DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……… i
LEMBAR PENGESAHAN ………... ii
SURAT PERNYATAAN ………... iii
ABSTRAK ………... iv
KATA PENGANTAR ……… v
UCAPAN TERIMA KASIH ……….. vi
DAFTAR ISI ………....……… viii
DAFTAR TABEL ………... xi
DAFTAR GAMBAR ……….……… xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...……….……… 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ...………... 12
C. Tujuan Penelitian ...……….……… 13
D. Manfaat Penelitian ...………...……… 14
E. Sistematika Penulisan ...……….………... 15
BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pendidikan IPS ...……….……… 16
3. Permasalahan Lingkungan dan Pembelajaran IPS ...…… 24
4. Green Behavior atau Perilaku Hijau ...……….………..………… 28
5. Metode Pembelajaran Examples Non-Examples ... 35
6. Media Pembelajaran Audio Visual ...……….…..………...…… 38
B. Hasil Penelitian yang Relevan ...……....……… 42
C. Paradigma Penelitian ...……....……… 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ...………. 48
B. Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian ...………. 50
C. Teknik Pengumpulan Data ...……….……… 51
D. Prosedur Penelitian ...……….……… 53
E. Validasi Data ...……….………. 57
F. Analisis Data ...……….………... 59
G. Interpretasi Data ... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 61
2. Subjek Penelitian ... 63
B. Deskripsi Umum Pembelajaran ... 64
1. Analisis Orientasi Awal ... 89
2. Analisis Pelaksanaan Tindakan Kelas ... 95
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ... 102
B. Rekomendasi
1. Bagi Penentu Kebijakan ... 105
2. Bagi Khazanah Ilmu ... 106
3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 107
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
4.1. Jadwal Rencana Tindakan ... 71
4.2 Perubahan Perilaku Setelah Tindakan Ke-3 ... 88
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
2.1. Jalur Formal Pengubahan Perilaku ... 34
2.2 Hubungan Media dan Pesan serta Metode dalam Proses Pembelajaran menurut Heinich, dkk ... 39
2.3. Komposisi Perolehan Informasi Melalui Indera ... 41
2.4. Paradigma Penelitian ... 47
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
1. Hasil Pre test dan Post test Masalah Sosial pada Tindakan ke-1 .... 112
2. Hasil Pre test dan Post test Green Behavior pada Tindakan ke-2 ... 113
3. Hasil Observasi Kinerja Guru/Peneliti pada Tindakan Ke-1... 114
4. Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Tindakan Ke-1 ... 115
5. Hasil Observasi Kinerja Guru/Peneliti pada Tindakan Ke-2 ... 116
6. Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Tindakan Ke-2 ... 117
7. Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Tindakan Ke-2 ... 118
8. Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 119
9. Pedoman Wawancara dengan Mitra Guru ... 120
10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tindakan Ke-1 ... 121
11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tindakan Ke-2 ... 128
12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tindakan Ke-3 ... 133
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan bab awal dari tesis ini, didalamnya membahas
tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan sosial yang diakibatkan oleh ketidakpedulian terhadap
lingkungan, semakin hari semakin meningkat. Terjadinya pemanasan global,
banjir, erosi, abrasi, penggundulan hutan menjadi contoh nyata di negeri ini.
Dibutuhkan suatu upaya pembiasaan yang lebih konsisten dan sejak dini untuk
menumbuhkan kepedulian akan lingkungan, salah satunya melalui proses
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang diberikan di sekolah dasar.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang lebih
banyak berkaitan dengan kehidupan manusia dalam lingkungannya. Seorang
individu dituntut untuk mampu bersosialisasi, beradaptasi dengan baik dalam
lingkungan masyarakatnya agar menjadi warga negara yang baik. Oleh karena itu
pembelajaran IPS harus dapat mempersiapkan peserta didik untuk mampu
berfungsi di dalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Sapriya (2009: 12) bahwa :
“ ...IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan
Mata pelajaran IPS yang merupakan mata pelajaran wajib sebagaimana
yang tercantum dalam pasal 37 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam
memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis dan global. Hal ini selaras dengan
tujuan mata pelajaran IPS di SD/MI menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006,
yaitu agar peserta didik :
1. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya,
2. memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan,
4. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Ruang lingkup mata pelajaran IPS menurut Permendiknas No. 22 tahun
2006 tentang standar isi, meliputi aspek-aspek seperti :
1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan, 2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan 3. Sistem Sosial dan Budaya
4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.
Melihat dari tujuan dan ruang lingkup pembelajaran IPS sesungguhnya
permasalahan lingkungan sudah menjadi bagian dari materi pembelajaran IPS.
Permasalahan lingkungan ini penting dibahas dalam IPS karena banyak hal dari
permasalahan sosial berawal dari ketidakpedulian terhadap lingkungan.
Siswa di sekolah, sering dihadapkan pada fakta-fakta permasalahan di
lingkungan kehidupannya. Banyak diantara mereka tidak memahami penyebab
lingkungan seperti permasalahan banjir, kebakaran hutan, sampah yang
menggunung, lingkungan yang kotor dan wabah penyakit yang sering mereka
lihat atau bahkan dialami, terkadang hanya dianggap sebagai peristiwa yang
wajar terjadi dan tidak dirasakan sebagai permasalahan oleh siswa itu sendiri.
Beberapa tahun terakhir ini banyak permasalahan sosial terjadi sebagai
akibat ketidakpedulian terhadap lingkungan. Arief dan Ganjar (1997: 15)
mengemukakan tentang dua tipe penyebab permasalahan lingkungan yang terjadi
di Indonesia sebagai berikut :
1. Risiko lingkungan yang timbul dari kegiatan, perilaku, sikap dan kebiasaan masyarakat tradisional.
2. Risiko „modern‟ yang timbul dari kebiasaan dan cara hidup yang datang bersama modernisasi.
Pada dasarnya, baik kebiasaan masyarakat tradisional maupun kebiasaan
masyarakat modern bila tidak dilakukan dengan bijak akan mempunyai pengaruh
negatif terhadap lingkungan. Sebagai contoh mata pencaharian masyarakat
pedesaan di Indonesia pada umumnya adalah pertanian. Ketika pertumbuhan
penduduk di daerah pedesaan semakin bertambah, lahan mereka berganti sebagian
menjadi pemukiman, maka penggunaan lahan hutan untuk pertanian menjadi
pilihan. Selaras dengan yang disebutkan oleh Bank Dunia, dalam Soemarwoto,
(2009: 80) bahwa tekanan penduduk terhadap lahan ini mendesak petani untuk
menggarap juga lahan yang marjinal, antara lain tanah yang miring di tepi sungai
dan dilereng bukit dan gunung yang curam, serta menyerobot lahan kehutanan,
Penggunaan lahan untuk pemukiman dan pembangunan berbagai sarana
umum serta peningkatan kemajuan teknologi dalam masyarakat modern seringkali
berdampak negatif terhadap perubahan ekosistem. Selain itu, polusi udara akibat
asap kendaraan bermotor dan pencemaran air akibat pembuangan limbah pabrik
dan rumah tangga ke sungai menambah buruknya lingkungan hidup.
Pembangunan memang tidak boleh dihentikan, karena untuk kesejahteraan
bersama. Tetapi pembangunan yang dilakukan hendaknya mempertimbangkan
dampak terhadap lingkungan sejak awal. Soemarwoto (2009: 14) menyebutkan
“Pembangunan itu harus berwawasan lingkungan, yaitu lingkungan diperhatikan
sejak mulai pembangunan itu direncanakan sampai pada waktu operasi
pembangunan itu. Dengan pembangunan berwawasan lingkungan pembangunan
dapat berkelanjutan”.
Selaras dengan Piagam Bumi (Earth Charter) yang dihasilkan pada tahun
1992 Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro yang merekomendasikan
kegiatan-kegiatan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Pembangunan
berkelanjutan ini harus terus diperkenalkan kepada umum salah satunya melalui
pendidikan. Kahn, (36:2010) menyebutkan pada bab 36 dari Laporan KTT Bumi
1992 untuk melanjutkan mengatasi masalah dengan cara berikut:
“Education is critical for promoting sustainable development and improving
the capacity of the people to address environment and development issues.…It
Didalam konferensi PBB tentang lingkungan dan pembangunan tersebut
antara lain disebutkan bahwa pendidikan sangat diperlukan untuk
mempromosikan pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan kemampuan
rakyat untuk mengatasi isu-isu pembangunan yang berkaitan dengan lingkungan.
Pendidikan menjadi satu-satunya cara paling efektif untuk mampu lebih
menyadarkan masyarakat akan pentingnya pembangunan berkelanjutan sesuai
dengan Piagam Bumi (Earth Charter). Kesadaran akan pentingnya pembangunan
berkelanjutan ini dibutuhkan untuk meredam semakin banyaknya permasalahan
sosial yang terjadi sebagai akibat ketidakpedulian terhadap lingkungan termasuk
di negeri kita ini.
Dibutuhkan suatu etika yang menjadikan lingkungan sebagai
pertimbangan utama dalam setiap langkah kehidupan manusia, tidak hanya dalam
pembangunan saja. Sebagaimana disebutkan dalam Antunes and Gadotti (2005)
“The sustainability values promoted by the Earth Charter have terrific educational potential: the preservation of the environment depends on an ecological conscience and shaping this conscience depends on education. It is here that eco-pedagogy, or Earth pedagogy, comes into play. It is a pedagogy
to promote learning as the “meaning of the things from everyday life,”
Nilai-nilai keberlanjutan dipromosikan oleh Piagam Bumi memiliki
potensi pendidikan yang hebat: pelestarian lingkungan tergantung pada nurani
ekologis dan membentuk nurani ini tergantung pada pendidikan. Di sinilah
eko-pedagogi atau eko-pedagogi bumi, berperan. Ini adalah eko-pedagogi untuk
mempromosikan pembelajaran yang "memaknai sesuatu dari kehidupan
Sebuah upaya untuk menumbuhkan sikap dan perilaku yang mendukung
terhadap lingkungan membutuhkan suatu pendidikan yaitu pendidikan
ecopedagogy. Seperti dinyatakan Antunes and Gadotti (2005) berikut ini :
“ Education is connected with space and time where relationships between the human being and the environment actually take place. They happen primarily at the emotional level, much more than at the conscious level. Thus, they happen much more in our subconscious; we do not realize them, and many times we do not know how they happen. So, eco-education is necessary to bring them to the conscious level. And eco-education requires a pedagogy.
Jadi, pendidikan terhubung dengan ruang dan waktu di mana hubungan
antara manusia dan lingkungan terjadi terutama pada tingkat emosional. Dengan
demikian, mereka terjadi jauh lebih dalam di alam bawah sadar, kita tidak
menyadari mereka, dan banyak dari kita tidak tahu bagaimana mereka terjadi.
Jadi, pendidikan perlu untuk membawa mereka ke tingkat sadar. Dan
eko-pendidikan membutuhkan sebuah pedagogi.
Seperti halnya yang diungkapkan Supriatna (2011: 68), berikut ini :
“ecopedagogy dapat diterjemahkan sebagai pendekatan dan proses pembelajaran untuk membentuk pengetahuan, sikap, watak, dan keterampilan pada para siswa yang selaras dengan gerakan green living. Dalam pendekatan tersebut dilakukan proses pembelajaran untuk memberikan pemahaman tentang keterbatasan sumber daya alam serta keterampilan yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut”.
Semua gerakan yang berawal dari piagam bumi (earth charter) yang
menitikberatkan pada pembangunan berkelanjutan (sustainable developement)
yang lebih efektif bila dimasukkan dalam pendidikan melalui program Pengajaran
Keberlanjutan dengan Piagam Bumi (Teaching Sustainability with the Earth
Charter) dalam eko-pendidikan (ecopedagogy) tersebut sesungguhnya tidak akan
Dalam penelitian ini, pendekatan ecopedagogy tersebut kemudian
diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah
dasar yang diwujudkan dalam bentuk pengembangan perilaku. Perilaku yang
dikembangkan adalah perilaku yang tindakannya didasari oleh suatu nilai, norma
dan aturan yang peduli terhadap lingkungan yang kemudian penulis istilahkan
dengan perilaku hijau atau green behavior.
Dengan demikian green behavior ini merupakan aplikasi dari
ecopedagogy yang merupakan wujud dari “Pengajaran Keberlanjutan dengan
Piagam Bumi” (Teaching Sustainability with the Earth Charter) dalam
mewujudkan suistanable development dalam kehidupan.
Secara lebih detail green behavior ini disebutkan sebagai kumpulan
perilaku yang diantaranya disebutkan Cushman (2012) yang menuliskan beberapa
contoh green behavior, yaitu :
“Elements constitute green behavior , Two things: Do good things Avoid bad things. 1. Green things to do are: turn lights off when leaving a room, use daylight whenever possible, take steps, not elevator, recycle paper, etc. eat low-carbon footprint types of food, reuse cups, plates and utensils, dry clothes outside on a line, not with an electrical dryer, purchase energy-star appliances, walk or bike to work; next take public transportation, draw close window curtains after sunset.2. Environmentally damaging things to avoid are: let the water run when brushing teeth and other water wasteful habits, leave computers and peripherals „on‟ overnight, open windows when it feels a little too hot, drink water from individual plastic bottles”.
Berdasar pada uraian di atas, green behavior itu diantaranya adalah ada
tindakan baik yang harus dilakukan dalam keseharian seperti mematikan lampu
membiarkan komputer menyala semalaman, membiarkan air mengalir pada saat
menyikat gigi, dan perilaku lainnya. Green behavior bisa dimaknai sebagai
perilaku yang tindakannya didasari oleh suatu nilai, norma dan aturan yang peduli
terhadap lingkungan.
Di dalam Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab X tentang Hak, Kewajiban dan
Larangan. Pasal 65 ayat 1dan 2 ditulis sebagai berikut :
1. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia.
2. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Berkenaan dengan pasal di atas, seorang siswa berhak untuk mendapatkan
informasi mengenai lingkungan ini, salah satunya melalui pengembangan green
behavior yang dilakukan melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di
sekolah. Sehingga diharapkan peserta didik mampu mengenal permasalahan yang
timbul sebagai akibat dari ketidakpedulian terhadap lingkungan, memahami
dengan baik dan berempati sehingga timbul suatu sikap dalam diri mereka untuk
mengembangkan perilaku yang ramah lingkungan, peduli dengan lingkungan,
melakukan “green behavior” yang dicapai melalui proses pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial.
Di dalam pasal 9 Undang-Undang No.4 Tahun 1982 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, ditegaskan bahwa :
dilaksanakan baik melalui jalur pendidikan formal mulai dari taman kanak-kanak/pendidikan dasar sembilan tahun sampai perguruan tinggi, maupun melalui jalur pendidikan non formal.”
Sekolah merupakan jalur pendidikan formal dimana proses pendidikan
didalamnya tidak hanya memberikan sekedar proses menyampaikan pengetahuan
dari guru kepada murid, tetapi merupakan suatu proses yang dapat menghasilkan
perkembangan pada siswa tidak hanya kognitif tetapi juga afektif dan psikomotor.
Sebagaimana dikemukakan Sadulloh (2010; 197) bahwa :
“pendidikan di sekolah merupakan proses pembelajaran yang merupakan serangkaian kegiatan yang memungkinkan terjadinya perubahan struktur atau pola tingkah laku seseorang dalam kemampuan kognitif, afektif dan keterampilan yang selaras, seimbang dan bersama-sama turut serta meningkatkan kesejahteraan sosial”.
Untuk itu proses pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, menantang
dan mengaktifkan siswa, harus dilakukan oleh guru pada semua mata pelajaran,
temasuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dengan melalui metoda/media
yang tepat, sehingga bisa memberikan pembelajaran yang bermakna dan menjadi
bekal dalam kehidupannya di masyarakat. Dalam kaitan ini Sumaatmadja (1980:
16), menyatakan bahwa :
“Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang-bidang yang digali dari kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan obyeknya, merupakan suatu bidang pengetahuan yang tidak berpijak pada kenyataan. IPS yang tidak bersumber kepada kenyataan tidak mungkin mencapai sasaran dan tujuannya, dan tidak akan memenuhi tuntutan kemasyarakatan.”
Berdasarkan kajian para ahli, pembelajaran IPS kenyataannya lebih
banyak menggunakan metoda ceramah dan ekspositori. Hal ini seperti yang
kelemahan dalam pembelajaran IPS adalah menekankan pada strategi ceramah
dan ekspositori atau transfer of knowledge yang menjadikan guru sebagai pusat
kegiatan belajar mengajar”.
Kritikan terhadap cara mengajar IPS seperti itu datang juga dari Stopsky
dan Sharoon Lee dalam Sapriya (2007: 145), yang kritiknya menyebutkan bahwa
IPS adalah :
1. Mata pelajaran yang abstrak, terlalu teoritis, dan tidak membumi; 2. Mata pelajaran yang membosankan
3. Tidak ada kontribusi dalam masyarakat, karena hanya membicarakan a. fakta, data, konsep, generalisasi, teori dan hokum
4. Pembelajaran hanya bersumber pada buku teks
5. Guru tidak dapat membelajarkan keterampilan berpikir
6. Guru IPS cenderung berasumsi bahwa tugas mereka adalah memindahkan pengetahuan dan keterampilan yang ada pada dirinya kepada siswa secara utuh (tranfer knowledge to the brain of the student).
Sementara itu menurut Uno (2009: 13) “... anak tidak terangsang untuk
peduli lingkungan, karena sumber pendidikan satu-satunya adalah teks.
Pengalaman anak yang begitu beragam dan sangat berharga, jarang dimanfaatkan
sebagai sumber belajar.”
Ilmu Pengetahuan Sosial sesungguhnya merupakan ilmu yang berkaitan
dengan lingkungan. Kalaulah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ini dilakukan
dengan baik, pembelajaran tentang lingkungan hidup sesungguhnya sudah
termasuk didalamnya. Proses pembelajaran tersebut bisa tercapai dengan baik jika
dilakukan dengan metode, metode dan media pembelajaran yang tepat. Menurut
Djahiri (1985: 36), “... keharusan guru mengenal dan memahiri sejumlah
metode dan media yang dapat memberikan rasa senang dan berarti bagi siswa
terhadap proses belajar sehingga pembelajaran tidak menjemukkan.
Metoda penelitian yang akan dilakukan dalam upaya pengembangan green
behavior pada peserta didik ini adalah melalui penelitian tindakan kelas atau PTK,
dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas
berdasar pada permasalahan yang nyata.
Menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2010: 11) dikatakan bahwa:
“... penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan
prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan”.
Metode pembelajaran yang akan diberikan adalah examples non-examples
termasuk metode pembelajaran berbasis masalah. Bern dan Erikson (2001: 5)
menegaskan bahwa, “pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning)
merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan
masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari
berbagai disiplin ilmu.”
Siswa dihadapkan pada suatu permasalahan yang ada di sekitar lingkungan
kehidupannya, diberikan contoh-contoh berupa gambar yang bermuatan masalah
sehingga timbul kepekaan pada siswa terhadap masalah yang diberikan. Menurut
Komalasari, (2011: 61), metode examples non-examples, “membelajarkan
kepekaan siswa terhadap permasalahan yang ada disekitarnya melalui analisis
langsung dari sumber utamanya di masyarakat. Hal-hal yang tidak dapat diamati
secara langsung dapat disajikan melalui media, antara lain melalui media audio
visual. Media audio visual adalah salah satu jenis media pembelajaran yang tidak
hanya bisa dilihat tetapi juga bisa didengar sehingga terasa lebih nyata dan
menarik peserta didik. Seperti yang diungkapkan Asyhar (2011: 45) berikut ini :
“Media audio visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan non verbal yang mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran”.
Dengan demikian pembelajaran IPS yang dilakukan dengan metoda
penelitian tindakan kelas, menggunakan metode pembelajaran examples
non-examples dengan audio visual sebagai media pembelajarannya ini, diharapkan
lebih faktual dan meaningful sehingga menghasilkan peserta didik yang tidak saja
cerdas secara knowledge, tapi juga cerdas dalam afektif yakni bisa merasakan dan
peduli untuk kemudian cerdas dalam psikomotor dalam berperilaku yang
diharapkan dari tujuan pembelajaran ini yakni pengembangan green behavior
pada peserta didik.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah di atas, permasalahan yang menjadi
fokus penelitian tindakan kelas ini perlu dirumuskan agar arah dan
pembahasannya menjadi jelas. Untuk itu berikut rumusan masalah yang diajukan
dalam penelitian ini.
1. Bagaimanakah guru mendesain tahap-tahap pembelajaran dalam upaya
2. Bagaimanakah guru melaksanakan tahap-tahap pembelajaran untuk
mengembangkan green behavior ?
3. Bagaimanakah perkembangan pemahaman para siswa mengenai green
behavior selama melaksanakan pembelajaran menggunakan metode
examples non-examples dengan media audio visual ?
4. Bagaimanakah siswa menerapkan green behavior di lingkungan sekolah ?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah, penelitian yang dilakukan adalah untuk
mengembangkan perilaku hijau atau green behavior siswa khususnya kelas IV
SDN Babakan Ciparay 3 pada pembelajaran IPS, agar mereka lebih bisa
memahami terjadinya permasalaham sosial yang diakibat ketidakpedulian
terhadap lingkungan.
Secara lebih khusus tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana para guru mendesain tahap-tahap
pembelajaran dalam upaya mengembangkan green behavior dalam
pembelajaran IPS.
2. Mengetahui bagaimana guru dalam menerapkan tahap-tahap belajar
menggunakan metoda examples non-examples dengan media audio visual.
3. Mengetahui perkembangan pemahaman siswa mengenai green behavior
siswa selama melakukan tahap-tahap pembelajaran menggunakan metode
examples non-examples dengan media audio visual.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara
teoretis maupun pada tataran praktis. Penjelasan dari manfaat dari penelitian yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Pada tataran teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai uji
empirik terhadap metode audio visual, dan dapat menjadi referensi
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
Mendapatkan pembelajaran IPS yang lebih aktif, efektif, dan
menyenangkan sebagai bekal kehidupan mereka dimasyarakat khususnya
dalam realisasi green behavior.
b. Bagi guru
Membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang mereka hadapi,
menambah wawasan, dan keterampilan untuk menerapkan pembelajaran
IPS.
c. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan dalam upaya peningkatan pemahaman siswa
dalam green behavior sehingga memberikan pengaruh yang nyata dalam
E. Sistematika Penulisan
Penulisan Tesis dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas ini disusun dalam
lima bab dengan rincian tiap bab sebagai berikut :
Bab I, berisi latar belakang pemilihan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan terakhir di bab 1 ini adalah sistematika
penulisan.
Bab II berisi kajian teoritis yang memuat pengertian dan konsep dasar IPS,
pembelajaran IPS di sekolah dasar, pengertian sikap dan perilaku, pengertian
green behavior, pengertian dan fungsi media audio visual dalam pembelajaran.
Bab III membahas metode penelitian yang meliputi desain penelitian,
definisi konseptual dan operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan
instrumen, teknik pengumpulan data serta prosedur dan tahapan penelitian.
Bab IV berisi laporan hasil penelitian yang meliputi deskripsi, lokasi dan
subjek penelitian, temuan penelitian kemudian pembahasan atau diskusi hasil
temuan penelitian.
Bab V merupakan bagian akhir dan penutup dari penulisan tesis ini berisi
kesimpulan dari hasil penelitian dan bisa menjadi rekomendasi bagi sesama rekan
pendidik yang praktek langsung di lapangan dan pemegang kebijakan yang
mempunyai kompetensi dalam memberikan kebijakan-kebijakan yang bisa
mendukung dan mendorong terciptanya pembelajaran yang lebih bermakna atau
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab tiga ini membahas tentang metodologi penelitian yang digunakan
oleh peneliti, lokasi penelitian yaitu tempat akan diberikannya perlakuan, subyek
yang akan diberikan perlakuan, teknik pengumpulan data yang akan digunakan,
prosedur yang akan dilalui dalam penelitian, validasi data dan terakhir melakukan
analisis terhadap data-data yang telah diperoleh untuk memperkuat hasil
penelitian yang telah dilakukan.
A.Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis sebagai peneliti adalah
Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan Classroom
Action Research, yang artinya penelitian tindakan (action research) dan bisa
dilakukan di kelas.
Menurut Kemmis dalam Hopkins (1993: 44) action research adalah
“A form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (including education) situation in order to improve the rationaly and justice of 1. their own social or educational practices, 2. their understanding of this practices, and 3. the situations which practices are carried out.”
Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk refleksi diri dari penyelidikan
yang dilakukan oleh peserta dalam situasi sosial termasuk didalamnya pendidikan
untuk meningkatkan rasional dan keadilan dari 1. pemahaman praktek sosial atau
pendidikan mereka sendiri 2. pemahaman mereka terhadap praktek tersebut
Dalam penelitian ini yang diteliti berkaitan dengan masalah sosial,
kemudian menyangkut persepsi dan perilaku siswa yang berkaitan dengan
kepedulian terhadap penelitian ini para siswa diberikan suatu tindakan dengan
tujuan pengembangan suatu perilaku yaitu green behavior melalui proses
pembelajaran IPS di kelas dan pembiasaan yang dilakukan juga di luar kelas.
Dengan situasi seperti ini maka metode penelitian berbentuk PTK memang
menjadi pilihan yang tepat.
Arikunto, (2008: 3) menyebutkan, bahwa “dengan menggabungkan
batasan pengertian tiga kata inti,yaitu 1. penelitian, 2. tindakan, dan 3. kelas,
segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut
diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.”
Dengan demikian dalam penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan
yang lebih banyak dilaporkan adalah apa yang dilakukan oleh siswa bukan apa
yang dilakukan oleh guru.
Menurut pengertian pengajaran, kelas bukan wujud ruangan, tetapi
sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Dengan demikian, penelitian
tindakan kelas dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi dimana saja
tempatnya, yang penting ada sekelompok anak yang sedang belajar. (Arikunto,
2008: 3).
Demikian juga dalam penelitian ini, peneliti tidak selalu harus mengamati
sekelompok siswa atau peserta didik yang sedang belajar maka bisa dilakukan
penelitian tindakan.
B.Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Babakan Ciparay 3
Kota Bandung, sekolah dasar negeri yang berlokasi di jalan Kopo 440
Kecamatan Babakan Ciparay Kelurahan Babakan Ciparay Bandung, berada tepat
dipinggir jalan raya yang ramai dan merupakan jalan utama.
2. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian selain gurunya juga
siswa, segala kegiatan yang terjadi antara guru dengan siswa, antara sesama
siswa, selama berlangsungnya program tindakan ini. Adapun subyeknya adalah
siswa kelas IV berjumlah 40 siswa, dengan jumlah berimbang diantara siswa
putra dan putri. Para siswa ini mempunyai latar belakang yang berbeda tetapi
sebagian besar berasal dari kalangan menengah dengan orangtua yang latar
pendidikannya rata-rata SMA dan sarjana, dan secara ekonomi terbilang cukup
atau menengah ke atas. Dengan keadaan orang tua seperti itu, siswa SDN
Babakan Ciparay 3 mempunyai kesempatan yang cukup luas untuk bisa
berhubungan dan mengakses dunia luar dengan cepat seperti melalui media
C. Teknik Pengumpulan Data
Diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang tepat dalam suatu
penelitian karena mengumpulkan data menjadi hal yang utama dan harus
digunakan instrumen pengumpul data.
Karena itu peneliti dalam penelitian ini menggunakan instrumen untuk
memperoleh data penelitian dengan berdasar pada pendapat Creswell dalam
Wiriaatmadja (2009: 122) berikut ini, “berbagai cara pengumpulan data untuk
penelitian kualitatif terus berkembang, namun demikian pada dasarnya ada empat
cara yang mendasar untuk mengumpulkan informasi, yaitu observasi, wawancara,
dokumen, dan materi audio visual”.
1. Observasi
Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari
perilaku tersebut. Marshall dalam Sugiyono, (2012: 226) menyatakan bahwa
“through observation, the researcher learn about behavior and the meaning
attached to those behavior”.
Observasi dalam penelitian yang saya lakukan ini diperlukan untuk melihat
perilaku dan perubahan perilaku yang diharapkan sebagai respon dari perlakuan atau
pembiasaan yang diberikan.
Susan Stainback (1988) dalam Sugiyono, (2012: 227), menyatakan “In
participant observation, the researcher observes what people do, listen to what
they say, and participates in their activities” . Dalam observasi partisipatif, saya
sebagai peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang
Kegiatan observasi dalam bentuk observasi partisipatif seperti inilah yang
akan dilakukan oleh peneliti dalam upaya pengembangan green behavior ini.
2. Wawancara
Wawancara digunakan oleh peneliti sebagai teknik pengumpulan data
terutama ketika melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, dan juga untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara yang dilakukan
secara terstuktur dimana saya sebagai pewawancara sudah mempersiapkan bahan
terlebih dahulu, dengan dibantu alat perekam untuk melancarkan pengumpulan
informasi dan dilakukan melalui tatap muka atau wawancara langsung.
3. Dokumen
Dokumen yang dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data
penelitian, yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian tindakan
kelas yang saya lakukan seperti silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran,
Kurikulum, laporan hasil tes siswa, buku teks yang digunakan, hasil tugas-tugas
kelompok yang dikerjakan siswa.
4. Materi Audio Visual
Agar dalam penelitian ini saya sebagai peneliti mempunyai alat pencatatan
untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi di kelas pada waktu pembelajaran
dalam rangka penelitian tindakan kelas, maka untuk menangkap suasana kelas,
detail tentang peristiwa-peristiwa penting /khusus yang terjadi, atau ilustrasi dari
handycam yang digunakan untuk membantu mendeskripsikan apa yang dicatat di
catatan lapangan.
Hal ini dilakukan berdasar pada pendapat Wiriaatmadja (2009: 122),
bahwa pengumpulan data ini terdiri dari empat jenis, yaitu lembar panduan
observasi, pedoman wawancara, angket/kuesioner, dan tes uji kompetensi.
D. Prosedur Penelitian
Berdasar pada pengertian PTK itu sendiri dimana penelitian dilakukan
berdasarkan permasalahan yang ada di kelas atau lebih luas di lingkungan
sekolah, diperlukan pengamatan untuk melihat hasil akhir berupa pengembangan
green behavior, model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model Spiral dari Kemmis dan Taggart yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Pelaksanaan penelitian ini diwujudkan dalam bentuk tahapan-tahapan
siklus yang berkesinambungan dan berkelanjutan sehingga berjalan seperti spiral,
di mana untuk setiap tahapan siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan langkah secara
garis besar, yaitu :
1. membuat perencanaan tindakan perbaikan,
2. implementasi atau pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan,
3. melakukan observasi, dan
4. melakukan analisis data dan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan.
Untuk lebih jelasnya, paparan langkah-langkah pelaksanaan penelitian
untuk setiap tahap dan dalam setiap siklunya di sini adalah sebagai berikut:
Siklus I , melalui tahapan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perencanaan
a. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
b. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar
c. mengajar.
d. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
e. Memilih bahan pelajaran yang sesuai
f. Menentukan skenario pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan
g. pembelajaran menggunakan media audio visual .
h. Mempersiapkan sumber belajar, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan
i. Menyusun lembar kerja siswa
2. Tindakan
a. Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.
b. Siswa mendengarkan penjelasan guru untuk mengawali materi yang akan
disajikan melalui tayangan audi visual.
c. Siswa memahami materi melalui sajian materi yang sudah dikemas dalam
bentuk audio visual.
d. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang telah disajikan
melalui tayangan audio visual.
e. Siswa berdiskusi dengan materi yang sudah dipersiapkan oleh guru.
f. Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi.
g. Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).
3. Pengamatan
a. Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah
disiapkan yaitu berupa tabel-tabel isian untuk setiap aspek penilaian
dalam observasi.
b. Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa
(LKS).
4. Refleksi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu,
jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.
b. Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang skenario
c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan
pada siklus berikutnya.
Siklus II, meliputi tahapan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perencanaan
a. Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi berikut
penetapan alternatif pemecahan masalah.
b. Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.
c. Pengembangan program tindakan II.
2. Tindakan
Pelaksanaan program tindakan II mengacu pada identifikasi masalah yang
muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah
ditentukan, antara lain melalui:
a. Guru melakukan apersepsi
b. Siswa diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang
ingin dicapai dalam pembelajaran.
c. Siswa mengamati materi yang disajikan melalui audio visual dimana
pemeran dalam audio video tersebut adalah siswa itu sendiri.
d. Gambar-gambar / foto-foto yang sesuai dengan materi, pemeran
dalam foto itu lebih banyak melibatkan siswa itu sendiri.
e. Siswa bertanya jawab tentang gambar / foto.
f. Siswa menceritakan green behavior yang ada pada gambar.
h. Presentasi hasil diskusi.
i. Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa.
3. Pengamatan (Observasi)
a. Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan
b. mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan
tindakan berlangsung.
c. Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dipersiapkan.
4. Refleksi
a. Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data
yang terkumpul.
b. Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus II.
c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk
digunakan pada siklus III
5. Evaluasi tindakan II
Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami
kemajuan minimal 10% dari siklus I.
Siklus III (bila diperlukan).
E. Validasi Data
Konsep validitas dalam aplikasinya untuk penelitian tindakan mengacu
kepada kredibilitas dan derajat keterpercayaan dari hasil penelitian. Dalam
penelitian ini dilakukan validasi untuk mendapatkan data yang benar-benar
mendukung dan sesuai dengan karakteristik fokus permasalahan dan tujuan
penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan
data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.”
Adapun teknik validasi yang digunakan disesuai dengan kebutuhan
penelitian, dimana pengertiannya berdasar pada pendapat Wiriaatmadja, (2010:
168-171) berikut ini :
1. Member Check, yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau
informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara
sumber (Kepala sekolah, guru, teman sejawat guru, siswa, pegawai
administrasi sekolah, orangtua siswa, dan lain-lain).
2. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau analisis yang
peneliti sendiri timbulkan dengan membandingkan dengan hasil orang lain,
misalnya mitra peneliti lain, yang hadir dan menyaksikan situasi yang sama.
3. Pembandingan/ Eksplanasi Saingan, atau kasus negatif. Peneliti tidak
melalukan upaya untuk menyanggah atau membuktikan kesalahan penelitian
saingan, melainkan mencari data yang akan mendukungnya. Apabila tidak
berhasil menemukannya, maka hal ini mendukung kepercayaan terhadap
hipotesis, konstruk, atau kategori dalam penelitian pada awalnya.
4. Audit Trail, dapat dilakukan oleh kawan sejawat peneliti, yang memiliki
pengetahuan dan ketrampilan melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang
sama seperti peneliti sendiri.
5. Expert Opinion, yang dalam hal ini adalah pembimbing peneliti, yang akan
Perbaikan, modifikasi, atau penghalusan berdasarkan arahan atau opini pakar
atau pembimbing, akan selanjutnya memvalidasi hipotesis, konstruk, atau
katagori dan pada tahap selanjutnya analisis yang peneliti lakukan, dan dengan
demikian akan meningkatkan derajat keterpercayaan penelitian.
F. Analisis Data
Dalam hal analisis data, penulis menganalisis data dengan berdasar pada
pendapat Wiriaatmadja, (2010: 146), di dalam analisis data lapangan melakukan
hal-hal berikut : 1. Melakukan pengumpulan data dan menyusun kategori, 2.
Memvalidasi kategori, 3. Menafsirkan kategori, 4. Melakukan analisis tersebut.
Semua hal diatas dapat dilakukan dengan cara :
1. Kategorisasi data, artinya data yang diperoleh dikategorisasikan berdasarkan
sumber dan jenis data.
2. Catatan lapangan penelitian, artinya pelaksanaan proses pembelajaran dalam
upaya pengembangan green behavior pada siswa melalui penggunaan media
audio visual dalam mata pelajaran ips di sekolah dasar negeri babakan ciparay
ini dicatat dengan baik.
3. Kuesioner guru dan siswa, diperlukan untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan proses pembelajaran yang dilakukan. Data hasil penelitiannya
disajikan dalam bentuk presentase untuk mendapatkan gambaran seberapa
besar frekuensi setiap jawaban, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
� ℎ � �� � � �� ��
� ℎ ℎ � X 100%
Untuk memperoleh gambaran tentang perilaku verbal dan nonverbal guru
(checklist) dalam lembar pengamatan yang disediakan untuk kemudian
dideskripsikan dan diinterpretasi oleh peneliti.
G. Interpretasi Data
Interpretasi dilakukan peneliti terhadap keseluruhan temuan penelitian
berdasarkan teoritik dan norma-norma ilmiah yang telah disepakati mengenai
proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik fokus permasalahan dan tujuan
penelitian, sampai diperoleh suatu kerangka konseptual yang memungkinkan bagi
pengembangan green behavior melalui penggunaan media audio visual dalam
metode example non-examples pada pembelajaran IPS di SDN Babakan Ciparay 3
Bandung.
Adapun interpretasi data ada yang didasarkan pada pendapat Ali (1992:
184) yaitu sebagai berikut :
0% = ditafsirkan tidak ada
1 % - 39 % = ditafsirkan sebagian kecil
40% - 49% = ditafsirkan, hampir setengahnya
50% = ditafsirkan, setengahnya
51% - 75% = ditafsirkan, sebagian besar
76% - 99% = ditafsirkan, pada umumnya
BAB 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab 5 ini berisi uraian dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai
pengembangan green behavior pada siswa melalui penggunaan media audio
visual dalam mata pelajaran IPS di sekolah dasar dalam hal ini di SDN Babakan
Ciparay 3 Bandung. Kemudian juga dituliskan rekomendasi yang peneliti buat
untuk guru dan pihak sekolah.
A. Kesimpulan
Setelah pengembangan green behavior yaitu pengembangan suatu perilaku
yang tindakannya didasari oleh suatu nilai, norma dan aturan yang peduli terhadap
lingkungan, dilakukan melalui metoda penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan metode examples non-examples dibantu media audio visual serta
menjalani berbagai proses, mulai dari orientasi, perencanaan, tindakan, observasi
dan refleksi dengan tetap berpijak pada rumusan masalah dan tujuan penelitian
yang telah ditetapkan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Metode pembelajaran examples non-examples dapat digunakan sebagai metode
pembelajaran dalam upaya pengembangan green behavior pada siswa .
2. Media pembelajaran audio visual sangat bermanfaat untuk menciptakan
pembelajaran yang lebih faktual dan kontekstual.
3. Penggunaan metode examples non-examples dengan media audio visual dalam
dengan baik jika guru membuat desain pembelajaran dengan melalui
tahap-tahap berikut :
a. pembuatan RPP pada materi masalah sosial dengan kompetensi dasar
mengenal permasalahan sosial didaerahnya,
b. mengembangkan materi melalui indikator-indikator yang ingin dicapai
siswa dengan indikator yang berbeda di setiap siklusnya,
c. pembuatan tayangan audio visual yang materinya berupa peristiwa yang
berkaitan dengan masalah sosial seperti banjir, longsor, kebakaran hutan
dan contoh perbuatan yang diharapkan (green behavior) seperti
membuang sampah pada tempatnya, memelihara tanaman, memadamkan
lampu kelas dikala hari sudah siang, membawa bekal botol minum dari
rumah agar tidak menambah sampah plastik, dan lain-lain.
4. Desain pembelajaran yang telah dibuat kemudian diterapkan dalam tahap-tahap
belajar berupa siklus 1 sampai 3, dan memberikan hasil sebagai berikut:
a. siswa telah mampu mengidentifikasi macam-macam permasalahan sosial
dan permasalahan sosial yang diakibatkan oleh ketidakpedulian terhadap
lingkungan, mampu memahami pentingnya sikap peduli terhadap
lingkungan, serta mampu mengidentifikasi sebagai perilaku yang
tindakannya didasari oleh suatu nilai, norma dan aturan yang peduli
terhadap lingkungan yang kemudian disebut dengan green behavior.
b. mereka mampu mempraktekan sendiri dengan membuat dokumentasi saat
siswa melakukan dan mampu menerapkan green behavior dalam
seperti membuang sampah pada tempatnya, memelihara tanaman,
membawa bekal minum dari rumah memakai botol isi ulang,
membersihkan sampai di bawah meja, mematikan listrik di siang hari.
c. Membiasakan penerapan green behavior dalam kehidupan siswa
sehari-hari terutama di lingkungan sekolah, kemudian bersama-sama dengan guru
melakukan pembiasaan dengan praktek menanam pohon, membuat tempat
sampah, pemeliharaan tanaman, pembuatan jadwal piket kelas, piket
menyiram tanaman dan piket pembersihan wc sekolah serta pembiasaan
satu menit bersih sebelum pulang sekolah.
Setelah melalui beberapa tahapan yang dilakukan seperti yang telah
diuraikan diatas, didapat beberapa kelebihan lain dalam melakukan pembelajaran
dengan menggunakan audio visual dalam upaya pengembangan green behavior
ini yaitu :
1. Pembelajaran yang menyenangkan/joyful learning, dengan melihat materi yang
dikemas dalam sebuah tayangan yang berupa film bergerak dan bersuara atau
audio visual.
2. Lebih kontekstual, dengan memberikan contoh kejadian dalam suatu tayangan
bergerak yang menjadikan mereka lebih dekat dengan materi yang diajarkan
tidak berbentuk paparan yang seringkali harus mereka bayangkan kejadiannya.
3. Dari segi kognitif, siswa lebih mudah memahami, karena materi tayangan telah
dipilih berupa pokok-pokoknya saja tidak seperti membacakan semua isi buku.
5. Mengembangkan psikomotorik mereka dengan aktivitas yang lebih meminta
siswa yang melakukan sendiri dengan pembiasaan dan monitoring .
Secara keseluruhan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini berjalan
cukup lancar, sesuai perencanaan dan berhasil dalam strategi pembelajaran
melakukan perubahan ke arah yang lebih dan mampu mengembangkan green
behavior pada siswa walaupun hanya dilakukan pada satu kelompok kecil yang
berada dalam satu kelas, mudah-mudahan bermanfaat untuk kelompok yang lebih
luas walau hasil yang maksimal dari perilaku memang membutuhkan proses dan
waktu, tetapi pada dasarnya sudah menampakkan perubahan ke arah yang
diharapkan dari penelitian ini yaitu siswa tidak hanya memahami secara kognitif
tetapi juga afektif dan psikomotorik, tidak hanya paham, tetapi juga mempunyai
nilai yang menumbuhkan sikap dan mendorong untuk berperilaku peduli pada
lingkungan, dimulai dari lingkungan sekolahnya.
B. Rekomendasi
1. Bagi Penentu Kebijakan
Peningkatan kemampuan mengajar guru di dalam kelas, sangat perlu
dukungan dari penentu kebijakan di lingkungan sekolah dalam hal ini kepala
sekolah. Selain sarana dan prasarana seperti keperluan e-learning minimal
komputer atau netbook dan infokus, diperlukan juga pelatihan-pelatihan bagi
gurunya untuk lebih mengenal teknologi.
Siswa saat ini sudah tak ada batas dengan perkembangan teknologi di luar
sementara lingkungan pendidikan yang seharusnya lebih dulu mengenalkan malah
Untuk itu diperlukan upaya mengurangi ketimpangan ini, apabila sulit untuk
langsung mendidik semua guru, minimal 50 persen dari guru yang ada, dituntut
menguasai teknologi, sehingga membantu menyiapkan materi pembelajaran yang
lebih menarik untuk guru lainnya dan agar mampu mengimbangi anak yang lebih
tertarik dengan hal-hal yang baru sehingga siswa tidak saja pintar secara kognitif,
tetapi afeksi mereka yang mendorong pada psikomotorik juga berkembang dalam
diri siswa, sehingga membantu mereka dalam kehidupan di masyarakatnya.
2. Bagi Khazanah Ilmu
Diperlukan suatu pembelajaran yang lebih nyata atau lebih kontekstual
dengan kehidupan siswa sehari-hari agar lebih mengena dan mudah dipahami
oleh siswa. Dengan kemajuan teknologi dan kemampuan ekonomi yang naik
membuat siswa sudah terbiasa dengan alat dan dunia teknologi sehingga
diperlukan kemampuan guru yang mampu mengikuti perkembangan teknologi,
sehingga mampu mengikuti minat siswanya akan teknologi.
Diperlukan suatu situasi dari proses pembelajaran yang tidak teacher
centered dan tidak berkutat dengan buku paket. Pemilihan materi yang inti dan
merealisasikannya dalam tugas kelompok berbentuk gambar-gambar materi
pembelajaran lebih mudah dilakukan jika audio visual masih sulit untuk
dilakukan.
Khusus untuk beberapa tindakan yang dilakukan, sehubungan dengan
upaya pengembangan green behavior pada siswa melalui penggunaan media
V dan VI sehingga perilaku green behavior ini tercermin dalam wujud sekolah
hijau/green school dalam jangka panjang.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini mengambil cara yang sederhana dalam upaya
mengembangkan suatu perilaku yang kemudian peneliti sebut “green behavior”.
Dibutuhkan upaya yang lebih keras dan cara yang lebih tepat agar green behavior
ini bisa benar-benar tercipta dan berkelanjutan, untuk itu jalan terbuka lebar untuk
penelitian selanjutnya.
Studi lanjutan dapat memilih lokasi yang berbeda, dengan metode atau
metode pembelajaran yang berbeda tetapi untuk pengembangan perilaku yang
sama yakni green behavior. Memperbanyak tindakan yang dilakukan ke arah
pembiasaan agar perubahan perilaku yang diharapkan dapat terwujud dengan
maksimal. Melalui studi lanjutan diharapkan memperoleh cara baru untuk lebih
mengembangkan green behavior ini yang sangat diperlukan bagi terciptanya
lingkungan sekolah yang bersih, sehat serta dalam jangka panjang membantu
mengurangi kerusakan alam. Mewujudkan “teaching sustainability with the earth