• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TINGKAT KESADARAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA UNTUK MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK : Studi Deskriptif Pada Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sumedang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN TINGKAT KESADARAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA UNTUK MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK : Studi Deskriptif Pada Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sumedang."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN TINGKAT KESADARAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA

UNTUK MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

(Studi Deskriptif Pada Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sumedang)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh :

Pratiwi Wulan Gustianingrum

0901313

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)

KAJIAN TINGKAT KESADARAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA UNTUK MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

(Studi Deskriptif Pada Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sumedang)

Oleh

PRATIWI WULAN GUSTIANINGRUM

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© PRATIWI WULAN GUSTIANINGRUM

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Pratiwi Wulan Gustianingrum

0901313

KAJIAN TINGKAT KESADARAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA

UNTUK MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

(Studi Deskriptif Pada Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sumedang)

Disetujui dan Disahkan Oleh :

Pembimbing I

Dr. H. Dadang Sundawa, M.Pd

NIP. 19600515 198803 1 002

Pembimbing II

Drs. Djaenudin Harun, SH., MS.

NIP. 13025664400

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Syaifullah, S.Pd, M.Si

(4)

vii

ABSTRAK

KAJIAN TINGKAT KESADARAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA UNTUK MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

(Studi Deskriptif Pada Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sumedang)

Permasalahan pedagang kaki lima (PKL) merupakan persoalan klasik yang selalu terjadi di setiap daerah, tidak terkecuali Kabupaten Sumedang, keberadaannya di satu sisi merupakan salah satu mesin penggerak roda perekonomian, namun disisi lain menjadi masalah yang penanganannya sangatlah kompleks dan rumit. Terkait dengan masalah PKL ini, pihak yang berwenang menertibkannya yaitu Satpol PP, saat ini seakan-akan tidak berdaya dengan merajalelanya PKL di Kabupaten Sumedang. Razia yang dilakukan Satpol PP ini sepertinya tidak efektif dilakukan, karena pada kenyataanya PKL tersebut seperti tidak kapok dan kembali lagi berdagang di tempat yang seharusnya bersih dari PKL tersebut.

Realita yang ditunjukkan melalui pra penelitian yang saya lakukan, terlihat bahwa rata – rata PKL memiliki tingkat kesadaran hukum yang rendah. Kemungkinan dipengaruhi oleh faktor pendidikan yang kurang, faktor lingkungan, dan sebagainya. Terlebih lagi tingkat kesadaran hukum PKL tersebut masih jauh untuk menjadi warga negara yang baik. Perlunya optimalisasi dari pemerintah kabupaten Sumedang terutama Satpol PP dalam penegakkan Peraturan Daerah tentang K3 tersebut. Penelitian ini didasarkan pada empat rumusan masalah, yaitu : 1. Bagaimana pengetahuan dan pemahaman pedagang kaki lima lima tentang berbagai kebijakan yang mengatur K3 di Kabupaten Sumedang ?, 2. Bagaimana sikap dan perilaku pedagang kaki lima terhadap peraturan pemerintah mengenai kebijakan K3 di Kabupaten Sumedang ?, 3. Bagaimana kinerja Satuan Polisi Pamong Praja dalam menegakkan kebijakan K3 khususnya dalam menertibkan pedagang kaki lima di Kabupaten Sumedang dalam mewujudkan warga Negara yang baik ?.

Pendekatan yang digunakan untuk mengungkap permasalahan-permasalahan tersebut adalah pendekatan kuantitatif, metode deskriptif dengan bentuk penelitian sampling purposif. Data-data diperoleh melalui wawancara terstruktur, observasi, studi dokumentasi, studi kepustakaan dan wawancara sebagai data pendukung.

Dari hasil analisis data penelitian didapatkan bahwa : 1. Pengetahuan dan pemahaman PKL terhadap Perda K3 di Kabupaten Sumedang sangatlah rendah. 2. Sikap dan perilaku PKL terhadap keberadaan Perda K3 cukup baik karena sebenarnya mereka menerima keberadaan Perda K3 asalkan tidak merugikan mereka. 3. Kinerja Satpol PP secara keseluruhan sudah cukup baik. Tetapi ada

pula satu hal pokok yang tidak dikerjakan dengan baik oleh Satpol PP yaitu mengenai peran sertanya dalam melakukan sosialisasi Perda K3 kepada PKL.

(5)

ABSTRACT

A STUDY OF STREET VENDORS' AWARENESS TOWARDS A LAW IN BEING GOOD CITIZENS

(Descriptive Study of Street Vendors in Sumedang)

Problems of street vendors (PKL) is a classic problem that always happens in every area. Especially in Sumedang, on the one hand their existence is one of the engines in economy, but on the other hand it becomes complicated problems. Satpol PP as an official who has authority to discipline the street vendors gives up, because so many street vendors who break the rules. Raids the street vendors it is not the effective way, because in fact they will always come back and do their business in the place which is forbidden for them.

My pre-research shows that the average of street vendors (PKL) is in low level of law awareness. It happens because of some factors such as educational factor, environmental factor, etc.

The optimization from the government of Sumedang and satpol PP is necessary to solve the problem of the street vendors. This research is based on four statement of problems, there are 1. How are the knowledge and understanding of the street vendors about the various policies that govern K3 in Sumedang?, 2. How is the behavior of street vendors to government regulations, regarding the K3 principle in Sumedang?, 3. How does the performance of the Civil Service Police (Satuan Polisi Pramong Praja) K3 enforce policies particularly in disciplining the street vendors in Sumedang to become good citizens?

The approach used to uncover these issues is a quantitative approach, the descriptive method of research form purposive sampling. The data obtained through structured interviews, observation, documentation studies, literature studies and interviews as supporting data.

From the analysis of the study data showed that: 1. The knowledge and understanding of the street vendors of Perda K3 in Sumedang K3 are very low. 2. Attitudes and their behavior of the steert vendors to the exsistance of K3 have actually been good because they accept the existence of K3 as long as they do not damage them. 3. Performance of Satpol PP over all is good enough, but there is one thing that has been ignored by them it is their participation in socializing regulation of K3 to the street venors.

(6)

ix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR SKEMA ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Variabel Penelitian ... 9

G. Definisi Oprasional ... 12

H. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Tinjauan Umum PKn Sebagai Pendidikan Hukum ... 14

1. Pengertian PKn ... 14

2. Tujuan PKn ... 15

3. Peran dan Fungsi PKn Sebagai Pendidikan Hukum ... 16

B. Tinjauan Umum Tingkat Kesadaran Hukum ... 17

1. Pengertian Kesadaran ... 17

2. Hukum ... 19

3. Kesadaran Hukum ... 24

4. Tingkat Kesadaran Hukum ... 34

C. Tinjauan Umum Pedagang Kaki Lima ... 38

1. Pengertian Pedagang Kaki Lima ... 38

2. Ciri – Ciri Pedagang Kaki Lima ... 41

D. Tinjauan Umum Warga Negara yang Baik ... 41

1. Pengertian Warga Negara yang baik ... 41

2. Karakteristik Warga Negara yang Baik ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

A. Desain Penelitian Penelitian ... 48

1. Pendekatan Penelitian ... 48

2. Metode Penelitian... 48

B. Populasi dan Sampel ... 49

1. Populasi ... 49

2. Sampel ... 49

(7)

1. Wawancara Terstruktur ... 50

2. Observasi ... 50

3. Studi Literatur ... 50

4. Studi Dokumentasi ... 51

D. Instrumen Penelitian... 51

E. Teknik Pengolahan Data dan Penafsiran Data ... 51

1. Pengolahan Data... 51

2. Penafsiran Data ... 51

F. Teknik Analisis Data ... 52

1. Reduksi Data ... 52

2. Display Data ... 53

3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi ... 53

G. Prosedur Penelitian` ... 53

1. Tahap Pra Penelitian ... 53

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 54

1. Gambaran Umum lokasi Penelitian ... 54

2. Data Hasil Wawancara Terstruktur Terhadap Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sumedang ... 55

3. Data Hasil Wawancara Terhadap Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Sumedang... 97

4. Data Hasil Observasi Terhadap Pedagang Kaki Lima di Alun – Alun Sumedang ... 99

B. Analisis Hasil Penelitian ... 101

1. Pengetahuan dan Pemahaman Pedagang Kaki Lima tentang Berbagai Kebijakan yang Mengatur K3 di Kabupaten Sumedang ... 101

2. Sikap dan Perilaku Pedagang Kaki Lima terhadap Peraturan Pemerintah mengenai Kebijakan K3 di Kabupaten Sumedang 107 3. Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja dalam Menegakkan Kebijakan K3 Khususnya dalam Menertibkan Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sumedang dalam Mewujudkan Warga Negara yang Baik ... 110

C. Pembahasan Hasil penelitian... 113

D. Temuan Hasil Penelitian ... 121

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 123

A. Kesimpulan ... 123

B. Rekomendasi ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 126 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rekapitulasi Pendataan PKL Tahun 2012………. 4

Tabel 2 Keterangan Sub Variabel Penelitian……….. 10

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Variabel Penelitian………. 9

Skema 2 Hubungan Sub Variabel………. 10

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Lama PKL Berdagang di Alun –Alun Sumedang “Sudah berapa lama anda berdagang di Alun – Alun Sumedang

?”……… 56

Gambar 2 Memilih Berdagang di Alun – Alun Sumedang “Kenapa anda memilih berdagang di Alun – Alun Sumedang dan bukan

ditempat lain ?”………..

57

Gambar 3 Pengetahuan PKL Mengenai Perda K3 Kabupaten Sumedang

“Apakah anda tahu mengenai Peraturan Daerah Kabupaten

Tingkat II Sumedang Nomor 1 Tahun 1988 tentang Kebersihan, Keindahan, dan Ketertiban di Kabupaten Daerah Tingkat II

Sumedang ?”………... 58

Gambar 4 Sumber Informasi Pengetahuan Perda K3 Kabupaten Sumedang

“Jika tahu, maka alasannya ?”……… 59

Gambar 5 Alasan PKL Tidak Mengetahui Perda K3 Kabupaten Sumedang

“Jika tidak tahu, maka alasannya ?”………... 60

Gambar 6 Pengetahuan PKL Mengenai Isi Perda K3 Kabupaten Sumedang Bahwa Berdagang di Trotoar Akan mengganggu Kenyamanan

Pejalan Kaki “Apabila anda mengetahui isi Peraturan Daerah

Kabupaten Tingkat II Sumedang Nomor 1 Tahun 1988 tentang Kebersihan, Keindahan, dan Ketertiban di Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang yang menyebutkan bahwa berdagang di trotoar akan mengganggu kenyamanan pejalan kaki, apakah

anda akan mematuhinya ?”………

61

Gambar 7 Alasan PKL Mematuhi Isi Perda Kabupaten Sumedang “Bila ya, maka alasannya ?... 62 Gambar 8 Alasan PKL Tidak Mematuhi Isi Perda K3 Kabupaten

Sumedang “Bila tidak, maka alasannya ?”………... 63

Gambar 9 Pengetahuan PKL Mengenai Isi Perda K3 Untuk Membersihkan

Lingkungan Disekitar Lokasi Berjualan “Bila anda mengetahui

(9)

Nomor 1 Tahun 1988 tentang Kebersihan, Keindahan, dan Ketertiban di Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang mengharuskan anda untuk membersihkan lingkungan disekitar lokasi berjualan, apakah anda akan mematuhinya

?”………

64

Gambar 10 Alasan PKL Mematuhi Isi Perda K3 Kabupaten Sumedang “Bila

ya, maka alasannya ?”……… 65

Gambar 11 Alasan PKL Tidak Mematuhi Isi Perda K3 Kabupaten Sumedang ”Bila tidak, maka alasannya ?”………... 67 Gambar 12 Pengetahuan PKL Mengenai Isi Perda K3 Bahwa Berjualan Di

Badan Jalan Dan Trotoar Akan Mengganggu Pemandangan Kota

”Apabila anda mengetahui bahwa dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II Sumedang Nomor 1 Tahun 1988 tentang Kebersihan, Keindahan, dan Ketertiban di Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang menyebutkan berjualan di badan jalan dan trotoar akan mengganggu pemandangan kota, apakah anda akan

mematuhinya ?”………......

68

Gambar 13 Alasan PKL Mematuhi Isi Perda K3 Kabupaten Sumedang ”Jika

ya, maka alasannya ?”……… 69

Gambar 14 Alasan PKL Mematuhi Isi Perda K3 Kabupaten Sumedang ”Jika

tidak, maka alasannya ?”……… 70

Gambar 15 Mengenai Tempat Berjualan PKL ”Apabila pemerintah Kabupaten Sumedang meminta anda untuk berjualan yang telah ditentukan oleh pemerintah daerah, apakah anda akan pindah

?”………....

71

Gambar 16 Alasan PKL Mematuhi Perintah Dari Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang ”Jika ya, maka alasannya ?”………... 72 Gambar 17 Alasan PKL Tidak Mematuhi Perintah Dari Pemerintah Daerah

Kabupaten Sumedang ”Jika tidak, maka alasannya ?”………….. 74 Gambar 18 Kebersihan Lingkungan Tempat Berjualan PKL ”Apakah anda

sudah membersihkan menjaga kebersihan lingkungan tempat

berjualan ?”………....

75

Gambar 19 PKL Mematuhi Kebersihan Tempat Berjualan ”Jika sudah, maka alasannya ?”………... 76 Gambar 20 Alasan PKL Mematuhi Kebersihan Tempat Berjualan ”Jika

belum, maka alasannya ?”……….. 77

Gambar 21 Mengenai Harapan Pekerjaan PKL”Apakah pekerjaan anda saat ini sudah sesuai dengan harapan anda ?... 78 Gambar 22 Alasan PKL Yang Sudah Sesuai Harapan Pekerjaan Sebagai

PKL ”Jika ya, maka alasannya ?”………... 79

(10)

xiii

sudah diperlakukan dengan baik oleh Satpol PP sebagai seorang

PKL ?”………

81

Gambar 25 Mengenai Perlakuan Baik Satpol PP Terhadap PKL ”Jika sudah, maka alasannya ?”………... 82 Gambar 26 Mengenai Perlakuan Tidak Baik Satpol PP Terhadap PKL ”Jika

belum, maka alasannya ?”……….. 83

Gambar 27 Mengenai Kesempatan Yang Diberikan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang Untuk Menyuarakan Pendapat PKL

”Apakah anda sudah diberikan kesempatan oleh pemerintah daerah untuk menyuarakan pendapat mengenai keluh – kesah

anda sebagai PKL ?”………..

84

Gambar 28 Mengenai Kesempatan Yang Diberikan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang Untuk Menyuarakan Pendapat PKL ”Jika

ya maka alasannya ?”……….

85

Gambar 29 Mengenai Kesempatan Yang Tidak Diberikan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang Untuk Menyuarakan Pendapat PKL ”Jika tidak, maka alasannya ?”………...

86

Gambar 30 PKL Sudah Merasa Menjadi Warga Negara Yang Baik Dalam Hal Mentaati Hukum “Apakah anda sudah merasa melaksanakan kewajiban sebagai warga negara yang baik dalam hal mentaati

hukum yang berlaku dilingkungan anda?”……….

87

Gambar 31 PKL Sudah Merasa Menjadi Warga Negara Yang Baik Dalam Hal Mentaati Hukum “Jika sudah maka alasannya ?”………… 88 Gambar 32 PKL Belum Merasa Menjadi Warga Negara Yang Baik Dalam

Hal Mentaati Hukum ”Jika belum, maka alasannya ?”………….. 89 Gambar 33 PKL Merasa Memberikan Dukungan Positif Terhadap Segala

Peraturan Hukum “Apakah anda sudah memberikan dukungan positif terhadap segala peraturan hukum yang ada di lingkungan

anda ?”………

91

Gambar 34 PKL Sudah Merasa Memberikan Dukungan Positif Terhadap Segala Peraturan Hukum “Jika sudah maka alasannya ?”………. 92 Gambar 35 PKL Belum Merasa Memberikan Dukungan Positif Terhadap

Segala Peraturan Hukum “Jika belum, maka alasannya ?”…….... 93 Gambar 36 PKL Ikut Serta Dalam Menjaga Ketertiban Umum Dalam

Pelaksanaan Peraturan Hukum “Apakah anda sudah ikut serta dalam menjaga ketertiban umum dalam pelaksanaanya peraturan hukum ?”………...

94

Gambar 37 PKL Sudah Ikut Serta Dalam Menjaga Ketertiban Umum Dalam Pelaksanaan Peraturan Hukum ”Jika sudah, maka alasannya ?”... 95 Gambar 38 PKL Belum Ikut Serta Dalam Menjaga Ketertiban Umum Dalam

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagian masyarakat kita sadar akan perlunya hukum dan penghormatan

terhadap hukum itu dalam kehidupan bermasyarakat, namun pada pelaksanaanya

dewasa ini masyarakat cenderung melanggar. Hal ini menunjukan tingkat

kesadaran hukum seseorang tidak serta – merta membuat seseorang tersebut patuh

pada hukum karena banyak indikator – indikator sosial lain yang

mempengaruhinya. Tingkat kesadaran hukum pedagang kaki lima merupakan

variabel independen dalam pelaksanaan hukum itu, maka ingin dicari

keterkaitannya dengan pembentukan sikap menjadi warga negara yang baik

sebagai variabel dependen.

Dalam Undang – Undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 1 ayat (3) tentang Bentuk dan Kedaulatan bahwa Negara Indonesia ialah

Negara Hukum. Pernyataan tegas sering kali dikemukakan oleh berbagai

kalangan, namun usaha untuk mewujudkan masyarakat yang sadar itu tidak hanya

dengan suatu pernyataan saja, tetapi harus ada suatu usaha agar hukum itu

diketahui, dimengerti, ditaati, dan dihargai. Apabila sikap – sikap tersebut sudah

tertanam dalam diri masyarakat maka rasa memiliki terhadap hukum akan

menjiwai sikap dan perilaku masyarakat seperti diungkapkan oleh Soerjono

Soekanto (1983:122), sebagai berikut :

Masalah kesadaran hukum masyarakat sebenarnya menyangkut faktor – faktor apakah kesadaran hukum tertentu diketahui, dimengerti, ditaati, dan dihargai. Apabila masyarakat hanya mengetahui adanya suatu ketentuan hukum, maka taraf kesadaran hukumnya masih rendah daripada apabila

mereka memahaminya seterusnya…

Seperti kita ketahui bahwa negara Indonesia pada dasarnya adalah negara

yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Pertumbuhan

ekonomi di Indonesia kini sedang dalam keadaan berkembang. Dengan keadaan

seperti itu Indonesia membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk

(12)

2

yang ada saat ini. Sehingga dalam hal ini dibutuhkan pemikiran – pemikiran yang

kritis serta tindakan yang besar agar mampu mengatasi segala hambatan yang ada.

Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi di daerah perkotaan

menimbulkan berbagai permasalahan yang rumit, karena pihak pemerintah

khususnya pemerintah kota / kabupaten belum bisa atau lamban mengantisipasi

adanya peningkatan penduduk yang cepat misalnya dengan pengadaan lahan

pemukiman, kesempatan kerja, penyediaan sarana dan prasarana dan sebagainya.

Salah satu permasalahan yang timbul selain dari kriminalitas, penggangguran,

sampah, banjir dan sebagainya adalah masalah keberadaan pedagang kaki lima

(PKL) khususnya di Kabupaten Sumedang yang menjadi fokus penelitian saya.

Salah satu pemegang nadi pertumbuhan ekonomi di kota / kabupaten di

Provinsi Jawa Barat adalah pedagang kaki lima. Memang tidak bisa dipungkiri

bahwa pedagang kaki lima telah membantu orang – orang dari kalangan

menengah ke bawah dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari – harinya, tetapi di

lain pihak pedagang kaki lima juga menimbulkan permasalahan yang cukup

krusial, dan perlu kerja keras dari pemerintah setempat untuk menanganinya.

Efek yang ditimbulkan dari keberadaan PKL ini dengan pola

ketidakteraturannya misalnya menciptakan kawasan kumuh, kesemrawutan,

kemacetan lalu lintas dan mengurangi keindahan atau estetika kota. Permasalahan

PKL ini runtut sejak awal dan semakin besar serta tidak mudah teratasi akibat arus

migrasi yang tidak pernah berhenti. Kebijakan demi kebijakan telah diterapkan

pemerintah khususnya oleh pemerintah setempat , namun hingga kini belum

menampakkan hasil yang memuaskan. Sehingga timbul sebuah pertanyaan,

kebijakan apa yang telah dilaksanakan pemerintah setempat dan bagaimana

penerapannya dalam mengatasi masalah pedagang kaki lima tersebut ?, kebijakan

yang telah dilakukan pemerintah dan kendala yang dihadapi serta responsivitas

pedagang kaki lima atas kebijakan tersebut.

Permasalahan pedagang kaki lima (PKL) merupakan persoalan klasik yang

selalu terjadi di setiap daerah, tidak terkecuali Kabupaten Sumedang,

keberadaannya di satu sisi merupakan salah satu mesin penggerak roda

(13)

3

sangatlah kompleks dan rumit. Jika kita perhatikan mengenai masalah keindahan,

hal ini bisa terlihat tidak sedikit pedagang kaki lima yang menggunakan taman

kota / alun – alun sebagai tempat berjualan. Sehingga taman kota pun beralih

fungsi yang sebelumnya taman kota berfungsi sebagai sarana hiburan dan pusat

keindahan kota, berubah menjadi tempat berjualan pedagang kaki lima yang tentu

saja taman tersebut menjadi kotor dan kurang indah. Sedangkan jika dipandang

dari segi kebersihan sudah pasti semakin sering pedagang kaki lima itu

berproduksi maka sampah – sampah yang dihasilkan pun semakin hari semakin

banyak dan tentunya akan mengurangi kebersihan lingkungan. Serta jika

dipandang dari segi ketertiban, kebanyakan masalahnya pedagang kaki lima

sering menggunakan sarana umum seperti jalan dan trotoar untuk berjualan.

Sehingga para pejalan kaki tidak diberikan kesempatan secara leluasa untuk

menggunakan trotoar sebagaimana fungsinya. Tidak jarang para pejalan kaki pun

turun ke jalan, yang akibatnya mengakibatkan kemacetan sehingga seluruh

pengguna jalan menjadi terganggu.

Menurut website Dr. Ir. Hetifah, MPP yang menjadi alasan fundamental

sulitnya PKL ditertibkan adalah menyangkut pemahaman akan persoalan dan

akurasi data, ketidakjelasan orang atau lembaga apa yang bertanggung jawab

mengelola PKL, dan kurangnya interaksi antara komunitas PKL dengan

pengambil keputusan. [Online]. Tersedia

:http://hetifah.com/artikel/penyebab-gagalnya-pengelolaan-pkl-di perkotaan.html [24 November 2008].

Terkait dengan masalah pedagang kaki lima ini, pihak yang berwenang

menertibkannya yaitu Polisi Pamong Praja, saat ini seakan-akan tidak berdaya

dengan merajalelanya pedagang kaki lima di Kabupaten Sumedang. Razia yang

dilakukan Satpol PP ini sepertinya tidak efektif dilakukan, karena pada

kenyataanya, pedagang kaki lima tersebut seperti tidak kapok dan kembali lagi

berdagang di tempat yang seharusnya bersih dari pedagang kaki lima tersebut.

Selain dari masalah aparat berwenang yang kurang tegas mengatur

ketertiban para PKL tersebut, para PKL tentunya juga berperan penting terhadap

kesemrawutan yang mereka timbulkan akibat berdagang di trotoar jalan.

(14)

4

benar, tetapi tuntutan hidup membuat mereka seperti menyesampingkan peraturan

dari pemerintah demi sesuap nasi.

Melihat dari data yang penulis peroleh dari Satpol PP Kabupaten

Sumedang pada tahun 2012 jumlah PKL di Kabupaten Sumedang mencapai 2599

orang dari lima titik daerah di Kabupaten Sumedang. Jumlah ini cukup banyak

untuk ukuran daerah kabupaten. Jika menurut jumlah PKL, daerah yang paling

banyak terdapat PKL terdapat di Jalan Protokol, Alun – alun Sumedang, Kahatex,

Cipacing, dan Pasar Tanjungsari.

Tabel 1

Rekapitulasi Hasil Pendataan PKL Tahun 2012

No. Kecamatan Kelurahan/Desa Lokasi Jumlah PKL 1. 2. 3. Sumedang Selatan Sumedang Utara Jatinangor

a. Regol Wetan

b. Kota Kulon

a. Situ

b. Kota Kaler

c. Jatihurip

a. Cipacing

a) Jl. Protokol

b) Alun – Alun

Sumedang

c) Budi Asih

d) Cut Nyak Dien

e) Jalan Sonda

f) Kebonkol

g) Kartini

a) RSU Sumedang

a) Panyingkiran

a) Taman Kota

b) Jl. 11 April

c) PGSD

d) Alamsari

e) Jl. Tajimalela

a) Terminal Ciakar

(15)

5

4.

5.

Tanjungsari

Cimanggung

b. Cikeruh

a. Tanjungsari

a. Karangpakuan

b) Cipacing

a) Unpad

a) Pasar Tanjungsari

a) Pasar Cimanggung

106

86

350

63

Jumlah 9 20 2559

Sumber : Data Satuan Polisi Pamong Praja Tahun 2012

Sedangkan yang akan dijadikan fokus penelitian yaitu di Alun – Alun

Sumedang. Penulis memilih objek penelitian ditempat tersebut, dalam rangka

mendapatkan data yang valid. Adapun jumlah PKL di Alun – Alun Sumedang

yaitu 328 orang.

Indikator untuk mengetahui kesadaran hukum seseorang menurut B.

Kutschincky 1973 (Soerjono Soekanto, 1982: 159), antara lain :

a. Pengetahuan tentang peraturan hukum (law awareness) ;

b. Pengetahuan tentang isi peraturan hukum (law acquaintance) ;

c. Sikap terhadap peraturan hukum (legal attitude) ;

d. Pola perilakuan hukum (legal behavior).

Pendapat lain menurut N.Y. Bull (Kosasih Djahiri, 1985: 24) tingkat

kesadaran akan nilai/ moral/ norma hukum/ kepatuhan/ kecintaan dan lain – lain

ialah :

a. Kesadaran yang bersifat anomous, kesadaran atau kepatuhan yang

tidak jelas dasar dan alasan atau orientasinya. Tentunya ini yang paling

rendah dan sangat labil.

b. Yang bersifat heteronomous, yaitu kesadaran/ kepatuhan yang

berlandaskan dasar/ orientasi/ motivasi yang beraneka ragam atau

berganti – ganti. Ini pun kurang mantap sebab mudah berubah oleh

keadaan atau suasana.

c. Kepatuhan yang bersifat sosio-nomous, yaitu yang berorientasi kepada

kiprah umum atau karena khalayak ramai.

d. Kesadaran yang bersifat autonomous adalah terbaik karena didasari

(16)

6

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa untuk melihat

tingkat kesadaran seseorang, antara lain :

a. Patuh/ sadar karena takut pada orang/ kekuasaan/ paksaan (authority

oriented).

b. Patuh karena atas dasar keuntungan atau kepentingan (untilitis =

hedonis).

c. Patuh karena kiprah umum/ masyarakat (contract legality).

d. Taat atas dasar adanya aturan dan hukum serta untuk ketertiban (law

and order oriented).

Indikator inilah yang saya gunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat

kesadaran hukum PKL di Kabupaten Sumedang.

Realita yang ditunjukkan melalui pra penelitian yang saya lakukan, terlihat

bahwa rata – rata PKL memiliki tingkat kesadaran hukum yang rendah.

Kemungkinan dipengaruhi oleh faktor pendidikan yang kurang, faktor

lingkungan, dan sebagainya. Terlebih lagi kesadaran hukum PKL tersebut masih

jauh untuk menjadi warga negara yang baik. Perlunya optimalisasi dari

pemerintah kabupaten terutama Satuan Polisi Pamong Praja dalam penegakkan

Peraturan Daerah tentang K3 tersebut.

Seiring dengan keadaan tersebut pemerintah Kabupaten Sumedang

memberlakukan Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II Sumedang Nomor 1

Tahun 1988 tentang Kebersihan, Keindahan, dan Ketertiban di Kabupaten

Sumedang untuk mengatasi permasalahan pedagang kaki lima tersebut, tetapi

sampai saat ini belum ada perubahan yang signifikan. Berangkat dari hal tersebut

diatas maka saya tertarik untuk melakukan sebuah penelitian mengenai tingkat

kesadaran hukum pedagang kaki lima untuk menjadi warga Negara yang baik di

Kabupaten Sumedang. Atas dasar itulah maka judul skripsi yang penulis ambil

adalah “KAJIAN TINGKAT KESADARAN HUKUM PEDAGANG KAKI

LIMA UNTUK MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK (Studi

(17)

7

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah secara umum adalah “Bagaimanakah tingkat

kesadaran hukum pedagang kaki lima untuk menjadi warga Negara yang baik ?”.

Merujuk pada masalah diatas, maka saya merumuskan beberapa

permasalahan secara lebih khusus, antara lain :

1. Bagaimana pengetahuan dan pemahaman pedagang kaki lima tentang

berbagai kebijakan yang mengatur K3 di Kabupaten Sumedang ?

2. Bagaimana sikap dan perilaku pedagang kaki lima terhadap peraturan

pemerintah mengenai kebijakan K3 di Kabupaten Sumedang ?

3. Bagaimana kinerja Satuan Polisi Pamong Praja dalam menegakkan

kebijakan K3 khususnya dalam menertibkan pedagang kaki lima di

Kabupaten Sumedang dalam mewujudkan warga Negara yang baik ?

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti akan membatasi masalah sebagai berikut :

1. Tingkat kesadaran hukum dalam penelitian ini adalah patuh/ sadar

karena takut pada orang/ kekuasaan/ paksaan (authority

oriented)/Anomous, patuh karena atas dasar keuntungan atau

kepentingan (untilitis = hedonis)/Heteronomous, patuh karena kiprah

umum/ masyarakat (contract legality)/Sosio-Nomous, dan taat atas

dasar adanya aturan dan hukum serta untuk ketertiban (law and order

oriented)/Autonomous.

2. Pedagang kaki lima dalam penelitian ini adalah pedagang kaki lima di

Kabupaten Sumedang yang dipilih secara random dengan teknik

sampling purposif, dengan responden 328 orang PKL.

3. Warga Negara yang baik disini memiliki indikator yaitu sadar dan

mampu melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara.

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencoba menemukan dan

(18)

8

mengetahui tingkat kesadaran hukum pedagang kaki lima untuk menjadi warga

negara yang baik”.

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini secara khusus ingin mendapatkan

gambaran mengenai :

1. Untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman pedagang kaki lima

tentang berbagai kebijakan yang mengatur K3 di Kabupaten

Sumedang.

2. Untuk mengetahui sikap dan perilaku pedagang kaki lima dalam

implementasi peraturan kebijakan K3 di Kabupaten Sumedang.

3. Untuk mengetahui kinerja Satuan Polisi Pamong Praja dalam

menegakkan kebijakan K3 khususnya dalam menertibkan pedagang

kaki lima di Kabupaten Sumedang dalam mewujudkan warga Negara

yang baik.

E. Manfaat Penelitian

Keberhasilan dalam penelitian ini saya harapkan dapat memberikan

manfaat, antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan wawasan dan

pengetahuan yang sangat penting bagi penulis mengenai tingkat

kesadaran hukum pedagang kaki lima di Kabupaten Sumedang

khususnya di Alun – Alun Sumedang, terutama dalam pembentukan

asumsi khususnya dalam ruang lingkup kewarganegaraan, hukum, dan

sosial.

2. Manfaat Praktis

Bagi keperluan secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai acuan yang penting bagi pihak – pihak yang terkait dalam

permasalahan yang menyangkut kajian tingkat kesadaran hukum

pedagang kaki lima untuk menjadi warga Negara yang baik, seperti :

a. Untuk Pemerintah Kabupaten Sumedang, khususnya Satpol PP

(19)

9

dengan cara menindak tegas pelanggaran, menyediakan relokasi

tempat berdagang, dan melakukan sosialisasi mengenai Peraturan

Daerah Kabupaten Tingkat II Sumedang Nomor 1 Tahun 1988

tentang Kebersihan, Keindahan, dan Ketertiban di Kabupaten

Sumedang.

b. Untuk pedagang kaki lima, diharapkan lebih meningkatkan

kesadaran hukum agar tercipta ketertiban, dengan cara benar –

benar mentaati Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II Sumedang

Nomor 1 Tahun 1988 tentang Kebersihan, Keindahan, dan

Ketertiban di Kabupaten Sumedang dalam rangka untuk menjadi

warga Negara yang baik.

c. Untuk konsumen, diharapkan konsumen dalam hal ini konsumen

dari pedagang kaki lima bisa ikut berperan serta dalam

mewujudkan terciptanya ketertiban, serta benar – benar memahami

hak dan kewajibannya sebagai konsumen yang baik.

F. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen

dan variabel dependen. Menurut Sugiyono (2009:38), “variabel penelitian adalah

suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya”.

Skema 1

Variabel Penelitian

Keterangan :

Variabel independen (bebas) = Tingkat kesadaran hukum PKL (X)

Variabel dependen (terikat) = Warga negara yang baik (Y)

(20)

10

Skema 2

Hubungan Sub Variabel

Keterangan :

Tabel 2 Keterangan Sub Variabel Penelitian

X Y

X1 : Patuh karena takut (bersifat

anomous)

Y1 : Melaksanakan Hak sebagai warga

Negara yang baik

X2 : Patuh karena kiprah umum

(bersifat sosio – nomous)

Y2 : melaksanakan kewajiban sebagai warga

Negara yang baik

X3 : Patuh karena adanya aturan

(bersifat autonomous)

1. Variabel Independen

Variabel ini sering disebut juga variabel bebas. Variabel bebas adalah

merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel dependen atau terikat (Sugiyono, 2009: 61). Yang

menjadi variabel (X) disini adalah tingkat kesadaran hukum pedagang kaki lima.

Secara empirik pendapat yang dikemukakan oleh B. Kutschincky

(Soerjono Soekanto, 1982: 159) bahwa seseorang akan dikatakan memiliki

kesadaran hukum apabila ia memiliki :

a. Pengetahuan tentang peraturan – peraturan hukum (law awareness) ;

b. Pengetahuan tentang isi peraturan – peraturan hukum (law

acquaintance) ;

c. Sikap terhadap peraturan – peraturan hukum (legal attitude) ;

d. Pola – pola perikelakuan hukum (legal behavior).

X1

X2

X3

Y1

(21)

11

Adapun indikator tingkat kesadaran hukum menurut N.Y. Bull (Kosasih

Djahiri, 1985: 24) tingkat kesadaran akan nilai/ moral/ norma hukum/ kepatuhan/

kecintaan dan lain – lain ialah :

a. Kesadaran yang bersifat anomous, kesadaran atau kepatuhan yang

tidak jelas dasar dan alasan atau orientasinya. Tentunya ini yang paling

rendah dan sangat labil.

b. Yang bersifat heteronomous, yaitu kesadaran/ kepatuhan yang

berlandaskan dasar/ orientasi/ motivasi yang beraneka ragam atau

berganti – ganti. Ini pun kurang mantap sebab mudah berubah oleh

keadaan atau suasana.

c. Kepatuhan yang bersifat sosio-nomous, yaitu yang berorientasi kepada

kiprah umum atau karena khalayak ramai.

d. Kesadaran yang bersifat autonomous adalah terbaik karena didasari

oleh konsep atau landasan yang ada dalam diri sendiri.

Sesuai dengan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa untuk melihat

tingkat kesadaran seseorang, antara lain :

a. Patuh/ sadar karena takut pada orang/ kekuasaan/ paksaan bersifat

anomous.

b. Patuh karena kiprah umum/ masyarakat bersifat sosio-nomous.

c. Taat atas dasar adanya aturan dan hukum serta untuk ketertiban

bersifat autonomous.

2. Variabel Dependen

Variabel ini sering juga disebut variabel terikat. Variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas (Sugiyono, 2009: 61). Yang menjadi variabel (Y) disini adalah

warga Negara yang baik.

Warga Negara yang baik menurut Darwis dalam skripsi (Dian Herawati,

2009: 43) pada dasarnya adalah setiap orang yang memiliki kesadaran hukum dan

terikat oleh peraturan perundang – undangan sebagai warga Negara serta mampu

menampilkan perilaku kewarganegaraannya (hak dan kewajiban) sebagaimana

(22)

12

Menelaah dari pendapat diatas bahwa dapat diambil kesimpulan indikator

warga Negara yang paling pokok adalah melaksanakan hak dan kewajibannya

sebagai warga Negara yang baik.

G. Definisi Operasional

1. Kesadaran Hukum

Yang dimaksud kesadaran hukum dalam penelitian ini sebenarnya

merupakan kesadaran atau nilai – nilai yang terdapat di dalam diri manusia

tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkam ada.

2. Tingkat Kesadaran Hukum

Dari uraian mengenai kesadaran hukum, dapat diketahui bahwa kesadaran

seseorang dalam mematuhi hukum sangat beraneka ragam. Perbedaan tingkat

kesadaran tersebut yang dikaji dalam penelitian ini paling tidak meliputi :

a. Kesadaran yang bersifat anomous, kesadaran atau kepatuhan yang

tidak jelas dasar dan alasan atau orientasinya. Tentunya ini yang paling

rendah dan sangat labil.

b. Yang bersifat heteronomous, yaitu kesadaran/ kepatuhan yang

berlandaskan dasar/ orientasi/ motivasi yang beraneka ragam atau

berganti – ganti. Ini pun kurang mantap sebab mudah berubah oleh

keadaan atau suasana.

c. Kepatuhan yang bersifat sosio-nomous, yaitu yang berorientasi kepada

kiprah umum atau karena khalayak ramai.

d. Kesadaran yang bersifat autonomous adalah terbaik karena didasari

oleh konsep atau landasan yang ada dalam diri sendiri.

3. Pedagang Kaki Lima

Istilah kaki lima adalah lantai yang diberi atap sebagai penghubung rumah

dengan rumah, arti yang kedua adalah lantai (tangga) di muka pintu atau di tepi

jalan. Arti yang kedua ini lebih cenderung diperuntukkan bagi bagian depan

bangunan rumah toko, dimana di zaman silam telah terjadi kesepakatan antar

perencana kota bahwa bagian depan (serambi) dari toko lebarnya harus sekitar

(23)

13

melintas. Namun ruang selebar kira-kira lima kaki itu tidak lagi berfungsi sebagai

jalur lintas bagi pejalan kaki, melainkan telah berubah fungsi menjadi area tempat

jualan barang-barang pedagang kecil.

4. Warga Negara yang Baik

Yang disebut warga Negara yang baik pada dasarnya adalah setiap orang

yang memiliki kesadaran hukum dan terikat oleh peraturan perundang – undangan

sebagai warga Negara serta mampu menampilkan perilaku kewarganegaraannya

(hak dan kewajiban) sebagaimana yang ditentukan oleh peraturan perundang –

undangan tersebut.

H. Sistematika Penulisan

Judul

Lembar Pengesahan Pengujian

Lembar Pengesahan Pembimbing

Kata Mutiara

Pernyataan tentang keaslian karya ilmiah

Kata Pengantar

Ucapan Terima Kasih

Abstrak

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Skema

Daftar Gambar

Bab I Pendahuluan

Bab II Kajian Pustaka

Bab III Metode Penelitian

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi

Daftar Pustaka

Lampiran – Lampiran

(24)

48 BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan sesuatu yang menentukan jawaban terhadap suatu

permasalahan, mengembangkan dan menguji kebenaran dari suatu teori dengan

menggunakan cara – cara ilmiah. Dengan demikian, penelitian haruslah bersifat

sistematis, logis, dan berkesinambungan. Hal ini disebabkan karena hasil

penelitian harus mengarah pada objektifitas penelitian, sehingga hasilnya benar –

benar objektif dan dapat dipertanggung jawabkan.

Agar suatu penelitian dapat berhasil dengan efektif dan dapat

dipertanggung jawabkan, maka penelitian harus dilakukan sesuai dengan prosedur

penelitian yang merupakan langkah yang harus ditempuh untuk mengungkapkan

data serta fakta. Adapun langkah – langkah yang diambil penulis dalam penelitian

ini meliputi : desain penelitian, populasi, sampel dan responden, teknik

pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

Untuk lebih jelas lagi, penulis akan jelaskan secara terperinci pada bahasan

selanjutnya.

A. Desain Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam pendekatan ini

digunakan populasi dan sampel tertentu, yang dilakukan secara random.

Diharapkan melalui pendekatan ini peneliti bisa mendeskripsikan kejadian atau

fenomena yang ada kemudian dilakukan proses interpretasi terhadap fenomena

atau permasalahan tersebut.

2. Metode Penelitian

Sebagaimana dijelaskan diatas, penelitian ini menggunakan metode

deskriptif. Penelitian ini mencoba untuk menggambarkan sebuah fenomena atau

(25)

49

Setalah mendapatkan informasi atau data yang diperlukan, peneliti akan

melakukan analisis terhadap informasi tersebut yang kemudian akan dilakukan

tahap interpretasi terhadap informasi atau fakta – fakta yang ditemukan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 117).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima di

Kabupaten Sumedang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2011: 118).

Sampel penelitian diambil berdasarkan teknik pengambilan sampel

purposif/bertujuan (purposive sampling). purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu, pertimbangan tertentu ini

misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita

harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan

peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2011: 300)

Yang menjadi sampel dari populasi pedagang kaki lima di Kabupaten

Sumedang adalah Alun – Alun Sumedang yang disana terdapat 328 orang

pedagang kaki lima. Dari 238 orang pedagang kaki lima tersebut penulis

menetapkan 33 orang responden.

Hal ini didasarkan pada pendapat Suharsimi Arikunto (2002:112), yang

menjelaskan bahwa :

Untuk sekedar ancer – ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih.

Dengan mengacu pada pendapat diatas, maka sampel diambil adalah 10 %

(26)

50

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara Terstruktur

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi dari sumber yang

utama sehingga informasi atau data yang dicari dapat ditemukan dari sumbernya

langsung tanpa melalui perantara. Wawancara adalah suatu teknik penelitian yang

dilakukan dengan cara berkomunikasi dengan maksud memperoleh informasi

secara langsung sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan

kebenarannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Esterbergh (Sugiyono, 2009: 317)

bahwa wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam

suatu topik tertentu.

Lebih rinci lagi peneliti menggunakan metode wawancara terstruktur.

Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan

instrumen penelitian berupa pertanyaan – pertanyaan tertulis yang alternatif

jawabannya pun telah disiapkan (Sugiyono, 2009: 319).

Jadi penulis menggali informasi lebih dalam (Singarimbun dan Effendi,

1995: 198) guna mendapatkan jawaban yang memuaskan dari responden.

2. Observasi

Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk menunjang data – data

yang di dapat dari wawancara. Observasi yang saya gunakan disini adalah

observasi partisipatif. Menurut Susan Stainback (Sugiyono, 2009: 311) observasi

partisipatif adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek

penelitian dimana peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan

apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktifitas mereka.

3. Studi Literatur

Studi literatur adalah teknik penelitian yang mempelajari literatur untuk

mendapatkan informasi secara teoritis yang ada hubungannya dengan masalah

yang sedang dihadapi. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan informasi atau

data tambahan yang masih relevan dengan isu penelitian yang tidak didapatkan

(27)

51

4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah menganalisis data – data berupa gambar –

gambar dan dokumen – dokumen yang berhubungan dengan penelitian. Analisis

dokumen dilakukan agar dapat mengungkap data yang ada serta dapat

memberikan gambaran dan data yang menunjang bagi peneliti dalam melakukan

penelitian. Dokumentasi yang dianalisis adalah mengenai Peraturan Daerah

Nomor 1 Tahun 1988 tentang Kebersihan, Keindahan, dan Ketertiban di

Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah pedoman

observasi dan wawancara terstruktur. Observasi ini bertujuan untuk mengambil

segala bentuk aktifitas subyek penelitian untuk memperkuat data serta hasil

penelitian penulis.

Pedoman wawancara yang digunakan peneliti adalah pedoman wawancara

terstruktur. Penulis menggunakan pedoman wawancara tersebut agar dapat

memperoleh data serta informasi yang tepat dari sumber yang telah ditentukan.

E. Teknik Pengolahan Data dan Penafsiran Data

1. Pengolahan Data

Setelah data masuk, selanjutnya penulis melaksanakan pengolahan data

dari hasil wawancara terstruktur dengan langkah – langkah sebagai berikut

:

a. Memeriksa data, hal ini dilakukan untuk menghindari dari kesalahan

data yang diperoleh.

b. Menggunakan diagram pie, dengan cara menghitung frekuensi setiap

jawaban dari setiap soal. Hal ini dilakukan untuk melihat perbandingan

antara tanggapan responden terhadap option.

2. Penafsiran Data

Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh maksud yang terkandung dalam

(28)

52

Dalam pengolahan data, penulis menggunakan teknik pengolahan

prosentase, dimana setiap soal dihitung frekuensi jawabannya dan hasil di

prosentasekan.

Adapun rumus prosentase yang digunakan adalah sebagai berikut :

Keterangan :

P : Prosentase jawaban

F : Frekuensi jawaban

N : Jumlah responden

100 : Bilangan baku atau tetap

F. Teknik Analisis Data

Menurut Susan Stainback (Sugiyono, 2009: 335) analisis data

merupakan hal yang sangat kriris dalam proses penelitian kuantitatif. Analisis data

digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis

dapat dikembangkan dan dievaluasi.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kuantitatif

menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono,

2009: 207).

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisis data.

Kegiatan ini bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah

terkumpul. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal – hal yang pokok,

memfokuskan pada hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu. Kegiatan ini ditandai dengan mengelompokkan data

(29)

53

2. Display Data

Setelah dilakukan reduksi data, selanjutnya adalah display data yaitu

menyajikan data tiap variabel secara jelas dan singkat. Melalui penyajian data

tersebut maka data akan terorganisirkan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga

akan makin mudah dipahami.

3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi

Menarik atau mengambil kesimpulan adalah tujuan utama analisis data

yang dilakukan sejak awal. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan makna

terhadap data yang telah dianalisis. Kegiatan ini ditandai dengan melakukan

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah.

G. Prosedur Penelitian

1. Tahap Pra Penelitian

Tahap ini dilakukan langsung oleh peneliti untuk mengetahui situasi

sesungguhnya, dalam jangka waktu tertentu. Sehingga ketika melakukan

penelitian yang sesungguhnya peneliti bisa mengetahui secara pasti mana saja

yang akan difokuskan untuk diteliti.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap ini peneliti mulai mempersiapkan diri puntuk bisa

berinteraksi dengan objek penelitiannya. Peneliti diharapkan dalam tahap ini

memiliki sikap yang selektif, menjauhkan diri dari keadaan yang akan

(30)

123 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, analisis data serta

pembahasan hasil penelitian yang telah penulis paparkan dalam Bab IV, penulis

dapat menarik kesimpulan umum yaitu masih rendahnya tingkat kesadaran hukum

pedagang kaki lima untuk menjadi warga negara yang baik. Sedangkan

kesimpulan secara khusus antara lain :

1. Pengetahuan dan pemahaman PKL terhadap Perda K3 di Kabupaten

Sumedang sangatlah rendah. Hal ini dibuktikan dari 33 orang responden tidak

mengetahui mengenai keberadaan Perda K3. Dengan demikian jelas bahwa

tingkat kesadaran hukum PKL masih rendah, karena rata – rata masih bersifat

patuh karena kiprah umum / masyarakat (Sosio-Nomous / Contract Legality)

dan patuh / sadar karena takut pada orang atau kekuasaan / paksaan (Anomous

/ Authority Oriented). Adapun yang menjadi alasan rendahnya tingkat

kesadaran hukum PKL menurut penulis tidak sepenuhnya salah dari PKL itu

sendiri, tetapi kurangnya sosialisasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten

Sumedang itu sendiri terhadap keberadaan dari Perda K3 tersebut sehingga

kurangnya pengetahuan dan pemahaman PKL mengenai Perda K3 tersebut.

2. Sikap dan perilaku PKL terhadap keberadaan Perda K3 cukup baik, karena

sebenarnya mereka menerima keberadaan Perda K3 tersebut tetapi dengan

beberapa persyaratan yang telah disebutkan diatas. Jika dihubungkan dengan

teori sikap positif hukum tentunya sangat berkaitan karena pada umumnya

PKL bersikap positif apabila ada manfaatnya dan keuntungan bagi

kepentingan PKL. Melihat hasil penelitian tersebut sangat jelas bahwa tingkat

kesadaran hukum PKL masih rendah. Dikatakan demikian karena mereka

melaksanakan Perda K3 itu dikarenakan ikut – ikutan dengan PKL lainnya dan

takut pada aparat berwajib dalam hal ini Satpol PP. Berarti tingkat kesadaran

(31)

(Sosio-124

Nomous / Contract Legality) dan patuh / sadar karena takut pada orang atau

kekuasaan / paksaan (Anomous / Authority Oriented).

3. Kinerja Satpol PP secara keseluruhan sudah cukup baik apabila ditinjau dari

segi perilaku yang ditunjukkan terhadap PKL karena mereka tidak melakukan

tindakan sewenang – wenang justru Satpol PP Kabupaten Sumedang bermitra

baik dengan PKL khususnya di Alun – Alun Sumedang. Namun Satpol PP

tidak menerapkan sanksi dengan ketat, sehingga terjadi pelanggaran terhadap

Perda K3. Selain itu tidak ada sosialisasi mengenai Perda K3 terhadap

masyarakat khususnya PKL, sehingga PKL tidak mengetahui Perda K3

tersebut. Selain itu juga perlu adanya revisi terhadap Peraturan Daerah

Kabupaten Tingkat II Sumedang Nomor 1 Tahun 1988 tentang Kebersihan,

Keindahan, dan Ketertiban di Kabupaten Sumedang karena Perda K3 tersebut

penulis anggap sudah usang dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman

saat ini.

B. Rekomendasi

Adapun rekomendasi yang dapat penulis ajukan, dilihat dari berbagai

sudut pandang, antara lain :

1. Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang khususnya Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Sumedang harus melakukan sosialisasi

mengenai Perda K3 kepada PKL di Kabupaten Sumedang khususnya

kepada PKL di Alun – Alun Sumedang, sehingga PKL bisa mengetahui

dan memahami Perda K3 tersebut dan pada akhirnya tingkat kesadaran

hukum PKL akan meningkat dan tentunya apabila tingkat kesadaran

hukum telah meningkat PKL tersebut sudah dikategorikan menjadi warga

Negara yang baik.

2. Aparat yang berwenang seperti Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang

dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Sumedang harus memberikan

ketauladanan dan bekerja sama untuk memberikan bimbingan kepada PKL

di Kabupaten Sumedang terhadap keberadaan Perda K3, sehingga sikap

(32)

125

3. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Sumedang harus melakukan

pembinaan terhadap masing – masing anggotanya, melakukan kerja sama

dengan PKL, dan bekerja secara professional, sehingga kinerja Satuan

Polisi Pamong Praja Kabupaten Sumedang akan lebih meningkat.

4. Untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang harus melakukan revisi

mengenai Perda K3 di Kabupaten Sumedang yang berlaku saat ini karena

Perda K3 tersebut sudah usang dan tidak sesuai dengan perkembangan

zaman dan juga menyediakan tempat relokasi untuk PKL di Alun – Alun

Sumedang, sehingga diharapkan dengan adanya revisi Perda K3 dan

tempat relokasi bagi PKL di Alun – Alun Sumedang Perda K3 dapat

diterapkan secara maksimal tetapi PKL tidak merasa dirugikan.

5. Untuk penelitian yang akan datang, peneliti dapat mempertajam

pembahasan penelitian penulis saat ini, dengan menggali lebih dalam

mengenai kajian good citizenship sehingga mendapatkan data yang lebih

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Suharsimi, Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Rineka Cipta

Darwis, Ranidar. (2003). Pembinaan Hukum dalam Konteks Sosial Budaya Bagi

Pembinaan Kesadaran Hukum Warga Negara. Depdik Indonesia : UPI

Depdiknas. (2003). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta :

Depdiknas

Djahiri, Kosasih. (1994). Metodologi Pengajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan. Bandung : LPPMP IKIP Bandung

---(2002). PKn Sebagai Pembelajaran Demokrasi di Sekolah

(Dalam Jurnal Civicus Vol. 1 dan 2). Bandung : Jurusan PKn UPI

---(1985). Strategi Pengajaran Afektif – Nilai – Moral VCT dan

Games dalam VCT. Bandung : Jurusan PMPKN IKIP Bandung

Hermawan, Iyep Candra. (2008). Membentuk Good Citizens Sebagai Tujuan Civic

Education (Dalam Jurnal Civicus Vol. II No. 11). Bandung : Jurusan PKn

UPI

Kansil, C.S.T. (1986). Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta

: Balai Pustaka

Komalasari, Kokom dan Syaifullah. (2009). Kewarganegaraan Indonesia

(Konsep, Perkembangan, dan Masalah Kontemporer). Bandung : Jurusan

Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS

Kusumaatmadja, Mochtar. (2004). Konsep – Konsep Hukum dalam

Pembangunan. Bandung : PT Alumni

Mertokusumo, Soedikno. (1985). Mengenal Hukum (Suatu Pengantar). Jakarta.

Rineka Cipta

Nurmalina, Komala dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan

Kewarganegaraan. Bandung : Lab PKn UPI

Poerwadarminta, W.J.S. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Poespoprodjo, W. (1999). Filsafat Moral (Kesusilaan dalam Teori dan Praktek).

(34)

127

Rayyan, A. (2001). Upaya Panti Sosial Bina Wyata Dalam Mendidik Anak Asuh

Menjadi Warga Negara yang Baik. Bandung : Jurusan PMPKN UPI

Salman, Otje, dan Anthon F. Susanto. (2008). Beberapa Aspek Sosiologi Hukum.

Bandung : PT Alumni

---(1993). Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum

Waris. Bandung : Alumni

Sanusi, Achmad. (2002). Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata Hukum

Indonesia. Bandung : Tarsito

Sapriya. (2002). Membangun “Civil Society” Tugas Pendidikan

Kewarganegaraan (Dalam Jurnal Civicus Vol. I No. 2). Bandung :

Jurusan PKn UPI

Singarimbun, Masri, dan Effendi, Sofian. (1995). Metode Penelitian Survai.

Jakarta : LP3ES

Soekanto, Soerjono. (1982). Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum. Jakarta :

CV Rajawali

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta

Roestandi, Achmad. (2012). Etika dan Kesadaran Hukum (Internalisasi Hukum

dan Eksternalisasi Etika). Tangerang : Jelajah Nusa

---(1992). Responsi Filsafat Hukum. Bandung : Anuka

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung : UPI Press

Widjaya, AW. (1984). Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat Pancasila.

Jakarta : CV. Era Swasta

Winarno. (2010). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : PT

Bumi Aksara

Wuryan, Sri. (1999). Modul PKn dan Kemasyarakatan. Bandung : Jurusan PKn

UPI

(35)

128

Pustaka Dokumen

Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1988 Tentang Kebersihan, Keindahan, dan

Ketertiban di Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2005 Tentang Pedoman

Prosedur Tetap Operasional Satuan Polisi Pamong Praja

Keputusan Bupati Sumedang Nomor 511.23/Kep.9a-HK/2003 Tentang

Pembentukan Tim Pengaturan, Pembinaan, dan Penertiban Pedagang Kaki

Lima (PKL) di Kabupaten Sumedang

Sumber Skripsi

Herawati, Dian. (2009). Peranan Orang Tua dalam Membina Disiplin Anak di

Lingkungan Keluarga untuk Membentuk Warga Negara yang Baik. Skripsi

UPI: Tidak diterbitkan

Puspita, Lesy Widya. (2009). Kesadaran dan Tingkat Kesadaran Hukum

Pedagang Kaki Lima dalam Melaksanakan Perda K3 Kota bandung.

Skripsi UPI : Tidak diterbitkan

Sumber Internet

Hetifah, (2008). Penyebab Gagalnya Pengelolaan PKL di Perkotaan. Dalam

[Online]. Tersedia

:http://hetifah.com/artikel/penyebab-gagalnya-pengelolaan-pkl-di perkotaan.html [24 November 2008]

Tanpa Nama. (2012). Pedagang Kaki Lima. Dalam [Online]. Tersedia

Gambar

Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Pendataan PKL Tahun 2012
gambaran mengenai :
Tabel 2 Keterangan Sub Variabel Penelitian
gambar dan dokumen – dokumen yang berhubungan dengan penelitian. Analisis

Referensi

Dokumen terkait

Algoritma LUC sebenarnya hampir sama dengan metode kriptografi yang lain yaitu metode RSA (Rivest, Shamir, Adleman), hanya saja fungsi pangkat pada metode RSA diganti

Metode ini intinya terbagi atas dua bagian: satu adalah inverse sistem yang direalisasikan oleh NN untuk menjalankan metode feedforward dan yang kedua adalah sebagai mekanisme

Hasil analisis hubungan panjang total dan berat tubuh ikan pelangi arfak dari Sungai Prafi, Sungai Nimbai dan Sungai Aimasi baik yang dilakukan pada bagian hulu dan

Dengan teridentifikasinya konsep diri anak usia dini khususnya melalui kegiatan menggambar, diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi guru, orang tua maupun sekolah

Berdasarkan hal tersebut perlu adanya LKS yang menyajikan kegiatan pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing untuk menopang kemampuan komunikasi

Dengan demikian anak luar kawin dalam arti sempit adalah anak yang dilahirkan dari hasil hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang

[r]

Sehingga jika harga minyak dunia naik, harga emas pun juga naik yang mengakibatkan harga dan nilai pasar saham di sektor pertambangan naik dan hal tersebut akan