagai primadona penghasil devisa negara dari sektor perkebunan.

Berdasarkan data dari Ditjenbun (2011) produksi minyak kelapa sawit meningkat seiring dengan pertambahan luas areal perkebunan kelapa sawit dan

produksi tandan buah segar. Data menunjukan pada tahun 2008 terdapat 7 363 847 ha luas areal kelapa sawit dengan produksi CPO sebesar 18 141 006 ton

dan di tahun 2010 meningkat menjadi 8 430 027 ha dengan produksi CPO 20 615 958 ton.Volume ekspor minyak kelapa sawit juga menunjukkan data yang terus meningkat setiap tahunnya. Ekspor minyak kelapa sawit pada tahun 2008 mencapai 18 141 006 ton dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan dengan volume ekspor 20 615 959 ton. Minyak sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek yang cerah karena seiring berjalannya waktu, industri-industri yang berbasis bahan baku produk kelapa sawit meningkat pesat.

Teknik budidaya yang diterapkan di kebun terdiri atas kegiatan pembukaan lahan hingga penanganan pasca panen. Salah satu teknik budidaya utama dalam pengusahaan kelapa sawit adalah pemanenan. Panen adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik kelapa sawit (PKS). Keberhasilan pemanenan akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman. Sebaliknya, kegagalan akan menurunkan produktivitas tanaman kelapa sawit. Pemeliharaan yang sudah baku dan potensi tinggi tidak berarti jika pemanenan tidak optimal (PPKS 2007).

Kegiatan pemanenan memiliki tujuan untuk mendapatkan hasil panen dengan mutu yang baik. Tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan pemanenan antara lain (a) pelaksanaan ketentuan panen seperti sistem panen, rotasi panen, kriteria matang panen dan persentase brondolan, (b) pelaksanaan angkutan panen segera mungkin ke pabrik dan (c) pelaksanaan pengolahan secepat mungkin (Astra Agro Niaga 1996).

Tujuan Magang

(13)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Menurut Lubis (1992) taksonomi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut :

Family : Palmae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik Selatan, serta beberapa daerah lain dengan skala yang lebih kecil. Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya di Brazilia. Kelapa sawit di Brazil dapat ditemukan secara liar atau setengah liar di sepanjang tepi sungai. Kelapa sawit yang termasuk kedalam subfamili Cocoideae merupakan tanaman asli Amerika Selatan, termasuk kedalam species E. Oleifera dan E. Edora (Pahan 2008).

Syarat Tumbuh

Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5 hingga 7 jam hari-1. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1 500-4 000 mm dan temperatur optimal 24-28 ºC. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1 hingga 500 mdpl (diatas permukaan laut). Kelembapan optimum yang ideal untuk tanaman sawit sekitar 80–90% dan kecepatan angin 5–6 km jam-1 untuk membantu proses penyerbukan (Kiswanto et al. 2008). Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidroponik kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5.0–5.5. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15º.

Pemanenan

Produksi minyak kelapa sawit sangat erat hubungannya dengan proses pemanenan. Teknik budidaya ini sangat mempengaruhi kualitas minyak kelapa sawit yang dihasilkan. PPKS (2007) menyatakan panen adalah kegiatan pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik.

Saat buah mulai masak, kandungan minyak dalam daging buah (mesokarp) meningkat cepat. Penyebabnya adalah proses konversi karbohidrat menjadi lemak dalam buah. Setelah kadar minyak maksimal, buah akan lepas (brondol) dari tandannya. Asam lemak bebas (ALB) dalam buah akan terus meningkat sehingga dalam transportasinya pun harus cepat agar kandungan ALB tidak terlalu tinggi (Sastrosayoro 2006).

(14)

3 tanda adanya sejumlah buah merah yang jatuh (brondol). Jumlah buah yang brondol telah ditetapkan, yaitu 1-2 buah per kilogram bobot tandan buah. Cara memanen tandan buah kelapa sawit adalah dengan memotong tangkai tandan buah menggunakan dodos jika tanaman masih pendek dan menggunakan egrek jika tanaman sudah tinggi. Pemanenan dilakukan satu kali seminggu dengan rotasi antar blok yang rutin (Sunarko 2009).

Sistem panen kelapa sawit dapat menghasilkan minyak sawit bermutu baik jika sistem panen memenuhi standar tertentu. Standar sistem panen yang ditentukan adalah: a) tidak ada buah mentah yang dipanen, b) tidak meninggalkan buah matang, c) semua brondolan dikumpulkan dan dibawa ke TPH dalam kondisi bersih, d) membrondolkan buah yang terlalu matang, memotong tangkai tandan yang terlalu panjang dan membentuknya seperti cangkem kodok (mulut kodok), serta cabang harus dipotong dengan baik (Sastrosayoro 2006).

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2.5 tahun dan masak 5.5 bulan setelah penyerbukan dan dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Disamping itu ada kriteria lain tandan buah yang dapat dipanen apabila tanaman berumur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir, jika tanaman berumur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh sekitar 15-20. Pada keadaan optimal, produktivitas kelapa sawit dapat mencapai 20-25 ton ha-1tahun-1 TBS atau sekitar 4-5 ton minyak sawit (Kiswanto et al. 2008).

Produktivitas kelapa sawit pada tanah ultisol di Kalimantan lebih rendah jika dibandingkan dengan tanah ultisol di Riau dan Sumatera Utara. Besarnya produktivitas pada tanaman kelapa sawit umur 3-13 tahun berkisar 3-18 ton ha-1 tahun-1. Produktivitas tertinggi terdapat pada tahun ke 12 kemudian produktivitasnya mengalami penurunan. Produktivitas kelapa sawit pada tanah Ultisol diduga akibat rendahnya tingkat kesuburan baik fisik maupun kimia tanah yang dicirikan oleh karakteristik pH, bahan organik, KTK, ketersedian P, ketersediaan air rendah, dan tingginya kejenuhan Al dan Fe (Koedadiri 2004).

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

(15)

4

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilakukan penulis di Kebun Gunung Pamela adalah seluruh pekerjaan yang mengarah pada pengelolaan produksi di berbagai tingkat jabatan secara teknis dan manajerial dimulai dari KHL hingga asisten afdeling. Aspek teknis dilakukan pada tingkat jabatan sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan . Jenis kegiatannya adalah pemeliharaan dan pemanenan kelapa sawit. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah pemeliharaan jalan, penunasan (pruning), pemupukan, pengendalian gulma, hama dan penyakit. Aspek manajerial penulis lakukan pada tiga bulan berikutnya dengan rincian sebagai pendamping mandor yaitu mandor panen, mandor penyemprotan, mandor babat gulma manual, dan mandor pemupukan selama satu bulan dan sebagai pendamping asisten afdeling selama dua bulan terakhir magang (Lampiran 1, 2 dan 3).

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi menggunakan metode langsung untuk data primer dan metode tidak langsung untuk data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung ke lapangan seperti aktif dalam kegiatan di kebun, wawancara dan diskusi langsung dengan karyawan kebun, mandor dan asisten kebun. Pengamatan utama pengumpulan data primer dan informasi adalah kegiatan panen seperti kriteria matang panen, rotasi panen, taksasi produksi dan tenaga kerja. Pengamatan pada tahap panen dilakukan pada teknik pemotongan tandan, pengumpulan brondolan. Pada kegiatan pengumpulan tandan ke TPH diamati ada atau tidaknya tandan afkir dan tandan mentah, pemotongan tangkai tandan, susunan tandan di TPH.

Pengumpulan data sekunder dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data dari laporan manajemen (bulanan, triwulanan, semesteran, tahunan) yang merupakan arsip di kantor kebun dan studi pustaka seperti kondisi umum lokasi seperti letak geografis dan keadaan lingkungan perkebunan. Data sekunder lain adalah data produksi perusahaan selama 5 tahun terakhir.

Analisis Data dan Informasi

(16)

5

1. Rotasi panen. Pengamatan rotasi panen dilakukan dengan membandingkan

rotasi panen pada semester I dan semester II.

2. Kerapatan panen. Pengamatan kerapatan panen (AKP) dilakukan pada

tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam yang berbeda. Data yang diperoleh dihitung dengan menggunakan rumus :

Kerapatan Panen (AKP) = : 1

3. Tenaga panen. Pengamatan dilakukan terhadap

a. Output pemanen berdasarkan lama kerja pemanen (pengalaman), umur pemanen dan tingkat pendidikan pemanen. Pengamatan dilakukan pada 12 orang pemanen dengan ulangan sebanyak empat kali ulangan.

b. Tenaga kerja dengan mengambil data kehadiran karyawan dari dua kemandoran.

4. Kualitas panen. Pengamatan pada mutu buah dilakukan di TPH dengan

mengamati jumlah buah mentah, buah matang dan buah sakit. Pengamatan pada tingkat kesalahan pemanen seperti brondolan tidak dikutip, tidak menurunkan pelepah, curi buah dan tangkai tandan panjang.

5. Produktivitas per kapveld. Pengamatan dilakukan dengan membandingkan

produktivitas antar kapveld panen di empat kapveld yang berbeda dan masing-masing kapveld diambil satu blok contoh.

6. Uji statistik. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis data yang

diperoleh adalah uji korelasi dan uji t-student .

KEADAAN UMUM

Letak Geografis Kebun

Kebun Gunung Pamela merupakan salah satu unit usaha PT Perkebunan Nusantara III yang berdiri sejak 1925 bernama cultur mascapy onderning (CMO) dengan komoditi awal tanaman karet seluas ±2 500 ha. Kebun Gunung Pamela terletak di Desa Buluhduri, Kabupaten Serdang Berdagai, Kecamatan Tebing Tinggi dan Sipispis, Provinsi Sumatera Utara yang memiliki jarak 20 km dari Kodya Tebing Tinggi dan 100 km dari Kota Medan. Kebun Gunung Pamela menguasai HGU seluas 5 589.06 ha yang terdiri dari 7 (tujuh) Afdeling yang memiliki komoditi karet dan kelapa sawit. Areal Kebun Gunung Pamela sebelah timur berbatasan dengan Kebun Gunung Para, sebelah barat berbatasan dengan Kebun Gunung Monako, sebelah utara berbatasan dengan Kota Madya Tebing Tinggi, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sipispis. Peta Kebun Gunung Pamela dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah

(17)

datar-6

berombak, hingga bergelombang-berbukit. Kesuburan fisik tanah tergolong baik dengan tekstur tanah lempung liat berpasir, struktur tanah bergumpal bersudut, dan konsistensi gembur hingga teguh. Reaksi tanah tergolong masam-sedang dengan pH 4.8-5.3. Kandungan bahan organik tergolong rendah-tinggi berkisar 0.29-6.21%, sedangkan N total tergolong rendah-tinggi yang berkisar 0.06-0.54%, dan C/N rendah-sedang berkisar 4.8-11.5. Status P yang tersedia di dalam tanah tergolong sangat rendah-tinggi berkisar 12-239 ppm. Status hara K, Ca dan Mg dapat dipertukarkan tergolong rendah-tinggi yang masing-masing sebagai berikut: 0.03-0.45 me 100g-1, 0.12-1.28 me 100g-1, dan 0.02-1.28 me 100g-1. Kapasitas tukar kation (KTK) tergolong agak rendah-tinggi yaitu 8.33-32.79 me 100g-1. Rasio K/Ca/Mg sedang baik, sehingga cukup baik bagi pertumbuhan kelapa sawit. Kelas kesesuaian lahan (KKL) kebun ini termasuk dalam kelas S3, akan tetapi, dengan penerapan teknik konservasi lahan (teras kontur/tapak individu) yang baik serta penerapan teknologi perkebunan yang baku lainnya maka kelas kesesuaian lahan dapat dipertahankan bahkan dapat mendekati kelas lahan S2.

Berdasarkan curah hujan dan hari hujan selama tahun 2007-2011 Kebun Gunung Pamela memiliki curah hujan rata rata tahunan 1 111-2 870 mm tahun-1 dengan hari hujan 113-151 hari tahun-1. Musim hujan terjadi sekitar bulan Juli-November dengan puncak musim hujan pada bulan Juli, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Desember hingga Juni (Lampiran 5).

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Areal konsesi di Kebun Gunung Pamela PTPN III memiliki luas total sebesar 5 589.06 ha. Luas areal yang diusahakan untuk kelapa sawit adalah 1 980.02 ha yang dibagi menjadi 7 Afdeling yakni Afdeling I, Afdeling II, Afdeling III, Afdeling IV, Afdeling V, Afdeling VI, dan Afdeling VII. Setiap Afdeling dipimpin oleh satu Asisten. Afdeling I memiliki luas sebesar 299.35 ha, Afdeling II sebesar 114.40 ha, Afdeling III sebesar 218.57 ha, Afdeling IV sebesar 476.32 ha, Afdeling V sebesar 471.79 ha, Afdeling VI sebesar 302.27 ha, dan Afdeling VII sebesar 97.32 ha. Luas areal tanaman menghasilkan (TM) atau tanaman tahun tanam 1997-2007 adalah sebesar 1 850.97 ha sedangkan untuk areal tanaman belum menghasilkan (TBM) atau tanaman tahun tanam 2010-2012 adalah sebesar 129.05 ha (Lampiran 6).

Keadaan Tanaman dan Produksi

(18)

7 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Kebun Gunung Pamela PTPN III dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pengelolaan kebun yang dipimpinnya. Seorang manager kebun memiliki hak untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan suatu kebun yang dipimpin. Manajer kebun dibantu oleh staf perkebunan diantaranya asisten kepala, asisten afdeling, asisten sipil/traksi dan alat berat, asisten tata usaha, asisten personalia kebun (APK) dan Pa.pam (pengawas keamanan). Seorang asisten kepala bertugas untuk mengkoordinasikan asisten-asisten afdeling, mengelola emplasmen, dan traksi. Asisten tata usaha bertugas untuk mengurus administrasi kebun, asisten personalia kebun bertugas untuk mengkoordinir semua personil dalam satu kebun sedangkan Pa.pam bertugas untuk mengawasi keamanan kebun. Asisten afdeling bertanggung jawab dalam mengelola afdeling, sedangkan asisten sipil bertangung jawab dalam memimpin kantor teknik. Struktur organisasi Kebun Gunung Pamela terlampir pada Lampiran 8. Kebun Gunung Pamela memiliki 7 asisten afdeling yang memiliki tanggung jawab terhadap semua kegiatan baik SDA, SDM, dan administrasi di afdeling masing masing. Setiap asisten afdeling dibantu oleh staf staf afdeling yaitu mandor I, krani afdeling, krani produksi, mandor panen, mandor pemeliharaan, krani cek sawit (KCS), centeng, dan opas kantor.

Situasi ketenagakerjaan di Kebun Gunung Pamela dibagi menjadi karyawan staf/pimpinan dan karyawan non staf. Karyawan staf terdiri dari manager, asisten kepala, asisten afdeling, asisten personalia kebun, asisten sipil, asisten tata usaha dan pa.pam sedangkan karyawan non staf terdiri dari karyawan administrasi kebun/afdeling, mandor afdeling, pemanen, penderes, pemeliharaan tanaman, guru TK/madrasah/bilal, petugas kesehatan, karyawan teknik/transport, dan keamanan (Tabel 1). Standard ITK untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.16-0.2. Nilai ITK Kebun Gunung Pamela adalah 0.16. Nilai tersebut sudah memenuhi tingkat standard tenaga kerja untuk perkebunan kelapa sawit.

Tabel 1 Norma ketenagakerjaan Kebun Gunung Pamela, PTPN III

Uraian Total (Orang)

Pemeliharaan tanaman , dll 116

Guru TK/madrasah/bilal 32

(19)

8

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma yaitu kegiatan membuang atau membasmi tanaman yang merugikan bagi tanaman. Pengendalian gulma sangat diperlukan karena dapat mempermudah kegiatan yang lain seperti pemanenan, penunasan, pemupukan dan pengangkutan tandan buah segar (TBS). Pengendalian gulma di PTPN III Kebun Gunung Pamela dilakukan secara manual dan kimiawi yang memfokuskan pada daerah inclusif pasar pikul, piringan, dan tempat pengumpulan hasil (TPH). Tujuannya adalah untuk mempertahankan kondisi tanaman menghasilkan kelapa sawit bebas dari gangguan gulma sehingga pertumbuhan tanaman, pemupukan dan proses panen lebih optimal.

Pengendalian gulma secara manual. Menggunakan alat cangkul, parang

(Gambar 1), egrek, dan mesin babat untuk membersihkan gulma yang merambat di pohon dan melakukan dongkel anak kayu (DAK). Penulis melakukan kegiatan babat gulma dan mendongkel anak kayu yang berada di gawangan dan piringan. Jenis gulma yang dijumpai umumnya berupa rumput lunak, cabai-cabaian dan keladi. Jenis gulma berkayu yang dibersihkan meliputi Melastoma malabatrhicum dan Chromolaena odorata dan tukulan sawit. Selain itu terdapat beberapa jenis paku-pakuan dan alang-alang (Imperata cylindrica). Jenis paku-pakuan yang harus dibersihkan yaitu pakis lunak (Nephrolepis biserrata), dan pakis sayur (Diplazium asperum). Pengendalian gulma manual di Kebun Gunung Pamela dilakukan dengan rotasi 1 kali per tahun. Pekerjaan dimulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB. Setiap pekerja diwajibkan untuk memenuhi standar pekerjaan yang telah ditetapkan yakni 3 HK Ha-1 dalam 7 jam kerja.

Pekerjaan pengendalian gulma secara manual dikerjakan oleh 9 orang karyawan perempuan dan 2 orang karyawan pria. Kendala yang dihadapi dalam pekerjaan ini adalah alat kurang memadai seperti cangkul dan alat babat yang mengalami kerusakan, keadaan topografi berupa terasan yang mengakibatkan karyawan mengalami kesulitan untuk membabat gulma, dan kurangnya kedisiplinan karyawan dalam menjalankan tugas. Penulis melakukan kegiatan pengendalian gulma secara manual baik sebagai karyawan maupun sebagai pengawas.

Gambar 1 Pengendalian gulma manual

Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia atau

(20)

9 herbisida ke tanaman penggangu (Gambar 2). Alat yang digunakan yakni knapsack sprayer, yaitu alat semprot dengan sistem pompa yang memiliki kapasitas 15 liter. Jenis nozzle yang digunakan yaitu nozzle bewarna biru dengan lebar semprot ±2 m. Adapun jenis herbisida yang digunakan diantaranya herbisida kontak, herbisida sistemik, dan herbisida pra tumbuh yang bersifat selektif.

Herbisida kontak yang digunakan adalah paraquat dengan merk dagang ”Ridatop”.

Herbisida tersebut memiliki bahan aktif paraquat diklorida 288 g l-1 setara dengan ion paraquat 208.6 g l-1 yang berbentuk cairan berwarna hijau tua. Herbisida

sistemik yang digunakan adalah glifosat dengan merk dagang “Sida Up”

berbentuk cairan berwarna kuning yang mengandung IPA glyphosate 490 g l-1 setara dengan glyphosate 363 g l-1. Herbisida selektif yang digunakan adalah metil metsulfuron dengan merk dagang “Metaben 20 WG” berbentuk bubuk berbahan aktif metyl metsulfuron 20%. Sistem penyemprotan dilakukan dengan cara blok per blok yang dikerjakan oleh 2 tim semprot yang dikelola secara terpusat oleh satu afdeling dalam satu kebun yaitu afdeling V (Lima).

Pengendalian secara kimia dilakukan pada piringan dan inclusif pasar pikul. Karyawan yang bekerja sebagai penyemprot sekitar 7 orang yang terdiri atas 5 wanita dan 2 pria, dan dipimpin oleh 1 mandor semprot. Karyawan wanita bertugas untuk menyemprot tanaman, sedangkan pria bertugas untuk mengambil air, mencampur herbisida, dan mengisikan herbisida tersebut ke masing-masing penyemprot. Setiap petugas semprot wajib memakai alat pelindung diri (APD) berupa celana dan baju lengan panjang, topi, sarung tangan, sepatu boots, dan masker. Sebelum menyemprot, herbisida dicampurkan terlebih dahulu di dalam drum bertujuan agar herbisida tercampur secara merata. Jika herbisida dicampurkan di dalam knapsack sprayer, kemungkinan racun tidak tercampur dengan merata dengan air. Rotasi pengendalian gulma secara kimia adalah setiap 3 bulan.

Penyemprotan gulma di piringan. Jenis herbisida yang digunakan yaitu

campuran antara glifosat dan metil metsulfuron. Dosis glifosat yang digunakan adalah 3 l ha-1 dengan konsentrasi 60 ml per 15 l dan volume semprot 400 l ha-1, sedangkan dosis metil melsulfuron yang digunakan adalah 50-100 g ha-1 dengan volume semprot 400-500 l ha-1. Herbisida ini berfungsi untuk mengendalikan gulma rumput seperti Ottochloa nodosa, Ischaemum timorensis dan gulma berdaun lebar seperti Ageratum conyzoides dan Synedrella nodiflora. Kendala yang dihadapi dalam penyemprotan piringan adalah alat yang kurang memadai seperti tangki knapsack bocor dan pompa hidrolik sering terlepas. Setiap satu tangki sprayer dapat digunakan untuk menyemprot 25-30 tanaman. Prestasi kerja yang harus dicapai oleh karyawan adalah 1.25 HK ha-1 (0.8 ha HK-1) untuk areal datar dan 2 HK ha-1 (0.5 ha HK-1) untuk areal miring, akan tetapi prestasi yang dapat dicapai karyawan chemist adalah1 HK ha-1.

Penyemprotan gulma di gawangan (Inclusif Pasar Pikul). Jenis herbisida

paraquat dengan dosis 500 ml ha-1. Herbisida ini berfungsi untuk mengendalikan gulma berdaun lebar seperti Ageratum conyzoides, Borreria alata, dan Clidemia hirta sedangkan gulma rumput seperti Axonopus compressus. Rotasi penyiangan gulma di gawangan dilakukan setiap 3 bulan.

(21)

10

memadai seperti tangki kap yang masih bocor dan kondisi cuaca yang tidak menentu. Prestasi kerja yang telah ditetapkan yaitu 1.25 HK ha-1 (0.8 ha HK-1) untuk areal datar dan 2 HK ha-1 (0.5 ha HK-1) untuk areal miring. Akan tetapi prestasi kerja karyawan chemist adalah 1 HK ha-1 (1 Ha HK-1). Selama kegiatan penyemprotan, penulis tidak melakukan kegiatan tersebut namun mendampingi mandor semprot untuk mengawasi para penyemprot.

Gambar 2 Pengendalian gulma secara kimia

Penunasan (Pruning)

Penunasan adalah kegiatan memotong pelepah daun yang tidak produktif dengan tujuan untuk mempertahankan jumlah pelepah daun sesuai umur tanaman, mempertahankan luas permukaan daun untuk proses fotosintesis, mempermudah pelaksanaan panen dan mencegah kehilangan brondolan yang tersangkut di ketiak pelepah.

Jenis penunasan kelapa sawit terdiri dari tiga yaitu tunas selektif, tunas periodik, dan tunas progresif. Penunasan selektif dilaksanakan pada tanaman menghasilkan 1 sampai dengan tanaman menghasilkan 2 dengan melakukan penunasan pelepah yang rata dengan tanah dan pelepah yang telah menguning atau kering. Jumlah pelepah yang dipertahankan adalah 56-64 pelepah. Rotasi kegiatan tunas selektif dilakukan selama 2 kali per tahun. Penunasan periodik dilaksanakan pada tanaman menghasilkan >4 tahun. Pelepah yang harus dipertahankan dalam 1 pokok kelapa sawit berdasarkan umur tanaman tersebut yaitu untuk tanaman <8 tahun jumlah pelepah yang dipertahankan 56-64 atau songgo 3 yakni mempertahankan pelepah dengan cara mempertahankan minimal 3 pelepah dibawah tandan tertua. Umur tanaman >8 tahun jumlah pelepah yang dipertahankan 48-56 atau songgo dua yakni mempertahankan minimal 2 pelepah dibawah tandan tertua. Rotasi kegiatan tunas periodik dilakukan selama 9 bulan.

Penunasan progresif dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen, yaitu memotong pelepah terlebih dahulu sebelum menurunkan TBS. Penunasan tersebut dilakukan oleh pemanen pada hancak panennya. Penunasan periodik dilakukan pada saat kondisi tertentu dan tidak bersamaan dengan kegiatan panen. Pemotongan pelepah dilakukan rapat ke pangkal pelepah dan bidang potongan berbentuk tapak kuda yang miring keluar membentuk sudut 15°-30° terhadap bidang datar. Pangkal pelepah bekas tunasan yang menempel pada pohon harus kurang dari 5 cm bertujuan mencegah tersangkutnya brondolan di ketiak pelepah. Pelepah yang telah ditunas dipotong tiga bagian lalu dikumpulkan dan ditumpuk diantara tanaman pada areal datar sampai bergelombang dengan membentuk huruf

“U”. Pada areal miring pelepah tidak dipotong namun ditumpuk diantara barisan

(22)

11 mengurangi erosi permukaan. Penulis tidak melakukan kegiatan penunasan namun mendampingi mandor panen untuk mengawasi para pemanen melakukan penunasan. Kegiatan penunasan dilakukan oleh setiap pemanen (Gambar 3).

Gambar 3 Kegiatan penunasan kelapa sawit Pembuatan Pasar Transportasi

Pembuatan jalan transportasi di Kebun Gunung Pamela khususnya Afdeling V dikerjakan dengan menggunakan alat ekscavator (Hitachi EX200). Alat ini berfungsi untuk memudahkan dalam pembuatan jalan transportasi di daerah lahan marjinal, mengurangi jumlah tenaga kerja, meminimalkan kerusakan lahan dan mempersingkat waktu kerja karena menggunakan tenaga mekanis. Ekscavator tersebut dioperasikan oleh 2 orang, yaitu 1 orang operator dan 1 orang pembantu operator yang diawasi oleh seorang centeng. Pembuatan jalan transportasi diawali dengan mengikis atau mengeruk jalan yang tidak produktif dan jalan yang berada di lahan marjinal agar memudahkan pengangkutan tandan buah segar (TBS) yang sudah dipanen pada lahan marjinal (Gambar 4a). Pohon kelapa sawit yang tidak produktif atau jantan ditumbangkan dan diletakan di sebelah pasar dan ditimbun dengan tanah. Selain itu, jalan transportasi ditinggikan dengan cara menimbun tanah yang diambil dari penggalian lubang (rorak) disebelah jalan (Gambar 4b). Rorak berfungsi untuk menampung air sebagai tempat cadangan air. Jalan transportasi berukuran lebar 4 m dan panjang sesuai panjang jalan, sedangkan ukuran rorak sekitar 2 m x 2 m. Prestasi kerja ekscavator yang telah ditentukan yaitu 500 m per hari kerja. Namun selama penulis melakukan pengawasan terhadap kegiatan tersebut, prestasi pekerja ekscavator sekitar 300 m per hari kerja. Pekerjaan ekscavator dimulai dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB dengan waktu istirahat 1 jam. Kebutuhan bahan bakar yang dibutuhkan dalam satu hari sekitar 75 liter atau tergantung dari kondisi lahan. Kendala yang dialami selama kegiatan tersebut adalah kerusakan pada alat ekscavator yang mengakibatkan tidak tercapainya prestasi kerja.

(a) (b)

(23)

12

Pemupukan

Pemupukan adalah pemberian unsur hara sesuai dengan dosis yang telah ditentukan pada tanaman. Hal tersebut bertujuan untuk memacu pertumbuhan, mengganti unsur hara yang telah terpakai atau hilang karena tercuci dan terangkut bersama produksi. Kegiatan pemupukan diawali dengan kegiatan perencanaan pemupukan untuk menentukan jenis dan dosis pemupukan berdasarkan rekomendasi, jumlah pupuk, jumlah tenaga kerja yang digunakan, peralatan dan perlengkapan yang digunakan dan persiapan lokasi.

Afdeling V Kebun Gunung Pamela menerapkan kegiatan untilan pupuk dengan cara membagi satu karung pupuk kedalam ember masing masing pemupuk dengan takaran 8-10 kg per pemupuk untuk diaplikasikan ke tanaman yang akan dipupuk. Organisasi pemupukan terdiri dari pengangkut pupuk, pelangsir pupuk, dan penabur pupuk. Alat yang digunakan selama melakukan kegiatan pemupukan yaitu sepatu boots, baju lengan panjang, celana panjang, sarung tangan, ember, alat takar pupuk, dan peta pemupukan.

Pengangkutan pupuk. Kegiatan pengangkutan pupuk dilakukan di gudang

pupuk yang diawasi oleh mandor pupuk untuk menentukan jumlah karung pupuk yang dibutuhkan. Mandor pupuk dibantu oleh tiga orang kenek yang bertugas untuk membantu mengangkut pupuk ke truk. Pupuk yang yang telah diangkut diletakan atau ditumpukan di daerah supply point besar yaitu titik ecer besar untuk menempatkan karung pupuk yang akan diecer ke titik ecer kecil. Setelah itu pupuk di ecer di setiap daerah supply point kecil. Pupuk yang sudah diecer harus diawasi agar tidak terjadi kehilangan pupuk dan pembuangan pupuk oleh pekerja. Oleh sebab itu, diperlukan satu orang karyawan yang bertugas untuk menjaga pupuk sekaligus merangkap sebagai pengumpul karung pupuk dari setiap pengenceran pupuk. Karung pupuk yang sudah digunakan lalu dikumpulkan dan digulung setiap 10 lembar karung yang bertujuan memudahkan pengawasan jumlah pupuk yang dibawa ke lapangan dan memastikan bahwa semua pupuk sudah ditabur dan tidak ada yang disembunyikan atau dibuang.

Kegiatan pemupukan dilakukan pagi hari dengan kondisi cuaca yang cerah dan tidak dianjurkan melakukan kegiatan pemupukan dengan kondisi hujan karena dapat menyebabkan pupuk tercuci dan mengeras. Beberapa hal yang harus disiapkan sebelum melakukan kegiatan pemupukan yaitu persiapan blok yang akan dipupuk, alat pelindung diri (APD), takaran pupuk, jenis dan dosis pupuk, kondisi piringan yang terbebas dari gulma dan alat transportasi untuk pengenceran pupuk.

Pelangsiran pupuk dan penaburan pupuk. Pelangsiran pupuk dikerjakan

oleh dua orang mandor yang dibantu oleh 2 orang kenek yang bertugas untuk mengangkut pupuk. Alat transportasi yang digunakan untuk melangsir pupuk adalah sepeda motor. Satu sepeda motor dapat mengangkut satu atau dua pupuk. Pupuk diambil dari supply point besar dan diecer ditempat supply point kecil. Pelangsir pupuk juga meletakan pupuk di pasar tengah untuk memudahkan penabur untuk mengambil pupuk.

(24)

13 melakukan kegiatan pelangsiran pupuk dan sebagai pengawas pemupukan. Prestasi kerja yang sudah ditetapkan oleh perusahaan yang harus dicapai oleh setiap karyawan adalah 200 kg HK-1 dalam 7 jam kerja. Penulis melakukan kegiatan pemupukan Dolomit dan TSP. Namun penulis hanya mengawasi kegiatan tersebut sehingga tidak memiliki prestasi kerja. Pemupukan dolomit dan TSP dilakukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM) kelapa sawit, sedangkan TSP hanya diaplikasikan pada TBM. Pemupukan pada TBM, pupuk yang pertama diaplikasikan yaitu dolomit terlebih dahulu, setelah itu seminggu kemudian pupuk TSP diaplikasikan di tempat yang sama. Karyawan yang diawasi selama kegiatan pemupukan sebanyak 12 orang. Prestasi kerja karyawan selama penulis melakukan pengawasan yaitu 200 kg HK-1.

Gambar 5 Aplikasi pemupukan TM kelapa sawit Pemanenan Kelapa Sawit

Panen adalah kegiatan menurunkan tandan buah segar (TBS) dengan menggunakan alat egrek/dodos. Kriteria matang panen merupakan salah satu kriteria untuk menentukan TBS yang dapat dipanen. Urutan kegiatan pemanen yaitu pemotongan TBS di pohon kelapa sawit, mengutip brondolan dengan menggunakan goni, memotong pelepah, mengumpulkan TBS ke tempat pengumpulan hasil (TPH), penomoran di setiap TBS, dan pengangkutan TBS ke pabrik. Kebun Gunung Pamela menerapkan target dan realisasi produksi untuk setiap afdeling. Target dan produksi Afdeling V (Lima) tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2 Produksi tandan buah segar periode Januari-Mei 2013 Periode

Produksi TBS

Realisasi terhadap target (%)

Target Realisasi

kg

Januari 552 300 588 790 106.61

Februari 535 900 545 900 101.87

Maret 572 700 520 810 90.94

April 584 000 471 450 80.73

Mei 781 400 514 490 65.84

Sumber : Kantor Afdeling V, Kebun Gunung Pamela (2013)

Sistem Panen. Sistem panen yang dilakukan di Afdeling V Kebun Gunung

(25)

14

pemanen dalam jangka waktu satu hari. Pemanen melakukan kegiatan pemanenan dengan cara menurunkan TBS sekaligus mengutip brondolan yang berada disekitar pohon kelapa sawit. Metode yang digunakan dalam kegiatan pemanen di Afdeling V adalah sistem hanca giring tetap dimana pemanen sudah memiliki hanca setiap harinya di setiap kapveld.

Kriteria Matang Tandan Buah Segar. Kriteria matang panen merupakan

syarat utama untuk menentukan TBS yang akan diapanen. Kriteria tersebut dapat dilihat dari jumlah brondolan yang jatuh disekitar piringan. Brondolan yang jatuh secara alami dan bukan dikarenakan oleh serangan hama. Kebun Gunung Pamela menerapkan TBS yang dapat dipanen dengan kriteria jumlah brondolan yaitu untuk areal berbukit maksimal 1 brondolan per TBS, untuk areal bergelombang maksimal 5 brondolan per TBS, dan untuk areal tanah rata maksimal 10 brondolan per TBS. Kriteria mutu buah di PTPN III dijelaskan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kriteria mutu tandan buah segar di Kebun Gunung Pamela, PTPN III

Kriteria mutu TBS Keterangan

Buah normal

Buah mentah Buah tidak membrondol berwarna hitam pekat Buah agak

matang 12.5%-25% buah luar membrondol, berwarna merah mengkilat Buah matang 26%-50% buah luar membrondol berwarna merah mengkilat Buah lewat

matang

50%-100% buah luar atau sebagian buah bagian dalam membrondol

Buah abnormal

Buah banci Muncul bunga jantan atau bunga betina dalam satu tandan Buah mantel Buah berlapis dan tidak memiliki inti

Sumber : Kantor Afdeling V, Kebun Gunung Pamela (2013)

Selama melakukan kegiatan magang, penulis menemukan beberapa buah yang dapat digolongkan menjadi buah abnormal yaitu buah landak dan buah batu dan buah busuk. Buah landak memiliki ciri adanya bunga betina di bagian buahnya. Buah batu memiliki ciri tidak jatuhnya brondolan walaupun warna buah merah mengkilat atau fraksi 2 (matang). Buah busuk memilki ciri warna buahnya sudah kecoklatan dan berbau busuk.

Rotasi Panen. Rotasi panen adalah interval yang dibutuhkan untuk kembali

ke kapveld/blok yang sudah dipanen sebelumnya. Rotasi panen dilakukan 7 hari dengan rumus standard 5/7 untuk semester I dan 6/7 untuk semester II sehingga Afdeling V Kebun Gunung Pamela pada semester I menerapkan rotasi panen 5/7 yang terdiri dari 5 kapveld panen dalam seminggu.

Kapveld Panen. Kapveld panen adalah luasan areal terdiri atas beberapa

(26)

15 Kegiatan panen pada setiap kapveld dimulai pada hari senin hingga jumat. Luas masing masing kapveld panen di Afdeling V dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan tabel, terdapat perbedaan antara luas kapveld yang telah ditentukan dengan realisasi luas kapveld. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh keadaan areal atau topografi dan posisi masing-masing blok. Selain itu, jumlah luasan panen ditentukan oleh jumlah blok yang akan dipanen sedangkan rata-rata luas panen ditentukan oleh perhitungan kapveld panen dalam satu afdeling. Afdeling V Kebun Gunung Pamela memiliki luas areal tanaman menghasilkan (TM) 448.44 ha. Perhitungan dalam menentukan kapveld panen adalah sebagai berikut :

A. Luas rata rata per kapveld = B. Luas rata rata per 5 jam kerja = C. Penambahan luas areal =

D. Luas rata rata kapveld panen hari biasa = 89.69 ha + 5.126 ha = 94.816 ha

E. Luas rata rata kapveld panen hari jum’at = 64.06 ha+5.126 ha = 69.186 ha

Tabel 4 Luas kapveld Afdeling V Kebun Gunung Pamela Kapveld Hari Rata rata luas kapveld panen (ha) Luas (ha)

I Senin 94.816 96.09

II Selasa 94.816 74.09

III Rabu 94.816 87.71

IV Kamis 94.816 97.31

V Jum'at 69.186 93.24

Sumber : Kantor Afdeling V, Kebun Gunung Pamela (2013)

Angka Kerapatan Panen. Angka kerapatan panen (AKP) adalah suatu

satuan yang menggambarkan rata-rata tandan matang panen per pohon dan penyebaran tandan matang panen. AKP bermanfaat untuk memperkirakan produksi yang akan dipanen, memperkirakan kebutuhan tenaga pemanen dan memperkirakan kebutuhan armada pengangkutan. Afdeling V memiliki satu orang karyawan yang bertugas untuk mengitung AKP setiap harinya. Selama melakukan magang, penulis melakukan kegiatan AKP bersama krani AKP untuk memperkirakan taksasi produksi untuk esok hari. Tahapan dalam kegiatan AKP adalah menetapkan blok sampel untuk setiap kapveld, yaitu satu blok sampel untuk setiap tahun tanam. Jumlah sampel adalah 3-5% dari jumlah pohon dalam satu blok sampel. Selanjutnya, menetapkan baris sampel dalam setiap blok sampel. Seluruh pohon dalam baris sampel diperiksa dan dicatat jumlah tandan matang panen.

Kebutuhan Tenaga Pemanen. Kegiatan pemanenan membutuhkan tenaga

(27)

16

Luas areal TM = 448.44 ha Rotasi panen = 5/7

Kemampuan rata-rata pemanen = 4 ha Kebutuhan tenaga pemanen =

=

= 22 pemanen per hari

Pelaksananan Panen. Pelaksanaan panen di Afdeling V Kebun Gunung

Pamela dilakukan dengan menggunakan egrek karena tanaman menghasilkan yang dipanen berumur lebih dari 8 tahun (Gambar 6a). Kegiatan panen diawasi oleh mandor panen yang masing-masing mengatur 10–15 pemanen. Setelah apel pagi, mandor panen memberikan pengarahan dan membagi hanca kepada pemanen. Setiap pemanen memotong tandan buah segar (TBS) yang telah membrondol secara alami dengan kriteria 10 brondolan per tandan untuk areal datar dan 5 brondolan per tandan untuk areal bergelombang. Pelepah yang berada di bawah TBS yang akan dipanen wajib diturunkan sebelum memotong TBS akan tetapi jumlah pelepah yang tinggal di pokok harus sesuai dengan standar jumlah pelepah per pohon. Pelepah yang sudah diturunkan dipotong tiga dan ditempatkan di gawangan mati membentuk huruf “U” untuk areal datar, sedangkan pada areal bergelombang pelepah tidak dipotong namun penempatan pelepah sejajar kontur.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar 6 Kegiatan panen kelapa sawit: (a) penurunan buah;(b) pengumpulan brondolan;(c) pemotongan tandan;(d) pengangkutan ke TPH; (e) penyusunan buah di TPH, (f) pengangkutan buah ke truk

(28)

17 uap saat proses pengolahan tandan menjadi crude palm oil (CPO). Tandan yang lewat matang/busuk dibrondolkan langsung di kebun. Pengutipan brondolan dan penyusunan TBS harus bebas dari kotoran (Gambar 6c). Tandan buah segar yang telah dipanen diangkut dan disusun di TPH dengan kelipatan 5 setiap barisannya dan gagang menghadap ke jalan sedangkan brondolan dimasukan kedalam goni dan ditempatkan di belakang susunan TBS (Gambar 6e). Selanjutnya TBS diberi kode mandor dan nomor pemanen menggunakan arang. Sebelum diangkut pabrik kelapa sawit (PKS), seluruh TBS harus disortasi oleh krani cek sawit (KCS) dan diangkut (Gambar 6f).

Pemeriksaan Panen Kelapa Sawit. Pemeriksaan panen kelapa sawit

dilakukan oleh asisten, mandor I dan petugas kap inspeksi di hanca panen dan tempat pengumpulan hasil (TPH). Jumlah pemanen yang diperiksa setiap hari 10% asisten, 20% mandor I, dan 70% petugas kap inspeksi. Kap inspeksi bertugas mengawasi terhadap seluruh proses panen dengan memberikan nilai kesalahan sesuai dengan norma yang telah ditetapkan. Tujuan pemeriksaan panen adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan disiplin pelaksanaan panen sesuai dengan norma. Setiap hari petugas kap inspeksi memeriksa hasil kerja pemanen dan memberikan nilai serta mengklasifikasikan kelas pemanen yang dijelaskan pada Tabel 5. Kelas pemanen A merupakan kelas tertinggi dan kelas pemanen D merupakan yang terendah. Range nilai untuk memberikan kelas pemanen yaitu antara 60-100. Jika nilai pemeriksaan pemanen diantara angka 90-100 maka petugas kap inspeksi akan memberikan kelas A kepada pemanen, jika nilai pemeriksaan panen antara 80-90 akan diberikan kelas B, sedangkan jika nilai pemeriksaan antara 70-80 akan diberikan kelas C, akan tetapi jika nilai pemeriksaan panen antara 60-70 maka akan diberikan kelas D atau kelas terendah dari kelas pemanen. Hasil pemeriksaan dicatat oleh petugas kap inspeksi ke dalam formulir pemeriksaan potong buah. Berdasarkan angka kesalahan tersebut petugas kap inspeksi dapat menentukan kelas pemanen setiap harinya.

Tabel 5 Klasifikasi pemanen berdasarkan nilai pemanen Klasifikasi Nilai pemeriksaan panen

A 90 – 100

B 80 – 89

C 70 – 79

D 60 -69

Sumber : Kantor Afdeling V, Kebun Gunung Pamela (2013)

Pemeriksaan di Hanca Panen. Setiap hari petugas kap inspeksi harus

(29)

18

Tabel 6 Pengurangan nilai dalam pemeriksaan hanca panen

No Jenis kesalahan Pengurangan nilai

1 Tandan matang tidak dipanen 5/tandan

2 Tandan tidak diangkut ke TPH 5/tandan

3 Brondolan tidak dikutip 0.5/brondolan

4 Pelepah tidak dipotong 3/pelepah

5 Pelepah tidak disusun 1/pelepah

6 Curi buah (buah dipanen, pelepah tidak diturunkan) 1/pelepah Sumber : Kantor Afdeling V, PTPN III (2013)

Pemeriksaan di TPH. Setiap hari petugas kap inspeksi harus melakukan

pemeriksaan hanca panen yang telah dipanen hari ini dan memberikan kelas pemanen. Jumlah pohon yang diperiksa sebanyak 20 pohon yang dipanen untuk setiap pemanen. Pemeriksaan di TPH meliputi buah mentah, buah busuk, gagang tandan panjang, kebersihan brondolan, dan penulisan nomor (mandor dan pemanen) dipangkal gagang tandan (Tabel 7).

Tabel 7 Pengurangan nilai dalam pemeriksaan di TPH

No Jenis kesalahan Pengurangan

nilai

1 Tandan mentah 5/tandan

2 Tandan busuk 5/tandan

3 Ganggang panjang (long stalk) 1/tandan 4 Tangkai tidak dipotong membentuk huruf V 1/tandan 5 Brondolan terkontaminasi (sampah) 1/tumpukan 6 Tidak menuliskan nama mandor dan nomor pemanen di gagang

tandan

0.5/tandan Sumber : Kantor Afdeling V, PTPN III (2013)

Premi Panen. Premi panen adalah penghargaan yang diberikan kepada

(30)

19 Tabel 8 Prestasi normal dan basis tugas kegiatan panen

Tanaman

Sumber : Kantor Afdeling V, Kebun Gunung Pamela (2013)

Tabel 9 Premi supervisi panen Supervisi Volume Perhitungan premi

Mandor panen <10 HK 150% x rata rata premi pemanen Krani transport <10 HK 110% x rata rata premi pemanen Krani produksi 110% x rata rata premi krani transport Krani afdeling 110% x rata rata premi krani produksi Mandor I 150% dari rata rata premi mandor panen Sumber : Kantor Afdeling V, Kebun Gunung Pamela (2013)

Denda Panen. Pemberian denda diberikan kepada pemanen dan krani catat

sawit (KCS). Setiap pemberian denda tidak memiliki perbedaan antara pemanen dan KCS. Setiap tandan mentah yang tidak membrondol ditemukan di TPH dan di hanca, pemanen di denda Rp 200,- kg-1 TBS. Setiap tandan sangat mentah ditemukan di pabrik kelapa sawit (PKS), maka KCS didenda Rp. 200,- kg-1 TBS. Buah yang ditemukan di PKS harus diketahui, dicatat dan ditandatangani oleh petugas sortasi dari kebun. Untuk areal tidak produktif dan rencana tanaman umum (TU), setiap buah matang tidak dipanen didenda Rp 4000,- per tandan dan setiap brondolan tidak dikutip di hanca, pemanen didenda Rp 30,- per brondolan.

Aspek Manajerial

Pendamping Mandor I

(31)

20

dilaksanakan oleh mandor I adalah membuat buku mandor (absensi), melaporkan hasil pekerjaaan rutin kepada asisten afdeling, mengikuti rapat kerja dengan para mandor yang dipimpin oleh asisten afdeling dan menerima dan melaksanakan instruksi kerja dari atasan. Akan tetapi, secara teknis di lapangan, mandor I lebih banyak bertugas di lapang dalam mengawasi kerja mandor dan karyawan. Kegiatan administrasi mandor I dibantu oleh kerani divisi. Selama menjadi pendamping mandor I, penulis membantu mengawasi mandor pemeliharaan, mandor panen, pengawasan ekscavator dan pengecekan pempukan.

Mandor Panen

Mandor panen di Afdeling V Kebun Gunung Pamela terdiri atas 2 mandor panen. Mandor panen memiliki tugas mengawasi kegiatan panen, mengevaluasi panen harian, melaporkan pemanen yang berhalangan hadir. Selain itu, mandor panen juga mengerjakan buku mandor, mengawasi semua aktifitas panen yang dilakukan sesuai dengan prosedur pedoman kerja dan kriteria yang telah ditetapkan, mengidentifikasi dan mampu menelusuri semua kegiatan dalam proses panen dan produksi akhir ditanaman sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya, membuat laporan produksi harian, dan menerima dan melaksanakan instruksi kerja dari atasan. Selain itu, karena sistem panen menggunakan sistem hancak giring tetap, yaitu tiap pemanen telah memiliki hanca tetap di tiap blok dan kegiatan panen digiring oleh mandor dari satu blok ke blok selanjutnya sesuai dengan kapveld panen. Selama menjadi pendamping mandor panen, penulis bertugas mengawasi pemanen dan mengerjakan buku mandor.

Mandor Pemeliharaan

(32)

21 Pendamping Asisten

Karyawan pimpinan terdiri dari asisten afdeling, asisten kepala, dan manajer kebun. Setiap asisten memiliki tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan afdeling. Tanggung jawab seorang asisten yaitu menjamin bahwa kebijakan mutu/lingkungan dapat dimengerti, diimplementasikan, dan dipelihara oleh seluruh personil di afdeling, membuat RKO per triwulan, menyusun kebutuhan tenaga kerja bulanan dan harian, meminta kebutuhan bahan dan alat, membuat peta kerja program pemeliharaan tanaman, memaksimalkan potensi produksi, melakukan pengawasan aktifitas terhadap pekerjaan pemeliharaan rutin dan proses panen sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, membuat jadwal kap inspeksi dan tap inspeksi, mengevaluasi pekerjaan pemborong, membuat analisa data dengan metode dan alat yang sesuai dan menyampaikannya kepada pimpinan kebun, memelihara semua dokumen dan catatan mutu lainnya yang berhubungan dengan afdeling, dan mempersiapkan agenda rapat tinjauan manajemen.

Wewenang seorang asisten yaitu menentukan klasifikasi kelas penderes dan sanksi kepada pemanen kelapa sawit, mengendalikan penanganan pemeliharan dan panen sampai di TPH sesuai kriteria yang telah ditetapkan, mengindentifikasi kebutuhan pelatihan untuk semua personil di bagian afdeling tanaman, melakukan tindakan koreksi ketidaksesuaian terhadap temuan-temuan pada internal/ekstrnal audit, dan menandatangani laporan-laporan pekerjaan sesuai dengan spesifikasinya. Selama menjadi pendamping asisten, penulis melakukan kegiatan terhadap seluruh karyawan di lapangan seperti pemanenan, penyemprotan, dan ekscavator. Selain itu, penulis juga memberikan pengarahan pemanenan dan penunasan kepada karyawan baru, merekap data RKAP kelapa sawit dan karet, dan belajar administrasi asisten mengenai buku asisten (AU29).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit

(33)

22

Rotasi Panen

Rotasi panen adalah selang waktu antara panen yang satu dengan panen berikutnya pada satu hanca panen. Rotasi panen yang ideal adalah 7 hari (PPKS 2003). Kegiatan pemanenan memerlukan rotasi panen untuk mengetahui berapa hari dalam satu minggu kegiatan panen harus dilakukan. Terdapat dua rotasi panen dalam kegiatan pemanenan di Kebun Gunung Pamela yaitu 5/7 dan 6/7. Rotasi panen 5/7 artinya adalah kegiatan pemanenan dilakukan dalam jangka waktu 5 hari dalam seminggu sedangkan rotasi panen 6/7 artinya kegiatan pemanenan dilakukan 6 hari dalam seminggu. Rotasi panen 5/7 dilakukan pada semester I sedangkan rotasi panen 6/7 dilakukan pada semester II (Tabel 10). Hal ini disebabkan produksi pada semester I lebih rendah dibandingkan semester II sehingga kekurangan produksi dapat ditutupi oleh produksi pada semester II.

Rotasi panen bermanfaat menjaga mutu buah dan kualitas buah yang akan dipanen. Rotasi panen yang terlalu cepat akan mengakibatkan banyaknya buah yang tidak bisa dipanen atau penurunan potensi buah (buah trek). Rotasi panen yang terlalu lambat dapat mengakibatkan tingginya losses seperti buah lewat matang (fraksi 4 dan 5), buah busuk, dan banyaknya brondolan tidak terkutip. Sarimanah (2008) menyatakan rotasi panen yang panjang akan mengakibatkan banyaknya jumlah brondolan yang disebabkan banyaknya tandan matang dan lewat matang di pohon. Hal tersebut mengakibatkan peluang kehilangan hasil berupa tandan matang tertinggal di pohon dan brondolan tidak dikutip menjadi sangat tinggi, sehingga menurunkan produksi dan produktivitas. Rotasi panen yang terlalu cepat (dibawah 7 hari) dapat mengakibatkan pemanen cenderung memanen buah mentah (under ripe) untuk memenuhi basis panen.

Tabel 10 Rotasi panen Kebun Gunung Pamela, PTPN III Semester I

Kapveld Hari Rata rata luas kapveld panen Luas ………...Ha...

Kapveld Hari Rata rata luas kapveld panen Luas ………...Ha...

(34)

23 Angka Kerapatan Panen

Angka kerapatan panen (AKP) merupakan metode taksasi produksi untuk memperkirakan jumlah produksi, kebutuhan tenaga panen, dan kebutuhan armada esok hari. AKP dihitung sehari sebelum kegiatan panen dilakukan. Pelaksanaan kegiatan AKP dilakukan oleh krani AKP. Kegiatan AKP dilakukan siang atau sore hari. Tahapan dalam kegiatan AKP dimulai dengan menetapkan blok sampel untuk setiap kapveld yang akan dipanen esok hari. Pengambilan sampel dilakukan pada satu blok sampel mewakili tiap tahun tanam. Jumlah sampel minimal 3-5% dari jumlah pohon dalam satu blok sampel. Tahap selanjutnya, ditetapkan baris sampel dalam setiap blok sampel dan seluruh pohon dalam baris sampel dihitung dan dicatat jumlah tandan matang.

Nilai AKP yang terlalu tinggi dapat diartikan rendahnya jumlah tandan yang akan dipanen untuk esok hari. Nilai AKP yang rendah menyebabkan tingginya jumlah tandan yang dapat dipanen oleh pemanen sehingga menyebabkan losses. Berikut disajikan perhitungan AKP :

Jumlah Pohon sampel : 100 pokok Jumlah TBS matang : 10 tandan Selanjutnya perbandingan AKP digunakan untuk menentukan jumlah produksi dan unit transportasi esok hari dengan perhitungan sebagai berikut:

(35)

24

dengan instruksi kerja. Petugas AKP hanya memperkirakan berdasarkan hasil panen sebelumnya tanpa melakukan perhitungan jumlah tandan matang pada pokok sampel. Hasil uji-t AKP estimasi dengan realisasi antar tahun tanam menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata. Artinya selisih umur tanaman 2 tahun tidak mempengaruhi potensi dan realisasi produksi kelapa sawit. Hal ini disebabkan penggunaan bibit kelapa sawit dari varietas dan asal bibit yang sama yaitu varietas tenera dari PPKS dan Socfindo.

Tabel 11 Angka kerapatan panen per tahun tanam Tahun Seluruh Dihitung Estimasi Realisasi

2000 U25 6 490 106 13 8.15:1 4 522 4 092 10.51 Sumber : Pengamatan penulis April (2013)

Tenaga Kerja Panen

Kegiatan panen membutuhkan manejemen tenaga kerja yang baik sehingga dapat menghasilkan produksi sesuai dengan target yang ingin dicapai. Pembagian tenaga kerja harus dilakukan secara merata pada setiap hanca yang ingin dipanen sesuai dengan kriteria dan kemampuan para pemanen. Tenaga kerja panen merupakan karyawan yang bertugas untuk memotong pelepah, menurunkan tandan buah segar (TBS) dari tanaman kelapa sawit, memotong tangkai tandan, memberi nomor pada setiap TBS dan mengumpulkannya ke setiap tempat pengumpulan hasil (TPH). Kekurangan tenaga kerja pemanen akan mengakibatkan tidak tercapainya target produksi. Kekurangan tenaga kerja dapat disebabkan oleh banyaknya cuti karyawan, sakit, faktor alam seperti hujan saat jam kerja dan pemanen yang tidak sesuai dengan kompetensi. Persentase kehadiran pemanen disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Persentase kehadiran pemanen

Mandor Jumlah pemanen Rata rata

kehadiran %

1 11 9 81,82

2 11 10 90,91

Sumber : Hasil pengamatan penulis April 2013

(36)

25 Tingginya persentase ketidakhadiran dapat mengakibatkan target produksi harian tidak tercapai dan hanca yang akan dipanen menjadi tidak terpanen. Ketidakhadiran akibat karyawan tidak hadir tanpa izin akan diberikan sanksi secara tegas berupa surat peringatan. Apabila sudah diberikan tiga kali surat peringatan maka sesuai dengan peraturan perusahaan karyawan akan dimutasikan ke kebun yang lain. Hal ini bermaksud untuk meningkatkan kedisiplinan karyawan

Trismiaty et al. (2008) menyatakan umur dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas pemanen, sedangkan lama kerja dan upah berpengaruh nyata terhadadap produktivitas pemanen. Hasil uji korelasi (Tabel 13) terhadap kualitas pemanen yang dinilai berdasarkan umur pemanen, lama kerja, dan tingkat pendidikan terhadap output pemanen (jumlah tandan) menunjukkan sifat yang tidak nyata, lemah, dan searah kecuali tingkat pendidikan yang bersifat berlawanan arah. Definisi dari hasil uji menunjukkan bahwa kenaikan atau bertambahnya umur pemanen dan lama kerja tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap output produksi. Selain itu, semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh pemanen dapat menurunkan output pemanen. Hal ini disebabkan oleh kemampuan seorang pemanen dalam memanen TBS diukur dengan kemampuan (skill), kondisi, dan tanggung jawab pemanen. Variabel lama kerja tidak berpengaruh terhadap output pemanen dapat disebabkan saat pengamatan terhadap pemanen terjadi penurunan produksi, sehingga data yang diperoleh kurang akurat.

Tabel 13 Uji korelasi terhadap kualitas pemanen

Variabel Statistik uji Variabel

Umur pemanen Lama kerja Tingkat pendidikan Lama kerja r (Koefisien) 0.885**

(37)

26

Tabel 14 Hasil uji-t lama kerja dengang ouput pemanen

Variabel Lama kerja t-hitung Pr > t

<5 Tahun >5 Tahun

Output pemanen 70 68,33 0,2 0,85tn

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

Tabel 15 Hasil uji-t umur pemanen dengan output pemanen

Variabel Umur pemanen t-hitung Pr > t <30 Tahun >30 Tahun

Output pemanen 71,33 67 0,68 0,53tn

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

Hasil uji korelasi maupun uji-t yang seluruhnya tidak berbeda nyata dapat diartikan bahwa kualitas pemanen baik dari segi umur pemanen, tingkat pendidikan, dan lama kerja tidak berpengaruh terhadap output pemanen. Akan tetapi, hasil korelasi dari tingkat pendidikan terhadap lama kerja menunjukkan sifat yang sangat nyata, erat dan berlawanan arah. Hal ini berarti tingkat pendidikan yang tinggi dari pemanen tidak berpengaruh terhadap output yang dihasilkan kecuali diimbangi dengan pengalaman kerja yang lebih lama. Trismiaty et al. (2008) menyatakan keterampilan pemanen dipengaruhi oleh lama kerja dan pengalaman pemanen.

Pengawasan Panen

Kegiatan panen sangat dibutuhkan kegiatan pengawasan sehingga kegiatan panen berlangsung sesuai dengan instruksi kerja. Keuntungan pengawasan panen yaitu mengurangi kesalahan panen dan memperkecil losses seperti brondolan tidak dikutip, pelepah tidak dipotong, tangkai tandan tidak dipotong pendek dan buah mentah tidak terpanen. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap mutu buah (Tabel 16), 70% pemanen sudah melakukan kegiatan panen sesuai dengan instruksi kerja. Namun, masih terdapat pemanen yang menurunkun buah fraksi 00 dan buah sakit. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman pemanen tentang kriteria buah yang harus dipanen sehingga untuk mencapai basis mereka menurunkan buah mentah. Masalah tersebut biasanya diatasi dengan pemberian sanksi berupa denda dan peringatan oleh asisten afdeling ataupun surat peringatan (SP) untuk pelanggaran yang berulang.

(38)

27 Tabel 16 Kualitas mutu buah pemanen

No pemanen Mutu buah

Sumber : Hasil pengamatan penulis (Mei 2013)

Tabel 17 Tingkat kesalahan pemanen

(39)

28

Kesalahan pemanen juga terjadi pada bagian pemeliharaan pelepah, yaitu pelepah yang diturunkan tidak dipotong dua dan tidak disusun diantara pokok kelapa sawit. Sesuai instruksi kerja, pelepah yang diturunkan harus dipotong menjadi dua bagian dan disusun diantara pohon agar memudahkan pelapukan dan dapat menjadi pupuk organik yang sangat baik bagi tanaman kelapa sawit. Dari 19 pemanen yang diamati, hanya terdapat dua orang pemanen yang melakukan kesalahan tidak menurunkan pelepah yang seharusnya diturunkan. Pelepah tersebut harus diturunkan agar memudahkan dalam menurunkan TBS pada saat panen berlangsung. Pelepah yang tidak diturunkan maka menjadi sengkleh, sehingga dapat menjadi sumber penyakit pada tanaman kelapa sawit, menyulitkan pemanen, dan menyebabkan brondolan tersangkut di ketiak pelepah. Anwar dan Purba (2001), penunasan berat atau over pruning dapat menurunkan produksi karena tanaman menghasilkan bunga jantan yang lebih banyak, sedangkan penunasan yang terlambat akan meningkatkan kelembaban udara di sekitar pohon. Sebanyak 40% pemanen juga melakukan kesalahan dengan tidak memotong tangkai tandan (panjang tandan <2.5 cm dan berbentuk huruf v). Tangkai tandan yang panjang akan menurunkan kadar minyak yang dihasilkan, sehingga menurunkan produksi minyak kelapa sawit

Produktivitas Kelapa Sawit

Keberhasilan dari suatu kegiatan pemanen dapat dilihat dari produksi yang mencapai target. Produksi yang mencapai target berarti manajemen kegiatan panen telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan instruksi kerja. Produksi dapat diukur dengan produktivitas yang merupakan hasil pembagian dari produksi dibagi dengan luas lahan yang dipanen. Sunarko (2007) menyatakan potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor seperti jenis atau varietas kelapa sawit, umur tanaman, pemeliharaan tanaman, keadaan iklim, serangan hama dan penyakit serta jenis tanah atau kelas kesesuaian lahan.

(40)

29 Tabel 18 Produktivitas kelapa sawit 5 tahun terakhir

TT Sumber : Kantor besar Gunung Pamela PTPN III

Keterangan : P = Produktivitas (kg ha-1) SM = Standar Marihat (kg ha-1)

Produktivitas kelapa sawit di afdeling V terdapat perbedaan antar kapveld. Hasil uji-t (Tabel 19) produktivitas antar kapveld menunjukkan sifat yang nyata dan tidak berbeda nyata. Hasil berbeda nyata antar kapveld tampak pada kapveld I dengan kapveld III dan kapveld IV serta kapveld III dengan kapveld IV, sedangkan untuk perbandiangan kapveld lainnya bersifat tidak nyata. Hal ini dikarenakan kapveld I dijadikan sumber produksi dibandingkan dengan kapveld yang lain. Kapveld I hampir kesuluruhan tanaman terdapat pada daerah datar sedangkan kapveld lainnya berada pada daerah datar hingga lereng. Kondisi lereng menyulitkan pemanen untuk menurunkan TBS sehingga banyak buah yang tidak terpanen atau buah tinggal. Hal ini pula yang menjadi salah satu penyebab produktivitas tidak sesuai dengan target. Anwar (2001) menyatakan penanaman tanpa teras pada areal dengan kemiringan lereng >6º dapat menurunkan produksi sebesar 20% dan memperlambat masa panen sekitar 6 bulan. Optimalisasi produksi yang telah dilakukan oleh kebun sebagai upaya dalam mengatasi kendala tersebut adalah pembuatan jalan transportasi. Jalan transportasi merupakan akses jalan yang dibuat pada daerah kaki lereng sehingga memudahkan pemanen untuk mengumpulkan buah ke tempat pengumpulan hasil (TPH)

(41)

30

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Fungsi manajemen terdiri atas merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading) dan mengendalikan (controlling). Aspek utama manajemen panen kelapa sawit terletak pada rotasi panen, penentuan nilai AKP, tenaga kerja, pengawasan panen dan upaya dalam mempertahankan produktivitas. Rotasi panen di Afdeling V dibagi menjadi dua, yaitu semester I dan II yang dijadwalkan sesuai dengan tinggi rendahnya produksi.

Penentuan nilai AKP merupakan faktor utama dalam kegiatan panen karena menentukan estimasi produksi, jumlah tenaga kerja dan jumlah armada yang dibutuhkan. Penentuan nilai AKP yang sebagian besar kurang akurat menyebabkan tidak sesuainya jumlah produksi.

Pengawasan panen berupa pengecekan mutu buah maupun mutu hanca yang diamati selama magang secara garis besar sudah baik. Kesalahan pemanen terletak pada pemeliharaan pelepah yang tidak dipotong dua dan disusun. Kualitas tenaga kerja panen dapat meningkat sesuai dengan lama kerja pemanen dalam suatu kebun. Optimalisasi produksi merupakan salah satu upaya untuk mengatasi hambatan panen.

Saran

Gambar

Tabel 1 Norma ketenagakerjaan Kebun Gunung Pamela, PTPN III
Gambar 2 Pengendalian gulma secara kimia
Gambar 3 Kegiatan penunasan kelapa sawit
Tabel 2 Produksi tandan buah segar periode Januari-Mei 2013
+5

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Bapak Drs.Waris Wibowo, M.Eng selaku PD II di Akademi Maritim Yogyakarta mengatakan bahwa ada terjadinya fenomena kebosanan kerja terlihat dari ada satu saat dimana

[r]

- Pencahayaan terfokus (dengan lampu so£Ot), yaitu diusahakan cahayanya akan mendukung benda pamer, maksudnya adalah bahwa diusahakan dengan adanya pencahayaan buatau (dengan

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXVIII-5/W16, 2011 ISPRS Trento 2011 Workshop, 2-4 March 2011, Trento,

Sesuai dengan Berita Acara Evaluasi Penawaran Nomor : 105/PANNllll2O12 tanggal 24 Agustus 241?-, Beritia Acara Hasil Evaluasi Pelelangan Nomor :122 /PANll)fJZAlz tanggal

- Pengadaan Peralatan Kantor PBJ 1 Paket Bandar Lampung 200.000.000 APBD-P Oktober 2012 Oktober - Desember 2012 Pengadaan Langsung - Pengadaan Perlengkapan Kantor PBJ 1 Paket

[r]

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kepadatan kultur Daphnia carinata King dan fotoperiode yang berbeda terhadap produksi efipium.. Hasil