• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN."

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN ………...……… 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ……….. 8

1. Batasan Masalah ………... 8

2. Rumusan Masalah ………. 12

C. Tujuan Penelitian ……… 13

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian ………... 13

1. Manfaat Ilmiah ……….. 13

2. Manfaat Praktis ………. 13

E. Asumsi Penelitian ………... 14

F. Metode Penelitian ……..………. 15

(2)

BAB II PERKEMBANGAN ANAK DAN DEVELOPMENTALLY

APPROPRIATE PRACTICE ……….….… 17

A. Masa Perkembangan Kanak-Kanak ………. 17

1. Ciri-ciri Masa Kanak-Kanak ……….. 17

2. Tugas-Tugas Perkembangan Masa Kanak-Kanak ………. 18

3. Perkembangan Perilaku Anak Normal ………... 21

B. Anak Usia Dini ………. 23

1. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini ……….… 23

2. Bermain Pada Anak Usia Dini ……… 27

C. Developmentally Appropriate Practice ……… 29

1. Pengertian Developmentally Appropriate Practice ……… 29

2. Filosofi Developmentally Appropriate Practice ………. 30

3. Pembelajaran Berbasis Perkembangan ……… 31

4. Nilai Penting Developmentally Appropriate Practice ……… 33

5. Pedoman Rancangan Developmentally Appropriate Practice …… 34

6. Pengembangan Kurikulum Developmentally Appropriate Practice 41 7. Inovasi Kurikulum Developmentally Appropriate Practice ……… 43

8. Kurikulum Perencanaan (Possibilities Plans) ………. 44

(3)

D. Konsep Dasar Bimbingan ………. 46

1. Hakikat dan Tujuan Bimbingan Perkembangan Anak Usia Dini … 46 2. Prinsip-Prinsip dan Fungsi Bimbingan Perkembangan ………….. 49

3. Ragam Layanan, Strategi dan Lingkup Garapan Bimbingan ……. 52

BAB III METODE PENELITIAN ………. 56

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ……… 56

B. Desain Penelitian ……….. 57

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……….... 58

D. Pengembangan Instrumen Penelitian ………... 59

1. Instrumen Observasi Perkembangan Anak ………. 59

2. Instrumen Rambu-Rambu Developmentally Appropriate Practice . 63 3. Data Hasil Evaluasi Perkembangan Anak Mingguan ……….. 74

4. Deskripsi Hasil Evaluasi Perkembangan Anak ……… 75

E. Subyek dan Lokasi Penelitian ……… 76

1. Sampel Penelitian ………. 76

2. Lokasi Penelitian ……….. 78

F. Pengumpulan Data ………. 78

G. Prosedur dan Teknik Analisis Data ……… 80

1. Tahap Persiapan ……… 80

2. Tahap Pelaksanaan ……… 81

(4)

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………….. 82

A. Kondisi Objektif Happy Kids Playgroup ……….. 82

1. Profil Umum Happy Kids Playgroup ……….. 82

2. Gambaran Umum Kids Centre ……… 83

3. Visi dan Misi Happy Kids Playgroup – Kids Centre ……….. 84

4. Jumlah Siswa Happy Kids Playgroup ………. 85

5. Struktur Organisasi Kids Centre dan Pelita Nusantara School …… 85

6. Potret Kegiatan di Happy Kids Playgroup ………... 88

B. Temuan Penelitian ………. 90

1. Hasil Evaluasi Perkembangan Anak ……… …….………. 90

a. Perkembangan motorik kasar ……….. 90

b. Perkembangan motorik halus ……….. 92

c. Perkembangan kognitif ……… 94

d. Perkembangan bahasa dan komunikasi ………... 95

e. Perkembangan sosial-emosional ……….. 97

2. Rambu-Rambu Rancangan Developmentally Appropriate Practice 99 a. Menciptakan masyarakat pembelajaran yang peduli ………. .. 99

b. Pengajaran yang memperkaya perkembangan dan pembelajaran … 102 c. Mengembangkan kurikulum yang sesuai perkembangan anak …... 106

d. Assesmen pembelajaran dan perkembangan anak ………... 110

(5)

BAB V. Pembahasan……… 112

1. Perkembangan Anak Happy Kids Playgroup …….………. 113

a. Perkembangan motorik kasar ……….. 114

b. Perkembangan motorik halus ……….. 116

c. Perkembangan kognitif ……… 117

d. Perkembangan bahasa dan komunikasi ………... 119

e. Perkembangan sosial-emosional ……….. 120

2. Pelaksanaan Program Sesuai Rambu-Rambu Rancangan DAP …… 121

a. Menciptakan masyarakat pembelajaran yang peduli ………. .. 122

b. Pengajaran yang memperkaya perkembangan dan pembelajaran …. 124 c. Mengembangkan kurikulum yang sesuai perkembangan anak …... 126

d. Assesmen pembelajaran dan perkembangan anak ………... 128

e. Memperkokoh hubungan timbal-balik dengan keluarga …………. 129

3. Program Bimbingan untuk Mengoptimalkan Perkembangan Anak .. 131

a. Rasional ………. 131

b. Tujuan ……… 132

c. Materi dan Bentuk Kegiatan ………. 133

d. Personel ………. 135

e. Sarana ……… 135

f. Waktu ……… 135

(6)

BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……….. 138

A. Kesimpulan ……….……… 138

B. Rekomendasi ………... 139

1. Program Studi Bimbingan dan Konseling ………. 139

2. Kids Centre ……… 140

3. Guru Happy Kids Playgroup ………. 140

4. Orang tua ………... 140

5. Peneliti Selanjutnya ………... 141

DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel

Perkembangan Perilaku Anak Normal ……….... 22

Ciri-Ciri Kegiatan Bermain ………. 28

Jadwal Setengah Hari ……….. 45

Jadwal Satu Hari Penuh ………... 46

Observasi Perkembangan Anak ………... 60

Rambu-Rambu Rancangan DAP ………. 64

Hasil Evaluasi Perkembangan Anak ………... 74

Deskripsi Hasil Evaluasi Perkembangan Anak ……….. 76

Tingkat Perkembangan Anak ………. 77

Identitas Subyek Penelitian ………. 77

Jadwal Kegiatan Happy Kids Playgroup ……… 88

Perkembangan Motorik Kasar ……… 91

Perkembangan Motorik Halus ……… 92

Perkembangan Kognitif ………. 94

Perkembangan Bahasa dan Komunikasi ……… 96

Perkembangan Sosial dan Emosional ……… 97

Dimensi Menciptakan Masyarakat Pembelajaran yang Peduli ..…….. 100

(8)

Dimensi Mengembangkan Kurikulum yang sesuai

Perkembangan Anak ……….. 106 Dimensi Assesmen Pembelajaran dan Perkembangan Anak ………. 110 Dimensi Memperkokoh Hubungan Timbal-Balik dengan Keluarga .. 111 Materi dan Bentuk Kegiatan Program Layanan Responsif

(9)

DAFTAR BAGAN

Bagan

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Filosofi DAP ………... 31

Konsep dan Hubungan Antara Dimensi DAP ……… 34

Pengembangan Kurikulum ………. 41

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan sumber daya manusia yang handal baik dari segi fisik maupun psikis untuk menghadapi tantangan globalisasi. Sumber daya manusia tersebut perlu dipersiapkan sejak usia dini melalui pendidikan yang tepat agar dapat berkembang optimal. Oleh karena itu, pendidikan sejak usia dini merupakan tulang punggung bagi keberhasilan bangsa Indonesia di masa mendatang perlu dipersiapkan sebaik mungkin.

(12)

Adapun alasan perlunya kurikulum yang didasarkan pada kemampuan anak sesuai dengan usia dan perkembangannya karena terjadinya ketidaksesuaian dalam pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi proses perkembangan anak di masa mendatang. Ada beberapa ketidaksesuaian pembelajaran pada anak usia dini seperti yang disebutkan di bawah ini.

1. Proses pembelajaran cenderung diarahkan pada penguasaan kemampuan yang bersifat akademik, seperti membaca, menulis, berhitung dan penguasaan bahasa Inggris. Anak dituntut untuk mampu menguasai kemampuan tersebut sebelum masuk sekolah dasar.

2. Prinsip belajar melalui bermain (learning by play) masih belum dipersepsikan secara memadai oleh guru. Pembelajaran yang dilakukan guru belum memenuhi prinsip tersebut dengan bukti banyaknya anak yang tidak bergairah, bosan, dan malas belajar.

3. Guru belum mampu memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik perkembangan anak. Pelaksanaan pembelajaran masih berorientasi pada guru sebagai penyampai materi atau informasi dibandingkan memberi kesempatan kepada anak didik untuk berperan aktif dalam pembelajaran.

(13)

melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas ( Ernawulan Syaodih, 2003: 2 – 4).

Akibat dari proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan perkembangan pada anak-anak usia dini telah menimbulkan berbagai macam kesulitan belajar (learning disabilities) dikemudian hari saat memasuki sekolah formal, seperti SD. Menurut Mulyono Abdurrahman (1999) bahwa untuk dapat menguasai ketrampilan akademik maka ketrampilan belajar perkembangan anak merupakan ketrampilan prasyarat atau ketrampilan yang harus dikuasai terlebih dahulu. Salah satu penyebab kesulitan belajar karena kurangnya pemahaman guru terhadap aspek ketrampilan belajar perkembangan anak.

Kesulitan belajar perkembangan terjadi karena proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan perkembangan pada anak usia dini, misalnya anak yang dipaksa untuk belajar akademik seperti membaca, menulis dan berhitung sebelum waktunya. Berdasarkan hasil observasi di beberapa kelompok bermain (playgroup) di kota Bandung tampak telah memasukkan kegiatan menulis dan membaca dalam kurikulum pada anak-anak usia dini. Kurikulum yang terlampau menekankan pada aspek akademik membuat kurangnya rangsangan yang berkaitan dengan ketrampilan belajar perkembangan anak, seperti perkembangan motorik kasar, motorik halus, kognitif, bahasa, dan sosial-emosi melalui kurikulum yang berpusat pada bermain.

(14)

usaha yaitu memberikan rangsangan-rangsangan, dorongan-dorongan dan dukungan kepada anak. Untuk dapat melakukannya dengan optimal maka para pendidik perlu menyiapkan suatu kurikulum yang sistematis. Oleh karena itu, perlu merencanakan dan mengembangkan program untuk anak usia dini yang berkaitan dengan aspek perkembangan anak yang disesuaikan dengan kebutuhan, minat dan kemampuan anak (Dr. Siskandar, 2000: 26). Bernet (1995) menyatakan bahwa penelitian-penelitian yang terbaru secara jelas memperlihatkan bahwa program pendidikan usia dini yang berkualitas tinggi serta yang sesuai dengan perkembangan anak (developmentally appropriate) akan menghasilkan efek positif secara jangka panjang maupun jangka pendek pada perkembangan kognitif dan sosial anak.

Menurut dr. Fasli Jalal, Ph.D (2000) bahwa kurikulum nasional pendidikan anak usia dini dengan pendekatan “Developmentally Appropriate Practice” berbasis pada kemampuan anak, sesuai dengan usia dan perkembangannya, untuk berbagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan anak usia dini hendaknya sama. Setiap anak di lembaga pendidikan apapun, termasuk keluarga memiliki hak yang sama untuk dikembangkan kemampuannya. Kurikulum untuk anak usia dini sebaiknya memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut.

1. Berpusat pada anak, artinya anak merupakan sasaran kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik.

(15)

3. Memperhatikan perbedaan individual anak, baik perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya. Pengembangan program harus memperhatikan kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan anak (developmentally appropriate program).

Namun pada kenyataannya kurikulum nasional pendidikan anak usia dini dengan pendekatan “Developmentally Appropriate Practice” hanya digunakan oleh beberapa taman bermain swasta yang ada di Bandung atau digunakan oleh taman bermain yang berada di bawah direktorat PADU. Hal ini karena kurangnya sosialisasi membuat taman bermain lainnya masih menggunakan pendekatan lama yang menekankan aspek akademik. Selain itu, adanya kebebasan pendidikan dalam memilih program yang sesuai dengan tujuan lembaganya membuat lembaga tersebut memilih pendekatan lainnya.

Salah satu taman bermain swasta yang memilih menggunakan pendekatan “Developmentally Appropriate Practice” adalah Happy Kids Playgroup di Kids Centre. Setiap tindakan guru dalam membantu anak belajar dan berkembang diharapkan berdasarkan kepada standar perilaku profesional guru, sebagai komitmen terhadap nilai-nilai fundamental perkembangan anak usia dini. Standar perilaku tersebut adalah sebagai berikut ini.

(16)

2. Mendasarkan tindakan pendidikan kepada pengetahuan tentang perkembangan dan belajar anak.

3. Mengapresiasi dan mendukung ikatan yang kuat antara anak dan keluarga. 4. Mengakui bahwa cara terbaik memahami anak harus dalam konteks

keluarga, budaya, dan masyarakat.

5. Menghargai martabat, kemuliaan dan keunikan setiap individu anak.

6. Membantu anak dan orang dewasa mencapai perkembangan potensinya secara optimal dalam konteks hubungan yang didasari kepercayaan, respek dan penerimaan yang positif. (Feeney & Kipnis, 1993; 3 dalam Sue Bredekamp & Carol Copple, 1997; 7)

(17)

perpustakaan, ruang audio-visual, dan ruang musik yang terdapat di Happy Kids Playgroup – Kids Centre.

Selain itu, Happy Kids Playgroup melakukan asesmen perkembangan dan belajar anak yang dilakukan dengan cara observasi pada saat proses kegiatan berlangsung secara berkelanjutan. Observasi dilakukan oleh seorang observer pada setiap kelas dengan di bawah bimbingan tim konsultan psikologi. Informasi juga diperoleh dari orang tua yang dijaring melalui wawancara dan buku penghubung. Hasil asesmen dinyatakan secara deskriptif dan dicatat dari hari ke hari. Hasil tersebut akan diberikan kepada orang tua pada setiap akhir kegiatan di hari Jumat.

Tugas guru di Happy Kids Playgroup adalah melakukan pengecekan dan validasi atas perkembangan setiap anak dengan jalan mengamati perilaku anak sehari-hari, memberikan bantuan khusus kepada anak-anak tersebut secara individual dengan hati-hati dan tetap berpegangan pada prinsip keterpaduan perkembangan anak, serta melakukan pencatatan atas setiap bantuan yang diberikan atas perkembangan yang tampak melalui buku penghubung. Selanjutnya, orang tua akan memberikan masukan terhadap hasil observasi guru di kelas setiap harinya.

(18)

pembelajaran, asesmen maupun penilaian hasil perkembangan dan belajar anak. Hal ini karena perlunya perangkat baik fisik, seperti peralatan dan ruang kelas yang memadai serta sumber daya manusia yang handal berkaitan dengan kompetensi guru dalam mengajar di kelas. Penilaian yang sistematis terhadap program pendidikan kelompok belajar yang menggunakan pendekatan “Developmentally Appropriate Practice” maka dapat diketahui gambaran kesesuaian dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan selama proses pembelajaran serta gambaran perkembangan anak di Happy Kids Playgroup.

Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian deskriptif mengenai pelaksanaan program pendidikan kelompok bermain berdasarkan “Developmentally Appropriate Practice” di Happy Kids Playgroup Kotamadya Bandung.

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

(19)

Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang periode usia dini merupakan periode yang penting dan perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Montenssori (Elizabeth B. Hurlock, 1978: 13) berpendapat bahwa usia 3 – 6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode dimana fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Misalnya masa peka untuk berbicara pada periode ini tidak terpenuhi maka anak akan mengalami kesukaran dalam berbahasa pada periode selanjutnya. Masa sensitif anak pada usia ini mencakup sensitif terhadap keteraturan lingkungan, mengeksplorasi lingkungan dengan lidah dan tangan, sensitif untuk berjalan, sensitif terhadap obyek-obyek kecil dan detail, serta terhadap aspek-aspek sosial kehidupan. Selain itu, Kartini Kartono (1986: 113 dalam Ernawulan Syaodih, 2003: 15 – 18) mengungkapkan ciri khas lainnya pada masa kanak-kanak, yaitu : bersifat egosentris naif, relasi sosial yang masih primitif, kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan, serta sikap hidup yang fisiognomis.

Uraian yang berkaitan dengan ciri-ciri anak diperlukan dalam menjelaskan program pendidikan anak usia dini yang menggunakan pendekatan

(20)

disusun oleh The National Association for the Education of Young Children (NAEYC) maka kegiatan program pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak usia dini, seperti yang diuraikan berikut ini.

a. Pada program pendidikan usia dini selain meningkatkan perhatian terhadap hal-hal yang bersifat akademis, juga menekankan pada penyediaan lingkungan yang aman, yang mendukung bagi perkembangan anak, baik fisik, sosial, emosional dan kognitif.

b. Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pendidikan usia dini berdasarkan pada konsep kesesuaian perkembangan yang mempunyai tiga dimensi, yaitu kesesuaian usia, kesesuaian individual dan kesesuaian sosial-budaya.

c. Konsep kesesuaian perkembangan dapat dilakukan pada 4 komponen pendidikan usia dini yaitu rambu-rambu program, interaksi anak dengan orang dewasa, hubungan antara rumah dan program serta evaluasi perkembangan anak.

d. Rambu-rambu belajar disusun sesuai dengan perkembangan anak dan dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan, minat, dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda pada anak secara individual. Rambu-rambu tersebut sesuai dengan perkembangan mencakup aspek perkembangan fisik, emosi, sosial dan kognitif anak melalui program terpadu.

(21)

untuk belajar melalui penjelajahan aktif dan ada interaksi dengan orang dewasa, dengan teman sebaya dan benda-benda sekitarnya.

f. Proses interaksi dengan orang lain dan benda-benda di lingkungannya menyebabkan anak belajar. Oleh karena itu, kegiatan belajar dan materi harus konkrit, nyata dan sesuai dengan kehidupan anak.

g. Proses belajar terjadi ketika anak menyentuh, mengenal, mencoba dengan benda-benda dan saat berinteraksi dengan orang lain.

h. Strategi pengajaran diciptakan dengan menyediakan lingkungan yang memberikan kesempatan agar anak dapat berpartisipasi aktif melalui kegiatan-kegiatan permainan dan pengalaman nyata untuk memotivasi dan memperoleh belajar yang bermakna.

Untuk mengarahkan program pembelajaran agar sesuai dengan

developmentally appropriate practice tersebut maka dibutuhkan rambu-rambu dalam membuat keputusan pembelajaran yang berbasis perkembangan sebagai indikator dari proses pembelajaran tersebut. Rambu-rambu developmentally appropriate practice terdiri dari lima dimensi berikut ini.

a. Menciptakan masyarakat pembelajaran yang peduli

b. Pengajaran yang memperkaya perkembangan dan pembelajaran c. Mengembangkan kurikulum yang sesuai

(22)

Program pembelajaran yang dilakukan untuk pembentukan perilaku dan pengembangan kemampuan dasar anak dapat dicapai melalui program

developmentally appropriate practice yang digunakan agar memacu perkembangan motorik, kognitif, bahasa-komunikasi dan sosial-emosional yang digunakan sebagai indikator keberhasilan dari proses pembelajaran yang dicapai oleh anak. Kondisi ini sesuai dengan pendidikan yang dilakukan Happy Kids Playgroup dalam melakukan pembentukan perilaku dan pengembangan kemampuan dasar anak yang mencakup perkembangan motorik (motorik kasar, motorik halus, sensori-motor), kognitif (persepsi pendengaran dan penglihatan), bahasa-komunkasi, dan sosial-emosional.

Pelaksanaan program pendidikan kelompok bermain yang menggunakan pendekatan Developmentally Appropriate Practice bertujuan untuk mengetahui gambaran perkembangan anak di Happy Kids Playgroup

serta gambaran mengenai kesesuaian proses pembelajaran dengan rambu-rambu rancang DAP.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah maka dapat dirumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah

(23)

b. Bagaimana gambaran perkembangan 8 anak yang mengikuti program pendidikan berdasarkan “Developmentally Appropriate Practice” di Happy Kids Playgroup?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran pelaksanaan program pendidikan kelompok bermain berdasarkan “Developmentally Appropriate Practice” di Happy Kids Playgroup Kotamadya Bandung.

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah

a. Memberikan informasi bagi ilmu bimbingan dan konseling dengan konsentrasi pendidikan anak usia dini mengenai gambaran pelaksanaan program pendidikan berdasarkan “Developmentally Appropriate Practice” pada anak playgroup.

b. Bahan acuan bagi peneliti lain yang tertarik pada program pendidikan berdasarkan “Developmentally Appropriate Practice”.

2. Manfaat Praktis

(24)

b. Memberikan informasi bagi konselor dalam memberikan konseling perkembangan (developmental counseling) pada orang tua dari anak yang mengikuti program pendidikan berdasarkan “Developmentally Appropriate Practice” di kelompok bermain.

c. Memberikan informasi bagi tenaga profesional, seperti guru playgroup mengenai pentingnya pendidikan yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak (Developmentally Appropriate Practice).

d. Memberikan informasi bagi orang tua dalam memberikan bimbingan belajar yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak.

E. Asumsi Penelitian

1. Anak playgroup berada pada masa perkembangan usia dini yang memiliki ciri-ciri dan tugas perkembangan tertentu sesuai dengan usianya.

2. Program pendidikan Happy Kids Playgroup berdasarkan developmentally appropriate practice dapat membantu perkembangan anak yang mencakup motorik, kognitif, bahasa dan sosial-emosional agar dapat berfungsi secara optimal.

3. Pelaksanaan program pendidikan Happy Kids Playgroup berdasarkan

(25)

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus pada 8 anak Happy Kids PlaygroupKids Centre. Tujuannya adalah untuk melihat gambaran pelaksanaan program pendidikan kelompok bermain berdasarkan

developmentally appropriate practice pada anak Happy Kids Playgroup telah sesuai dengan rambu-rambu rancangan DAP serta gambaran perkembangan anak di Happy Kids Playgroup.

Adapun teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut.

1. Observasi perkembangan anak sesuai dengan panduan develomentally appropriate practice pada 8 anak yang dipilih berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

2. Observasi dan wawancara berdasarkan rambu-rambu rancangan

developmentally appropriate practice.

(26)

G. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah sekolah Happy Kids Playgroup yang merupakan bagian dari Kids Centre di jalan Sukaasih No. 61A, Bandung. Adapun jumlah sampel penelitian adalah 8 anak yang memenuhi karakteristik yang mengikuti pendidikan di Happy Kids PlaygroupKids Centre. Usia anak yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggali persepsi individu yang penting adalah pengalaman, pendapat, perasaan dan pengetahuan individu tersebut. Pendekatan ini juga dapat memahami sudut pandang partisipan secara lebih mendalam, dinamis dan menggali berbagai macam faktor sekaligus (Creswell, 1994; Patton, 1990; Strauss, 1987; Taylor & Bogdan, 1984). Sesuai dengan sifat penelitian tersebut maka peneliti melakukan pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan memberikan kuesioner pada guru.

(28)

B. Desain Penelitian

Gambaran desain penelitian kualitatif sesuai dengan kondisi lapangan serta memperhatikan temuan-temuan kejadian yang muncul di lapangan maka sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian disusun seperti bagan 3.1. di bawah ini.

Bagan 3.1. Desain Penelitian

Anak Happy Kids

Playgroup

Rambu-rambu Rancangan DAP

Program Pembelajaran

DAP

Perkembangan Anak Playgroup

a. Menciptakan masyarakat pembelajaran yang peduli b. Pengajaran yang memperkaya

perkembangan dan pembelajaran c. Mengembangkan kurikulum yang

sesuai perkembangan anak d. Pengukuran pembelajaran dan

perkembangan anak

e. Mengokohkan hubungan timbal-balik dengan keluarga

(29)

C. Variabel Penelitian dan Definisi Peristilahan

Upaya memperjelas fokus pembahasan yang hendak diteliti dan untuk menyamakan pandangan tentang berbagai variabel dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk menegaskan definisi peristilahan dari variabel penelitian sebagai berikut ini.

Program Developmentally Appropriate Practice

Developmentally Appropriate Practice” adalah tindakan guru kelompok bermain dalam melaksanakan pendidikan di kelas didasari oleh pengetahuan tentang perkembangan dan belajar anak; kekuatan, minat, dan kebutuhan setiap anak di dalam kelompok; serta pengetahuan mengenai konteks sosial-budaya dimana anak hidup sehingga dapat membantu anak dalam mencapai tingkat perkembangan dari kemampuan motorik kasar, motorik halus, bahasa-komunikasi, kognitif, dan sosial-emosional secara optimal sesuai dengan usia perkembangannya.

Upaya untuk mengarahkan pelaksanaan program pendidikan agar sesuai dengan developmentally appropriate practice tersebut maka dibutuhkan rambu-rambu dalam membuat keputusan pembelajaran berbasis perkembangan. 1. Menciptakan masyarakat pembelajaran yang peduli

2. Pengajaran yang memperkaya perkembangan dan pembelajaran 3. Mengembangkan kurikulum yang sesuai perkembangan anak 4. Asesmen pembelajaran dan perkembangan anak

(30)

D. Pengembangan Instrumen Penelitian

Ada dua instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu (1) instrumen untuk mengetahui perkembangan anak yang terdiri dari perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa-komunikasi, kognitif, dan sosial-emosional; (2) instrumen untuk mengetahui rambu-rambu dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan menciptakan masyarakat pembelajaran yang peduli, pengajaran yang memperkaya perkembangan dan pembelajaran, mengembangkan kurikulum yang sesuai, asesmen pembelajaran dan perkembangan anak serta mengokohkan hubungan timbal-balik dengan keluarga.

1. Instrumen Observasi Perkembangan Anak

(31)

Tabel 3.1

Observasi Perkembangan Anak

Observasi Perkembangan Anak

Petunjuk :

Beri tanda checklist (V) pada item yang ditampilkan anak dan berikan N pada item yang tidak ada kesempatan untuk diobservasi.

____ Melompat dengan langkah rendah; kurang mempertimbangkan dengan baik dalam melompati sasarannya. ____ Menunjukkan peningkatan koordinasi; mulai menggerakkan

(32)

____ Mudah lelah jika banyak

____ Anak masih berpikir simbolik. ____ Anak masih bersifat egosentris yaitu kecenderungan

____ Anak dapat mengorganisasi informasi ke dalam konsep-konsep.

____ Anak mampu melakukan klasifikasi.

4. Perkembangan Bahasa dan Komunikasi

(33)

yang dapat diterima sesuai budaya tetapi tetap harus diingatkan agar sesuai konteksnya.

____ Banyak bertanya dengan kata siapa, apa, dimana dan mengapa tetapi

____ Dapat menceritakan cerita sederhana tetapi harus mengulangi

(34)

____ Dapat bermain dengan yang lain dan berespon positif apabila terdapat kondisi yang menyenang- kan menyangkut alat-alat, ruang dan pengawasan (kurang dapat bersikap prososial apabila hal-hal tersebut tidak mencukupi). ____ Dapat mengikuti permintaan yang sederhana, senang diperlakukan seperti orang dewasa sekali-kali, tetapi masih meletakkan benda dalam mulut yang dapat membahayakan dan bisa pergi kemana-mana bila tidak diawasi dengan baik.

____ Dapat mengekspresikan perasaan- perasaannya dengan kuat, seperti takut dan afeksi, menunjukkan kegembiraaan dan suka humor.

2. Instrumen Rambu-Rambu Developmentally Appropriate Practice

Instrumen yang berupa kuesioner ini berisikan rambu-rambu rancangan

(35)

Tabel 3.2 lakukan sesuai dengan rambu-rambu DAP dan berikan keterangan pada kolom sebelah kiri.

Item Bukti Appropriate dan

Inappropriate Practice

1. Menciptakan masyarakat pembelajaran yang peduli.

____ Guru memastikan bahwa kelas-kelas atau kelompok-kelompok anak

(36)

____ Guru menggunakan banyak

(37)

mendapatkan terapi dan pelayanan lain perkembangan dan pembelajaran.

____ Guru merencanakan dan mempersiap- kan lingkungan belajar yang membantu

(38)

sebab dan akibat dari suatu hubungan. ____ Guru merencanakan berbagai

macam pengalaman belajar melalui alat-

____ Guru memberikan kesempatan

kepada anak-anak untuk merencanakan

(39)

untuk menggambarkan hasil atau ide- ide mereka dan mereka berespon dengan penuh perhatian terhadap inisiatif yang disampaikan anak-anak. ____ Sesuai dengan kapasitas perkembangan anak, guru memasukkan pengalaman-

____ Guru memperhatikan dan berinteraksi dengan anak-anak, baik secara

(40)

ketrampilan sosial, seperti bekerja sama,

____ Guru menggambarkan keingintahuan anak-anak dan ingin membuat dunia ____ Guru memfasilitasikan pengembangan ketrampilan sosial, kontrol diri dan

____ Tujuan kurikulum menunjukan belajar dalam semua area perkembangan, seperti fisik, sosial, emosional, bahasa, keindahan dan intelektual.

____ Isi kurikulum dari berbagai disiplin ilmu, seperti matematika, ilmu alam,

____ Kurikulum dirancang untuk

(41)
(42)
(43)

sehat.

____ Anak-anak diberi kesempatan setiap hari untuk menghargai dan

____ Anak-anak memiliki kesempatan sepanjang hari untuk bergerak bebas ____ Anak-anak memiliki kesempatan sepanjang harinya untuk mengembang-

____ Anak-anak mempunyai kesempatan dan guru-guru mendukung untuk

(44)

kurikulum untuk menemukan

____ Setiap program masuk dalam usia setiap anak tanpa menghiraukan tingkat

5. Memperkokoh hubungan timbal balik dengan keluarga.

(45)

untuk berpartisipasi diatur untuk mengakomodasikan jadwal orang tua. Orang tua mempunyai kesempatan untuk terlibat dengan cara yang nyaman bagi mereka, seperti mengamati membacakan buku untuk anak-anak atau berbagi ketrampilan atau hobi.

3. Data Hasil Evaluasi Perkembangan Anak Mingguan

Data ini diperoleh dari hasil pengamatan observer selama di kelas setiap harinya dan dituangkan dalam bentuk laporan mingguan kepada orang tua sejak akhir bulan juli hingga awal bulan desember, seperti tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3

Hasil Evaluasi Perkembangan Anak Aspek Psikologi Bulan Juli – Desember

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Motorik Kasar Motorik Halus Sensori-Motor Persepsi Pendengaran Persepsi Penglihatan Bahasa Komunikasi Bahasa Konseptual Sosialisasi

Penilaian yang dilakukan oleh observer dibagi dalam 5 kategori yaitu baik (B), cukup baik (CB), cukup (C), kurang (K) dan tidak merespon (NR). Adapun aspek psikologi yang diamati meliputi 8 aspek dengan gambaran kegiatan sebagai berikut.

(46)

b. Motorik halus meliputi mewarnai, menempel, menghubungkan garis, menulis, bermain puzzle, meronce dan lego.

c. Sensori-motor meliputi konsep arah (lateralisasi), membedakan perabaan, organisasi tubuh dalam ruang, keseimbangan, deskriminasi taktil.

d. Persepsi pendengaran meliputi mengikuti perintah/tidak, memusatkan perhatian, mengingat bunyi, deskriminasi bunyi, koordinator suara-motor. e. Persepsi penglihatan meliputi membedakan bentuk, gambar-latar, dan daya

ingat penglihatan.

f. Bahasa-komunikasi meliputi kosa-kata, berbicara lancar dengan kalimat sederhana, artikulasi, komunikatif dengan teman dan guru, dapat menjelaskan kembali, dan berani menjawab pertanyaan.

g. Bahasa konseptual meliputi konsep bilangan, pengetahuan umum, klasifikasi dan deskriminasi, reasoning sederhana (sebab-akibat).

h. Sosialisasi meliputi bermain sendiri atau kelompok, pemahaman norma, berani tampil, membantu teman dan guru.

4. Deskripsi Hasil Evaluasi Perkembangan Anak

(47)

Tabel 3.4

Deskripsi Hasil Evaluasi Perkembangan Anak

Aspek Psikologi Deskripsi Perkembangan Anak

Mampu Cukup Mampu Kurang Mampu

Motorik Kasar

Motorik Halus

Sensori-Motor

Persepsi Pendengaran

Persepsi Penglihatan

Bahasa Komunikasi

Bahasa Konseptual

Sosialisasi

E. Subyek dan Lokasi Penelitian 1. Sampel Penelitian

Subyek penelitian ini adalah 8 anak playgroup yang mengikuti pendidikan di Happy Kids Playgroup – Kids Centre kotamadya Bandung. Pemilihan kedelapan anak tersebut berdasarkan teknik purposive sampling

(48)

Tabel 3.5

Bahasa Emosi Kemandirian Relasi

sosial

Kedelapan anak yang menjadi subyek penelitian ini berusia 3 – 4 tahun yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

developmentally appropriate practice di Happy Kids Playgroup – Kids Centre.

Adapun identitas kedelapan anak yang menjadi subyek penelitian berdasarkan keurutan tingkat perkembangan kemampuan anak, seperti tertera pada tabel 3.6 berikut ini.

Tabel 3.6

Identitas Subyek Penelitian

No. INISIAL PANGGILAN TANGGAL LAHIR JENIS KELAMIN

(49)

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah sekolah Happy Kids Playgroup yang merupakan bagian dari Kids Centre di jalan Sukaasih No. 61A, Bandung. Adapun pertimbangan penentuan lokasi penelitian ini sebagai berikut.

a. Sekolah Happy Kids Playgroup menggunakan program developmentally appropriate practice yang merupakan model pendidikan termuktahir pada saat ini sehingga menarik untuk diteliti lebih lanjut.

b. Belum pernah ada penelitian mengenai program developmentally appropriate practice di sekolah Happy Kids Playgroup tersebut.

c. Lokasi sekolah Happy Kids Playgroup yang cukup strategis berada di kota Bandung sehingga penelitian dapat dilakukan dengan intensif.

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1. Pengumpulan data observasi perkembangan anak

(50)

berkaitan dengan pengisian data penunjang. Selanjutnya, dilakukan observasi untuk melihat perkembangan anak selama 3 bulan berikutnya yaitu dari bulan Oktober hingga bulan Desember untuk melihat ada/tidaknya kemajuan perkembangan kemampuan pada anak yang di observasi tersebut.

2. Strategi multi-metode

Beberapa paduan teknik seperti wawancara ke guru, observer dan staf, observasi, studi dokumenter yang menggunakan kamera dan handycam. Observasi dilakukan dengan merujuk pada pedoman observasi yang ada di dalam buku developmentally appropriate practice in Early Childhood Programs dari Sue Bredekamp dan Carol Copple.

3. Pencatatan bahasa subyek

Peneliti mencatat bahasa subyek penelitian dari apa yang dilihat untuk mendapatkan rumusan yang rinci, didengar dan ditangkap tanpa memberikan interpretasi apapun agar pencatatan lebih obyektif dan akurat.. 4. Pencatatan data mekanik

Peneliti menggunakan alat perekam baik kamera foto digital maupun handycam digital pada kegiatan yang dilakukan anak-anak dalam melakukan observasi untuk menjaga keakuratan informasi dari subyek penelitian.

5. Pengumpulan data asesmen mingguan dari observer kelas

(51)

hasil observasi untuk mengetahui perkembangan anak yang mengikuti program developmentally appropriate practice ini.

G. Prosedur dan Teknik Analisis Data

Prosedur penelitian ini mengikuti tiga langkah pokok, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir penelitian.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan penelitian ini meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut : a. Melakukan studi pendahuluan dan penjajagan awal ke Happy Kids

Playgroup di kota Bandung. Studi pendahuluan dan penjajagan awal ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap tentang situasi dan kondisi Happy Kids Playgroup sehingga peneliti mendapat kepastian bahwa tempat ini sesuai dijadikan tempat penelitian. Penjajagan awal ini penting dilakukan untuk melakukan pendekatan dengan staf, guru, dan anak-anak yang mengikuti pendidikan di Happy Kids Playgroup.

b. Mengurus perizinan guna memperoleh izin operasional penelitian maka peneliti mengajukan permohonan ke Program Pasca-sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

(52)

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan kegiatan orientasi (penciptaan

rapport), eksplorasi (pengumpulan data utama melalui observasi perkembangan anak) serta melengkapi (pengumpulan data penunjang. Dari ketiga tahapan penelitian ini diperoleh temuan penelitian yang pada dasarnya terdiri dari data utama dan data penunjang. Data utama adalah data yang diperoleh sesuai dengan dan untuk menjawab rumusan pertanyaan penelitian, yaitu meliputi gambaran perkembangan anak dan rambu-rambu perancangan DAP. Sementara data penunjang adalah data yang diperoleh untuk menunjang objektivitas dan keakuratan data utama. Data penunjang dalam penelitian ini menampilkan kondisi objektif Happy Kids Playgroup yang meliputi sejarah dan profil umum, susunan organisasi, kondisi fisik (sarana dan prasarana), jumlah staf, dan potret kegiatan di Happy Kids Playgroup.

3. Tahap Akhir Penelitian

(53)

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil temuan penelitian berkaitan dengan perkembangan 8 anak Happy Kids Playgroup serta pelaksanaan program pendidikan kelompok bermain berdasarkan developmentally appropriate practice sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan maka dilakukan analisis dalam menjawab pertanyaan penelitian. Gambaran status perkembangan ke-8 anak dan hasil wawancara dengan guru berkaitan dengan rancangan rambu-rambu program

developmentally appropriate practice tersebut dinyatakan valid selama pengamatan data dari akhir bulan Juli sampai bulan Januari 2006. Selanjutnya disusun program bimbingan dalam rangka mengoptimalkan perkembangan anak agar sesuai dengan usia perkembangannya.

1. Perkembangan Anak Happy Kids Playgroup

Para ahli pendidikan percaya bahwa setiap periode perkembangan memiliki tugas perkembangannya masing-masing. Havighurst (Blocher, 1974:64) mendefinisikan tugas perkembangan sebagai berikut :

Developmental task is a task which arises at or about period in the life of the individual, succesful achievement of which leads to his happiness and to success with later tasks, while failure leads to unhappiness in the individual, dissapproval by the society, and difficulty with later tasks.

(54)

kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya; sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.

Sekaitan dengan pendidikan anak usia dini, tugas perkembangan ini hendaklah dijadikan sebagai dasar atau rambu-rambu dalam penyusunan materi maupun metodologi pendidikan yang dipakai. Tujuannya, tentu saja agar anak mampu mencapai tugas-tugas perkembangan mereka secara optimal dan terhindar dari kegagalan. Hurlock (1990) juga menyatakan bahwa jika anak gagal dalam upaya mencapai tugas perkembangannya bisa mengakibatkan dua kemungkinan yang serius, yaitu (1) anak dinilai oleh teman sebayanya dan orang tua sebagai anak yang terlambat perkembangannya dan penilaian ini bisa membuat anak yang bersangkutan memiliki penilaian negatif terhadap dirinya sendiri, dan pada akhirnya membuat anak memiliki gambaran diri yang negatif (negatif self-image); dan (2) fondasi untuk tahap perkembangan berikutnya menjadi kurang kuat sehingga sulit mengejar ketertinggalan perkembangan dari teman sebayanya. Akibatnya lebih lanjut adalah perasaan tidak mampu bersaing dengan teman-teman seusianya.

(55)

a. Perkembangan motorik kasar

Perkembangan motorik adalah proses memperoleh ketrampilan dan pola gerakan yang dilakukan anak untuk mengendalikan tubuh (Hidayat, 2003;22). Menurut Moeslichatoen (1999) bahwa ketrampilan koordinasi otot kasar merupakan kegiatan gerak seluruh tubuh atau bagian besar tubuh yang meliputi belajar (latihan) merangkak, melempar, meloncat, koordinasi keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, ketahanan, menendang, melompat, meloncat dan melempar.

(56)

yang tidak menyenangkan sebelumnya saat melompat sehingga anak menjadi takut, kondisi fisik yang lemah serta sulitnya memusatkan perhatian.

(57)

b. Perkembangan motorik halus

Perkembangan motorik halus yang diharapkan dapat dikuasai anak playgroup usia 3 – 4 tahun adalah mampu meronce, menyusun menara balok, bermain puzzle, menulis walaupun mudah lelah, menggambar bentuk dan objek, serta memakai baju berkancing dengan bantuan. Menurut Hidayat (2003: 22) bahwa ketrampilan koordinasi otot halus merupakan kegiatan yang menggunakan otot halus pada kaki dan tangan. Gerakan ini memerlukan latihan, kecepatan, ketepatan, menggerakkan, menggambar, melipat dan membentuk.

(58)

anak (A dan Ar) yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata cenderung menolak mengerjakan aktivitas yang membutuhkan ketrampilan motorik halus dengan mendapatkan beberapa tidak mendapatkan nilai karena tidak memberikan respon atau no-response/NR (Lampiran 7 – 9).

c. Perkembangan kognitif

Pengertian kognisi mencakup aspek-aspek struktur intelek yang dipergunakan untuk mengetahui sesuatu (Gunarsa, 1981: 234). Kemampuan kognitif yang telah dikuasai oleh 6 anak pada umumnya berkaitan dengan mengelompok alat transportasi, bintang, warna, buah-buahan, dan angka. Namun 2 anak yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata belum memahami konsep warna, angka dan buah-buahan (Tabel 4.4). Sedangkan pemahaman hubungan sebab akibat umumnya sudah dikuasai oleh 7 anak yang dituangkan dalam bentuk cerita sedangkan 1 anak yaitu A masih sulit untuk merangkaikan konsep-konsepnya dalam bentuk cerita sederhana. Hal ini karena adanya keterbatasan kemampuan bahasa ekspresif yang dimiliki A serta kurangnya rangsangan di rumah karena kedua orang tua sibuk bekerja (Tabel 4.4. dan Lampiran 7 – 9).

(59)

Periode ini ditandai dengan berkembangnya fungsi simbolik atau ‘symbolic function’ yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk merepresentasikan (mewakili) sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol (kata-kata,

gesture/bahasa gerak, dan benda) atau dapat juga dikatakan sebagai ‘semiotic function’ yaitu kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol (bahasa, gambar, tanda/isyarat, benda, gesture, atau peristiwa) untuk melambangkan suatu kegiatan, benda yang nyata atau peristiwa (Yusuf, 2002: 165). Berdasarkan data temuan diatas maka ada 2 anak yaitu A dan Ar belum berkembang fungsi simboliknya. Selain itu, A tampak kesulitan mengekspresikan fungsi simbolik karena keterbatasan kemampuan bahasanya.

d. Perkembangan bahasa dan komunikasi

Menurut Owens (1984: 379) bahasa merupakan kode atau sistem konvensional yang disepakati secara sosial untuk menyajikan berbagai pengertian melalui penggunaan simbol-simbol sembarang (arbitrary symbols) dan tersusun berdasarkan aturan yang telah ditentukan. Bahasa memiliki cakupan yang luas (bahasa isyarat, kode morse, bahasa ujaran dan bahasa tulis) sedangkan wicara atau komunikasi hanya merupakan makna verbal dari penyampaian bahasa.

(60)

rata-rata membutuhkan dorongan dari lingkungan untuk merangsang kemampuan bahasa dan komunikasinya. Sedangkan 1 anak yaitu A masih kurang jelas dalam berbicara dan berkomunikasi dengan temannya. A terkadang berteriak apabila kebutuhannya tidak dimengerti oleh teman dan gurunya (Tabel 4.5.). Kesulitan A untuk mengekspresikan bahasanya karena kurangnya rangsangan di rumah dalam berkomunikasi karena kesibukan kedua orang tuanya sehingga jarang berkomunikasi dua arah serta kondisi A yang sulit untuk memusatkan perhatian. Hal ini karena bahasa merupakan bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran dan pengetahuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang sedang tumbuh dan berkembang mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran dan perasaannya melalui bahasa yang sederhana (Hidayat, 2003: 23).

e. Perkembangan sosial-emosional

(61)

hasil temuan diketahui 3 anak memiliki perkembangan sosial-emosional yang baik sesuai dengan ciri-ciri tersebut. 2 anak memiliki kemampuan yang berada di atas rata-rata yaitu C dan Sl, sedangkan 1 anak yaitu H berada pada taraf rata-rata.

Selain itu diketahui 4 anak memiliki perkembangan sosial-emosional yang cukup karena telah sesuai dengan ciri-ciri perkembangan, akan tetapi 3 dari 4 anak mengekspresikan rasa marahnya dengan memukul teman dan 1 anak masih sering menangis mencari ibunya dan memilih-milih teman dalam bermain.

(62)

2. Pelaksanaan Program Sesuai Rambu-Rambu Rancangan DAP

Pelaksanaan program pendidikan Happy Kids Playgroup sebagian besar telah sesuai dengan dimensi rambu-rambu rancangan DAP yang meliputi dimensi sebagai berikut: menciptakan masyarakat pembelajaran yang peduli, pengajaran yang memperkaya perkembangan dan pembelajaran, mengembangkan kurikulum yang sesuai perkembangan anak, assesmen pembelajaran dan perkembangan anak serta memperkokoh hubungan timbal-balik dengan keluarga. Berdasarkan temuan data mengenai pelaksanaan program sesuai rambu-rambu rancangan DAP diperoleh gambaran berikut ini. a. Menciptakan masyarakat pembelajaran yang peduli

(63)

keluarga untuk ditempelkan di dinding kelas. Lebih lanjut Sue Bredekamp & Carol Copple (1997: 16) mengungkapkan tentang hubungan sosial anak.

Social relationships are important context for learning. Each child has strenghts or interests that contribute to the overall functioning of the group. When children have opportunities to play together work on project in small groups, and talk with other children and adults, their own development and learning are enhanced. Interacting with other children in small groups provides a context for children to operate on the edge of their developing capacities. The learning environment enables children to construct understanding through interactions with adults and other children.

Menurut Moeslichatoen (1999: 21 -23), keterampilan sosial yang perlu dipelajari anak usia kelompok bermain adalah (1) membina hubungan dengan orang dewasa, seperti keluarga dan sekolah, (2) membina hubungan dengan anak lain, (3) membina hubungan dengan kelompok, dan (4) membina diri sebagai individu.

(64)

…The early childhood classroom is a community in which each is valued. Children learn to respect and acknowledge differences in abilities and talents and to value each person for his or her strenghts.

Untuk menfasilitasi perkembangan sosial anak maka guru pra-sekolah hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut (a) membantu anak agar memahami alasan tentang diterapkannya aturan; (b) membantu anak untuk memahami dan membiasakan mereka untuk memelihara persahabatan, kerjasama, saling membantu, dan saling menghargai/menghormati; serta (c) memberikan informasi kepada anak tentang adanya keragamana budaya, suku dan agama di masyarakat, atau di kalangan anak sendiri dan perlunya saling menghormati di antara mereka (Yusuf, 2002: 171-172).

(65)

perkembangan pengalaman belajar anak, seperti puzzle, lego, buku bacaan dan pasir. Anak diberikan kebebasan untuk melakukan aktivitas sesuai dengan minat menurut media yang tersedia dan guru mengadakan pengawasan di lingkungan tempat belajar, seperti gymnasium dan kolam renang. Namun menurut guru bahwa pemilihan alat masih kurang mempertimbangkan konteks budaya dimana anak tinggal (Tabel 4.8.). Hal ini sejalan dengan pendapat Sue Bredekamp & Carol Copple (1997: 17) berikut ini.

Teachers accept responsibility for actively supporting children’s development and provide occasions for children to aquire important knowledge and skills. Teachers use their knowledge of child development and learning to identify the range of activities, materials, and learning experiences that are appropriate for a group or individual child. This knowledge is used in conjuction with knowledge of the context, and understanding about individual children’s growth, patterns, strenghts, needs, interests, and experiences to design the curriculum and learning environment and guide teachers’ interactions with children.

(66)

mengungkapkan perlunya kolaborasi dan kerjasama dengan teman sebaya, seperti berikut ini.

Teachers use a variety of ways of ways of flexibly grouping children for the purposes of instruction, supporting collaboration among children, and building a sense of community. At various times, children have opportunities to work individually, in small group and with the whole group.

Guru Happy Kids Playgroup juga berupaya mengembangkan ketrampilan sosial dan kontrol diri anak-anak dengan belajar mengingatkan diri untuk tidak memukul teman, tidak berebutan dan sayang pada teman. Helms dan Turner (1984: 225 dalam Ernawulan Syaodih, 2003: 52) mengungkapkan bahwa pola perilaku sosial anak dapat dilihat dari empat dimensi, yaitu (1) anak dapat bekerjasama (cooperating) dengan teman, (2) anak mampu menghargai (altruism) teman, dalam hal menghargai miliki, pendapat, hasil karya yang ada pada teman, (3) anak mampu berbagi (sharing) kepada teman, dan (4) anak mampu membantu (helping others) orang lain. Hal ini tidak hanya ditunjukkan dalam hubungannya dengan teman sebaya tetapi juga dengan orang dewasa lainnya.

(67)

c. Mengembangkan kurikulum yang sesuai perkembangan anak

Pada dimensi ini guru berupaya mengembangkan seluruh area perkembangan anak yang meliputi perkembangan fisik, bahasa, kognitif, estetik dan sosial-emosional anak yang dituangkan dalam kurikulum. Menurut Patmonodewo (2000: 56) kurikulum diperlukan untuk memberikan pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka setiap sekolah perlu mempunyai sebuah rencana pendidikan yang sistematis.

Isi kurikulum Happy Kids Playgroup disusun secara terintegrasi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti belajar pengenalan huruf dan angka melalui aktivitas bernyanyi, bermain balok, meronce, mencari buah-buahan lalu menghitung jumlah yang didapatkan anak serta menonton vcd. Dalam kurikulum ini anak mendapat pengalaman yang luas, karena antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain saling berkaitan. Dengan demikian seluruh mata pelajaran merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat (Patmonodewo, 2000: 57)

(68)

dilakukan anak-anak Happy Kids Palygroup bersifat moving class yang meliputi menggambar bebas, finger-painting, hand-painting, puzzle, lego dan meronce serta aktivitas motorik kasar di gymnasium dan playroom. Guru juga melakukan pendekatan dalam mengembangkan ketrampilan bahasa dan membaca anak dengan aktivitas bernyanyi, bercerita mengenai pengalaman, menonton film, dan melakukan perjalanan lapangan seperti pergi ke pasar tradisional, supermarket, kebun binatang, kebun buah, salon, rumah sakit, dan museum. Selain itu, untuk mengembangkan ketrampilan bantu diri atau kemandirian maka anak-anak dibiasakan untuk memakai sepatu sendiri, menggunakan sendok saat makan, membawa piring dan gelas kotor ke dapur, menggosok gigi sendiri, membersihkan meja bila menumpahkan makanan maupun minuman, membuka dan memakai celana sendiri saat buang air kecil ataupun menggompol (Tabel 4.9).

d. Assesmen pembelajaran dan perkembangan anak

(69)

masalah belajar, komunikasi dan sosialisasi. Guru dan observer akan menyampaikan laporan harian melalui parents’ book untuk ditindaklanjuti oleh orang tua serta dengan dukungan laporan perkembangan anak setiap minggu dari observer dan saran dari psikolog untuk orang tua dalam menangani anak selama di rumah (Tabel 4.10). Menurut Sue Bredekamp & Carol Copple (1997: 21) tentang assesmen perkembangan dan belajar anak adalah sebagai berikut.

Assessment of individual children’s development learning is essential for planning and implement-appropriate curriculum….The methods of assessment are appropriate to the age and experiences of young children. Assessment of young children relies heavily a the result observation of children’s development, descriptive data, collections of representative work by children, and demonstrated performance during authentic, not contrived, activities. Input from families as well ad children’s evaluations of their own work are part of the overall assessment strategy.

(70)

e. Memperkokoh hubungan timbal-balik dengan keluarga

Guru Happy Kids Playgroup melakukan komunikasi dan kerjasama dengan orang tua melalui buku perantara atau parents’ book setiap harinya untuk menyampaikan hal penting. Tujuannya adalah melakukan cross-check

dengan orang tua mengenai perilaku anak di rumah dan di sekolah. Selanjutnya, guru melakukan kunjungan ke rumah orang tua siswa untuk mengamati perilaku belajar anak di rumah (Tabel 4.11). Hal ini sejalan dengan pendapat Sue Bredekamp & Carol Copple (1997: 22) mengenai kerjagsama guru dan orang tua.

Teachers and parents share their knowledge of the children and understanding of children’s development and learning as part of day-to-day communication and planned conferences. Teachers support families in ways that maximally promote family decision-making capabilities and competence.

(71)

proses. Namun, fokus interaksi orang tua/anak/keluarga adalah orang tua, pendidik (guru) anak harus bekerjasama dengan orang tua apabila ingin berhasil.

3. Program Bimbingan untuk Mengoptimalkan Perkembangan Anak Program bimbingan pada anak usia dini bersifat terintegrasi dengan proses belajar mengajar sehingga berdasarkan hasil temuan penelitian di Happy Kids Playgroup maka diajukan beberapa program bimbingan terhadap perkembangan ke-8 anak. Program bimbingan tersebut mencakup layanan dasar sebagai upaya preventif dengan memberikan informasi kepada guru dan orang tua mengenai tugas-tugas perkembangan anak. Selain itu diketahui bahwa 2 anak yaitu A dan Ar yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata anak seusianya mengalami keterlambatan pada semua area perkembangan sehingga membutuhkan layanan responsif dan layanan perencanaan individual sesuai kebutuhannya. Sedangkan ada beberapa anak yang mengalami keterlambatan masih dapat dikatakan dalam batas ‘wajar’ hanya pada satu atau dua area perkembangan serta intensitas perilaku yang ditampilkan tidak terlalu sering. Intervensi yang diberikan pada kedua anak tersebut dapat pula digunakan pada anak lainnya.

(72)

a. Rasional

Salah satu upaya untuk membantu mengoptimalkan perkembangan anak ke-8 anak melalui pemberian layanan dasar bimbingan serta membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi anak A dan Ar agar dapat menyesuaikan diri di lingkungannya maka dibutuhkan layanan responsif dan layanan perencanaan individual. Upaya mengoptimalkan perkembangan anak difokuskan pada perkembangan motorik kasar seperti kemampuan keseimbangan dan menjaga sikap tubuh, serta melompat dengan satu kaki, perkembangan motorik halus seperti kekuatan otot motorik halus dan kemampuan menggunakan alat tulis, kemampuan bahasa dan komunikatif berkaitan dengan kejelasan artikulasi kata. Akibat dari perkembangan motorik dan bahasa yang kurang sesuai tersebut membuat kemampuan kognitif dan sosial-emosional anak kurang optimal.

b. Tujuan

a. Tujuan Umum

(73)

b. Tujuan Khusus

Program bimbingan secara khusus diharapkan anak dapat mengembangkan kemampuan anak melalui cara berikut ini.

2.1. memberikan informasi pada guru dan orang tua berkaitan dengan ciri-ciri dan tugas perkembangan anak usia 3 – 4 tahun yang diharapkan dapat dicapainya.

2.2. kemampuan motorik kasar berkaitan dengan keseimbangan dan menjaga sikap tubuh serta melompat dengan satu kaki.

2.3. kemampuan motorik halus berkaitan dengan kekuatan otot motorik halus dan kemampuan menggunakan alat tulis.

2.4. kemampuan bahasa dan komunikasi berkaitan dengan kejelasan artikulasi.

c. Materi dan Bentuk Kegiatan

Pada praktiknya, program bimbingan dituangkan dalam 3 komponen yaitu layanan dasar bimbingan, layanan responsif dan layanan perencanaan individual dengan uraian materi dan bentuk kegiatan untuk mengoptimalkan perkembangan anak sesuai kebutuhannya.

(74)

Layanan responsif dilakukan pada anak yang mengalami masalah perkembangan. Bentuk kegiatannya dengan melakukan intervensi khusus terhadap anak sesuai dengan masalah yang dialaminya.

Layanan perencanaan individual ditujukan untuk membantu anak dalam merencanakan kegiatan sehari-hari, terutama yang mendukung perkembangan anak. Dalam hal ini dapat dilakukan oleh guru dengan membuat SKM (Satuan Kegiatan Mingguan) dan SKH (Satuan Kegiatan Harian) agar kegiatan bimbingan pada anak yang bersangkutan dapat berjalan sistematis, terarah dan terencana dengan kegiatan pembelajaran sehari-hari.

(75)

Tabel 4.12

Materi dan Bentuk Kegiatan

Program Bimbingan Perkembangan Anak

No. Komponen Program Materi Bentuk Kegiatan

1. Layanan Dasar

2. Layanan Responsif Bimbingan khusus bagi anak

yang mengalami masalah

Perencanaan kegiatan harian Membuat SKM dan SKH sesuai

kebutuhan anak.

(76)

d. Personel

Personel yang melaksanakan kegiatan melibatkan guru dan orang tua dalam mengembangkan kemampuan motorik dan bahasa serta orang tua mengulangi yang telah diajarkan (remedial teaching) sesuai masukan dari guru.

e. Sarana

Sarana yang dibutuhkan disesuaikan dengan aktivitas bermain yang dilakukan, seperti play-doh, pernik untuk meronce, boneka, balok titian, gym-ball, trampolin, play-doh, kain, bola landak, kertas berpola garis, dan buku cerita.

f. Waktu

Waktu pelaksanaan kegiatan oleh guru pada dasarnya fleksibel dan terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran.

g. Evaluasi

(77)

Tabel 4.13

Evaluasi Perkembangan Anak

Observasi Perkembangan Anak

Petunjuk :

Beri tanda checklist (V) pada item yang ditampilkan anak dan berikan N pada item yang tidak ada kesempatan untuk diobservasi.

Item Bukti Tanggal

____ Melompat dengan langkah rendah; kurang mempertimbangkan dengan

(78)

cepat mengubah topik pembicaraan. ____ mengalami kesulitan dalam melafalkan kata, seringkali keliru antara kata satu dengan kata lainnya.

____ Mengadaptasi pembicaraan dan gaya bicara komunikasi non-verbal untuk pendengarnya dengan cara yang dapat diterima sesuai budaya tetapi tetap harus diingatkan agar sesuai konteksnya.

____ Banyak bertanya dengan kata siapa, apa, dimana dan mengapa tetapi

(79)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta dan Departemen P & K.

Albrecht, Kay & Miller, Linda G. (2000). Innovations The Comprehensive Toddler Curriculum. Beltsville: Gryphon House, Inc.

Beaty, J.J. (1996). Skill for Preschool Teachers. Englewood Cliffs, N.J.: Prectice-Hall, Inc.

Blocher, Donald, H. (1974). Developmental Counseling. New York: John Willey & Sons.

Borden, M.A. (Terj. Ary Nilandari). (2001). Smart Start Panduan Lengkap Memilih Pendidikan Prasekolah Balita Anda. Bandung: Kaifa.

Bredekamp, Sue & Copple, Carol. (1997). Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Programs. Washington : NAEYC.

Creswell, J.W. (1994). Research design: Quantative and qualitative approach. London: Sage Publication.

Dinas Pendidikan Proyek Pengembangan PADU. (2003). Pedoman Satuan PADU Sejenis. Bandung.

Eliason, Claudia & Loa t. Jenkins. (1990). A Pratical guide to Early Childhood Curriculum. New York: Macmillan College Publishing Company. Freidenberg, Lisa. (1995). Psychological Testing : Design, Analysis, and Use.

USA: Allyn and Bacon.

Gunarsa, Singgih D. (1981). Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Handojo, Y. (2003). Autisma: Petunjuk Praktis & Pedoman Materi untuk Mengajar Anak Normal, Autis & Perilaku lain. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer – Kelompok Gramedia.

(80)

Hidayat, Heri. (2003). Aktivitas Mengajar Anak TK. Bandung: Katarsis.

Hornsby, Beve. (1984). Overcoming Dyslexia. Singapore: PG Publishing Pte,Ltd.

Hurlock, Elizabeth B. (1978). Developmental Psychological : A Life Span Approach. USA: McGraw-Hill, Inc.

Isenberg, Joan P. & Jalongo, Mary r. (1993). Creative Expression and Play in the Early childhood Curriculum. New York: Macmillan Publishing Company.

Jalal, Fasli. (2000). Kurikulum Generik Untuk Anak Usia Dini. Buletin PADU : Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini.

Joyce, Bruce & Weil, Marsha. (1980). Model of Teaching. New Jersey: Prentice Hall.

Lagoni, L.S., et al. (1996). Good Times with Guidance and Displine. http://www.nncc.org?Series/goog.time.guid.html. (4 Februari 2006).

Lerner, Janet W. (1988). Learning Disabilities: Theories, Diagnosis, and Teaching Strategies. New Jersey: Houghton Mifflin Company.

Kartadinata, Sunaryo. (2003). Developmentally Appropriate Practice : Pendekatan Pembelajaran Berbasis Perkembangan. Bandung: Al Mabrur.

Mallory, Bruce L & New, Rebecca S. (1994). Diversity & Developmentally Appropriate Practice : Challenges For Early Childhood Education. Columbia University: Teachers College Press.

Morrison, G.S. (1988). Early Childhood Education Today. Ohio: Merrill Publishing Company.

Mueslichatoen. (1999). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta.

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 3.1 Observasi Perkembangan Anak
Tabel 3.2  Rambu-Rambu Rancangan DAP
+6

Referensi

Dokumen terkait

2014.Pengaruh suhu awal terhadap infektivitas Spodoptera litura Nuclearpolyhedrosisvirus(SlNPV) JTM 97C untuk mengendalikan CrocidolomiabinotalisZell.(Lepidoptera:Pyralidae)

seperlunya agar tidak menimbulkan kesan “memanjakan”, yang akan menimbulkan efek negatif. Subyek partisipasi hendaknya relevan atau berkaitan dengan organisasi di mana individu

Dan hasil kesimpulan yang diperoleh dari penelitian : perusahaan tersebut dapat mengetahui berapa pendapatan penjualan yang harus dicapai agar tidak menyebabkan keuntungan

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

media kartu akasara dengan strategi permainan bahasa. untuk mengetahui kemampuan akhir warga belajar dalam membaca suatu. kesatuan bahasa dimulai huruf, silaba, kata,

Hasil penelitian menggambarkan bahwa kebijakan akuntansi penyusutan yang digunakan perusahaan adalah dengan menggunakan metode garis lurus untuk semua jenis aktiva tetapnya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh rasio keuangan, ukuran perusahaan, dan arus kas dari aktivitas operasi terhadap pendapatan per lembar saham

Data primer adalah data yang ada dalam penelitian ini hasil dari penerapan strategi permainan bahasa dengan kartu aksara yang disusun dalam perlatihan membaca permulaan