• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENGEMBANGKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMPN 2 PONTANG SERANG BANTEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENGEMBANGKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMPN 2 PONTANG SERANG BANTEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK... BAB I PENDAHULUAN... ...

A. Latar Belakang Masalah…...………... B. Indentifikasi dan Rumusan Masalah...………... C. Definisi Operasional…………...…...………... D. Tujuan dan Manfaat Penelitian……...……...…... E. Prosedur Penelitian... BAB II BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENGEMBANGKAN

MOTIVASI BERPRESTASI... A. Perbedaan Makna Motif dan Motivasi...……... B. Teori-teori Motivasi... C. Faktor-faktor Motivasi Berprestasi... D. Fungsi Motivasi... E. Ciri-ciri Motivasi Tinggi... F. Strategi Pengembangan Motivasi... G. Definisi Bimbingan dan Konseling... H. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling... I. Azas-azas Bimbingan dan Konseling... J. Tugas-tugas Bimbingan dan Konseling... BAB III METODOLOGI PENELITIAN...

A. Metode Penelitian...…………... B. Teknik Pengumpulan Data Penelitian...………... C. Penyebaran dan Pengumpulan Data... D. Analisis Data Penelitian... BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN………

A. Profil Umum Motivasi Berprestasi Siswa SMPN 2 Pontang Serang.…... B. Program Bimbingan dan Konseling bagi Pengembangan Motivasi

Berprestasi ……… C. Uji Coba Program Bimbingan dan Konseling bagi Pengembangan

Motivasi Berprestasi SMPN 2 Pontang kabupaten Serang………... BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………...

(2)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

rumusan masalah, definisi operasional, tujuan dan manfaat penelitian, serta

prosedur penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Berprestasi adalah idaman setiap individu, baik itu prestasi dalam bidang

pekerjaan, pendidikan, sosial, seni, politik, budaya dan lain-lain. Dengan adanya

prestasi yang pernah diraih oleh seseorang akan menumbuhkan suatu semangat

baru untuk menjalani aktivitas. Semangat ini secara sederhana dinamakan

motivasi.

Pendidikan merupakan fasilitas yang ideal dalam menumbuhkembangkan

keinginan untuk berprestasi, sebab pendidikan merupakan bagian integral dari

pembangunan kehidupan bangsa dan negara. Dalam Undang-Undang No. 20

Tahun 2003 (pasal 1) tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia. Lebih lanjut, dalam pasal 3 dinyatakan bahwa tujuan

pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab besar

(3)

2

semangat untuk meraih tujuan-tujuan pendidikan yang secara langsung

merupakan prestasi yang diraih.

Semangat untuk meraih sesuatu tujuan, semangat menjalankan aktivitas,

semangat untuk belajar, mengerjakan tugas-tugas, bahkan semangat dalam

keseluruhan hidupnya. Karena semangat ini pula hasil usaha menjadi maksimal,

maka tak jarang usahanya itu melahirkan suatu prestasi. Motivasi melahirkan

prestasi dan prestasi melahirkan motivasi. Ini mengisyaratkan betapa pentingnya

suatu motivasi, karena prestasi adalah suatu kebanggaan.

Bagi para siswa, prestasi belajar merupakan suatu hal yang harus mereka

raih, mereka perjuangkan, dan mereka banggakan, bagi mereka yang memiliki

semangat (motivasi) belajar yang tinggi, prestasi belajar akan didapatnya. Namun

bagi yang semangat belajarnya rendah, tentu sulit mendapatkan prestasi.

Fenomena unik hasil dua riset tentang motivasi berprestasi. Pertama

penelitian Hari Utomo (2005) tentang,” Perbedaan Motivasi Berprestasi Siswa

antara Siswa yang Menjadi Pengurus OSIS dengan Siswa yang Bukan Pengurus

OSIS,” dengan sampel 20 siswa yang menjadi pengurus OSIS dan 25 siswa yang

bukan pengurus OSIS. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan nyata

antara motivasi berprestasi siswa yang menjadi pengurus OSIS cenderung

mempunyai motivasi berprestasi lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang

bukan menjadi pengurus OSIS.

Penelitian Tina Aquarista (2005) dengan judul,” Analisis Faktor yang

Berhubungan dengan Motivasi Berprestasi pada anak jalanan Usia 15-16 Tahun

di Rumah Singgah Alang-Alang Surabaya.” Penelitian ini menggunakan cross

(4)

3

3

penelitian ini adalah (1) tidak terdapat hubungan antara kebudayaan dengan

motivasi berprestasi, (2) tidak terdapat hubungan antara keluarga dengan motivasi

berprestasi, (3) tidak terdapat hubungan antara konsep diri dengan motivasi

berprestasi, (4) tidak terdapat hubungan antara pengakuan pencapaian dengan

motivasi berprestasi, (5) tidak terdapat hubungan antara peran gender dengan

motivasi berprestasi. Kesimpulannya kesemua faktor (kebudayaan, keluarga,

konsep diri, pengakuan pencapaian, dan peran gender tidak terdapat hubungan

dengan motivasi berprestasi.

Hasil dua penelitian di atas terdapat kontradiktif yang nyata tentang

pengaruh motivasi berprestasi terhadap faktor lain. Hal ini menjadi semakin

menarik untuk mengkaji lebih jauh tentang peranan motivasi berprestasi ini.

Berdasarkan pengamatan dan informasi dari para pendidik, bahwa ada

indikasi terjadinya penurunan motivasi berprestasi pada siswa SMPN 2 Pontang,

gejala ini terefleksikan dari kegiatan siswa sebagai berikut:

1. Siswa lebih senang duduk-duduk santai dan bergerombol dibandingkan

membaca buku menjelang ujian.

2. Siswa saling menjiplak dan membuat asal ada dalam mengerjakan tugas.

3. Siswa tidak menyukai membaca buku di ruang perpustakaan, mereka lebih

senang ngerumpi di kantin pada saat istirahat.

4. Bila diadakan pelajaran tambahan (les) di sore hari, hanya sedikit siswa

yang datang.

5. Di saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung, siswa jarang yang

aktif bertanya, namun saat ulangan mereka aktif bertanya-tanya.

(5)

4

7. Siswa tidak malu saat mendapat nilai rendah.

8. Berdasarkan laporan orang tua siswa banyak yang tidak belajar di rumah.

Kondisi demikian merupakan tantangan bagi guru Bimbingan dan

Konseling, untuk mampu menciptakan suatu kegiatan yang menjadikan siswa

memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Karena sesuai dengan tujuan

pemberian layanan Bimbingan ialah agar siswa dapat: (1) merencanakan

penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan

datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki

seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,

masyarakat, dan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi

dalam studi (Yusuf, 2009: 49).

Dengan demikian pengembangan Program Bimbingan dan Konseling bagi

Pengembangan Motif Berprestasi Siswa SMPN 2 Pontang Serang menjadi relevan

dengan keadaan sekolah.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini antara lain; (1) Bagaimana

meningkatkan motivasi berprestasi, salah satu permasalahan yang dibahas dalam

penelitian ini adalah usaha guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan

motivasi berprestasi. Usaha ini dipandang penting karena motivasi berprestasi

akan sangat berkaitan erat dengan prestasi belajar siswa dan semangat belajar para

siswa. Usaha yang diwujudkan dalam meningkatkan motivasi berprestasi

diantaranya dengan bimbingan dan konseling, pemberian penghargaan dan

hukuman, atau melalui permainan; (2) Sehubungan di SMPN 2 Pontang belum

(6)

5

5

oleh guru pada umumnya adalah dengan pemberian hadiah pada saat pembagian

raport; (3) Upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan motivasi berprestasi

pada umumnya bersifat klasik, yakni pemberian nasihat. Hasilnya tidak dapat

diukur dengan pasti, karena penanganannya insidental dan tanpa dukungan data;

(4) Inilah peranan penting guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan

motivasi berprestasi, karena guru bimbingan dan konseling telah memiliki konsep

dan bekerja secara professional, sehingga permasalah siswa yang berkenaan

dengan motivasi berprestasi dapat ditangani secara benar.

Seperti yang dijelaskan oleh McClelland tentang Motivasi berprestasi

(McClelland, 1985:224) merupakan usaha yang dilakukan untuk mencapai sukses

dalam suatu persaingan berdasarkan suatu keunggulan yang didasarkan pada

prestasi orang lain ataupun prestasi diri sebelumnya. Motivasi ini terefleksikan

dalam perilaku-perilaku, seperti pencapaian tujuan yang sulit, penentuan rekor

baru, ingin sukses dalam penyelesaian tugas sulit dan mengerjakan sesuatu yang

belum selesai sebelumnya. Individu tersebut menyukai tugas-tugas yang

kesuksesannya tergantung pada usaha dan kemampuan maksimal mereka.

Dengan identifikasi masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah

penelitian adalah seperti apa Program Bimbingan dan Konseling yang dapat

mengembangkan Motivasi Berprestasi siswa SMP Negeri 2 Pontang Serang.

Rumusan masalah dijabarkan ke dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Seperti apakah profil umum motivasi berprestasi siswa SMPN 2 Pontang

(7)

6

2. Bagaimanakah penyusunan program Bimbingan dan Konseling yang tepat

bagi Pengembangan Motivasi Berprestasi Siswa SMPN 2 Pontang

Serang?

3. Bagaimanakah hasil uji coba program bimbingan dan konseling bagi

pengembangan motivasi berprestasi siswa?

C. Definisi Operasional

1. Program Bimbingan dan Konseling

Program merupakan rancangan asas-asas atau usaha-usaha, sedangkan

istilah bimbingan berasal dari kata guidance dengan kata dasar guide ini

mempunyai arti menunjukan, menentukan, atau mengemudikan, selanjutnya kata

bimbingan dimanaknai secara beragam, diantaranya: Mortensen and Schmuller

(Yusuf & Juntika, 2008: 6) mengemukakan,”Guidance may be defined as that

part of the total educational program that helps provide the personal

opportunities and specialized staff services by which each individual can develop

to the fullest of his abilities and capacities in terms of the democratic idea;

Shertzer and Stone (Yusuf & Juntika, 2008: 6) memandang sebagai Process of

helping and individual to understand himself and his word. Uman Suherman

(2009:10) mengemukakan bimbingan merupakan proses bantuan kepada individu

(konseli) sebagai bagian dari program pendidikan yang dilakukan oleh tenaga

akhli (konselor) agar individu (konseli) mampu memahami dan mengembangkan

potensinya secara optimal sesuai dengan tuntutan lingkungan. Sedangkan istilah

konseling secara etimologis berasal dari bahasa latin ‘consilium’ yang berarti

“dengan” atau “bersama”. Menurut Winkel (1991: 62), Counseling berasal dari

(8)

7

7

pembicaraan (to take counsel), jadi konseling adalah upaya pemberian nasihat,

anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran, menurut Patterson (1967 :

227), konseling adalah upaya mempengaruhi perubahan tingkah laku secara sadar

pada pihak klien, dan Natawijaya (1987 : 32 ), konseling adalah hubungan timbal

balik anatara dua individu, dimana yang satu sebagai konselor, berusaha

membantu klien untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam

hubungan dengan masalahmasalah yang dihadapi untuk menyongsong masa

depan. Lebih lanjut Kottler dan Brown (1985 : 8 ), menjelaskan bahwa konseling

adalah proses untuk merangsang berpikir agar ide- ide mengendap, berkembang

dan tumbuh ke arah konsepsi pribadi, ditambahkan Uman Suherman (2009: 15),

konseling merupakan hubungan yang bersifat membantu agar klien dapat tumbuh

ke arah yang dipilihnya juga agar dapat memecahkan masalah-masalah yang

dihadapinya; lebih lanjut S.Wilis (2004: 18), menjelaskan konseling sebagai

upaya bantuan terhadap individu agar berkembang potensinya secara optimal,

mampu mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap

lingkungannya yang senantiasa berubah. Berdasarkan pengertian ahli di atas dapat

dikemukakan bahwa Program Bimbingan dan Konseling merupakan rancangan

usaha-usaha pemberian bantuan kepada konseli (siswa) oleh konselor (guru) agar

konseli mampu mengembangkan diri secara optimal dan memecahkan

masalah-masalah yang dihadapinya

2. Motivasi berprestasi (Achievement Motivation )

Beberapa ahli mendefinisikan Motivasi berprestasi: McClelland dan

Atkinson (Buck, 1988) adalah upaya untuk mencapai sukses dengan berkompetisi

(9)

8

berupa prestasi orang lain atau prestasi sendiri yang pernah diraih sebelumnya.

Heckhausen (1967) memberi pengertian motivasi berprestasi sebagai usaha keras

individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kecakapan diri setinggi

mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan sebagai

pembanding. Standar keunggulan dapat berupa tingkat kesempurnaan hasil

pelaksanaan tugas (berkaitan dengan tugas), perbandingan dengan prestasi sendiri

(berkaitan dengan diri sendiri) dan perbandingan dengan orang lain (berkaitan

dengan orang lain). Nana Syaodih (2007: 70) mendefinisikan motivasi berprestasi

adalah motif untuk berkompetensi baik dengan dirinya atau pun dengan orang lain

dalam mencapai prestasi yang tertinggi. Berdasarkan uraian di atas motivasi

berprestasi adalah upaya individu (siswa) untuk meningkatkan kecakapan dirinya

dalam berkompetensi dengan standar keunggulan tertentu baik dengan dirinya

maupun dengan orang lain.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui profil umum motivasi berprestasi siswa SMPN 2

Pontang Serang.

b. Untuk menyusun program layanan bimbingan dan konseling bagi

pengembangan motivasi berprestasi siswa SMPN 2 Pontang Serang.

c. Untuk menguji coba efektivitas program bimbingan dan konseling bagi

pengembangan motivasi berprestasi siswa SMPN 2 Pontang Serang..

2. Manfaat Penelitian

(10)

9

9

1)Pengembangan khasanah baru pemberian layanan bimbingan dan

konseling bagi pengembangan motivasi berprestasi.

2)Memperkaya studi keilmuan tentang bimbingan dan konseling

berfokus pada pengembangan motivasi berprestasi.

b. Secara Praktis penelitian ini akan bermanfaat bagi :

1) Guru Bimbingan dan Konseling untuk lebih memaksimalkan

pelayanan dalam pengembangan motivasi berprestasi.

2) Wali Kelas, untuk memperhatikan pengelompokan siswa sehingga

dapat mendorong berkembangnya motivasi berprestasi yang secara

tidak langsung akan meningkat prestasi belajar siswa.

3) Kepala Sekola ketika mengambil kebijakan sekolah untuk

mengembangkan motivasi berprestasi karena dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa juga meningkatkan kinerja guru.

E. Prosedur Penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka Prosedur Penelitian ini akan

melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran seberapa tinggi

motivasi berprestasi mereka, yang kemudian akan dijadikan bahan awal dalam

pemberian Bimbingan dan Konseling bagi pengembangan motivasi berprestasi

siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti menggunakan pendekatan

kualitatif.

Pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran/deskripsi

tentang motivasi berprestasi serta bagaimana bentuk program Bimbingan dan

(11)

10

Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda deskriptif,

tujuannya adalah mengetahui gambaran tinggi rendahnya motivasi berprestasi

siswa.

Populasi adalah seluruh siswa SMPN 2 Pontang dengan menggunakan

Sampel Unrestricted Random Sample dengan teknik Sistematic Sampling,

maksudnya adalah sampel ditarik langsung dari populasi dan secara sistematis

sampel diambil dari sebagian populasi dengan teknik pengurutan yang sistematis.

Intrumen yang digunakan adalah pedoman observasi dan wawancara.

1. Langkah-langkah

Langkah-langkah dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan

a. Identifikasi awal, ini dilakukan untuk mengetahui kondisi objektif di

lapangan sehingga mendapat gambaran awal tingkat motivasi berprestasi

mereka,meliputi observasi, wawancara, dan penyebaran inventoring.

b. Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling bagi pengembangan

motif berprestasi siswa.

c. Pelaksanakan Program Bimbingan dan Konseling bagi pengembangan

motivasi berprestasi siswa. Tujuannya adalah mengupayakan terjadinya

(12)

50

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan tentang metode penelitian, penyebaran dan pengumpulan

data, serta pengolahan dan analisis data penelitian.

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh program bimbingan dan konseling

bagi pengembangan motivasi berprestasi siswa.

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, maka metode yang digunakan adalah

metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada

pada masa sekarang. Berkenaan dengan bagaimana kondisi, proses, karakteristik, hasil

dari suatu variabel.

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah: (1) motivasi berprestasi

siswa, (2) program bimbingan dan konseling bagi pengembangan motivasi berprestasi

siswa.. Untuk mendapatkan data peneliti menentukan subjek penelitian yaitu siswa SMP

Negeri 2 Pontang Kabupaten Serang pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010

yang tersebar di 10 rombongan belajar (kelas). Dengan pertimbangan efesiensi waktu,

biaya dan tenaga, maka subjek penelitian (siswa) tersebut diambil sebagian atau wakil

dari setiap tingkatan yang membentuk sampel penelitian atau unit penelitian.

Sebagai deskripsi jumlah keseluruhan subjek, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1

SUBJEK (POPULASI) PENELITIAN MOTIVASI BERPRESTASI

NO KELAS 7 JUMLAH KELAS 8 JUMLAH KELAS 9 JUMLAH JML TOTAL

1 A 38 A 35 A 34

2 B 38 B 35 B 34

3 C 38 C 34 C 33

4 D 38 D D

152 104 101 357

(13)

Dalam pengumpulan data, peneliti menghubungi sampel/subjek yang memenuhi

persyaratan, tanpa menghiraukan dari mana asal subjek, yang terpenting mudah

dihubungi dan terpenuhinya jumlah quota yang ditetapkan (Arikunto, 1998:114).

Untuk menentukan besarnya subjek/sampel penelitian, peneliti menggunakan

rumus Yamane (Jalaludin, 1989: 82), yaitu sebagai berikut:

Keterangan: N = Ukuran Populasi

n = Ukuran Sampel Minimal

d = presisi

1 = Angka konstan

Secara kuantitatif disebut kesalahan baku, standar error yang dalam penelitian

sosial besarnya antara 5% sampai 10%, dan pada penelitian ini yang diambil adalah 5%,

sehingga diperoleh:

= 188,92 dibulatkan menjadi 189 siswa

Jadi jumlah sampel penelitian 189, sedangkan untuk penentuan sampel tiap kelas

ditentukan secara proposional, perhitungannya sebagai berikut:

Kelas VII N= 152 X 188,92 = 80,74 dibulatkn 81 358

Kelas VIII N= 104 X 188,92 = 54,88 dibulatkn 55 358

(14)

52

Dengan demikian penentuan jumlah sampel untuk tiap kelas jumlahnya

ditentukan secara proporsional. Penyebaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.2

DISTRIBUSI SAMPEL PENELITIAN

NO KELAS 7 JUMLAH KELAS 8 JUMLAH KELAS 9 JUMLAH

JML TOTAL

1

A

21

A

19

A

18

2

B

20

B

18

B

18

3

C

20

C

18

C

17

4

D

20

D

D

81

55

53

189

JUMLAH

Selanjutnya untuk mendapatkan data tentang program bimbingan dan konseling

bagi pengembangan motivasi berprestasi.

Tabel 3.3

RESPONDEN VALIDASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

BAGI PENGEMBANGAN MOTIVASI BERPRESTASI

NO RESPONDEN JUMLAH KETERANGAN

1 Kepala Sekolah 1

2 Komite Sekolah 1

3 Guru Mata Pelajaran 5

4 Siswa 3 dari pengurus OSIS

Jumlah 10

B. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber,

dan berbagai cara. Berdasarkan cara atau teknik pengumpulan data, dapat dilakukan

dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan) dan

(15)

memberikan jawaban “ Ya” atau “Tidak” pada setiap pertanyaan. Dalam penyekoran,

kedua instrumen yang dipergunakan dengan nilai berkisar 1 dan 0. Perinciannya dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.4

KRETERIA PENILAIAN

ALTERNATIF JAWABAN SETIAP ITEM

NO OPTION

Positif Negatif

1 Ya 1 0

2 Tidak 0 1

SKOR

Dalam menyusun alat pengumpul data, peneliti berpedoman pada ruang lingkup

variabel-variabel yang terkait. Untuk memudahkan dalam menyusun alat pengumpulan

data, maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyusun indikator-indikator dari setiap variabel penelitian yang akan ditanyakan

pada responden berdasarkan teori yang telah dikemukakan pada bab II.

2. Menentukan instrumen alat pengumpul data.

3. Membuat kisi-kisi dalam bentuk matriks yang sesuai dengan indikator setiap

variabel.

4. Menyusun pertanyaan-pertanyaan dengan disertai alternatif jawaban yang

5. akan dipilih oleh responden dengan berpedoman pada kisi-kisi butir angket yang

telah dibuat.

6. Menetapkan kreteria penskoran untuk setiap alternatif jawaban serta bobot

(16)

54

7. Membuat petunjuk pengisian angket, responden mubuhkan tanda ceklist (√) pada

jawaban yang sesuai.

Aspek-aspek penelitian dijabarkan sejumlah indikator yang direalisasikan dalam

bentuk pertanyaan angket yang pilihan jawabannya adalah” ya” dan “tidak”.Pilihan

jawaban dua option dimaksudkan untuk memberikan kemudahan pada responden untuk

menjawab dan memudahkan peneliti dalam pengolahan data. Pertanyaan yang

pararelkan dengan indikator sehingga mampu mengukur data penelitian.

Di bawah ini disajikan kisi-kisi instrumen dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 3.5

2. Puas dengan hasil pekerjaan karena hasil usaha sendiri.

13,14,15 16

1.Menetapkan nilai yang akan dicapai. pelajaran secara tuntas.

27,29,30,31

1.Gigih /giat mencari cara untuk menyelesaikan tugas.

35,36,37,38

2. Menampilkan sesuatu yang

berbeda/bervariasi

39,41,42,43 40

D.Berusaha

mencapai cita-cita.

1. Rajin mengerjakan tugas 44,45,46,47

48

2. Belajar dengan keras 49,50,51,52

(17)

Untuk menyusun program bimbingan dan konseling bagi pengembangan

motivasi berprestasi, maka terlebih dahulu disusun rancangan program bimbingan.

Rancangan program bimbingan tersebut kemudian dirapatkan/dimusyawarahkan untuk

mendapatkan masukan dari seluruh peserta. Secara garis besar rancangan program

bimbingan dan konseling bagi pengembangan motivasi berprestasi siswa SMPN 2

Pontang Serang akan meminta pendapat tentang hal-hal sebagai berikut.

4. Ulet dalam belajar. 63,64,65,66

67

5. Menetapkan cita-cita 68,69,70,71

E.Memiliki

tugas yang moderat.

1.Mempunyai cara untuk

mempermudah tugas-tugas yang sukar.

72,73,74,75 76

2.Memilih tugas pada tingkat kesukaran yang sedang.

77,78,79

F. Melakukan

kegiatan sebaik-baiknya

1.Tidak ada kegiatan yang lupa dikerjakan.

80,81,82

2.Membuat jadwal kegiatan belajar dan mentaati jadwal tersebut.

83,84,86,87 88

86

3.Berinisiatif untuk belajar mengerjakan soal-soal latihan tanpa menunggu perintah guru

89,90,91, 9392

4. Memiliki buku pelajaran

dan alat tulis yang

dibutuhkan dalam belajar.

2. Membuat persiapan belajar

.

106,108,109 ,110,111

(18)

56

Tabel 3.6

KISI-KISI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI PENGEMBANGAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA

TUJUAN ASPEK SUB ASPEK

a. Pendapat tentang Program Bimbingan dan

Konseling bagi Pengembangan Motivasi Berprestasi

b. Kebijakan tentang Program Bimbingan dan

Konseling bagi Pengembangan Motivasi Berprestasi

c. Prospek Program Bimbingan dan Konseling bagi

Pengembangan Motivasi Berprestasi

d. Hakikat Program Bimbingan dan Konseling bagi

Pengembangan Motivasi Berprestasi

e. Kontribusi Program Bimbingan dan Konseling

bagi Pengembangan Motivasi Berprestasi

f. Faktor pendukung dan penghambat Program

Bimbingan dan Konseling bagi Pengembangan Motivasi Berprestasi

g. Upaya meningkatkan pelaksanaan layanan

Program Bimbingan dan Konseling bagi Pengembangan Motivasi Berprestasi

h. Kinerja guru Pembimbing

2.Sistem Pengelolaan

Program Bimbingan dan Konseling bagi Pengembangan Motif Berprestasi

a. Keikutsertaan personel dalam Program

Bimbingan dan Konseling bagi Pengembangan Motivasi Berprestasi

b. Jalinan hubungan personel sekolah dengan guru

pembimbing

a. Dasar Penyusunan Program (1) Perencanaan, (2)

Pengorgani- sasian, (3) Sarana, (4) Anggaran, (5) Koordinasi, (6) Pelaksanaan, (7) Penilaian

b. Keikutsertaan Personil Sekolah dalam penyusunan

program.

4.Bidang Layanan a.Aspek-aspek layanan

b.Keterlasanaan penyampaian Program Bimbingan dan Konseling bagi Pengembangan Motivasi Berprestasi

a.Keluasan cakupan sasaran layanan

(19)

C. Penyebaran dan Pengumpulan Data

Ada dua kegiatan yang dilakukan penelitian sesuai dengan jenis data yang

dibutuhkan: Pertama, kegiatan untuk memperoleh data tentang motivasi berprestasi

siswa siswa, dilakukan dengan penyebaran angket kepada seluruh responden SMPN 2

Pontang pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010 mulai tanggal, 26 April 2010.

Pengumpulan angket dilaksanakan secara bersamaan, data dikumpulkan dari responden

dan dihitung kesesuaian jumlahnya yaitu 189 responden, kemudian dilakukan

pengolahan data

Kedua, penyusunan Program Bimbingan dan Konseling bagi Pengembangan Motif

Berprestasi siswa, yan dilaksanakan melalui focus group discussion.

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Ukuran memadai atau tidaknya instrumen sebagai alat pengumpul data yang

mengukur variabel penelitian harus mempunyai syarat utama, yaitu validitas atau

kesahihan dan relianilitas atau keajegan.

Dalam penelitian ini instrumen yang telah dinilai ahli (judgement experts)

disebarkan kepada sampel yakni siswa SMPN 2 Pontang kelas VII, VIII, dan IX pada

semester genap 2009/2010 , berjumlah 189 yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapaun

pelaksanaan uji coba instrumen dilaksanakan sejak hari Senin, 26 April 2010 sampai

dengan Sabtu, 1 Mei 2010.

(20)

58

Seperti yang dikemukakan Suharsimi Arikunto (1998: 136) bahwa, tinggi

rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana variabel data yang terkumpul

tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Dalam uji validitas ini peneliti menggunakan pengujian validitas tiap butir item.

Adapun rumus yang digunakan dalam pengujian validitas instrumen, peneliti

mengunakan rumus koefesien korelasi (r) dengan teknik Spearman yang dengan ’

r

ho

Spearman’ Rumus ini untuk mengkorelasikan urutan tingkatan (M.Ali.1993:193),

rumusnya adalah sebagai berikut:

Arikunto (1987:211)

Keterangan:

r

hoxy = koefisien korelasi tata jenjang

D = Diference (pembeda) antarjenjang setiap subjek.

N = banyaknya subjek

Selanjutnya dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi (

r

),

menggunakan teknik korelasi seperti yang dikemukakan Masrun (Sugiono, 1999:106)

sebagai berikut.

Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi

yang tinggi menunjukan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula.

Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat hádala kalau

r

= 0,3 jadi

kalau korelasi antarinstrumen dengan skor total kurang 0,3 maka butir dalam instruyen

(21)

seleksi angket dan membuang pernyataan/ítem yang tidak valid yakni yang skor

korelasinya kurang dari 0,3. Item/pernyataan yang valid yakni yang skor korelasinya

sama atau lebih besar dari 0,3. Dilakukan pengolahan data lebih lanjut.

Dari hasil pengujian sitem Excel dan program SPSS for Windows versi 12.0,

dengan análisis korelasi bivariat Pearson, dapat diketahui dari jumlah subjek sebanyak

40 siswa, dari seluruh ítem yang berjumlah 111, yang dinyatakan valid dengan tingkat

kepercayaan 95% sampai 99% sebanyak 94 item dan yang dinyatakan tidak valid

sebanyak 17 item, terdiri dari ítem nomor 1, 5, 11, 19, 25, 29, 31, 36, 42, 53, 61, 67, 72,

84, 85, 104, dan 107 karena berada pada tingkat kepercayaan di bawah 95%.Dengan

demikian 94 item yang valid langsung bisa dipakai untuk pengumpulan data serta diolah

lebih lanjut, sedangkan 17 item yang dinyatakan tidak valid langsung dibuang. Oleh

karena itu, ítem alat pengungkapan data motivasi berprestasi yang dipergunakan dalam

penelitian ini sebanyak 94 item. Perhitungan validitas selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 3.

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian derajat konsistensi (keajegan)

instrumen pengumpul data. Uji reliabilitas ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

ketetapan setiap item yang digunakan. Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian

ini menggunakan internal consistency sehingga pengujian tingkat reliabilitas instrumen

dilakukan dengan menggunakan metode belah dua (split half methode) Spearman

Brown, yaitu membelah dua instrumen menjadi kelompok ganjil dan kelompok genap.

(22)

60

(Sugiono, 1999:104) Keterangan:

ri = reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = korelasi produk moment antara belahan pertama dan kedua

Setelah koefisiensi korelasi dan reliabilitas diperoleh, kemudian dikonsultasikan

menggunakan tabel r dari product moment. Jika r hitung > dari r tabel pada taraf

kepercayaan tertentu maka instrumen tersebut reliabel, dan sebaliknya, jika r hitung <

dari r tabel maka instrumen tersebut tidak reliabel.

Dari hasil perhitungan untuk instrumen Motivasi Berprestasi siswa, diperoleh

harga koefisien korelasi sebesar 0,939 dengan tingkat kepercayaan 99%.

Kemudian dari hasil tersebut dimasukan ke dalam rumus koefisien relibilitas total

(r

tt)

sebagai berikut.

(Arikunto, 1998)

Hasil perhitungan menunjukan bahwa

r

tt sebesar 0,9685 dengan tingkat

kepercayaan 99% atau p < 0,01. Hal ini berarti instrumen penelitian Motivasi

Berprestasi memiliki tingkat ketepatan yang sangat signifikan. Dengan demikian

instrumen ini dapat dipergunakan untuk penelitian. Hasil perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 4.

D. Analisis Data Penelitian

Dalam penelitian ini, difokuskan pada dua analisis data, pertama analisis data

hasil diskusi kelompok terfokus (focus group discussion) dan penyebaran angket untuk

mengetahui gambaran motivasi berprestasi siswa SMPN 2 Pontang Serang , kedua

menganalisis data dalam rangka penyusunan program bimbingan dan konseling yang

tepat bagi Pengembangan Motivasi Berprestasi Siswa SMPN 2. Pontang Serang.

(23)

bersumber dari responden (data angket motivasi berprestasi) terkumpul. Teknik analisis

data menggunakan statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, grafik,

diagram, perhitungan modus, median, mean, pengukuran tendensi sentral, perhitungan

desil, persentil, deviasi, dan perhitungan prosentase.

Sedangkan untuk menganalisis data Program Bimbingan dan Konseling bagi

Pengembangan Motivasi Berprestasi Siswa adalah bersifat kualitatif. Data yang

diperoleh melalui focus group discussion yaitu diskusi kelompok yang terfokus pada

penyusunan program layanan bimbingan serta observasi lapangan.

Tabel 3.7

HASIL UJI COBAPROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK PENGEMBANGAN MOTIVASI BERPRESTASI

N

O Aspek Indikator

Persentase Keberhasilan

Sebelum Sesudah Kenaikan

(24)

62

e. Menetapkan cita-cita 46,83% 52,91%

5

a.Tidak ada kegiatan yang lupa dikerjakan.

50,09% 54,67% 4,58%

b. Membuat jadwal

(25)

125

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini diuraikan tentang kesimpulan dan rekomndasi.

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan tafsiran penelitian yang diuraikan pada Bab

IV, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Secara umum motivasi berprestasi SMPN 2 Pontang kabupaten Serang di

atas, posisi motivasi berprestasi dikategorikan kurang baik atau rendah.

2. Profil aspek motivasi berprestasi tertinggi sebelum dilaksanakan

bimbingan ada pada aspek melakukan kegiatan sebaik-baiknya, dan

terendah pada aspek tanggung jawab.

3. Sebagai solusi atas rendahnya motivasi berprestasi siswa berdasarkan

temuan penelitian, maka disusunlah suatu program layanan bimbingan

dan konseling bagi pengembangan motivasi siswa terutama untuk

meningkatkan tanggung jawab.

4. Berdasarkan hasil uji coba program bimbingan dan konseling hasilnya

cukup efektif. Terjadi peningkatan secara signifikan terhadap seluruh

aspek motivasi berprestasi.

B. Rekomendasi

Setelah melakukan penelitian , membahas dan kemudian menyimpulkan

hasil penelitian, di akhir tesis ini penulis mengajukan beberapa rekomendasi yang

(26)

126

1. Bagi Kepala Sekolah

Setelah telaah kajian penelitian ini, akan menjadi moment yang baik

apabila terus ditindaklanjuti untuk menyusun program bimbingan secara

komprehensif. Kepala sekolah dapat memulainya dengan membuat kebijakan

tentang penyelenggaraan program bimbingan dan konseling di SMPN 2 Pontang

kabupaten Serang, penunjukan personel, penyusunan program, penyediaan ruang

BK, pengadaan sarana prasarana, sosialisasi dan penyediaan anggaran.

Berkenaan dengan hasil penelitian tentang motivasi berprestasi siswa

SMPN 2 Pontang kabupaten Serang yang secara keseluruhan berada pada tingkat

yang rendah/kurang, maka hal ini harus menjadi perhatian untuk

menyelenggarakan program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan

motivasi berprestasi siswa. Sebab melalui uji coba program bimbingan terjadi

peningkatan yang cukup signifikan, oleh karena itu penyelenggaran program

layanan bimbingan dan konseling bagi pengembangan motivasi berprestasi layak

untuk diterapkan di SMPN 2 Potang Kabupaten Serang.

2. Bagi Guru Bimbingan

Berkenaan dengan hasil penelitian yang menunjukkan terjadi peningkatan

motivasi berprestasi secara signifikan pada seluruh aspek motivasi berprestasi.

Untuk itu, direkomendasikan untuk menggunakan program bimbingan dan

konseling bagi pengembangan motivasi berprestasi di sekolah.

3. Bagi Guru Mata Pelajaran

Guru Mata Pelajaran hendaknya lebih memicu motivasi berprestasi siswa

melalui pemberian reward dan punismen yang tepat. Melakukan proses

(27)

berlomba untuk unggul, kreatif, moderat, melakukan kegiatan sebaik-baiknya dan

(28)

128

Daftar Pustaka

ACCEL, (2009) David McClelland’s Research Into Achievement

Motivation. tersedia (on line) , http//amazon.com.

Ali, Muhammad. (1993). Prosedur dan Strategi Penelitian Kependidikan. Bandung:Angkasa.

Aquarista, Tina. (2005). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan

Motivasi Berprestasi pada anak jalanan Usia 15-16 Tahun di Rumah Singgah Alang-Alang Surabaya. Jurnal Psikologika:

Pemikiran dan Penelitian Psikologi.

Arikunto,(2002).Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: RinekaCipta

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2005). Standar Kompetensi

Konselor Indonesia. Bandung: ABKIN

Depdiknas .(2007). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan

Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.Jakarta.

Djumhur,I &.Surya, Moh. (1994). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Bandung: CV.ILMU .

DPR-RI. (2003).Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara.

Esti, Sri. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Gibson R.L. & Mitchel M.H. (1986). Introduction to Counseling and

Guidance. New York : MacMillan Publishing Company.

Gunarsa, Singgih. (1996) .Psikologis Praktis Anak, Renaja, danKelurga, Jakarta:PT. BPK Gunung Mulia. 11

Haditono, SR. (1989). Achievment Motivation, Parent’s Educational Level

andChild Learning Practice in from Occupational Groups.

Yogyakarta:Fakultas Psikologi.UGM.

Hurlock, Alizabeth B. (1980). DEVELOMENTAL PSYKOLOGY (Psikologi

Perkembangan) Jakarta: Erlangga.

Kartono, K.(1985). Psikologi Sosial untuk Manajemen Perusahaan dan

Industri.Jakarta: CV. Rajawali.

Koswara, E. (1995). Motivasi Teori dn Penelitiannya. Bandung: Angkasa. Kottler, Jeffry & Brown, Robert.W, (1985). Introduction to therapeutic

Counseling California: Cole Publishing Company.

Mappiare, Andi. (1984).Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah Surabaya: Usaha Nasional.

Martaniah, Sri Mulyati. (1984). Motif Sosial Remaja Suku Jawa dan

(29)

Mendiknas. (2006). Peraturan Menteri Nomor 23 tentang Standar

Kompetensi Lulusan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Natawidjaya, Rochman. (1987). Pendekatan – pendekatan Dalam

Penyuluhan Kelompok. Bandung: CV Diponegoro.

__________. (2009). Konseling Kelompok Konsep dasar dan Pendekatan. Bandung: Rizqi

Petersen, Lindy. (2005). Stop and Think Learning ( Bagamana Memotivasi

Belajar), Jakarta: Gramedia

Prayitno (1999). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Jakarta:Penerbit Reina Cipta dan Depdikbud.

________.(1999), Profesionalisme Konseling dan Pendidikan Konselor, Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti

Purwanto,E. (1993). Pengaruh Balikan Sosial terhadap Motivasi

Berprestasi. Tesis. Sadli, Saparinah. 1991. Intelegensi Bakat dan Tes-IQ. Gaya Favorit Press FakultasPsikologi Universitas

Indonesia. Jakarta.

Rasimin, B.S. (1982). Motivasi dalam Belajar. Jakarta:Depdikbud. Rusmana, Nandang (2009).Permainan (Game & Play).Bandung:Rizqi. ________. (2009). Konseling Kelompok bagi Anak Pengalaman Traumatis.

Bandung:Rizqi.

________. (2009).Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (Metode,

Teknik, dan Aplikasi).Bandung:Rizqi.

Sardiman A.M, (2000) Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali.

Shertzer, Bruce dan Stone-Shelly C., (1974). Fundamental of Counseling

.Boston: Ho ugton Mifflin Company.

Sudijono, Anas. (1987). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada

Sugiono. (2008).Metoda Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sugiyo, E. Purwanto, T.E, Budiningi, M Nasrun dan S Haryanto. (1995).Menungkatkan Motivasi Berprestasi siswa melalui

Pelatihan AtribusiKausal. IKIP Semarang.

Suherman (editor ). (2008). Konsep & Aplikasi Bimbingan & Konseling. Bandung : Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Suherman, Uman. (2009). Manajemen Bimbingn dan Konseling.Bandung .

Bandung: Rizki.

________. (2007). Materi Layanan Informasi dalam manajemen Bimbingn

(30)

130

Sukardi, Dewa Ketut,(200) Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan

dan Konseling di Sekolah.

Sukmadinata, Nana Syaodih.(2007). Landasan Psikologi Proses

Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Suryabrata, Sumadi (1983). Psikologi Kepribadian. Jakarta : Raja Grafindo Persada

_________. (1995),Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press..

Swenson, David X. (2000). ”David McClelland’s 3-Need Theory

Achievement,Affiliation, Power” dalam www.ccs.edu/

users/dswenson/web/ LEAD/McClelland.html

Tabrani, A.Rusyan, dkk, (1998). Pendekatan dalam Proses Belajar

Mengajar.Bandung: PT. Remadja Karya.

Trihendradi, Cornelius. (2005). SPSS 12 Statistik Inferen Teori dasar dan

Aplikasinya. Yogyakarta: Andi

Utomo, Hari Agus. (2005) Perbedaan Motivasi Berprestasi Antara Siswa

yang Menjadi Pengurus OSIS dengan Siswa yang bukan Pengurus OSIS di SMU YPE (Yayasan Pendidikan Ekonomi) Semarang Tahun 2004-2005. Skripsi: Universitas Negeri

Semarang.

Wasty, Soemanto , (1987). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bina Aksara. Willis, Sofyan S.. (2004). Konseling Individu Teori dan Praktek. Bandung :

Afabeta.

Winardi, 2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajeman. Jakarta: PT.Grafindo Persada

Winkel, W.S.(1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gresindo.

Yusuf, Syamsu & Nurhisan, A Juntika. (2008).Landasan Bimbingan dan

Konseling. Bandung : Program Pascasarjana UPI & PT Remaja

Rosdakarya.

________. (2005). Program Bimbingan dan Konseling di

Sekolah/Madrasah. Bandung : CV Bani Qureys.

________. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja . Bandung : Rosda

Gambar

Tabel 3.1 SUBJEK (POPULASI) PENELITIAN
Tabel 3.2 DISTRIBUSI SAMPEL PENELITIAN
Tabel 3.4 KRETERIA PENILAIAN
Tabel 3.5 KISI-KISI MOTIVASI BERPRESTASI
+3

Referensi

Dokumen terkait

yang jelas mengenai, “penerapan teknik olah tubuh untuk meningkatkan kualitas gerak tari dalam pembelajaran ekstrakurikuler tari di SMP Kartika XIX-2. Bandung (studi

Terima kasih pada staf Kelurahan Petisah Tengah dan masyarakat Kampung Kubur yang telah meluangkan waktunya untuk keperluan penelitian Penulis... Tabel 4.2 Jumlah Penduduk

2005 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44591 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2Ol3

Tetapi kegiatan political marketing dapat mengubah prilaku pemilih yang apatis menjadi peduli, yang tidak tau menjadi tau, dan bagi calon kepala daerah sendiri kegiatan

Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana representasi lesbianisme dalam novel Gerhana Kembar yang ditulis oleh Clara Ng dengan melihat pesan melalui

Dikhususkan untuk anak-anak Sekolah Dasar kelas lima dan kelas enam dan Sekolah Menengah Pertama kelas satu dan kelas dua, yang dilakukan secara interaktif dengan gambar

 Cara kerja sistem pengaman kelistrikan dan komponennya  Prinsip-prinsip kelistrikan dan penggunaan pada sistem pengaman/ komponen  Prosedur perbaikan sistem pengaman/

Pada penelitian ini terdapat 119 pasien yang didiagnosis dengan kandidiasis oral yang dirawat inap serta rawat jalandi RSUP Haji Adam Malik Medan.Pasien