• Tidak ada hasil yang ditemukan

PTPN IV telah memperoleh sertifikat RSPO untuk 14 kebun dan 11 PKS.Sertifikasi RSPO pertama diperoleh pada tahun 2011 baik untuk PKS maupun untuk kebun. Sertifikasi RSPO yang terakhir pada tahun 2013 yaitu untuk PKS Adolina, Bah Jambi, Dolok Sinumba, Mayang, Gunung Bayu, Tinjowan, Air Batu, Berangir. Rician lengkap sertifikat RSPO disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Sertifikat RSPO PTPN IV Tahun perolehan

RSPO

Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

Kebun Kelapa Sawit

2011 Pabatu Pabatu

2011 Dolok Ilir Dolok Ilir

2011 Pulu Raja Pulu Raja

2013 Adolina Adolina

2013 Bah Jambi Bah Jambi

2013 Dolok Sinumbah Dolok Sinumbah

2013 Mayang Mayang

2013 Gunung Bayu Gunung Bayu

2013 Tinjowan Tinjowan

2013 Air Batu Air Batu

2013 Berangir Berangir

2013 - Laras

2013 - Aek Nauli

2013 - Padang Matinggi

Sumber : Kantor Besar Kebun Adolina 2013

Tahun 2014 direncanakan sertifikasi ISPO untuk 14 unit di PTPN IV yaitu Adolina, Pabatu, Dolok Ilir, Bah Jambi, Dolok Sinumbah, Mayang, Gunung Bayu, Tinjowan, Air Batu, Pulu Raja, Berangir, Pasir Mandoge, Sawit Langkat (PKS dan Kebun) serta Laras, Aek Nauli, Padang Matinggi, Tanah Itam Ulu (Kebun).

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis Pengendalian Gulma

Pemeliharaan piringan/pasar pikul adalah kegiatan membersihkan tumbuhan pengganggu (gulma), sampah atau gundukan tanah yang ada di piringan/pasar pikul dengan tujuan menghindari persaingan penyerapan hara antara tanaman kelapa sawit dan gulma di piringan, memudahkan pengutipan brondolan, memudahkan operasional pemanen dan kegiatan pemeliharaan lainnya dan memudahkan pengawasan.

11

Pemeliharaan piringan dan pasar pikul secara manual, di areal TM (tanaman menghasilkan) sudah tidak digunakan lagi karena dianggap tidak efisien dan biasanya hanya digunakan pada areal yang tidak dapat disemprot seperti rendahan yang sering berair atau di unit yang memiliki tenaga karyawan sendiri yang cukup (kebijakan khusus). Adapun pelaksanaannya yaitu membersihkan gulma/sampah di piringan dengan memakai garuk sampai jari-jari piringan 2 m dari pangkal pohon. Selain itu, membersihkan pakis yang tumbuh di pohon dengan cara mencabut sampai setinggi jangkauan tangan. Pembersihan tapak kuda dilakukan dengan menggaruk, sedangkan untuk teras kontour dibabat. Membersihkan pasar pikul dari gulma/gundukan tanah selebar 1 meter. Rotasi garuk piringan dan pasar pikul dengan manual 1 bulan sekali dan tenaga 1,8−2

orang ha-1.

Pengendalian gulma secara kimiawi dapat dilihat pada Gambar 1 dengan menggunakan knapsack sprayer. Jenis herbisida yang digunakan berbeda-beda disesuaikan dengan jenis gulma yang akan dikendalikan, jenis glyphosate dengan dosis 400 cc ha-1 digunakan untuk mengendalikan gulma Ageratum conyzoides (Babandotan), Ottochloa nodosa (Rumput kawatan) dan Mikania micrantha (Sembung rambat) yang terdapat pada piringan.Semprot piringan dan gawangan, alat-alat yang disediakan untuk penyemprotan adalah sprayer, nozzle, gelas ukur, drum/ember air dan lain-lain. Lebar semprotan nozzle tergantung ketinggian

nozzle pada saat menyemprotkannya ke gulma. Bila diinginkan untuk

menyemprot piringan = 2 m, maka nozzle yang dipakai adalah warna merah/VLV 200 atau VLV 100 atau micron herby. Tetapi jika jari-jari piringan yang diinginkan = 2.5 m, maka nozzle yang dipakai adalah warna biru (2x berputar di piringan). Pemilihan nozzle yang tidak tepat menimbulkan inefisiensi herbisida karena terjadi overlapping penyemprotan. Micron herby dan nozzle VLV biasa digunakan karena hemat air dan efisiensi biaya. Dalam pelaksanaan pengendalian gulma secara kimiawi perlu diketahui dosis dan konsentrasi larutan semprot yaitu dosis, jumlah pemakaian herbisida per satuan luas misalnya 350 cc ha-1 untuk sekali aplikasi dengan rotasi penyemprotan 4x setahun. Khusus untuk areal TM-1 dan TM-2 yang LCC masih menutup, rotasi penyemprotan 6x setahun.

12

Konsentrasi, banyaknya herbisida dalam 1 liter air dalam satuan persen (%). Misal konsentrasi 0.6% artinya adalah 6 cc herbisida dalam 1 liter larutan. Norma yang digunakan dalam pengendalian gulma secara kimiawi adalah 3.3 ha orang-1.

Pemupukan

Tujuan dari pemupukan adalah untuk mempertahankan kesuburan tanah dengan memberikan pupuk ke dalam tanah sebagai pengganti unsur hara yang telah diambil oleh tanaman. Kegiatan pemupukan di perkebunan kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat penting karena pemupukan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kuantitas dan kualitas produksi serta biayanya hampir 50% dari total pemeliharaan. Oleh karena itu, bila pemupukan tidak dilakukan secara benar, maka pemupukan menjadi tidak efektif dan hal ini berarti biaya yang telah dikeluarkan menjadi lebih besar dan berdampak pada pencapaian produktivitas yang rendah. Kegiatan pemupukan dapat dilihat pada Gambar 2.

Teknis proses pengangkutan minimun 24 jam sebelum pelaksanaan, Mandor pupuk agar menyampaikan permintaan pengangkutan dan kebutuhan pupuk harian ke KDTU/Kepala Gudang. Dalam permintaan pengangkutan harus dicantumkan jumlah dan jenis pupuk yang diangkut per hari. Pengangkutan pupuk dilakukan di gudang besar tempat penyimpanan pupuk. Kegiatan pengangkutan pupuk dilakukan di pagi hari dalam kondisi cerah, tidak dianjurkan pemupukan dilakukan pada saat hujan karena pupuk tersebut dapat tercuci dan mengeras. Pengangkutan diatur agar pada jam 06.30 pupuk sudah tiba di blok yang akan di pupuk.Satu grup tenaga pemupuk terdiri atas 5 orang penabur pupuk ditambah 1 orang yang melangsir pupuk dengan menggunakan sepeda/kereta sorong. Seorang mandor dapat mengawasi 4 grup atau 24 orang. Mandor I harus terus mengikuti dan mengawasi grup-grup tersebut sedangkan Asisten divisi minimal 4 kali mengkontrol pelaksanaan pemupukan per-harinya. Disamping itu, Asisten divisi harus juga mengawasi panen dan pekerjaan lainnya.

Jenis pupuk yang digunakan adalah KCL dengan dosis 0.75 kg = 750 gr. Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pupuk dengan jarak 1 m dari pokok. Satu sak pupuk beratnya 50 kg dibagi dengan satu grup tenaga pupuk yang terdiri dari 5 orang, dimana satu orang tenaga pemupuk mendapat 10 kg pupuk atau setara dengan satu ember. Norma yang digunakan dalam pemupukan adalah 2 ha orang-1.

13

Penyerbukan bantuan

Berdasarkan evaluasi produksi pada tanaman muda, dijumpai bahwa potensi tanaman yang ada belum memberikan hasil optimal. Selain pemupukan, pemeliharaan dan kastrasi, upaya optimal untuk mencapai produksi pada tanaman muda dapat dijalankan dengan penyerbukan bantuan. Serangga Elaeidobius

kamerunicus yang bekerja membantu penyerbukan dapat melaksanakan

penyerbukan dengan sempurna apabila jumlah bunga jantan cukup tersedia pada tanaman kelapa sawit. Apabila jumlah bunga jantan kurang, maka diperlukan penyerbukan bantuan. Penyerbukan bantuan dimaksudkan untuk meningkatkan produksi secara langsung. Oleh karena itu, nilai pekerjaan ini adalah setara dengan pekerjaan potong buah (panen). Untuk antisipasi kurangnya bunga jantan pada tanaman kelapa sawit dapat juga dilakukan dengan penanaman ‘polinator trees’ (tanaman yang sengaja dibuat stress), yang ditanam diantara selang satu baris pada tanaman muda kelapa sawit. Diperlukan tenaga penyerbuk 0.2 US/Ha/pusingan (atau 4 – 5 ha/penyerbuk/hari) dan harus karyawan kebun. Tenaga yang telah terlatih supaya dipertahankan (jangan ditukar-tukar), disamping itu dilatih juga 2 – 3 orang sebagai cadangan. Gambar 3 menunjukan kegiatan penyerbukan bantuan.

Panen

Serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolannya disebut panen. Tujuan panen adalah untuk memanen seluruh buah yang sudah matang panen dengan mutu yang baik secara konsisten sehingga potensi produksi minyak dan inti sawit maksimal dapat dicapai. Semua peraturan yang berkaitan dengan kedisiplinan panen diberlakukan untuk semua pemanen, baik pemanen yang berasal dari karyawan sendiri maupun pemborong. Manajemen Kebun bertugas untuk memanen semua buah matang yang ada dan mengirimnya ke pabrik pada saat kualitas buah optimum untuk mendapatkan kualitas minyak dan inti sawit yang maksimum. Buah yang dipanen hari ini harus sampai di pabrik hari yang sama. Gambar 4 menunjukan kegiatan panen.

14

Kriteria Matang Panen. Kriteria panen adalah persyaratan kondisi tandan yang ditetapkan untuk dapat dipanen. Dari berbagai hasil pengamatan dan pengujian di lapangan, kriteria matang panen yang diberlakukan di PTP Nusantara IV adalah 10 brondolan per tandan di piringan. Brondolan yang dimaksudkan sebagai kriteria matang panen adalah brondolan normal dan segar. Brondolan di piringan yang kecil ukurannya (partenocarp), brondolan kering atau yang sakit tidak bisa dijadikan dasar sebagai kriteria matang panen. Hal ini didasarkan pada pertimbangan rendemen minyak sawit dan rendemen inti sawit serta perolehan total volume minyak dan inti sawit, kehilangan brondolan di lapangan karena diambil atau dicuri serta tidak terkutip (digawangan dan terutama di piringan) dapat diminimalkan, kemudahan bagi pemanen dalam mengutip brondolan sehingga yang tidak terkutip dapat ditekan seminimal mungkin. Dengan kriteria matang panen 10 brondolan normal dan segar per tandan di piringan maka pelaksanaan panen menjadi lebih mudah, baik bagi pemanen maupun pelaksana sortasi/pengawas.

Sortasi Panen. Sortasi panen pada prinsipnya manajemen panen adalah tanggungjawab manajer dan manajer menyerahkan pelaksanaannya kepada bawahan mulai dari Petugas Pemeriksa Buah (P2B) sampai Kepala Dinas Tanaman (KD Tanaman). Dalam upaya mendapatkan mutu panen yang baik secara konsisten sortasi panen dilakukan terhadap seluruh tandan yang dipanen di TPH oleh petugas panen divisi, Asisten Tanaman dan KD Tanaman. Dengan melaksanakan sortasi sesuai dengan kriteria matang panen dan wewenang secara berjenjang diharapkan mutu panen yang baik dapat dilakukan dengan konsisten. Apabila masih terdapat fraksi afkir/mentah, maka Manajer harus ikut melakukan sortasi dengan konsekuensi petugas yang berkaitan dengan panen dikenakan pinalti/ denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sortasi panen di Loading Ramp sifatnya hanya untuk cross check saja, untuk memastikan sortasi di TPH sudah dilakukan dengan benar. Hasil sortasi di Loading Ramp tidak bisa dijadikan dasar penentuan mutu buah karena hanya dilakukan secara sampling. Tetapi pelaksanaan sortasi di Loading Ramp harus dilakukan dengan benar dan dilaporkan setiap hari oleh Kepala Dinas Pengolahan (KDP) kepada Manajer karena berdasarkan laporan tersebut permasalahan di divisi dapat diketahui untuk segera dicari solusinya. Data mutu buah yang digunakan sebagai dasar analisa masalah bila rendemen tidak mencapai target adalah data sortasi yang dilakukan

(a) (b)

15

di TPH karena seluruh buah disortasi sebelum dikirim ke pabrik. Namun, bila pelaksanaan sortasi di TPH tidak benar maka data yang diperoleh tidak benar dan tidak dapat menyelesaikan masalah.

Bila pada pokok dijumpai tandan yang membrondol kurang dari 10 butir, tandan belum boleh dipanen. Dengan tidak memanen tandan yang brondolannya kurang dari 10 butir di piringan, maka komposisi kematangan buah yang dipanen sampai ke PKS akan sangat baik. Demikian juga mengenai jumlah pelepah di pokok dapat dipertahankan 48-56 helai karena pelepah baru diturunkan setelah tandan matang. Kondisi seperti ini dalam jangka panjang sangat berpengaruh terhadap produksi.

Rotasi Panen. Rotasi panen atas dasar pertimbangan bahwa hari Sabtu dipergunakan untuk perawatan pabrik, maka panen diatur hanya pada hari Senin sampai Jumat atau 5 hari dalam seminggu dan biasa disebut rotasi panen 5/7. Jadi rotasi panen adalah jumlah hari panen dalam seminggu dan jarak waktu antara panen pertama disatu blok sampai penen berikutnya di blok yang sama. Dalam kenyataan di lapangan, panen bisa dilakukan lebih 5 hari dalam seminggu apabila buah dalam jumlah banyak (panen puncak) dan jumlah tenaga panen tidak mencukupi untuk memanen 5 hari dalam seminggu.

Seksi Panen. Seksi panen merupakan penetapan daerah panen yang telah ditetapkan untuk satu hari panen. Penetapan seksi panen berdasarkan pembagian luas seluruh wilayah divisi dan jumlah hari panen. Dengan rotasi panen 5/7 maka setiap luas tanaman menghasilkan di divisi III dibagi menjadi 5 bagian dan setiap bagian dipanen mulai hari Senin sampai Jumat. Setiap bagian ini disebut kapveld. Setiap kapveld ini diatur berurutan/menyambung antara kapveld hari Senin ke Selasa dan hari berikutnya sampai hari Jumat. Selanjutnya kapveld hari Jumat harus menyambung dengan kapveld hari Senin. Hal ini dimaksudkan supaya diketahui bila ada kapveld yang tidak tembus (tidak terpanen) pada hari sebelumnya. Dengan kata lain pembagian kapveld harus diatur sedemikian rupa sehingga berurutan mulai dari kapveld I sampai kapveld V dan dari kapveld V ke

kapveld I. Demikian juga dengan pembagian kapveld 6/7. Luas untuk seksi panen

I pada hari Senin 208.71 ha, pada seksi II hari Selasa luasnya 206.83 ha. Seksi III pada hari Rabu luasnya 188.48 ha, hari Kamis pada seksi panen IV luasnya 199.8 ha dan pada hari Jumat seksi panen V luasnya 171.18. Total keseluruhan luas areal divisi III 975 ha. Rincian seksi panen dapat dilihat pada Lampiran 6.

Alat-alat Panen. Semua kebutuhan alat panen disediakan perusahaan kecuali untuk pemanen tenaga pemborong. Untuk panen di areal tanaman muda (3–5 tahun) diperlukan alat chisel (dodos dengan lebar 8 cm), kampak dan alat pikul, kereta sorong atau sepeda, gancu, dan goni. Gambar 5 menunjukan alat-alat panen yang digunakan.

16

Panen untuk di areal tanaman dewasa dan tua (>5 tahun) diperlukan alat kampak, egrek, bambu/galah egrek, tali, alat pikul, kereta sorong atau sepeda, gancu dan goni. Untuk membentuk gagang cangkem kodok (V) diberikan kampak Tomason (bentuk V). Berikut disajikan deskripsi alat panen pada Tabel 4.

Tabel 4 Deskripsi alat panen

No Nama Alat Kegunaan Keterangan

1 Pisau egrek Alat memotong TBS Seperti arit, sudutnya melengkung dengan panjang pangkal 20 cm, panjangnya 45 cm dan sudut lengkung 135o

2 Gala egrek Gagang untuk pisau egrek Besi/bambu dengan panjang sesuai kebutuhan

3 Karet ban Mengikat pisau egrek dengan gala egrek

Warna hitam, sifatnya elastis 4 Kapak Alat memotong gagang TBS Besi bermata tembilang 5 Angkong Alat untuk mengangkut TBS

dari pokok ke TPH

Kereta sorong beroda satu di depan

6 Dodos Alat untuk memotong TBS dengan umur tanaman 3-8 tahun

Berbentuk tembilang 7 Gancu Alat untuk mengantrikan TBS

dari angkung ke TPH

Besi beton dengan ujung melengkung

8 Goni Wadah untuk mengumpulkan brondolan sebelum diangkut ke PKS

Ukurannya berbeda-beda biasanya dapat memuat brondolan 10 kg/goni

(a) (b)

(c) (d)

17

Cara Panen. Cara panen tandan yang telah memenuhi kriteria matang panen dapat dipotong. Pelepah dibawah tandan yang dipanen selanjutnya dipotong (untuk tanaman dewasa) sedangkan pada tanaman muda (3–5 tahun) pelepah daun tidak dipotong karena yang dipotong hanya buahnya saja. Pelepah dipotong menjadi 2 bagian dan disusun digawangan mati (ditanah rata). Sedangkan di areal bergelombang, pelepah tidak dipotong dan disusun di sekitar tanaman sejajar dengan arah teresan/pasar panen agar berfungsi sebagai penahan erosi. TBS disusun ditempat pengumpulan hasil (TPH) sedangkan brondolan yang di piringan/gawangan dikutip bersih dan dimasukkan tersendiri dalam karung untuk di bawa ke tempat pengumpulan brondolan. Gagang TBS dibentuk V (cangkem kodok) dan diberi nomor pemanen. Tandan Buah Segar (TBS) disusun 5–10 tandan per baris.

Aspek Manajerial

Pendamping Mandor

Status karyawan yang ada di Kebun Adolina terdiri atas dua yaitu karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana. Karyawan pelaksana terdiri atas mandor yang dibantu oleh krani divisi. Mandor adalah karyawan yang bertugas untuk membantu jalannya kegiatan kebun baik itu kegiatan teknis maupun administratif. Setiap harinya mandor I memimpin pengarahan pagi pkl 05.30 WIB dengan mandor kegiatan dan didampingi oleh asisten divisi. Mandor I memberikan pengarahan terkait rencana kerja hari itu. Kemudian setelah seluruh karyawan berkumpul dan diabsen, karyawan berangkat ke hancanya masing-masing dengan kendaraan yang sudah ditentukan.

Pendamping Mandor I. Pada dasarnya mandor I merupakan mandor yang membawahi seluruh mandor-mandor. Umumnya mandor I lebih difokuskan untuk pengawasan kegiatan potong buah, menjaga kualitas buah serta melakukan pengawasan untuk kegiatan administratif divisi. Tugas dan tanggung jawab seorang mandor I adalah wajib mengikuti antrian pagi setiap harinya, melakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya buah restan pada blok-blok panen satu hari yang lalu, termasuk pemeriksaan kebersihan pengutipan brondolan di TPH, monitoring proses evakuasi TBS ke PKS sampai dengan pengangkutan TBS yang terakhir, melakukan evaluasi atas laporan harian mandor panen, serta membuat rencana kerja harian untuk esok harinya didampingi oleh asisten divisi. Mandor Panen. Tugas dan tanggung jawab mandor panen adalah mengikuti antrianpagi dengan asisten dan mandor-mandor lainnya, kemudian melaksanakan

check roll pagi bersama karyawan di lapangan untuk pembagian hanca sekaligus

mengabsen, melakukan pengecekan mutu buah dan hanca, memeriksa apakah setiap pemanen telah mendapatkan basis borong dan hancanya telah selesai. Bila basis borong belum tercapai sedangkan waktu kerja masih ada, maka oleh mandor panen dipindahkan hancanya untuk memenuhi basis borongnya. Selain itu, mandor panen juga memeriksa peralatan yang digunakan sebelum dilakukan pengancakan dan memastikan pekerja telah menggunakan alat pelindung diri (APD). Kemudian pada sore hari mandor panen melakukan perhitungan

18

persentase kematangan panen yang bertujuan menentukan rencana jumlah tenaga kerja potong buah dan taksasi produksi untuk esok hari dan memastikan semua seksi telah habis di panen pada 1 hari. Selama menjadi pendamping mandor potong buah, penulis mengikuti kegiatan persentase kematangan yang diambil dari sebagian atau mewakili seluruh wilayah yang akan di panen untuk esok hari. Mandor Perawatan. Mandor perawatan bertugas dan bertanggung jawab terhadap mutu dan output pekerjaan. Mandor perawatan bertugas membantu asisten dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengontrolan pekerjaan perawatan tanaman dengan cara mengarahkan pekerjaan ke mandor-mandor harian secara lebih terperinci khususnya dalam pembagian tenaga kerja. Kemudian memastikan keselamatan pekerja dengan pengecekan kelengkapan dan keadaan alat kerja karyawan. Melaporkan kondisi maupun penyimpangan termasuk potensi terjadinya kerusakan tanaman atau keadaan lingkungan yang terlihat di lapangan kepada asisten.

Mandor Pemupukan. Mandor pemupukan bertanggung jawab terhadap jumlah pupuk yang diangkut dari gudang pupuk sampai diaplikasikan ke pokok berdasarkan dengan dosis yang telah di tetapkan dalam pedoman pemupukan. Pada pagi hari, mandor pupuk harus mengikuti kegiatan antrian pagi untuk menerima instruksi dan pengarahan dari asisten divisi yang kemudian disampaikan kepada para karyawan. Setelah selesai pemupukan, mandor pemupukan bertanggung jawab terhadap karung yang sampai di gudang penyimpanan dan membandingkannya dengan jumlah karung sebelum dilakukan aplikasi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kecurangan yang terjadi pada saat aplikasi. Kemudian mandor pupuk juga bertanggung jawab terhadap kualitas penaburan pupuk di lapangan dan melaporkan kondisi/keadaan maupun penyimpangan yang terjadi di lapangan. Dalam hal ini, penulis melakukan kegiatan pengecekan kualitas penaburan pupuk di lapangan dan menjadi pendamping asisten dalam menjaga untilan pupuk agar tidak terjadi kecurangan.

Pendamping Krani Panen

Tugas dari krani panen adalah membuat rencana panen dan permintaan kendaraan hari berikutnya, membuat laporan hasil panen dan TBS yang terangkut maupun yang tidak terangkut (restan) pada hari itu, mengarahkan pekerjaan angkutan TBS di divisi dan melaksanakan tugas yang diberikan khususnya di bidang administrasi Produksi. Selama menjadi pendamping kerani buah, penulis melakukan kegiatan penerimaan buah di TPH dan penerimaan buah yang diangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS).

Pendamping Asisten Divisi

Tugas dan tanggung jawab seorang asisten divisi adalah memberikan instruksi kerja kepada mandor-mandor dan kerani-kerani setiap pagi (antrian pagi), mengkoordinasi mandor-mandor sesuai instruksi dan rencana kerja, menjamin terlaksananya sistem manajemen mutu dan lingkungan divisi dan

19

memastikan administrasi divisi terlaksana sesuai ketentuan. Selain itu, seorang asisten divisi juga bertugas untuk mengawasi disiplin tenaga kerja baik tenaga kerja sendiri maupun buruh harian lepas. Asisten bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan operasional kebun selama 24 jam yang meliputi kegiatan di kebun maupun lingkungan masyarakat.

Pada saat penulis menjadi pendamping asisten, penulis membantu asisten Divisi III Kebun Adolina dalam hal check-roll yang bertujuan untuk mengetahui target-target pekerjaan hari ini sudah tercapai. Selain itu, penulis juga membantu asisten divisi dalam hal pemeriksaan hanca panen berdasarkan kualitas panen (kualitas hanca panen dan buah yang di panen). Tujuannya adalah untuk mengurangi persentase berondolan yang tertinggal di lapangan dan di potongnya buah mentah.

PEMBAHASAN

Panen

Panen merupakan serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta menyusun tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolannya. Pekerjaan panen diupayakan semaksimal mungkin dilaksanakan oleh karyawan sendiri. Tetapi apabila jumlah karyawan sendiri tidak mencukupi, maka kebun dapat menggunakan tenaga pemborong. Untuk pemanen yang berasal dari karyawan sendiri diberikan basis borong sesuai dengan ketentuan yang ada. Bagi pemanen yang berasal dari tenaga pemborong, tidak ada basis borong dan harga per kg TBS dipanen disesuaikan ketentuan yang berlaku. Semua peraturan yang berkaitan dengan kedisiplinan panen diberlakukan untuk semua pemanen, baik pemanen yang berasal dari karyawan sendiri maupun pemborong. Manajemen kebun bertugas untuk memanen semua buah matang yang ada dan mengirimnya ke pabrik pada saat kualitas buah optimum untuk mendapatkan kualitas minyak dan inti sawit yang maksimum. Buah yang dipanen hari ini harus sampai di pabrik hari yang sama.

Kriteria matang panen

Kriteria matang panen adalah persyaratan kondisi tandan yang ditetapkan untuk dapat dipanen. Dari berbagai hasil pengamatan dan pengujian di lapangan, kriteria matang panen yang diberlakukan di PTPN IV adalah 10 brondolan per tandan di piringan. Brondolan yang dimaksudkan sebagai kriteria matang panen

Dokumen terkait