PERENCANAAN STRUKTUR
dan
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dikerjakan oleh :
FERRY NURSAIFUDIN NIM. I 850 804 9
PROGRAM D-III TEKNIK SIPIL
commit to user
MOTTO
Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu disertai dengan niat dan setiap
orang mendapat balasan amal sesuai niatnya. Barang siapa yang berhijrah
hanya karena Alloh maka hijrah itu akan menuju Alloh dan Rosul-Nya.
Barang siapa hijrahnya karena dunia yang ia harapkan atau karena wanita
yang ia ingin nikahi maka hijrah itu hanya menuju yang ia inginkan.
(HR. Bukhori dan Muslim)
Jangan pernah putus asa untuk meraih apa yang ingin dicita-citakan
(Penulis)
Kita tidak akan dapat meraih keberhasilan selama kita belum bisa
mencintai apa yang kita lakukan.(Anonim)
Berbuatlah yang terbaik bagi kesenangan orang lain, meskipun dirimu
sendiri mengalami kesedihan. Akan tetapi percayalah bahwa kebagiaan
yang kekal akan engkau perolah dikemudian hari yang berlipat ganda
PERSEMBAHAN
Allah SWT sang pencipta alam semesta yang slalu
memberikan rahmat, hidayah serta anugrah yang
tak terhingga.
F
Bapak dan Ibu tercinta, yang tidak henti-hentinya memberi
doa, semangat dan dukungan kasih sayang kepadaku
F
Adikku tercinta yang selalu membantuku...
F For ”Titik Sulistyani” yang selalu memberikan semangat dukungan serta doa hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.
F
Rekan-rekan Teknik Sipil Gedung ’08 khususnya....
Agenk, Amien, Pedro, Joko, Yudi, Nicken, Desty, Pele,Arexs, Aris, Supri, Heri, Putra, Andrex, Agus, Nanang, Aziz,
Andik, Rixy, Fahmi, Cintia, Istianah, Dewana, Septian, Jibril
makasih atas semua dukungannya
F
Kakak-kakak Teknik Sipil ’07, mas Agus, Aji, Mamed
commit to user
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul PERENCANAAN STRUKTUR &
RENCANA ANGGRAN BIAYA GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI dengan baik.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penyusun banyak menerima bimbingan,
bantuan dan dorongan yang sangat berarti dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan Tugas Akhir,
yaitu kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan memberikan kesempatan kepada
penyusun untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Kusno Adi Sambowo, ST., M.S.c, Ph.D., selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ir. Bambang Santosa, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Achmad Basuki, ST., MT., selaku Ketua Program D-III Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Ir. Sunarmasto, MT., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingannya.
6. Widi Hartono, ST., MT., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir atas arahan
dan bimbingannya selama dalam penyusunan tugas ini.
7. Bapak dan Ibu dosen pengajar yang telah memberikan ilmunya beserta
karyawan di Fakultas Teknik UNS yang telah banyak membantu dalam
proses perkuliahan.
8. Teman-teman seperjuangan D-III Teknik Sipil Gedung angkatan 2008 yang
telah membantu terselesaikannya laporan Tugas Akhir ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran maupun masukan yang membawa
ke arah perbaikan dan bersifat membangun sangat penyusun harapkan. Semoga
Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2011
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR NOTASI ... xxii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ... 1
1.3. Kriteria Perencanaan ... 2
1.4. Peraturan-Peraturan Yang Berlaku ... 3
BAB 2 DASAR TEORI ... 4
2.1. Uraian Umum ... 4
2.1.1. Jenis Pembebanan ... 4
2.1.2. Sistem Bekerjanya Beban ... 7
2.1.3. Provisi Keamanan ... 8
2.2. Perencanaan Atap ... 10
2.3. Perencanaan Tangga ... 12
2.4. Perencanaan Plat Lantai ... 13
2.5. Perencanaan Balok Anak ... 14
2.6. Perencanaan Portal ... 15
BAB 3 PERENCANAAN ATAP ... 19
3.1. Rencana Atap ... 19
3.2. Dasar Perencanaan ... 19
3.3. Perencanaan Gording ... 20
3.3.1. Perencanaan Pembebanan ... 20
3.3.2. Perhitungan Pembebanan ... 21
3.3.3. Kontrol Tahanan Momen ... 23
3.3.4. Kontrol Terhadap Lendutan ... 24
3.4. Perencanaan Setengah Kuda-Kuda ... 25
3.4.1. Perhitungan Panjang Batang Setengah Kuda-Kuda ... 26
3.4.2. Perhitungan Luasan Setengah Kuda-Kuda ... 26
3.4.3. Perhitungan Pembebanan Setengah Kuda-Kuda ... 31
3.4.3.1. Perhitungan Beban ... 32
3.4.4. Model Struktur dan Pembebanan ... 39
3.4.5. Perencanaan Profil Setengah Kuda-Kuda ... 43
3.4.6. Perhitungan Alat Sambung ... 47
3.5. Perencanaan Jurai ... 51
3.5.1. Perhitungan Luasan Jurai ... 51
3.5.2. Perhitungan Pembebanan Jurai ... 53
3.5.2.1. Perhitungan Beban ... 54
3.5.3. Model Struktur dan Pembebanan ... 58
3.5.4. Perencanaan Profil Jurai ... 62
3.6. Perencanaan Kuda-Kuda Utama B ... 63
3.6.1. Perhitungan Panjang Batang Kuda-Kuda Utama B ... 63
3.6.2. Perhitungan Luasan Kuda-Kuda Utama B ... 64
3.6.3. Perhitungan Pembebanan Kuda-Kuda Utama B ... 69
3.6.3.1. Perhitungan Beban ... 69
3.6.4. Model Struktur dan Pembebanan ... 77
3.6.5. Perencanaan Profil Kuda-Kuda Utama B ... 82
commit to user
3.7.2. Perhitungan Luasan Kuda-Kuda Utama A ... 90
3.7.3. Perhitungan Pembebanan Kuda-Kuda Utama A ... 94
3.7.3.1. Perhitungan Beban ... 95
3.7.4. Model Struktur dan Pembebanan ... 103
3.7.5. Perencanaan Profil Kuda-Kuda Utama A ... 108
3.7.6. Perhitungan Alat Sambung ... 110
BAB 4 PERENCANAAN TANGGA ... 115
4.1. Uraian Umum ... 115
4.2. Data Perencanaan Tangga ... 115
4.3. Perhitungan Plat Equivalen dan Pembebanan ... 117
4.3.1. Perhitungan Tebal Plat Equivalen ... 117
4.3.2. Perhitungan Beban ... 118
4.4. Perhitungan Tulangan dan Bordes ... 119
4.4.1. Perhitungan Tulangan Tumpuan ... 119
4.4.2. Perhitungan Tulangan Lapangan ... 121
4.5. Perencanaan Balok Bordes ... 123
4.5.1. Pembebanan Balok Bordes ... 123
4.5.2. Perhitungan Tulangan ... 124
4.5.3. Perhitungan Tulangan Geser ... 127
4.6. Perencanaan Pondasi Tangga ... 128
4.6.1. Perencanaan Kapasitas Dukung Pondasi ... 129
4.6.2. Perhitungan Tulangan Lentur ... 130
4.6.3. Perhitungan Tulangan Geser ... 132
BAB 5 PERENCANAAN PLAT LANTAI ... 134
5.1. Perencanaan Plat Lantai ... 134
5.1.1. Perhitungan Pembebanan Plat Lantai ... 134
5.1.2. Perhitungan Momen ... 135
5.1.3. Penulangan Plat Lantai ... 140
5.2. Perencanaan Plat Atap Kanopi ... 148
5.2.1. Perhitungan Pembebanan Plat Atap Kanopi ... 149
5.2.2. Perhitungan Momen ... 149
5.2.3. Penulangan Plat Atap Kanopi ... 152
5.2.4. Rekapitulasi Penulangan Plat Atap Kanopi ... 159
BAB 6 PERENCANAAN BALOK ANAK ... 160
6.1. Perencanaan Balok Anak ... 160
6.1.1. Perhitungan Lebar Equivalen ... 161
6.1.2. Lebar Equivalen Balok Anak ... 161
6.1.3. Perhitungan Pembebanan Plat Lantai ... 162
6.2. Perencanaan Balok Anak As B’ (1 – 2) ... 162
6.2.1. Pembebanan Balok Anak As B’ (1 – 2) ... 162
6.2.2. Perhitungan Tulangan Balok Anak As B’ (1 – 2) ... 163
6.3. Perencanaan Balok Anak As C (1 – 14) ... 168
6.3.1. Pembebanan Balok Anak As C (1 – 14) ... 168
6.3.2. Perhitungan Tulangan Balok Anak As C (1 – 14) ... 169
6.4. Perencanaan Balok Anak As C’ (1 – 2) ... 174
6.4.1. Pembebanan Balok Anak As C’ (1 – 2) ... 174
6.4.2. Perhitungan Tulangan Balok Anak As C’ (1 – 2) ... 175
6.5. Perencanaan Balok Anak As C” (1 – 1’) ... 180
6.5.1. Pembebanan Balok Anak As C” (1 – 1’) ... 180
6.5.2. Perhitungan Tulangan Balok Anak As C” (1 – 1’) ... 181
6.6. Perencanaan Balok Anak As 1’ (B’ – D) ... 185
6.6.1. Pembebanan Balok Anak As 1’ (B’ – D) ... 185
6.6.2. Perhitungan Tulangan Balok Anak As 1’ (B’ – D) ... 186
6.7. Perencanaan Balok Anak As 1” (B – C’) ... 190
6.7.1. Pembebanan Balok Anak As 1” (B – C’) ... 190
6.7.2. Perhitungan Tulangan Balok Anak As 1” (B – C’) ... 192
commit to user
6.9. Perencanaan Balok Anak Kanopi ... 201
6.9.1. Perhitungan Lebar Equivalen ... 201
6.9.2. Lebar Equivalen Balok Anak ... 202
6.9.3. Perhitungan Pembebanan Plat Atap Kanopi ... 202
6.9.4. Perencanaan Balok Anak As D’ (6 – 9) ... 203
6.9.4.1. Pembebanan Balok Anak As D’ (6 – 9) ... 203
6.9.4.2. Perhitungan Tulangan Balok Anak As D’ (6 – 9) ... 204
BAB 7 PERENCANAAN PORTAL ... 208
7.1. Perencanaan Portal ... 208
7.1.1. Dasar Perencanaan ... 209
7.1.2. Perhitungan Luas Equivalen Untuk Plat Lantai ... 210
7.1.3. Perencanaan Pembebanan ... 211
7.2. Perhitungan Pembebanan Balok Portal ... 212
7.2.1. Perhitungan Pembebanan Balok Portal As A (1 – 14) ... 212
7.2.2. Perhitungan Pembebanan Balok Portal As B (1 – 14) ... 214
7.2.3. Perhitungan Pembebanan Balok Portal As D (1 – 14) ... 216
7.2.4. Perhitungan Pembebanan Balok Portal As E (6 – 9) ... 218
7.2.5. Perhitungan Pembebanan Balok Portal As 1 (A – D) ... 219
7.2.6. Perhitungan Pembebanan Balok Portal As 2 (A – D) ... 221
7.2.7. Perhitungan Pembebanan Balok Portal As 3, 4, 11, 12, 13 (A – D) . 223 7.2.8. Perhitungan Pembebanan Balok Portal As 5 (A – D) dan As 10 (A – D) ... 224
7.2.9. Perhitungan Pembebanan Balok Portal As 6 (A – D) dan As 9 (A – D) ... 226
7.2.10. Perhitungan Pembebanan Balok Portal As 7 (A – D) dan As 8 (A – D) ... 228
7.2.11. Perhitungan Pembebanan Balok Portal As 14 (A – D) ... 230
7.3. Perhitungan Tulangan Ring Balk ... 231
7.3.1. Perhitungan Tulangan Lentur Ring Balk ... 232
7.3.2. Perhitungan Tulangan Geser Ring Balk ... 234
7.4.1. Perhitungan Tulangan Balok Portal Memanjang ... 235
7.4.1.1. Perhitungan Tulangan Lentur Balok Portal Memanjang ... 236
7.4.1.2. Perhitungan Tulangan Geser Balok Portal Memanjang ... 239
7.4.2. Perhitungan Tulangan Balok Portal Memanjang (Kanopi) ... 241
7.4.2.1. Perhitungan Tulangan Lentur Balok Portal Memanjang (Kanopi) .... 242
7.4.2.2. Perhitungan Tulangan Geser Balok Portal Memanjang (Kanopi) ... 244
7.4.3. Perhitungan Tulangan Balok Portal Melintang ... 245
7.4.3.1. Perhitungan Tulangan Lentur Balok Portal Melintang ... 246
7.4.3.2. Perhitungan Tulangan Geser Balok Portal Melintang ... 249
7.4.4. Perhitungan Tulangan Balok Portal Melintang (Kanopi) ... 251
7.4.4.1. Perhitungan Tulangan Lentur Balok Portal Melintang (Kanopi) ... 252
7.4.4.2. Perhitungan Tulangan Geser Balok Portal Melintang (Kanopi) ... 254
7.5. Perhitungan Tulangan Kolom ... 255
7.5.1. Perhitungan Tulangan Kolom 1 ... 255
7.5.1.1. Perhitungan Tulangan Lentur Kolom 1 ... 256
7.5.1.2. Perhitungan Tulangan Geser Kolom 1 ... 258
7.5.2. Perhitungan Tulangan Kolom 2 ... 259
7.5.2.1. Perhitungan Tulangan Lentur Kolom 2 ... 259
7.5.2.2. Perhitungan Tulangan Geser Kolom 2 ... 261
7.6. Perhitungan Tulangan Sloof ... 262
7.6.1. Perhitungan Tulangan Lentur Sloof ... 263
7.6.2. Perhitungan Tulangan Geser Sloof ... 266
BAB 8 PERENCANAAN PONDASI... 268
8.1. Perencanaan Pondasi F1 ... 268
8.1.1. Perencanaan Kapasitas Dukung Pondasi ... 269
8.1.2. Perhitungan Tulangan Lentur Pondasi ... 270
8.1.3. Perhitungan Tulangan Geser Pondasi ... 272
8.2. Perencanaan Pondasi F2 ... 273
commit to user
8.3. Perencanaan Pondasi F3 ... 278
8.3.1. Perencanaan Kapasitas Dukung Pondasi ... 279
8.3.2. Perhitungan Tulangan Lentur Pondasi ... 280
8.3.3. Perhitungan Tulangan Geser Pondasi ... 282
BAB 9 RENCANA ANGGARAN BIAYA ... 284
9.1. Rencana Anggaran Biaya (RAB) ... 284
9.2. Data Perencanaan ... 284
9.3. Perhitungan Volume Pekerjaan ... 285
9.3.1. Pekerjaan Persiapan, Galian dan Urugan ... 285
9.3.2. Pekerjaan Pondasi dan Beton ... 289
9.3.3. Pekerjaan Pasangan dan Plesteran ... 294
9.3.4. Pekerjaan Kusen, Pintu dan Jendela ... 295
9.3.5. Pekerjaan Perlengkapan Pintu dan Jendela ... 296
9.3.6. Pekerjaan Atap ... 297
9.3.7. Pekerjaan Plafond ... 299
9.3.8. Pekerjaan Penutup Lantai dan Dinding ... 300
9.3.9. Pekerjaan Sanitasi ... 300
9.3.10. Pekerjaan Instalasi Air ... 301
9.3.11. Pekerjaan Instalasi Listrik ... 301
9.3.12. Pekerjaan Pengecatan ... 302
9.4. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya ... 303
9.5. Daftar Harga Satuan Dasar ... 304
9.5.1. Harga Upah ... 304
9.5.2. Harga Material ... 304
9.5.3. Daftar Analisa Harga Satuan Pekerjaan ... 307
9.5.4. Daftar Rencana Anggaran Biaya ... 328
BAB 10 REKAPITULASI ... 331
10.1. Perencanaan Atap ... 331
10.1.1. Perencanaan Profil Setengah Kuda-Kuda ... 331
10.1.3. Perencanaan Profil Kuda-Kuda Utama B ... 332
10.1.4. Perencanaan Profil Kuda-Kuda Utama A ... 333
10.2. Perencanaan Tangga ... 334
10.3. Perencanaan Plat Lantai ... 335
10.4. Perencanaan Balok Anak ... 335
10.5. Perencanaan Balok Portal ... 336
10.6. Perencanaan Kolom ... 336
10.7. Perencanaan Pondasi ... 336
10.8. Rencana Anggaran Biaya ... 337
PENUTUP ... 338
DAFTAR PUSTAKA ... 339
commit to user
Perencanaan Struktur Gedung Sekolah 2 Lantai & RAB
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Semakin pesatnya perkembangan dunia teknik sipil di Indonesia saat ini menuntut
terciptanya sumber daya manusia yang dapat mendukung kemajuannya dalam
bidang ini. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, kita sebagai
bangsa Indonesia akan dapat memenuhi tuntutan ini. Karena dengan hal ini kita
akan semakin siap menghadapi tantangannya.
Bangsa Indonesia telah menyediakan berbagai sarana guna memenuhi sumber
daya manusia yang berkualitas. Dalam merealisasikan hal ini Universitas Sebelas
Maret Surakarta sebagai salah satu lembaga pendidikan yang dapat memenuhi
kebutuhan tersebut memberikan Tugas Akhir sebuah perencanaan struktur gedung
bertingkat dengan maksud agar dapat menghasilkan tenaga yang bersumber daya
dan mampu bersaing dalam dunia kerja.
1.2.
Maksud Dan Tujuan
Dalam menghadapi pesatnya perkembangan zaman yang semakin modern dan
berteknologi, serta semakin derasnya arus globalisasi saat ini sangat diperlukan
seorang teknisi yang berkualitas. Dalam hal ini khususnya teknik sipil, sangat
diperlukan teknisi-teknisi yang menguasai ilmu dan keterampilan dalam
bidangnya. Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai lembaga
pendidikan bertujuan untuk menghasilkan ahli teknik yang berkualitas,
bertanggungjawab, kreatif dalam menghadapi masa depan serta dapat
Perencanaan Struktur Gedung Sekolah 2 Lantai & RAB
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Program D III Jurusan Teknik Sipil
memberikan Tugas Akhir dengan maksud dan tujuan :
1. Mahasiswa dapat merencanakan suatu konstruksi bangunan yang sederhana
sampai bangunan bertingkat.
2. Mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam
merencanakan struktur gedung.
3. Mahasiswa diharapkan dapat memecahkan suatu masalah yang dihadapi dalam
perencanaan suatu struktur gedung.
1.3.
Kriteria Perencanaan
1. Spesifikasi Bangunan
a. Fungsi Bangunan : Gedung sekolah
b. Luas Bangunan : 1152 m2
c. Jumlah Lantai : 2 lantai
d. Tinggi Tiap Lantai : 4 m
e. Konstruksi Atap : Rangka kuda-kuda baja
f. Penutup Atap : Genteng tanah liat
g. Pondasi : Foot Plate
2. Spesifikasi Bahan
a. Mutu Baja Profil : BJ 37
b. Mutu Beton (f’c) : 20 MPa
c. Mutu Baja Tulangan (fy) : Polos: 240 Mpa
commit to user
Perencanaan Struktur Gedung Sekolah 2 Lantai & RAB
1.4.
Peraturan-Peraturan Yang Berlaku
1. SNI 03-1729-2002_ Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung.
2. SNI 03-2847-2002_ Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung.
BAB 2
DASAR TEORI
2.1.
Dasar Perencanaan
2.1.1. Jenis Pembebanan
Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang
mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun beban khusus
yang bekerja pada struktur bangunan tersebut. Beban-beban yang bekerja pada
struktur dihitung menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung
1983, beban-beban tersebut adalah :
1. Beban Mati (qd)
Beban mati adalah berat dari semua bagian suatu gedung yang bersifat tetap,
termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian–penyelesaian, mesin-mesin serta
peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung. Untuk
merencanakan gedung, beban mati yang terdiri dari berat sendiri bahan bangunan
dan komponen gedung adalah :
1. Bahan Bangunan :
a. Beton bertulang ... 2400 kg/m3
b. Pasir kering ... 1600 kg/m3
c. Beton biasa ... 2200 kg/m3
2. Komponen Gedung :
commit to user
b. Penggantung langit- langit (dari kayu), dengan bentang maksimum 5 m dan
jarak s.k.s. minimum 0,80 m...7kg/m2
c. Penutup lantai dari tegel, keramik dan beton (tanpa adukan) per cm
tebal... 24 kg/m2
d. Adukan semen per cm tebal...21 kg/m2
e. Penutup atap genteng dengan reng dan usuk ... 50 kg/m2
f. Dinding pasangan batu merah setengah bata...1700 kg/m2
2. Beban Hidup (ql)
Beban hidup adalah semua bahan yang terjadi akibat penghuni atau pengguna
suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang
yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung
itu, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan lantai dan atap tersebut.
Khususnya pada atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air
hujan (PPIUG 1983). Beban hidup yang bekerja pada bangunan ini disesuaikan
dengan rencana fungsi bangunan tersebut. Beban hidup untuk bangunan ini terdiri
dari :
Beban atap ... 100 kg/m2
Beban tangga dan bordes ... 300 kg/m2
Beban lantai ... 250 kg/m2
Berhubung peluang untuk terjadi beban hidup penuh yang membebani semua
bagian dan semua unsur struktur pemikul secara serempak selama unsur gedung
tersebut adalah sangat kecil, maka pada perencanaan balok induk dan portal dari
sistem pemikul beban dari suatu struktur gedung, beban hidupnya dikalikan
dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan gedung
Tabel 2.1. Koefisien Reduksi Beban Hidup
Penggunaan Gedung
Koefisien Reduksi Beban Hidup
Untuk Perencanaan Balok Induk
dan Portal
· PERUMAHAN / HUNIAN :
Rumah tinggal, rumah sakit, dan hotel
· PENDIDIKAN :
Sekolah dan ruang kuliah
· PENYIMPANAN :
Gudang, perpustakaan dan ruang arsip
· TANGGA :
Pendidikan dan kantor
0,75
0,90
0,90
0,75
Sumber : PPIUG 1983
3. Beban Angin (W)
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara (PPIUG 1983).
Beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan
negatif (hisapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang yang ditinjau. Besarnya
tekanan positif dan negatif yang dinyatakan dalam kg/m2 ini ditentukan dengan
mengalikan tekanan tiup dengan koefisien – koefisien angin. Tekan tiup harus
diambil minimum 25 kg/m2, kecuali untuk daerah di laut dan di tepi laut sampai
sejauh 5 km dari tepi pantai. Pada daerah tersebut tekanan hisap diambil minimum
40 kg/m2.
commit to user
2. Atap segitiga dengan sudut kemiringan a
a. Di pihak angin : a < 65° ... 0,02 a - 0,4
65° < a < 90° ... + 0,9
b. Di belakang angin, untuk semua a ... - 0,4
2.1.2. Sistem Kerjanya Beban
r in g Balok
Kolom
Plat Lan t ai+ Balok
Sloof
Foot Plat Kolom
Sem u a Beban didist r ibu sik an m en u j u t anah dasar
st ru k t ur at ap k u da- k uda
lan t ai dua
lant ai 1
t an ah dasar
Gambar 2.1. Arah Pembebanan pada Struktur
Bekerjanya beban untuk bangunan bertingkat berlaku sistem gravitasi, yaitu
elemen struktur yang berada di atas akan membebani elemen struktur di
bawahnya, atau dengan kata lain elemen struktur yang mempunyai kekuatan lebih
besar akan menahan atau memikul elemen struktur yang mempunyai kekuatan
lebih kecil. Dengan demikian sistem kerjanya beban untuk elemen – elemen
Beban atap akan diterima oleh ringbalk, kemudian diteruskan kepada kolom.
Beban pelat lantai akan didistribusikan kepada balok anak dan balok portal,
kemudian dilanjutkan ke kolom, dan didistribusikan menuju sloof, yang
selanjutnya akan diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi telapak.
2.1.3. Provisi Keamanan
Dalam Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983, struktur harus
direncanakan untuk memiliki cadangan kekuatan untuk memikul beban yang lebih
tinggi dari beban normal. Kapasitas cadangan ini mencakup faktor pembebanan
(U), yaitu untuk memperhitungkan pelampauan beban dan faktor reduksi (f),
yaitu untuk memperhitungkan kurangnya mutu bahan di lapangan. Pelampauan
beban dapat terjadi akibat perubahan dari penggunaan untuk apa struktur
direncanakan dan penafsiran yang kurang tepat dalam memperhitungkan
pembebanan. Sedang kekurangan kekuatan dapat diakibatkan oleh variasi yang
merugikan dari kekuatan bahan, pengerjaan, dimensi, pengendalian dan tingkat
pengawasan.
Tabel 2.2. Faktor Pembebanan U
No. KOMBINASI BEBAN FAKTOR U
1.
2.
3. D
D, L
D, L,W
1.4 D
1,2 D +1,6 L + 0,5 (A atau R)
1,2 D + 1,0 L ± 1,3 W + 0,5 (A atau R)
Keterangan :
A = BebanAtap
D = Beban mati
commit to user
Tabel 2.3. Faktor Reduksi Kekuatan f
No. GAYA f
1.
2.
3.
4.
5.
Lentur tanpa beban aksial
Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur
Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur
Geser dan torsi
Tumpuan Beton
0,80
0,80
0,65 – 0,80
0,60
0,70
Kandungan agregat kasar untuk beton struktural seringkali berisi agregat kasar
berukuran diameter lebih dari 2 cm, maka diperlukan adanya jarak tulangan
minimum agar campuran beton basah dapat melewati tulangan baja tanpa terjadi
pemisahan material sehingga timbul rongga – rongga pada beton. Untuk
melindungi dari karat dan kehilangan kekuatannya dalam kasus kebakaran, maka
diperlukan adanya tebal selimut beton minimum.
Beberapa persyaratan utama pada Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung 1983 adalah sebagai berikut :
1. Jarak bersih antara tulangan sejajar yang selapis tidak boleh kurang dari db
atau 25 mm, dimana db adalah diameter tulangan
2. Jika tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih, tulangan
pada lapisan atas harus diletakkan tepat diatas tulangan di bawahnya dengan
jarak bersih tidak boleh kurang dari 25 mm
Tebal selimut beton minimum untuk beton yang dicor setempat adalah:
1. Untuk pelat dan dinding = 20 mm
2. Untuk balok dan kolom = 40 mm
2.2.
Perencanaan Atap
1. Pada perencanaan atap ini, beban yang bekerja adalah :
a. Beban mati
b. Beban hidup
c. Beban angin
2. Asumsi Perletakan
a. Tumpuan sebelah kiri adalah Sendi.
b. Tumpuan sebelah kanan adalah Rol.
3. Analisa tampang menggunakan peraturan SNI 03-1729-2002.
Dan untuk perhitungan dimensi profil rangka kuda kuda:
1. Batang tarik
Ag perlu =
Fy
Pmak
An perlu = 0,85.Ag
) . . . 4 , 2
( Fudt
Rn f
f =
Rn P n
f =
An = Ag-dt
L =Sambungan dengan Diameter
= 3.d
=
x jari-jari kelambatan
L x
U =1
commit to user
2. Batang tekan
Ag perlu =
Fy
Pmak
An perlu = 0,85.Ag
Fy t
h
w
300
=
E Fy r
l K c
p l = .
Apabila = λc≤ 0,25 ω = 1
0,25 < λc < 1 ω
0,67λ -1,6
1,43
c
=
λc ≥ 1,2 ω =1,25.lc2
) . . . 2 , 1
( Fudt
Rn f
f =
Rn P n
f =
w Fy Fcr=
Fy Ag Pn f. .
f =
2.3.
Perencanaan Tangga
Untuk perhitungan penulangan tangga dipakai kombinasi pembebanan akibat
beban mati dan beban hidup yang disesuaikan dengan Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung (PPIUG 1983) dan SNI 03-2847-2002 dan analisa
struktur mengunakan perhitungan SAP 2000.
Sedangkan untuk tumpuan diasumsikan sebagai berikut :
1. Tumpuan bawah adalah Jepit.
2. Tumpuan tengah adalah Jepit.
3. Tumpuan atas adalah Jepit.
Perhitungan untuk penulangan tangga
dimana,
m =
fc fy . 85 , 0
Rn = 2 .d b
Mn
r = ÷÷
ø ö ç ç è æ -fy 2.m.Rn 1 1 m 1
rb = ÷÷
ø ö çç è æ + fy fy fc 600 600 . . . 85 , 0 b
rmax = 0,75 . rb
rmin < r < rmaks tulangan tunggal
r < rmin dipakai rmin = 0,0025
As = rada . b . d
commit to user
2.4.
Perencanaan Plat Lantai
1. Pembebanan :
a. Beban mati
b. Beban hidup : 250 kg/m2
2. Asumsi Perletakan : jepit penuh
3. Analisa struktur menggunakan tabel 13.3.2 PPIUG 1983.
4. Analisa tampang menggunakan SNI 03-2847-2002.
Pemasangan tulangan lentur disyaratkan sebagai berikut :
1. Jarak minimum tulangan sengkang 25 mm.
2. Jarak maksimum tulangan sengkang 240 atau 2h.
Penulangan lentur dihitung analisa tulangan tunggal dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
dimana,
m =
fc fy . 85 , 0
Rn = d b Mn
.
r = ÷÷
ø ö ç ç è æ -fy 2.m.Rn 1 1 m 1
rb = ÷÷
ø ö çç è æ + fy fy fc 600 600 . . . 85 , 0 b
rmax = 0,75 . rb
rmin < r < rmaks tulangan tunggal
r < rmin dipakai rmin = 0,0025
As = rada . b . d
Luas tampang tulangan
As = r . b .d
2.5.
Perencanaan Balok Anak
1. Pembebanan
2. Asumsi Perletakan : jepit jepit
3. Analisa struktur pada perencanaan atap ini menggunakan program SAP 2000.
4. Analisa tampang menggunakan peraturan SNI 03-2847-2002.
Perhitungan tulangan lentur :
dimana,
m =
fc fy . 85 , 0
Rn =
2
.d b
Mn
r = ÷÷
ø ö ç ç è æ -fy 2.m.Rn 1 1 m 1
rb = ÷÷
ø ö çç è æ + fy fy fc 600 600 . . . 85 , 0 b
rmax = 0,75 . rb
rmin < r < rmaks tulangan tunggal
r < rmin dipakai rmin = y
f' 4 , 1
Perhitungan tulangan geser :
commit to user fVc ≤ Vu ≤ 3fVc
( perlu tulangan geser )
Vu < fVc < 3 f Vc
(tidak perlu tulangan geser)
Vs perlu = Vu – Vc
( pilih tulangan terpasang )
Vs ada = s
d fy Av. . ) (
( pakai Vs perlu )
2.6.
Perencanaan Portal
1. Pembebanan
2. Asumsi Perletakan
a. Jepit pada kaki portal.
b. Bebas pada titik yang lain
3. Analisa struktur pada perencanaan atap ini menggunakan program SAP 2000.
4. Analisa tampang menggunakan peraturan SNI 03-2847-2002.
Perhitungan tulangan lentur :
dimana,
m =
fc fy . 85 , 0
Rn = d b Mn
.
r = ÷÷
ø ö ç ç è æ -fy 2.m.Rn 1 1 m 1
rb = ÷÷
rmax = 0,75 . rb
rmin < r < rmaks tulangan tunggal
r < rmin dipakai rmin = y
f' 4 , 1
Perhitungan tulangan geser :
Vc = bd
c f
. . 6
'
fVc = 0,6 . Vc
fVc ≤ Vu ≤ 3fVc
( perlu tulangan geser )
Vu < f Vc < 3 f Vc
(tidak perlu tulangan geser)
Vs perlu = Vu – Vc
( pilih tulangan terpasang )
Vs ada = s
d fy Av. . ) (
( pakai Vs perlu ) 60 , 0 =
commit to user
2.7.
Perencanaan Pondasi
1. Pembebanan : Beban aksial dan momen dari analisa struktur portal akibat
beban mati dan beban hidup.
2. Analisa tampang menggunakan peraturan SNI 03-2847-2002.
Perhitungan kapasitas dukung pondasi :
syang terjadi =
2 .b.L 6 1 Mtot A Vtot +
= σtanahterjadi< s ijin tanah…...( dianggap aman ) Sedangkan pada perhitungan tulangan lentur
Mu = ½ . qu . t2
m =
fc fy . 85 , 0
Rn = d b Mn
.
r = ÷÷
ø ö ç ç è æ -fy 2.m.Rn 1 1 m 1
rb = ÷÷
ø ö çç è æ + fy fy fc 600 600 . . . 85 , 0 b
rmax = 0,75 . rb
rmin < r < rmaks tulangan tunggal
r < rmin dipakai rmin
As = rada . b . d
Luas tampang tulangan
As = r . b .d
Perhitungan tulangan geser :
Vu = s . A efektif
60 , 0 =
Vc = bd
c f
. . 6
'
fVc = 0,6 . Vc
fVc ≤ Vu ≤ 3fVc
( perlu tulangan geser )
Vu < f Vc < 3 fVc
(tidak perlu tulangan geser)
Vs perlu = Vu – Vc
( pilih tulangan terpasang )
Vs ada = s
d fy Av. . ) (
commit to user
BAB 3
PERENCANAAN ATAP
[image:32.595.112.535.190.500.2]3.1
.Rencana Atap
Gambar 3.1. Rencana Atap
Keterangan :
KK A = Kuda-kuda utama A G = Gording
KK B = Kuda-kuda utama B N = Nok
½ KK = Setengah kuda-kuda JR = Jurai
3.2
Dasar Perencanaan
Secara umum data yang digunakan untuk perhitungan rencana atap adalah sebagai
berikut :
1. Bentuk rangka kuda-kuda = seperti tergambar
2. Jarak antar kuda-kuda = 4,00 m
3. Kemiringan atap (a) = 35°
4. Bahan gording = baja profil lip channels ( )
5. Bahan rangka kuda-kuda = baja profil double siku sama kaki (ûë)
8. Jarak antar gording = 1,526 m
9. Bentuk atap = Limasan
10. Mutu baja profil = BJ 37 (sLeleh = 2400 kg/cm2)
(sultimate = 3700 kg/cm2)
3.3
. Perencanaan Gording
3.3.1. Perencanaan Pembebanan
Dicoba menggunakan gording dengan dimensi baja profil tipe lip channels/ kanal
kait ( ) 150 × 75 × 20 × 4,5 pada perencanaan kuda- kuda dengan data sebagai
berikut :
1. Berat gording = 11 kg/m
2. Ix = 489 cm4
3. Iy = 99,2 cm4
4. b = 75 mm
5. h = 150 mm
6. ts = 4,5 mm
7. tb = 4,5 mm
8. Zx = 65,2 cm3
9. Zy = 19,8 cm3
Kemiringan atap (a) = 35°
Jarak antar gording (s) = 1,526 m
Jarak antar kuda-kuda (L) = 4,00 m
Pembebanan berdasarkan SNI 03-1727-1989, sebagai berikut :
commit to user 3.3.2. Perhitungan Pembebanan
1. Beban Mati
Berat gording = 11 kg/m
Berat penutup atap = 1,526 × 50 = 76,3 kg/m
Berat plafond = 1,250 × 18 = 22,5 kg/m
q = 109,8 kg/m
qx = q . sin a = 109,8 × sin 35° = 62,979 kg/m
qy = q . cos a = 109,8 × cos 35° = 89,943 kg/m
Mx1 = 1/8 . qy . L2 = 1/8 × 89,943 × (4)2 = 179,886 kgm
My1 = 1/8 . qx . L2 = 1/8 × 62,979 × (4)2 = 125,958 kgm
2. Beban Hidup
x
P qx
qy
y
α
x
a
P Px
Py
y
P diambil sebesar 100 kg.
Px = P . sin a = 100 × sin 35° = 57,358 kg
Py = P . cos a = 100 × cos 35° = 81,915 kg
Mx2 = 1/4 . Py . L = 1/4 × 81,915 × 4 = 81,916 kgm
My2 = 1/4 . Px . L = 1/4 × 57,358 × 4 = 57,358 kgm
3. Beban Angin
TEKAN HISAP
Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m2
Koefisien kemiringan atap (a) = 35°
1. Koefisien angin tekan = (0,02a – 0,4) = 0,3
2. Koefisien angin hisap = – 0,4
Beban angin :
1. Angin tekan (W1) = koef. Angin tekan × beban angin × 1/2 × (s1+s2)
= 0,3 × 25 × ½ × (1,526 + 1,526) = 11,445 kg/m
2. Angin hisap (W2) = koef. Angin hisap × beban angin × 1/2 × (s1+s2)
= – 0,4 × 25 × ½ × (1,526 + 1,526) = -15,26 kg/m
Beban yang bekerja pada sumbu x, maka hanya ada harga Mx :
1. Mx (tekan) = 1/8 . W1 . L2 = 1/8 × 11,445 × (4)2 = 22,89 kgm
commit to user
Kombinasi = 1,2D + 1,6L ± 0,8w
1. Mx
Mx (max) = 1,2D + 1,6L + 0,8w
= 1,2(179,886) + 1,6(81,916) + 0,8(22,89) = 365,241 kgm
Mx (min) = 1,2D + 1,6L - 0,8w
= 1,2(179,886) + 1,6(81,916) - 0,8(22,89) = 328,617 kgm
2. My
Mx (max) = Mx (min)
[image:36.595.110.538.79.503.2]= 1,2(125,958) + 1,6(57,358) = 242,922 kgm
Tabel 3.1 Kombinasi Gaya Dalam pada Gording
Momen Beban Mati (kgm) Beban Hidup (kgm)
Beban Angin Kombinasi
Tekan (kgm) Hisap (kgm) Minimum (kgm) Maksimum (kgm) Mx My 179,886 125,958 81,916 57,358 22,89 - -30,52 - 328,617 242,922 365,241 242,922
3.3.3. Kontrol Tahanan Momen
1. Kontrol terhadap momen maksimum
Mx = 365,241 kgm = 36524,1 kgcm
My = 242,922 kgm = 24292,2 kgcm
Asumsikan penampang kompak :
Mnx = Zx . fy = 65,2 × 2400 = 156480 kgcm
Mny = Zy . fy = 19,8 × 2400 = 47520 kgcm
Check tahanan momen lentur yang terjadi :
1 .
. nx + Mny £ My M Mx f f 1 83 , 0 24292,2 36524,1 £ =
2. Kontrol terhadap momen Minimum
Mx = 328,617 kgm = 32861,7 kgcm
My = 242,922 kgm = 24292,2 kgcm
Asumsikan penampang kompak :
Mnx = Zx . fy = 65,2 × 2400 = 156480 kgcm
Mny = Zy . fy = 19,8 × 2400 = 47520 kgcm
Check tahanan momen lentur yang terjadi :
1 .
. nx + Mny £ My M Mx f f 1 80 , 0 47520 × 9 , 0 24292,2 156480 × 9 , 0 32861,7 £ =
+ …….. OK J
3.3.4. Kontrol Terhadap Lendutan
Di coba profil : 150 × 75 × 20 × 4,5
E = 2,1 × 106 kg/cm2
Ix = 489 cm4
Iy = 99,2 cm4
qx = 0,6298 kg/cm
qy = 0,8994 kg/cm
Px = 57,358 kg
Py = 81,916 kg
Zijin = 400 1,667cm 240
1
= ´
Zx =
Iy E L Px Iy E L qx . . 48 . . . 384 . .
5 4 3
+ 400 × 358 , 57 ) 400 ( × 0,6298 ×
5 4 3
commit to user
Zy =
Ix E L Py Ix E L qy . . 48 . . . 384 . .
5 4 3
+ = 489 × 10 . 1 , 2 × 48 ) 400 ( × 916 , 81 489 × 10 1 , 2 × 384 ) 400 ( × 0,8994 × 5 6 3 6 4 +
´ = 0,3983 cm
Z = Zx2+Zy2
= (1,3749)2 +(0,3983)2 = 1,431 cm
Z £ Zijin
1,431 cm £ 1,667 cm ……… aman !
Jadi, baja profil lip channels ( ) dengan dimensi 150 × 75 × 20 × 4,5 aman dan
mampu menerima beban apabila digunakan untuk gording.
[image:38.595.106.514.75.672.2]3.4
Perencanaan Setengah Kuda-Kuda
3.4.1. Perhitungan Panjang Batang Setengah Kuda-Kuda
[image:39.595.117.440.170.533.2]Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 3.2 Perhitungan Panjang Batang Pada Setengah Kuda-Kuda
Nomor Batang Panjang Batang ( Meter )
1 1,250
2 1,250
3 1,250
4 1,250
5 1,526
6 1,526
7 1,526
8 1,526
9 0,875
10 1,526
11 1,751
12 2,151
13 2,626
14 2,908
15 3,501
commit to user
Gambar 3.3. Luasan Atap Setengah Kuda-Kuda
Panjang atap ji’ = ½ × 1,526 = 0,763 m
Panjang atap jh’ = 1,526 m
Panjang atap jg’ = ji’ + jh’ = 0,763 + 1,526 = 2,289 m
Panjang atap jf’ = ji’ + jg’ = 0,763 + 2,289 = 3,052 m
Panjang atap je’ = ji’ + jf’ = 0,763 + 3,052 = 3,815 m
Panjang atap jd’ = ji’ + je’ = 0,763 + 3,815 = 4,578 m
Panjang atap jc’ = ji’ + jd’ = 0,763 + 4,578 = 5,341 m
Panjang atap jb’ = ji’ + jc’ = 0,763 + 5,341 = 6,104 m
Panjang atap b’a’ = 1,221 m
Panjang atap ja’ = jb’ + b’a’= 6,104 + 1,221 = 7,325 m
Panjang atap a’c’ = ji’ + b’a’ = 0,763 + 1,221 = 1,984 m
Panjang atap c’e’ = jh’ = e’g’ = g’i’ = 1,526 m
Panjang atap as = 6 m
Panjang atap br = ' '.
ja as jb
= 5 m
Panjang atap cq =
ja as
jc'.
= 4,375 m
Panjang atap dp =
ja as
jd'.
Panjang atap eo =
ja as
je'.
= 3,125 m
Panjang atap fn =
ja as
jf'.
= 2,50 m
Panjang atap gm =
ja as
jg'.
= 1,875 m
Panjang atap hl =
ja as
jh'.
= 1,25 m
Panjang atap ik =
ja as ji'.
= 0,625 m
Luas atap cqas = ). ' ' 2
(cq+as a c
= )×2,035 2
6 4,375
( +
= 10,292 m2
Luas atap eocq = ). ' ' 2
(eo+cq ce
= ) 1,526
2 375 , 4 125 , 3 ( + ´
= 5,723 m2
Luas atap gmeo = ). ' ' 2
(gm+eo e g
= )×1,526 2 125 , 3 875 , 1 ( +
= 3,185 m2
Luas atap ikgm = ). ' ' 2
(ik+gm g i
= )×1,526
2 875 , 1 625 , 0 ( +
commit to user
Gambar 3.4. Luasan Plafond Setengah Kuda-Kuda
Panjang plafond ji’ = ½ × 1,250 = 0,625 m
Panjang plafond jh’ = 1,250 m
Panjang plafond jg’ = ji’ + jh’ = 0,625 + 1,250 = 1,875 m
Panjang plafond jf’ = ji’ + jg’ = 0,625 + 1,875 = 2,50 m
Panjang plafond je’ = ji’ + jf’ = 0,625 + 2,50 = 3,125 m
Panjang plafond jd’ = ji’ + je’ = 0,625 + 3,125 = 3,750 m
Panjang plafond jc’ = ji’ + jd’ = 0,625 + 3,750 = 4,375 m
Panjang plafond jb’ = ji’ + jc’ = 0,625 + 4,375 = 5,0 m
Panjang plafond b’a’ = 1,0 m
Panjang plafond ja’ = jb’ + b’a’= 5,0 + 1,0 = 6,0 m
Panjang plafond c’e’ = jh’ = e’g’ = g’i’ = 1,250 m
Panjang plafond as = 6 m
Panjang plafond br = ' '.
ja as jb
= 5 m
Panjang plafond cq =
ja as
jc'.
= 4,375 m
Panjang plafond dp =
ja as
jd'.
= 3,750 m
Panjang plafond eo =
ja as
je'.
= 3,125 m
Panjang plafond fn =
ja as
jf'.
= 2,50 m
Panjang plafond gm =
ja as
jg'.
= 1,875 m
Panjang plafond hl =
ja as
jh'.
= 1,25 m
Panjang plafond ik =
ja as ji'.
= 0,625 m
Luas plafond cqas = ). ' ' 2
(cq+as ac
= )×1,625 2
6 4,375
( +
= 8,430 m2
Luas plafond eocq = ). ' ' 2
(eo+cq ce
= )×1,250
2 375 , 4 125 , 3 ( +
= 4,688 m2
Luas plafond gmeo = ). ' ' 2
commit to user
Luas plafond ikgm = ). ' ' 2
(ik+gm g i
= )×1,250
2 875 , 1 625 , 0
( +
= 1,563 m2
Luas plafond jik = ½ . ik . ji’
= ½ × 0,625 × 0,625
= 0,195 m2
3.4.3. Perhitungan Pembebanan Setengah Kuda-Kuda
Data pembebanan :
Berat gording = 11 kg/m (sumber : tabel baja)
Berat penutup atap = 50 kg/m2 (sumber : PPIUG 1983)
Berat penggantung dan plafond = 18 kg/m2 (sumber : PPIUG 1983)
Beban hujan = (40 – 0,8α ) kg/m2
[image:44.595.111.474.83.673.2]= 40 – 0,8 × 35 = 12 kg/m2
3.4.3.1. Perhitungan Beban
1. Beban Mati
a. Beban P1
1. Beban gording = berat profil gording × panjang gording br
= 11 × 5
= 55 kg
2. Beban atap = luas atap cqas × berat atap
= 10,292 × 50
= 514,6 kg
3. Beban plat sambung = 30% × beban kuda-kuda
= 30% × 9,38
= 2,814 kg
4. Beban bracing = 10% × beban kuda-kuda
= 10% × 9,38
= 0,938 kg
5. Beban plafond =luas plafond cqas × berat plafond
= 8,430 × 18
= 151,74 kg
b. Beban P2
1. Beban gording = berat profil gording × panjang gording dp
= 11 × 3,750
= 41,25 kg
2. Beban atap = luas atap eocq × berat atap
= 5,723 × 50
= 286,15 kg
commit to user
4. Beban bracing = 10% × beban kuda-kuda
= 10% × 18,43
= 1,843 kg
c. Beban P3
1. Beban gording = berat profil gording × panjang gording fn
= 11 × 2,50
= 27,50 kg
2. Beban atap = luas atap gmeo × berat atap
= 3,185 × 50
= 159,25 kg
3. Beban plat sambung = 30% × beban kuda-kuda
= 30% × 23,51
= 7,053 kg
4. Beban bracing = 10% × beban kuda-kuda
= 10% × 23,51
= 2,351 kg
d. Beban P4
1. Beban gording = berat profil gording × panjang gording hl
= 11 × 1,25
= 13,75 kg
2. Beban atap = luas atap ikgm × berat atap
= 1,908 × 50
= 95,4 kg
3. Beban plat sambung = 30% × beban kuda-kuda
= 30% × 29,02
= 8,706 kg
4. Beban bracing = 10% × beban kuda-kuda
= 10% × 29,02
e. Beban P5
1. Beban atap = luas atap jik × berat atap
= 0,238 × 50
= 11,9 kg
2. Beban plat sambung = 30% × beban kuda-kuda
= 30% × 16,99
= 5,097 kg
3. Beban bracing = 10% × beban kuda-kuda
= 10% × 16,99
= 1,699 kg
f. Beban P6
1. Beban plafond =luas plafond eocq × berat plafond
= 4,688 × 18
= 84,38 kg
2. Beban plat sambung = 30% × beban kuda-kuda
= 30% × 11,41
= 3,423 kg
3. Beban bracing = 10% × beban kuda-kuda
= 10% × 11,41
= 1,141 kg
g. Beban P7
1. Beban plafond = luas plafond gmeo × berat plafond
= 3,125 × 18
= 56,25 kg
2. Beban plat sambung = 30% × beban kuda-kuda
= 30% × 19,53
= 5,859 kg
commit to user
h. Beban P8
1. Beban plafond = luas plafond ikgm × berat plafond
= 1,563 × 18
= 28,13 kg
2. Beban plat sambung = 30% × beban kuda-kuda
= 30% × 24,6
= 7,38 kg
3. Beban bracing = 10% × beban kuda-kuda
= 10% × 24,6
= 2,46 kg
i. Beban P9
1. Beban plafond =luas plafond jik × berat plafond
= 0,915 × 18
= 16,47 kg
2. Beban plat sambung = 30% × beban kuda-kuda
= 30% × 25,89
= 7,767 kg
3. Beban bracing = 10% × beban kuda-kuda
= 10% × 25,89
Tabel 3.3. Rekapitulasi Beban Mati Setengah Kuda-Kuda
Beban
Beban Gording
(kg)
Beban Atap
(kg)
Beban Plat Sambung
(kg)
Beban Bracing
(kg)
Beban Plafond
(kg)
Jumlah Beban
(kg)
Input SAP
(kg)
P1 55 514,6 2,814 0,938 151,74 725,09 726
P2 41,25 286,15 5,529 1,843 --- 334,77 335
P3 27,5 159,25 7,053 2,351 --- 196,15 197
P4 13,75 95,4 8,706 2,902 --- 120,76 121
P5 --- 11,9 5,097 1,699 --- 18,7 19
P6 --- --- 3,423 1,141 84,38 88,94 89
P7 --- --- 5,859 1,953 56,25 64,06 65
P8 --- --- 7,38 2,46 28,13 37,97 38
P9 --- --- 7,767 2,589 16,47 26,83 23
2. Beban Hidup
Beban hidup yang bekerja pada P1, P2, P3, P4, P5 = 100 kg
3. Beban Hujan
a. Beban P1 = beban hujan × luas atap cqas
= 12 × 10,292
= 123,504 kg
b. Beban P2 = beban hujan × luas atap eocq
= 12 × 5,723
= 68,676 kg
c. Beban P3 = beban hujan × luas atap gmeo
commit to user
d. Beban P4 = beban hujan × luas atap ikgm
= 12 × 1,908
= 22,896 kg
e. Beban P5 = beban hujan × luas atap jik
= 12 × 0,238
= 2,856 kg
Tabel 3.4. Rekapitulasi Beban Hujan Setengah Kuda-Kuda
Beban Beban
Hujan (kg)
Input SAP
(kg)
P1 123,504 124
P2 68,676 69
P3 38,22 39
P4 22,896 23
P5 2,856 3
4. Beban Angin
Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m2
1. Koefisien angin tekan = 0,02a- 0,40
= (0,02 × 35) – 0,40 = 0,3
a. W1 = luas atap cqas× koef. angin tekan × beban angin
= 10,292 × 0,3 × 25
= 77,19 kg
b. W2 = luas atap eocq× koef. angin tekan × beban angin
= 5,723 × 0,3 × 25
= 42,923 kg
c. W3 = luas atap gmeo× koef. angin tekan × beban angin
= 3,185 × 0,3 × 25
= 23,888 kg
d. W4 = luas atap ikgm × koef. angin tekan × beban angin
= 1,908 × 0,3 × 25
= 14,31 kg
e. W5 = luas atap jik× koef. angin tekan × beban angin
= 0,238 × 0,3 × 25
= 1,785 kg
Tabel 3.5. Perhitungan Beban Angin Setengah Kuda-Kuda
Beban
Angin Beban (kg)
Wx =
W.Cos a (kg)
Untuk Input
SAP 2000
(kg)
Wy =
W.Sin a(kg)
Untuk Input
SAP 2000
(kg)
W1 77,19 63,230 64 44,274 45
W2 42,923 35,160 36 24,620 25
W3 23,888 19,568 20 13,702 14
W4 14,31 11,722 12 8,208 9
commit to user 3.4.4. Model Struktur dan Pembebanan
1. Beban Mati
Gambar 3.7. Model Struktur dan Pembebanan Setengah Kuda-Kuda Akibat Beban
Mati
Tabel 3.6. Rekapitulasi Beban Mati Setengah Kuda-Kuda
Beban Beban Mati (kg)
P1 726
P2 335
P3 197
P4 121
P5 19
P6 89
P7 65
P8 38
2. Beban Hidup
Gambar 3.8. Model Struktur dan Pembebanan Setengah Kuda-Kuda Akibat Beban
Hidup
Tabel 3.7. Rekapitulasi Beban Hidup Setengah Kuda-Kuda
Beban Beban Hidup (kg)
P1 100
P2 100
P3 100
P4 100
commit to user 3. Beban Hujan
Gambar 3.9. Model Struktur dan Pembebanan Setengah Kuda-Kuda Akibat Beban
Hujan
Tabel 3.8. Rekapitulasi Beban Hujan Setengah Kuda-Kuda
Beban Beban Mati (kg)
P1 124
P2 69
P3 39
P4 23
4. Beban Angin
Gambar 3.10. Model Struktur dan Pembebanan Setengah Kuda-Kuda Akibat
Beban Angin
Tabel 3.9. Rekapitulasi Beban Angin Setengah Kuda-Kuda
Beban Beban Angin (kg)
P1x 64
P1y 45
P2x 36
P2y 25
P3x 20
P3y 14
P4x 12
P4y 9
P5x 2
commit to user
Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 2000 diperoleh
gaya batang yang bekerja pada batang setengah kuda-kuda sebagai berikut:
Tabel 3.10. Rekapitulasi Gaya Batang Setengah Kuda-Kuda
Batang
Kombinasi
Tarik (+)
( kg )
Tekan (-)
( kg )
1 549,88 ---
2 549,20 ---
3 124,75 ---
4 --- 438,77
5 --- 671,60
6 --- 102,40
7 437,13 ---
8 834,28 ---
9 122,80 ---
10 --- 614,14
11 430,73 ---
12 --- 690,85
13 606,35 ---
14 --- 767,10
15 2,42 ---
3.4.5. Perencanaan Profil Setengah Kuda–Kuda
1. Perhitungan Profil Batang Tarik
Pmaks. = 834,28kg
Fy = 2400 kg/cm2 (240 MPa)
Fu = 3700 kg/cm2 (370 MPa)
Ag perlu =
Fy
Pmak
= 2400 834,28
Dari tabel baja didapat data :
Ag = 4,30 cm2
x = 1,28 cm
An = 2 . Ag – d . t
= 2 × 430 – 14,7 × 5 = 786,5 mm2
L = Sambungan dengan diameter
= 3 × 12,7 = 38,1 mm
x = 12,8 mm
U =
L x
-1
= 1 -1 , 38 12,8
= 0,664
Ae = U . An
= 0,664 × 786,5
= 522,236 mm2
Check kekuatan nominal
Fu Ae Rn=0,75. .
f
= 0,75 × 522,236 × 370
= 144920,49 N
= 14492,049 kg > 834,28kg…… OK J
2. Perhitungan Profil Batang 15 ( Batang Tarik )
Pmaks. = 834,28kg
Fy = 2400 kg/cm2 (240 MPa)
Fu = 3700 kg/cm2 (370 MPa)
Ag perlu = Pmak = 2400 834,28
commit to user
Dari tabel baja didapat data :
Ag = 6,465 cm2
x = 3,815 cm
An = Ag – d . t
= 646,5 – 38,15 × 2,8 = 539,68 mm2
L = Sambungan dengan diameter
= 3 × 12,7 = 38,1 mm
x = 38,15 mm
U =
L x
-1
= 1 -1 , 38 38,15
= 1,001
Ae = U . An
= 1,001 × 539,68
= 540,22 mm2
Check kekuatan nominal
Fu Ae Rn=0,75. .
f
= 0,75 × 540,22 × 370
= 149911,05 N
= 14991,105 kg > 834,28kg…… OK J
3. Perhitungan Profil Batang Tekan
Pmaks. = 767,10kg
Fy = 2400 kg/cm2 (240 MPa)
Fu = 3700 kg/cm2 (370 MPa)
L = 2,908 m = 290,8 cm
Ag perlu =
Fy
Pmak
= 2400 767,10
= 0,3196 cm2
Dari tabel baja didapat data :
Ag = 2 × 4,30 = 8,6 cm2
r = 1,35 cm = 13,5 mm
b = 45 mm
t = 5 mm
Periksa kelangsingan penampang :
y
f t
b£ 200
=
240 200 5
45
£ = 9
£
12,91l =
r L K.
= 35 , 1
8 , 290 × 1
= 215,41
c
l =
E Fy
p l
=
200000 240 14
, 3 215,41
= 2,376 …… lc ≥ 1,2 ω =1,25.lc2 ω =1,25.lc2
= 1,25 × 2,376 2
= 7,067
Rn =Ag.Fcr
= 8,6 × 7,067
2400
= 2920,62
767,10
=
commit to user 3.4.6. Perhitungan Alat Sambung
1. Batang Tarik
Digunakan alat sambung baut-mur ( A490,Fub = 825 Mpa = 8250 kg/cm2 )
Diameter baut (Æ) = 12,7 mm = 1,27 cm
Diamater lubang = 1,47 cm
Tebal pelat sambung (d) = 0,625 . d
= 0,625 × 1,27
= 0,794 cm
Menggunakan tebal plat 0,80 cm (BJ 37,fu = 3700 kg/cm2)
Tegangan tumpu penyambung
Rn = f(2,4.fu.dt)
= 0,75 × (2,4 × 3700 × 1,27 × 0,5)
= 4229,1 kg/baut
Tegangan geser penyambung
Rn = n.0,5.fub.Ab
= 2 × 0,5 ×8250 × ((0,25 × 3,14 × (1,27)2)
= 10445,544 kg/baut
Tegangan tarik penyambung
Rn = 0,75.fub.Ab
= 0,75 × 8250 × ((0,25 × 3,14 × (1,27)2)
= 7834,158 kg/baut
P yang menentukan adalah Ptumpu = 4229,1 kg
Perhitungan jumlah baut-mur :
35 , 0 4229,1
1473,81 P
P n
tumpu
maks. = =
= ~ 2 baut
Perhitungan jarak antar baut :
1. 1,5d £ S1£ 3d
Diambil, S1 = 2,5 . d = 2,5 × 1,27
= 3,175 cm
= 3 cm
2. 2,5 d £ S2£ 7d
Diambil, S2 = 5 . db = 5 × 1,27
= 6,35 cm
= 6 cm
2. Batang Tekan
Digunakan alat sambung baut-mur ( A490,Fub = 825 Mpa = 8250 kg/cm2 )
Diameter baut (Æ) = 12,7 mm = 1,27 cm
Diamater lubang = 1,47 cm
Tebal pelat sambung (d) = 0,625 . d
= 0,625 × 1,27
= 0,794 cm
Menggunakan tebal plat 0,80 cm (BJ 37,fu = 3700 kg/cm2)
Tegangan tumpu penyambung
Rn = f(2,4.fu.dt)
= 0,75 × (2,4 × 3700 × 1,27 × 0,5)
= 4229,1 kg/baut
Tegangan geser penyambung
Rn = b
b u A
f
n.0,5. .
= 2 × 0,5 ×8250 × ((0,25 × 3,14 × (1,27)2)
= 10445,544 kg/baut
commit to user
P yang menentukan adalah Ptumpu = 4229,1 kg
Perhitungan jumlah baut-mur :
35 , 0 4229,1
1475,45 P
P n
tumpu
maks. = =
= ~ 2 baut
Digunakan : 2 baut
Perhitungan jarak antar baut (SNI Pasal 13.14) :
Perhitungan jarak antar baut :
1. 1,5d £ S1£ 3d
Diambil, S1 = 2,5 . d = 2,5 × 1,27
= 3,175 cm
= 3 cm
2. 2,5 d £ S2£ 7d
Diambil, S2 = 5 . db = 5 × 1,27
= 6,35 cm
Tabel 3.11. Rekapitulasi Perencanaan Profil Setengah Kuda-Kuda
Nomor
Batang Dimensi Profil Baut (mm)
1 ûë 45 . 45 . 5 2 Æ 12,7
2 ûë 45 . 45 . 5 2 Æ 12,7
3 ûë 45 . 45 . 5 2 Æ 12,7
4 ûë 45 . 45 . 5 2 Æ 12,7
5 ûë 45 . 45 . 5 2 Æ 12,7
6 ûë 45 . 45 . 5 2 Æ 12,7
7 ûë 45 . 45 . 5 2 Æ 12,7
8 ûë 45 . 45 . 5 2 Æ 12,7
9 ûë 45 . 45 . 5 2 Æ 12,7
10 ûë 45 . 45 . 5 2 Æ 12,7
11 ûë 45 . 45 . 5 2 Æ 12,7
12 ûë 45 . 45 . 5 2 Æ 12,7
13 ûë 45 . 45 . 5 2 Æ 12,7
14 ûë 45 . 45 . 5 2 Æ 12,7
commit to user
3.5
Perencanaan Jurai
Gambar 3.11. Rangka Batang Jurai
3.5.1. Perhitungan Luasan Jurai
Panjang atap yx’ = ½ × 1,526 = 0,763 m
Panjang atap yx’ = x’u’ = u’r’ = r’o’ = o’l’ = l’i’= i’f’= f’c’
Panjang atap x’r’ = 1,526 m
Panjang atap x’r’ = r’l’ = l’f’
Panjang atap c’z’ = 1,221 m
Panjang atap f’z’ = f’c’ + c’z’ = 0,763 + 1,221 = 1,984 m
Panjang atap b’z = 3,0 m
Panjang atap ef = 2,188 m
Panjang atap kl = 1,563 m
Panjang atap qr = 0,960 m
Panjang atap wx = 0,313 m
Panjang atap bc = ab = 2,5 m
Panjang atap hi = gh = 1,875 m
Panjang atap no = mn = 1,25 m
Panjang atap tu = st = 0,625 m
Luas atap a’b’zfed = 2 . ( ÷ ø ö ç è æ + 2 z b' ef . f’z’)
= 2 × ( ÷
ø ö ç è æ + 2 3 2,188 × 1,984)
= 10,293 m2
Luas atap deflkj = 2 . ( ÷ ø ö ç è æ + 2 ef kl . l’f’)
= 2 × ( ÷
ø ö ç è æ + 2 2,188 1,563 × 1,526)
= 5,724 m2
Luas atap jklrqp = 2 . ( ÷ ø ö ç è æ + 2 kl qr . r’l’)
= 2 × ( ÷
commit to user
Luas atap pqrxwv = 2 . ( ÷ ø ö ç
è
æ +
2 qr wx
. x’r’)
= 2 × ( ÷
ø ö ç
è
æ +
2 0,960 0,313
× 1,526)
= 1,943 m2
Luas atap vwxy = 2 . (½ . wx . yx’)
= 2 × (½ × 0,313 × 0,763)
= 0,239 m2
Panjang gording abc = ab + bc
= 2,5 + 2,5
= 5 m
Panjang gording ghi = gh + hi
= 1,875 + 1,875
= 3,75 m
Panjang gording mno = mn + no
= 1,25 + 1,25
= 2,5 m
Panjang gording stu = st + tu
= 0,625 + 0,625
= 1,25 m
3.5.2. Perhitungan Pembebanan Jurai
Data pembebanan :
Berat gording = 11 kg/m
Berat penutup atap = 50 kg/m2
Beban hujan = (40 – 0,8α ) kg/m2
Gambar 3.13. Pembebanan Jurai Akibat Beban Mati
3.5.2.1. Perhitungan Beban
1. Beban Mati
a. Beban P1
1. Beban gording = berat profil gording × panjang gording abc
= 11 × 5
= 55 kg
2. Beban atap = luas atap a’b’zfed × berat atap
= 10,292 × 50
= 514,6 kg
b. Beban P2
1. Beban gording = berat profil gording × panjang gording ghi
= 11 × 3,75
= 41,25 kg
2. Beban atap = luas atap deflkj × berat atap
= 5,724 × 50
commit to user
2. Beban atap = luas atap jklrqp × berat atap
= 3,850 × 50
= 192,5 kg
d. Beban P4
1. Beban gording = berat profil gording × panjang gording stu
= 11 × 1,25
= 13,75 kg
2. Beban atap = luas atap pqrxwv × berat atap
= 1,943 × 50
= 97,15 kg
e. Beban P5
1. Beban atap = luas atap vwxy × berat atap
= 0,239 × 50
= 11,95 kg
Tabel 3.12. Rekapitulasi Beban Mati Jurai
Beban
Beban Gording
(kg)
Beban Atap
(kg)
Jumlah Beban
(kg)
Input SAP
(kg)
P1 55 514,6 569,6 570
P2 41,25 286,2 327,45 328
P3 27,50 192,5 220 220
P4 13,75 97,15 110,9 111
P5 --- 11,95 11,95 12
2. Beban Hidup
3. Beban Hujan
a. Beban P1 = beban hujan × luas atap a’b’zfed
= 12 × 10,293
= 123,516 kg
b. Beban P2 = beban hujan × luas atap deflkj
= 12 × 5,724
= 68,688 kg
c. Beban P3 = beban hujan × luas atap jklrqp
= 12 × 3,850
= 46,2 kg
d. Beban P4 = beban hujan × luas atap pqrxwv
= 12 × 1,943
= 23,316 kg
e. Beban P5 = beban hujan × luas atap vwxy
= 12 × 0,239
= 2,868 kg
Tabel 3.13. Rekapitulasi Beban Hujan Jurai
Beban Beban
Hujan (kg)
Input SAP
(kg)
P1 123,516 124
P2 68,688 69
P3 46,2 47
P4 23,316 24
commit to user 4. Beban Angin
Gambar 3.14. Pembebanan Jurai Akibat Beban Angin
Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m2
1. Koefisien angin tekan = 0,02a- 0,40
= (0,02 × 35) – 0,40 = 0,3
a. W1 = luas atap a’b’zfed× koef. angin tekan × beban angin
= 10,293 × 0,3 × 25
= 77,198 kg
b. W2 = luas atap deflkj× koef. angin tekan × beban angin
= 5,724 × 0,3 × 25
= 42,93 kg
c. W3 = luas atap jklrqp× koef. angin tekan × beban angin
= 3,850 × 0,3 × 25
= 28,875 kg
d. W4 = luas atap pqrxwv × koef. angin tekan × beban angin
= 1,943 × 0,3 × 25
= 14,573 kg
e. W5 = luas atap vwxy× koef. angin tekan × beban angin
= 0,239 × 0,3 × 25
Tabel 3.14. Perhitungan Beban Angin Jurai
Beban
Angin Beban (kg)
Wx =
W . Cos a (kg)
Untuk Input
SAP 2000
(kg)
Wy =
W . Sin a(kg)
Untuk Input
SAP 2000
(kg)
W1 77,198 63,237 64 44,279 45
W2 42,93 35,166 36 24,624 25
W3 28,875 23,653 24 16,562 14
W4 14,573 11,938 12 8,359 9
W5 1,793 1,469 2 1,028 2
3.5.3. Model Struktur dan Pembebanan
1. Beban Mati
Gambar 3.15. Model Struktur dan Pembebanan Jurai Akibat Beban Mati
Tabel 3.15. Rekapitulasi Beban Mati Jurai
Beban Beban Mati (kg)
P1 570
P2 328
commit to user 2. Beban Hidup
Gambar 3.16. Model Struktur Dan Pembebanan Jurai Akibat Beban Hidup
Tabel 3.16. Rekapitulasi Beban Hidup Jurai
Beban Beban Hidup (kg)
P1 100
P2 100
P3 100
P4 100
3. Beban Hujan
Gambar 3.17. Model Struktur dan Pembebanan Jurai Akibat Beban Hujan
Tabel 3.17. Rekapitulasi Beban Hujan Jurai
Beban Beban Hujan (kg)
P1 124
P2 69
P3 47
P4 24
commit to user 4. Beban Angin
Gambar 3.18. Model Struktur dan Pembebanan Jurai Akibat Beban Angin
Tabel 3.18. Rekapitulasi Beban Angin Jurai
Beban Beban Angin (kg)
P1x 64
P1y 45
P2x 36
P2y 25
P3x 24
P3y 14
P4x 12
P4y 9
P5x 2
3.5.4. Perencanaan Profil Jurai
Dicoba menggunakan baja profil tipe lip channels in front to front arrangement
( ) 150 × 130 × 20 × 3,2 pada perencanaan jurai dengan data sebagai berikut :
E = 2,1 × 106 kg/cm2
Ix = 664 cm4