• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Perusahaan

Bumitama Gunajaya Agro (BGA) berawal dari pengusahaan perkebunan kelapa sawit berskala kecil di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah yang dimulai pada tahun 1998 dengan dibangunnya PT Karya Makmur Bahagia (KMB) seluas 255 ha. BGA telah mengelola lahan perkebunan kelapa sawit seluas 3 000 hektar hingga akhir 2000. BGA mengakuisisi tiga perusahaan perkebunan kelapa sawit yakni PT Windu Nabatindo Lestari, PT Hati Prima Agro, dan PT Surya Barokah pada tahun 2001.

Percepatan tanam yang spektakuler dimulai sejak tahun 2004 dengan pencapaian luasan tanam 7 718 ha, tahun 2005 dengan pencapaian luasan tanam 12 040 ha dan tahun 2006 dengan pencapaian luasan tanam 12 731 ha. Total luasan kebun kelapa sawit hingga akhir tahun 2006 mencapai 45 549 ha.

BGA mengalami pertumbuhan yang signifikan hingga mencapai areal tanam lebih dari 90.000 hektar pada akhir tahun 2009. Areal perkebunan BGA juga tersebar di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Riau. BGA menargetkan total luas areal yang digarap mencapai sedikitnya 200.000 ha dalam rangka mewujudkan langkah pertumbuhan yang pesat untuk jangka waktu hingga 2015.

Profil Perusahaan

Bumitama Gunajaya Agro Group (BGA Group) adalah kelompok perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dan pabrik kelapa sawit. BGA Group berkomitmen mewujudkan kelapa sawit lestari (sustainable palm oil).

BGA Group senantiasa melakukan kegiatan standarisasi praktek operasional sesuai Prinsip dan Kriteria Roundtable On Sustainable Palm Oil (RSPO) demi terwujudnya kelapa sawit lestari.

BGA menaungi beberapa perusahaan diantaranya PT Windu Nabatindo Lestari, PT Hati Prima Agro, dan PT Surya Barokah. PT Surya Barokah bergerak di bidang pengusahaan kayu yang kemudian beralih ke bidang perkebunan dengan HPH (Hak Pengusahaan Kayu). PT Surya Barokah mulai mengusahakan

19

perkebunan untuk mendapatkan IPK (Izin Pemanfaatan Kayu). Pengusahaan ini dilakukan sejak tahun 1996 hingga tahun 2004. PT Surya Barokah mengalami kebangkrutan pada tahun 2004, kemudian di take over dan diakuisisi kepada PT BGA menjadi PT Windu Nabatindo Abadi (PT WNA) dengan luas areal tanam 9 589. PT WNA menaungi 3 kebun, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Bangun Koling Estate (BKLE) dan Sungai Cempaga Estate (SCME).

Sungai Bahaur Estate (SBHE) merupakan kebun take over yang berasal dari PT Surya Barokah yang terletak di Kecamatan Cempaga Hulu Kotawaringin Timur dengan luas areal 3 987 ha. Jumlah karyawan Kebun SBHE adalah 761 karyawan, yang terdiri atas 8 Orang staf, 40 orang karyawan bulanan, 424 KHT, 244 KHL. ITK SBHE adalah 0.18 yang terdiri dari ITK untuk kegiatan perawatan sebesar 0.12 HK/ha kegiatan panen sebesar 0.06 HK/ha.

Lokasi dan Letak Geografis

Secara geografis SBHE berada antara 113.01o-113.07o BT dan 1.80o-1.86o LS yang terletak di Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Batas wilayah SBHE sebelah utara adalah Sungai Cempaga Estate (SCME) dan sebelah timur berbatasan dengan PT Bisma Darma Kencana.

Keadaan Kondisi lahan, Tanah dan Iklim

SBHE mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Puncak musim hujan terjadi pada April dan Desember, sedangkan puncak musim kemarau terjadi pada Februari dan Agustus berdasarkan data curah hujan tahun 2006-2010.

Curah hujan rata-rata selama 5 tahun terakhir (2006-2010) di SBHE adalah 3 207 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan adalah 133.8 hari/tahun. Rata-rata bulan kering 1.00 bulan/tahun dan rata-rata bulan basah 10.40 bulan/tahun. Menurut klasifikasi Schimidth-Ferguson, iklim di SBHE termasuk tipe iklim A (sangat basah). Keadaan curah hujan di SBHE dapat dilihat pada Lampiran 1.

20

Keadaan kondisi lahan di SBHE mayoritas adalah relatif datar dengan tingkat kemiringan 0-8 % dan sedikit daerah bergelombang dengan tingkat kemiringan 9 – 15 %.

Jenis tanah di SBHE terdiri atas tanah inceptisol sebesar 60.28%, kaolin sebesar 19.86%, ultisol sebesar 17.73% dan tanah entisol sebesar 0.71%. Menurut Resman, et al. (2006) tanah inceptisol adalah tanah yang belum matang

(immature) dengan perkembangan profil yang lebih remah dibanding dengan tanah yang matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induk. Warna tanah inceptisol beraneka ragam tergantung dari jenis bahan induknya. Warna kelabu menunjukkan bahan induknya berasal dari endapan sungai. Warna coklat kemerahan terbentuk karena mengalami proses reduksi. Warna hitam mengandung bahan organik yang tinggi. Menurut Jalaluddin dan Jamaluddin T (2005) kaolin adalah salah satu jenis tanah lempung yang tersusun dari mineral- mineral. Tanah lempung jenis ini berwarna putih keabu-abuan. Menurut Prasetyo dan Suriadikarta (2006) ultisol berkembang dari berbagai bahan induk, baik yang bersifat masam hingga basa. Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan. Menurut Utami dan Handayani (2003) tanah entisol merupakan tanah yang relatif kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman. Tanah ini mempunyai konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kandungan hara yang tersedia rendah.

Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kelapa sawit di SBHE termasuk kedalam lahan kelas S3 (sesuai marjinal) dengan faktor pembatas utama adalah tekstur tanah pasir berlempung. Pemanfaatan tanah berdasarkan kelas lahan ini untuk pengembangan kelapa sawit, khususnya di SBHE harus diikuti dengan upaya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah. Upaya tersebut diantaranya adalah penanaman tanaman kacangan penutup tanah, pemupukan, dan aplikasi bahan organik. Berbagai perbaikan yang dilakukan pada kondisi tanah tersebut diharapkan dapat mencapai protensi produksi yang ingin dicapai sesuai dengan siklus tanaman kelapa sawit.

21

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas areal tanam PT Windu Nabatindo Abadi adalah 9 589 ha yang terbagi ke dalam tiga kebun, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE) 3 987 ha, Bangun Koling Estate (BKLE) 2 505 ha, dan Sungai Cempaga Estate (SCME) 3 097 ha.

SBHE terdiri dari 5 Divisi. Divisi I memiliki 24 Blok dengan luas areal tanam 696.16 ha. Divisi II memiliki 31 Blok dengan luas areal tanam 855 ha. Divisi III memiliki 24 Blok dengan luas areal tanam 672 ha. Divisi IV memiliki 32 Blok dengan luas areal tanam 959 ha. Divisi V memiliki 30 Blok dengan luas areal tanam 806 ha. Luas keseluruhan areal perkebunan SBHE adalah 3 987 ha yang terdiri dari luas kebun kelapa sawit inti 1 987 ha dan luas kebun kelapa sawit plasma 2 000 ha. Peta SBHE dapat dilihat pada Lampiran 2.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di SBHE adalah varietas Marihat yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak tegak lurus antar baris adalah 7.97 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga populasi tanaman per hektarnya 136 pohon. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa populasi tanaman per hektarnya beragam. Tanaman kelapa sawit sebelum berpindah tangan kepada PT WNA kurang terawat dan hanya areal daratan saja yang ditanami pohon kelapa sawit dengan jarak tanam yang digunakan beragam. Tanaman kelapa sawit tersebut di lakukan konsolidasi dan ditambah dengan tanaman kelapa sawit sisipan setelah berganti kepemilikan. Standar yang digunakan untuk populasi tanaman di SBHE adalah 136 pohon/ha. Kondisi ini yang menyebabkan SBHE memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi, yaitu dalam satu blok memiliki beberapa tahun tanam dengan SPH yang beragam. Keragaman populasi tanaman juga disebabkan oleh adanya tanaman yang mati karena terserang hama dan penyakit, kondisi lahan yang banyak terdapat sungai-sungai sehingga ada sebagian tanaman yang terkena erosi dan kondisi lahan lainnya yang tidak mungkin untuk ditanami.

22

SBHE memiliki tanaman kelapa sawit TM dan TBM. Luas areal TBM adalah 502 ha dan areal TM seluas 3 485 ha. Terdapat delapan tahun tanam kelapa sawit, yaitu tahun tanam 1998, 2000, 2002, 2003, 2005, 2006, 2007, dan 2008. Setiap divisi di SBHE memiliki tahun tanam yang berbeda.

Produksi TBS di SBHE setiap tahunnya terus mengalami peningkatan selama 5 tahun terkhir (2006-2010) yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Produksi TBS Kelapa Sawit di SBHE 2006-2010

No. Tahun Produksi TBS Produksi (ton) Jumlah Janjang (buah) BJR (kg/janjang) 1 2006 11 579.04 1 294 791 8.94 2 2007 21 595.80 2 397 493 9.01 3 2008 32 828.72 3 355 822 9.78 4 2009 45 781.83 4 372 208 10.47 5 2010 54 781.80 4 830 847 11.34

Sumber: Data Produksi TBS SBHE (2006-2010)

Produksi TBS di SBHE terus mengalami peningkatan sejak tahun 2006 yaitu sebesar 11 579.04 ton TBS hingga tahun 2010 yaitu 54 781.80 ton TBS (Tabel 5). Hal ini disebabkan oleh adanya pertambahan luas areal TM kelapa sawit, perawatan yang intensif, curah hujan yang cukup, dan pemupukan yang teratur. TBS yang dihasilkan oleh SBHE kemudian dibawa ke PKS yang terletak di Wilayah II bernama Pundu Nabatindo Mill (PNBM) dan Wilayah VI bernama Selucing Agro Mill (SAGM) untuk selanjutnya diproses menghasilkan CPO dengan kapasitas 45 ton TBS/jam dan kernel.

Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan

Pemimpin tertinggi SBHE dipegang oleh seorang Estate Manager (EM) yang dibantu oleh seorang Asisten Kepala (Askep). Asisten kepala dibantu oleh lima orang asisten divisi. Seorang asisten divisi dibantu oleh mandor I, kerani divisi, kerani transport, kerani panen, mandor panen, mandor perawatan, mandor pupuk, dan mandor chemist. Bagian administrasi dipegang oleh seorang kepala administrasi (Kasie). Kasie dibantu oleh seorang admin dan mantri tanaman,

23

accounting, kasir dan dibawahnya terdapat kerani divisi. Struktur organisasi SBHE dapat dilihat pada Lampiran 3.

Estate Manager (EM) memiliki atasan langsung kepada Kepala Wilayah dan memiliki bawahan langsung kepada Asisten Kepala Kebun, Asisten Divisi, dan Kepala Seksi Administrasi. Seorang EM memiliki tugas-tugas dalam mengelola kebun, meliputi: 1) melakukan monitoring pelaksanaan pekerjaan operasional berdasarkan laporan dari divisi atau bagian dari unit kebun serta melaporkannya secara komprehensif kepada atasan langsung, 2) menyusun anggaran tahunan dan bulanan meliputi aspek area statement, produksi, kapital, Sumber Daya Manusia dan totalitas biaya, 3) mengadakan rapat kerja intern dengan Asisten Divisi dan Kepala Seksi (Kasie) beserta jajaran di bawahnya secara periodik (minimal seminggu sekali) dalam upaya percepatan/peningkatan kinerja.

Asisten Kepala (Askep) memiliki atasan langsung kepada Estate Manager

dan memiliki bawahan langsung kepada asisten divisi. Seorang Asisten Kepala Kebun memiliki tugas dalam mengelola kebun, diantaranya: 1) membantu manajer kebun dalam pengelolaan seluruh aspek pekerjaan agronomi, 2) bertanggung jawab kepada Manajer Kebun dalam mengelola seluruh aspek pekerjaan non agronomi untuk mendukung operasional kebun, 3) melaksanakan kunjungan secara periodik ke setiap divisi

Asisten Divisi memiliki atasan langsung kepada Asisten Kepala Kebun dan Manajer Kebun serta memiliki bawahan langsung kepada Mandor I, Mandor dan Kerani. Tugas seorang Asisten Divisi meliputi: 1) membuat dan menjabarkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) dalam bentuk Rencana Kerja Bulanan (RKB), 2) mengadakan rapat kerja intern dengan Mandor I, Mandor dan Kerani beserta jajaran di bawahnya secara periodik (minimal seminggu sekali) dalam upaya peningkatan kinerja, 3) melaksanakan kunjungan langsung secara rutin pada setiap kemandoran di lapangan.

Status pegawai di SBHE terdiri atas karyawan staf, karyawan bulanan, Karyawan Harin Tetap (KHT), dan Karyawan Harian Lepas (KHL) dapat dilihat pada Tabel 6.

24

Tabel 6. Jumlah Staf dan Non Staf di SBHE Tahun 2011 No. Status Pegawai

SBHE (Karyawan)

1 Staf 8

2 Karyawan Bulanan 40

3 Karyawan Harian Tetap 424

4 Karyawan Harian Lepas 244

Jumlah 716

ITK 0.18

Sumber: Data Tenaga Kerja SBHE (2011)

Kebutuhan jumlah karyawan dapat ditentukan berdasarkan ITK (Indeks Tenaga Kerja) sebuah kebun. Menurut Pahan (2008), ITK standar sebuah perkebunan adalah 0.2 HK/ha. ITK pada SBHE sudah memenuhi standar karena telah mendekati dari ITK standar sebuah perkebunan. Ini menunjukkan bahwa jumlah karyawan di SBHE telah memenuhi standar dari jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk sebuah perkebunan.

Hari kerja karyawan dalam seminggu adalah 6 hari dengan lama kerja 7 jam/hari kecuali hari jumat yaitu 5 jam/hari. Perbedaan diantara keduanya terletak pada tunjangan-tunjangan yang diberikan perusahaan. Seorang KHT mendapatkan tunjangan beras, listrik gratis, pengobatan gratis dan tunjangan cuti tahunan. Sistem penggajian staf dan karyawan di SBHE dapat dilihat pada Tabel 7:

Tabel 7. Ketentuan Upah 2011

Status Upah Tunjangan Beras Pekerja (kg/hari) Istri (*kg/hari) Anak (**kg/hari) KHL Rp 49.765,-/hari - - - KHT Rp 1.244.135,-/hari 0.5 0.3 0.25

Bulanan Berdasarkan golongan, struktur dari upah bulanan

0.5 0.3 0.25

Sumber: Data Administrasi SBHE (2011) Ket:

*) Istri sah pekerja dan tidak bekerja, tinggal di perkebunan (unit usaha)

**) yang berhak adalah anak yang tinggal di perkebunan (unit usaha) maksimal 2 anak.

Dokumen terkait