• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Work Engagement pada Pengemudi Go-Jek di Jakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Work Engagement pada Pengemudi Go-Jek di Jakarta."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian dengan judul “Studi Deskriptif Mengenai Work Engagament pada Pengemudi Go-Jek Di Jakarta” untuk memberikan gambaran mengenai derajat work engagement pada pengemudi Go-Jek. Responden pada penelitian ini berjumlah 383 pengemudi.

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel work engagement dikembangkan oleh Schaufeli & Bekker (2003). Alat ukur tersebut diadaptasi oleh Arintika Zebia (2015) yang menggunakan penerjemah bersertifikasi dan di modifikasi untuk diterapkan pada sampel dalam penelitian ini.

Hasil pengolahan data memperlihatkan bahwa 77,5% pengemudi Go-Jek memiliki derajat work engagement yang tergolong tinggi. Pengemudi yang memiliki derajat work engagement yang tinggi pada umumnya memiliki derajat yang tinggi juga pada ketiga aspek work engagement yaitu vigor, dedication dan absorption.

(2)

viii

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This research entitled "Descriptive Study About Work Engagament of Go-Jek driver In Jakarta" to give an illustration of the degree of work engagement on the Go-Jek driver. Respondents in this research were 383 driver.

The measurement instrument utilized in this research developed by Schaufeli & Bekker (2003). The measuring tool was adapted by Arintika Zebia (2015) which uses a certified translator and on the modifications to be applied to the sample in this study.

The results of data processing showed that 77.5% of Go-Jek drivers have work engagement level that are high. Drivers with high work engagement level in general also have a high level on three aspects of work engagement that are vigor, dedication and absorption.

(3)

ix

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………i

LEMBAR PENGESAHAN………..ii

LEMBAR ORISINALITAS LAPORAN………..…..iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………....iv

KATA PENGANTAR……….….v

ABSTRAK (INDONESIA)………vii

ABSTRAK (INGGRIS)……….viii

DAFTAR ISI………...ix

DAFTAR TABEL……….xiii

DAFTAR BAGAN………xiv DAFTAR LAMPIRAN………...xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 9

(4)

x

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi ... 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Work Engagement... 19

2.1.1 Pengertian Work Engagement ... 19

2.1.2 Aspek-aspek Work Engagement ... 19

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Work Engagement ... 20

2.1.4 Dampak Work Engagement Bagi Perusahaan ... 23

2.1.5 Work Engagement dan Performance ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 29

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 29

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 29

3.3.1 Variabel Penelitian ... 29

3.3.2 Definisi Operasional ... 30

3.4 Alat Ukur ... 30

3.4.1 Alat Ukur Work Engagement……….………...30

3.4.2 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 33

3.4.2.1 Data Pribadi... 33

3.4.2.2 Data Penunjang ... 33

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 33

(5)

xi

Universitas Kristen Maranatha

3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 34

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 35

3.5.1 Populasi Sasaran ... 35

3.5.2 Karateristik Populasi ... 35

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ……….35

3.6 Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden ... 37

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 38

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Lamanya Jam Kerja Per Hari ... 38

4.2 Gambaran Hasil Penelitian ... 39

4.2.1 Gambaran Derajat Work Engagement ... 39

4.2.2 Gambaran Derajat Aspek-Aspek Work Engagement ... 40

4.2.2.1 Gambaran Derajat Aspek Vigor ... 40

4.2.2.2.Gambaran Derajat Aspek Dedication... 40

4.2.2.3 Gambaran Derajat Aspek Absorption... 41

4.2.3 Tabulasi Silang Work Engagement dengan Aspek Work Engagement ... 41

4.3 Pembahasan ... 43

(6)

xii

Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran ... 59

5.2.1 Saran Teoritis ... 59

5.2.2 Saran Praktis ... 59

DAFTAR PUSTAKA... 61

(7)

xiii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Kisi-kisi Alat Ukur Work Engagement ... 31

Tabel 3.2 Tabel Sistem Penilaian ... 32

Tabel 4.1 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37

Tabel 4.2 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 38

Tabel 4.3 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Lamanya Jam Kerja Per Hari ... 38

Tabel 4.4 Tabel Gambaran Derajat Work Engagement ... 39

Tabel 4.5 Tabel Gambaran Derajat Aspek Vigor ... 40

Tabel 4.6 Tabel Gambaran Derajat Aspek Dedication ... 40

Tabel 4.7 Tabel Gambaran Derajat Aspek Absorption ... 41

Tabel 4.8 Tabel Tabulasi Silang Derajat Work Engagement dengan Aspek Vigor ... 41

Tabel 4.9 Tabel Tabulasi Silang Derajat Work Engagement dengan Aspek Dedication ... 41

(8)

xiv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

(9)

xv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Letter Of Concent dan Alat Ukur (Identitas, Data Utama dan Data Penunjang, Kisi-kisi Alat Ukur dan Kisi-kisi Data Penunjang)

Lampiran B Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Lampiran C Hasil Penelitian

Lampiran D Frekuensi, Tabulasi Silang Data Utama dan Data Penunjang Lampiran E Profil Perusahaan PT. Go-Jek

(10)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang ada di dunia. Ibu kota Indonesia adalah DKI Jakarta sehingga selain sebagai pusat pemerintahan, Jakarta juga merupakan pusat bisnis, politik dan kebudayaan. Kota ini menjadi tempat kedudukan lembaga-lembaga pemerintahan, kedubes dan juga kantor sekretariat ASEAN sehingga tidak heran jika di Jakarta mobilitas penduduk sangat tinggi. Menurut pakar tata kota Yayat Supriyatna yang dikutip dari situs merdeka.com, Kota Jakarta sudah tidak layak huni hal ini dikarenakan oleh banyak persoalan besar di sana dan belum diselesaikan oleh pemerintah (Yayat Supriyatna, 2015).

Salah satu masalah yang belum terselesaikan di Jakarta adalah masalah kemacetan. Pada 5 Februari 2015 kota Jakarta dinobatkan sebagai kota paling macet sedunia menurut Indeks

Castrol’s Magnatec Stop-Star (historia.id, hal ini ternyata menciptakan suatu inovasi baru di

dalam bidang bisnis, seorang penduduk Jakarta bernama Nadiem Makarim membangun suatu perusahaan software yang merangkul ojek sebagai mitranya. Ojek atau ojeg adalah transportasi umum informal di Indonesia yang berupa sepeda motor atau sepeda, namun lebih lazim berupa sepeda motor (Wikipedia.com). Pada tanggal 13 Oktober 2010 PT. Go-Jek resmi berdiri dan mendapatkan pesanan pertama melalui telepon namun pada saat itu Go-Jek belum banyak dikenal oleh masyarakat karena Go-Jek baru dapat dipesan melalui hot-line dan pesan singkat ke telepon perusahaan setelah itu perusahaan akan mengirimkan pengemudi Go-Jek ke alamat pelanggan.

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha posisi pelanggan dan juga dapat memberikan informasi pada pelanggan tentang keberadaan pengemudi Go-Jek yang terdekat dengan mereka.

PT. Go-Jek merangkul ojek sebagai mitranya sehingga jam kerja minimal tidak ditentukan oleh perusahaan melainkan berdasarkan keinginan pengemudi sendiri. Menurut Dr. Muhammad Jafar Hafsah kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan (Dr. Muhammad Jafar Hafsah, 1999). Pada sistem ini maka banyaknya pendapatan pengemudi Go-Jek tergantung pada seberapa besar keinginan mereka untuk bekerja. Sistem bagi hasil yang ditetapkan oleh PT. Go-Jek yaitu sebesar 20/80 , dimana dari setiap pesanan yang diantarkan oleh para pengemudi, perusahaan mendapatkan 20 % dari biaya satu kali antar dan pengemudi mendapatkan 80 %.

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha pengguna jasa Go-Jek tidak hanya terbatas pada transportasi namun juga untuk keperluan lain, sehingga pengguna jasa Go-Jek menjadi lebih banyak.

Dari delapan jasa yang disediakan oleh PT.Go-Jek hanya empat jasa yang melibatkan pengemudi untuk mengantarkan barang, makanan ataupun penumpang ke tempat yang dituju, yaitu Go-Ride, Go-Send, Go-Food, dan Go-Mart. Setiap pengemudi Go-Jek dapat secara langsung mengambil pesanan dalam bentuk ke empat jasa tersebut, untuk Go-Ride dan Go-Send pengemudi bertugas hanya untuk mengantarkan penumpang ataupun barang ke tempat tujuan, namun untuk Go-Food dan Go-Mart mereka diharuskan untuk terlebih dahulu membeli barang atau makanan dengan uang pribadi mereka sendiri baru setelah itu mengantarkan barang atau makanan kepada pembeli. Pada ke empat jasa lainnya, yaitu Go-Glam, Go-Massage, Go-Clean, dan Go-Box, PT. Go-jek akan mengirimkannya melalui transportasi yang berbeda.

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha transportasi mereka dan saat ini jasa transportasi Go-Jek merupakan salah satu jasa transportasi yang paling di minati di Kota Jakarta.

Tingginya minat masyarakat terhadap model transportasi Go-Jek di Jakarta di sisi lain menimbulkan kekhawatiran beberapa pihak. Data dari World Health Organization, pada 2013 sepeda motor menjadi penyumbang tertinggi angka kecelakaan, yaitu sebesar 56 % atau 5.036 kejadian dari total 9.002 kecelakaan. Angka ini merupakan angka yang cukup besar, karena memang jasa transportasi Go-Jek yang menggunakan sepeda motor tidak memiliki wadah tertutup yang melindungi pengendara maupun penumpang. Hal ini juga yang membuat Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta menolak wacana merevisi Undang-undang transportasi untuk melegalkan Go-Jek, sehingga hingga saat ini Go-Jek belum memiliki payung hukum yang jelas. Selain itu, di awal kemunculan Go-Jek di Kota Jakarta terpasang spanduk yang berisikan pernyataan dari persatuan ojek pangkalan setempat bahwa Go-Jek atau ojek online di larang masuk ke dalam kawasan mereka. Hal ini secara jelas menunjukkan adanya penolakan yang dilakukan oleh ojek pangkalan terhadap Go-Jek dimana hal ini dapat menjadi stressor pengemudi Go-Jek. Lingkungan kerja pengemudi yang merupakan jalan raya juga memberikan stressor tersendiri karena terik matahari siang di Jakarta yang begitu panas disiang hari dan juga dingin dimalam hari di tambah lagi dengan kemacetan.

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha kebugaran fisik maupun tunjangan pensiun untuk menjamin keberlangsungan hidupnya serta keluarga dimasa tua kelak. Selain itu juga untuk dapat bekerja sebagai pengemudi Go-Jek mereka harus mengeluarkan modal sendiri seperti sepeda motor dan uang untuk membeli helm dan jaket berlogo Go-Jek.

Pengelola Go-Jek memiliki target kepada setiap pengemudi berupa aturan bahwa jika dalam satu hari seorang pengemudi mengantarkan minimal delapan pesanan maka pengemudi tersebut berhak mendapatkan bonus uang sebesar Rp. 20.000, kemudian jika ia melanjutkan untuk mengambil pesanan hingga 12 pesanan dalam satu hari makan bonus akan di tambahkan menjadi Rp. 60.000 dan jika mereka mampu mengantarkan 16 pesanan dalam sehari maka bonus akan bertambah menjadi Rp. 100.000. Target ini tidak secara nyata mengikat para pengemudi dengan sanksi yang berat untuk memacu produktivitas mereka, oleh sebab itu untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera para pengemudi harus memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat memacu mereka bekerja dengan lebih giat lagi.

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha PT. Go-Jek menyadari bahwa keterikatan kerja pada pengemudi mereka adalah hal yang penting sehingga mereka melakukan beberapa upaya untuk dapat memelihara hal tersebut, antara lain adalah pelatihan safety riding yang diadakan oleh PT. Go-Jek untuk melatih pengemudi agar dapat berkendara dengan benar (www.awanjakarta.com) (). Upaya lainnya yang dilakukan oleh PT. Go-Jek adalah membentuk suatu divisi khusus dalam organisasi mereka yang bertugas untuk menjaga kondisi emosional mitra kerja mereka yaitu divisi driver happiness. Divisi ini bertugas untuk mengembangkan program-program seperti retreat atau gathering untuk memberikan rasa nyaman kepada pengemudi. Upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka untuk mempertahankan kondisi fisiologis dan psikologis yang baik pada pengemudi juga merupakan upaya untuk dapat meningkatkan work engagement pada pengemudi Go-Jek.

Schaufeli, Salanova, Gonzales-Roma, dan Bakker menjelaskan work engagement sebagai suatu penghayatan positif pada pekerjaan yang ditandai oleh adanya vigor, dedication, dan absorption (Schaufeli, Salanova, Gonzales-Roma, dan Bakker, 2002, dalam Bakker dan Leiter 2010, hlm 13). Engagement merupakan keadaan afektif-kognitif yang lebih persisten dan pervasif. Ketiga aspek dalam work engagement saling berkaitan dan kemudian menentukan tinggi rendahnya derajat work engagement pada diri seseorang.

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha tetap menjaga hubungan mereka dengan orang lain dan mengembangkan inovasi (Bakker, dkk. 2010).

Aspek pertama dari work engagement adalah vigor yang berkaitan dengan tingkat pengerahan energi yang tinggi dan ketahanan mental ketika bekerja, kemauan untuk mengerahkan upaya, dan persisten ketika menghadapi hambatan dalam bekerja. Pada pengemudi Go-Jek vigor tergambar pada banyaknya energi yang harus mereka kerahkan saat mereka mengendarai motor untuk mengantarkan penumpang atau barang, untuk jarak yang dekat antara 1 sampai dengan 5 KM mungkin dapat di tempuh dengan waktu 10 sampai dengan 20 menit namun untuk jarak yang jauh seperti diatas 20 KM mereka dapat menempuhnya dalam waktu 45 menit atau bahkan lebih. Waktu tempuh yang dihadapi oleh pengemudi Go-Jek bisa saja bertambah lama dalam satu kali perjalanan jika mereka terjebak di dalam kemacetan kota Jakarta. Berdasarkan wawancara dengan sepuluh pengemudi Go-Jek, 100 % dari pengemudi mengatakan bahwa mereka mengerahkan tenaga mereka semaksimal mungkin ketika bekerja, dimana 90 % dari pengemudi memiliki jam kerja rata-rata 10-14 jam perharinya dan sebesar 10 % memiliki jam kerja dibawah 10 jam per hari. Dan sebanyak 50 % dari mereka mengambil lebih dari 5 pesanan setiap harinya dan 50 % lainnya mengambil kurang dari 5 pesanan setiap harinya.

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha merupakan hal yang menantang, sedangkan 10 % diantara mereka tidak menghayati bahwa pekerjaannya adalah pekerjaan yang menantang.

Aspek yang terakhir adalah absorption yang ditandai dengan konsentrasi penuh dan keasyikan ketika bekerja, dimana waktu berlalu begitu cepat dan tidak ingin berhenti bekerja. Pada pengemudi Go-Jek absorption tergambar dari pemusatkan perhatian agar terfokus pada keadaan jalan, dan memilih jalur yang paling tepat untuk perjalanannya, selain itu juga mengendarai motor dengan waktu yang lama tanpa merasa bosan dan mampu menikmati perjalanannya. Berdasarkan wawancara dengan sepuluh orang pengemudi Go-Jek sebesar 90 % mengatakan bahwa waktu terasa cepat berlalu saat mereka bekerja dan sebesar 10 % mengatakan waktu terasa lambat yang mana hal ini hal ini menunjukkan bahwa mereka menikmati perjalanannya mengantarkan pesanan meskipun kondisi jalanan tidak bersahabat. Absorption pada pengemudi juga dapat dilihat dari rata-rata jam kerja perhari, dimana 90 % dari pengemudi memiliki jam kerja rata-rata 10-14 jam perharinya dan sebesar 10 % memiliki jam kerja dibawah 10 jam per hari.

Dari uraian di atas terlihat bahwa work engagement merupakan hal yang penting untuk dimiliki oleh pengemudi Go-Jek di Jakarta. Hal ini menjadi lebih menarik karena dengan minimnya fasilitas dan tunjangan yang didapat oleh pengemudi, besarnya peluang untuk mengalami kecelakaan, serta belum adanya hukum yang secara jelas mengatur pekerjaan mereka namun masih banyak orang yang ingin menjadi pengemudi Go-Jek. Oleh karena itu peneliti terdorong untuk melakukan suatu penelitian mengenai work engagement pada Go-Jek di Jakarta.

1.2 Identifikasi Masalah

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Memperoleh gambaran mengenai work engagement pada pengemudi Go-Jek di Jakarta.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Mengetahui derajat work engagement dilihat dari aspek-aspek work engagement yaitu vigor, dedication dan absorption pada pengemudi Go-Jek di Jakarta.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Menjadi bahan masukan bagi Ilmu Psikologi, khususnya dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi mengenai work engagement pada pengemudi Go-Jek di Jakarta.

2. Memberikan sumbangan informasi kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti mengenai work engagement serta mendorong dikembangkannya penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan topik tersebut.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada pemiliki PT. Go-Jek Indonesia di Jakarta sebagai masukan untuk kemudian dapat melakukan upaya untuk meningkatkan work engagement pada pengemudi Go-Jek.

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha 1.5 Kerangka Pikir

Go-Jek adalah transportasi umum informal di Indonesia yang berupa sepeda motor, sehingga dalam pelaksanaan tugas mereka sehari-hari yaitu mengantarkan penumpang ataupun barang, pengemudi Go-jek membutuhkan pengerahan energi, dedikasi serta konsentrasi untuk dapat menyelesaikan pekerjaan mereka secara optimal dan menghindari kecelakaan lalu lintas. Hal-hal tersebut dibutuhkan untuk dapat mengendarai motor dengan jarak yang jauh ditambah dengan kemacetan yang ditemui hampir di sepanjang jalan dan cuaca yang terik di siang hari serta dingin di malam hari.

Menurut Schaufeli et al (2010) pengerahan energi, dedikasi serta konsentrasi dalam suatu pekerjaan disebut work engagement. Orang yang engaged memiliki level energi yang tinggi dan antusias terhadap pekerjaan mereka, mereka biasanya terbenam dalam pekerjaannya sehingga merasa waktu berjalan dengan begitu cepat (Bakker & Demerouti, 2008). Work engagement didefinisikan sebagai suatu penghayatan positif dan pada pekerjaan yang ditandai oleh adanya vigor, dedication, dan absorption (Schaufeli, Salanova, Gonzales-Roma, & Bakker, 2002, dalam Bakker & Leiter 2010, hlm 13).

(20)

Go-11

Universitas Kristen Maranatha Jek vigor terlihat dari banyaknya jam kerja per hari di luar rumah untuk mendapatkan pesanan dan banyaknya pesanan yang mereka ambil dalam satu hari.

Dedication merupakan keterlibatan diri yang kuat terhadap pekerjaan, dan merasakan keberartian, antusiasme, inspirasi, kebanggaan, dan tantangan (Bakker dan Leiter, 2010, h.13). Individu yang memiliki derajat dedication yang tinggi akan menunjukkan kemampuannya untuk menyelesaikan masalah pekerjaan dengan mencetuskan suatu inovasi baru, ide-ide yang baru dan berhubungan dengan orang-orang disekitarnya, baik kepada pelanggan maupun sesama rekan kerjanya untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman. Sedangkan individu yang memiliki derajat dedication yang rendah tidak merasakan bahwa pekerjaan yang ia miliki sekarang adalah sesuatu hal yang berarti baginya, mereka tidak melibat diri dengan berbagai aktivitas yang diadakan oleh orang-orang disekitar mereka seperti training ataupun penyuluhan dan kurang mampu dalam membina hubungan sosial dengan rekan kerja maupun pelanggan. Pada pengemudi Go-Jek dedication terwujud dalam pelayanan yang diberikan kepada para penumpang, pengemudi bersikap ramah dan berusaha untuk membuat pelanggan merasanya nyaman dan aman.

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha mengerjakan tugas mereka dan tidak merasa bahwa pekerjaan mereka merupakan suatu yang mengasyikan. Pada pengemudi Go-Jek absorption tergambar dari konsentrasi yang mereka tuangkan saat bekerja untuk melihat kondisi jalan disekitar mereka, dan merasa waktu berjalan begitu cepat ketika mereka bekerja walaupun menemui kemacetan kota Jakarta.

Work engagement dipengaruhi oleh job demands, job resources, dan personal resources. Job demands merupakan segala sesuatu yang merupakan bagian dari pekerjaan yang secara potensial dapat menimbulkan tekanan, dan menguras kemampuan untuk beradaptasi yang dimiliki oleh pekerja (Bakker, Hakanen, Demerouti & Xanthopoulo, 2007, hlm.272). Contoh dari job demands yaitu work pressure seperti tuntutan untuk mengantarkan penumpang ke tempat tujuan yang bervariasi ke lingkungan yang tidak dikenal oleh pengemudi, mereka harus mencari alamat yang dituju dengan membaca peta, dan bertanya kepada penduduk sekitar, emotional demands seperti tuntutan untuk sedapat mungkin memberikan pelayanan yang ramah ditengah stres yang ia alami saat berhadapan dengan kemacetan, mental demands seperti menghapal jalanan dan tempat-tempat tujuan dikota Jakarta, pengetahuan tentang rute jalan alternatif untuk dapat mempersingkat waktu dan physical demands seperti mengendarai motor dalam waktu yang lama di lingkungan kerja yang memiliki kontak langsung dengan terik matahari disiang hari dan dingin dengan peluang untuk mengalami kecelakaan yang lebih besar.

Disamping job demands, individu juga memiliki job resources yang merupakan resources untuk melaksanakan tugas-tugasnya yang berasal dari pekerjaan. Menurut Bakker (2010), job resources merupakan aspek-aspek dari pekerjaan yang fungsional untuk mencapai goal, yang meminimalkan efek dari tuntutan kerja, atau menstimulasi personal growth.

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha kerja mereka dalam hal keamanan dalam berkendara dan produktivitas dalam bekerja, dan social support seperti bantuan dari operator dalam memberikan informasi yang terkait dengan pekerjaan, arahan jalan yang diberikan oleh penumpang dan pengemudi lainnya serta dukungan dari keluarga.

Job resouces memainkan peran dalam motivasi intrinsik karena mereka mendorong pertumbuhan karyawan, pembelajaran dan pengembangan. Lingkungan kerja yang memiliki banyak resources membantu perkembangan keinginan seseorang untuk memberikan usaha dan kemampuannya pada suatu (Meijman and Mulder, 1998). Job resources juga memainkan peran dalam motivasi ekstrinsik, karena resourceful work environment membantu perkembangan kemauan untuk mendedikasikan usaha dan kemampuan seseorang kepada tugas pekerjaan (Mejiman dan Mulder, 1998). Sehingga semakin banyak seorang pengemudi mendapatkan job resources dari lingkungan maka ia akan merasa semakin terbantu untuk mengatasi job demands yang ia hadapi dalam pekerjaannya, karena keuntungan ini job resources secara hipotetis adalah yang mendahului adanya movitasi atau engagement (Bakker & Leiter, 2010. hlm. 153).

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha Personal resources dikarakteristikkan oleh self efficacy yaitu rasa percaya mengenai kemampuannya untuk berhasil menyelesaikan tugas yang spesifik (Stajkovic dan Luthan, 1998), seperti dalam berkendara dengan tempo yang diinginkan oleh penumpang, atau melewati jalan tertentu sesuai permintaan penumpang dan memenuhi permintaan penumpang untuk segera sampai ke tujuannya namun tetap menjaga keselamatan.

Optimisme yaitu keyakinan bahwa sesuatu yang baik akan terjadi pada mereka (carver dan Scheier, 2002), bahkan disaat mereka sedang menghadapi tantangan, seperti kepercayaan mereka bahwa menjadi pengemudi Go-Jek meningkatkan pendapatan mereka sehingga perekonomian mereka menjadi lebih baik.

Resilience yaitu kapasitas psikologis yang positif untuk mengatasi ketidakpastian, konflik, kegagalan dan bahkan perubahan positif, kemajuan dan tanggung jawab yang meningkat (Luthans, 2002), seperti dalam mengantarkan pelanggan ke alamat yang baru pertama kali ia datangi atau mengantarkan barang ke lokasi yang tidak familiar baginya.

Hope yang merupakan motivasi positif yang persisten mengenai kesuksesan dengan menyusun berbagai kemungkinan cara untuk meraih kesuksesan tersebut (Snyder, Irving and Anderson, 1997) sehingga dapat memunculkan motivasi internal yang diperlukan untuk menyelesaikan tugasnya, seperti keinginan yang tertanam dalam diri pengemudi bahwa dengan menjadi pengemudi Go-Jek mereka dapat meningkatkan pendapatan pribadi mereka dan meningkatkan martabatnya.

(24)

15

Universitas Kristen Maranatha berhubungan satu sama lain dan bahwa personal resources dapat menjadi prediktor independen dari work engagement. Individu dengan personal resources yang tinggi dapat dengan baik memobilisasi job resources dan secara umum menjadi lebih engaged dengan perkerjaan mereka. Work engagement memiliki dampak positif pada kinerja kerja dan individu yang dapat memiliki kinerja kerja yang baik dapat menciptakan resources mereka sendiri yang mana hal ini kemudian memelihara engagement dari waktu ke waktu dan membentuk suatu pola yang positif (Bakker dan Demerouti, 2007).

Pengemudi Go-Jek memiliki job demands berupa aktivitas mengantarkan penumpang atau barang ke tempat tujuan yang pelanggan inginkan, tempat kerja mereka merupakan jalanan Kota Jakarta yang macet, mereka dituntut untuk menjaga konsentrasi saat berkendara agar dapat menemukan jalur yang paling tepat untuk dilalui dan terhindar dari kecelakaan lalu lintas, namun begitu pengemudi Go-Jek juga memiliki job resources yang berupa adanya pelatihan safety riding yang diberikan oleh perusahaan, divisi driver happiness yang dibentuk khusus untuk memperhatikan kesejahteraan psikologis pengemudi, umpan balik yang diberikan oleh para pelanggan dan rekan kerjanya sendiri. Pengemudi Go-Jek juga memiliki personal resouces yang terdiri dari self efficacy, resiliency, optimism dan hope.

(25)

16

Universitas Kristen Maranatha Gambaran penghayatan individu pada aspek vigor, dedication, dan absorption serta faktor yang mempengaruhi menjadi penentu pada tinggi rendahnya derajat work engagement yang dimiliki oleh individu. Leiter & Bakker (2010: 2), menyatakan bahwa ciri-ciri karyawan yang memiliki work engagement adalah bahwa mereka merasa terdorong untuk berusaha terus maju menuju tujuan yang menantang, dan selalu menginginkan kesuksesan. Selain itu, work engagement juga merefleksikan energi karyawan yang dibawa dalam pekerjaan. Karyawan yang engaged tidak hanya memiliki kapasitas untuk bekerja dengan energik, mereka secara antusias mengerahkan energinya untuk pekerjaaan. Mereka mempertimbangkan detil yang penting ketika mendapatkan intisari dari masalah yang menantang serta mengalami flow, dimana mereka lupa waktu dan mengurangi respon mereka terhadap distraksi.

Individu yang memiliki derajat work engagament yang tinggi memiliki derajat energi yang tinggi dan antusias terhadap pekerjaan mereka, mereka biasanya terbenam dalam pekerjaannya sehingga merasa waktu berjalan dengan begitu cepat. Contohnya, mereka membangun hubungan yang baik dengan sesama pengemudi dan mencurahkan perhatian mereka terhadap kenyamanan pelanggan, bersedia untuk memberikan alternatif jalur perjalanan yang lebih cepat, selalu bersikap ramah pada semua pelanggan dan selalu memberikan pelayanan yang maksimal, dapat bekerja dengan rentang waktu yang cukup lama yaitu 10-14 jam dan dapat menggambil lebih dari lima pesanan dalam sehari ditengah kemacetan kota Jakarta.

(26)

17

Universitas Kristen Maranatha dan tidak memberikan pelayanan yang maksimal kepada penumpang, bekerja dengan rentang waktu yang relatif lebih singkat dan mengambil pesanan yang minim jumlahnya.

Secara singkat uraian diatas dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 1.1 Kerangka Pikir Faktor yang mempengaruhi :

Job demands Job resources Personal resources

Work engagement pada Go-Jek di Jakarta Pusat

Vigor Dedication Absorption Go-Jek di

Jakarta Pusat

Tinggi

(27)

18

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

1. Pekerjaan sebagai pengemudi Go-Jek memiliki beberapa tantangan yaitu kemacetan kota Jakarta, peluang mengalami kecelakaan yang lebih besar, belum ada payung hukum yang jelas, dan lingkungan kerja yang kurang kondusif.

2. Pengemudi Go-jek membutuhkan work engagement.

3. Pengerahan energi secara maksimal, dan kemampuan mengendarai motor dalam waktu yang lama untuk mengantarkan penumpang hingga sampai ke tujuannya dalam bekerja disebut sebagai vigor.

4. Usaha untuk membuat pelanggan merasa nyaman dan aman, usaha untuk bersikap ramah kepada semua penumpang yang ia temui, antusiasme, perasaan tertantang ketika mengantarkan penumpang ke tempat tujuan disebut sebagai dedication.

5. Konsentrasi saat bekerja saat memilih jalur dan menyediakan jalur alternatif, merasa waktu berlalu begitu cepat dan menggunakan banyak waktu untuk bekerja disebut sebagai absorption.

(28)

58 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa simpulan mengenai work engagement pengemudi Go-Jek di Jakarta, yaitu sebagai berikut :

1. Pengemudi Go-Jek di Jakarta memiliki derajat work engagement yang tergolong tinggi sebanyak 77,5%.

2. Pengemudi Go-Jek di Jakarta yang memiliki derajat work engagement yang tinggi umumnya memiliki derajat vigor, dedication dan absorption yang juga tinggi.

3. Aspek Vigor yang tinggi merupakan aspek dengan frekuensi paling banyak dari seluruh pengemudi Go-Jek di Jakarta.

4. Job demands yang paling menonjol yang dihayati oleh pengemudi Go-Jek di Jakarta adalah Physical Demands.

5. Job Resources yang paling menonjol yang dihayati oleh pengemudi Go-Jek di Jakarta adalah Autonomy.

6. Job Resources yang paling sedikit yang dihayati oleh pengemudi Go-Jek di Jakarta adalah Feedback.

7. Personal Resources yang paling menonjol yang dihayati oleh pengemudi Go-Jek Di Jakarta adalah Hope.

(29)

59

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1. Bagi peneliti lain yang memiliki ketertarikan pada topik dan sampel yang sama dapat lanjutkan mengenai work engagement pada pengemudi Go-Jek dengan menggunakan metode kontribusi untuk memperoleh pengetahuan mengenai seberapa besar derajat pengaruh aspek-aspek work engagement yaitu vigor, dedication dan absorption, terutama pada pengemudi yang memiliki derajat work engagement yang rendah.

2. Bagi peneliti lain juga dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi work engagement pada pengemudi Go-Jek di Jakarta sehingga dapat diperoleh data dan gambaran dinamika yang akurat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi work engagement pada pengemudi Go-Jek.

5.2.2 Saran Praktis

1. Mengingat bahwa aspek yang paling rendah frekuensinya pada pengemudi yang memiliki work engagement yang rendah adalah absorption, maka perusahaan dapat memberikan pelatihan mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan penyediaan alternatif jalan untuk mempersingkat waktu tempuh.

(30)

60

Universitas Kristen Maranatha merupakan akumulasi kinerja mereka selama jangka waktu tertentu misalnya selama 6 bulan.

(31)

61

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bakker, A.B & Leiter, M.P. (2010). Work engagement : a handbook of essential theory and research. New York: Psychology Press.

Bakker, A.B., Schaufeli, W.B., Leiter, M.P., & Taris,T.W. (2008). Work Engagement : An Emerging Concept in Occupational Health. Psychology Journal of Work & Stress. 187-200.

Bakker, A.B. (2009). Building Engagement in Workplace. Building Engagement, 8-23. Burke, R. J.,& Cooper, C. L. (2009). The peak performing organization. Oxon : Routledge. _____. (2011). An Evidence-based Model of Work Engagement. Psychological Science, 268. Demerouti, Evangelia & Bakker, Alnold B. (1994). Towards a model of work engagement.

p.209-223.

Hafsah, M. J. (1999). Kemitraan usaha. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Kumar, Ranjit. (1999). Research methodology: a step-by-step guide for beginners. London: Sage Publication

Schaufeli, W & Salanova, M. (2007). Work engagement : an emerging psychological concept and its implication for organization. Managing social and ethical issues in organization, 135-177.

Sugiyono. (2007). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(32)

62

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR REFERENSI

______. (2015). Berduka, Massa Gojek Hijaukan Jalan Warung Buncit Raya (Online). (http://megapolitan.harianterbit.com/megapol/2015/09/16/41758/28/18/Berduka-Massa-Gojek-Hijaukan-Jalan-Warung-Buncit-Raya, diakses 20 Oktober 2015).

______. (2015). Gojek makin bergairah: Unduhan melonjak, pengemudi meningkat. (Online). (http://beritanet.co.id/isi/14834/Gojek-Makin-Bergairah-Unduhan-Melonjak, diakses 15 Agustus 2015).

______. (2015). Organda DKI Tolak Wacana Legalisasi Uber dan Gojek. (Online). (http://www.indotelko.com/kanal?c=id&it=Organda-DKI-Wacana-Legalisasi-Uber- Gojek, diakses 22 Oktober 2015).

______. (2015). Wow, Gojek Capai 1 Juta Order!. (Online). (http://www.jpnn.com/read/2015 /07/07/313894/Wow,-Gojek-Capai-1-Juta-Order!-, diakses 1September 2015).

Augrina, Vionna. (2015). Studi Deskriptif Mengenai Work Engagement pada Animal Keeper di Taman Safari Indonesia I. Skripsi. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

Google Play. (2015). Go-Jek. (Online). (https://play.google.com/store/apps/details?id=com. gojek.app&hl=in, diakses 23 September 2015).

Sari, F.L . (2015). Pakar tata ruang: Jakarta sudah tidak layak huni!.(Online).(http://www.merdeka.com/jakarta/pakar-tata-ruang-jakarta-sudah-tidak-layak- huni.html, diakses 17 September 2015).

Yusuf. (2015). Ratusan Supir Gojek Dilatih “Safety Riding” (Online). (http:// awanjakarta .com /berita-terkini/berita-nasional/ratusan-supir-gojek-dilatih-safety-riding/, diakses 21 Oktober 2015).

Referensi

Dokumen terkait

 Membangun hubungan baik - Establishing rapport,  Menyediakan setting yang tdk mengancam –. Providing a non-threatening

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, implementasi mekanisme Hot Standby Redundancy pada sistem monitoring kebocoran gas LPG, downtime yang dihasilkan baik

Dengan teori tersebut peneliti mengambil dua jurnal penelitian sebagai pembanding, adapun jurnal yang didapatkan yaitu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan bagi Kawasan Sentra Industri Kerajinan Kulit Tanggulangin melalui penerapan City Marketing yang terdiri atas

PT XXXX menjamin bahwa dalam melaksanakan kegiatannya selalu berupaya memenuhi persyaratan standar serta peraturan yang berlaku menyangkut aspek keselamatan kesehatan kerja

Dengan pertimbangan bahwa Bengawan Sala menjangkau wilayah yang lebih luas ke Jawa Timur dari pada Sungai Tuntang yang hanya sampai ke Demak, maka Pakubuwono II lebih memilih

Berdasarkan uraian di atas perumusan masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah debt to equity secara signifikan berpengaruh terhadap

Salah satu kelebihan yang dimiliki dimethyl ether adalah kemampuannnya untuk dapat diperbarui karena gas sintesis yaitu campuran karbon monoksida (CO) sebagai salah satu senyawa