• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation Group, Kalimantan Selatan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation Group, Kalimantan Selatan."

Copied!
216
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI ANGSANA

ESTATE

,

PT LADANGRUMPUN SUBURABADI, MINAMAS

PLANTATION GROUP,

KALIMANTAN SELATAN

BRURY MARCO SILALAHI

A24070048

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

BRURY MARCO SILALAHI. Waste Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Angsana Estate PT Ladangrumpun Suburabadi,

Minamas Plantation Group, South Kalimantan. (Under Supervision of SUPIJATNO).

FFB (Fresh Fruit Bunch) process in the oil palm factory in addition yield

primary products both of CPO (Crude Palm Oil) and the kernel, also yield by

products in the form of solid waste (shells, fibers, and empty fruit bunch/EFB)

and liquid waste or commonly known as POME (Palm Oil Mill effluent).

Waste materials are potentially be pollutant for the environment (water,

soil, dan air). On the other hand it is contain organic matter and nutrients that can

be used to improve soil fertility in an effort to increase of plant productivity (from

EFB and POME applications). Utilization of waste as a form of waste

management is directed to reduce blackened power waste and to increase plant

production as well as the application of zero waste concept in an efforts to achieve

sustainable agriculture and environment friendly industry.

Purpose of this internship are to learn about waste products management

of palm oil, to analyze waste product utilization as an organic fertilizer, and to

improve the profesional ability both technical and managerial in the management

of palm oil plantation. This internship was conducted at Angsana Estate, PT

Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation Group, South Kalimantan from

February to June 2011. Activities that undertaken are include the activities that

related to technical and managerial aspects both in the field and in the office,

doing observation about the utilization of waste product as an organic fertilizer in

the field, and collecting data and informations.

The analysis result showed that empty fruit bunch (EFB) application can

increase the amount of nutrient on palm oil leaf especially Potassium and increase

palm oil productivity. EFB application basically more leads to increased soil

(3)

Liquid waste (POME) is potential as a pollutant to the receipient media

(water, soil, and air) so it must be processed to conform to quality standards that

are allowed before it is disposed. POME treatment at PT LSI is done by using

ponding system. Ponding system were considered effective, it can reduce the

BOD values (Biological oxygen Demand) to <1000 mg/L. Basically, the

utilization of POME as organic fertilizer preferred to suppress the negative effects

that may be incurred if it discharged directly into open water. BOD values that are

permitted for land application is <5000 mg/L, while if discharged directly into

open water then the value of BOD should be taken down to <100 mg/L. BOD

values showed the amount of organic material on POME. POME with low BOD

values (<1000 mg/L) mean it poor of organic matter and nutrients for plant so that

their impact on growth and crop production.

POME application in Angsana Estate provide a positive impact to soil

fertility improvement that seen from the soil texture improvements, repair of

weight per volume, porosity, and permeability of the soil, improve soil pH and

increase cation exchange capacity of the soil. POME application significantly

influenced the increase crop produtivity from increase total bunch/hectare/year

but has not shown a significant effect to the increase leaf nutrient status. POME

application does not provide negative impact of water surface quality.

(4)

RINGKASAN

BRURY MARCO SILALAHI. Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation Group, Kalimantan Selatan. (Dibimbing oleh SUPIJATNO).

Pengolahan TBS (Tandan Buah Segar) di PKS (Pabrik Kelapa Sawit)

selain menghasilkan produk utama berupa CPO (Crude Palm Oil) dan kernel juga

menghasilkan by products (hasil samping) berupa limbah padat dalam bentuk

cangkang, serabut, dan janjangan kosong (JJK) dan limbah cair atau biasanya

dikenal dengan istilah POME (Palm Oil Mill Effluent).

Limbah yang dihasilkan berpotensi sebagai bahan pencemar bagi

lingkungan (air, tanah, dan udara). Di sisi lain limbah hasil samping pengolahan

TBS mengandung bahan organik dan unsur hara yang dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan kesuburan tanah dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman

kelapa sawit (aplikasi JJK dan POME). Pemanfaatan limbah sebagai salah satu

bentuk pengelolaan limbah diarahkan untuk mengurangi daya cemar limbah dan

peningkatan produksi tanaman sekaligus sebagai upaya penerapan konsep zero

waste untuk mewujudkan pertanian yang berkelanjutan serta industri yang ramah

lingkungan.

Secara khusus kegiatan magang ini bertujuan untuk mempelajari

penanganan dan pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai pupuk organik dan

secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesionalitas penulis

baik teknis maupun manajerial dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit.

Kegiatan magang dilakukan di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi,

Minamas Plantation Group, Kalimantan Selatan mulai bulan Februari hingga Juni

2011. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan yang berkaitan dengan aspek

teknis di lapangan dan aspek manajerial baik di kebun maupun di kantor kebun,

melakukan pengamatan mengenai pemanfaatan limbah sebagai pupuk organik di

(5)

Aplikasi janjangan kosong (JJK) yang dilakukan di Angsana Estate

berpengaruh positif terhadap peningkatan ketersediaan unsur hara Kalium pada

daun dan memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan produtivitas

tanaman kelapa sawit meskipun belum konsisten. Aplikasi JJK pada dasarnya

lebih mengarah kepada peningkatan kesuburan tanah sehingga kemampuan tanah

dalam menahan air dan unsur hara menjadi lebih baik. Secara khusus aplikasi JJK

di ASE belum dilakukan sebagai substitusi bagi penggunaan pupuk anorganik,

masih sebatas sebagai suplemen saja.

Limbah cair (POME) berpotensi sebagai bahan pencemar bagi media

penerima (air, tanah, dan udara) sehingga harus diolah terlebih dahulu sebelum

dibuang agar sesuai dengan baku mutu yang diijinkan. Pengolahan limbah cair

yang dilakukan perusahaan adalah dengan menggunakan sistem kolam. Sistem

kolam (pondingsystem) dinilai efektif karena dapat menurunkan BOD (Biological

Oxigen Demand) hingga < 1 000 mg/L. Pada dasarnya pemanfaatan limbah cair

sebagai pupuk organik diutamakan untuk menekan dampak negatif yang mungkin

ditimbulkan jika dibuang langsung ke perairan bebas. Nilai BOD yang diijinkan

untuk aplikasi lahan adalah <5 000 mg/L sedangkan jika dibuang langsung ke

perairan bebas maka nilai BOD harus diturunkan hingga <100 mg/L.

Nilai BOD meunjukkan banyaknya kandungan bahan organik yang harus

dirombah oleh mikroorganisme dalan tiap ton air limbah. Limbah cair dengan

nilai BOD tinggi sangat mencemari lingkungan. Limbah cair dengan nilai BOD

rendah (<1 000 mg/L) berarti miskin bahan organik dan unsur hara bagi

tanaman.sehingga dampaknya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tidak

signifikan.

Aplikasi limbah cair sebagai pupuk organik yang dilakukan di Angsana

Estate memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kesuburan tanah

terlihat dari perbaikan tekstur tanah, perbaikan bobot per volume, porositas, dan

permeabilitas tanah, memperbaiki pH dan meningkatkan KTK tanah. Aplikasi

limbah cair berpengaruh nyata terhadap peningkatan produtivitas tanaman

terutama terhadap peningkatan perolehan jumlah janjang (JJG/ha/tahun) tetapi

belum menunjukkan pengaruh nyata terhadap peningkatan status hara dalam daun.

(6)

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI ANGSANA

ESTATE

,

PT LADANGRUMPUN SUBURABADI, MINAMAS

PLANTATION GROUP,

KALIMANTAN SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

BRURY MARCO SILALAHI

A24070048

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(7)

Judul

: PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI ANGSANA

ESTATE

, PT

LADANGRUMPUN SUBURABADI, MINAMAS

PLANTATION GROUP, KALIMANTAN SELATAN

Nama

: BRURY MARCO SILALAHI

NIM

: A24070048

Menyetujui

Dosen Pembimbing

Ir. Supijatno, MSi. NIP 19610621 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr. NIP 19611101 198703 1 003

(8)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Desa Marjanji Aceh, Kecamatan Bandar Pulau,

Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 26 Juli 1989. Penulis

adalah anak kedua dari enam bersaudara dari pasangan Bitner Benediktus Silalahi

dan Suarsih Br. Hutapea.

Jenjang pendidikan yang telah ditempuh penulis diantaranya SD Negeri

013833 Marjanji Aceh dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis

melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Bandar Pulau dan lulus pada tahun

2004. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Bandar

Pulau dan lulus pada tahun 2007. Tahun 2007 penulis diterima menjadi

mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI) pada program S-1 Mayor-Minor Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Fakultas Pertanian.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan

organisasi. Pada tahun 2008 penulis menjadi asisten matakuliah Agama Katolik

(Tim Pendamping). Pada tahun yang sama penulis aktif sebagai pengurus UKM

KeMaKI sebagai koordinator divisi dan pada tahun 2009 penulis terpilih sebagai

ketua UKM KeMaKI (Lurah) untuk periode 2009/2010. Pada tahun 2010, penulis

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

penyertaan dan anugerah yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Secara khusus penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua (Bitner Benediktus Silalahi dan Suarsi Hutapea), abang

Eko Mateus, dan adik-adik; Paskalis, Biwambri, Paris, dan Ocky serta

segenap keluarga besar yang telah memberi dukungan doa, motivasi dan

biaya kepada penulis selama menjalani pendidikan.

2. Ir. Supijatno, M.Si. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menjalani

magang sampai dengan penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Ade Wachjar, MS dan Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS. yang telah

bersedia menjadi dosen penguji. Terima kasih atas saran-saran yang

diberikan untuk perbaikan skripsi.

4. Dr.Ir. Ni Made Armini Wiendy sebagai dosen pembimbing akademik

penulis selama menjalani perkuliahan.

5. Direksi PT Minamas Plantation yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melakukan kegiatan magang.

6. Bapak Puji Sasmito selaku Estate Manajer ASE, Bapak Iwan Dharmawan,

serta kepada staf-staf kebun lainnya; Bapak Agus Setiawan, Bapak Jaka

Istiarta, Bapak Ali Syafii, dan Bapak Ahmad Isa Almasih yang sekaligus

menjadi pembimbing lapang yang telah memberi bimbingan, masukan,

motivasi, serta fasilitas selama kegiatan magang.

7. Segenap supervisi (Mandor dan Kerani) divisi I Angsana Estate: Bapak

Eko, Bapak Yudho, Ibu Devi, Bapak Wahyudi, Bapak Sukarmi, Bapak

(10)

Bapak Rais, Bapak Herman, Bapak Rudi, Bapak Saminu, dan Bapak

Zulkaryadi atas kebersamaanya selama 4 bulan.

8. Bapak Sugiyono selaku manager ASF serta segenap karyawan dan sample

boy Lab. ASF.

9. Teman-teman magang: Winda, Rano, Midian dan Walad atas kebersamaan

dan kerjasamanya selama magang.

10.Edhita Maria Ferdinanda yang telah memberi semangat selama magang

dan membangunkan hampir setiap pagi hari.

11.Teman-teman AGH angkatan 44 yang selama ini menjadi teman

seperjuangan selama menempuh pendidkan di IPB.

12.Sahabat-sahabat tercinta (Adit; teman sekamar tempat berbagi suka duka,

juga Anton dan Leo) serta seluruh penghuni Perwira 43 (abang-abang,

kakak-kakak, dan adik-adik) atas dukungan dan kenangan yang tak

terlupakan.

13.Tim Pendamping IPB secara khusus Densus 08 (Anton, Bambang, Manta,

Rio, Dika, Isak, Leo42, Lisa, Ayu, Lusi, Chisy, Eny, Adian, Ulin, Sari,

Ela, Arianti), terima kasih atas kebersamaan dan kenangan indah yang

sangat berkesan.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan

semua pihak yang berkepentingan, khususnya bagi penulis sendiri.

Bogor, Desember 2011

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA... 4

Botani dan Morfologi Kelapa Sawit ... 4

Ekofisiologi Kelapa Sawit ... 5

Limbah dan Potensinya ... 6

Limbah Padat... 6

Limbah Cair(POME) ... 8

METODE MAGANG ... 9

Tempat dan Waktu ... 9

Metode Pelaksanaan... 9

Pengamatan dan Pengumpulan Data dan Informasi ... 10

Analisis Data dan Informasi ... 10

KONDISI UMUM KEBUN ... 12

Sejarah dan Perkembangan ... 12

Letak Geografis Kebun ... 12

Keadaan Iklim dan Tanah ... 12

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan ... 14

Keadaan Tanaman dan Produksi... 14

Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 15

Fasilitas Kesejahteraan Karyawan ... 16

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG... 18

Aspek Teknis... 18

Pengendalian Gulma. ... 18

Pengendalian Hama Terpadu ... 22

Pengelolaan Tajuk (Penunasan). ... 26

Kastrasi ... 27

Sensus Vegetatif ... 27

Pemupukan Anorganik ... 28

Pemanenan ... 33

Pengolahan TBS ... 43

(12)

Aspek Manajerial ... 53

Pendamping Mandor ... 53

Pendamping Asisten ... 57

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58

Produksi, Karakteristik dan Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit ... 58

Janjangan Kosong (JJK) ... 59

Limbah Cair (POME) ... 61

Dampak Aplikasi Limbah terhadap Tanaman ... 66

Dampak Aplikasi terhadap Status Hara pada Daun ... 66

Dampak Aplikasi terhadap Perolehan Produksi... 68

Dampak Aplikasi Limbah Cair terhadap Sifat Tanah ... 71

Sifat Fisik Tanah ... 71

Sifat Kimia Tanah. ... 73

Dampak Aplikasi Limbah Cair terhadap Kualitas Air... 77

Kualitas Air Tanah Dangkal... 78

Kualitas Air Permukaan (Air Sungai Hulu dan Hilir)... 79

KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

Kesimpulan ... 80

Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Persentase Kandungan Unsur Hara dalam Janjangan Kosong ... 7

2. Luas Lahan dan Populasi Tanaman Berdasarkan Tahun Tanam di ASE ... 14

3. Data Karyawan Staf dan Non-Staf di ASE ... 16

4. Jenis, Dosis dan Standart Kerja Pemupukan di Angsana Estate ... 28

5. Parameter Tingkat Keberhasilan Kegiatan Pemanenan di ASE ... 34

6. Peralatan Panen di Angsana Estate... 38

7. Premi Karyawan Panen dan Supervisi di ASE ... 41

8. Parameter Pemberian Denda Karyawan di ASE ... 42

9. Jenis, Produksi, dan Potensi Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit ... 58

10. Hasil Analisa Limbah Cair yang diaplikasikan di PT LSI ... 63

11. Spesifikasi Kolam Limbah di IPAL ASF ... 64

12. Luas Lahan dan Blok Aplikasi Limbah Cair PT LSI ... 65

13. Hasil Analisa Daun pada Blok Aplikasi JJK dan Blok Kontrol ... 66

14. Hasil Analisa Daun pada Blok Aplikasi Limbah Cair dan Blok Kontrol ... 68

15. Perbandingan Produksi Antara Lahan Aplikasi JJK (LA) dengan Lahan Kontrol (LK) ... 69

16. Perbandingan Produksi Antara Lahan Aplikasi Limbah Cair (LA) dengan Lahan Kontrol (LK) ... 70

17. Tekstur Tanah pada Lahan Kontrol (LK), Lahan Aplikasi (LA), dan Dalam Flat bed (DF)... 72

18. Bobot per Volume (B/V), Porositas, dan Permeabilitas Tanah di Lahan Kontrol (LK), Lahan Aplikasi (LA), dan Dalam Flat bed (DF). ... 73

19. Sifat Kimia Tanah pada Berbagai Kedalaman di Lahan Kontrol (LK), Lahan Aplikasi (LA), dan Dalam Flat bed (DF)... 74

20. Kandungan Logam Berat pada Berbagai Kedalaman di Lahan Kontrol, Lahan Aplikasi, dan Dalam Flat bed ... 76

21. Karakteristik Kimia Air Tanah pada Sumur Pantau (SPI dan SP II) di Lahan Aplikasi dan Sumur Penduduk ... 78

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Area Buffer Zone (kiri) dan Alat Pelindung Diri (kanan) ... 21

2. Hama Ulat Api (Limacodidae) dan Ulat Kantong (Psydidae). Hama Ulat Api: (A) Darna trima; (B) Thosea bisura; (C) Setothosea asigna; (D) Ploneta diducta (E) Thosea vetusta; (F) Setora nitens. Hama Ulat Kantong: (G) Cremastopsyche pendula; (H) Metisa plana, (I) Mahasena corbetti.... 23

3. Beneficial Plant. (A)Turnera subulata, (B) Cassia cobanensis, (C) Euphorbia heterophylla, dan (D) Antigonon Leptopus. ... 24

4. Rumah Burung Hantu (Nest Box) ... 25

5. Gejala Defisiensi Hara pada Daun. (A). Defisiensi N; (B). Defisiensi K; (C). Defisiensi Cu (D). Defisiensi Mg; (E). Defisiensi B; (F). Defisiensi Fe ... 29

6. Nomor Daun ke 17 (kiri), Pengambilan Helai Daun (kanan) ... 31

7. Kriteria Matang Panen (A) Unripe/Mentah; (B) Under ripe/Mengkal; (C) Ripe/Matang; (D) Over ripe/Lewat matang; (E) Empty bunch/janjang kosong ... 35

8. Kegiatan Panen: (A) Potong buah dengan egrek; (B) Pengutipan berondolan dengan tangan; (C) Penyusunan buah di TPH; (D) penggunaan g-bag ... 39

9. Stasiun Rebusan (Sterilizer) ... 44

10. Stasiun Pengempaan (Presser) ... 45

11. Stasiun Pemurnian (Clarifier)... 46

12. Stasiun Nut-Kernel ... 47

13. Pengangkutan JJK dari Hopper JJK di PKS dan Penumpukan JJK di Collection Road ... 48

14. Aplikasi JJK di Lapangan dengan Teknik Mulching (A) dan Teknik Focal Feeding (B). ... 50

15. Aplikasi Limbah Cair: (A) Flat bed (B) Sumur Pantau ... 51

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL ... 85

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor ... 87

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten ... 89

4. Peta Lokasi Angsana Estate... 91

5. Curah Hujan dan Hari Hujan Sepuluh Tahun Terakhir (2001-2010) di ASE... 92

6. Satuan Peta Lahan (SPL) di ASE ... 93

7. Peta Luas Areal dan Tata Guna Lahan ASE... 94

8. Data Produksi dan Produktivitas ASE 5 Tahun Terakhir (2005/2006 - 2009/2010) ... 95

9. Struktur Organisasi ASE... 96

10. Peta Seksi Panen (Potong Buah) ASE ... 97

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan

yang berperan penting bagi perekonomian Indonesia sebagai salah satu

penyumbang devisa negara dari sektor non- migas. Produk minyak kelapa sawit

(MKS) diserap oleh industri pangan terutama minyak goreng dan industri non

pangan seperti kosmetik, farmasi, dan lain- lain. Peningkatan permintaan akan

minyak makan dunia khususnya minyak sawit terus terjadi akibat pertambahan

penduduk dan peningkatan pendapatan per kapita penduduk dunia (Pahan, 2007).

Peningkatan permintaan minyak sawit dan turunannya harus diimbangi

dengan peningkatan produksi kelapa sawit. Usaha untuk meningkatkan produksi

kelapa sawit salah satunya ditempuh dengan cara perluasan areal perkebunan

kelapa sawit. Luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2009

mencapai 7.51 juta hektar dengan produksi sebesar 18.64 juta ton minyak sawit

dan 3.47 juta ton inti sawit (Pusat Data dan Informasi Pertanian Kementrian

Pertanian, 2010).

Peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit yang cukup tinggi ini

diikuti oleh perkembangan industri pengolahan kelapa sawit, dicirikan dengan

pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) terpadu dengan perkebunan yang dapat

berdampak positif melalui penyerapan tenaga kerja dan perbaikan infrastruktur

daerah setempat dan berdampak negatif bagi lingkungan melalui penurunan

kualitas dan kuantitas lingkungan akibat pencemaran serta timbulnya masalah

sosial. Oleh karena itu penerapan konsep zero waste dalam usaha perkebunan

kelapa sawit sangat dianjurkan.

Limbah kelapa sawit merupakan sisa hasil tanaman kelapa sawit yang

tidak termasuk dalam produk utama atau hasil ikutan dari proses pengolahan

tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Limbah hasil pengolahan TBS kelapa

sawit dibedakan menjadi limbah cair yang biasa dikenal dengan istilah POME

(Palm Oil Mill Effluent) serta limbah padat berupa sabut, cangkang, janjangan

(17)

Limbah hasil pegolahan TBS kelapa sawit banyak mengandung senyawa

organik dan anorganik. Senyawa organik yang dikandung lebih mudah mengalami

perombakan oleh bakteri baik secara aerob maupun anaerob dibandingkan

senyawa anorganiknya. Kesulitan limbah untuk dirombak berpengaruh terhadap

kelestarian lingkungan (beban pencemaran). Limbah hasil pengolahan TBS kelapa

sawit mengandung zat beracun seperti logam berat (tembaga, timbal, perak, seng,

besi, nikel, dan lain- lain) yang dapat berpengaruh buruk pada mikroorganisme

(Sugiharto, 1987). Di sisi lain kandungan bahan organik yang terkandung dalam

limbah hasil pengolahan TBS kelapa sawit merupakan bahan baku potensial yang

bernilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi

tanaman. Limbah hasil pengolahan TBS kelapa sawit kaya akan kandungan bahan

organik dan nutrisi bagi tanaman.

Bentuk pemanfaatan limbah hasil pengolahan TBS kelapa sawit adalah

sebagai pupuk organik (aplikasi janjangan kosong dan limbah cair). Pemanfaatann

janjangan kosong (JJK) dengan aplikasi JJK segar langsung (tidak dikomposkan)

dapat meningkatkan proses dekomposisi sehingga kandungan fisik, biologi, dan

kimia tanah meningkat serta penting untuk peremajaan tanah dalam jangka waktu

yang lama sehingga produksi TBS dapat dipertahankan. Aplikasi limbah cair

(POME) sebagai pupuk organik dapat memperbaiki berat volume dan porositas

tanah, pH, reaksi tanah, dan kandungan hara tanah (Santoso, 2008). Limbah cair

(POME) sebelum diaplikasikan ke lapangan harus diolah terlebih dahulu untuk

menurunkan BOD nya hingga < 5 000 mg/L.

Dampak negatif yang mungkin ditimbulkan dari limbah hasil pengolahan

TBS kelapa sawit dan pertimbangan potensi bahan organik yang terkandung di

dalamnya sehingga bisa dimanfaatkan, menuntut perusahaan perkebunan untuk

melakukan kegiatan pengelolaan limbah dengan baik. Aplikasi limbah hasil

pengolahan TBS kelapa sawit sebagai pupuk organik perlu dilakukan dengan

benar sehingga dapat meminimalisir dampak negatif yang mungkin ditimbulkan

demi mewujudkan pertanian yang berkelanjutan serta industri yang ramah

lingkungan. Kegiatan magang ini bertujuan untuk mempelajari pengelolaan

limbah yang dilakukan perusahaan terutama hal- hal yang berkaitan dengan

(18)

Tujuan

Tujuan umum kegiatan magang ini adalah untuk meningkatkan

kemampuan profesionalitas penulis sesuai dengan kompetensi penulis agar dapat

memahami dan mendalami proses kerja secara nyata untuk meningkatkan

kemampuan teknis lapangan dan manajerial dalam pengelolaan perkebunan

kelapa sawit. Tujuan khususnya adalah untuk mempelajari penanganan dan

pemanfaatan limbah hasil pengolahan TBS kelapa sawit sebagai pupuk organik

serta mengetahui dampak aplikasinya terhadap tanaman dan pengaruh aplikasi

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Morfologi Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya

dari Brasilia. Di Brasilia tanaman ini tumbuh secara liar atau setengah liar di

sepanjang tepi sungai. Saat ini tanaman kelapa sawit telah ditanam di banyak

negara dan menjadi tanaman industri. Tanaman kelapa sawit termasuk dalam

family Araceae dengan sub family Cocoidae dan genus Elaeis, dan pada tahun

1763 diklasifikasikan oleh Jacquin sebagai Elaeis guineensis Jacq.(Pahan, 2007).

Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem perakaran serabut yang

terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Akar primer umumnya

berdiameter 6-10 cm, berasal dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal

dan menghujan ke dalam tanah dengan sudut yang beragam. Akar primer

bercabang membentuk akar sekunder dengan diameter 2-4 mm dan panjang 10-15

cm. Sebagian akar-akar primer mengarah ke atas mendekati permukaan tanah.

Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier dengan diameter 0,7-12 mm

dan panjang 10-15 cm yang berada dekat dengan permukaan tanah. Akar tersier

umumnya bercabang lagi membentuk akar kuartener dengan diameter 0,1-0.3 mm

dengan panjang hanya 1-4 mm dan tidak mengandung lignin (Lubis, 1992). Akar

kuartener diasumsikan sebagai akar absorbsi utama (feeding root) yang berada

dekat dengan permukaan tanah bersama akar tersier. Sebagian besar perakaran

yang aktif berada dekat pada permukaan tanah pada kedalaman 5-35 cm.

Batang kelapa sawit berbentuk bulat dengan diameter 25-75 cm serta tidak

bercabang. Tinggi batang dapat mencapai 25 meter. Umumnya pertambahan

tinggi batang bisa mencapai 35-75 cm per tahun bergantung pada lingkungan dan

keragaman genetiknya tetapi karena pertimbangan ekonomis hanya sampai 25-35

tahun atau mencapai ketinggian 10-11 meter. Batang diselimuti oleh pangkal

pelepah daun tua sampai umur sekitar 11-15 tahun, setelah itu bekas daun/pelepah

mulai rontok.

Daun kelapa sawit tersusun majemuk menyirip yang terdiri atas beberapa

bagian yaitu; 1) kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina)

(20)

pasang anak daun linear; 3) tangkai daun (petiole - pelepah), merupakan bagian

antara daun dan batang serta berduri; 4) seludang daun (sheath) yang berfungsi

memberi kekuatan pada batang. Laju pertumbuhan daun adalah 2 daun/bulan, satu

helai daun yang telah membuka mempunyai umur inisiasi sekitar 2 tahun dan

umur fungsional (berfotosintesis secara aktif) selama sekitar 2 tahun.

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious), artinya

bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan

yang sama. Bunga muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya dapat

menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk). Jenis kelamin bunga ditentukan

±9 bulan setelah masa inisiasinya, selang 24 bulan inflor bunga akan berkembang

sempurna. Bunga kelapa sawit merupakan bunga majemuk yang terdiri dari

kumpulan spikelet dan tersusun dalam infloresen yang berbentuk spiral. Panjang

infloresen betina ±30 cm atau lebih sedangkan infloresen jantan memiliki tangkai

yang lebih panjang dari betina. Sistem penyerbukannya adalah penyerbukan

silang, terjadi dengan bantuan serangga dan angin. Bunga betina yang telah

anthesis akan menjadi buah/brondolan.

Secara botani buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri

atas pericarp yang terbungkus oleh kulit (exocarp), daging buah (mesocarp), dan

cangkang (endocarp) yang membungkus inti (kernel). Inti memiliki kulit (testa),

endosperm yang padat, dan embrio. Kandungan minyak yang terdapat pada

mesocarp berbeda dengan kandungan minyak yang ada pada endosperm matang.

Ekofisiologi Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang

cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis. Produktivitas TBS/tahun dipengaruhi

oleh jumlah jam efektif penyinaran matahari. Panjang penyinaran yang diperlukan

tanaman kelapa sawit yaitu 5-12 jam/hari dengan kondisi kelembaban udara 80%

dan kisaran suhu 24-280 C (Pahan, 2007).

Kelapa sawit membutuhkan curah hujan sekitar 2 000 mm/tahun yang

merata sepanjang tahun tanpa adanya bulan kering (defisit air) yang nyata.

Sebagian besar perkebunan komersial kelapa sawit dibangun pada daerah yang

(21)

jumlah curah hujan lebih besar daripada evapotranspirasi di perkebunan.

Penutupan stomata dipengaruhi oleh status air dalam sistem atmosfer-tanaman

serta mekanisme asimilasi karbon. Stomata tanaman kelapa sawit sangat sensitif

terhadap perubahan kelembaban udara. Pengaturan stomata digunakan tanaman

untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi kekeringan.

Lahan yang optimal untuk kelapa sawit harus mengacu pada lingkungan,

sifat fisik lahan, dan sifat kimia tanah atau kesuburan tanah. Pemanfaatan lahan

untuk pengusahaan kelapa sawit mengacu pada kelas kesesuaian lahan.

Penggolongan kelas kesesuaian lahan dibagi menjadi empat kelas, sebagai

berikut:

1. Kelas S-1: kesesuaian tinggi (highly suitable) dengan potensi produksi >24

ton TBS/ha/tahun.

2. Kelas S-2: kesesuaian sedang (moderately suitable) dengan potensi

produksi 19-24 ton TBS/ha/tahun.

3. Kelas S-3: kesesuaian terbatas (marginally suitable) dengan potensi

produksi 13-18 ton TBS/ha/tahun.

4. Kelas N: tidak sesuai (not suitable) dengan potensi produksi <12 ton

TBS/ha/tahun.

Limbah dan Potensinya

Limbah Padat

Pelepah kelapa sawit berasal dari pemotongan pelepah pada saat

penunasan dan pemanenan. Pelepah biasa langsung disusun pada gawangan yang

dapat berfungsi sebagai mulsa. Pelepah mengandung sejumlah unsur hara yang

cukup tinggi yaitu 107.9 kg N/ha/tahun, 10 kg P/ha/tahun, dan 139.4 kg

K/ha/tahun. Pelepah yang dihasilkan setiap tahunnya mengandung unsur hara

yang setara dengan 234.56 kg Urea, 31.25 kg RP, 232.33 kg KCl, 63.70 kg

Kieserite, dan 85.33 kg Dolomite (Purba, 2008).

Sabut adalah ampas kelapa sawit yang dihasilkan dari proses pengepresan

tandan kelapa sawit, sedangkan cangkang adalah kulit luar biji kelapa sawit yang

(22)

dan cangkang dapat digunakan untuk mengoperasikan ketel uap PKS yaitu 85%

sabut dan 15% cangkang dari hasil pengolahan TBS (Purba, 2008).

Janjangan kosong (JJK) merupakan produk sampingan (by product) dari

pabrik pengolahan yang berasal dari sistem pembantingan (thresher)/pemipilan

(stripper) setelah TBS diproses di stasiun perebusan (sterilizer) (Pahan, 2007).

Setiap ton TBS diolah dihasilkan 19-24 % janjangan kosong (Irvan, 2009). JJK

kaya akan kandungan materi organik dan nutrisi bagi tanaman. Aplikasi JJK dapat

meningkatkan proses dekomposisi sehingga kandungan fisik, biologi, dan kimia

pada tanah meningkat. Aplikasi JJK sangat efektif sebagai mulsa, dapat

menurunkan temperatur tanah, mempertahankan kelembaban tanah, memperkecil

pencucian hara tanah dan pupuk anorganik serta meminimalisasi resiko erosi

akibat aliran permukaan.

Aplikasi JJK dapat meningkatkan unsur hara dalam tanah dan diikuti

dengan peningkatan produksi TBS (Andayani, 2008). Aplikasi JJK sangat sesuai

dalam menggantikan sebagian pupuk anorganik, asalkan jumlah pasokan hara dari

JJK yang diaplikasikan sebanding dengan kandungan unsur hara dalam pupuk

anorganik tersebut. Persentase kandungan hara pada JJK disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase Kandungan Unsur Hara dalam Janjangan Kosong

Hara Utama

Persentase Unsur Hara dalam JJK Per ton JJK

sebanding dengan

Kisaran Rata-rata

Nitrogen (N) 0.32 – 0.43 0.37 8.00 kg Urea

Fospor (P) 0.03 – 0.05 0.04 2.90 kg RP

Potassium (K) 0.89 – 0.95 0.91 18.30 kg MOP

Magnesium (Mg) 0.07 – 0.10 0.08 5.00 kg Kieserit

Sumber: Pahan (2007)

Solid basah (wet decanter solid) merupakan produk akhir dari proses

pengolahan TBS di PKS yang menggunakan sistem decanter pada stasiun

pemurnian. Stasiun pemurnian adalah stasiun pengolahan yang bertujuan untuk

melakukan pemurnian MKS (minyak kelapa sawit) dari kotoran-kotoran seperti

padatan (solid), lumpur (sludge), dan air sehingga diperoleh kualitas minyak

(23)

dan air) dari fase padat sampai partikel-partikel terakhir. Sludge merupakan fase

campuran yang masih mengandung minyak. Sludge diolah kembali untuk

mengambil minyak yang masih terkandung di dalamnya. Pada pengolahan sludge

dengan sistem decanter diperoleh tiga fase yaitu light phase, heavy phase, dan

solid. Kandungan solid basah yang diperoleh dari pengolahan TBS selama

setahun ada sekitar 5%. Kandungan hara pada WDS hampir sama dengan JJK

akan tetapi kandungan Kalium pada WDS lebih rendah (Pahan, 2007).

Limbah Cair (POME)

Limbah cair merupakan produk samping dari pengolahan TBS di PKS

yang berasal dari proses perebusan (sterilizer), pemurnian (clarifier), dan sistem

decanter (heavy phase). Irvan (2009) menyatakan sebelum diaplikasikan di

lapangan, seluruh limbah cair ditampung dahulu di kolam penampungan (fat pit)

dan akan melalui beberapa perlakuan yang bertujuan untuk mengurangi

kandungan BOD (Biological Oxygen Demand) dengan memanfaatkan bekteri

pengurai baik secara aerob maupun anaerob.

BOD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme untuk

menguraikan bahan organik pada limbah cair secara biologis. Limbah cair yang

dikeluarkan PKS mengandung bahan organik dan mineral yang cukup dengan

kandungan BOD sekitar 25 000- 32 000 mg/L, apabila dibuang langsung dapat

menyebabkan penurunan kualitas lingkungan air (Santoso, 2008) sehingga harus

diturunkan hingga BOD < 5 000 mg/L sesuai ketentuan yang ditetapkan

pemerintah. Parameter lain yang digunakan untuk menentukan kualitas limbah

cair adalah COD (Chemical Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solid),

kandungan minyak dan lemak, nitrogen total, dan pH. Menurut Sugiharto (1987),

COD menunjukkan banyaknya oksigen dalam ppm atau mg/l yang dibutuhkan

oleh mikroorganisme dalam kondisi khusus untuk menguraikan bahan organik

secara kimiawi. Pada penelitian sebelumnya diketahui kandungan bahan organik

yang terdapat pada limbah cair dapat memperbaiki berat volume dan porositas

tanah. Berat volume yang rendah dan porositas yang tinggi menunjukkan tanah

yang lebih gembur. Aplikasi limbah cair juga berpengaruh terhadap sifat kimia

(24)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Angsana Estate PT Ladangrumpun

Suburabadi, Minamas Plantation Group, Kalimantan Selatan mulai bulan Februari

hingga Juni 2011.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan yang berkaitan dengan aspek

teknis di lapangan dan aspek manajerial baik di kebun maupun di kantor kebun,

melakukan pengamatan terhadap aspek khusus di lapangan serta kegiatan

pengumpulan data. Kegiatan-kegiatan tersebut disesuaikan dengan jadwal dan

kebutuhan yang ada di kebun serta disetujui oleh pihak kebun.

Pada aspek teknis, penulis diposisikan sebagai karyawan harian lepas

(KHL) selama satu bulan yaitu bekerja di lapangan sesuai dengan jenis dan

volume pekerjaan yang ada. Adapun pekerjaan yang dikuti antara lain: kegiatan

pengendalian gulma, pengendalian hama terpadu, penunasan/pengelolaan tajuk,

kastrasi, sensus vegetatif, pemupukan anorganik, pemanenan, pengolahan TBS,

dan kegiatan pengelolaan limbah (aplikasi JJK dan POME).

Pada aspek manajerial, penulis diposisikan sebagai pendamping supervisi

(pendamping mandor I, kerani divisi, mandor panen, kerani panen, kerani

transport, mandor pupuk, mandor semprot, mandor kastrasi, mandor JJK, dan

mandor effluent) dan pendamping asisten divisi.

Aspek khusus yang diperdalam pada kegiatan magang ini adalah

pengelolaan limbah hasil pengolahan TBS kelapa sawit yang dilakukan oleh

perusahaan. Kegiatan yang dipelajari adalah seluruh kegiatan yang berkaitan

dengan penanganan dan pemanfaatan limbah baik dari segi manajerial maupun

teknis. Rincian kegiatan magang dicatat dalam jurnal harian magang (diketahui

(25)

Pengamatan dan Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data dilakukan dengan metode langsung (data primer) dan

tidak langsung (data sekunder). Pengumpulan data primer dilakukan melalui

pengamatan langsung saat mengikuti kegiatan di lapangan sesuai dengan aspek

teknis dan aspek khusus yang dipelajari serta diskusi dengan pihak kebun,

sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang tersedia di kantor kebun. Data

yang dikumpulkan meliputi:

1. Kondisi umum kebun (sejarah dan perkembangan kebun, letak geografis

kebun, keadaan iklim dan tanah, luas areal dan tata guna lahan, kondisi

pertanaman dan produktivitas tanaman lima tahun terakhir, struktur

organisasi dan ketenagakerjaan kebun).

2. Data produksi JJK dan POME selama satu bulan.

3. Data perolehan produksi: produktivitas (ton/ha/tahun), bobot janjang

rata-rata (BJR/tahun), dan jumlah janjang (JJG/ha/tahun) selama lima tahun

terakhir untuk blok aplikasi dan blok kontrol (masing- masing 3 blok).

4. Data hasil analisa status hara dalam daun tanaman kelapa sawit pada blok

aplikasi dan blok kontrol.

5. Baku mutu air (kandungan BOD, COD, TSS, pH, amoniak, kandungan

minyak dan lemak, nitrogen total, dan logam berat).

6. Data analisis tanah; sifat fisik tanah (tekstur, bobot per volume, porositas

dan permeabilitas) dan kimia tanah (pH, C-organik, nitrogen, Na, K, Ca,

Mg, P2O5, KTK, kejenuhan Al, dan logam- logam berat).

Analisis Data dan Informasi

Data hasil analisis status hara dalam daun kelapa sawit dan perolehan

produksi tanaman kelapa sawit antara lahan aplikasi dan kontrol dianalisis dengan

uji statistik Independent t-test (uji t-student). Jumlah blok sebagai ulangan diambil

masing- masing tiga blok ( tiga blok untuk lahan aplikasi dan tiga blok untuk lahan

(26)

Rumus Independent t-test (Walpole, 1993):

Keterangan:

t = statistik t

= rata-rata perolehan produksi kelompok perlakuan (lahan aplikasi)

= rata-rata perolehan produksi kelompok kontrol

S1 = standart deviasi kelompok perlakuan (lahan aplikasi)

S2 = standart deviasi kelompok kontrol

(27)

KONDISI UMUM KEBUN

Sejarah dan Perkembangan

Angsana Estate (ASE) merupakan salah satu kebun yang dikelola oleh unit

usaha PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI) dibawah naungan PT Minamas

Plantation (sebelumnya Minamas Gemilang) yang masih merupakan bagian dari

Sime Darby Group. Pada tahun 2001 terjadi perpindahan asset dari perusahaan

Salim Group ke pihak PT Minamas Plantation yang merupakan anggota dari

Kumpulan Guthrie Berhard (KGB), sebuah perusahaan swasta Malaysia dan pada

tahun 2008 bergabung dengan Sime Darby Group. Selain ASE, PT

Ladangrumpun Suburabadi juga mengelola Gunung Sari Estate (GSE) dan

Angsana Factory (ASF). PT Ladangrumpun Suburabadi dirintis pada tahun 1988

dengan luas total 5 909 ha. ASE memilki luas lahan ± 3 250 ha dan selebihnya

ditangani oleh GSE.

Letak Geografis Kebun

Angsana Estate terletak di Desa Bayansari, Kecamatan Angsana,

Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Secara Geografis ASE

berada pada 115033’34”–115039’46” BT dan (3038’45”)–(3035’39”) LS dengan

batas wilayah; sebelah utara berbatasan dengan kebun Hutan Tanaman Industri

(HTI), sebelah selatan berbatasan dengan GSE, sebelah barat berbatasan dengan

PT Buana Karya Bakti (BKB), sebelah timur berbatasan dengan sungai sebamban.

Peta lokasi Angsana Estate dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah

Angsana Estate terletak pada ketinggian 15 meter dari permukaan laut

dengan suhu rata-rata berkisar antara 28-320C, temperatur udara terendah terjadi

pada bulan Juli dan tertinggi pada bulan Desember, dengan fluktuasi temperatur

rata-rata bulanan relatif kecil yakni 9.20C. Kelembaban udara termasuk dalam

kategori sedang dengan kisaran antara 76% sampai dengan 85% dengan lama

(28)

Berdasarkan pengukuran curah hujan dan hari hujan selama sepuluh tahun

terakhir (2001-2009), ASE memiliki rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2 664

mm/tahun dengan hari hujan rata-rata 131 hari/tahun. Berdasarkan klasifikasi

iklim menurut Schmidt dan Ferguson, iklim di ASE termasuk tipe iklim B (daerah

basah dengan vegetasi hutan hujan tropis) dengan nilai Q sebesar 23.90%.

Distribusi curah hujan di ASE tidak merata sepanjang tahun dengan rata-rata

curah hujan terendah terjadi sebanyak 4 bulan berturut-turut yaitu pada bulan

Agustus sampai dengan November. Data curah hujan dan hari hujan sepuluh

tahun terakhir disajikan pada Lampiran 5.

Berdasarkan hasil survei tanah semi detil pada tahun 2006 yang dilakukan

oleh Departemen Riset Minamas diketahui bahwa sebagian besar tanah di ASE

didominasi oleh jenis tanah Oxisol. Oxisol merupakan jenis tanah tua yang

mengalami pelapukan lanjut dan terbentuk pada daerah dengan topografi

berombak sampai berbukit, yang dicirikan oleh kandungan basa-basa (N, P, K,

Ca, Mg, K,dan Na) rendah karena pencucian yang intensif, KTK efektif yang

rendah, pH tanah yang cenderung masam serta kandungan Al- tertukar cukup

tinggi. Gambar satuan peta lahan (SPL) ASE dapat dilihat pada Lampiran 6.

Secara detail jenis tanah di ASE digolongkan hingga tingkat seri yang

terdiri dari: 1) Oxisol seri MM-18 (Petroferric Hapludox): merupakan tanah yang

mengalami pelapukan sangat lanjut, pH tanah tergolong masam (pH <5.5), pada

kedalaman ≤125 cm terdapat kontak petroferik (lapisan hasil akumulasi sesquioksida atau Fe-oksida yang mengeras seperti batu), memiliki regim

kelembaban udik (tidak pernah kering selama 90 hari setiap tahun pada

kedalaman 10-90 cm dari permukaan. Areal yang termasuk jenis tanah ini

memiliki luas 1 855 ha (59%) pada SPL1 (slope 8-15%) dan 389 ha (12%) pada

SPL2 (slope 15-30%) dan tergolong dalam kelas lahan S3 (kurang sesuai); 2)

Oxisol seri MM-19 (Plinthic Hapludox): merupakan tanah yang mengalami

pelapukan sangat lanjut dengan pH tanah masam (pH <5,5), pada kedalaman ≤125

cm mempunyai satu atau lebih horizon yang mengandung plintit (karata-karatan

besi yang telah mengeras seperti kerikil) sebesar 0.5% volumenya atau lebih.

Areal di ASE yang termasuk jenis tanah ini memiliki luas 903 ha (29%) pada

(29)

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Angsana Estate memilki luas total berdasarkan HGU sebesar 3 249.99 ha

dengan rincian 3 047.56 ha plant area/ditanami kelapa sawit (TM dan TBM),

areal pabrik (ASF) seluas 34.51 ha, areal prasarana seluas 121.59 ha, serta sungai,

bukit, dan lembah seluas 46.33 ha. Angsana Estate terbagi menjadi tiga divisi

dengan luas masing- masing; Divisi I seluas 1 254.55 ha, Divisi II seluas 859.19

ha, dan Divisi III seluas 1 136.25 ha. Peta luas areal dan tata guna lahan

selengkapnya disajikan pada Lampiran 7.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit di ASE saat ini terdiri dari tanaman menghasilkan

(TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM) yang ditanam pada beberapa

tahun tanam. Areal TM untuk tahun tanam 1996 (629.55 ha), tahun tanam 1998

(1 622.53 ha), tahun tanam 1999 (167.38 ha), tahun tanam 2000 (84.04 ha), dan

tahun tanam 2006 (325.54 ha) sedangkan untuk TBM tahun tanam 2007 luasnya

181.90 ha dan TBM tahun tanam 2008 seluas 36.62 ha. Populasi tanaman kelapa

sawit berdasarkan tahun tanam di ASE disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Lahan dan Populasi Tanaman Berdasarkan Tahun Tanam di ASE

Tahun Tanam

Div isi I Div isi II Div isi III Total Luas (ha) Pop (pokok) Luas (ha) Pop (pokok) Luas (ha) Pop (pokok) Luas (ha) Pop (pokok) 1.TM

1996 - - 331.97 42 241 297.58 38 599 629.55 80 840 1998 581.26 71 035 493.88 62 836 547.39 70 608 1 622.53 204 479 1999 66.24 6 990 - - 101.14 12 852 167.38 19 842

2000 - - - - 84.04 9 795 84.04 9 795

2006 283.1 32 324 - - 42.44 3 038 325.54 35 362 Sub

Total 930.6 110 349 825.85 105 077 1 072.59 134 892 2 829.04 350 318 2.TBM

2007 181.9 21 084 - - - - 181.9 21 084

2008 36.62 5 100 - - - - 36.62 5 100

Sub

Total 218.52 26 184 - - - - 218.52 26 184

Grand

(30)

Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di ASE terdiri atas varietas

tenera yang berasal dari Tenera Marihat (PPKS), Tenera Socfindo, dan Tenera

Guthrie. Tanaman menghasilkan (TM) (tahun tanam 1996, 1998, 1999, dan 2000)

didominasi varietas Tenera Marihat dan Tenera Socfindo sedangkan TM tahun

tanam 2006 dan TBM tahun tanam 2007 dan 2008 merupakan varietas Tenera

Guthrie. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m (segitiga

sama sisi) dengan populasi rata-rata berkisar antara 124-132 tanaman/ha. Produksi

dan produktivitas kebun periode lima tahun terakhir disajikan pada Lampiran 8.

Organisasi dan Ketenagakerjaan

Angsana Estate (ASE) dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung

jawab dalam mengelola kebun dan mengkoordinir seluruh kegiatan yang ada di

kebun serta mengambil keputusan dalam kegiatan operasional kebun. Dalam

melaksanakan tugasnya manajer dibantu oleh staf kebun yang terdiri dari seorang

KTU, senior asisten, asisten divisi, dan dokter kebun. Struktur organisasi Angsana

Estate disajikan pada Lampiran 9.

KTU (pada saat kegiatan magang berlangsung digantikan oleh seorang

kepala seksi/Kasie) membawahi seluruh karyawan kantor, bertanggung jawab

terhadap administrasi kebun dan bersama senior asisten bertugas mengelola

gudang. Senior asisten bertugas mengelola satu divisi, emplasemen, dan traksi

serta bekerja sama dengan kasie dalam mengelola gudang utama. Asisten divisi

bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan operasional dan administrasi di

divisi masing- masing dibantu oleh mandor dan kerani. Dokter dibantu mantri dan

bidan bertugas mengelola poliklinik serta pelayanan kesehatan karyawan.

Organisasi pelaksana aplikasi janjangan kosong (JJK) di setiap divisi

terdiri atas seorang asisten divisi, seorang mandor JJK, dan pekerja harian lepas.

Pelaksanaan aplikasi limbah cair di PT LSI yang dikelola oleh ASE (9 blok ASE

dan 3 blok GSE) ditangani oleh divisi III. Organisasi pelaksananya terdiri atas

seorang asisten divisi (divisi III), seorang mandor effluent, dan enam orang tenaga

kerja yang dibagi menjadi dua shift (dua orang untuk shift pagi sampai sore, dua

orang untuk shift sore sampai pagi hari berikutnya, dan dua orang lainnya

(31)

Tabel 3. Data Karyawan Staf dan Non-Staf di ASE

No Karyawan Staf Jumlah Karyawan Non-Staf Jumlah Ratio/ha

1 Est.Manager 1 SKU-Bkantor 26 0.008

2 Senior Asisten 1 SKU-B Tra ksi 32 0.010

3 Asisten 2 SKU-B Afde ling 31 0.010

4 Staf QA 0 SKU-B Bibitan 0 0.000

5 Kasie 1 SKU-Harian 377 0.116

6 Ast EMS 1

7 Dokter 1

Total 7 466 0.143

Sumber: Kantor Besar ASE (2011)

Status tenaga kerja di ASE terdiri atas karyawan staf dan non staf.

Manajer, asisten, kasie, dan dokter kebun merupakan karyawan staf. Karyawan

non staf terdiri atas SKU harian (pekerja harian tetap) dan SKU bulanan (mandor

dan kerani). Total tenaga kerja di ASE sebanyak 466 orang dengan ITK sebesar

0.143 HK/ha (Tabel 3). Hal ini bisa dikatakan baik, karena norma ITK untuk

kebun kelapa sawit adalah 0.25 HK/ha (Irvan, 2009).

Fasilitas Kesejahte raan Karyawan

Dalam menjamin kesejahteraan seluruh karyawan, sesuai dengan

undang-undang ketenagakerjaan, ASE menyediakan fasilitas–fasilitas kesejahteraan bagi

karyawannya. Fasilitas yang diberikan berupa rumah, sarana ibadah, sarana

pendidikan, sarana kesehatan, tempat penitipan anak, sarana olahraga, peralatan

kerja, alat pelindung diri, gaji pokok (sesuai UMR dan golongan), premi,

tunjangan hari raya, bonus akhir tahun, jaminan kesehatan (Jamsostek), dan

tunjangan dana pensiun, serta tunjangan transportasi untuk staf kebun.

Fasislitas rumah yang diberikan antara lain adalah perumahan staf, mess

untuk tamu dan perumahan karyawan non-staf. Perumahan untuk staf dan mess

merupakan bangunan permanen yang terletak di emplasemen, sedangkan

perumahan untuk karyawan non staf merupakan bangunan semi permanen yang

terletak di masing- masing divisi. Fasilitas perumahan dilengkapi dengan sarana

air bersih, dan penerangan. Perumahan untuk karyawan non staf terdiri atas dua

tipe yaitu tipe satu rumah/satu gang (G1) untuk mandor 1 dan kerani divisi, dan

(32)

Sarana pendidikan yang disediakan meliputi Play Group, Taman

Kanak-Kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) yang

dilengkapi dengan fasilitas bus sekolah. Pada masing- masing divisi disediakan

sarana ibadah, tempat penitipan anak, sarana olahraga berupa lapangan sepak bola

dan bola voli. Sarana olahraga juga disediakan di lingkungan empalsemen

(lapangan tenis, voli, bulutangkis, tenis meja, fitness, kolam renang dan tempat

(33)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pengendalian Gulma.

Pengendalian gulma adalah tindakan mengendalikan pertumbuhan gulma

yang tumbuh di areal pertanaman agar persaingan dengan tanaman utama dapat

ditekan (ambang tindakan) sehingga tidak merugikan (ambang batas ekonomi)

dengan mengusahakan biaya pengendalian semurah mungkin. Di perkebunan

kelapa sawit kegiatan pengendalian gulma selain bertujuan untuk memperkecil

persaingan antara tumbuhan dengan gulma sasaran dalam hal pengambilan unsur

hara, juga memiliki tujuan lain yaitu untuk memudahkan pelaksanaan potong

buah dan kutip berondolan, memudahkan pelaksanaan pemupukan dan sebagai

salah satu kegiatan sanitasi (gulma merupakan sarang bagi hama atau inang bagi

penyakit tanaman).

Pengendalian atau pemberantasan gulma di ASE difokuskan pada 2 (dua)

lokasi, yaitu di piringan dan di gawangan (interrow). Kelompok gulma yang

dikendalikan terutama alang-alang di piringan dan gawangan, gulma di piringan,

pasar rintis dan TPH (jenis rumput dan kentosan), serta gulma di gawangan

(terutama anak kayu). Tidak semua tumbuhan liar diberantas, misalnya pakis

Nephrolepis bisserata, Cassia cobanensis, Euphorbia sp., Turnera subulata

karena berfungsi sebagai inang musuh alami bagi hama- hama kelapa sawit

(beneficial plant) serta berfungsi dalam konservasi tanah (menjaga kelembaban

tanah dan mencegah erosi).

Pengendalian secara manual. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan membongkar tanaman pengganggu (BTP). Tujuannya adalah

untuk menghilangkan semua tumbuhan pengganggu yang tidak dapat atau sulit

diberantas dengan cara kimia. Sasaran dari pekerjaan ini adalah semua jenis

gulma kayu (anak kayu, dan kentosan) dengan cara didongkel.

Pekerjaan dilakukan gawangan per gawangan. Setiap anak kayu di

dongkel dengan menggunakan peralatan seperti cados, pacul, sabit, garukan, dan

(34)

rendahan, gulma berkayu tidak di dongkel tetapi ditabas (dipotong) sampai

pangkal batangnya. Gulma berkayu, kentosan, dan kotoran yang terdapat pada

piringan di dongkel dan dicabut dengan cados dan dibersihkan dengan garukan.

Standar kerja karyawan dibedakan berdasarkan kondisi gawangan dan piringan

yang akan dibersihkan. Kondisi gawangan dan piringan kategori berat (anak kayu

>50 %) standar kerjanya adalah 0.25-0.5 ha/HK, pada saat pengamatan prestasi

kerja karyawan mencapai 0.42 ha/HK dan prestasi kerja penulis 0.26 ha/HK;

kategori sedang (anak kayu mencapai 25%-50%) standar kerjanya adalah 0.5-0.7

ha/HK, pada saat pengamatan prestasi kerja karyawan mencapai 0.6 ha/HK dan

pretasi kerja penulis 0.4 ha/HK; kategori ringan (anak kayu 10-25%) standar kerja

yang harus dicapai adalah >0.7 ha/HK, pada saat pengamatan pretasi kerja

karyawan mencapai 0.75 ha/HK dan prestasi kerja penulis 0.5 ha/HK .

Pengendalian secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia di ASE

dikenal dengan sistem BSS (Block Spraying System) yaitu sistem penyemprotan

yang terkonsentrasi dan dilakukan blok per blok. Dengan sistem ini frekuensi

kontrol oleh supervisi dapat ditingkatkan, mobilitas tenaga semprot lebih tinggi,

kualitas pencampuran herbisida lebih baik, pengorganisasian kerja menjadi lebih

mudah, serta motivasi kerja karyawan menjadi lebih baik. Penyemprotan di

gawangan dilakukan oleh tim semprot kebun (TSK) sedangkan penyemprotan di

piringan, pasar rintis, dan TPH dilakukan oleh tim MHS (Micron Herby Sprayer).

Tujuan dibentuknya tim semprot adalah untuk memaksimalkan kualitas semprot.

Masing- masing tim semprot terdiri dari 6 orang untuk tim MHS dan ±20

orang untuk tim TSK (wanita semua) tidak boleh diganti-ganti, satu orang mandor

dan satu orang operator/sopir sekaligus mekanik peralatan. Perlengkapan utama

dari tim semprot terdiri dari satu unit kendaraan roda empat (drum truck) yang

telah dimodifikasi sehingga dapat digunakan untuk keperluan tim semprot seperti

tanki air, tempat sprayer, tempat spare part sprayer, tempat bontot/tas. Alat

semprot disediakan sejumlah karyawan tenaga semprot ditambah 2-3 unit untuk

cadangan dan diberi nomor urut sesuai nomor tenaga semprot.

Semprot gawangan. Penyemprotan gulma di gawangan menggunakan

alat semprot punggung semi otomatis inter pump RB-15/Solo Sprayer dengan

(35)

takaran/gelas ukur, bendera berwarna merah dan kuning, wadah peralatan

reparasi, serta alat pelindung diri (seragam-baju lengan panjang, masker, apron,

sarung tangan, sepatu boots, topi/kerudung). Gulma yang umum tumbuh

digawangan antara lain alang-alang, Chromolaena odorata, Melastoma

malabathticum, dan gulma berkayu lainnya. Herbisida yang digunakan adalah

herbisida purna tumbuh (sistemik) dengan bahan aktif Triklopir butoksietil ester

400 g/l (nama dagang “Kenlon”). Konsentrasi yang digunakan adalah 0.3%

(45 ml/15liter air). Rotasi penyemprotan untuk TM adalah sebanyak tiga kali

dalam setahun dan empat kali dalam setahun untuk TBM.

Semprot piringan, pasar rintis, dan TPH. Piringan, pasar rintis dan TPH merupakan beberapa sarana penting bagi kegiatan produksi. Piringan

berfungsi sebagai tempat untuk menyebarkan pupuk dan merupakan daerah

tempat jatuhnya tandan panen beserta berondolannya. Pasar rintis berfungsi

sebagai jalan untuk mengantrikan buah ke TPH serta mejalankan kegiatan

operasional lainnya. TPH berfungsi sebagai tempat pengumpulan hasil panen

sebelum diangkut ke PKS. Agar sarana-sarana ini berfungsi maksimal, maka

tempat-tempat ini memerlukan pemeliharaan yang berkesinambungan.

Penyemprotan di piringan, pasar rintis, dan TPH menggunakan alat

semprot CDA (Controlled Droplet Application) dengan merk dagang Micron

Herby Sprayer (MHS). Alat semprot ini digunakan untuk penyemprotan dengan

volume rendah (Ultra Low Volume) yaitu 20-40 liter per hektar blanket

(penyemprotan total). Semprotannya menghasilkan butiran halus yang

terkendali dengan ukuran yang seragam (±250 mikron) dan konsentrasi herbisida

yang tinggi.

Herbisida yang digunakan untuk penyemprotan di piringan, pasar rintis

dan TPH adalah herbisida purna tumbuh dengan bahan aktif Fluroksipir 200 g/l

(nama dagang “Starane”) dan Isopropilamina Glifosat 480 g/l (nama dagang

“Prima-Up”). Dalam aplikasinya, kedua jenis herbisida ini dicampur terlebih

dahulu sebelum diaplikasi, tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi dan

efektifitas penyemprotan sehingga beberapa jenis gulma yang menjadi sasaran

dapat dikendalikan sekaligus. Pencampuran dilakukan dengan perbandingan

(36)

(300 ml/10 liter air). Gulma sasaran yang tumbuh dominan dan harus

dikendalikan antara lain Ageratum Conyzoides, Borreria alata, Axonopus

compresus, Cynodon dactylon, paspalum conjugatum, Euphorbia valerianifolia,

dan kentosan.

Prestasi kerja tenaga semprot sangat bergantung pada kondisi blok.

Prestasi kerja pada blok dengan banyak area rendahan atau berbukit serta kondisi

gulma lebat akan lebih kecil dibandingkan pada blok dengan areal datar dan

gulmanya tidak lebat. Prestasi kerja standar yang ditetapkan oleh kebun untuk tim

MHS adalah 5 ha/HK, pada saat pengamtan prestasi kerja karyawan adalah 5

ha/HK dan prestasi kerja penulis 1 ha/HK sedangkan untuk tim TSK standar

kerjanya adalah 3 ha/HK (TM) dan 2 ha/HK (TBM), pada saat pengamatan

prestasi kerja karyawan mencapai 3 ha/HK untuk areal TM dan TBM dan prestasi

kerja penulis 0.5 ha/HK. Premi lebih borong untuk tim MHS sebesar Rp 5 500/ha

dan untuk tim TSK sebesar Rp 11 000/ha.

Angsana Estate sebagai kebun yang hidup berdampingan dengan

masyarakat dituntut untuk memperhatikan kelestarian lingkungan sekitar. Dalam

program RSPO (Rountable and Sustainable of Palm Oil) ASE memberlakukan

dan melaksanakan peraturan dalam pengendalian gulma secara kimia yaitu

dilarang menyemprot pada area buffer zone. Buffer zone merupakan area yang

berada pada radius 50 meter dari tepi sungai induk (anak sungai). Hal ini

ditujukan agar vegetasi yang ada tetap hidup sehingga erosi dapat dicegah serta

meminimalkan pencemaran ke badan air yang mungkin masih digunakan oleh

penduduk.

(37)

.

Keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan juga menjadi perhatian

penting bagi perusahaan. Setiap karyawan semprot dilengkapi dengan alat

pelindung diri (APD) seperti seragam/baju lengan panjang, apron, masker, sarung

tangan, sepatu boots, pelindung mata, dan pelindung kepala (topi/kerudung).

Karyawan semprot juga mendapat extra fooding berupa susu yang diberikan

secara berkala oleh perusahaan.

Pengendalian Hama Terpadu

Pengendalian hama tanaman merupakan upaya untuk mengendalikan suatu

kehidupan dengan memanipulasi ekosistem sehingga tidak cocok untuk

perkembangbiakan hama. Oleh karena itu, konsep pengendaliannnya dimulai dari

pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup hama itu sendiri. Pemilihan

jenis metode (biologi, mekanik, kimia, dan terpadu), serta waktu yang dianggap

paling cocok dilatarbelakangi oleh pemahaman atas siklus hidup hama. Kunci

kegiatan pengendalian hama terpadu di ASE adalah mendeteksi adanya ledakan

hama sebelum diperlukan pengendalian dalam skala yang lebih luas dengan

melakukan pemantauan sehingga dapat diterapkan strategi pengendalian secara

efektif. Tindakan pengendalian dilakukan dengan memprioritaskan biological

control dan minimalisasi penggunaan pestisida.

Pemantauan hama (early warning system). Pelaksanaan early warning

system untuk deteksi hama secara dini merupakan bentuk penerapan pengendalian

hama terpadu (Intergrated Pest Management). Pada dasarnya suatu sistem

pengamatan hanya berlaku untuk satu atau lebih spesies hama yang mempunyai

perilaku yang sama. Akan tetapi atas pertimbangan efisiensi maka pelaksanaan

pengamatan di ASE dimodifikasi sehingga dapat digunakan untuk pemantauan

perkembangan populasi hama lainnya. Beberapa jenis hama yang sering menjadi

perhatian di ASE antara lain: kumbang tanduk, ulat api, ulat kantong, tikus, rayap,

serta babi hutan.

Monitoring/sensus hama ulat api dan ulat kantong dilakukan dengan

(38)

(TS) yang populasi hamanya paling dominan (untuk menentukan pelepah yang

akan diambil). Jika jenis hama yang dominan adalah Setora nitens, Thosea

asigna, Susica sp., pelepah yang diambil adalah pelepah ke 9-24, sedangkan jika

jenis hama yang dominan adalah Darna trima, Thosea bisura, Thosea vetusta,

Ploneta diducta dan golongan ulat kantong, pelepah yang diambil adalah pelepah

ke 25-40. Spesies ulat api dan ulat kantong yang sering ditemukan pada tanaman

kelapa sawit disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Hama Ulat Api (Limacodidae) dan Ulat Kantong (Psydidae).

Hama Ulat Api: (A) Darna trima; (B) Thosea bisura; (C)

Setothosea asigna; (D) Ploneta diducta (E) Thosea vetusta;

(F) Setora nitens. Hama Ulat Kantong: (G) Cremastopsyche

pendula; (H) Metisa plana, (I) Mahasena corbetti.

Jenis kumbang yang paling banyak ditemukan adalah Oryctes rhinoceros.

Kumbang ini hanya meninggalkan tempat bertelurnya pada malam hari untuk

menyerang pohon kelapa sawit. Oryctes rhinoceros memakan pupus daun muda

yang belum membuka, dimulai dari pangkal pelepah. Apabila pupus yang

terserang itu membuka akan terlihat tanda serangan berupa potongan simetris di

kedua sisi pelepah daun tersebut. Pada tanaman muda, serangan hama ini akan

menghambat pertumbuhan bahkan dapat mematikan tanaman kelapa sawit.

Pengamatan terhadap rayap, tikus dan tupai dilakukan setelah pengamatan

[image:38.596.93.498.35.802.2]
(39)

oleh adanya lorong rayap (sarang) yang terbuat dari tanah pada permukaan batang

yang mengarah ke bagian atas kemudian dikorek untuk mengetahui keberadaan

rayap. Serangan tikus dan tupai dapat dilihat dari bekas gigitan pada

buah/berondolan. Tikus hanya memakan mesocarp (daging buah) baik pada

tandan muda maupun yang sudah matang, sedangkan tupai memakan mesocarp

buah sampai pada inti buah kelapa sawit. Beberapa spesies tikus yang dijumpai

banyak merusak tanaman kelapa sawit antara lain Rattus exulans, Rattus

argentiventer. dan R. tiomanicus. Spesies yang paling dominan ditemukan di ASE

adalah R. tiomanicus. Dari hasil penelitian diketahui bahwa satu ekor tikus

dapat mengkonsumsi mesokarp +4 gram/hari, sehingga kehilangan produksi

dapat mencapai +5 % dari produksi normal (Manual Referensi Agronomi, 2004).

Pengendalian hama. Prinsip pengendalian hama di ASE mengacu pada pengendalian hama terpadu dimana tindakan pengendalian bersifat preventif dan

secara biologis dengan memanfaatkan musuh alami dan predator serta

meminimalisir penggunaan pestisida (pestisida adalah alternatif terakhir).

Pengendalian hama ulat api dan ulat kantong dilakukan dengan menanam

beneficial plant. Tanaman yang digunakan merupakan tanaman yang dapat

menyediakan madu (nectariferous) sebagai makanan bagi musuh alami serta

tempat hidup bagi predator (Sycanus sp.) dan parasitoid (Chaetexorista javana).

Jenis beneficial plant yang ditanam di ASE adalah Cassia cobanensis, Euphorbia

heterophylla, Turnera sp. dan Antigonon leptopus.

Gambar 3. Beneficial Plant. (A)Turnera subulata, (B) Cassia cobanensis,

(40)

Pengendalian hama tikus dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami

yaitu burung hantu (Tyto alba). Burung hantu (Tyto alba) termasuk golongan

burung buas (karnivora) yang umumnya memakan mangsanya dalam kondisi

hidup. Burung hantu banyak dijumpai di daerah tropis dan sub-tropis. Jenis

makanannya sangat spesifik yakni berbagai jenis tikus dengan daya konsumsi

terhadap tikus mencapai 99.4%. Aktifitas berburunya dimulai dari lepas senja

hingga pagi hari. Tingkat predasi burung hantu terhadap R. tiomaticus di

perkebunan kelapa sawit mencapai 88% sedangkan sisanya 6% adalah

R. argentiventer dan 6% R. ratus diardii.

Burung hantu yang telah dewasa diletakkan pada nest box yang telah

disediakan di blok kebun. Monitoring dilakukan sebulan sekali untuk mengetahui

keberadaan burung hantu pada nest box yang dipasang di kawasan tersebut.

Bersamaan dengan pengamatan tersebut juga dilakukan pemeliharaan terhadap

kebersihan nest box seperti dari gangguan serangga atau kotoran dari

burung-burung liar lainnya.

Gambar 4. Rumah Burung Hantu (Nest Box)

Pengendalian hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) dilakukan

dengan menggunakan pherotraps (perangkap hama yang dilengkapi dengan sex

pheromone). Cara ini selain aman terhadap lingkungan juga efisien dalan hal

penggunaan tenaga kerja. Hasil pengujian Departemen Riset Minamas pada skala

komersial (±5 000 ha) menunjukkan bahwa penggunaan Pherotraps selain efektif

juga dapat menghemat biaya hingga ±76% bila dibandingkan dengan

(41)

Pengelolaan Tajuk (Penunasan).

Salah satu komponen yang sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman

adalah kecukupan jumlah pelepah (daun) karena berhubungan dengan

kemampuan tanaman menyediakan makanan untuk pertumbuhannya melalui

fotosintetis. Inti pekerjaan pengelolaan tajuk adalah memelihara pelepah produktif

dengan cara mengurangi jumlah pelepah melalui penunasan sampai batas tertentu.

Jumlah pelapah harus dipertahankan tetap optimum yaitu 48-56 pelepah (songgoh

tiga) untuk tanaman muda dan 40-48 pelepah (songgoh dua) untuk tanaman tua.

Terbuangnya pelepah produktif yang berlebihan (over pruning) akan

mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi terjadi akibat

berkurangnya areal fotosintesis dan tanaman akan mengalami stress yang terlihat

melalui peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan sex ratio (peningkatan

bungan jantan), dan penurunan BJR (berat janjang rata-rata).

Tujuan lain penunasan adalah untuk mempermudah pekerjaan potong

buah, menghindari tersangkutnya brondolan di ketiak pelepah, mempermudah

pempukan dan penyemprotan, memperlancar penyerbukan alami, serta sanitasi

tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan

hama dan penyakit

Progresiv pruning. Penunasan untuk tanaman menghsilkan (TM) yang

diberlakukan di Angsana Estate adalah sistem progresiv pruning di mana

penunasan dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen dan setiap karyawan

bertanggung jawab atas hanca masing- masing serta tetap mengacu pada prinsip

kecukupan jumlah pelepah. Hal ini sesuai dengan diterapkannya Blok Harvesting

System yang terintegrasi antara pemanenan dan pemeliharaan tunas oleh

pemanenen sendiri. Pembayaran untuk progresiv pruning dilakukan bersamaan

dengan penyerahan gaji yang diberikan dua kali dalam setahun dengan harga

tunasan sebesar Rp 500/tanaman

Tunas pasar. Tunas pasar dilakukan terhadap tanaman yang berada di

sepanjang collection road, main road, dan acses road. Tujuan utama dari kegiatan

ini adalah untuk membuang pelepah yang menutupi badan jalan. Jalan yang

ternaungi cenderung akan tetap basah (lembab) atau bahkan tergenang pada saat

(42)

diharapkan dapat mengurangi kelembaban tanah melalui penguapan (evaporasi).

Pekerjaan tunas pasar dilakukan oleh tim yang terdiri dari dua orang tenaga kerja

(satu orang memotong pelepah, satu orang lagi merapikan pelepah yang telah di

potong). Prestasi kerja yang harus dicapai oleh tenaga tunas pasar adalah 1 km per

7 jam kerja atau ±240 tanaman (satu collection road). Premi diberikan jika

prestasi

Gambar

Gambar 2. Hama Ulat Api (Limacodidae) dan Ulat Kantong (Psydidae).               Hama Ulat Api: (A) Darna trima; (B) Thosea bisura; (C) Setothosea asigna; (D) Ploneta diducta (E) Thosea vetusta; (F) Setora nitens
Gambar 5.  Gejala Defisiensi Hara pada Daun. (A). Defisiensi N; (B).
Tabel 5. Parameter Tingkat Keberhasilan Kegiatan Pemanenan di ASE
Gambar 7. Kriteria Matang Panen (A) Unripe/Mentah; (B) Under
+7

Referensi

Dokumen terkait

Soft Copy Permendikbud 60 Tahun 2016 Laptop, Kabel Roll, Modem. Demikian atas perhatian dan kehadirannya disampaikan

Membawa : Laptop, Kabel Roll, Modem dan Flasdisk Acara : Kualitas Data Sekolah. Demikian atas perhatian dan kehadirannya disampaikan

- Pengadaan Peralatan Kantor PBJ 1 Paket Bandar Lampung 200.000.000 APBD-P Oktober 2012 Oktober - Desember 2012 Pengadaan Langsung - Pengadaan Perlengkapan Kantor PBJ 1 Paket

Reward sangat berperan penting dalam hasil belajar siswa dengan adanya reward siswa merasa lebih dihargai dengan apa yang telah siswa capai sehingga untuk kedepannya

Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi dengan melakukan pengamatan terhadap proses tari kiamat di Sanggar Intan Desa Kuripan Kabupaten

Untuk mengetahui karakteristik antrian pada fasilitas check in counter tersebut secara mikro maka perlu dilakukan analisis dengan pendekatan teori antrian (distribusi

Berdasarkan hasil yang dicapai dalam langkah ini, dikembangkan cara perbaikan atau tindakan yang sesuai dengan kemampuan dan komitmen guru, kemampuan siswa, sarana dan

Hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Inquiry Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII A SMP Negeri 2