• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan panen kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Adolina, PTP Nusantara IV Persero, Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan panen kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Adolina, PTP Nusantara IV Persero, Sumatera Utara"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PENGE

Jacq.) D

DE

ELOLAA

DI KEBU

EPARTEM

IN

AN PANE

UN ADOL

SUM

AMALI

MEN AGR

FAKU

NSTITUT

EN KELA

LINA PTP

MATERA

IA ALDI

RONOMI

ULTAS PE

T PERTA

2014

APA SAW

P NUSAN

A UTARA

NA THO

I DAN HO

ERTANIA

ANIAN BO

4

WIT (Elaei

NTARA IV

A

HA

ORTIKU

AN

OGOR

is guineen

V PERSE

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Adolina PTP Nusantara IV Persero, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Amalia Aldina Thoha

(4)

ABSTRAK

AMALIA ALDINA THOHA. Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis

guineensis Jacq.) di Kebun Adolina, PTP Nusantara IV Persero, Sumatera Utara.

Dibimbing oleh SUDRADJAT.

Kegiatan magang dilakukan di Kebun Adolina PTP Nusantara IV Persero, Sumatera Utara dari tanggal 21 Oktober sampai dengan 21 Februari 2014. Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit dan secara khusus menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit yaitu pemanenan. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Kebun Adolina memiliki luas areal 7 812 ha kelapa sawit. Tingkat produktivitas kebun rata-rata antara tahun 2009-2013 sebesar 23.65 ton ha-1 Tandan Buah Segar. Kebun ini memiliki 1 177 karyawan dan secara umum sudah menerapkan teknik budidaya kelapa sawit sesuai dengan Prosedur Operasional Baku (SOB) yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Berdasarkan analisis statistik kapasitas pemanen karyawan potong buah yaitu terdapat pada selang 145.75 ± 58.17 TBS pemanen-1.

Kata kunci: Kebun Adolina, minyak kelapa sawit, produktivitas, kerapatan panen, rotasi panen

ABSTRACT

AMALIA ALDINA THOHA. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis

guineensis Jacq.) at Adolina Estate PTP Nusantara IV Persero, North Sumatera.

Supervised by SUDRADJAT.

The internship program has been conducted at Adolina Estate, PTP Nusantara IV Persero, Sumatera Utara from October 21st 2013 to February 21st 2014. The purpose of this internship program was to learn oil palm cultivation and specifically to analyze the factors that influence the production of palm oil ei harvesting. The data that has been collected consist of primary and secondary data. Adolina Estate has 7 812 hectares of oil palm. Average Productivity of Adolina Estate from 2009 until 2013 is 23.65 ton ha-1. Adolina Estate has 1 177 employee and generally have applied the technique of oil palm cultivation in accordance with Standard Operating Procedures (SOP) that have been established by the company. Based on statistical analysis, harvesting capacity of fruit cutting employer is 145.75 fresh fruits bunch employee-1.

(5)

3

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq.) DI KEBUN ADOLINA PTP NUSANTARA IV PERSERO

SUMATERA UTARA

AMALIA ALDINA THOHA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(6)
(7)

5

Judul : Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Adolina PTP Nusantara IV Persero, Sumatera Utara

Nama : Amalia Aldina Thoha NRP : A24090124

Disetujui oleh

Dr Ir Sudradjat, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr Ketua Departemen

(8)
(9)

7

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Adolina PTP Nusantara IV Persero, Sumatera Utara. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini dan secara khusus penulis sampaikan kedua orang tua yaitu Bapak Aminuddin Toha, Ibu Asnawati dan adik Adriana Annisa Thoha serta seluruh keluarga besar. Dr Ir Sudradjat, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan serta pengarahan selama penulisan skripsi. Dr Ir Endah Retno Palupi, MSc selaku dosen pembimbing akademik, Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku koordinator magang dan Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr selaku Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura. Seluruh direksi, karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana PTP Nusantara IV khususnya kebun Adolina yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas selama penulis mengikuti magang. Bapak Suharmansyah selaku Asisten Divisi III yang telah memberikan arahan dan masukan selama pelaksanaan magang. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada sahabat saya sejak di bangku kuliah Winda Anggraini, Anindya Putri, Yodi Marthin, Vita Meilani, Annisa Sendikia, Ayu Alhidayati, Yuliani Indrawati, Endro Pryherdityo, Bobby Nasution, Rekha Mahendraswari, Tyo Nugroho, Aditya Maulana, Raymond Bagintasyah, Ega Aprindah, Furi Febryanti dan keluarga IMMAM M. Iqbal Syahputra, Melly Sari Ramadhani, M. Dahri Zikri, M. Irfan Miraza, Novade Nur Arif, Adilla Ahmad, M Haris atas kebersamaan dan kekeluargaan serta kasih sayangnya. Teman-teman AGH 46 atas segala nasehat dan doa.

Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu, yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan magang. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan manfaat yang berharga bagi para pembaca.

Bogor, Oktober 2014

(10)
(11)

9

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani Kelapa Sawit 2

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3

Panen 3

Rendemen Minyak Kelapa Sawit 5

RSPO dan ISPO 5

METODE MAGANG 6

Tempat dan Waktu 6

Metode Pelaksanaan Magang 6

Pengumpulan Data dan Informasi 7

KONDISI UMUM KEBUN 7

Letak Geografis Kebun 7

Keadaan Iklim dan Tanah 8

Luas Areal dan Tata Guna Lahan 8

Keadaan Tanaman dan Produksi 8

Struktur Organisasi 9

Ketenagakerjaan 9

RSPO dan ISPO 10

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10

Aspek Teknis 10

Aspek Manajerial 17

PEMBAHASAN 19

Panen 19

Kriteria matang panen 19

Peralatan Panen 20

Kerapatan Panen 20

Rotasi Panen 21

Pelaksanaan Panen 21

Kapasitas Panen 22

Kualitas Mutu Buah 23

Basis dan Premi Panen 24

Pengangkutan TBS ke PKS 26

Pengolahan Minyak dan Inti Sawit 28

(12)

Simpulan 29

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 29

LAMPIRAN 31

(13)

11

DAFTAR TABEL

1 Luas areal tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman

menghasilkan (TM) 8

2 Tingkatan dan jumlah karyawan di Kebun Adolina 9

3 Sertifikat RSPO PTPN IV 10

4 Deskripsi alat panen 16

5 Perbedaan antara buah mentah dan buah matang normal 20

6 Data Taksasi Produksi Panen 20

7 Pengamatan kapasitas panen dan prestasi keerja pemanen 22

8 Kualitas mutu buah di TPH 23

9 Data pengamatan kualitas hanca panen 24

10 Ketentuan basis dan premi panen Divisi III 25

11 Data pengamatan truk 27

12 Data pengolahan minyak dan inti sawit 28

DAFTAR GAMBAR

1 Aplikasi semprot piringan menggunakan knapsack sprayer 11

2 Kegiatan pemupukan 12

3 Kegiatan penyerbukan bantuan 13

4 Kegiatan pemanenan 14

5 Peralatan panen 16

6 Kegiatan pengangkutan tandan buah segar 27

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal harian kegiatan sebagai karyawan harian 32

2 Jurnal harian kegiatan sebagai pendamping mandor 33

3 Jurnal harian kegiatan sebagai asisten divisi 34

4 Data curah hujan tahun 2009-2013 kebun Adolina 36

5 Luas areal kebun Adolina 37

6 Seksi panen 38

7 Produktivitas TBS kelapa sawit 5 tahun terakhir 40

8 Capaian produksi dan rendemen 5 tahun terakhir 41

9 Peta kebun Adolina divisi III 42

10 Struktur organisasi Kebun Adolina 43

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) termasuk tanaman tahunan yang merupakan tumbuhan tropis golongan palmae. Indonesia yang beriklim tropis dan wilayahnya merupakan potensi besar sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Naibaho (1998) menjelaskan hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit adalah minyak sawit yang terdapat dalam buah (mesokrap) dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel. Produk yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit sangat beragam, salah satunya adalah sebagai penghasil minyak nabati atau sering disebut palm oil.

Beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit, yaitu iklim, topografi, kondisi tanah, bahan tanam, dan teknik budidaya tanaman. Selain itu umur tanaman, jumlah populasi per hektare, sistem penyerbukan, sistem koordinasi panen, sistem pengamanan produksi serta sistem premi panen juga berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit (Pusat Penelitian Kelapa Sawit 2006).

Potensi komoditas kelapa sawit perlu dikembangkan lebih lanjut agar produksi dan keuntungan yang diperoleh semakin meningkat. Potensi produktivitas kelapa sawit dapat mencapai 7 ton CPO ha-1 namun produktivitas rata-rata saat ini baru mencapai 3.7 ton CPO ha-1, sehingga masih dapat ditingkatkan melalui penggunaan benih unggul dan teknologi budidaya yang tepat.

Prospek pengusahaan kelapa sawit di Indonesia sangat baik karena Indonesia memiliki berbagai keunggulan yang dapat menjadikan industri kelapa sawit Indonesia kompetitif di perdagangan dunia (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2007). Luas areal pengusahaan tanaman kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2005 luas areal pengusahaan kelapa sawit di Indonesia mencapai 5.6 juta ha dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 8.4 juta ha dan pada tahun 2013 areal kelapa sawit mencapai 13.5 juta ha (Direktorat Jenderal Perkebunan 2013).

Peranan kelapa sawit dalam pembangunan nasional merupakan komoditi ekspor dan menjadi sumber devisa bagi negara. Industri pengolahan kelapa sawit masih memiliki prospek sangat bagus untuk memenuhi kebutuhan pasar baik dalam maupun luar negeri. Kebutuhan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan CPO (Crude Palm Oil) dunia. Minyak yang berasal dari kelapa sawit ada dua macam yaitu CPO atau minyak kasar yang berasal dari daging buah yang dikeluarkan melalui perebusan dan pemerasandan PKO (Palm Kernel Oil) atau minyak inti sawit yang berasal dari inti sawit (Lubis 1992)

(16)

2

mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Tandan buah telah siap panen sekitar 5.5 bulan sejak terjadinya penyerbukan (Setyamidjaja 2006). Pada umumnya kesiapan tandan buah mencapai berat sekitar 3 kg atu lebih untuk dipanen. Pemanenan pada saat buah dalam keadaan lewat matang akan meningkatkan asam lemak bebas (ALB). Meningkatnya asam lemak bebas karena pemanenan yang melewati matang dapat menurunkan mutu minyak.

Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (THP) berikut berondolannya (PTPN IV 2007). Lubis (1992) menjelaskan, pengolahan tanaman yang sudah baku dan potensi produksi dipohon yang tinggi, tidak ada artinya jika panen tidak dilaksanakan secara optimal. Oleh karena itu apabila ada buah matang yang tidak terpanen, mutu buah yang tidak sesuai dengan kriteria matang panen dan buah yang dipanen tidak dapat segera dikirim ke pabrik, agar segera dicari solusinya. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pemanenan adalah persiapan panen, kriteria matang panen, sistem dan rotasi panen, ramalan produksi, pengawasan dan denda, kebutuhan tenaga kerja dan angkutan panen, basis dan premi panen, serta alat dan perlengkapan panen (Lubis, 2008).

Tujuan

Tujuan umum kegiatan magang adalah meningkatkan kemampuan dan pemahaman mahasiswa dalam aspek teknis di perkebunan kelapa sawit dan meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam pengelolaan kebun kelapa sawit. Tujuan khusus magang adalah mengetahui dan mempelajari teknis pemanenan maupun pengelolaan kelapa sawit serta berlatih mengatasi masalah yang berkaitan dengan pemanenan dengan harapan dapat meningkatkan produktivitas panen.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Menurut Darlington & Wylie (PTPN IV 2007) bahwa kelapa sawit (Elaeis

guineensis Jacq.) memilki jumlah kromosom n=16 atau 2n = 8A = 24C. Elaeis

berasal dari kata Elaion (Yunani = minyak), guineensis berasal dari kata Guinea (Pantai Barat Afrika) dan Jacq singkatan Jacquin, seorang botanist Amerika (PTPN IV 2007).

Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah : Divisi : Tracheophyta

Sub divisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Sub kelas : Monocotyledonae Ordo : Cocoidae

Famili : Palmae (Aracaceae) Sub family : Cocoidae

Genus : Elaeis

(17)

3

Terdapat beberapa species dalam genus ini antara lain Elaeis guineensis yang diusahakan secara komersial di Afrika, Asia Tenggara, Amerika Selatan dan Pasifik Selatan. Elaeis melanococca (Elaeis oleivera), dan Elaeisodora merupakan tanaman asli Amerika Selatan yang tidak ditanam di Indonesia.

Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangan terdiri dari bunga dan buah (Purwanto 2009).

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Kelapa sawit memerlukan persyaratan tertentu untuk tumbuh dan berproduksi optimal antara lain letak tinggi tempat dari atas permukaan laut, topografi dan iklim. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah pada lahan dengan ketinggian diatas 500 m diatas permukaan laut. Namun secara ekonomis tanaman kelapa sawit hanya akan menguntungkan bila ditanam di lahan dengan ketinggian maksimum 400 m di atas permukaan laut. (Pahan 2013)

Kelapa sawit tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti podsolik, latasol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol dan aluvial. Jumlah curah hujan yang

optimal adalah 2000−2500 mm tahun-1

, tidak mempunyai defisit air dan hujan relatif merata sepanjang tahun. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah lintang Utara–Selatan 12o. Suhu yang optimal bagi

pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah 24−28o

C. Suhu terendah 18o dan yang tertinggi 32oC. Kelembaban 80% dan lama penyinaran matahari 5−7 jam hari-1. Angin dengan kecepatan rata-rata 5-6 km jam-1. (Lubis 2008)

Bentuk wilayah dan kondisi tanah sangat berpengaruh pada produktivitas kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tekstur tanah yang ringan dengan kandungan pasir sekitar 20 - 60 %, debu 10 - 40 % dan liat 20 - 50 %. Tanah yang kurang cocok adalah tanah berpasir dan tanah gambut tebal. Topografi yang dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan 0 - 150 (Fauzi et. al 2008).

Panen

Pelaksanaan proses pemanenan perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu untuk mencapai tujuan dari pemanenan yaitu diantaranya kriteria matang panen, cara panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen harus diikuti. Kriteria tersebut bertujuan untuk menciptakan produksi hasil yang maksimum dan baik serta rendemen minyak yang tinggi (Satyawibawa dan Widyastuti 1999).

(18)

4

dan segar. Brondolan di piringan yang kecil ukurannya, brondolan kering atau yang sakit tidak bisa dijadikan dasar sebagai kriteria matang panen. Dengan kriteria matang panen 5 brondolan normal dan segar per-tandan di piringan maka pelaksanaan panen menjadi lebih mudah, baik bagi pemanen maupun pelaksana sortasi/pengawas

.

Mangoensoekarjo (2005) menyatakan bahwa waktu panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan.

Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Atas dasar pertimbangan bahwa hari Sabtu dipergunakan untuk perawatan pabrik, maka panen diatur hanya pada hari Senin sampai Jumat atau 5 hari dalam seminggu dan biasa disebut rotasi panennya 5/7. Jadi rotasi panen, jumlah hari panen dalam seminggu dan jarak waktu antara panen pertama disatu blok sampai panen berikutnya di blok yang sama. Pahan (2010) menjelaskan upaya untuk menjaga rotasi panen tetap normal sangat penting sekali untuk terus menerus memantau daftar rotasi panen yang ada di kantor divisi, disamping informasi mengenai umur tanaman dan kerapatan buah masak/persentasi panen di setiap blok, jumlah tenaga potong buah, jumlah borongan dan persentasi borong, serta curah hujan.

Hal lain yang perlu diperhatikan pada waktu akan melakukan kegiatan panen adalah kerapatan panen. Kerapatan panen merupakan perkiraan jumlah pokok yang akan dipanen pada suatu blok dalam satu hari panen. Kerapatan panen yang tinggi biasanya terjadi pada bulan panen puncak dan sebaliknya, kerapatan panen yang rendah terjadi pada bulan panen trek atau rendah. Perhitungan kerapatan panen oleh mandor panen dilakukan sehari sebelum pelaksanaan panen dengan melakukan pengambilan contoh yaitu 15% dari luas blok yang dipanen.

Pengangkutan dalam industri perkebunan kelapa sawit menempati posisi yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu produksi. Oleh karena itu pengangkutan juga menempati urutan yang penting dalam sistem pemanenan kelapa sawit (Sutrisno dan Winahyu 1991). Ada empat hal yang menjadi sasaran kelancaran transport buah; yaitu, menjaga agar asam lemak bebas (ALB) produksi harian 2-3%, kapasitas atau kelancaran pengolahan di pabrik, keamanan TBS di lapangan dan biaya transport (Rp kg-1 TBS) yang minimum. Menurut Setyamidjaja (2006) buah kelapa sawit yang sudah matang dan masih segar hanya mengandung 0.1% asam lemak. Buah-buah yang sudah memar atau pecah dapat mengandung asam lemak bebas sampai 50%, hanya dalam waktu beberapa jam saja. Oleh karena itu, pengangkutan tandan buah segar (TBS) sangat mempengaruhi kualitas dari TBS.

(19)

5

Rendemen Minyak Kelapa Sawit

Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas. Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian produk. Kelapa sawit bermutu prima (SQ,

Special Quality) mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari

2% pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5% FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22.1% ‐ 22.2% (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1.7% ‐ 2.1% (terendah) (PTPN IV 2007).

Mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua arti, pertama, benar‐benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak kelapa sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat‐sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Kebutuhan mutu minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan non pangan masing‐masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih Diperhatikan. Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor‐faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan (PTPN IV 2007).

RSPO dan ISPO

Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) dimulai pada tahun 2002 dengan pertemuan untuk membahas kerjasama informal antara WWF (World Wild Fund), Aarhus, Golden Hope, MPOA, Migros, Sainsbury, Unilever dalam membentuk RSPO. Tanggal 21-22 Agustus 2003 pertemuan pertama (Roundtable 1) di Kuala Lumpur - Malaysia dengan peserta 200 orang dari 16 negara sebagai cikal bakal terbentuknya RSPO. Tanggal 8 April 2004 RSPO secara resmi berdiri dengan sekretariat berlokasi di Kuala Lumpur. Bulan Desember 2006 diresmikan kantor perwakilan RSPO (RSPO Indonesian Liaison Office/RILO) berlokasi di Jakarta (PTPN IV 2013).

RSPO memiliki 8 prinsip dan 39 kriteria dengan indikator 143 indikator (62 indikator mayor dan 81 indikator minor) sebagai penilaian bagi perusahaan untuk memperoleh sertifikat RSPO. Apabila dalam proses audit oleh Badan Sertifikasi masih ditemukan indikator mayor maka sertifikat RSPO tidak diterbitkan, sedangkan indikator minor adalah perbaikan yang harus segera dilakukan untuk memperoleh sertifikat RSPO. Prinsip RSPO adalah sebagai berikut: transparansi, mematuhi peraturan, kelayakan ekonomi, praktek terbaik, tanggung jawab lingkungan, tanggung jawab sosial, penanaman baru yang bertanggung jawab, perbaikan terus menerus. Pemangku kepentingan (stake

(20)

6

(pabrik), pedagang minyak sawit, bank, investor, LSM lingkungan, LSM sosial (PTPN IV 2013).

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) adalah suatu kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementrian Pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia dan ikut berpartisipasi dalam rangka memenuhi komitmen Presiden Republik Indonesia untuk mengurangi gas rumah kaca serta memberi perhatian terhadap masalah lingkungan (PTPN IV 2013).

ISPO memiliki 7 prinsip dan 40 kriteria dengan indikator 127 indikator sebagai penilaian bagi perusahaan untuk memperoleh sertifikat ISPO. Apabila dalam proses audit oleh Badan Sertifikasi masih ditemukan ketidaksesuaian antara penerapan di lapangan dengan kriteria, maka sertifikat ISPO tidak diterbitkan hingga dilakukan perbaikan untuk memperoleh sertifikat ISPO. Prinsip ISPO adalah sebagai berikut: sistem perijinan dan manajemen perkebunan, penerapan pedoman teknis dan pengelolaan kelapa sawit, pengelolaan dan pemantauan lingkungan, tanggung jawab terhadap pekerja, tanggung jawab sosial dan komunitas, pemberdayaan kegiatan masyarakat, peningkatan usaha secara berkelanjutan (PTPN IV 2013).

Pelaksanaan ISPO dilakukan dengan memegang teguh prinsip pembinaan dan advokasi serta bimbingan kepada perkebunan kelapa sawit yang merupakan tugas pemerintah. Oleh karena itu, tahap pertama dari pelaksanaan sertifikasi ISPO adalah klasifikasi. Klasifikasi ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian 07 Tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Usaha Perkebunan sedangkan sertifikasi merupakan tuntutan perdagangan internasional yang dilaksanakan sesuai ketentuan internasional yang antara lain memenuhi kaedah International Standard Organization (ISO) (PTPN IV 2013).

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Magang dilaksanakan di Kebun Kelapa Sawit Adolina yang dimiliki oleh PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) Persero yang terletak di Kabupaten Serdang Bedagai,Sumatera Utara. Magang dilaksanakan selama empat bulan, berlangsung mulai bulan 21 Oktober 2013 hingga 21 Februari 2014.

Metode Pelaksanaan Magang

Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan. Adapun kegiatan magang meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut aspek teknis di lapangan dan aspek manajerial. Metode pelaksanaan magang dilakukan metode kerja langsung di perkebunan, baik dalam kegiatan kebun ataupun kantor.

(21)

7

lain sebagainya. Bulan ketiga dan keempat penulis menjadi pendamping asisten divisi yang kegiatannya meliputi penyusunan rencana kerja, melaksanakan rencana kerja, mengawasi pelaksanaan kerja, membuat anggaran bulanan, menyelenggarakan administrasi dan operasional kebun dan mengevaluasi hasil kerja.

Pengumpulan Data dan Informasi

Pengamatan yang dilakukan pada kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit antara lain: kapasitas panen per orang, waktu tunggu TBS di TPH, pengangkutan tandan buah segar (TBS), dan pengolahan TBS di pabrik. Pengamatan kapasitas panen meliputi jumlah TBS dan berat TBS yang dipanen tiap orang. Metode yang digunakan adalah pengambilan contoh secara acak, yaitu 10 orang pemanen dan diulang sebanyak tiga kali setiap pekan selama tiga bulan. Perhitungan waktu tunggu TBS di TPH dilakukan pada 10 TPH dan diulang sebanyak tiga kali setiap pekan selama tiga bulan. Pengamatan terhadap transportasi tandan buah segar dengan menghitung jarak dan waktu tempuh antara TPH ke pabrik kelapa sawit serta lama tunggu truk masuk ke pabrik. Contoh truk yang diamati adalah 1/5 dari aktivitas truk yang dioperasikan tiap harinya. Pengamatan yang dilakukan di pabrik yaitu berat keseluruhan TBS yang masuk ke pabrik, rendemen minyak, dan kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) atau Free

Fatty Acid (FFA).

Pengumpulan data yaitu dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh melalui pengamatan langsung pada kegiatan di kebun khususnya aspek pemanenan pada saat menjadi pendamping mandor atau pendamping asisten. Pengumpulan data sekunder berupa data lokasi kebun, luas areal, kondisi iklim, kondisi lahan, produktivitas, berat TBS, rendemen minyak, kadar FFA dalam minyak, struktur organisasi perusahaan, rekomendasi pelaksanaan teknis budidaya dan informasi-informasi penting lainnya yang dibutuhkan. Data sekunder diperoleh melalui arsip, informasi dari kantor dan studi literatur. Data yang diperoleh dari pengamatan secara langsung dilakukan analisis secara deskriptif dan kuantitatif menggunakan norma kerja yang berlaku. Analisis deskriptif merupakan perbandingan hasil pengamatan di lapangan dengan norma kerja yang berlaku di perusahaan. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis statistik.

KONDISI UMUM KEBUN

Letak Geografis Kebun

(22)

8

Keadaan Iklim dan Tanah

Berdasarkan curah hujan dan hari kerja selama tahun 2009-2013 Kebun Adolina PTPN IV memiliki rata-rata curah hujan tahunan 1 855 mm tahun-1 dengan hari hujan 101 hari tahun-1. Berdasarkan klasifikasi Schmidth-Ferguson, Kebun Adolina termasuk tipe iklim B, yaitu tipe daerah basah (Lampiran 4).

Lahan areal kebun Adolina umumnya datar dan memiliki topografi bergelombang hingga curam. Divisi 1-5 bertopografi datar dan divisi 6-9 bervariasi dari datar hingga curam. Tanah di kebun Adolina umumnya termasuk jenis vulkanik yang bertekstur lempung liat hingga lempung liat berpasir dan sepanjang aliran sungai merupakan tanah alluvial yang bertekstur lempung berpasir. (PTPN IV dan Arabis 2013)

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Kebun Adolina dibangun di areal seluas 8 965,69 ha dengan luas areal hak guna usaha (HGU) 7 812 ha dan non HGU 1 153.69 ha. Areal tanaman menghasilkan (TM) seluas 6 966 ha, areal tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 630 ha, areal kebun induk kelapa sawit seluas 144 ha. (Kantor Besar Adolina 2013). Rincian luas areal disajikan pada lampiran 5.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit di kebun Adolina bervariasi dari tahun tanam 1993-2011 yang tersebar di sembilan divisi. Varietas yang digunakan adalah DxP-MRS dan DxP-SOCFIN, umumnya di tanam dengan pola segitiga (Straight Line) pada areal datar kebun dan sistem teras di daerah berbentuk. Total luas areal tanaman Disivi I sampai dengan Divisi IX adalah 7 812 ha. Total luas areal tanaman belum menghasilkan (TBM) 630 ha dan total luas areal tanaman menghasilkan (TM) 6 966 ha. Berikut luas areal tanaman kelapa sawit di kebun Adolina disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Luas areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM)

Tanaman Divisi (ha) Jumlah

(ha)

I II III IV V VI VII VIII IX

2010 - 90 160 103 266 - - - - 619

2011 - - - 6 3 2 - - - 11

Jlh TBM - 90 160 109 269 2 - - - 630

Tanaman Dewasa (14 thn s/d 20 thn)

742 311 88 273 796 840 - 64 - 3 138

Tanaman Remaja (9 thn s/d 13 thn)

- 109 - - - - 814 307 - 1 230

Tanaman Muda

(4 thn s/d 8 thn) 214 406 727 604 97 - - 139 411 2 598

Jlh TM 956 826 815 877 893 864 814 510 411 6 966

Jlh TBM dan

TM 956 916 1077 992 1162 964 814 520 411 7 812

(23)

9

Struktur Organisasi

Kebun Adolina merupakan unit usaha PT Perkebunan Nusantara IV. Struktur organisasi dengan kekuasaan tertinggi adalah Dewan Direksi, lalu General Manager (GM) yang membawahi beberapa Manajer Kebun. Tenaga kerja unit usaha Adolina terdiri atas karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana. Karyawan pimpinan terdiri atas manajer kebun, kepala dinas tanaman, kepala dinas pengolahan (kdp), kepala dinas tehnik (kdt), kepala tata usaha (ktu) dan asisten divisi. Jumlah karyawan di Kebun Adolina adalah 1 177 orang yang terdiri dari 20 orang karyawan pimpinan dan 1 157 karyawan pelaksana.

Ketenagakerjaan

Karyawan yang bekerja di PT. Perkebunan Nusantara IV mendapat

fasilitas kesejahteraan di bidang sosial yaitu pendidikan (TK, SMP, TK Al qur’an,

Madrasah Diniyah, Tsanawiyah dan Aliyah Al- Ihsan), agama ( Majelis Ta’lim dan Syiar Islam untuk umat Islam dan PHBK untuk umat Kristiani), koperasi, pramuka dan olahraga (bola kaki, volly, tenis dan bulu tangkis). Karyawan yang bekerja di PT Perkebunan Nusantara IV juga diberi fasilitas rumah yang di bangun dalam satu kompleks perumahan karyawan untuk setiap divisi yang dilengkapi dengan bangunan rumah ibadah, poliklinik, sekolah dan pasar. Hubungan baik dengan masyarakat sekitar senantiasa terjalin melalui pemberian bantuan kemasyarakatan seperti perbaikan jalan, bantuan keagamaan dan pendidikan (beasiswa anak SD, SMP, SMA), yang senantiasa mendapat persetujuan dari Direksi. Situasi pengamanan Kebun Adolina relatif kondusif namun masih ada upaya-upaya orang luar untuk mengganggu dan mencuri buah sawit. Tingkatan dan jumlah karyawan di Kebun Adolina pada Tabel 2.

Tabel 2 Tingkatan dan jumlah karyawan di Kebun Adolina

Tingkatan Karyawan Jumlah (orang)

Karyawan pimpinan

- Manager 1

- Kadis Tanaman 3

- KDP/KDT 1

- KTU 1

- Asisten Divisi 9

- Assisten SDM & Umum 1

- Asisten Pabrik 1

- Asisten Tehnik 1

Karyawan pelaksana

- Emplasment 369

- Divisi 788

Jumlah 1 177

Indeks Tenaga Kerja 0.13

Standar ITK 0.16-0.20

(24)

10

RSPO dan ISPO

PTPN IV telah memperoleh sertifikat RSPO untuk 14 kebun dan 11 PKS.Sertifikasi RSPO pertama diperoleh pada tahun 2011 baik untuk PKS maupun untuk kebun. Sertifikasi RSPO yang terakhir pada tahun 2013 yaitu untuk PKS Adolina, Bah Jambi, Dolok Sinumba, Mayang, Gunung Bayu, Tinjowan, Air Batu, Berangir. Rician lengkap sertifikat RSPO disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Sertifikat RSPO PTPN IV Tahun perolehan

RSPO

Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

Kebun Kelapa Sawit

2011 Pabatu Pabatu

2011 Dolok Ilir Dolok Ilir

2011 Pulu Raja Pulu Raja

2013 Adolina Adolina

2013 Bah Jambi Bah Jambi

2013 Dolok Sinumbah Dolok Sinumbah

2013 Mayang Mayang

2013 Gunung Bayu Gunung Bayu

2013 Tinjowan Tinjowan

2013 Air Batu Air Batu

2013 Berangir Berangir

2013 - Laras

2013 - Aek Nauli

2013 - Padang Matinggi

Sumber : Kantor Besar Kebun Adolina 2013

Tahun 2014 direncanakan sertifikasi ISPO untuk 14 unit di PTPN IV yaitu Adolina, Pabatu, Dolok Ilir, Bah Jambi, Dolok Sinumbah, Mayang, Gunung Bayu, Tinjowan, Air Batu, Pulu Raja, Berangir, Pasir Mandoge, Sawit Langkat (PKS dan Kebun) serta Laras, Aek Nauli, Padang Matinggi, Tanah Itam Ulu (Kebun).

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pengendalian Gulma

(25)

11

Pemeliharaan piringan dan pasar pikul secara manual, di areal TM (tanaman menghasilkan) sudah tidak digunakan lagi karena dianggap tidak efisien dan biasanya hanya digunakan pada areal yang tidak dapat disemprot seperti rendahan yang sering berair atau di unit yang memiliki tenaga karyawan sendiri yang cukup (kebijakan khusus). Adapun pelaksanaannya yaitu membersihkan gulma/sampah di piringan dengan memakai garuk sampai jari-jari piringan 2 m dari pangkal pohon. Selain itu, membersihkan pakis yang tumbuh di pohon dengan cara mencabut sampai setinggi jangkauan tangan. Pembersihan tapak kuda dilakukan dengan menggaruk, sedangkan untuk teras kontour dibabat. Membersihkan pasar pikul dari gulma/gundukan tanah selebar 1 meter. Rotasi garuk piringan dan pasar pikul dengan manual 1 bulan sekali dan tenaga 1,8−2 orang ha-1.

Pengendalian gulma secara kimiawi dapat dilihat pada Gambar 1 dengan menggunakan knapsack sprayer. Jenis herbisida yang digunakan berbeda-beda disesuaikan dengan jenis gulma yang akan dikendalikan, jenis glyphosate dengan dosis 400 cc ha-1 digunakan untuk mengendalikan gulma Ageratum conyzoides (Babandotan), Ottochloa nodosa (Rumput kawatan) dan Mikania micrantha (Sembung rambat) yang terdapat pada piringan.Semprot piringan dan gawangan, alat-alat yang disediakan untuk penyemprotan adalah sprayer, nozzle, gelas ukur, drum/ember air dan lain-lain. Lebar semprotan nozzle tergantung ketinggian

nozzle pada saat menyemprotkannya ke gulma. Bila diinginkan untuk

menyemprot piringan = 2 m, maka nozzle yang dipakai adalah warna merah/VLV 200 atau VLV 100 atau micron herby. Tetapi jika jari-jari piringan yang diinginkan = 2.5 m, maka nozzle yang dipakai adalah warna biru (2x berputar di piringan). Pemilihan nozzle yang tidak tepat menimbulkan inefisiensi herbisida karena terjadi overlapping penyemprotan. Micron herby dan nozzle VLV biasa digunakan karena hemat air dan efisiensi biaya. Dalam pelaksanaan pengendalian gulma secara kimiawi perlu diketahui dosis dan konsentrasi larutan semprot yaitu dosis, jumlah pemakaian herbisida per satuan luas misalnya 350 cc ha-1 untuk sekali aplikasi dengan rotasi penyemprotan 4x setahun. Khusus untuk areal TM-1 dan TM-2 yang LCC masih menutup, rotasi penyemprotan 6x setahun.

(26)

12

Konsentrasi, banyaknya herbisida dalam 1 liter air dalam satuan persen (%). Misal konsentrasi 0.6% artinya adalah 6 cc herbisida dalam 1 liter larutan. Norma yang digunakan dalam pengendalian gulma secara kimiawi adalah 3.3 ha orang-1.

Pemupukan

Tujuan dari pemupukan adalah untuk mempertahankan kesuburan tanah dengan memberikan pupuk ke dalam tanah sebagai pengganti unsur hara yang telah diambil oleh tanaman. Kegiatan pemupukan di perkebunan kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat penting karena pemupukan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kuantitas dan kualitas produksi serta biayanya hampir 50% dari total pemeliharaan. Oleh karena itu, bila pemupukan tidak dilakukan secara benar, maka pemupukan menjadi tidak efektif dan hal ini berarti biaya yang telah dikeluarkan menjadi lebih besar dan berdampak pada pencapaian produktivitas yang rendah. Kegiatan pemupukan dapat dilihat pada Gambar 2.

Teknis proses pengangkutan minimun 24 jam sebelum pelaksanaan, Mandor pupuk agar menyampaikan permintaan pengangkutan dan kebutuhan pupuk harian ke KDTU/Kepala Gudang. Dalam permintaan pengangkutan harus dicantumkan jumlah dan jenis pupuk yang diangkut per hari. Pengangkutan pupuk dilakukan di gudang besar tempat penyimpanan pupuk. Kegiatan pengangkutan pupuk dilakukan di pagi hari dalam kondisi cerah, tidak dianjurkan pemupukan dilakukan pada saat hujan karena pupuk tersebut dapat tercuci dan mengeras. Pengangkutan diatur agar pada jam 06.30 pupuk sudah tiba di blok yang akan di pupuk.Satu grup tenaga pemupuk terdiri atas 5 orang penabur pupuk ditambah 1 orang yang melangsir pupuk dengan menggunakan sepeda/kereta sorong. Seorang mandor dapat mengawasi 4 grup atau 24 orang. Mandor I harus terus mengikuti dan mengawasi grup-grup tersebut sedangkan Asisten divisi minimal 4 kali mengkontrol pelaksanaan pemupukan per-harinya. Disamping itu, Asisten divisi harus juga mengawasi panen dan pekerjaan lainnya.

Jenis pupuk yang digunakan adalah KCL dengan dosis 0.75 kg = 750 gr. Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pupuk dengan jarak 1 m dari pokok. Satu sak pupuk beratnya 50 kg dibagi dengan satu grup tenaga pupuk yang terdiri dari 5 orang, dimana satu orang tenaga pemupuk mendapat 10 kg pupuk atau setara dengan satu ember. Norma yang digunakan dalam pemupukan adalah 2 ha orang-1.

(27)

13

Penyerbukan bantuan

Berdasarkan evaluasi produksi pada tanaman muda, dijumpai bahwa potensi tanaman yang ada belum memberikan hasil optimal. Selain pemupukan, pemeliharaan dan kastrasi, upaya optimal untuk mencapai produksi pada tanaman muda dapat dijalankan dengan penyerbukan bantuan. Serangga Elaeidobius

kamerunicus yang bekerja membantu penyerbukan dapat melaksanakan

penyerbukan dengan sempurna apabila jumlah bunga jantan cukup tersedia pada tanaman kelapa sawit. Apabila jumlah bunga jantan kurang, maka diperlukan penyerbukan bantuan. Penyerbukan bantuan dimaksudkan untuk meningkatkan produksi secara langsung. Oleh karena itu, nilai pekerjaan ini adalah setara dengan pekerjaan potong buah (panen). Untuk antisipasi kurangnya bunga jantan pada tanaman kelapa sawit dapat juga dilakukan dengan penanaman ‘polinator trees’ (tanaman yang sengaja dibuat stress), yang ditanam diantara selang satu baris pada tanaman muda kelapa sawit. Diperlukan tenaga penyerbuk 0.2 US/Ha/pusingan (atau 4 – 5 ha/penyerbuk/hari) dan harus karyawan kebun. Tenaga yang telah terlatih supaya dipertahankan (jangan ditukar-tukar), disamping itu dilatih juga 2 – 3 orang sebagai cadangan. Gambar 3 menunjukan kegiatan penyerbukan bantuan.

Panen

Serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolannya disebut panen. Tujuan panen adalah untuk memanen seluruh buah yang sudah matang panen dengan mutu yang baik secara konsisten sehingga potensi produksi minyak dan inti sawit maksimal dapat dicapai. Semua peraturan yang berkaitan dengan kedisiplinan panen diberlakukan untuk semua pemanen, baik pemanen yang berasal dari karyawan sendiri maupun pemborong. Manajemen Kebun bertugas untuk memanen semua buah matang yang ada dan mengirimnya ke pabrik pada saat kualitas buah optimum untuk mendapatkan kualitas minyak dan inti sawit yang maksimum. Buah yang dipanen hari ini harus sampai di pabrik hari yang sama. Gambar 4 menunjukan kegiatan panen.

(28)

14

Kriteria Matang Panen. Kriteria panen adalah persyaratan kondisi tandan yang ditetapkan untuk dapat dipanen. Dari berbagai hasil pengamatan dan pengujian di lapangan, kriteria matang panen yang diberlakukan di PTP Nusantara IV adalah 10 brondolan per tandan di piringan. Brondolan yang dimaksudkan sebagai kriteria matang panen adalah brondolan normal dan segar. Brondolan di piringan yang kecil ukurannya (partenocarp), brondolan kering atau yang sakit tidak bisa dijadikan dasar sebagai kriteria matang panen. Hal ini didasarkan pada pertimbangan rendemen minyak sawit dan rendemen inti sawit serta perolehan total volume minyak dan inti sawit, kehilangan brondolan di lapangan karena diambil atau dicuri serta tidak terkutip (digawangan dan terutama di piringan) dapat diminimalkan, kemudahan bagi pemanen dalam mengutip brondolan sehingga yang tidak terkutip dapat ditekan seminimal mungkin. Dengan kriteria matang panen 10 brondolan normal dan segar per tandan di piringan maka pelaksanaan panen menjadi lebih mudah, baik bagi pemanen maupun pelaksana sortasi/pengawas.

Sortasi Panen. Sortasi panen pada prinsipnya manajemen panen adalah tanggungjawab manajer dan manajer menyerahkan pelaksanaannya kepada bawahan mulai dari Petugas Pemeriksa Buah (P2B) sampai Kepala Dinas Tanaman (KD Tanaman). Dalam upaya mendapatkan mutu panen yang baik secara konsisten sortasi panen dilakukan terhadap seluruh tandan yang dipanen di TPH oleh petugas panen divisi, Asisten Tanaman dan KD Tanaman. Dengan melaksanakan sortasi sesuai dengan kriteria matang panen dan wewenang secara berjenjang diharapkan mutu panen yang baik dapat dilakukan dengan konsisten. Apabila masih terdapat fraksi afkir/mentah, maka Manajer harus ikut melakukan sortasi dengan konsekuensi petugas yang berkaitan dengan panen dikenakan pinalti/ denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sortasi panen di Loading Ramp sifatnya hanya untuk cross check saja, untuk memastikan sortasi di TPH sudah dilakukan dengan benar. Hasil sortasi di Loading Ramp tidak bisa dijadikan dasar penentuan mutu buah karena hanya dilakukan secara sampling. Tetapi pelaksanaan sortasi di Loading Ramp harus dilakukan dengan benar dan dilaporkan setiap hari oleh Kepala Dinas Pengolahan (KDP) kepada Manajer karena berdasarkan laporan tersebut permasalahan di divisi dapat diketahui untuk segera dicari solusinya. Data mutu buah yang digunakan sebagai dasar analisa masalah bila rendemen tidak mencapai target adalah data sortasi yang dilakukan

(a) (b)

(29)

15

di TPH karena seluruh buah disortasi sebelum dikirim ke pabrik. Namun, bila pelaksanaan sortasi di TPH tidak benar maka data yang diperoleh tidak benar dan tidak dapat menyelesaikan masalah.

Bila pada pokok dijumpai tandan yang membrondol kurang dari 10 butir, tandan belum boleh dipanen. Dengan tidak memanen tandan yang brondolannya kurang dari 10 butir di piringan, maka komposisi kematangan buah yang dipanen sampai ke PKS akan sangat baik. Demikian juga mengenai jumlah pelepah di pokok dapat dipertahankan 48-56 helai karena pelepah baru diturunkan setelah tandan matang. Kondisi seperti ini dalam jangka panjang sangat berpengaruh terhadap produksi.

Rotasi Panen. Rotasi panen atas dasar pertimbangan bahwa hari Sabtu dipergunakan untuk perawatan pabrik, maka panen diatur hanya pada hari Senin sampai Jumat atau 5 hari dalam seminggu dan biasa disebut rotasi panen 5/7. Jadi rotasi panen adalah jumlah hari panen dalam seminggu dan jarak waktu antara panen pertama disatu blok sampai penen berikutnya di blok yang sama. Dalam kenyataan di lapangan, panen bisa dilakukan lebih 5 hari dalam seminggu apabila buah dalam jumlah banyak (panen puncak) dan jumlah tenaga panen tidak mencukupi untuk memanen 5 hari dalam seminggu.

Seksi Panen. Seksi panen merupakan penetapan daerah panen yang telah ditetapkan untuk satu hari panen. Penetapan seksi panen berdasarkan pembagian luas seluruh wilayah divisi dan jumlah hari panen. Dengan rotasi panen 5/7 maka setiap luas tanaman menghasilkan di divisi III dibagi menjadi 5 bagian dan setiap bagian dipanen mulai hari Senin sampai Jumat. Setiap bagian ini disebut kapveld. Setiap kapveld ini diatur berurutan/menyambung antara kapveld hari Senin ke Selasa dan hari berikutnya sampai hari Jumat. Selanjutnya kapveld hari Jumat harus menyambung dengan kapveld hari Senin. Hal ini dimaksudkan supaya diketahui bila ada kapveld yang tidak tembus (tidak terpanen) pada hari sebelumnya. Dengan kata lain pembagian kapveld harus diatur sedemikian rupa sehingga berurutan mulai dari kapveld I sampai kapveld V dan dari kapveld V ke

kapveld I. Demikian juga dengan pembagian kapveld 6/7. Luas untuk seksi panen

I pada hari Senin 208.71 ha, pada seksi II hari Selasa luasnya 206.83 ha. Seksi III pada hari Rabu luasnya 188.48 ha, hari Kamis pada seksi panen IV luasnya 199.8 ha dan pada hari Jumat seksi panen V luasnya 171.18. Total keseluruhan luas areal divisi III 975 ha. Rincian seksi panen dapat dilihat pada Lampiran 6.

(30)

16

[image:30.595.55.466.82.361.2]

Panen untuk di areal tanaman dewasa dan tua (>5 tahun) diperlukan alat kampak, egrek, bambu/galah egrek, tali, alat pikul, kereta sorong atau sepeda, gancu dan goni. Untuk membentuk gagang cangkem kodok (V) diberikan kampak Tomason (bentuk V). Berikut disajikan deskripsi alat panen pada Tabel 4.

Tabel 4 Deskripsi alat panen

No Nama Alat Kegunaan Keterangan

1 Pisau egrek Alat memotong TBS Seperti arit, sudutnya melengkung dengan panjang pangkal 20 cm, panjangnya 45 cm dan sudut lengkung 135o

2 Gala egrek Gagang untuk pisau egrek Besi/bambu dengan panjang sesuai kebutuhan

3 Karet ban Mengikat pisau egrek dengan gala egrek

Warna hitam, sifatnya elastis 4 Kapak Alat memotong gagang TBS Besi bermata tembilang 5 Angkong Alat untuk mengangkut TBS

dari pokok ke TPH

Kereta sorong beroda satu di depan

6 Dodos Alat untuk memotong TBS dengan umur tanaman 3-8 tahun

Berbentuk tembilang

7 Gancu Alat untuk mengantrikan TBS dari angkung ke TPH

Besi beton dengan ujung melengkung

8 Goni Wadah untuk mengumpulkan brondolan sebelum diangkut ke PKS

Ukurannya berbeda-beda biasanya dapat memuat brondolan 10 kg/goni

(a) (b)

(c) (d)

[image:30.595.82.475.442.797.2]
(31)

17

Cara Panen. Cara panen tandan yang telah memenuhi kriteria matang panen dapat dipotong. Pelepah dibawah tandan yang dipanen selanjutnya dipotong (untuk tanaman dewasa) sedangkan pada tanaman muda (3–5 tahun) pelepah daun tidak dipotong karena yang dipotong hanya buahnya saja. Pelepah dipotong menjadi 2 bagian dan disusun digawangan mati (ditanah rata). Sedangkan di areal bergelombang, pelepah tidak dipotong dan disusun di sekitar tanaman sejajar dengan arah teresan/pasar panen agar berfungsi sebagai penahan erosi. TBS disusun ditempat pengumpulan hasil (TPH) sedangkan brondolan yang di piringan/gawangan dikutip bersih dan dimasukkan tersendiri dalam karung untuk di bawa ke tempat pengumpulan brondolan. Gagang TBS dibentuk V (cangkem kodok) dan diberi nomor pemanen. Tandan Buah Segar (TBS) disusun 5–10 tandan per baris.

Aspek Manajerial

Pendamping Mandor

Status karyawan yang ada di Kebun Adolina terdiri atas dua yaitu karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana. Karyawan pelaksana terdiri atas mandor yang dibantu oleh krani divisi. Mandor adalah karyawan yang bertugas untuk membantu jalannya kegiatan kebun baik itu kegiatan teknis maupun administratif. Setiap harinya mandor I memimpin pengarahan pagi pkl 05.30 WIB dengan mandor kegiatan dan didampingi oleh asisten divisi. Mandor I memberikan pengarahan terkait rencana kerja hari itu. Kemudian setelah seluruh karyawan berkumpul dan diabsen, karyawan berangkat ke hancanya masing-masing dengan kendaraan yang sudah ditentukan.

Pendamping Mandor I. Pada dasarnya mandor I merupakan mandor yang membawahi seluruh mandor-mandor. Umumnya mandor I lebih difokuskan untuk pengawasan kegiatan potong buah, menjaga kualitas buah serta melakukan pengawasan untuk kegiatan administratif divisi. Tugas dan tanggung jawab seorang mandor I adalah wajib mengikuti antrian pagi setiap harinya, melakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya buah restan pada blok-blok panen satu hari yang lalu, termasuk pemeriksaan kebersihan pengutipan brondolan di TPH, monitoring proses evakuasi TBS ke PKS sampai dengan pengangkutan TBS yang terakhir, melakukan evaluasi atas laporan harian mandor panen, serta membuat rencana kerja harian untuk esok harinya didampingi oleh asisten divisi. Mandor Panen. Tugas dan tanggung jawab mandor panen adalah mengikuti antrianpagi dengan asisten dan mandor-mandor lainnya, kemudian melaksanakan

check roll pagi bersama karyawan di lapangan untuk pembagian hanca sekaligus

(32)

18

persentase kematangan panen yang bertujuan menentukan rencana jumlah tenaga kerja potong buah dan taksasi produksi untuk esok hari dan memastikan semua seksi telah habis di panen pada 1 hari. Selama menjadi pendamping mandor potong buah, penulis mengikuti kegiatan persentase kematangan yang diambil dari sebagian atau mewakili seluruh wilayah yang akan di panen untuk esok hari. Mandor Perawatan. Mandor perawatan bertugas dan bertanggung jawab terhadap mutu dan output pekerjaan. Mandor perawatan bertugas membantu asisten dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengontrolan pekerjaan perawatan tanaman dengan cara mengarahkan pekerjaan ke mandor-mandor harian secara lebih terperinci khususnya dalam pembagian tenaga kerja. Kemudian memastikan keselamatan pekerja dengan pengecekan kelengkapan dan keadaan alat kerja karyawan. Melaporkan kondisi maupun penyimpangan termasuk potensi terjadinya kerusakan tanaman atau keadaan lingkungan yang terlihat di lapangan kepada asisten.

Mandor Pemupukan. Mandor pemupukan bertanggung jawab terhadap jumlah pupuk yang diangkut dari gudang pupuk sampai diaplikasikan ke pokok berdasarkan dengan dosis yang telah di tetapkan dalam pedoman pemupukan. Pada pagi hari, mandor pupuk harus mengikuti kegiatan antrian pagi untuk menerima instruksi dan pengarahan dari asisten divisi yang kemudian disampaikan kepada para karyawan. Setelah selesai pemupukan, mandor pemupukan bertanggung jawab terhadap karung yang sampai di gudang penyimpanan dan membandingkannya dengan jumlah karung sebelum dilakukan aplikasi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kecurangan yang terjadi pada saat aplikasi. Kemudian mandor pupuk juga bertanggung jawab terhadap kualitas penaburan pupuk di lapangan dan melaporkan kondisi/keadaan maupun penyimpangan yang terjadi di lapangan. Dalam hal ini, penulis melakukan kegiatan pengecekan kualitas penaburan pupuk di lapangan dan menjadi pendamping asisten dalam menjaga untilan pupuk agar tidak terjadi kecurangan.

Pendamping Krani Panen

Tugas dari krani panen adalah membuat rencana panen dan permintaan kendaraan hari berikutnya, membuat laporan hasil panen dan TBS yang terangkut maupun yang tidak terangkut (restan) pada hari itu, mengarahkan pekerjaan angkutan TBS di divisi dan melaksanakan tugas yang diberikan khususnya di bidang administrasi Produksi. Selama menjadi pendamping kerani buah, penulis melakukan kegiatan penerimaan buah di TPH dan penerimaan buah yang diangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS).

Pendamping Asisten Divisi

(33)

19

memastikan administrasi divisi terlaksana sesuai ketentuan. Selain itu, seorang asisten divisi juga bertugas untuk mengawasi disiplin tenaga kerja baik tenaga kerja sendiri maupun buruh harian lepas. Asisten bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan operasional kebun selama 24 jam yang meliputi kegiatan di kebun maupun lingkungan masyarakat.

Pada saat penulis menjadi pendamping asisten, penulis membantu asisten Divisi III Kebun Adolina dalam hal check-roll yang bertujuan untuk mengetahui target-target pekerjaan hari ini sudah tercapai. Selain itu, penulis juga membantu asisten divisi dalam hal pemeriksaan hanca panen berdasarkan kualitas panen (kualitas hanca panen dan buah yang di panen). Tujuannya adalah untuk mengurangi persentase berondolan yang tertinggal di lapangan dan di potongnya buah mentah.

PEMBAHASAN

Panen

Panen merupakan serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolannya. Pekerjaan panen diupayakan semaksimal mungkin dilaksanakan oleh karyawan sendiri. Tetapi apabila jumlah karyawan sendiri tidak mencukupi, maka kebun dapat menggunakan tenaga pemborong. Untuk pemanen yang berasal dari karyawan sendiri diberikan basis borong sesuai dengan ketentuan yang ada. Bagi pemanen yang berasal dari tenaga pemborong, tidak ada basis borong dan harga per kg TBS dipanen disesuaikan ketentuan yang berlaku. Semua peraturan yang berkaitan dengan kedisiplinan panen diberlakukan untuk semua pemanen, baik pemanen yang berasal dari karyawan sendiri maupun pemborong. Manajemen kebun bertugas untuk memanen semua buah matang yang ada dan mengirimnya ke pabrik pada saat kualitas buah optimum untuk mendapatkan kualitas minyak dan inti sawit yang maksimum. Buah yang dipanen hari ini harus sampai di pabrik hari yang sama.

Kriteria matang panen

Kriteria matang panen adalah persyaratan kondisi tandan yang ditetapkan untuk dapat dipanen. Dari berbagai hasil pengamatan dan pengujian di lapangan, kriteria matang panen yang diberlakukan di PTPN IV adalah 10 brondolan per tandan di piringan. Brondolan yang dimaksudkan sebagai kriteria matang panen adalah brondolan normal dan segar. Brondolan di piringan yang kecil ukurannya

(partenocarp), brondolan kering atau yang sakit tidak bisa dijadikan dasar sebagai

(34)

20

[image:34.595.85.487.167.320.2]

segar per tandan di piringan maka pelaksanaan panen menjadi lebih mudah, baik bagi pemanen maupun pelaksana sortasi/pengawas. Berikut perbedaan antara buah mentah dan buah matang normal dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Perbedaan antara buah mentah dengan buah matang normal

Ciri-ciri Buah Mentah Buah Matang

Jumlah Brondolan 0-10 >10

Warna Buah Hitam Jingga

Daging Buah Warna kuning dan daging buahnya kasar

Jingga dan daging buahnya tidak kasar

Seludang Duri masih berwarna

hijau di sekitar buah

Duri sudah layu berwarna coklat kehitaman

Bobot Lebih berat karena kadar

air > kadar minyak

Lebih ringan karena kadar air < kadar minyak

Peralatan Panen

Kebutuhan alat panen disediakan perusahaan kecuali untuk pemanen tenaga pemborong. Untuk panen di areal tanaman muda (3–5 tahun) diperlukan alat chisel (dodos dengan lebar 8 cm), kampak dan alat pikul, kereta sorong atau sepeda, gancu, dan goni sedangkan untuk panen di areal tanaman dewasa dan tua (>5 tahun) diperlukan alat kampak, egrek, bambu/galah egrek, tali, alat pikul, kereta sorong atau sepeda, gancu dan goni. Untuk membentuk gagang cangkem kodok (V) diberikan kampak Tomason (bentuk V).

Kerapatan Panen

Pemanenan merupakan kegiatan yang menentukan pencapaian produktivitas suatu unit kebun. Keberhasilan pemanenan akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman (PPKS 2007). Sebaliknya kegagalan pemanenan akan menghambat pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Pengelolaan tanaman yang sudah baku dan potensi produksi tanaman yang tinggi, tidak ada artinya jika pemanenan tidak dilaksanakan secara optimal.

Kapasitas pemanen setiap harinya tergantung pada produksi/ha yang dipengaruhi oleh umur tanaman, topografi areal, kerapatan pohon, insentif yang disediakan dan musim yang dikenal sebagai musim panen puncak dan musim panen rendah (Lubis, 2008). Data pengamatan taksasi panen disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Data taksasi produksi panen

Blok Tahun

tanam Luas (Ha) Total populasi Total pohon contoh Jumlah tandan matang AKP (%)

A 2008 26 3432 3432 2106 61.36

Keterangan : AKP = angka kerapatan panen

(35)

21

AKP

= x 100%

= x100%

= 61.36% Taksasi Produksi

= Ʃ pokok/ha x (ha) panen x % AKP

= 132 pokok/ha x 26 ha x 61.36 % = 2105 janjang/HK Kebutuhan Pemanen

= =

= 14 orang

Maka (ha) recovery = 26 ha/14 orang = 2 ha/HK

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan tenaga kerja potong buah pada Blok A dengan luas areal 26 ha adalah 14 orang dengan masing-masing pemanen mendapatkan areal panen sebesar 2 ha. Data taksasi panen diatas merupakan data prediksi buah yang akan dipanen untuk enam bulan ke depan. Berkurangnya tenaga kerja setiap harian kerja panen disebabkan banyaknya cuti karyawan pada hari tersebut, faktor alam berupa hujan pada jam kerja.

Rotasi Panen

Rotasi panen yang digunakan di Adolina adalah 6/7 pada semester II dan 5/7 pada semester I. Semester I jatuh pada bulan Januari sampai dengan Juni sedangkan semester II jatuh pada bulan Juli sampai dengan Desember. Penetapan sistem semester di Adolina merupakan peraturan dari RKAP tiap tahunnya. 5/7 yang artinya terdapat lima seksi panen dan dipanen pada areal yang sama selang tujuh hari berikutnya. Rotasi panen bergantung dengan kerapatan buah dan kapasitas pemanen. Rotani panen dilakukan secara disiplin, sebab rotasi panen yang terlambat dapat menyebabkan buah lewat matang untuk dipanen dan apabila rotasi panen terlalu cepat dapat merugikan perusahaan karenan pemanen dapat memanen buah mentah.

Tenaga pemanen di Divisi III Adolina cukup banyak yang tidak memiliki tenaga pengutip brondolan. Brondolan harus dikutip dengan bersih dan dimasukkan ke dalam karung/goni dikutip sendiri oleh tenaga pemanen yang dapat memperlambat pekerjaan panen. Apabila kegiatan pemanenan terlambat berdampak bagi rotasi panen dan juga dapat mengakibatkan jumlah brondolan yang tertinggla di lapang semakin banyak dan kadang tidak terkontrol posisinya.

Pelaksanaan Panen

(36)

22

Pelaksaan panen di Kebun Adolina yaitu, pembagian hanca panen dan pengarahan oleh mandor dengan sistem ancak giring. Setelah menentukan areal yang akan dipanen, tandan buah segar dapat dipanen apabila telah membrondol sekitar sepuluh brondol segar dipiringan. Pemotongan TBS yang matang dengan memotong tangkai TBS sependek mungkin berbentuk seperti cangkem kodok/mulut ikan. Pemanen lalu menyusun pelepah dibarisan antar pokok/gawangan mati. Mengangkat TBS dengan gancu dan memasukkan ke angkong untuk diangkut ke TPH. Mengutip seluruh brondolan yang tertinggal di lapang lalu memasukkannya ke dalam goni dan di angkut ke TPH. Setalah TBS diangkut ke TPH , disusun lima TBS perbaris dan menulis nomor potong pemanen pada setiap TBS. Semua pemanen yang akan disortasi TBSnya oleh P2B (petugas pemeriksa buah). P2B akan melakukan pemeriksaan TBS di TPH menurut standar yang telah ditentukan. Selain pemeriksaan TBS, P2B juga melakukan pemeriksaan brondolan yang tertinggal di TPH dan menghitung dan mencatat hasil pemeriksaan semua TBS di TPH. Hasil pemeriksaan di TPH dilaporakan dan dicatat oleh mandor panen lalu dilaprkan ke Krani Panen/Produksi.

Kapasitas Panen

[image:36.595.89.490.435.773.2]

Kapasitas pemanen setiap harinya tergantung pada produksi/ha yang dipengaruhi oleh umur tanaman, topografi areal, kerapatan pohon, insentif yang disediakan dan musim yang dikenal sebagai musim panen puncak dan musim panen rendah (Lubis, 2008). Kapasitas pemanen divisi III pada bulan Januari 2014 terdapat pada Tabel 7.

Tabel 7 Pengamatan kapasitas panen dan prestasi kerja pemanen

No

Hasil Panen

Hari I Hari II Hari III Rata-rata

TBS (tandan) Rata-rata Prestasi (kg/HK) TBS (tandan) Prestasi (kg/HK) TBS (tandan) Prestasi (kg/HK) TBS (tandan) Prestasi (kg/HK)

1 102 612 170 1020 135 945 135.67 859.00

2 103 618 170 1020 134 938 135.67 858.67

3 55 330 135 810 40 280 76.67 473.33

4 110 660 253 1518 250 1750 204.33 1309.33

5 100 600 95 570 110 770 101.67 646.67

6 125 750 90 540 125 875 113.33 721.67

7 280 1680 285 1710 335 2345 300.00 1911.67

8 171 1026 90 540 140 980 133.67 848.67

9 94 564 112 672 124 868 110.00 701.33

10 117 702 190 1140 165 1155 157.33 999.00

11 115 690 160 960 103 721 126.00 790.33

12 105 630 191 1146 168 1176 154.67 984.00

Rata-rata 123.08 738.50 161.75 970.50 152.42 1066.92 145.75 925.31

(37)

23

Berdasarkan analisis statistik hasil panen karyawan yaitu terdapat selang 145.75 ± 58.17 TBS. Rata-rata prestasi karyawan terdapat pada selang 925.31 ± 373.65. Dari data rata-rata hasil panen karyawan terdapat ada beberapa pemanen yang menunjukkan hasil panen di bawah standar deviasi. Hal ini dimungkinkan pada hanca pemenen tersebut terjadi penurunan produksi atau faktor lain.

Kualitas Mutu Buah

[image:37.595.107.516.302.552.2]

Pemeriksaan mutu hanca dan mutu buah dilakukan oleh mandor panen. Pemeriksaan ini berfungsi untuk membuat usaha perbaikan kinerja menjadi lebih fokus dan meningkatkan motivasi karyawan panen. Pemeriksaan mutu buah dilakukan setelah kegiatan panen dan pengamatnan dilakukan di TPH masing-masing pemanen oleh mandor panen. Tabel 8 menunjukkan kualitas mutu buah yang dihasilkan pemanen oleh pengamatan magang penulis.

Tabel 8 Kualitas mutu buah di TPH

No Mutu Buah

Buah Normal Buah Mentah Buah Busuk Gagang panjang

%

1 100 0.0 0.0 0.0

2 100 0.0 0.0 0.0

3 99.4 0.6 0.0 0.0

4 100 0.0 0.0 0.0

5 99.4 0.6 0.0 0.0

6 99.2 0.6 0.0 0.0

7 100 0.0 0.0 0.0

8 100 0.0 0.0 0.0

9 100 0.0 0.0 0.0

10 100 0.0 0.0 0.0

11 99.2 0.8 0.0 0.0

12 100 0.0 0.0 0.0

Rata-rata 100 0 0 0

SD 0.35 0.32 0 0

Berdasarkan data diatas mutu buah yang dihasilkan pemanen mencapai hampir 100% yang berada di atas standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan tidak ditemukan TBS berganggang panjang dan busuk. TBS berganggang panjang banyak menimbulkan kerugian antara lain penambah berat saat penimbangan dan menyerap minyak sehingga mengurangi kualitas CPO.

Brondolan yang jatuh di areal pemanen harus dikutip semua hingga bersih karena dapat meningkatkan produksi dan menghindari pertumbuhan gulma sawit. Brondolan biasanya dikutip oleh pemanen atau pembantu pemanen yang dimasukkan ke dalam karung lalu diletakkan disamping pengumpulan TBS di TPH. Hasil pengamatan tentang persentase brondolan yang diambil dari 4 sampel pemanen mempengaruhi kualitas hanca panen. Data pengamatan disajikan pada Tabel 9.

(38)

24

[image:38.595.78.491.158.401.2]

tersisa baik di piringan maupun di pasar rintis untuk setiap tanaman yang dipanen. TPH yang diamati pertama terdapat 30 pokok yang diperiksa, dari hasil pemeriksaan hanya 15 pokok yang dipanen dengan rataan 2.4.

Tabel 9 Data pengamatan kualitas hanca panen

Blok No

Pemanen

Pokok Kerugian Brondolan

BMTP Rataan

Diperiksa Dipanen 1 2 3 4 5

AL 33 34 15 0 5 4 3 0

0 2.4

0 5 3 2 1

0 5 3 4 1

AO 54 27 11 2 0 4 0 0

0 4.6

3 5 1 3 2

4

L 14 33 10 0 2 5 4 3

0 2.2

1 0 2 2 3

P 27 33 17 2 1 4 3 0

0 1.7

0 0 3 5 0

1 3 0 0 2

5 0

Keterangan : BMTP = Buah matang tidak dipanen Sumber : Data pengamatan lapangan, Februari 2014

Basis dan Premi Panen

Premi panen yang terjadi di perusahaan perkebunan Indonesia terdapat dua jenis yang umumnya dilaksanakan, yaitu premi panen berdasarkan jumlah janjang buah/TBS yang didapat dan premi panen berdasarkan jumlah berat (kg) buah/TBS yang didapat setelah ditimbang di pabrik/PKS sehingga diketahui bobot janjang rata-rata (BJR) (Pahan, 2007).

(39)
[image:39.595.109.471.96.634.2]

25

Tabel 10 Ketentuan basis dan premi panen Divisi III

Tahun Tanam Basis Borong (kg)

Harga NPH (Nilai Premi Harian) TBS

(Rp/kg) Brondolan (Rp/kg)

2010 350 70 100

2008 660 35 100

1995 750 35 100

Sumber : Kantor Divisi III Kebun Adolina

Rumus premi panen TBS : P : Premi (Rp)

K : Kapasitas panen (kg) BB : Basis Borong (kg) NP : Nilai Premi (Rp/kg TBS)

D : Denda

Rumus premi brondolan :

Pb : Premi brondolan (Rp)

Kb : Kapasitas (Jumlah brondolan yang dikumpulkan dalam kg) NPb : Nilai Premi brondolan (Rp/kg brondolan)

Seorang pemanen tetap Divisi III memperoleh kapasitas panen 1 680 kg TBS dan 150 kg brondolan. Dalam perhitungan premi, pemanen tersebut telah mencapai basis borong perusahaan sebesar 660 kg TBS dengan nilai premi panen TBS Rp 35/kg TBS dan nilai premi brondolan Rp 100/kg. Berikut ini adalah contoh perhitungan premi yang diperoleh oleh seorang pemanen dalam satu hari panen.

Contoh perhitungan premi :

Premi panen TBS = {(1 680 kg – 660 kg) x Rp 35.-/kg} – 0 = Rp 35 700.-

Premi brondolan = 150 kg x Rp 100.-/kg = Rp 15 000.-

Total premi = Premi panen TBS + Premi brondolan = Rp 35 700.- + Rp 15 000.- = Rp 50 700.-

Pada dasarnya penentuan denda dan pemberlakuan denda dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi jumlah buah mentah yang di panen, dan meningkatkan kualitas panen. Namun, pemberlakuan sistem denda justru mengakibatkan pendapatan atau premi yang didapatkan pengawas akan ikut berkurang. Kondisi ini mengakibatkan pengawas sulit untuk memberikan denda kepada tenaga kerja panen yang melakukan kesalahan. Selain itu, sering terjadi kecurangan di tingkat supervisi/mandor yang berpengaruh pada ketidakefektifan pengawasan. Hal ini menjadi penunjang terjadinya ketidakefektifan pemberlakuan sistem denda.

P = {(K – BB)NP} - D

(40)

26

Pengangkutan TBS ke PKS

Tandan buah segar yang dipanen harus diangkut dan sampai ke Pabrik Kelapa Sawit pada hari itu juga. Diupayakan pengangkutan buah dapat selesai sore hari sebelum malam tiba. Pengangkutan pada malam hari, selain menyulitkan pengutipan brondolan di TPH, juga menyulitkan sortasi buah di loading ramp. Bila kondisi jalan baik, maka jumlah trip kendaraan menjadi lebih banyak dan pemilik kendaraan tidak dirugikan walaupun kerjanya hanya sampai sore hari. Hindarkan terjadi buah restan dengan pertimbangan : Buah restan mengakibatkan kenaikan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan dan buah restan menimbulkan kerawanan terhadap pencurian TBS.

Pengangkutan buah dapat dilakukan dengan kendaraan sendiri atau pemborong. Bila pengangkutan buah menggunakan kendaraan sendiri maka harus dihitung dan dipersiapkan jumlahnya berdasarkan produksi panen puncak, rotasi panen, jarak tempuh rata-rata, kapasitas angkut per-trip dan jumlah trip dari setiap kendaraan. Namun bila pengangkutan buah dilakukan dengan kendaraan pemborong maka jumlah kendaraan yang dibutuhkan dihitung berdasarkan realisasi produksi harian karena bila kekurangan alat angkut, sewaktu-waktu dengan cepat dapat ditambah. Bila jalan belum dikeraskan, hindarkan pengangkutan buah menggunakan traktor roda ban (TRB) Disamping jumlah kendaraan, kelancaran pengangkutan buah sangat tergantung pada kondisi jalan. Kondisi jalan yang baik akan mempercepat buah sampai di pabrik (memperlambat kenaikan ALB), tidak ada langsir buah yang dapat menaikkan biaya angkut dan pelukaan buah serta menghindari timbulnya restan.

(41)

27

[image:41.595.186.465.85.265.2]

Kebutuhan kendaraan angkut buah setiap hari dihitung berdasarkan estimasi produksi yang sudah diketahui pada sore hari (sehari sebelum panen) dan realisasi pengangkutan pada hari sebelumnya. Fluktuasi produksi harian biasanya tidak jauh berbeda. Oleh karena itu pengalaman menggunakan jumlah kendaraan pada hari sebelumnya dapat dipakai sebagai pedoman untuk menghitung jumlah kendaraan pada hari berikutnya. Bila sistem panen dilakukan dengan hancak giring maka penempatan kendaraan dilakukan sejalan dengan pengaturan hancak panen. Diadakan komunikasi antara afdeling dengan bagian pengangkutan selama buah belum selesai diangkut. erani muat harus mengikuti kendaraan pengangkut buah untuk mencatat jumlah tandan, tahun tanam dan blok. Data ini di samakan dengan data di loading ramp pada saat kendaraan angkut

Gambar

Tabel 1 Luas areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman
Tabel 2 Tingkatan dan jumlah karyawan di Kebun Adolina
Tabel 3 Sertifikat RSPO PTPN IV
Gambar 3 Kegiatan penyerbukan bantuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Standar sistem panen yang ditentukan adalah tidak ada buah mentah yang dipanen, tidak meninggalkan buah matang, semua brondolan dikumpulkan dan dibawa ke tempat

Selain itu, buah yang lewat matang juga akan merugikan karena akan meningkatkan kandungan asam lemak bebas (ALB) yang dapat menurunkan kualitas minyak kelapa

Beberapa hal yang perlu dievaluasi pada kegiatan panen adalah penggunaan alat pelindung diri yang masih rendah, jumlah tenaga kerja panen kurang dari kebutuhan, mutu buah

Panen merupakan kegiatan memotong buah yang layak potong atau telah memenuhi kriteria matang panen, mengutip semua brondolan, mengumpulkan buah dan brondolan ke

Hal yang diamati dalam pengelolaan panen adalah angka kerapatan panen, kehilangan hasil, taksasi produksi, kualitas pekerjaan panen, rotasi panen, kriteria panen,

Analisis dilakukan terhadap hasil pengamatan pada komponen-komponen dari aspek panen seperti: rotasi panen, kerapatan panen, taksasi produksi harian, kebutuhan

Panen merupakan kegiatan memotong buah yang layak potong atau telah memenuhi kriteria matang panen, mengutip semua brondolan, mengumpulkan buah dan brondolan ke

Denda panen yang diterapkan di Kebun Tanah Gambus Jenis Denda Denda Rp Buah mentah dipanen A 10.000/janjang Buah mentah di peram / disembunyikan M1 10.000/janjang Buah matang tidak