• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komponen Struktur Baja dengan AISC-LRFD 2005: Teori. Bambang Suryoatmono Unpar. Metode Desain

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Komponen Struktur Baja dengan AISC-LRFD 2005: Teori. Bambang Suryoatmono Unpar. Metode Desain"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Komponen

Struktur Baja dengan

AISC-LRFD 2005: Teori

Bambang Suryoatmono

Unpar

(2)

Metode Desain AISC ‘05

„

Desain dengan Kekuatan Izin (ASD)

„

LRFD dengan Analisis Elastis

Desain dengan Kekuatan Izin

(Allowable

Strength

Design

)

„

Kuat izin setiap komponen struktur tidak boleh

kurang dari kekuatan yang dibutuhkan

n

u

R

R

Ru= kekuatan yang dibutuhkan (ASD) Rn= kekuatan nominal

Ω = faktor keamanan Rn/Ω = kuat izin

(3)

Desain dengan Kekuatan Izin (Allowable

Strength

Design

) (lanjutan)

„

Gaya dalam pada komponen struktur dilakukan

dengan analisis elastis orde pertama pada

kondisi beban kerja

„

Efek orde kedua dan inelastisitias ditinjau

secara tidak langsung

„

Faktor keamanan diterapkan hanya pada sisi

tahanan, dan keamanan dihitung pada kondisi

beban kerja (tak terfaktor)

„

Jadi pada ASD reliabilitas yang seragam tidak

mungkin dicapai

Metode desain

LRFD dengan Analisis Elastis

„ Kuat rencana setiap komponen struktur tidak boleh

kurang dari kekuatan yang dibutuhkan yang ditentukan berdasarkan kombinasi pembebanan LRFD

n

u

R

R

φ

Ru= kekuatan yang dibutuhkan (LRFD) Rn= kekuatan nominal

(4)

LRFD dengan Analisis Elastis

(lanjutan)

„ LRFD memperhitungkan keamanan pada kedua sisi

(efek beban dan tahanan)

„ Setiap kondisi beban mempunyai faktor beban yang

berbeda yang memperhitungkan derajat uncertainty, sehingga dimungkinkan untuk mendapatkan reliabilitas seragam

„ Analisis yang dapat dipilih untuk mendapatkan efek

beban:

… Analisis Elastis Orde Kedua, atau

… Analisis Elastis Orde Pertama dan efek orde kedua

diperhitungkan dengan menggunakan faktor amplifikasi momen B1dan B2.

„ Efek inelastis ditinjau secara tidak langsung.

LRFD dengan Analisis Elastis

(lanjutan)

„

Indeks Reliabilitas = indeks keamanan =

2 2

)

/

ln(

Q R n n

V

V

Q

R

+

=

β

beban

efek

variasi

koefisien

tahanan

variasi

koefisien

rata

rata

beban

efek

rata

rata

tahanan

=

=

=

=

Q R

V

V

Q

R

(5)

LRFD dengan Analisis Elastis

(lanjutan)

) / ln(R Q ln(R/Q) 2 2 Q R V V + β Pf= P[ln(R/Q<0]

Jika Pf↓ maka β ↑. AISC: β = 3.0 (komponen struktur), β = 4.5 (sambungan) Probability Density

Kombinasi Pembebanan pada

LRFD dengan Analisis Elastis

„

1.4D

„

1.2D + 1.6L + 0.5(L

a

atau H)

„

1.2D + 1.6(L

a

atau H) + (γ

L

L atau 0.8W)

„

1.2D + 1.3W + γ

L

L + 0.5(L

a

atau H)

„

1.2D + 1.0E + γ

L

L

„

0.9D + (1.3W atau 1.0E)

(6)

Kombinasi Pembebanan pada LRFD

dengan Analisis Elastis (lanjutan)

„

D = beban mati

„

L = beban hidup

„

L

a

= beban hidup di atap

„

H = beban hujan

„

W = beban angin

„

E = beban gempa

„

<

=

kPa

5

L

jika

1

kPa

5

L

jika

5

.

0

L

γ

Material Baja

(7)

Hubungan Tegangan – Regangan

(Hasil uji tarik)

ε f Fu Fy E 1

Material Properties

„

Modulus Elastisitas E = 200000 MPa

„

Rasio Poisson µ = 0.3

„

Modulus Geser,

diambil 77200 MPa (AISC ‘05), 80000 (SNI)

)

1

(

2

+

µ

=

E

G

(8)

Material Properties

290 500 BJ 50 410 550 BJ 55 360 520 BJ 52 250 410 BJ 41 240 370 BJ 37 210 340 BJ 34 Tegangan leleh tarik Fy(MPa) Tegangan putus tarik Fu(MPa) Jenis Baja

Komponen Struktur

Tarik

(9)

Kuat Tarik Rencana

)

75

.

0

dan

9

.

0

min(

g y e u u

A

F

A

F

P

Leleh pada penampang bruto Fraktur pada penampang efektif Pu Pu

„Batas kelangsingan maksimum = 300 (AISC ‘05)

Luas Neto Efektif, A

e

„

A

n

= luas neto

„

U =

shear lag factor

„

Jika seluruh elemen penampang disambung,

maka luas neto efektif = luas neto (artinya U =

05) ' (AISC 1 (SNI) ) 9 . 0 dan 1 min( l l x U x U UA Ae n − = − = =

(10)

Faktor Shear Lag U

(11)

Eksentrisitas

untuk

menghitung U

Panjang sambungan untuk

menghitung U

(12)

Luas neto pada plat dengan lubang

berseling

s g g Pu 1 2 3 tebal = t

- n d t

A

A

n

=

g gt s Σ - n d t + A An g 4 2 =

mm

2

d

d

:

AISC

=

lubangstandar

+

rusak

Pu

Contoh Soal Komponen Struktur Tarik, ada Lubang Berseling

dlubang standar= db + 2 mm (untuk db< 22 mm) = db+ 3 mm untuk db> 22 mm)

AISC ‘05: Geser Blok (Block Shear

Rupture Strength

)

„

Geser Blok adalah kondisi batas di mana

tahanan ditentukan oleh jumlah kuat geser dan

kuat tarik pada segmen yang saling tegak lurus.

(13)

AISC ‘05: Geser Blok (Block Shear

Rupture Strength

) (lanjutan)

„

Φ = 0.75

„

A

gt

= luas bruto yang mengalami tarik

„

A

gv

= luas bruto yang mengalami geser

„

A

nt

= luas neto yang mengalami tarik

„

A

nv

= luas neto yang mengalami geser

AISC ‘05: Geser Blok (Block Shear

Rupture Strength

) (lanjutan)

„

U

bs

= koefisien reduksi, digunakan untuk

menghitung kuat fraktur geser blok

(

(0.6 )dan(0.6 )

)

min u nv bs u nt y gv bs u nt

n F A U F A F A U F A

R =

φ

+ +

φ

Leleh geser dan fraktur tarik Batas atas: fraktur tarik dan

(14)

AISC ‘05: Geser Blok (Block Shear

Rupture Strength

) (lanjutan)

AISC ‘05: Geser Blok (Block Shear

Rupture Strength

) (lanjutan)

Contoh Soal Komponen Struktur Tarik, dengan Geser Blok

(15)

Komponen Struktur

Tekan

Fenomena Tekuk pada Komponen

Struktur Tekan

„

Tekuk Lokal pada Elemen:

…

Tekuk Lokal di Flens (FLB)

…

Tekuk Lokal di Web (WLB)

„

Tekuk pada Komponen Struktur:

…

Tekuk Lentur (flexural buckling)

…

Tekuk Torsi (torsional buckling)

…

Tekuk Torsi Lentur (flexural torsional

buckling

)

(16)

Tekuk Lokal di flens

Potongan 1-1

Tekuk Lokal di web

(17)

Tekuk Lokal (flens dan web)

r

λ

Langsing SNI: tidak ada AISC: pakai Q <1 Tidak langsing (kompak dan non kompak)

t

b

=

λ

(18)

Batas Langsing – Tidak Langsing,λ

r

(19)

Batas Langsing – Tidak Langsing,λ

r

32.91 39.13 42.14 43.01 45.98 1.49 30.92 36.77 39.60 40.41 43.20 1.40 16.56 19.70 21.21 21.65 23.15 0.75 12.37 14.71 15.84 16.17 17.28 0.56 9.94 11.82 12.73 12.99 13.89 0.45 Fy= 410 MPa Fy= 290 MPa Fy= 250 MPa Fy= 240 MPa Fy= 210 MPa BJ55 BJ50 BJ41 BJ37 BJ34 Pengali y

F

E

Siku Sama Kaki Tunggal yang

Memikul Tekan

„

Untuk F

y

kecil, beberapa penampang adalah

langsing.

„

Untuk F

y

yang semakin besar, semakin banyak

penampang yang langsing

„

Jadi, faktor reduksi untuk elemen langsing Q

perlu dihitung (AISC ‘05)

„

Q = Q

s

Q

a

dengan Q

a

= 1 bila semua elemen

(20)

Q

s

untuk Siku Tunggal (AISC ‘05)

y F E 91 . 0 y F E 45 . 0 E F t b Qsy ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − =1.34 0.76 b/t Qs 1 2 53 . 0 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = t b F E Q y s 0.64

Tekuk Komponen Struktur

(21)

Tekuk Komponen Struktur

(lanjutan)

Simetri tunggal,

Tanpa sumbu simetri

Tekuk Torsi Lentur

Simetri ganda

Tekuk Torsi

Apapun

Tekuk Lentur

Dapat terjadi pada jenis

penampang

Tekuk Lentur

„ Hanya dapat terjadi terhadap sumbu utama (sumbu

dengan momen inersia max / min)

„ Kelangsingan komponen struktur didefinisikan dengan

… k = faktor panjang tekuk (SNI) = faktor panjang efektif (AISC) … L = panjang komponen struktur tekan

… r = jari-jari girasi

Batas kelangsingan maksimum untuk komponen struktur

r

kL

=

λ

(22)

Tegangan Kritis Tekuk Lentur (SNI)

E Fy c

π

λ

λ

=

ω

y cr

F

F

=

λ

c

> 1.2

0.25 < λ

c

< 1.2

ω = 1

λ

c

< 0.25

c λ ω 67 . 0 6 . 1 43 . 1 − = 2

25

.

1

λ

c

ω

=

ω adalah koefisien tekuk

Tegangan Kritis Tekuk Lentur

(AISC ‘05), Elemen Tidak Langsing

y e y

F

F

F

E

44

.

0

atau

71

.

4

λ

2 2

λ

π

E

F

e

=

y F F cr

F

F

e y

658

.

0

=

e cr

F

F

=

0

.

877

y e y

F

F

F

E

44

.

0

atau

71

.

4

<

>

λ

(23)

Tegangan Kritis Tekuk Lentur

(AISC ‘05), Elemen Langsing

2 2

λ

π

E

F

e

=

y F QF cr

Q

F

F

e y

658

.

0

=

e cr

F

F

=

0

.

877

y e y QF F QF E 44 . 0 atau 71 . 4 ≥ ≤ λ y e y QF F QF E 44 . 0 atau 71 . 4 < > λ

Tegangan Kritis Tekuk Lentur (AISC ‘05

dan SNI)

0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000 Fcr ( d alam F y ) SNI AISC 2005

(24)

Kuat Rencana Penampang Siku Ganda dan

T (AISC ’05 Sec E4(a) dan SNI Butir 9)

„ Sumbu x = sumbu tak simetri, y = sumbu simetri „ Hitung Fcr1(tekuk lentur) terhadap sumbu x „ Hitung Fcr2(tekuk torsi lentur) terhadap sumbu y

Fcryadalah tegangan kritis tekuk lentur yang didapat dari rasio

kelangsingan terhadap sb y untuk profil T dan kelangsingan modifikasi, untuk profil siku ganda,

Fcrzadalah „ Fcr= min(Fcr1 , Fcr2) „ ΦcPn= 0.85FcrAg(SNI) = 0.90FcrAg(AISC ’05)

(

)

⎟⎟ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ + − − + = 1 1 4 2 2 cry crz crz cry crz cry cr F F H F F H F F F 2 0 r A GJ F g crz =

Contoh perhitungan kuat tekan penampang siku ganda

penampang T

Kuat Rencana Penampang Siku

Tunggal (AISC ’05 Sec E5)

„ Sumbu r dan s adalah sumbu utama, dan sumbu x dan y

adalah sumbu sejajar kaki siku

„ Hitung Fcr(tekuk lentur) terhadap sumbu r atau s yang

mempunyai rasio kelangsingan terbesar

„ Apabila di ujung siku terdapat sambungan hanya di satu

kaki, hitung Fcr(tekuk lentur) terhadap sumbu berat x yang sejajar dengan kaki yang disambung, dengan

menggunakan rasio kelangsingan modifikasi, sesuai AISC ’05 Sec. E5a, b

„ Fcr= Fcrterkecil

„ ΦcPn= 0.90FcrAg Contoh Perhitungan Komponen Struktur Tekan: Siku Tunggal

(25)

Penampang lainnya (AISC ’05 Sec

E4(b)

„ Simetri ganda (tekuk

torsi)

„ Simetri tunggal (tekuk

torsi lentur), y sumbu simetri:

„ Tanpa sumbu simetri

(tekuk torsi lentur):

(

z

)

x y w e

I

I

GJ

L

K

EC

F

+

+

=

π

2 2

1

(

)

⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ + − − + = 1 1 4 2 2 ey ez ez ey ez ey e F F H F F H F F F ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − − ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − − − − − = ( )( )( ) ( ) ( ) 0 2 2 0 2 2 2 0 2 r y F F F r x F F F F F F F F F root F o ex e e o ey e e ez e ey e ex e e

Penampang lainnya (AISC ’05 Sec

E4(b) (lanjutan)

„ Simetri ganda:

… Periksa tekuk lentur terhadap sumbu simetri dengan

kelangsingan komponen struktur terbesar Fcr1

… Periksa tekuk torsi Fcr2

„ Simetri tunggal:

… Periksa tekuk lentur terhadap sumbu tak simetri x Fcr1 … Periksa tekuk torsi lentur terhadap sumbu simetri y, Fcr2

„ Tanpa sumbu simetri:

… Periksa tekuk lentur terhadap sumbu utama dengan

kelangsingan komponen struktur terbesar Fcr1

(26)

Penampang lainnya (AISC ’05 Sec

E4(b) (lanjutan)

g cr n c cr cr cr y e cr y y F QF cr

A

F

P

F

F

F

QF

E

F

F

QF

E

F

Q

F

e y

90

.

0

)

dan

min(

71

.

4

jika

877

.

0

71

.

4

jika

658

.

0

*

2 1 2 2

=

=

>

=

=

φ

λ

λ

Contoh Perhitungan Komponen Struktur Tekan Profil U, Profil I

Faktor Panjang Efektif

=

b c

L

I

L

I

G

„

Hitung G di kedua ujung komponen tekan,

G

A

dan G

B

„

Dapatkan k dari alignment chart

(27)

Alignment Chart

untuk mendapatkan k dari

G

A

dan G

B

(28)

Balok (Profil I)

Pengelompokan Penampang

p

λ

t

b

=

λ

Langsing (Balok Pelat) Tidak Kompak (Ada masalah tekuk lokal)

r

λ

Kompak (Tidak ada masalah tekuk lokal)

(29)

Batas-batas λ

p

dan λ

r

profil WF

(dirol)

Web

Flens

λ

r

λ

p

λ

Elemen

f f

t

b

2

w

t

h

y

F

E

76

.

3

y

F

E

38

.

0

y

F

E

70

.

5

y

F

E

0

.

1

Batas-batas λ

p

dan λ

r

(lanjutan)

y F E 76 . 3 y F E 38 . 0 E y F E 0 . 1 83.04 98.74 106.35 108.54 116.04 22.09 26.26 28.28 28.87 30.86 8.39 9.98 10.75 10.97 11.73 BJ55 BJ50 BJ41 BJ37 BJ34

(30)

Daftar Profil WF Standar JIS yang Non Kompak

(berdasarkan kelangsingan flensnya)

WF250x250x9x14 WF300x150x5.5x8 WF300x150x6.5x9 WF300x300x10x15 WF350x175x6x9 WF350x350x12x19 WF400x200x7x11 WF400x400x13x21 (lainnya: kompak) WF300x300x10x15 (lainnya: kompak) Tidak ada (semua kompak) BJ55 BJ50 BJ34, BJ37, BJ41

Jadi tidak ada yang langsing flensnya.

Semua web kompak Tabel Profil

Kondisi Batas Momen Lentur

„ Tercapainya Momen Plastis

(yielding)

„ Momen yang menyebabkan

terjadinya Tekuk Torsi Lateral (LTB)

„ Momen yang menyebabkan

terjadinya Tekuk Lokal di Flens Tekan (FLB)

„ Momen yang menyebabkan

terjadinya Tekuk Lokal di Web (WLB)

„ Momen yang menyebabkan

terjadinya leleh pada flens tarik (TFY)

Hanya untuk lentur terhadap

sumbu kuat Tidak ada untuk

penampang kompak Tidak ada untuk

penampang I Berlaku untuk lentur thd sumbu

kuat maupun lemah

Tidak ada untuk penampang I simetri ganda

(31)

Momen Leleh dan Momen Plastis

(terhadap sumbu kuat x)

bf d tw tf r x Fy Fy Fy Fy Distribusi tegangan normal akibat Myx Distribusi tegangan normal akibat Mpx

Momen Plastis

„

Terhadap sumbu x:

…

M

px

= Z

x

F

y „

Terhadap sumbu y:

…

M

py

= min(Z

y

F

y

dan 1.6S

y

F

y

)

Untuk profil WF hot rolled Standar JIS:

Z

y

< 1.6 S

y

, maka

(32)

Tekuk Torsi Lateral (LTB)

„

Dapat dicegah dengan memasang tumpuan

lateral (cross frame, diafragma, dsb

„

L

b

= jarak antara tumpuan lateral (simbol: x)

„

Kekuatan LTB diperiksa di setiap segmen L

b

Momen nominal M

n

untuk Tekuk

Torsi Lateral

Lb Mn Lr Lp

(

)

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − − − − = p p r p b y x p p b n M L L L L F S M M C M dan ) ( ) ( 7 . 0 min Mp ) dan min( cr x p n F S M M = Tidak ada LTB LTB inelastis LTB elastis

(33)

Besaran di dalam M

n

LTB

f y y ts r y y p ts b b cr x y ts t -d h y I F E r L F E r L r L E C F S h I r = = = = = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ = = flens berat pusat antara jarak lemah sumbu terhadap inersia momen 7 . 0 76 . 1 2 0 2 2 0 2 π π

Besaran

penampang

berbentuk I

d tw tf r

Ada di Tabel Baja Ind

• d, bf, tw, tf, r

• Ix, Iy, A, Sx, Sy ,rx, ry

Tidak Ada di Tabel Baja Indonesia:

r t d h t t d b t Z t d t t d t b Z t d I C f w f f f y f w f f f x f y w 2 2 ) 2 ( 4 1 4 2 ) 2 ( 4 1 ) ( 4 ) ( 2 2 2 2 − − = − + = − + − = − = SNI: Iw x y

(34)

Faktor Modifikasi untuk Momen tak

Seragam

⎟⎟

⎜⎜

+

+

+

=

dan

3

.

0

3

4

3

5

.

2

5

.

12

min

C B A max max

M

M

M

M

M

C

b

„

M

max

= |momen maks di segmen L

b

|

„

M

A

= |M di L

b

/4|

„

M

B

= |M di L

b

/2|

„

M

C

= |M di 3L

b

/4|

„

SNI: C

b

harus < 2.3. AISC ‘05: harus < 3.0

Faktor Modifikasi untuk Momen tak

Seragam (lanjutan)

(35)

Faktor Modifikasi untuk Momen tak

Seragam (lanjutan)

Mu Lb= L Cb= 1.67 Cb= 1.0 wu Lb= L Cb= 2.38 wu Lb= L/2 Cb= 2.38 Pu Lb= L Cb= 1.92 Pu Lb= L/2 Cb= 2.27 Kondisi batas Beban apapun

Momen Nominal untuk Tekuk Lokal Flens pada

Profil I Simetri ganda dengan Web Kompak,

Lentur Terhadap Sumbu x

r f f p t b λ λ < ≤ 2 E E p r p x y px px n M M F S M

λ

λ

λ

λ

− − − − = ( 0.7 )

Bila flens nonkompak, yaitu:

Bila flens langsing, yaitu:

f f r t b 2 <

λ

2 2 9 . 0 ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ = f f x c n t b S Ek M w c t h k = 4

dengan Ambil nilai kantara 0.35 sampai cdi

(36)

Momen Nominal untuk Tekuk Lokal Flens pada

Profil I Simetri ganda dengan Web Kompak,

Lentur Terhadap Sumbu y

r f f p t b λ λ < ≤ 2 y p F E 38 . 0 =

λ

y r F E 0 . 1 = λ p r p y y py py n M M F S M

λ

λ

λ

λ

− − − − = ( 0.7 )

Bila flens nonkompak, yaitu:

Kondisi batas

Bila flens langsing, yaitu:

f f r t b 2 <

λ

2 2 69 . 0 ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ = f f y n t b ES M

Tekuk Lokal Web (WLB)

„

Hanya mungkin terjadi pada penampang

berbentuk boks (persegi maupun persegi

panjang) dengan web yang non kompak

(37)

Leleh pada Flens Tarik (TFY)

„

Hanya dapat terjadi pada penampang I simetri

tunggal yang melentur terhadap sumbu kuat,

dengan S

xt

< S

xc t x xt

y

I

S

=

x c x xc

y

I

S

=

yc yt Momen negatif Flens tarik

Kuat Lentur Rencana Penampang I

Simetri Ganda dengan Web Kompak

„

Terhadap Sumbu Kuat x

…

M

n

= min(M

px

,M

nLTB

, M

nFLB

)

„

Terhadap Sumbu Lemah y

…

M

n

= min(M

py

, M

nFLB

)

„

M

< Φ

M

Hanya untuk flens non kompak atau langsing

(38)

Momen Biaksial

„

Persamaan interaksi untuk kondisi momen

biaksial (momen terhadap sumbu x dan

terhadap sumbu y):

0

.

1

+

ny b uy nx b ux

M

M

M

M

φ

φ

Contoh Perhitungan Momen Biaksial Profil I

Kuat Geser Penampang I Simetri

Ganda tanpa Pengaku (AISC ‘05)

„

Untuk Geser sejajar web

…Untuk profil gilas dengan

…Untuk profil gilas dengan atau

profil built-up w w v w y n n v u dt A C A F V V V = = ≤ 6 . 0 φ y w F E t h 24 . 2 ≤ 0 . 1 dan 0 . 1 = = v v C

φ

260 24 . 2 < < w y t h F E 5 dengan ) ( dan 90 . 0 = = = v v

v C seenext page k

φ

(39)

Koefisien Geser Web C

v

y v F E k 37 . 1 y v F E k 10 . 1 w y v v t h F E k C / / 10 . 1 = h/tw Cv 1.0 y w v v F E t h k C 2 ) / ( 51 . 1 = 0.8 260 tekuk inelastis Tekuk elastis leleh

Kuat Geser Penampang I Simetri

Ganda tanpa Pengaku (AISC ‘05)

„

Untuk Geser tegak lurus web

f f w v w y n n v u

t

b

A

C

A

F

V

V

V

2

6

.

0

=

=

φ

2

.

1

dengan

)

(

dan

90

.

0

=

=

=

v v v

k

page

previous

see

C

φ

Vu

(40)

Kuat Geser Penampang I tanpa

Pengaku (AISC) (lanjutan)

„ h/twmaksimum untuk semua profil hot rolled standar JIS

adalah 50 (WF346x174) dan 49.43 (WF800x300)

„ 2.24√(E/Fy) terkecil adalah untuk BJ 55, yaitu 49.47 „ Jadi: kuat geser rencana semua profil hot rolled Standar

JIS (kecuali WF346x174 Bj. 55) dapat dihitung dengan

… Geser sejajar web

… Geser tegak lurus web

V

u

φ

v

V

n

=

0

.

9

(

0

.

6

F

y

2

b

f

t

f

)

(

y w

)

n v

u

V

F

dt

V

φ

=

1

.

0

0

.

6

Contoh Perhitungan Kuat Geser Rencana Profil I Contoh Perhitungan Kuat Geser dan Kuat Lentur

Plat Landasan Balok

Dimensi plat landasan

•B = lebar (searah dengan lebar flens)

•N = panjang (searah dengan arah longitudinal balok •t = tebal

bf tw

B t

Plat landasan balok

N

(41)

Plat Landasan Balok (lanjutan)

„ N harus cukup untuk mencegah leleh pada badan (web

yielding) dan lipat pada badan (web crippling).

Web Yielding:

Penyebaran beban diasumsikan berarah 1:2.5 (vertikal : horizontal) N d N + 2.5k k R N + 5k k R

Plat Landasan Balok (lanjutan)

„

Kuat rencana untuk

Web Yielding di lokasi

tumpuan

„

Kuat rencana untuk

Web Yielding di lokasi

beban interior

1

dengan

)

5

.

2

(

=

+

=

φ

φ

φ

R

n

N

k

F

y

t

w

1

dengan

)

5

(

=

+

=

φ

φ

φ

R

n

N

k

F

y

t

w

(42)

Plat Landasan Balok (lanjutan)

„ Web Cripplingadalah tekuk di badan akibat gaya tekan yang disalurkan melalui flens. Faktor tahanan = 0.75.

„ Kuat rencana untuk Web Crippling di lokasi beban interior.

„ Kuat rencana untuk Web Crippling di lokasi tumpuan

w f y f w w n t t EF t t d N t R ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + = 5 . 1 2 3 1 80 . 0 φ φ 2 . 0 untuk 2 . 0 4 1 40 . 0 2 . 0 untuk 3 1 40 . 0 5 . 1 2 5 . 1 2 > ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + = ≤ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + = d N t t EF t t d N t R d N t t EF t t d N t R w f y f w w n w f y f w w n φ φ φ φ

Plat Landasan Balok (lanjutan)

„

Ukuran B ditetapkan sedemikian sehingga luas

BxN dapat mencegah terjadinya kegagalan

tumpu pada material di bawah plat landasan

(biasanya beton).

60

.

0

dan

4

dengan

85

.

0

1 2 1 2 1 '

=

=

c c c p c

A

A

A

A

A

f

P

φ

φ

φ

(43)

Plat Landasan Balok (lanjutan)

B

N

Plat landasan, luas = A1=BN

Luas tumpuan = A2 (konsentris dengan A1)

Denah

Plat Landasan Balok (lanjutan)

„

Tebal plat landasan t harus cukup untuk

memikul momen lentur pada plat landasan

dengan

y u

BNF

n

R

t

2

222

.

2

2

2k

B

n

=

(44)

Plat

Landasan

Kolom

Plat landasan kolom Pu 0.95d d N B bf 0.80bf n m

Plat

Landasan

Kolom

y u f p c u f f f c p c

BNF

P

l

t

n

n

m

l

db

n

X

X

P

P

b

d

db

X

b

B

n

d

N

m

A

A

A

f

P

9

.

0

2

)

'

,

,

max(

;

4

1

'

)

1

1

2

,

0

.

1

min(

)

(

4

2

8

.

0

;

2

95

.

0

85

.

0

;

60

.

0

2 1 2 1 '

=

=

+

=

+

=

=

=

=

=

λ

λ

φ

φ

Contoh Perhitungan Plat landasan Kolom

(45)

Balok Kolom

(Profil I)

Batasan Kekompakan Penampang

Balok Kolom

„

Untuk flens (SNI dan AISC ’05): λ

dan λ

p

λ

t

b

=

λ

Langsing (Balok Pelat) Tidak Kompak (Ada masalah tekuk lokal)

r

λ

Kompak (Tidak ada masalah tekuk lokal)

(46)

Batasan Kekompakan Penampang

Balok Kolom (lanjutan)

„ Untuk web (SNI):

„ Untuk web (AISC ’05): sama dengan balok

y g y y b u y r y b u y y b u y p y b u y b u y p y b u F A P P P F E P P F E P P F E P P P P F E P P = ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − = ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − = > ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − = ≤ dengan 74 . 0 1 70 . 5 , nilai semua Untuk 49 . 1 , 33 . 2 12 . 1 max , 125 . 0 Jika 75 . 2 1 76 . 3 , 125 . 0 Jika φ λ φ φ λ φ φ λ φ

Persamaan Interaksi (harus ditinjau pada

semua

kombinasi pembebanan)

0

.

1

2

:

2

.

0

Untuk

0

.

1

9

8

:

2

.

0

Untuk

+

+

<

+

+

ny b uy nx b ux n c u n c u ny b uy nx b ux n c u n c u

M

M

M

M

P

P

P

P

M

M

M

M

P

P

P

P

φ

φ

φ

φ

φ

φ

φ

φ

90 . 0 dan ) 85 . 0 : ( 90 . 0 = = b c SNI

φ

φ

(47)

Persamaan Interaksi Khusus Gaya Aksial

Tekan dan Momen Terhadap Sumbu x

nx b ux

M

M

φ

1.0 1.0 0.9 0.2 n c u

P

P

φ

Efek P-delta

δ P

Pada kolom tak bergoyang Pada kolom bergoyang

(48)

Efek P-delta (lanjutan)

„ Efek P-delta diperhitungkan dengan menggunakan faktor

pembesar momen B1dan B2:

„ Mnt= momen maks dgn asumsi tdk ada goyangan (nt = no

translation)

„ Mlt= momen maks akibat goyangan (lt = lateral translation).

Momen ini dapat disebabkan oleh beban lateral atau oleh beban gravitasi yang tak simetris. Mlt= 0 jika balok kolom memang tak bergoyang.

„ B1= faktor amplifikasi untuk momen yang terjadi pada balok

kolom, apabila balok kolom tersebut ditahan goyangannya (atau memang tak bergoyang)

„ B2= faktor amplifikasi untuk momen akibat goyangan lt nt u lt nt u

P

B

P

P

M

B

M

B

M

2 2 1

+

=

+

=

Tidak ada di SNI

Efek P-delta (lanjutan)

„ Momen Mntdan Mltdidapatkan dari analisis orde pertama

(analisis linear)

„ Pnt= gaya aksial (tekan) dgn asumsi tdk ada goyangan „ Plt= gaya aksial (tekan) akibat goyangan

„ Dengan berbagai perangkat lunak, efek P-delta dapat

diperhitungkan (analisis orde ke dua / analisis non linear). Apabila momen yang telah didapatkan adalah momen dari analisis orde ke dua (baik efek P-δ maupun P-∆ telah diperhitungkan), maka faktor amplifikasi B1dan B2tidak perlu digunakan.

(49)

Faktor Amplifikasi B

1

„

Beban kritis tekuk elastis Euler P

e1

dihitung

untuk tekuk terhadap sumbu yang sama dengan

sumbu lentur yang sedang ditinjau

„

K di dalam P

e1

adalah faktor panjang efektif

untuk arah tekuk yang sedang ditinjau. Karena

tak bergoyang, maka 0.5<k<1.0.

2 2 1 1 1

dengan

1

dan

0

.

1

max

=

+

=

r

KL

EA

P

P

P

P

C

B

g e e lt nt m

π

Faktor C

m

di dalam B

1

„ Bila tidak ada beban transversal:

M1= momen ujung dg harga mutlak terkecil M2= momen ujung dg harga mutlak terbesar

„ Bila ada beban transversal:

… SNI:

„ Kedua ujung adalah jepit: Cm= 0.85 „ Kedua ujung adalah sendi: Cm= 1.0

⎟⎟

⎜⎜

=

2 1

4

.

0

6

.

0

M

M

C

m

(50)

Tanda M

1

/M

2

di dalam C

m

0

2 1

<

M

M

Kelengkungan tunggal:

0

2 1

>

M

M

Kelengkungan ganda

Faktor Amplifikasi B

2

„

ΣP

nt

= jumlah beban terfaktor di semua kolom

pada tingkat yang sedang ditinjau, dengan

asumsi tanpa goyangan

„

ΣP

e2

= jumlah beban kritis tekuk elastis Euler

untuk semua kolom di tingkat yang sedang

ditinjau. Di dalam rumus Euler, KL/r adalah

untuk sumbu tekuk = sumbu lentur. Faktor

panjang efektif K adalah untuk kondisi

bergoyang, jadi K > 1.0.

=

2 2

1

1

e nt

P

P

B

(51)

Contoh Kolom Bergoyang

Contoh perhitungan Kolom Bergoyang AJR + +

Daftar Pustaka

„ American Institute of Steel Construction. 2005. Specification for Structural Steel Buildings. AISC, Inc. Chicago.

„ American Institute of Steel Construction. 1999. Load and Resistance Factor Design Specification for Structural Steel Buildings. AISC, Inc. Chicago.

„ SNI 03-1729-2000. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung.

„ Segui, William T. 2003. LRFD Steel Design. 3rdEdition. Thomson Brooks/Cole.

„ McCormac, Jack C & J.K. Nelson Jr. 2003. Structural Steel Design: LRFD Method. 3rdEd. Prentice Hall. New jersey.

„ Chen, W.F. & I Sohal. 1995. Plastic Design and Second-Order Analysis of Steel Frames. Springer-Verlag. New York.

(52)

Referensi

Dokumen terkait