ANALISIS FAKTOR PENENTU PRODUKSI
TANDAN BUAH SEGAR (TBS) TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) di SUNGAI BAHAUR ESTATE (SBHE),
PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO (PT BGA), WILAYAH VI
METRO CEMPAGA, KOTAWARINGIN TIMUR,
KALIMANTAN TENGAH
NURUL DWI PRIHUTAMI
A24070058
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
NURUL DWI PRIHUTAMI. Analisis Faktor Penentu Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama Gunajaya Agro (PT BGA), Wilayah VI Metro Cempaga, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. (Dibimbing oleh ABDUL QADIR dan HARIYADI).
Jenis data yang digunakan dalam magang ini berupa data primer dan data
sekunder yang terdiri dari data untuk laporan umum dan laporan khusus. Data dari
laporan khusus untuk analisis faktor penentu produksi yang telah dikumpulkan
kemudian sebagian dianalisis dengan fungsi produksi Cobb-Douglas
menggunakan persamaan regresi linear berganda dan sebagian lagi dianalisis
menggunakan Uji-t. Alat bantu yang digunakan untuk mengolah data tersebut
adalah Minitab 14 dan SAS 9.1.3.
Faktor-faktor penentu produksi TBS yang diduga dapat meningkatkan
produksi TBS di SBHE adalah faktor jumlah pupuk, curah hujan, tenaga kerja,
kondisi lahan (daratan dan rendahan/lowland), umur tanaman (umur <7 tahun, 7-11 tahun, >7-11 tahun), dan faktor populasi tanaman per hektar (SPH) (SPH <135,
135-143, dan >143), serta analisis terhadap komponen produksi yang terdiri dari
jumlah bunga betina per pohon, jumlah janjang per pohon, Berat Janjang
Rata-Rata (BJR), dan jumlah pohon produktif per hektar.
Hasil korelasi pada empat komponen produksi yang digunakan
menunjukkan antara komponen bunga betina per pohon dengan jumlah janjang
per pohon memiliki hubungan yang nyata, searah dan sangat erat.
Jumlah pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap produksi TBS kelapa
sawit di SBHE (nilai signifikan sebesar 0.174) dan faktor jumlah pupuk hanya
menyumbang 16.2 % terhadap produksi TBS. Hal ini disebabkan oleh jumlah
pupuk yang digunakan kurang sesuai dengan rekomendasi yang telah ditetapkan
sehingga menyebabkan produksi TBS yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang
menyebabkan kondisi fisik tanaman kelapa sawit di SBHE mengalami defisiensi
hara tertinggi pada unsur Kalium (K).
Curah hujan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi TBS kelapa sawit
di SBHE (nilai signifikan 0.566) dan faktor curah hujan menyumbang 12.3 %
terhadap produksi TBS. Hal ini disebabkan oleh adanya keragaman populasi yang
tinggi akibat adanya heterogenitas tahun tanam yang tinggi untuk setiap bloknya
sehingga pengaruh pengukuran curah hujan yang dibutuhkan tanaman menjadi
bias.
Tenaga kerja yang digunakan dalam analisis adalah tenaga kerja pemanen.
Tenaga kerja memiliki pengaruh yang sangat nyata dalam peningkatan produksi
TBS di SBHE (nilai signifikan 0.000) dan faktor tenaga kerja menyumbang 98 %
terhadap produksi TBS. Peningkatan produksi TBS dipengaruhi oleh jumlah
tenaga pemanen, pengawasan yang ketat oleh pihak supervisi, adanya sistem
denda, sanksi, dan premi.
Umur tanaman memiliki peranan yang sangat penting terhadap produksi
TBS kelapa sawit. Hasil analisis menunjukkan umur tanaman 7-11 tahun
memberikan pengaruh terbaik terhadap produksi TBS. Tanaman kelapa sawit
pada umur 7-11 tahun dapat mencapai produksi optimum dengan jumlah TBS
yang dihasikan banyak dan berat janjang yang dihasilkan juga cukup tinggi
sehingga berpengaruh kepada pencapaian produksi TBS per hektarnya yang tinggi
pula.
Hasil analisis pada populasi tanaman per hektar (SPH) yang memberikan
pengaruh terbaik adalah kelompok SPH <135. Kelompok SPH ini memberikan
produksi TBS yang maksimum.
Hasil analisis pada faktor kondisi lahan yang memberikan pengaruh
terbaik dalam produksi TBS kelapa sawit adalah kelompok daratan dibandingkan
kelompok rendahan/lowland. SBHE memiliki luasan daratan sebesar 78.85% dan luasan rendahan/lowland sebesar 21.15%. Kehilangan hasil produksi TBS akibat areal rendahan sebesar 17.95 % dari total produksi TBS. Hal ini berpengaruh
Analisis Faktor Penentu Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Tanaman Kelapa Sawi (Elaeis Guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama Gunajaya
Agro, Wilayah VI Metro Cempaga, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah
The Analysis of Determinant Fresh Fruit Bunch (FFB) Production Factors Palm Oil (Elaeis Guineensis Jacq.) in Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama Gunajaya Agro, Region VI
Metro Cempaga, East Kotawaringin, Central Borneo
Nurul Dwi Prihutami1, Abdul Qadir2 dan Hariyadi2 1
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB 2
Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB
Abstract
The internship started from February 14th to June 14th 2011. The aim of this internship is to find out and analyze about the effects determinant fresh fruit bunch (FFB production factors) of palm oil (Elaeis Guineensis Jacq.) in SBHE, PT Bumitama Gunajaya Agro, Central Borneo. Data used for this internship is time series data from 2008-2010. Independent variables are fertilizer, rainfall, employees, ages of plant, SPH, and topography. Dependent variable is FFB production. The data were gained primary data (direct method) and secondary data (indirect method). It used two different method, Cobb-Douglas method with double linear regression analysis equation and t-test method. The double linear regression analysis result shows that the variables of employees has positive and very significant effect, variable of fertilizer has negative and is not significant effect, and variable of rainfall has positive effect is not significant towards the palm production. The t-test results shows that ages of plants, SPH and topography has significant towards the palm production. The coefficient determining (R2) test result shows that the variables of the FFB production as dependent variable can be describe by the independent variables (fertilizer, rainfall and employees) for 98.2 %.
ANALISIS FAKTOR PENENTU PRODUKSI
TANDAN BUAH SEGAR (TBS) TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) di SUNGAI BAHAUR ESTATE (SBHE),
PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO (PT BGA), WILAYAH VI
METRO CEMPAGA, KOTA WARINGIN TIMUR,
KALIMANTAN TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
NURUL DWI PRIHUTAMI
A24070058
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
Judul :
ANALISIS FAKTOR PENENTU PRODUKSI TANDAN
BUAH SEGAR (TBS) TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) di SUNGAI BAHAUR ESTATE
(SBHE), PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO
(PT BGA), WILAYAH VI METRO CEMPAGA,
KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH
Nama : NURUL DWI PRIHUTAMI
NIM : A24070058
Menyetujui,
Mengetahui.
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc Agr NIP 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
Pembimbing I
Ir. Abdul Qadir, MSi NIP 19620927 198503 1 001
Pembimbing II
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 2 Januari 1989 di Kuala Simpang,
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara dari pasangan Bapak Ismanto dan Ibu Dahlia.
Pendidikan pertama dijalani penulis di SD DHARMA PATRA YKPP
RANTAU pata tahun 1995 sampai 2001. Penulis menyelesaikan pendidikan di
SMP SWASTA DHARMA PATRA RANTAU pada tahun 2001 sampai 2004.
Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dilalui penulis di SMA SWASTA
PATRA NUSA RANTAU tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007
Penulis diterima di Fakultas IPB pada tahun 2007 melalui jalur USMI
(Ujian Seleksi Masuk IPB) yang diterima di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis juga mengikuti
kegiatan kampus. Tahun 2007-2008 penulis mengikuti organisasi LDKM
AL-Hurriyah yang berstatus sebagai anggota pada Divisi Hubungan Luar, mengikuti
kegiatan Masa Perkenalan Kedatangan Mahasiswa Baru (MPKMB) sebagai PJK
pada tahun 2008. Penulis pernah menjabat sebagai bendahara pada organisasi
Badan Eksekutif Mahasiswa di Divisi Sosial Kemasyarakatan (2008-2009). Tahun
2009 penulis mengikuti kegiatan Masa Perkenalan Departemen (MPD) sebagai
PAK. Penulis juga aktif dalam kepanitian Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA)
yang bernama IMTR (Ikatan Mahasiswa Tanah Rencong) pada Divisi
Kewirausahaan sebagai anggota tahun 2007-2010.
Penulis mengakhiri masa studi di IPB dengan menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Faktor Penentu Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Tanaman
Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama Gunajaya Agro (PT BGA), Wilayah VI Metro Cempaga, Kotawaringin
Timur Kalimantan Tengah”. Penulisan ini terlaksana atas dukungan serta
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Alah SWT atas limpahan berkah,
rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga magang dan penyusunan skripsi yang
berjudul “Analisis Faktor Penentu Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama Gunajaya Agro (PT BGA), Wilayah VI Metro Cempaga, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah” dapat terlaksana. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir magang penulis untuk menyelesaikan
pendidikan Strata 1 (S1) dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
mendukung dan membantu, baik dari segi moril maupun materil sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Abdul Qadir, MSi dan Bapak Dr. Ir. Hariyadi, MSi selaku
pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan,
petunjuk serta nasihat selama pelaksanaan magang dan penyusunan
skripsi.
2. Bapak Ir. Supijatno, MSi selaku dosen penguji.
3. Bapak Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MSi selaku pembimbing akademik
yang telah membimbing penulis selama menjalani studi.
4. Kak Arif yang telah membantu dan membimbing penulis dalam mengolah
data.
5. Bapak Adityo Herlambang, SP selaku Asisten Divisi I dan sebagai
pembimbing lapang selama kegiatan magang berlangsung.
6. Bapak Rudi Ismanto, SP selaku Estate Manager, Bapak Amsah Mulyadi, SP dan Bapak Darlin Bin Darwis, STP selaku Asisten Kepala, Bapak Adi
Nugroho, SE selaku Kasie yang terus membantu dan membimbing penulis
selama menjalani magang di SBHE.
7. Orang tua serta kakak dan adik atas doa, kasih sayang, perhatian,
dukungan, nasehat dan kepercayaan kepada penulis.
9. Sahabat tercinta Kalimatul Jumro dan Desi Agustiani yang selalu
memberikan saran dan dukungan kepada penulis selama masa studi.
10. Teman-teman Agronomi dan Hortikulktura‟44 yang telah memberikan
dukungan dan kasih sayangnya.
11. Semua pihak yang telah turut membantu penyelesaian penulisan skripsi ini
yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, seperti halnya pepatah mengatakan tiada gading yang tak retak,
demikian pula skripsi ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga skripsi ini
menjadi lebih sempurna.
Semoga Allah SWT Meridhoi amal saleh dan memberikan imbalan yang
setimpal dengan niat dan keikhlasan kita. Besar harapan bahwa skripsi ini akan
memberikan manfaat bagi kita semua.
Bogor, Agustus 2011
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Botani Kelapa Sawit ... 4
Kondisi Iklim ... 5
Curah Hujan ... 6
Umur Tanaman ... 7
SPH (Stand per Hectare) atau Populasi Tanaman per Hektar ... 8
Pemupukan ... 8
Faktor Penentu Produksi ... 9
Fungsi Produksi Cobb-Douglas ... 9
METODE MAGANG ... 12
Tempat dan Waktu ... 12
Metode Pelaksanaan ... 12
Pengumpulan Data ... 13
Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 15
KEADAAN UMUM ... 18
Sejarah Perusahaan ... 18
Profil Perusahaan ... 18
Lokasi dan Letak Geografis ... 19
Keadaan Kondisi Lahan, Tanah dan Iklim... 19
Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 20
Keadaan Tanaman dan Produksi ... 21
Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan ... 22
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 25
Aspek Teknis ... 25
Aspek Manajerial ... 57
Halaman
KESIMPULAN DAN SARAN ... 84
Kesimpulan ... 84
Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 85
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Harga CPO Dunia 5 Tahun Terakhir (2006-2010) ... 1
2. Parameter Iklim untuk Kesesuaian Tanaman Kelapa Sawit ...6
3. Pengaruh Curah Hujan terhadap Potensi Produksi TBS ...6
4. Pengaruh Umur Tanaman terhadap Berat Janjang Rata-Rata (BJR) ...8
5. Produksi TBS Kelapa Sawit di SBHE 2006-2010 ... 22
6. Jumlah Staf dan Non Staf di SBHE Tahun 2011 ... 23
7. Ketentuan upah 2011...24
8. Jenis Pupuk, Kelompok Pupuk dan Aplikasi Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit TBM di SBHE ... 38 9. Jenis Pupuk, Kelompok Pupuk dan Aplikasi Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit TM di SBHE ...38
10. Rekomendasi Waktu Aplikasi Pemupukan di SBHE 2011 ...39
11. Beberapa Tingkat Fraksi TBS ... 46
12. Beberapa Tingkat Fraksi TBS di SBHE ...46
13. Potensi Produksi TBS di SBHE 2009-2010 ...53
14. Komponen Produksi SBHE pada Beberapa Tahun Tanam Kelapa Sawit ...61
15. Uji Korelasi pada Komponen-Komponen Produksi TBS ...63
16. Pendugaan Faktor Penentu Produksi terhadap Produksi TBS ...66
17. Persentase Realisasi Pemupukan (2007-2008) di SBHE ...69
18. Persentase Defisiensi Unsur Hara di SBHE (2010) ... 70
19. Realisasi Pemanenan di SBHE Berdasarkan Luasan Hasil/HK ...75
20. Realisasi Pemanenan di Kebun SBHE Berdasarkan Janjang Panen/HK ...76
21. Pengaruh Umur Tanaman terhadap Produksi TBS di SBHE ...78
Nomor
23. Pengaruh Faktor SPH terhadap Produksi TBS di SBHE ... Halaman
79
24. Pengaruh Faktor Kondisi Lahan terhadap Produksi TBS di
SBHE ... 81
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kondisi Tanaman pada Areal Rendahan ...27
2. Merk Dagang Beberapa Jenis Herbisida yang Digunakan ...30
3. Tim Unit Semprot (TUS) SBHE ...31
4. Teknik Penanaman Muccuna bracteata ...33
5. Persentase Sebaran Produksi di SBHE 2009-2010 ... 52
6. Histogram Produksi Bulanan di SBHE tahun 2010 ... 55
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Curah Hujan dan Hari Hujan di Kebun Sungai Bahaur Estate
(SBHE), PT Bumutam Gunajaya Agro (2006-2010) ...88
2. Peta SBHE ...89
3. Struktur Organisasi Kebun SBHE ...90
4. Peta SBHE Divisi I ...91
5. Jurnal Harian Magang sebagai Karyawan harian Lepas (KHL) ...92
6. Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Mandor ...93
7. Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Asisten ...94
8. Cara Perhitungan Premi pada Masing-Masing Model Tim Pemanen ... 97
9. Komposisi Pohon Kebun SBHE ...99
10. Potensi Produksi TBS berdasarkan RUT di SBHE ... 100
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak kelapa sawit (CPO- crude palm oil) dan inti kelapa sawit (KPO-Kernel Palm Oil) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non-migas
bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam
perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk
terus memacu peningkatan akan harga CPO di dunia. Harga CPO di dunia
mengalami fluktuasi selama 5 tahun terakhir (2006-2010) pada Tabel 1.
Tabel 1. Harga CPO Dunia 5 Tahun Terakhir (2006-2010)
Tahun Harga CPO
(US$ per ton)
2006 478
2007 740
2008 733
2009 540
2010 875
Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan (2010)
Prospek tanaman kelapa sawit cukup cerah, menjanjikan dan memiliki
keunggulan dibandingkan sumber minyak nabati lainnya. Hal ini dapat diketahui
dari adanya peningkatan jumlah konsumen yang disebabkan kegunaanya yang
bermacam-macam, mulai dari penggunaan untuk bahan industri pangan sampai
industri kimia. Minyak nabati yang banyak diperdagangkan di pasar internasional
antara lain minyak kedelai, minyak sawit, minyak lobak (rapeseed oil), minyak bunga matahari (sunflower oil), minyak kelapa, minyak jagung, dan minyak kacang tanah.
Kelapa sawit memiliki kelebihan dibandingkan minyak nabati lainnya jika
ditinjau dari segi produksi. Menurut Direktorat Jendral Perkebunan (2010) pangsa
produksi sawit telah mencapai 34 % di seluruh dunia, sementara minyak kedelai
30,1 % dan selebihnya untuk produk minyak nabati lainnya seperti minyak bunga
2
Luas lahan untuk tanaman kelapa sawit di dunia hanya 4,5 %, sedangkan
kedelai mencapai 40,5 %, lobak 11,3 %, dan bunga matahari 10,1 %.
Perbandingan ini menunjukkan bahwa kelapa sawit merupakan tanaman yang
memiliki luasan lahan yang efisien dibandingkan sumber minyak nabati lainnya.
Efisiensi lahan ini disebabkan karena kelapa sawit adalah tanaman tahunan yang
berbuah sepanjang tahun.
Menurut Palm Oil 4 Nation (2010) biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi CPO tergolong lebih murah daripada tanaman pesaing lainnya.
Biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi satu ton CPO di lahan seluas satu
hektar sebesar 250 US Dolar. Biaya investasi untuk memproduksi minyak kedelai
senilai 380 US Dolar per ton per hektar, dan minyak lobak membutuhkan 370 US
Dolar. Hal ini menjadi dasar pertimbangan mengapa harga CPO memiliki harga
yang lebih terjangkau bagi konsumen dunia dibandingkan dengan harga minyak
nabati lainnya.
Produksi TBS merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan
tanaman. Keberhasilan produksi TBS sangat tergantung oleh beberapa faktor,
diantaranya faktor lingkungan, faktor tanaman dan faktor budidaya. Faktor-faktor
tersebut meliputi faktor bahan tanam, curah hujan, pemupukan, populasi tanaman,
kondisi lahan, umur tanaman, manusia (pemanen) dengan kapasitas kerjanya,
sarana dan prasarana panen, serta faktor pendukung lainnya.
Ketersediaan sarana atau faktor-faktor produksi belum berarti
produktivitas yang diperoleh suatu perusahaan perkebunan akan tinggi pula.
Peningkatan produksi dapat diperoleh dengan mengalokasikan input produksi secara tepat dan berimbang. Komoditi kelapa sawit sebagai salah satu penghasil
devisa negara terbesar memiliki peranan yang penting sehingga akan dilakukan
magang mengenai analisis produksi TBS tanaman kelapa sawit dengan melihat
faktor-faktor penentu produksi yang mempengaruhinya sehingga diharapkan dapat
dibentuk sebuah sistem perkebunan kelapa sawit dengan tingkat produktivitas
3
Tujuan
Kegiatan magang yang dilaksanakan secara umum bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan kerja dan pengalaman lapang
mahasiswa dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit, baik secara teknis
maupun manajerial. Kegiatan magang secara khusus bertujuan untuk mempelajari
dan menganalisis produksi TBS tanaman kelapa sawit dengan melihat
faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan harapan dapat memberikan masukan yang
efektif dan efisien dalam kegiatan produksi dan melatih mengembangkan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari tiga kata yaitu Elaeis
berasal dari Elation berarti minyak dalam bahasa Yunani, Guineensis berasal dari bahasa Guinea (pantai barat Afrika) dan Jacq. berasal dari nama Botanis Amerika Jacquin.
Taksonomi dari tanaman kelapa sawit adalah:
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Pteropsida
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Cocoideae
Famili : Palmae
Subfamili : Cocoideae Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Akar tanaman kelapa sawit adalah serabut. Akar pertama yang muncul dari
biji yang telah tumbuh (berkecambah) adalah radikula yang panjangnya dapat
mencapai 15 cm. Akar primer mampu bertahan sampai 6 bulan yang bertugas
mengambil air dan makanan terkait dengan cadangan makanan pada endosperm
biji telah habis yang ditandai dengan lepasnya biji. Akar primer ini akan tumbuh
akar sekunder dengan diameter 2-4 mm yang tumbuh horizontal. Akar sekunder
ini akan tumbuh pula akar tertier dan kuartener yang berada dekat dengan
permukaan tanah. Akar tertier dan kuartener inilah yang paling aktif mengambil
air dan hara lain dalam tanah (Lubis, 1992).
Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dibungkus oleh pangkal pelepah daun (frond base). Batang berbentuk silindris berdiameter 0.5 m. Batang kelapa sawit tidak memiliki kambium dan tidak bercabang (Lubis, 1992).
Menurut Setyamidjaja (2006) setiap tanaman memiliki 8 spiral yang letaknya
5
Daun dibentuk di dekat titik tumbuh. Daun kelapa sawit membentuk
susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang daun sejajar. Daun
membentuk satu pelepah dengan panjang mencapai lebih dari 7.5-9 m. Jumlah
anak daun pada setiap pelepah berkisar 200-400 helai. Pelepah yang dihasilkan
pada tanaman dewasa sekitar 40-50 pelepah. Setiap tahun tanaman kelapa sawit
bisa menghasilkan 20-24 lembar daun (Fauzi et al., 2008).
Bunga tanaman kelapa sawit terdiri atas bunga jantan, bunga betina atau
hermafrodit. Tiap tandan bunga jantan memiliki 100-250 cabang (spikelet) yang panjangnya antara 10-20 cm dan berdiameter 1-1,5 cm. Tiap cabang berisi 500-1
500 bunga kecil yang akan menghasilkan tepung sari. Tandan bunga betina
memiliki 100-200 cabang dan setiap cabang terdapat 15-20 bunga betina. Satu
tandan buah tanaman dewasa dapat diperoleh 600-2 000 butir buah, tergantung
besarnya tandan. Letak bunga betina dan bunga jantan pada satu pohon terpisah
dan matangnya tidak bersamaan, sehingga tanaman kelapa sawit biasanya
menyerbuk silang. Penyerbukan dilakukan oleh bantuan angin atau serangga
(Setyamidjaja, 2006).
Buah kelapa sawit disebut juga fructus. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai dengan buah matang siap dipanen kurang lebih 5-6 bulan.
Buah kelapa sawit terdiri atas empat bagian yaitu: eksokarp, mesokarp, endokarp
dan kernel. Menurut Fauzi et al. (2008) tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan 20-22 tandan/tahun.
Kondisi Iklim
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di
sekitar lintang utara-selatan 12o pada ketinggian 0-500 m dpl. Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit.
Menurut Fauzi et al. (2008) tanaman kelapa sawit memerlukan suhu optimum yaitu sekitar 24-28oC untuk tumbuh dengan baik, tetapi tanaman kelapa sawit masih bisa tumbuh pada suhu terendah 18oC dan tertinggi 32oC. Suhu berpengaruh terhadap masa pembungaan dan kematangan buah.
Kelembapan optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80 %.
6
Faktor yang mempengaruhi kelembapan adalah suhu, sinar matahari, lama
penyinaran, curah hujan, dan evapotranspirasi.
Tabel 2. Parameter Iklim untuk Kesesuaian Tanaman Kelapa Sawit
Parameter Iklim Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4
(Baik) (Sedang) (Kurang Baik) (Tidak Baik) Curah hujan (mm) 2 000-2500 1 800-2 000 1 800-1 500 < 1500
Defisit air (mm/thn) 0-150 150-250 250-500 > 400
Hari tanpa hujan < 10 < 10 < 10 < 10
Temperatur (0C) 22-23 22-23 22-23 22-23
Penyinaran (jam) 6 6 < 6 < 6
Kelembapan (%) 80 80 < 80 < 80
Sumber: Sunarko (2007)
Curah Hujan
Menurut Mangoensoekarjo (2007) curah hujan optimal untuk tanaman
kelapa sawit adalah 1 250 – 2 500 mm/tahun, sedangkan Hadi (2004) menyatakan
bahwa curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit 2 500 – 3
000 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun serta tidak terdapat bulan
kering berkepanjangan dengan curah hujan di bawah 120 mm dan tidak terdapat
bulan basah dengan hujan lebih dari 20 hari. Akar tanaman sulit menyerap unsur
bila tanah dalam keadaan kering.
Tabel 3. Pengaruh Curah Hujan terhadap Potensi Produksi TBS
Curah Hujan Setahun (mm) Potensi Produksi (%)
2 500 mm atau lebih 100
2 500-2 000 mm 80
1 500 mm atau kurang 60-70
Sumber : Sunarko (2007)
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2006) menjelaskan bahwa terdapat
7
a. Pengaruh terhadap produksi semester II
1. Water deficit mencapai batas stadia I (water deficit 200 – 300 mm), hal ini belum berpengaruh terhadap produksi.
2. Water deficit mencapai batas stadia II (water deficit 300 – 400 mm), maka kemungkinan kehilangan produksi semester II berkisar 10 – 20 persen.
3. Water deficit mencapai batas stadia III (water deficit 400 – 500 mm), maka kemungkinan kehilangan produksi semester II berkisar 20 – 40 persen.
4. Water deficit mencapai stadia IV (water deficit 500 mm), maka kemungkinan kehilangan produksi semester II berkisar 40 – 60 persen.
Akibat kekerinagn, buah menjadi lebih cepat matang tetapi akan berakibat
turunnya rendemen minyak dan jumlah buah parthenocarpi meningkat. b. Pengaruh terhadap produksi tahun II dan III
1. Water deficit mencapai batas stadia I, maka pengaruhnya terhadap produksi tahun II tidak ada.
2. Jika seluruhnya terkena stadia II, maka kemungkinan kehilangan produksi tahunn II mencapai 0 – 10 persen. Jika seluruhnya terkena stadia III, maka
kemungkinan kehilangan produksi semester I tahun II mencapai 10 – 20
persen karena mengganggu sex differentiation.
Umur Tanaman
Tinggi rendahnya produktivitas tanaman kelapa sawit dipengarui oleh
komposisi umur tanaman. Lubis (1992) menyatakan bahwa produktivitas
maksimal tanaman kelapa sawit dapat dicapai ketika tanaman berumur 7 – 11
tahun. Menurut Pahan (2008) produksi optimal dapat dicapai saat rata-rata umur
tanaman 15 tahun. Acuan penentuan batasan umur 15 tahun didasarkan pada umur
15 tahun akan tercapai produksi puncak.
Menurut Sunarko (2007) jumlah bunga betina pada tanaman muda lebih
banyak sehingga buah yang dihasilkan lebih banyak, tetapi bobot yang dihasilkan
hanya mencapai kurang 10-15 kg. Kondisi seperti ini menyebabkan produktivitas
tanaman rendah. Tanaman tua memiliki bobot tandan lebih berat dibandingkan
tanaman muda. Berat janjang Rata-Rata (BJR) akan sama untuk setiap tahunnya
8
Tabel 4. Pengaruh Umur Tanaman terhadap Berat Janjang Rata-Rata (BJR)
Umur Tanaman (Tahun)
Berat Janjang Rata-Rata (kg)
3 3-4
4 4-5
5 6-7
6-7 8-9
8-9 10-11
10 > 12
Sumber : Sunarko (2007)
SPH (Stand per Hectare) atau Populasi Tanaman Per Hektar
Kerapatan tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit. Risza (2009) menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara penurunan produksi dengan kerapatan tanam. Kelapa
sawit yang hidup di tempat yang terlindung dan kurang mendapatkan cahaya
matahari pertumbuhannya akan meninggi, tidak normal, habitusnya kurus, lemah,
jumlah daun sedikit, dan produksi bunga betina berkurang.
Menurut Lubis (1992) bahan tanaman tipe Dolok Sinumbah, Bah Jambi,
SP-540, dan Yangambi dianjurkan menggunakan kerapatan tanaman antara 128 –
130 pohon per hektar, sedangkan tipe Lame adalah 143 pohon per hektar. Daerah
yang memiliki iklim relatif kering dianjurkan untuk menggunakan kerapatan
tanaman 143 pohon per hektar.
Pemupukan
Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan
produksi. Pemupukan tergolong kedalam salah satu tindakan perawatan tanaman.
Pemupukan pada tanaman kelapa sawit bertujuan untuk mendapatkan target
produksi tandan buah segar (TBS) yang optimal dan mendapatkan kualitas
minyak yang baik (Adiwiganda dan Siahaan, 1994).
Adiwiganda (2002) menyatakan bahwa tidak kurang dari 50 % biaya
pemeliharaan berasal dari biaya pemupukan mulai dari biaya pengadaan,
9
yang diperlukan untuk pemupukan sekitar 30 % terhadap biaya produksi atau
sekitar 60 % terhadap biaya pemeliharaan.
Menurut Sastrosayono (2006) kebutuhan unsur hara bagi tanaman kelapa
sawit untuk setiap fase pertumbuhan berbeda-beda. Jumlah unsur hara yang
ditambahkan melalui pupuk harus memperhitungkan kehilangan hara akibat
pencucian, penguapan, penambahan hara dari tanaman penutup tanah (cover crop), hara yang terikat dari udara, serta potensi fisik dan kimia tanah.
Faktor Penentu Produksi
Keberhasilan dalam produksi tergantung pada berbagai faktor. Faktor yang
mempengaruhi kelapa sawit meliputi: pengaruh jenis tanah, iklim, defisit air, dan
jenis bahan tanam. Kerapatan pohon juga menentukan produksi. Umur tanaman
7-9 tahun telah mencapai panjang pelepah daun yang maksimum. Produksi tertinggi
terdapat pada tanaman berumur 7-11 tahun.
Keadaan topografi dan kondisi jalan sangat mempengaruhi dalam kegiatan
produksi. Jalan yang masih terkendala terkadang menyebabkan panen menjadi
tertunda, buah tidak terangkut pada hari panen sehingga banyak buah yang
membusuk di lapang. Hal tersebut merupakan contoh faktor yang langsung
berhubungan dengan kegiatan produksi. Banyak faktor lain yang perlu dikaji
seperti keterampilan pemanen, premi panen, dan lain-lain (Lubis, 1992).
Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar
tanaman tersebut mampu menghasilkan dengan baik. Faktor produksi sangat
menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi terdiri dari
empat komponen, yaitu faktor produksi lahan (tanah), modal, tenaga kerja dan
skill atau manajemen.
Hubungan antara faktor produksi (input) dengan produksi (output)
biasanya disebut dengan fungsi produksi (Soekartawi, 1991). Masing-masing
faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Salah
satu faktor tidak tersedia menyebabkan proses produksi tidak akan berjalan lancar.
10
kuadratik, Cobb-Douglas dan CES (Constan Elasticity of Substitution). Fungsi produksi yang umum digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Hal ini
disebabkan karena adanya kelebihan yang dipakai oleh fungsi produksi ini.
Penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas menghasilkan pendugaan
koefisien regresi yang sekaligus menunjukan besaran perubahan output akibat penggunaan input produksi (elastisitas produksi). Besaran elastisitas produksi tersebut sekaligus menunjukkan besarnya respon output terhadap perubahan proporsional input yang disebut dengan skala usaha (retuns to scale).
Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang
melibatkan dua variabel atau lebih variabel yang satu disebut dengan variabel
dependen, dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel independen, dijelaskan
(X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan cara regresi, yaitu
variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Kaidah-kaidah pada garis
regresi juga berlaku pada penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas. Secara
matematis, fungsi produksi Cobb-Douglas dapat dituliskan dengan persamaan:
Y = a X1b1 X2b2 ... Xibi... Xnbn eu
= aπXibi eu ………(1.1) Keterangan:
Y = variabel yang dijelaskan (dependen)
X = variabel yang menjelaskan (independen)
a, b = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural, e = 2,718
Persamaan tersebut memperlihatkan bahwa nilai b1, b2 , bi ....bn adalah
tetap walaupun variabel yang terlibat telah dilogaritmakan. Hal ini karena b1 , b2
....bn pada fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukan elastisitas
X terhadap Y dan jumlah dari elastisitasnya merupakan ukuran returns to scale. Fungsi produksi Cobb-Douglas tersebut dinyatakan sebagai hubungan Y dan X
sehingga persamaannya menjadi:
Y = f (X1, X2, X3 , .... Xi..., Xn) ………(1.2) Fungsi produksi Cobb-Douglas pada persamaan (1.1) dapat diduga
11
linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut yang ditulis
dengan persamaan:
Y = f (X1, X2) dan
Y = a X1b1 X2b2 eu
Logaritma dari persamaan diatas, adalah:
Log Y = log a + b1 log X1 + log a + b2 log X2 + v
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum menggunakan fungsi
produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut:
1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol karena logaritma dari nol
adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).
2. Fungsi produksi memerlukan asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi
pada setiap pengamatan (non neutral difference in the respective technologies). Hal ini berarti bila fungsi produksi yang dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan dan bila diperlukan analisis yang
memerlukan lebih dari satu model maka perbedaan model tersebut terletak
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung
mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai
Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama Gunajaya Agro (PT BGA), Wilayah VI
Metro Cempaga, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
Metode Pelaksanaan
Metode magang yang digunakan adalah melaksanakan seluruh kegiatan
yang telah ditetapkan oleh kebun, baik aspek teknis di lapangan maupun aspek
manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari karyawan harian lepas
(KHL), pendamping mandor sampai dengan pendamping asisten divisi. Kegiatan
yang dilakukan selama menjadi KHL selama satu bulan pertama meliputi
pemeliharaan tanaman kelapa sawit TM (Tanaman Menghasilkan), yaitu:
pengendalian gulma secara manual (pembersihan piringan dan gawangan, DAK),
pengendalian gulma secara kimiawi (piringan dan gawangan chemist dan oles anak kayu), rawat jalan, pembuatan pasar pikul, pemangkasan (pruning), penanaman Muccuna bracteata (MB) dan Nephrolepis sp., dongkel kentosan, pemupukan, dan pemanenan.
Kegiatan sebagai pendamping mandor berlangsung selama satu bulan
dengan tugas melaksanakan instruksi dari asisten divisi. Kemandoran yang diikuti
meliputi kemandoran panen, kemandoran perawatan, kemandoran chemist, dan kemandoran pemupukan. Kegiatan sebagai pendamping kerani panen dan kerani
divisi juga dilaksanakan saat menjadi pendamping mandor.
Kegiatan sebagai pendamping asisten divisi dilaksanakan selama satu
bulan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain: melakukan pemeriksaan ke
lapang, menyusun rencana dan anggaran biaya divisi yang disebut dengan
Rencana Kegiatan Bulanan (RKB), membantu membenahi administrasi kantor
kebun dan melakukan kunjungan ke pabrik kelapa sawit.
Kegiatan yang dilakukan selama satu bulan terakhir adalah mengikuti
13
staf kebun terkait dengan kroscek kegiatan yang telah dilaksanakan selama
menjadi KHL, pendamping mandor dan pendamping asisten divisi.
Pengumpulan Data
Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui
observasi kegiatan di kebun. Pengumpulan data primer terbagi menjadi dua
bagian, yaitu data primer untuk laporan umum dan laporan khusus. Data primer
untuk laporan umum adalah data prestasi kerja selama menjadi KHL, pendamping
mandor dan pendamping asisten. Data primer untuk analisis produksi difokuskan
pada pengamatan terhadap komponen produksi, yaitu jumlah bunga betina per
pohon, jumlah TBS per pohon, bobot buah per TBS yang dilihat dari nilai Berat
Janjang Rata-Rata (BJR) setiap blok berdasarkan tahun tanam dan jumlah pohon
produktif.
Teknik pengambilan data dilakukan dengan melakukan pengamatan pada
blok contoh yang mewakili untuk beberapa tahun tanam kelapa sawit (tahun
tanam 1998, 2002, 2003, 2005, 2007, dan 2008). Pengumpulan data untuk
komponen-komponen produksi yang akan diamati diambil contoh pada luasan
satu ha dari tiap-tiap blok contoh. Luasan satu hektar terdiri atas dua pasar pikul.
Pengamatan pada pasar pikul pertama dilakukan pada baris tanaman ketiga yang
terhitung dari pinggir blok dan pengamatan untuk pasar pikul kedua dilakukan
selang 10 baris dari baris tanaman pada pengamatan awal. Pengamatan terhadap
komponen produksi dilakukan dengan menghitung semua jumlah bunga
betina/pohon, jumlah janjang/pohon dan jumlah pohon produktif yang ada dalam
setiap pasar pikul pikul yang diamati. Nilai BJR diperoleh dari data kebun untuk
blok contoh yang diamati.
Pengamatan terhadap komponen produksi ini digunakan untuk mengetahui
korelasi tiap-tiap komponen produksi, estimasi produksi semesteran dan potensi
produksi per blok berdasarkan tahun tanam.
Menurut Lubis (1992) rumus yang digunakan untuk menghitung produksi
TBS 6 bulan mendatang dalam satu hektar adalah:
14
Keterangan:
P = Produksi (kg)
a = Jumlah tandan bunga betina dan janjang yang diamati (janjang)
b = Berat janjang Rata-Rata (BJR) (kg/janjang)
d = Jumlah pohon yang diamati (pohon)
e = Jumlah seluruh pohon dalam blok (pohon)
Data sekunder diperoleh untuk melengkapi informasi di lapangan (data
primer) selama kegiatan magang. Data sekunder yang dikumpulkan terbagi
menjadi dua, yaitu data sekunder untuk laporan umum dan data sekunder untuk
keperluan analisis produksi. Data sekunder untuk laporan umum diperoleh dari
laporan manajemen mengenai keadaan umum perusahaan, letak geografis,
keadaan tanah dan iklim, kondisi tanah dan produksi, luas areal dan tata guna
lahan, organisasi dan manajemen, penerapan teknik budidaya dan peta kebun.
Data sekunder yang diperlukan untuk keperluan analisis produksi berupa data
produksi TBS setiap tahun (2008-2010), data curah hujan, umur tanaman,
populasi tanaman per hektar, pemupukan, data penyebaran kondisi lahan, data
kebutuhan tenaga kerja dan data-data pendukung lainnya.
Data sekunder yang digunakan untuk keperluan analisis adalah data tiga
tahun terakhir (2008-2010). Data untuk keperluan analisis ini disesuaikan dengan
kelengkapan data yang ada pada administrasi kebun dan melihat kondisi kebun
yang baru dilakukan pemutihan umur tanaman pada tahun 2008. Pemutihan umur
tanaman merupakan penggenapan perkiraan tahun tanam suatu blok yang
heterogen ke dalam tahun penanaman terdekat atau dapat diketahui dengan
menghitung komposisi umur tanaman berdasarkan Rata-Rata Umur Tanaman
(RUT). Data pupuk merupakan data realisasi jumlah pupuk yang telah digunakan
setiap bulannya. Data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan per
bulan. Data curah hujan dan data realisasi pemupukan yang digunakan adalah data
dua tahun sebelum produksi TBS karena pengaruh curah hujan dan realisasi
pemupukan terhadap produksi dapat dilihat setelah dua tahun kemudian. Data
kondisi lahan yang digunakan untuk areal daratan adalah pengurangan dari luasan
15
produksi TBS pada blok tersebut. Data kelompok umur tanaman diperoleh dari
hasil pengurangan tahun yang digunakan untuk analisis (2008-2010) dengan tahun
tanaman kelapa sawit sehingga diperoleh data umur tanaman kelapa sawit yang
dikaitkan dengan produksi TBS yang dicapai. Data SPH merupakan data SPH
yang diambil pada setiap divisi dan dikelompokkan berdasarkan kategori SPH
yang telah ditentukan yang dihubungkan terhadap pencapaian produksi TBS.
Metode Pengolahan dan Analisa Data
Data primer dan data sekunder yang dihasilkan selanjutnya dianalisis
secara kuantitatif lalu diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan
terhadap norma baku yang berlaku pada perkebunan kelapa sawit dan standar
yang telah ditetapkan perusahaan. Data yang telah diperoleh sebagian dianalisis
dengan fungsi produksi Cobb-Douglas menggunakan persamaan regresi linear
berganda dan sebagian lagi dianalisis menggunakan Uji-t. Hal ini disebabkan oleh
kelengkapan data yang tersedia di kebun yang akan digunakan untuk keperluan
analisis.
1. Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas dengan Menggunakan Persamaan Regresi Linear Berganda
Metode yang digunakan dalam menganalisis data yang telah diperoleh
adalah fungsi produksi Cobb-Douglas dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda (double linear regression analysis) dengan alat bantu Minitab 14 Analisis regresi linear berganda adalah suatu teknik statistical yang digunakan untuk menganalisis variabel mana yang memberikan pengaruh yang terbaik di
antara beberapa variabel independen (faktor-faktor penentu produksi) terhadap
peubah dependen (produksi TBS).
Model persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas sebagai berikut :
Y = aX1b1 X2b2 aX3b3
Fungsi produksi Cobb-Douglas diubah kedalam persamaan linier berganda
setelah terlebih dahulu diubah dalam bentuk Ln (Logaritma natural). Persamaannya adalah sebagai berikut :
16
Keterangan :
Y = Produksi Tandan Buah Segar (TBS) yaitu TBS yang dihasilkan dari
kebun dan siap untuk diolah (kg)
X1 = Faktor jumlah pupuk (kg)
X2 = Faktor curah hujan (mm/bulan)
X3 = Faktor tenaga kerja (orang)
a = intersep, merupakan besaran parameter
bij = koefisien produksi yang juga merupakan elastisitas produksi
i = 1, 2, 3
j = sub faktor produksi
u = kesalahan
e = Logaritma natural ( e = 2.718 )
Hasil perhitungan dari fungsi produksi Cobb-Douglas diuji pengaruh
masing-masing faktor secara individu menggunakan Uji-t (Walpole, 1990).
Hipotesa yang diajukan dalam analisa ini adalah sebagai berikut:
H0 : bi = 0 H1: bi ≠ 0
T hit=
bi sbi ,
bi = koefisien regresi variabel ke-i
sbi = standar error variabel ke- i
Bila : t hit > t tab tolak H0 t hit < t tab terima H0
H0 ditolak membuktikan bahwa faktor produksi yang digunakan berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. H0 membuktikan bahwa faktor produksi tidak berpangaruh nyata terhadap hasil produksi.
Nilai koefisien determinasinya (R2) digunakan untuk melihat besarnya persentase pengaruh semua variabel independen terhadap nilai variabel dependen.
Besarnya koefisien determinasi adalah 0 sampai dengan 1. Nilai R2 semakin mendekati nol memperlihatkan semakin kecil pengaruh semua variabel
independen terhadap variabel dependen. Nilai R2 semakin mendekati satu memperlihatkan semakin besar pula pengaruh semua variabel independen
17
2. Analisis Menggunakan Uji-t
Sebagian faktor penentu produksi TBS yang digunakan untuk keperluan
analisis adalah menggunakan Uji-t. Hal ini disebabkan oleh data yang diperoleh
berupa data hasil produksi akibat dari pengaruh variabel faktor penentu produksi
yang digunakan untuk analisis. Variabel faktor produksi yang digunakan adalah
variabel kelompok umur tanaman (umur tanam <7 tahun, 7-11 tahun dan > 11
tahun), kelompok SPH (SPH <135, SPH 135-143, dan SPH > 143) dan kelompok
kondisi lahan (daratan dan rendahan/lowland). Nilai yang diperoleh dari analisis selanjutnya dilihat kelompok variabel mana dari variabel faktor penentu produksi
KEADAAN UMUM
Sejarah Perusahaan
Bumitama Gunajaya Agro (BGA) berawal dari pengusahaan perkebunan
kelapa sawit berskala kecil di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan
Tengah yang dimulai pada tahun 1998 dengan dibangunnya PT Karya Makmur
Bahagia (KMB) seluas 255 ha. BGA telah mengelola lahan perkebunan kelapa
sawit seluas 3 000 hektar hingga akhir 2000. BGA mengakuisisi tiga perusahaan
perkebunan kelapa sawit yakni PT Windu Nabatindo Lestari, PT Hati Prima Agro,
dan PT Surya Barokah pada tahun 2001.
Percepatan tanam yang spektakuler dimulai sejak tahun 2004 dengan
pencapaian luasan tanam 7 718 ha, tahun 2005 dengan pencapaian luasan tanam
12 040 ha dan tahun 2006 dengan pencapaian luasan tanam 12 731 ha. Total
luasan kebun kelapa sawit hingga akhir tahun 2006 mencapai 45 549 ha.
BGA mengalami pertumbuhan yang signifikan hingga mencapai areal
tanam lebih dari 90.000 hektar pada akhir tahun 2009. Areal perkebunan BGA
juga tersebar di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Riau. BGA
menargetkan total luas areal yang digarap mencapai sedikitnya 200.000 ha dalam
rangka mewujudkan langkah pertumbuhan yang pesat untuk jangka waktu hingga
2015.
Profil Perusahaan
Bumitama Gunajaya Agro Group (BGA Group) adalah kelompok
perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dan pabrik kelapa sawit. BGA
Group berkomitmen mewujudkan kelapa sawit lestari (sustainable palm oil).
BGA Group senantiasa melakukan kegiatan standarisasi praktek operasional
sesuai Prinsip dan Kriteria Roundtable On Sustainable Palm Oil (RSPO) demi terwujudnya kelapa sawit lestari.
BGA menaungi beberapa perusahaan diantaranya PT Windu Nabatindo
Lestari, PT Hati Prima Agro, dan PT Surya Barokah. PT Surya Barokah bergerak
di bidang pengusahaan kayu yang kemudian beralih ke bidang perkebunan dengan
19
perkebunan untuk mendapatkan IPK (Izin Pemanfaatan Kayu). Pengusahaan ini
dilakukan sejak tahun 1996 hingga tahun 2004. PT Surya Barokah mengalami
kebangkrutan pada tahun 2004, kemudian di take over dan diakuisisi kepada PT BGA menjadi PT Windu Nabatindo Abadi (PT WNA) dengan luas areal tanam 9
589. PT WNA menaungi 3 kebun, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Bangun
Koling Estate (BKLE) dan Sungai Cempaga Estate (SCME).
Sungai Bahaur Estate (SBHE) merupakan kebun take over yang berasal dari PT Surya Barokah yang terletak di Kecamatan Cempaga Hulu Kotawaringin
Timur dengan luas areal 3 987 ha. Jumlah karyawan Kebun SBHE adalah 761
karyawan, yang terdiri atas 8 Orang staf, 40 orang karyawan bulanan, 424 KHT,
244 KHL. ITK SBHE adalah 0.18 yang terdiri dari ITK untuk kegiatan perawatan
sebesar 0.12 HK/ha kegiatan panen sebesar 0.06 HK/ha.
Lokasi dan Letak Geografis
Secara geografis SBHE berada antara 113.01o-113.07o BT dan 1.80o-1.86o LS yang terletak di Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten
Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Batas wilayah SBHE sebelah utara
adalah Sungai Cempaga Estate (SCME) dan sebelah timur berbatasan dengan PT
Bisma Darma Kencana.
Keadaan Kondisi lahan, Tanah dan Iklim
SBHE mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Puncak musim hujan terjadi pada April dan Desember, sedangkan puncak musim
kemarau terjadi pada Februari dan Agustus berdasarkan data curah hujan tahun
2006-2010.
Curah hujan rata-rata selama 5 tahun terakhir (2006-2010) di SBHE adalah
3 207 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan adalah 133.8 hari/tahun. Rata-rata
bulan kering 1.00 bulan/tahun dan rata-rata bulan basah 10.40 bulan/tahun.
20
Keadaan kondisi lahan di SBHE mayoritas adalah relatif datar dengan
tingkat kemiringan 0-8 % dan sedikit daerah bergelombang dengan tingkat
kemiringan 9 – 15 %.
Jenis tanah di SBHE terdiri atas tanah inceptisol sebesar 60.28%, kaolin
sebesar 19.86%, ultisol sebesar 17.73% dan tanah entisol sebesar 0.71%. Menurut
Resman, et al. (2006) tanah inceptisol adalah tanah yang belum matang
(immature) dengan perkembangan profil yang lebih remah dibanding dengan tanah yang matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induk. Warna tanah
inceptisol beraneka ragam tergantung dari jenis bahan induknya. Warna kelabu
menunjukkan bahan induknya berasal dari endapan sungai. Warna coklat
kemerahan terbentuk karena mengalami proses reduksi. Warna hitam
mengandung bahan organik yang tinggi. Menurut Jalaluddin dan Jamaluddin T
(2005) kaolin adalah salah satu jenis tanah lempung yang tersusun dari
mineral-mineral. Tanah lempung jenis ini berwarna putih keabu-abuan. Menurut Prasetyo
dan Suriadikarta (2006) ultisol berkembang dari berbagai bahan induk, baik yang
bersifat masam hingga basa. Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada
horizon bawah permukaan. Menurut Utami dan Handayani (2003) tanah entisol
merupakan tanah yang relatif kurang menguntungkan untuk pertumbuhan
tanaman. Tanah ini mempunyai konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah,
peka terhadap erosi dan kandungan hara yang tersedia rendah.
Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kelapa sawit di SBHE termasuk
kedalam lahan kelas S3 (sesuai marjinal) dengan faktor pembatas utama adalah
tekstur tanah pasir berlempung. Pemanfaatan tanah berdasarkan kelas lahan ini
untuk pengembangan kelapa sawit, khususnya di SBHE harus diikuti dengan
upaya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah. Upaya tersebut diantaranya
adalah penanaman tanaman kacangan penutup tanah, pemupukan, dan aplikasi
bahan organik. Berbagai perbaikan yang dilakukan pada kondisi tanah tersebut
diharapkan dapat mencapai protensi produksi yang ingin dicapai sesuai dengan
21
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Luas areal tanam PT Windu Nabatindo Abadi adalah 9 589 ha yang
terbagi ke dalam tiga kebun, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE) 3 987 ha,
Bangun Koling Estate (BKLE) 2 505 ha, dan Sungai Cempaga Estate (SCME) 3
097 ha.
SBHE terdiri dari 5 Divisi. Divisi I memiliki 24 Blok dengan luas areal
tanam 696.16 ha. Divisi II memiliki 31 Blok dengan luas areal tanam 855 ha.
Divisi III memiliki 24 Blok dengan luas areal tanam 672 ha. Divisi IV memiliki
32 Blok dengan luas areal tanam 959 ha. Divisi V memiliki 30 Blok dengan luas
areal tanam 806 ha. Luas keseluruhan areal perkebunan SBHE adalah 3 987 ha
yang terdiri dari luas kebun kelapa sawit inti 1 987 ha dan luas kebun kelapa sawit
plasma 2 000 ha. Peta SBHE dapat dilihat pada Lampiran 2.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di SBHE adalah varietas Marihat
yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Jarak tanam yang
digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak tegak lurus antar baris
adalah 7.97 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga populasi tanaman per
hektarnya 136 pohon. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa populasi tanaman
per hektarnya beragam. Tanaman kelapa sawit sebelum berpindah tangan kepada
PT WNA kurang terawat dan hanya areal daratan saja yang ditanami pohon
kelapa sawit dengan jarak tanam yang digunakan beragam. Tanaman kelapa sawit
tersebut di lakukan konsolidasi dan ditambah dengan tanaman kelapa sawit
sisipan setelah berganti kepemilikan. Standar yang digunakan untuk populasi
tanaman di SBHE adalah 136 pohon/ha. Kondisi ini yang menyebabkan SBHE
memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi, yaitu dalam satu blok memiliki
beberapa tahun tanam dengan SPH yang beragam. Keragaman populasi tanaman
juga disebabkan oleh adanya tanaman yang mati karena terserang hama dan
penyakit, kondisi lahan yang banyak terdapat sungai-sungai sehingga ada
sebagian tanaman yang terkena erosi dan kondisi lahan lainnya yang tidak
22
SBHE memiliki tanaman kelapa sawit TM dan TBM. Luas areal TBM
adalah 502 ha dan areal TM seluas 3 485 ha. Terdapat delapan tahun tanam kelapa
sawit, yaitu tahun tanam 1998, 2000, 2002, 2003, 2005, 2006, 2007, dan 2008.
Setiap divisi di SBHE memiliki tahun tanam yang berbeda.
Produksi TBS di SBHE setiap tahunnya terus mengalami peningkatan
[image:37.595.148.477.244.385.2]selama 5 tahun terkhir (2006-2010) yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Produksi TBS Kelapa Sawit di SBHE 2006-2010
No. Tahun
Produksi TBS Produksi
(ton)
Jumlah Janjang (buah)
BJR (kg/janjang)
1 2006 11 579.04 1 294 791 8.94
2 2007 21 595.80 2 397 493 9.01
3 2008 32 828.72 3 355 822 9.78
4 2009 45 781.83 4 372 208 10.47
5 2010 54 781.80 4 830 847 11.34
Sumber: Data Produksi TBS SBHE (2006-2010)
Produksi TBS di SBHE terus mengalami peningkatan sejak tahun 2006
yaitu sebesar 11 579.04 ton TBS hingga tahun 2010 yaitu 54 781.80 ton TBS
(Tabel 5). Hal ini disebabkan oleh adanya pertambahan luas areal TM kelapa
sawit, perawatan yang intensif, curah hujan yang cukup, dan pemupukan yang
teratur. TBS yang dihasilkan oleh SBHE kemudian dibawa ke PKS yang terletak
di Wilayah II bernama Pundu Nabatindo Mill (PNBM) dan Wilayah VI bernama Selucing Agro Mill (SAGM) untuk selanjutnya diproses menghasilkan CPO dengan kapasitas 45 ton TBS/jam dan kernel.
Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan
Pemimpin tertinggi SBHE dipegang oleh seorang Estate Manager (EM) yang dibantu oleh seorang Asisten Kepala (Askep). Asisten kepala dibantu oleh
lima orang asisten divisi. Seorang asisten divisi dibantu oleh mandor I, kerani
divisi, kerani transport, kerani panen, mandor panen, mandor perawatan, mandor
23
accounting, kasir dan dibawahnya terdapat kerani divisi. Struktur organisasi SBHE dapat dilihat pada Lampiran 3.
Estate Manager (EM) memiliki atasan langsung kepada Kepala Wilayah dan memiliki bawahan langsung kepada Asisten Kepala Kebun, Asisten Divisi,
dan Kepala Seksi Administrasi. Seorang EM memiliki tugas-tugas dalam
mengelola kebun, meliputi: 1) melakukan monitoring pelaksanaan pekerjaan
operasional berdasarkan laporan dari divisi atau bagian dari unit kebun serta
melaporkannya secara komprehensif kepada atasan langsung, 2) menyusun
anggaran tahunan dan bulanan meliputi aspek area statement, produksi, kapital, Sumber Daya Manusia dan totalitas biaya, 3) mengadakan rapat kerja intern
dengan Asisten Divisi dan Kepala Seksi (Kasie) beserta jajaran di bawahnya
secara periodik (minimal seminggu sekali) dalam upaya percepatan/peningkatan
kinerja.
Asisten Kepala (Askep) memiliki atasan langsung kepada Estate Manager
dan memiliki bawahan langsung kepada asisten divisi. Seorang Asisten Kepala
Kebun memiliki tugas dalam mengelola kebun, diantaranya: 1) membantu
manajer kebun dalam pengelolaan seluruh aspek pekerjaan agronomi, 2)
bertanggung jawab kepada Manajer Kebun dalam mengelola seluruh aspek
pekerjaan non agronomi untuk mendukung operasional kebun, 3) melaksanakan
kunjungan secara periodik ke setiap divisi
Asisten Divisi memiliki atasan langsung kepada Asisten Kepala Kebun
dan Manajer Kebun serta memiliki bawahan langsung kepada Mandor I, Mandor
dan Kerani. Tugas seorang Asisten Divisi meliputi: 1) membuat dan menjabarkan
Rencana Kerja Tahunan (RKT) dalam bentuk Rencana Kerja Bulanan (RKB), 2)
mengadakan rapat kerja intern dengan Mandor I, Mandor dan Kerani beserta
jajaran di bawahnya secara periodik (minimal seminggu sekali) dalam upaya
peningkatan kinerja, 3) melaksanakan kunjungan langsung secara rutin pada
setiap kemandoran di lapangan.
Status pegawai di SBHE terdiri atas karyawan staf, karyawan bulanan,
Karyawan Harin Tetap (KHT), dan Karyawan Harian Lepas (KHL) dapat dilihat
24
Tabel 6. Jumlah Staf dan Non Staf di SBHE Tahun 2011
No. Status Pegawai
SBHE (Karyawan)
1 Staf 8
2 Karyawan Bulanan 40
3 Karyawan Harian Tetap 424
4 Karyawan Harian Lepas 244
Jumlah 716
ITK 0.18
Sumber: Data Tenaga Kerja SBHE (2011)
Kebutuhan jumlah karyawan dapat ditentukan berdasarkan ITK (Indeks
Tenaga Kerja) sebuah kebun. Menurut Pahan (2008), ITK standar sebuah
perkebunan adalah 0.2 HK/ha. ITK pada SBHE sudah memenuhi standar karena
telah mendekati dari ITK standar sebuah perkebunan. Ini menunjukkan bahwa
jumlah karyawan di SBHE telah memenuhi standar dari jumlah karyawan yang
dibutuhkan untuk sebuah perkebunan.
Hari kerja karyawan dalam seminggu adalah 6 hari dengan lama kerja 7
jam/hari kecuali hari jumat yaitu 5 jam/hari. Perbedaan diantara keduanya terletak
pada tunjangan-tunjangan yang diberikan perusahaan. Seorang KHT mendapatkan
tunjangan beras, listrik gratis, pengobatan gratis dan tunjangan cuti tahunan.
Sistem penggajian staf dan karyawan di SBHE dapat dilihat pada Tabel 7:
Tabel 7. Ketentuan Upah 2011
Status Upah
Tunjangan Beras Pekerja
(kg/hari)
Istri (*kg/hari)
Anak (**kg/hari)
KHL Rp 49.765,-/hari - - -
KHT Rp 1.244.135,-/hari 0.5 0.3 0.25
Bulanan Berdasarkan golongan, struktur dari upah bulanan
0.5 0.3 0.25
Sumber: Data Administrasi SBHE (2011)
Ket:
*) Istri sah pekerja dan tidak bekerja, tinggal di perkebunan (unit usaha)
**) yang berhak adalah anak yang tinggal di perkebunan (unit usaha) maksimal 2
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Selama menjalani kegiatan magang di SBHE berstatus sebagai karyawan
harian lepas selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan,
pendamping aisten divisi selama satu bulan dan kegiatan manajerial di kantor
kebun selama satu bulan. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi karyawan
harian lepas meliputi pemeliharaan tanaman kelapa sawit TM maupun TBM yaitu:
1) pengendalian gulma secara manual (pembersihan piringan dan gawangan
manual, DAK), 2) pengendalian gulma secara kimiawi (piringan dan gawangan
chemist, oles anak kayu), 3) pemeliharaan tanaman dan areal pertanaman (penanaman Muccuna bracteata (MB) dan Nephrolepis bisserata, rawat jalan, pembuatan pasar pikul, pemangkasan (pruning), pemupukan), 5) kegiatan simulasi kebun (Field Visit dan simulasi Leaf Sampling Unit, LSU), 6) kegiatan pemanenan. Aspek teknis ini dilakukan di Divisi I. Peta Divisi I terdapat pada
Lampiran 4. Kegiatan sebagai KHL, pendamping Mandor dan pendamping
Asisten Divisi terlampir pada Lampiran 5, 6 dan 7.
Pemeliharaan dan Perawatan Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi dua fase, yaitu tanaman belum
menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Pemeliharaan tanaman
merupakan salah satu tindakan yang sangat penting dalam menentukan
produktivitas tanaman kelapa sawit, disamping kondisi lingkungan dan potensi
genetik.
Pengendalian Gulma secara Manual
Gulma merupakan salah satu faktor pembatas produksi tanaman yang
sedang dibudidayakan. Gulma menyerap hara dan air lebih cepat dibanding
tanaman pohon (Gupta 1984). Komunitas gulma dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang berkaitan dengan kultur teknis.
26
yaitu di piringan dan gawangan (inter row). Piringan merupakan areal disekitar pertanaman kelapa sawit yang memerlukan perhatian khusus dalam hal
pengendalian gulma. Piringan di sekitar tanaman kelapa sawit harus bebas gulma
atau dikenal dengan zona W0 yaitu piringan harus benar-benar bersih dari semua
gulma.
Tujuan pengendalian rumput di piringan dibedakan berdasarkan pada fase
pertumbuhan tanaman kelapa sawit, yaitu: 1) fase TBM, pengendalian gulma
dapat mengurangi kompetensi unsur hara karena akar halus tanaman masih berada
di sekitar piringan, 2) fase TBM dan TM, pengendalian gulma ditujukan untuk
memudahkan kontrol pemupukan, 3) fase TM, pengendalian gulma bertujuan
untuk memudahkan pengutipan berondolan.
Pembersihan piringan dilakukan di Blok A 4/5. Pembersihan piringan
dilakukan dengan membersihkan gulma yang berada di piringan kelapa sawit
selebar proyeksi tajuk kelapa sawit pada jari-jari 1-1.5 m. Seorang mandor
perawatan membawahi 8 orang tenaga kerja. Standar yang digunakan adalah 0.5
ha/HK. Seorang pekerja dapat menyelesaikan 3-4 pasar pikul dan disesuaikan juga
dengan kondisi gulma di lapang. Pekerja juga menggaru brondolan-brondolan di
sekitar areal piringan agar tetap bersih.
Gawangan merupakan areal pertanaman kelapa sawit yang memiliki jarak
1.5-3 m dari tempat tumbuh pohon kelapa sawit. Gawangan juga memerlukan
perhatian khusus dalam hal pengendalian gulma. Pengendalian gulma di areal
gawangan ditujukan untuk mengurangi kompetisi gulma terhadap tanaman dalam
penyerapan hara, air, dan sinar matahari, mempermudah pekerja untuk melakukan
pekerjaan pemeliharaan maupun pemanenan. Pengendalian gulma di gawangan
juga ditujukan untuk mempermudah pengawasan di lapang dan efektifitas
pemupukan.
Dongkel Anak Kayu (DAK) . Kegiatan dongkel anak kayu merupakan kegiatan pengendalian gulma secara manual selektif dengan cara mencabut semua
jenis gulma berkayu yang berada pada piringan, gawangan maupun pasar pikul
kemudian dibuang ke pasar mati. Kegiatan ini dimandori oleh seorang mandor
27
Kondisi di lapang menunjukkan bahwa gulma dominan yang ditemukan
meliputi: Melastoma malabatricum, Asystasia coromandeliana, Chromolaena odorata, Cyperus cyperoides, Cyperus rotundus, dan Mikania micrantha. DAK dilakukan sekali dalam setahun dan disesuaikan dengan kondisi gulma di lapang.
Kebun yang telah di DAK dibiarkan kurang lebih selama 1 bulan agar
gulma-gulma tersebut mengering dan mati yang dilanjutkan dengan kegiatan
pengendalian gulma secara kimiawi.
Kondisi pertanaman kelapa sawit saat dilakukan DAK kurang bagus buat
pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Hal ini disebabkan sebagian areal di Blok C1
tergenang air yang dapat menimbulkan kondisi anaerob. Tanaman kelapa sawit
yang tergenang oleh air menyebabkan tanaman tumbuh kerdil bahkan mati yang
terlihat pada Gambar 1.
(a) (b)
Gambar 1. Kondisi Tanaman pada Areal Rendahan (a) Tanaman Tergenang Air
(b) Tanaman Mati
Kondisi di lapang juga menunjukkan banyak bunga jantan dan bunga
betina yang terendam dan berlumut. Pohon-pohon siap panen menjadi tidak dapat
dipanen dan pada akhirnya buah membusuk di pohon. Keadaan ini dapat berakibat
pada rendahnya produksi buah yang akan diperoleh pada blok ini. Perbaikan
saluran air atau drainase untuk memberikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan
tanaman yang sedang dibudidayakan.
Pengendalian Gulma secara Kimiawi
28
(herbisida). Tujuannya adalah untuk mempermudah kegiatan pemupukan,
pemanenan, memudahkan pengontrolan dan sanitasi terhadap hama dan penyakit.
Pengendalian gulma secara kimiawi di SBHE menerapkan sistem kerja
BGA Spraying System (BSS). BSS merupakan program penyemprotan yang dilakukan secara terintegrasi dan terorganisir dari awal hingga akhir kegiatan
penyemprotan. Tujuan dibentuknya sistem BSS adalah untuk meningkatkan
output pekerja semprot, baik dari segi luasan (hancak semprot) maupun dari kualitas hasil semprotan.
Sistem penyemprotan BSS ini mulai diterapkan di SBHE pada Bulan
Maret. SBHE memiliki 2 Rayon yaitu Rayon A untuk Div. I sampai Div. III dan
Rayon B untuk Div. IV sampai Div. V. Jumlah anggota BSS untuk setiap Rayon
adalah 25 orang. SOP (Standard Operating Procedure) pada BSS meliputi: 1) pembuatan rencana kerja, 2) persiapan tim BGA Spraying System, 3) persiapan alat, 4) persiapan kerja terkait dengan pengisian air ke tangki dan pencampuran
bahan herbisida, 5) teknis kerja yaitu tahapan pelaksanaan aplikasi herbisida ke
lapang, 6) perawatan dan pengumpulan alat, 7) cek mutu semprot oleh mandor
chemist, dan 8) pertanggungjawaban oleh supervisi.
Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan di Blok C1. Seorang
mandor chemist membawahi 16 pekerja yang terdiri dari 1 orang pekerja lelaki sebagai operator, pembuat larutan herbisida, pelangsir herbisida sekaligus sebagai
pengisi herbisida pada knapsack sprayer pekerja dan 15 orang pekerja perempuan yang bertugas mengaplikasikan herbisida ke lahan yang menjadi target semprot.
Standar yang digunakan adalah sesuai dengan 7 jam kerja. Seorang pekerja dapat
menyelesaikan 11-12 kep herbisida dalam kondisi standar. Output yang dihasilkan untuk penyemprotan piringan dan pasar pikul sebesar 3 ha/HK sedangkan output
untuk gawangan sebesar 2 ha/HK. Rotasi penyemprotan adalah 4 kali dalam
setahun.
29
kondisi sangat semak. Nozzle VLV 200 digunakan untuk aplikasi herbisida pada
spot gawangan dengan jarak lebar semprot adalah 1.2 meter dan tingkat
kebasahannya lebih merata dengan flow rate 900-915 ml/menit. Volume semprot yang dibutuhkan jika menggunakan VLV 200 dalam keadaan standar adalah 156
l/ha blanket. Nozzle VLV 100 digunakan untuk aplikasi spot piringan dengan jarak lebar semprot adalah 1.2 meter dan tingkat kebasahannya merata dengan
flow rate 400-430 ml/menit. Volume semprot yang dibutuhkan jika menggunakan VLV 100 dalam keadaan standard adalah 69