• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa unjuk kerja jaringan multiprotocol label switching dengan aplikasi video streaming

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa unjuk kerja jaringan multiprotocol label switching dengan aplikasi video streaming"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISA UNJUK KERJA JARINGAN MULTIPROTOCOL

LABEL SWITCHING DENGAN APLIKASI VIDEO STREAMING

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Disusun oleh :

ADY DWIANTORO

085314075

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

ANALYSIS OF PERFORMANCE MULTIPROTOCOL LABEL

SWITCHING NETWORK WITH VIDEO STREAMING

APPLICATIONS

A THESIS

Presented as Partial Fulfillment of The Requirements to Obtain The Sarjana Komputer Degree in Informatics Engineering Study Program

By :

ADY DWIANTORO

085314075

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM

INFORMATICS ENGINEERING DEPARTMENT

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

v

RENUNGAN

“Berdoalah (memintalah) kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan untukmu”. (QS. Al-Mukmin:60)

Kalo kata otak kiri, “it’s impossible!! Don’t do it!”, kata otak kanan, “impossible is nothing!! Just do it !!”.

@skripsit

PERSEMBAHAN

ALLAH SWT dan NABI MUHAMMAD SAW

Bapak, Ibu, Kakak, dan Adik, kekuatan doa kalian sangat luar biasa.

Hawa berjilbab yang terus memacukan energi positifnya kepada penulis. Thanks

dear.

Keluarga besar Jogja Pitung Club dan Paguyuban Motor Honda Yogyakarta. Pertama

itu persaudaraan, kedua itu ngegaz borrr..Aspal masih panjang..

Persaudaraan Bela Diri Prisai Sakti Mataram, Bang Nane, Mas Rahman, Mas

Gandung, dan saudara lainnya, yang telah mengajarkan penulis menjadi pribadi yang

tangguh, tatag, dan tanggon.

Vi tor kri o Dia Kur iawa “.Ko , Ayu a ud Budi “.Ko , Da a g ge us “.Ko , Edward ite Khrstia , Ti a too , He dro, Hugo, Api , Aji, Awis, Tho as,

Justin, Gendut dan teman-teman seperjuangan angkatan 2008 Teknik Informatika

yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Tetap semangat kawan!!!Sampai ketemu

di kesuksesan dan kebahagiaan kita masing-masing.

Sahabat-sahabat kos 13 yang selalu bersama dalam suka dan duka. (Sihol, Item,

Nael, Kempot, Wahyu, Alden, Otong, Kaka Sam). Tetap dijalurnya bro, pertahankan

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

Dalam kehidupan sehari - hari internet mengalami perkembangan yang cukup

pesat dan manusia sangat bergantung pada penggunaannya. Hal ini akan

mengakibatkan penurunan performa jaringan internet yang akan membuat lambatnya

koneksi maupun transfer data. Termasuk aplikasi video streaming yang sering digunakan. Untuk mencari solusi dari permasalahan itu, digunakan teknologi Multi Protocol Label Switching (MPLS). Pada tugas akhir ini akan diuji kinerja jaringan MPLS menggunakan aplikasi video streaming.

Penelitian ini menggunakan simulasi dengan bantuan Network Simulator 2

(NS-2). Pengambilan data didapat dari trace file hasil simulasi dan dihitung dengan menggunakan program .awk. program. Pengujian dilakukan menggunakan jaringan

MPLS dan non MPLS berdasarkan ukuran file video yang berbeda-beda. Pengujian kinerja jaringan MPLS dan non MPLS berdasarkan parameter average delay, packet loss, throughput, dan mean opinion score (MOS).

Dari analisa yang diambil, maka secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan

bahwa jaringan MPLS lebih baik dari pada jaringan non MPLS pada parameter

average delay, paket loss, dan throughput. Untuk parameter MOS, jaringan MPLS dan non MPLS memiliki kualitas video yang sama - sama baik.

Kata kunci : MPLS, video streaming, average delay router, paket loss router,

(9)

ix

ABSTRACT

In the daily life internet have increased very fast and human very depend on it.

This case will effect in the decrease of the internet network which can make the

transfer data and connection more slowly. Included the frequently used of video

streaming application. For knowing the solution from the problems, this research

takes Multi Protocol Label Switching (MPLS) technology. This research will test the work of MPLS network using video streaming application.

This research using simulation based on Network Simulator 2 (NS-2). The

data source is taken from trace file of the simulation and counted with .awk. The test

using MPLS and non MPLS network based in the different size of the file video. The

test of MPLS and non MPLS network based on the parameter of the average delay,

packet loss, throughput, and mean opinion score (MOS).

From the analysis, there are some conclusion that MPLS network is better

than non MPLS network in the parameter of average delay, packet loss, and

throughput. For MOS parameter, MPLS network and non MPLS network have no difference in the video quality.

Keywords: MPLS, video streaming, average delay router, paket loss router,

(10)

x

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis hingga selesainya penulisan

Tugas Akhir yang berjudul “ Analisis Perbandingan Jaringan Multiprotocol

Label Switching Dengan Aplikasi Video Streaming ”. Penulisan Tugas Akhir ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Teknik Jurusan Teknik Informatika pada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Sanata Dharma.

Penulis menyadari, bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak

dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Tugas Akhir ini, sangatlah sulit bagi

penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak

langsung membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, kepada :

1. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc. selaku Dekan Fakultas

Sains dan Teknologi.

2. Ibu Ridowati Gunawan, S.Kom., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik

Informatika.

3. Bapak Damar Widjaja, S.T., M.T selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam

penyusunan thesis ini.

4. Bapak Eko Hari Parmadi S.Si., M.Kom.selaku dosen pembimbing akademik.

5. Bapak B. Herry Suharto, S.T., M.T. dan Bapak St. Yudianto Asmoro, S.T.,

M.Kom., selaku dosen penguji.

6. Karyawan dan laboran jurusan Teknik Informatika, yang telah banyak

(11)

xi

7. Kedua orang tuaku Bapak Sunarto S.Pd dan Ibu Sri Wahyuni S.Pd, kakak

penulis Yunita Budiarti S.Si, M.TI dan Nur Salim S.T, serta adik penulis

Vidiarti Rahayu memberi dukungan moril dan materil yang tak ternilai,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

8. Anggit Purbarani S.Pd, hawa yang terus memacukan energi positifnya kepada

penulis. Thanks dear..

9. Untuk pihak – pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis

mengucapkan terima kasih atas bantuannya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis juga meminta maaf kepada

semua pihak bila ada kesalahan atau hal-hal yang kurang berkenan. Semoga tugas

akhir ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 21 Maret 2013

Penulis

(12)

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

1.4 Tujuan Penelitian... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

1.6 Metodologi Penelitian ... 3

1.7 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Multi Protocol Label Switching... 5

2.1.1 KomponenMPLS... 8 2.1.1.1 Label Switched Path...

(13)

xiii 3.1 Perancangan Simulasi ... 27

3.1.1 Topologi Jaringan... 3.2 Instalasi dan Implementasi ... 28 29 3.2.1 Instalasi Patch Evalvid ... 3.2.2 Codec FileVideo... 31 31 3.2.3 Evaluasi File Trace... 32

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konsep Dasar MPLS... 6

Gambar 2.2 Struktur Jaringan MPLS ... 7

Gambar 2.3 Konsep MPLS... 11

Gambar 2.4 Header MPLS... 12

Gambar 2.5 Struktur Evalvid... 15

Gambar 3.1 Flowcha rt Perancangan Simulasi ... 27

Gambar 3.2 Topologi Jaringan ... 29

Gambar 4.1 Contoh File Delay_foreman_cife.txt... 38

Gambar 4.2 Contoh File Loss_foreman_cife.txt... 39

Gambar 4.3 Contoh File Delay_foreman_cife.txt... Gambar 4.4 Contoh File PSNR... 40 42 Gambar 4.5 Grafik AverageDelay... 43

Gambar 4.6 Grafik Packet loss... 45 Gambar 4.7 Grafik Jitter...

Gambar 4.8 Grafik Throughput...

Gambar 4.9 MOS...

47

48

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Packet Loss... 23

Tabel 2.2 Delay ... Tabel 2.3 Jitter... 23 24 Table 2.4 Kualitas dan Tingkat Kerusakan ITU-R ... 25

Tabel 2.5 Konversi PSNR ke MOS... 25

Tabel 3.1 File Etmp4... 33

Tabel 4.1 Data Average Delay... 43

Tabel 4.2 Data Packet loss... Tabel 4.3 Data Jitter... 44 46 Tabel 4.4 Data Throughput ... 48

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Menurut situs internet www.internetworldstats.com, hingga 31 Desember 2011 pengguna internet telah mencapai 2,267,233,742 jiwa / sekitar 32.7 % dari

penduduk seluruh dunia. Indonesia sendiri menempati urutan ke – 4 pengguna

internet di Asia dengan 22,4% dari penduduk Indonesia [1]. Hal ini menandakan

bahwa manusia sangat bergantung pada internet dan juga internet memegang peranan

penting dalam perkembangan teknologi maupun sektor lainnya. Ketika semua orang

di dunia sudah menggunakan internet dalam kehidupan sehari – harinya dan sangat

bergantung pada penggunaannya, maka jaringan internet akan mengalami penurunan

performa yang akan mengakibatkan lambatnya koneksi maupun transfer data. Ini

tentunya akan berdampak buruk pada semua sektor yang bergantung pada internet,

termasuk keperluan multimedia yang terdiri dari video strea ming, video game, audio streaming, interaktif, sistem belajar on-line, Voice Over IP (VOIP), dan live broadcasts. Salah satu layanan multimedia yang cukup umum digunakan adalah

video streaming.

Banyak penelitian maupun tugas akhir yang mencoba untuk mencari solusi

dari permasalahan tersebut. Salah satunya dengan teknologi Multi Protocol Label Switching (MPLS) yang merupakan suatu teknologi penyampaian paket pada jaringan

backbone (jaringan utama) berkecepatan tinggi yang menggabungkan beberapa kelebihan dari sistem komunikasi circuit-switched. Adapun penelitian yang sudah dilakukan antara lain oleh Heni Purwaningsih dari STMIK AMIKOM melakukan

Analisis dan Perancangan Jaringan MPLS di PT. Telkom Yogyakarta tahun 2011 [3].

Hasil dari perancangan tersebut menyebutkan bahwa jaringan MPLS dapat diterapkan

(17)

MPLS, sehingga penambahan bandwith secara tiba-tiba tidak perlu terjadi lagi.

Penggabungan yang terjadi antara kelebihan Asynchronous Transport Mode (ATM) & IP dalam MPLS mampu meningkatkan kualitas transmisi data menjadi lebih baik.

Tugas akhir ini, penulis akan membangun sebuah simulasi untuk mengukur

QoS pada jaringan MPLS maupun non MPLS, dalam kaitannya dengan layanan video streaming dengan menggunakan Network Simulator – 2.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka rumusan

masalah dalam tugas akhir ini adalah,

1. Bagaimana merancang dan mensimulasikan program MPLS yang

menggunakan layanan video streaming di NS-2?

2. Bagaimana mengolah file trace hasil simulasi NS-2 yang telah dibuat untuk mengetahui QoS?

3. Bagaimana menganalisa hasil pengujian yang telah dilakukan?

1.3. BATASAN MASALAH

Untuk membatasi ruang lingkup dari permasalahan yang ada, serta agar

mencapai tujuan dan sasaran berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka

diberikan beberapa batasan masalah yaitu :

1. Simulasi dibangun dengan perangkat lunak Network Simulator 2 (NS2). 2. Parameter QoS yang diukur adalah packet loss, average delay, jitter,

throughput, dan mean opinion score (MOS).

3. Bandwidth yang digunakan untuk setiap link adalah 2048 Mb.

4. Jaringan yang dibuat menggunakan sistem point to multipoint, dengan jumlah

node 10, 1 berlaku sebagai server, 4 berlaku sebagai router, dan 5 sebagai

(18)

5. File video yang ditransmisikan berukuran 43.5 MB, 74.8 MB, 199 MB, dan

608 MB.

6. Transport protocol yang digunakan adalah UDP.

7. Topologi jaringan tidak mengalami perubahan maupun penambahan.

1.4. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari tugas akhir ini adalah membangun sebuah simulasi yang bertujuan

untuk mengetahui perbandingan QoS antara jaringan yang menggunakan teknologi

MPLS dengan jaringan yang tidak menggunakan MPLS menggunakan layanan video streaming, yang didapat melalui pengukuran parameter yang telah ditentukan.

1.5. MANFAAT PENELITIAN

1. Sebagai referensi di saat mendatang, jika ada penelitian yang menyangkut

MPLS.

2. Menambah pengetahuan tentang konsep MPLS, khususnya yang berkaitan

dengan layanan video streaming.

1.6. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap antara lain sebagai

berikut :

1. Studi literatur

Studi literatur dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku teks pendukung,

dan juga dengan mengunjungi situs-situs internet yang mendukung. Pada

tahap ini, penulis melakukan pengumpulan bahan-bahan referensi yang terkait

(19)

2. Perancangan

Pada tahap ini penulis menentukan dan merancang simulasi yang akan

dibangun, seperti topologi jaringan, jumlah node, tipe antrian, beban

bandwidth setiap node, dan lain – lain.

3. Simulasi dan pengumpulan data

Untuk membangun simulasi menggunakan NS-2 dibuat script bertipe ‗.tcl‘.

Setelah simulasi dijalankan diperoleh filebertipe ‗.tr‘, file tersebut berisi data-data dari simulasi dan untuk menghitung QoS dibuat scriptbertipe ‗.awk‘.

4. Analisis data

Tahap ini penulis menganalisa hasil yang diperoleh dari script‗.awk‘ tersebut.

Analisis dilakukan dengan mencoba beberapa kali parameter yang berbeda,

sehingga dapat ditarik kesimpulan dari penelitian tersebut.

1.7. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memberikan gambaran tentang tulisan ini secara singkat dapat

diuraikan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, merupakan pendahuluan yang menguraikan latar

belakang penulisan, rumusan dan batasan masalah, tujuan penulisan,

metode-metode yang digunakan serta sistematika dalam penulisan.

BAB II : Landasan Teori, merupakan penjabaran tentang teori-teori yang

mendasari penelitian tugas akhir ini.

BAB III : Perancangan Simulasi Jaringan, berisi tentang desain dan impementasi

simulasi.

BAB IV : Impelementasi dan Analisis Simulasi Jaringan, bab ini berisi tentang

pelaksanaan simulasi dan hasil analisis data simulasi yang dilakukan.

BAB V : Kesimpulan dan Saran, bab ini memuat kesimpulan dan saran

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Multi Protocol Label Switching

Berbagai cara telah dilakukan untuk memperbaiki karakteristik broadband network [4]. Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengimplementasikan QoS ke dalam jaringan Internet Protocol (IP). Metode-metode IP over ATM misalnya, telah diajukan untuk membentuk broadband network yang sekaligus memiliki skalabilitas dan QoS yang baik. ATM adalah singkatan dari Asynchronous Transport Mode, di luar ATM sendiri ada beberapa metode yang dikembangkan untuk memperbaiki kinerja jaringan IP, termasuk dengan teknologi Multi Protocol Label Switching (MPLS).

MPLS adalah suatu metode pengiriman paket data melalui suatu jaringan

dengan konsep Label Switching, yaitu dengan menambahkan sebuah label independen dan unik di deretan paket data (paket IP) [5]. Fungsi dari label ini adalah

sebagai proses penyambungan dan pencarian jalur dalam jaringan komputer. MPLS

menggabungkan teknologi switching di layer 2 dan teknologi routing di layer 3, sehingga menjadi solusi jaringan terbaik dalam menyelesaikan masalah kecepatan,

scalability, Quality of Service (QoS), dan rekayasa trafik.

Teknologi MPLS merupakan hasil perpaduan kemudahan dan kemurahan

(21)

Gambar 2.1 Konsep Dasar MPLS [6]

Seperti yang diperlihatkan oleh Gambar 2.1 konsep utama MPLS adalah

teknik penempatan label dalam setiap paket yang dikirim melalui jaringan [6]. MPLS

bekerja dengan cara melabeli paket-paket data dengan label untuk menentukan rute

dan prioritas pengiriman paket yang didalamnya memuat informasi penting, yang

berhubungan dengan informasi routing suatu paket. Label tersebut berisi tujuan paket serta prioritas paket mana yang harus dikirimkan terlebih dahulu. Teknik ini disebut

juga dengan label switching. Dengan informasi label switching yang didapat dari routing network layer, setiap paket hanya dianalisa sekali di dalam router di saat paket tersebut masuk ke dalam jaringan untuk pertama kali. Router tersebut berada di tepi dan dalam jaringan MPLS yang biasa disebut dengan Label Switching Router

(LSR).

Teknik MPLS akan mengurangi teknik pencarian rute dalam pengoperasian

jaringan. Paket dapat dioperasikan dengan efektif dan efisien, sehingga menjadikan

pengiriman paket menjadi lebih cepat. Jaringan MPLS terdiri atas sirkit yang disebut

Label Switched Path (LSP), penghubung titik-titik LSP tersebut adalah LSR [4]. LSR pertama dan terakhir disebut ingress dan egress. Setiap LSP dikaitkan dengan sebuah

(22)

Suatu protokol persinyalan diperlukan untuk membentuk LSP. Protokol ini

menentukan forwa rding berdasarkan label pada paket [5]. Label yang pendek dan berukuran tetap mempercepat proses forwa rding dan mempertinggi fleksibilitas pemilihan path. Hasilnya adalah network datagram yang bersifat lebih connection-oriented. Label ini biasa disebut Label Forwa rding Information Base (LFIB). Label ini akan digunakan sebagai sebuah indeks suatu node dan akan digunakan untuk memutuskan tujuan selanjutnya, dengan pergantian label di dalam node tersebut. Label lama digantikan oleh label baru, dan paket akan dikirimkan ke tujuan

selanjutnya. Dengan begitu sebuah label switching akan membuat pekerjaan router

dan switch menjadi lebih mudah dalam menentukan pengiriman suatu paket.

MPLS ini akan memperlakukan switch-switch sebagai suatu peer-peer, dan mengontrol feature yang secara normal hanya dapat berjalan di jaringan ATM. Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2, jika suatu paket telah dibubuhi ―label‖, maka

tidak perlu lagi terdapat analisa header yang dilakukan oleh router, karena semua pengiriman paket telah dikendalikan oleh label yang ditambahkan tersebut.

(23)

2.1.1 Komponen MPLS

2.1.1.1Label Switched Path

Label Switched Path (LSP) adalah jalur yang ditetapkan pada serangkaian link

antar LSR dalam jaringan MPLS, yang memungkinkan paket untuk diteruskan dari

LSR satu menuju LSR yang lain melalui jaringan MPLS [5]. MPLS menyediakan dua

cara untuk menetapkan LSP, yaitu :

1. Hop-by-hop routing.

LSR bebas menentukan hop selanjutnya untuk mengirimkan paket. Cara ini mirip seperti Open Shortest Path First (OSPF) dan Routing Information Protocol (RIP) dalam IP routing.

2. Explisit routing.

LSP akan ditetapkan oleh LSR pertama yang dilalui aliran paket.

2.1.1.2Label Switching Router dan Label Edge Router

Label Switching Router (LSR) adalah sebuah router dalam jaringan MPLS yang berperan dalam menentukan LSP menggunakan teknik label swapping dengan kecepatan tertentu [5]. Dalam fungsi pengaturan trafik, LSR dapat dibagi dua, yaitu

(24)

2.1.1.3Forward Equivalence Class

Forwa rd Equivalence Cla ss (FEC) adalah representasi dari beberapa paket data yang diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan resource yang sama di dalam proses pertukaran data [5].

2.1.1.4MPLS Label

MPLS Label adalah deretan bit informasi yang ditambahkan pada header

suatu paket data dalam jaringan MPLS. Label MPLS yang disebut juga MPLS header

ini terletak diantara header layer 2 dan header layer 3 [5].

2.1.1.5Label Distribution Protocol

Sebuah Label Distribution Protocol (LDP) adalah seperangkat prosedur dimana satu LSR menginformasikan label / FEC binding ke LSR yang lain [5]. Dua

LSRs yang menggunakan protokol label distribution untuk bertukar label / FEC memiliki informasi yang dikenal sebagai label distribution peers. Protokol ini digunakan untuk memetakan FEC kedalam label, dan selanjutnya akan dipakai untuk

menentukan LSP. LDP message dapat dikelompokkan menjadi :

1. Discovery Messages, yaitu pesan yang memberitahukan dan memelihara hubungan dengan LSR yang baru tersambung ke jaringan MPLS.

2. Session Messages, yaitu pesan untuk membangun, memelihara dan mengakhiri sesi antara titik LDP.

3. Advertisement Messages, yaitu pesan untuk membuat, mengubah, dan menghapus pemetaan label pada jaringan MPLS.

(25)

2.1.1.6Distributor Label

Untuk menyusun LSP, harus dilengkapi pemetaan dari setiap label masukan

ke setiap label keluaran oleh setiap LSR label-switching tabel. Proses melengkapi tabel ini dilakukan dengan protokol distribusi label dan sering juga disebut protokol

pensinyalan MPLS [5]. Distributor label terdiri dari :

1. Edge Label Switching Routers

Edge Label Switching Routers (ELSR) ini terletak pada perbatasan jaringan MPLS, dan berfungsi untuk mengaplikasikan label ke dalam

paket-paket yang masuk ke dalam jaringan MPLS [6]. Sebuah ELSR akan

menganalisa header IP dan akan menentukan label yang tepat untuk dienkapsulasikan ke dalam paket tersebut ketika sebuah paket IP masuk ke

dalam jaringan MPLS. Ketika paket yang berlabel meninggalkan jaringan

MPLS, ELSR yang lain akan menghilangkan label yang disebut Label Switches. Perangkat Label Switches ini berfungsi untuk mengganti paket-paket ataupun sel-sel yang telah dilabeli berdasarkan label tersebut. Label Switches ini juga mendukung routinglayer 3 ataupun switching layer 2 untuk ditambahkan dalam label switching.

2. Label Distribution Protocol

Label Distribution Protocol (LDP) merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk menginformasikan ikatan label yang telah dibuat dari satu

LSR ke LSR lainnya dalam satu jaringan MPLS [6]. Dalam arsitektur jaringan

MPLS, sebuah LSR yang merupakan tujuan atau hop selanjutnya akan mengirimkan informasi tentang ikatan sebuah label ke LSR yang sebelumnya

mengirimkan pesan untuk mengikat label tersebut bagi rute paketnya. Teknik

ini biasa disebut distribusi label downstream on demand.

(26)

2.1.2 Cara Kerja MPLS

Prinsip kerja MPLS ialah menggabungkan kecepatan switching pada layer 2 dengan kemampuan routing dan skalabilitas pada layer 3 [6]. Dengan memperhatikan Gambar 2.3, cara kerjanya adalah dengan menyelipkan label di antara header layer 2 dan layer 3 pada paket yang diteruskan. Label dihasilkan oleh Label Switching Router yang bertindak sebagai penghubung jaringan MPLS dengan jaringan luar. Label berisi informasi tujuan node selanjutnya kemana paket harus dikirim. Kemudian paket diteruskan ke node berikutnya. Di node ini, label paket akan dilepas dan diberi label yang baru yang berisi tujuan berikutnya. Paket-paket diteruskan

dalam path LSP.

Gambar 2.3 Konsep MPLS [4]

Dengan label switching, paket dianalisa secara menyeluruh dari header

(27)

satu-satunya tanda identifikasi paket. Label digunakan untuk proses forwarding, termasuk proses traffic engineering.

Gambar 2.4 Header MPLS [6].

Gambar 2.4 memperlihatkan MPLS header yang memiliki panjang 32 bit yang terdiri dari :

1. Label, 20 bit yang merupakan nilai aktual untuk label. Label ini

menentukan jalur pengiriman paket ke LSR berikutnya dan operasi yang

akan dilakukan pada MPLS header sebelum dikirimkan.

2. Experimental (EXP), 3 bit yang dicadangkan untuk kegiatan eksperimen. Bagian ini juga berfungsi untuk mengidentifikasi Class of Service (CoS ). 3. Stack (S) sepanjang 1 bit yang merupakan dasar MPLS header. Bit ini

akan diatur ‖satu‖ apabila paket yang dikirimkan merupakan paket terakhir pada MPLS header dan ‖nol‖ untuk paket yang lainnya.

4. Time-to-Live (TTL) sepanjang 8 bit digunakan untuk mengkodekan suatu nilai TTL. Dalam proses pembuatan label ada beberapa metode yang dapat

digunakan, yaitu:

a. Metode berdasarkan topologi jaringan, yaitu dengan menggunakan

(28)

b. Metode berdasarkan kebutuhan resource suatu paket data, yaitu dengan menggunakan protokol yang dapat mengontrol trafik suatu

jaringan seperti Resource Reservation Protocol (RSVP).

c. Metode berdasarkan besar trafik pada suatu jaringan, yaitu dengan

menggunakan metode penerimaan paket dalam menentukan tugas dan

distribusi sebuah label.

2.2 Video Streaming

Video streaming merupakan teknologi yang dapat mengirimkan file audio dan

video digital secara real time, teknologi ini memperbolehkan pengolahan steady

secara terus-menerus oleh end-user [8]. Tool yang mendukung teknologi ini adalah

server khusus untuk penyimpanan file yang akan di download, web browser plug-ins, atau aplikasi stand alone khusus yang digunakan untuk mengakses, metode kompresi (codec) yang digunakan untuk kompresi data, dan protokol transport untuk transfer optimal.

Beberapa protokol yang digunakan pada video streaming adalah :

1. User Datagram Protocol (UDP), protocol yang mudah digunakan atau diimplementasikan serta efisien, tetapi dapat mengakibatkan banyak data yang

hilang.

2. Transmission Control Protocol (TCP), protocol ini menjamin pengiriman yang cepat dan tepat, tetapi membutuhkan buffer yang tinggi.

3. Real-time Streaming Protocol (RTSP), protokol ini mempunyai fungsi sebagai control remote seperti play, pause, atau stop.

4. Real-time Transport Protocol (RTP), protokol ini sebagai standarisasi format paket audio dan video.

(29)

video streaming. RTCP digunakan secara periodik untuk mentransmisikan

control packet untuk pengemasan pada sesi video streaming.

2.3 H.264

H.264 atau MPEG-4 Advance Video Coding (AVC) merupakan standar internasional baru untuk video coding yang dikembangkan oleh Joint Video Team

dari MPEG dan ITU-T [8]. Standar ini berbasis pada MPEG yang sudah ada

sebelumnya dan merupakan penyempurnaan dari MPEG sebelumnya.

Penyempurnaannya seperti pada efisiensi bit rate 40% dibandingkan codec MPEG-4 sebelumnya dengan kualitas yang sama, kemudian frame size 4 kali lebih besar dibandingkan dengan MPEG-4 Part-2 pada data rate yang sama, dan memiliki efisiensi kompresi yang sangat baik.

2.3.1 Data Video pada H.264

Video hanyalah sebuah deretan gambar-gambar yang disebut frame [9]. Sebuah Encoder H.264 akan menggabungkan deretan frame ini dalam sebuah deretan terpisah terlebih dahulu yang disebut Group of Pictures (GOP). Sebuah GOP terdiri dari 12 sampai 15 frame. Encoder H.264 membagi-bagi setiap frame dalam

macroblock menjadi 16x16 pixel. Encoder dari Macroblock ini akan menentukan nilai pencahayaan (luminance) dan nilai warna (chromaticity), serta mendefinisikannya ke dalam beberapa blok kecil yang berbeda. H.264 menggunakan

5 tipe ukuran, yaitu potongan tipe Intra-frame (I-frame), Predicted-frame (P-frame), dan Bidirectional-frame (B-frame) I, P, dan B. dua tipe lainnya, Swicthing P (SP) dan

(30)

2.4 EvalVid

Evaluation Video (EvalVid) merupakan pengukuran kualitas video yang dikembangkan oleh Technical University of Berlin, Telecommunication Networks Group (TKN) [8]. EvalVid menyediakan framework dan kumpulan tool untuk mengevaluasi kualitas video yang ditransmisikan pada jaringan komunikasi yang asli atau simulasi. EvalVid juga mengukur parameter QoS pada jaringan utama, seperti

loss rate, delay, dan jitter. EvalVid mendukung evaluasi kualitas video subyektif dari

video yang diterima berdasarkan perhitungan PSNR frame-by-frame. Tool – tool

EvalVid memiliki konstruksi modular, yang memungkinkan dilakukannya pertukaran jaringan dan codec.

Struktur framework EvalVid mengilustrasikan interaksi antara arus data dan

tool yang diimplementasika, seperti diperlihatkan di Gambar 2.5. Framework ini berisi transmisi lengkap dari video digital mulai dari source video, recording pada

source, encoding, paketisasi, transmisi jaringan, reduksi jitter oleh buffer paly-out,

decoding, hingga tampilan video yang diterima oleh end-user. Selama pengoperasiannya, data yang diproses pada arus transmisi akan ditandai dan disimpan

pada file yang bermacam-macam. File-file ini kemudian digunakan untuk memperoleh hasil yang diinginkan, seperti loss rate, jitter,delay, dan kualitas video.

(31)

EvalVid mempunyai beberapa tool utama dalam framework-nya [8] : 1. Source Video

Sourcevideo di EvalVid berupa format YUV QCIF (176 X 144) atau pada YUV CIF (352 X 288)

2. Traffic Generator

Jenis aplikasi yang digunakan pada simulasi ini adalah layanan video streaming. Layanan ini menggunakan protokol utama UDP karena menyediakan penyampaian paket tepat pada waktunya. Namun demikian,

UDP tidak menjamin sampainya paket dengan baik. Protokol transport RTP

berjalan diatas UDP, yang melakukan pemaketan dan menyediakan

penyampaian frame video berurut. RTCP digunakan oleh klien video untuk

memberitahukan server video mengenai kualitas video yang diterima.

Implementasi video streaming pada simulasi NS-2 membutuhkan pembangunan, konfigurasi agent, dan proses attach pada sebuah source data level aplikasi yang dinamakan traffic generator. Traffic generator akan dibangun sesuai dengan karakteristik layanan video streaming. Setelah itu, simulasi akan menjalankan agent dan traffic generator. Tiga agent simulasi yang ditambahkan pada traffic generator, pertama MyTrafficTrace, kedua

MyUDP, dan ketiga MyUDPSink. Agent-agent ini akan didesain baik untik membaca file trace video atau untuk meng-generate data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi kualitas video yang diinginkan. Cara kerja dan kegunaan

masing-masing agent adalah sebagai berikut :

1. Agent MyTrafficTrace meng-generate tipe frame dan ukuran frame dari

file trace video yang di-generate oleh file trace traffic, memfragmentasi

frame video pada segmen yang lebih kecil, dan mengirim segmen-segmen pada layer UDP yang lebih rendah pada waktu yang baik sesuai dengan

(32)

2. Agent MyUDP adalah extension dari agent UDP. Agent ini mengizinkan user untuk menentukan nama file output dari file trace pengirim dan merekam timestamp pada setiap paket yang ditransmisikan, packetID, dan

packet payload size. Tugas dari agent MyUDP serupa dengan tugas beberapa tool seperti tcp-dump atau win-dump pada environment real network.

3. Agent MyUDPSink merupakan agent penerima untuk frame video yang terfragmen yang dikirim oleh MyUDP. Agent ini juga merekam

timestamp, packet ID, dan payload size dari masing-masing paket yang diterima pada file trace penerima user yang telah ditentukan. Setelah simulasi, berdasarkan file trace dan video asli yang di-encode ini, program ET memproduksi file video yang corrupt. Setelah itu, video corrupt

di-decode dan error disembunyikan. Akhimya, video fix YUV yang terekonstruksi dapat dibandingkan dengan video ra w YUV untuk mengevaluasi kualitas video end-to-end yang dikirimkan.

3. Video Encoder dan Video Decoder

Untuk saat ini EvalVid hanya mendukung single layer video coding. EvalVid mampu mendukung berbagai jenis codec MPEG4, yaitu antara lain: National Chiao Twig University (NCTU) codec, ffmpeg, Xvid, dan H.264.

4. Video Sender (VS)

Untuk file video H.264, sebuah parser dikembangkan berdasarkan standar video H.264. Ini memungkinkan untuk membaca H.264 apapun yang

diproduksi oleh encoder yang telah ditetapkan. Tujuan VS adalah untuk

(33)

video. Komponen VS membaca file video yang dikompresi dari output video

encoder, memfragmentasi masing-masing frame video yang besar menjadi segmen-segmen yang kecil, dan kemudian mengirimkan segmen-segmen ini

via paket UDP pada real network atau simulasi. Dua file trace ini secara bersamaan merepresentasikan transmisi video lengkap (pada sisi pengirim)

dan berisi seluruh informasi yang dibutuhkan untuk evaluasi lebih lanjut oleh

EvalVid. Dengan menggunakan VS, file trace. dapat di-generate bersamaan untuk file video yang berbeda dan dengan ukuran paket yang berbeda, yang

dapat dimasukan ke dalam ―network black box‖ seperti simulasi. Hal ini

dilakukan dengan bantuan tool-tool yang disediakan oleh EvalVid. Jaringan kemudian menghasilkan delay, kemungkinan loss, dan re-ordering dari paket. Pada sisi penerima file trace penerima di-generate dengan bantuan dari output

EvalVid.

5. Fix Video

Pengujian kualitas video digital dilakukan frame demi frame. Ini berarti dibutuhkan jumlah frame yang sarna antara sisi penerima dengan sisi pengirim. Ini menimbulkan pertanyaan bagaimana seharusnya frame loss

diperlakukan jika decoder tidak men-generate frame "kosong" untuk frame

yang hilang. Tool FV hanya dibutuhkan jika codec yang digunakan tidak menyediakan frame yang hilang. Oleh karena ini merupakan masalah

reordering, frame yang sudah di-code tidak cocok pada frame decodec (YUV) dengan jumlah yang sarna. FV memperbaiki masalah, dengan mencocokkan

frame tampilan (YUV) pada frame transmisi (coded). Terdapat skema coding

yang lebih mungkin (seperti skema tanpa B-frame, dengan salah satu B-frame

diantara 2 I-frame atau P-frame), tetapi pada prinsipnya reordering tetaplah sama.

Masalah lain diperbaiki oleh FV adalah kemungkinan ketidakcocokan

(34)

disebabkan oleh loss. Ketidakcocokan dapat menyebabkan pengujian kualitas menjadi tidak valid. Decoder yang layak dapat men-decode tiap frame,

dimana diterima sebagian. Namun beberapa decoder menolak untuk

men-decode lagi frame atau decode B-frame, dimana 1 frame hilang dari video aslinya. Untuk menangani frame hilang atau corrupt yang disebabkan oleh

decoder, FV dapat dikonfigurasi dengan memasukkan frame yang hilang. Terdapat dua kemungkinan melakukan hal tersebut. Pertama dengan

memasukkan frame "kosong" untuk tiap frame yang tidak di-decode untuk alasan apapun. Frame kosong adalah frame yang tidak berisi informasi.

Frame kosong akan, menyebabkan beberapa decoder menampilkan gambar hitam atau putih. Hal ini merupakan penanganan yang kurang baik, karena

biasanya perbedaan rendah antara dua frame video yang berurutan. Oleh karena itu, FV menggunakan kemungkinan kedua, dimana pemasukkan dari

frame decoded terakhir pada kasus frame loss pada decoder.

6. Evaluate Trace

Framework adalah program bemama evaluate traces (ET). Evaluasi berlangsung pada sisi pengirim ketika transmisi video berakhir. Disinilah

letak perhitungan aktual dari paket loss, frame loss, delay dan jitter. Untuk perhitungan data tersebut dibutuhkan 3 file trace. Perhitungan loss sungguh mudah, mengingat ketersediaan packet id yang unik. Dengan bantuan file trace video, tiap paket ditetapkan sebuah tipe. Tiap paket pada tipe ini yang tidak termasuk pada trace penerima dihitung loss. Frame loss dihitung dengan melihat pada frame manakah salah satu segmen (paket) hilang. Jika segmen pertama dari frame adalah diantara segmen yang hilang, frame dihitung loss. lni dikarenakan video decoder tidak bisa men-decode frame, dimana bagian awal hilang. ET dapat juga mempertimbangkan kemungkinan dari adanya

(35)

ada frame yang tiba untuk beberapa saat, maksimum ukuran buffer tidak terpakai. Metrik kualitas video obyektif seperti PSNR tidak dapat

mempertimbangkan dela y atau jitter. Bagaimanapun buffer yang tidak terpakai kosong (atau penuh) secara efektif menyebabkan loss (tidak ada

frame untuk ditampilkan). Maksimum ukuran buffer yang tidak terpakai dapat digunakan untuk mengubah delay menjadi loss. ET dapat melakukan ini dengan menyediakan maksimum play-out buffer sebagai parameter.

Tugas ET lain adalah men-generate dari file video yang corrupt

(karena loss). File corrupt ini nanti dibutuhkan untuk melakukan pengujian kualitas video end-to-end. Kemudian file lain dibutuhkan sebagai input ET, bernama encoded video file asli. Pada dasarnya, generate dari video yang

corrupt dilakukan dengan meng-copy video asli paket demi paket dimana

packet loss diabaikan. ET harus memberi perhatian pada kemampuan penanganan error yang sesungguhnya pada video decoder yang sedang

digunakan. Jika mungkin, decoder mengharapkan penandaan khusus pada kasus data yang hilang, seperti karakter khusus atau buffer kosong (diisi dengan 0) daripada paket yang hilang.

ET men-generate file trace akhir, yaitu file trace delay. Selain itu, ET juga menghasilkan tampilan video yang akan diterima, dimana nantinya dapat

dibandingkan dengan ra w video source untuk memperoleh nilai kuaIitas video, yaitu PSNR dan MOS.

2.5 Quality of Service

Quality of Service (QoS) didefinisikan sebagai suatu pengukuran tentang seberapa baik jaringan dan merupakan suatu usaha untuk mendefinisikan karakteristik

dan sifat suatu layanan [11]. QoS mengacu pada kemampuan jaringan untuk

menyediakan layanan yang lebih baik pada trafik jaringan tertentu melalui teknologi

(36)

berbasis IP dan internet secara keseluruhan. Tujuan dari QoS menawarkan

kemampuan untuk mendefinisikan atribut-atribut layanan yang disediakan, baik

secara kualitatif maupun kuantitatif.

Kinerja jaringan komputer maupun internet dapat bervariasi akibat beberapa

masalah, seperti masalah jitter, packet loss, delay, dan throughput. Masalah ini dapat

membuat efek yang cukup besar bagi banyak aplikasi. Sebagai contoh, komunikasi

suara serta video streaming dapat membuat pengguna frustasi ketika paket data

aplikasi tersebut dialirkan di atas jaringan dengan bandwidth yang tidak cukup,

dengan latency yang tidak dapat diprediksi, atau jitter yang berlebihan. Fitur QoS ini

dapat menjadikan jitter, maupun delay dapat diprediksi dengan kebutuhan yang

digunakan, sehingga jaringan menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan.

Beberapa alasan mengapa memerlukan QoS :

1. Untuk memberikan prioritas untuk aplikasi-aplikasi yang kritis pada jaringan.

2. Memaksimalkan penggunaan investasi jaringan yang sudah ada.

3. Meningkatkan performansi untuk aplikasi-aplikasi yang sensitif terhadap

delay, seperti voice dan video.

4. Merespon terhadap adanya perubahan-perubahan pada aliran trafik di

jaringan.

2.5.1 Parameter QoS

Terdapat beberapa parameter QoS [10], yaitu:

1. Delay, merupakan tundaan waktu ketika sebuah data menempuh jarak dari asal ke tujuan.

2. Round Trip Time atau Latency, adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal ke tujuan.

3. Jitter, variasi dalam latency atau Round Trip Time (RTT).

(37)

5. Throughput, kecepatan transfer data efektif.

Dalam tugas akhir ini parameter yang akan digunakan adalah, average delay,

packet loss, jitter, throughput, dan mean opinion score. Dibawah ini akan dijabarkan tentang parameter QoS tersebut.

2.5.1.1Packet Loss

Packet loss atau error adalah suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang [10]. Kehilangan paket

ketika terjadi pea k load dan congestion (kemacetan transmisi paket akibat padatnya trafik yang harus dilayani) dalam batas waktu tertentu. Packet loss maksimum yang direkomendasi oleh ITU adalah 1 %. Beberapa penyebab terjadinya packet loss yaitu :

 Congestion, disebabkan terjadinya antrian yang berlebihan dalam jaringan.

 Node yang bekerja melebihi kapasitas buffer.

 Memory yang terbatas pada node.

 Policing atau kontrol terhadap jaringan untuk memastikan bahwa jumlah trafik yang mengalir sesuai dengan besarnya bandwidth. Jika besarnya trafik yang mengalir didalam jaringan melebihi dari bandwidth yang ada maka

policing control akan membuang kelebihan trafik yang ada. Packet loss dapat dihitung dengan rumus :

� =

� � � � 100

(38)

Tabel 2.1 Packet Loss [10].

Kategori Degradasi Packet Loss

Sangat bagus 0 %

Bagus 3 %

Sedang 15 %

Jelek 25 %

2.5.1.2Delay

Waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan data dari sumber (pengirim) ke

tujuan (penerima) [10]. Delay maksimum yang direkomendasikan oleh ITU untuk aplikasi suara adalah 150 ms, dan yang masih bisa diterima pengguna adalah 250 ms.

Kategori delay dapat dilihat pada Tabel 2.2. Delay dibagi menjadi dua :

1. End-to-end delay didefinisikan sebagai selisih waktu pengiriman sebuah paket saat dikirimkan dengan saat paket tersebut diterima pada node tujuan.

2. Average delay jaringan

Rata –rata delay jaringan dari keseluruhan waktu pengiriman.

Rumus mencari delay = � ℎ

� � ℎ

Tabel 2.2 Delay [10].

Kategori Besar Delay

Excellent < 150 ms

(39)

Poor 300 s/d 450 ms

Unacceptable > 450 ms

2.5.1.3Jitter

Jitter merupakan variasi dari delay yang terjadi akibat adanya selisih waktu atau interval kedatangan paket [10]. Banyak hal yang dapat mengakibatkan jitter, peningkatan trafik secara tiba-tiba sehingga menyebabkan penyempitan bandwidth

dan menimbulkan antrian merupakan salah satu penyebab jitter. Selain itu, kecepatan kirim dan terima paket dari setiap node juga dapat menyebabkan jitter. Tabel 3.3 di bawah ini menunjukkan kategori jitter.

Tabel 2.3 Jitter [10] Kategori Degradasi Peak Jitter

Sangat Bagus 0 ms

Bagus 0 s/d 75 ms

Sedang 75 s/d 125 ms

Jelek 125 s/d 225 ms

2.5.1.4Throughput

Throughput adalah kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam

bite per second (bps) [10]. Aspek utama throughput yaitu berkisar pada ketersediaan

bandwidth yang cukup untuk suatu aplikasi. Hal ini menentukan besarnya trafik yang dapat diperoleh aplikasi saat melewati jaringan. Aspek penting lainnya adalah error

(40)

2.5.1.5Mean Opinion Score (MOS)

Pengukuran kualitas video digital harus berdasarkan pada kualitas yang

dirasakan pada video a ctual yang sedang diterima oleh client pada sistem digital video karena kesan client adalah apa yang dihitung di akhir [11]. Terdapat 2 pendekatan dasar untuk mengukur kualitas video, yaitu pengukuran kualitas subyektif

dan pengukuran kualitas obyektif. Pengukuran kualitas subyektif selalu merenggut

faktor krusial, kesan client melihat video ketika sedang berhemat, menghabiskan banyak waktu, kebutuhan sumberdaya manusia yang tinggi dan perlengkapan khusus

yang dibutuhkan. Beberapa metode obyektif dijelaskan secara detail pada ITU, ANSI,

dan MPEG. Human quality impression biasanya diberikan pada skala dari 5 (terbaik) ke 1 (terburuk) sebagaimana terlihat pada Tabel 2.4 di bawah ini. Skala ini

dinamakan Mean Opinion Score (MOS). Metode ini memiliki keuntungan untuk memperlihatkan dengan jelas distorsi yang disebabkan oleh network at a glance.

Tabel 2.4 Kualitas dan Tingkat Kerusakan ITU-R [11]

Skala Kualitas Kerusakan

5 Excellent Imperceptible

4 Good Perceptible, but not annoying

3 Fair Slightly annoying

2 Poor Annoying

1 bad Very annoying

Karena time series PSNR sangat tidak ringkas, metric tambahan disediakan oleh PSNR. Untuk memperoleh nilai MOS, nilai PSNR pada video yang diberikan

ditentukan dengan menggunakan program PSNR, yang kemudian dipetakan pada

(41)

Tabel 2.5 Konversi PSNR ke MOS [11]

PSNR (dB) MOS

>37 5 (excellent)

31 – 37 4 (good)

25 – 31 3 (fair)

20 – 25 2 (poor)

<20 1 (bad)

2.6Network Simulator – 2

Network Simulator (NS) pertama kali dibangun sebagai varian dari REAL Network Simulator pada tahun 1989 di University of Califoria Berkeley (UCB) [12]. Pada tahun 1995 pembangunan NS didukung oleh Defense Advance Research Project Agency (DARPA) melalui Virtual Internet Tesbed (VINT) Project, yaitu sebuah tim riset gabungan yang beranggotakan tenaga ahli dari La wrence Berkeley of National Laboratory (LNBL), XEROX, PARC, UCB, dan USC/ISI. Sebuah Tim gabungan ini membangun sebuah perangkat lunak simulasi jaringan internet untuk kepentingan

riset interaksi antar protkol dalam konteks pengembangan protokol internet pada saat

ini dan masa yang akan datang.

Beberapa keuntungan atau kelebihan menggunakan NS sebagai perangkat

lunak simulasi analisis dalam riset atau penelitian, adalah :

 Tool validasi.

Tool validasi ini digunakan untuk menguji validitas pemodelan yang ada pada

NS. Secara default, semua pemodelan pada NS akan dapat melewati proses validasi ini.

(42)

NS berada dibawah Gnu Public License (GPL), sehingga NS dapat didownload dan digunakan secara gratis lewat website NS

http://www.isi.edu/nsnam/dist .

 Penggunaannya yang mudah

Pembuatan simulasi dengan NS jauh lebih mudah daripada menggunakan

software developer seperti Delphi atau C++. Cukup dengan membuat topologi dan skenario simulasi yang sesuai dengan riset. Pemodelan media, protokol,

(43)

BAB III

PERANCANGAN SIMULASI

3.1Perancangan Simulasi

Perancangan simulasi MPLS ini memerlukan perencanaan yang baik dan tepat

agar hasil yang diperoleh sesuai dengan teori maupun penelitian sebelumnya. Gambar

3.1 menunjukkan flowchart perancangan simulasi MPLS.

mulai

Gambar 3.1 Flowcha rt Perancangan Simulasi

Proses implementasi penelitian terdiri dari encoder H.264, video sender,

(44)

peak signal to noise ratio (PSNR). Hubungan antara komponen-komponen yang berbeda, file video input, dan file output yang di-generate dari tool-tool yang digunakan pada penelitian ini. Metodologi proses siklus implementasi penelitian ini

dibangun di dalam framework EvalVid, dan diperluas dengan mengikutsertakan NS-2 untuk simulasi pada MPLS.

Penelitian ini menerapkan 2 skenario, yaitu jaringan menggunakan MPLS dan

jaringan tanpa menggunakan MPLS dengan layanan video streaming. Pada skenario pertama maupun kedua, server mengirimkan file video ke sisi client. File video

tersebut di transmisikan melalui jaringan yang mempunyai bandwidth berbeda-beda, yaitu 32 kbps, 64 kbps, 128 kbps, 256 kbps, 512 kbps, dan 1024 kbps. File video

memiliki ukuran 200 MB yang di download dari http://media.xiph.org/video/derf/,

file video berformat YUV CIF yang mendukung framework Evalvid.

Adapun spesifikasi software untuk menunjang perancangan simulasi sebagai berikut ini :

 Sistem operasi : Windows XP

 Aplikasi simulasi : Cygwin 1.7 menggunakan NS-2.35

 Patch video streaming : Evalvid

 Aplikasi Grafik : Windows Excel 2007

 Penyunting Teks : Notepad++

3.1.1 Topologi Jaringan

Topologi sistem secara umum pada tugas akhir ini dapat dimodelkan seperti

(45)

server LSR 3 Client 3 LSR 4

LSR 1

MPLS cloud LSR 2

Client 2 Client 1

Client 4

Client 5

Gambar 3.2 Topologi Jaringan 1

Rancangan sistem di atas memerlukan 1 buah server, 5 buah client, dan 4 buah LSR (2 buah LSR sebagai ingress dan egress dan 2 buah LSR intermediate).

Server mengirimkan sebuah data menuju client. Trafik dari server menuju client

melalui mapping LSP 2 / LSP 1. Agar server dapat mengirimkan data menuju ke

client, data akan melewati jalur LSR 1 ingress yang berfungsi untuk mengatur trafik saat paket memasuki jaringan MPLS. Sedangkan LSR 4 egress berfungsi untuk mengatur trafik saat paket meninggalkan jaringan MPLS menuju ke LER. Pada

masing-masing link penghubung node diberikan bandwidth yang bervariasi yaitu 32 kbps, 64 kbps, 128 kbps, 256 kbps, 512 kbps, dan 1024 kbps.

3.2Instalasi dan Implementasi

Pembangunan simulasi ini dibuat di sistem operasi Windows XP yang diinstal

cygwin. Cygwin diperoleh dari http://csie.nqu.edu.tw/smallko/ns2/ns2.htm dimana

cygwin tersebut merupakan hasil repack untuk menjalankan EvalVid, sehingga dapat dijalankan tanpa perlu menghabiskan ruang harddisk untuk paket yang tidak diperlukan. NS yang diinstal adalah NS versi NS-2.35. Proses instalasinya cukup

(46)

Setelah selesai proses instalasi, edit update environment di file .bashrc yang terletk di /home/ady/.

# tar xvzf ns-allinone-2.29.tar.gz

# cd ns-alllinone-2.29

# ./install

OTCL_LIB=/home/ady/ns-allinone-2.35/otcl-1.14

NS2_LIB=/home/ady/ns-allinone-2.35/lib

USR_LOCAL_LIB=/usr/local/lib

export

LD_LIBRARY_PATH=$LD_LIBRARY_PATH:$OTCL_LIB:$NS2_LIB:$USR_LOC AL_LIB

TCL_LIB=/home/ady/ns-allinone-2.35/tcl8.5.8/library

USR_LIB=/usr/lib

export TCL_LIBRARY=$TCL_LIB:$USR_LIB

NS=/home/ady/ns-allinone-2.35/ns-2.35/

NAM=/home/ady/ns-allinone-2.35/nam-1.15/

TCL=/home/ady/ns-allinone-2.35/tcl8.5.10/unix

(47)

3.2.1 Instalasi Patch EvalVid

Patch EvalVid bukan merupakan fitur default yang ada di NS-2.35. EvalVid berupa file kompresi 'evalvid-2.7.tar.bz2' yang dapat diperoleh dari website

http://www.tkn.tu-berlin.de/research/evalvid/ serta penambahan modul EvalVid pada NS-2 melalui modifikasi packet, agent dan traffic agent. Modifikasi ini dilakukan dengan beberapa langkah manual sebagai berikut:

3.2.2 Codec File Video

Sumber video dibutuhkan adalah berupa video raw, video ra w tersebut belum di encode dan biasanya disimpan dalam format YUV, karena YUV merupakan format yang didukung oleh banyak video encoder. File YUV di-encode menjadi mp4 melalui dua tahap, yaitu menggunakan tool ffmpeg.exe dan MP4Box sebagai berikut:

Modifikasi packe:t.h

Modifikasi agent.h

Modifikasi agent.cc

Penambahan file myudp.cc, myudp.h, myudpsink.cc, myudpsink.h,

mytraffictrace2.cc

Modifikasi ns-default.tcl

Modifikasi makefile

./configure ; make clean ; make

(48)

Pada tahap ini ra w video *.yuv yang akan disimulasikan diubah menjadi

codec video *.m4v, dimana kedua file berformat cif, file tujuan berformat mpeg4,

frame rate 30fps, ukuran group of pictures 9.

Dari file *.m4v selanjutnya dikonversi menjadi file *.mp4 agar dapat ditransmisikan dengan Maximum Transmission Unit (MTU) 1024bit dan frame rate

30fps. Agar dapat dapat dianalisa menggunakan tool EvalVid dan NS file video diterjemahkan menjadi file trace yang berisi nomor frame, jenis frame (B, I, P), besar paket dan waktu. File ini kemudian akan diproses pada saat menjalankan file *.tcl NS-2. Untuk menerjemahkannya kedalam bentuk trace, digunakan tool mp4trace.exe dengan perintah sebagai berikut :

3.2.3 Evaluasi File Trace

Selain file trace utama simulasi, NS juga menghasilkan file trace pengirim,

file trace penerima, dan file trace video. File trace pengirim dan penerima memiliki format yang sama :

Time stamp Packet Id Payload Size

Keterangan :

1. Time Stamp

Pada trace pengirim merupakan waktu pengiriman, yaitu waktu pada saat paket dikirim oleh pengirim. Pada trace penerima merupakan waktu pada saat paket diterima

2. Packet Id

./MP4Box.exe –hint -mtu 1024 -fps 30 -add foreman_cif.m4v

foreman_qcif.mp4

./mp4trace –f –s 192.168.0.2 12346 foreman_cif.yuv

(49)

Merupakan Urutan Id, yaitu nomor urutan dari tiap paket.

3. Payload Size

Merupakan ukuran paket yang berisi pa cket header.

Evaluation Trace (ET) merupakan bagian utama dari framework EvalVid. Penghitungan losses dan delay paket serta frame dilakukan di ET ini. Untuk penghitungan yang dibutuhkan hanya tiga file trace, yaitu sender, receiver trace serta

file trace video.

Untuk keperluan analisa dibutuhkan file video format YUV hasil rekonstruksi simulasi agar dapat dibandingkan kualitasnya dengan file YUV di awal yang belum

direkonstruksi, langkah pertama yang dilakukan adalah dengan menggunakan tool

etmp4.exe, menggunakan perintah :

Command tersebut akan meng-generate file video yang mungkin corrupt. Kemudian file-file ini di-decode menggunakan ffmpeg.exe untuk memproduksi file

YUV seperti terlihat di sisi penerima sebagai berikut:

Selain menghasilkan file MP4 etmp4.exe juga menghasilkan beberapa file seperti diperlihatkan Tabel 3.1 di bawah ini (xxx : nama file output).

./etmp.exe wired_sd wired_rd foreman_cif.st foreman_cif.mp4 foreman_cife

(50)

Tabel 3.1 File Etmp4

loss_xxx.txt Frame loss pada I, P, B, dan overall frame loss dalam bentuk %

delay_xxx.txt Frame-number, lost-flag, end-to-end delay, inter-frame gap sender, inter-frame gap receiver, dan cumula tive jitter in seconds

rate-s_xxx.txt Waktu, bytes per second (current time interval), dan bytes per second (cumulative) yang dihitung dari sisi pengirim

rate-r_xxx.txt Waktu, bytes per second (current time interval), dan bytes per second (cumulative) yang dihitung dari sisi penerima

Dari file-file pada Tabel 3.1, yang akan digunakan untuk analisa adalah

loss_xxx.txt untuk analisa frame loss dan delay_xxx.txt untuk analisa dela y dan jitter. Satu-satunya parameter QoS yang tidak dihasilkan langsung oleh tool EvalVid adalah

throughput, untuk mencari throughput ini digunakan file awk sehingga throughput

simulasi video tersebut ditampilkan.

Untuk mengetahui nilai MOS maka digunakan tool psnr.exe terlebih dahulu

untuk mengetahui nilai PSNR dari file video sebelum ditransmisikan dengan file video yang sudah ditransmisikan, sehingga nilai MOS dapat dipetakan setelah mendapatkan nilai PSNR, dengan perintah:

(51)

Trace utama dari simulasi yang dibangun tersusun dalam format yang dapat

Kejadian yang dicatat oleh NS, yaitu :

r: receive (paket yang diterima oleh tonode)

+: enqueue (paket keluar dari from node dan masuk ke dalam antrian) -: dequeue (paket keluar dari antrian)

d: drop (paket di-drop dari antrian

2. Time

mengindikasikan waktu terjadinya suatu event, dalam hitungan detik setelah

start.

3. From Node dan To Node

Kedua field ini menunjukkan keberadaan paket. Saat suatu kejadian dicatat, paket sedang berada pada link di antara From Node dan To Node

4. Packet Type

Menginformasikan tipe paket yang dikirim, contohnya udp, tcp, ack, cbb, dan

lain-lain.

5. Packet Size

Ukuran packet dalam byte.

6. Flag

Flag digunakan sebagai penanda, tetapi pada data dipenelitian ini flag tidak digunakan. Macam-macam flag yang digunakan antara lain :

a. E = mengindikasikan terjadinya kongesti (Congestion Experienced

(CE))

(52)

c. C = mengindikasikan ECN-Echo

d. A = mengindikasikan pengurangan window kongesti pada header TCP e. P = mengindikasikan prioritas

f. F = mengindikasikan TCP fast start 7. Flow id

Memberi nomor untuk mengidentifikasikan aliran data.

8. Source Addres

Alamat asal packet dalam bentuk node.port (contoh 2.0 = node ke 2 port 0)

9. Destination Address

Alamat tujuan packet dalam bentuk node.port (contoh 0.1 = node ke 0 port 1)

10.Sequence Number

Nomor urut paket.

11.Packet id

(53)

BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISA

Data output simulasi yang merepresentasikan parameter QoS diperoleh setelah simulasi jaringan dilakukan. Data output tersebut berupa trace file utama simulasi, trace file video, trace file pengirim, trace file penerima. Trace tersebut akan diolah untuk medapatkan informasi delay, packet loss, jitter, throughput, dan MOS. Hasil inilah yang akan dijadikan perbandingan berdasarkan parameter-parameter

yang telah ditentukan dan juga berdasarkan dari hasil pengamatan.

4.1Contoh Pengambilan Data

Parameter QoS yang digunakan adalah average delay, packet loss, jitter, throughput, dan MOS. Nilai average delay, jitter dan packet loss didapat dari file delay_xxx.txt dan loss_xxx.txt. File .txt tersebut dihasilkan oleh tool etmp4.exe. Nilai

throughput didapat menggunakan program awk. Untuk nilai MOS didapatkan dari

tool psnr.exe yang hasilnya dikonversikan ke dalam skala MOS dengan bantuan aplikasi Microsoft Excel.

4.1.1 Average Delay

(54)

Gambar 4.1 Contoh File Delay_foreman_cife.txt

Nilai average dela y diambil dari kolom 3. Kolom tersebut masih berupa nilai

end-to-end delay, program awk di bawah ini digunakan untuk mencari nilai average delay.

BEGIN { sum=0; no=0; }

{

if($2!=1){ sum+=$3; no++; }

} END{

(55)

Program awk tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

 Perintah untuk menyaring nilai lost-flag pada kolom 2 adalah sebagai berikut :

if($2!= 1){

sum+ = $3; no+ + ; }

 Perintah untuk menghitung nilai average delay dan menampilkan nilainya adalah sebagai berikut :

printf("average delay:%f sec\n", (float)sum/no);

4.1.2 Packet Loss

Nilai packet loss didapatkan dari tool etmp4.exe, sama seperti mendapatkan nilai average delay. Tool etmp4.exe tersebut menghasilkan file yang bernama

loss_(nama file video).txt. File ini yang kemudian digunakan untuk mengetahui nilai

packet loss tersebut. File loss_(nama file video).txt ditunjukkan oleh Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Contoh File Loss_foreman_cife.txt

4.1.3 Jitter

Nilai jitter diambil dari file delay_(nama file video).txt, sama seperti nilai

average delay. Berbeda dengan nilai average delay yang diambil dari kolom 3, nilai

(56)

Gambar 4.3 Contoh File Delay_foreman_cife.txt

4.1.4 Throughput

Tool Evalvid tidak menghasilkan nilai throughput seperti halnya nilai average delay dan packet loss. Program awk berfungsi untuk mengetahui nilai throughput

tersebut. Di bawah ini merupakan contoh listing program awk untuk mencari nilai

throughput [13].

BEGIN {

fromNode=0; toNode=1;

lineCount = 0;totalBits = 0; }

/^r/&&$3==fromNode&&$4==toNode { totalBits += 8*$6;

if ( lineCount==0 ) {

timeBegin = $2; lineCount++; } else {

timeEnd = $2; };

};

END {

duration = timeEnd-timeBegin;

print " Nilai Thoughput = " totalBits/duration/1e3 " kbps.";

(57)

Program awk di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

 Paket yang ditransmisikan melalui link yang menghubungkan node sumber ke

node penerima dijumlahkan dengan cara : /^r/&&$3==fromNode&&$4==toNode { totalBits += 8*$6;

 Waktu paket datang dan waktu paket yang terakhir pada node sumber ke node

tujuan dicari dengan cara :

if ( lineCount==0 ) {

timeBegin = $2; lineCount++; } else {

timeEnd = $2;

 Total durasi dari waktu kedatangan paket dan waktu paket sampai di node

tujuan dihitung dengan cara :

duration = timeEnd-timeBegin

 Nilai throughput dihitung dan ditampilkan di layar dengan cara :

print " Nilai Thoughput = " totalBits/duration/1e3 " kbps.";

(58)

 Nilai timeBegin dan timeEnd dicari, dengan perintah if ( lineCount==0 )

{ timeBegin = $2; lineCount++; } else { timeEnd = $2;

Maka di dapat nilai timeBegin = 0.043 dan timeEnd = 0.043504, dengan

packet id 0. Durasi paket dihitung dengan cara, timeEnd–timeBegin

=0.000504

 Paket yang ditramisikan tersebut dijumlahkan dengan cara,

totalBits += 8*$6;

Paket di kolom 6 dalam ukuran byte dan di kalikan 8 agar ukurannya menjadi

bit. TotalBits = 1064 + 1064 * 8 = 17024

 Nilai throughput dicari dengan rumus totalBits / durasi /1e3= 168169.532 kbps

4.1.5 Mean Opinion Score (MOS)

Nilai MOS merupakan hasil konversi dari nilai PSNR. Gambar 4.4

menampilkan contoh nilai PSNR frame per frame. Nilai PSNR tersebut kemudian dikonversikan melalui bantuan aplikasi Microsoft Excel untuk mendapatkan nilai

MOS pada tiap-tiap frame. Skala nilai MOS telah dijelaskan pada Bab II.

(59)

4.2Analisis Data

4.2.1 AverageDelay

Average delay adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk sebuah paket untuk mencapai tujuan. Average delay dijadikan salah satu indikator kinerja jaringan MPLS. Jika delay yang didapatkan meningkat, maka kinerja dari jaringan ini dikatakan menurun dan begitu sebaliknya. Average delay yang diuji adalah keseluruhan koneksi yang terjadi di jaringan. Tabel 4.1 memperlihatkan perbandingan

nilai a verage delay antara jaringan MPLS dan jaringan tanpa MPLS. Tabel 4.1 Data Average Delay

(60)

Gambar 4.5 memperlihatkan bahwa nilai avera ge delay pada jaringan yang menerapkan MPLS lebih baik dibandingkan dengan jaringan yang tidak

menggunakan MPLS. Secara keseluruhan nilai rata-rata average delay pada jaringan MPLS lebih kecil dibanding nilai jaringan yang tidak menggunakan MPLS. Hal itu

terjadi pada semua ukuran bandwidth, baik dari ukuran yang terendah 32 kbps maupun sampai ukuran terbesar 1024 kbps. Ini terjadi karena pada jaringan MPLS

memperpendek proses routing dari node pengirim ke node penerima dalam pengiriman paketnya. Proses yang diperlukan dalam routing pada jaringan MPLS tidak terlalu lama, sehingga paket akan cepat sampai ke tujuan yang diinginkan.

Delay maksimum yang direkomendasikan oleh ITU untuk aplikasi video dan suara adalah 150 ms. Sehingga hanya averagedelay untuk bandwidth 1024 kbps saja telah memenuhi standar ITU dan memenuhi kategori excellent.

4.2.2 Packet loss

Packet loss merupakan parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang. Packet loss dalam penelitian ini lebih ditekankan pada frame video yang tidak sampai ke sisi penerima atau biasa disebut

frame loss. Satuan packet loss yang ditetapkan dalam tugas akhir ini adalah %. Hasil dari packet loss ini disajikan dalam bentuk tabel dan grafik dengan bantuan aplikasi Microsoft Excel. Tabel 4.2 menampilkan nilai packet loss untuk semua ukuran

bandwidth beserta rata-rata packet loss jaringan MPLS dan non MPLS. Tabel 4.2 Data Packet loss

packet loss (%)

bandwidth Rata-rata 32 64 128 256 512 1024

(61)

Gambar 4.6 Grafik Packet loss

Dari Gambar 4.6, terlihat bahwa semakin besar ukuran bandwidth pada jaringan yang menggunakan MPLS maupun tidak menggunakan MPLS, maka semakin kecil

pula packet loss yang dihasilkan. Ini dikarenakan tidak adanya pembagian jalur trafik (tidak ada system load balancing) pada jaringan tersebut, maka tetap menggunakan jalur trafik yang sama ke arah client. Jalur ini akan terus dipertahankan sampai kondisi link putus, baru kemudian hello packet akan mengirimkan informasi untuk pembentukan jalur baru. Hal ini membuat terjadinya collision, congestion, maupun

policing antar paket. Sehingga mengakibatkan banyaknya trafik di jalur yang sama cukup besar, untuk setiap router yang dilalui. Hal ini menjadikan banyaknya paket yang dibuang dan menyebabkan nilai pa cket loss semakin besar.

Lain halnya pada jaringan yang menggunakan MPLS. Jaringan MPLS terdapat

explicit-route untuk metode reservasi jalur membentuk system load balancing yang

(62)

membagi trafik ke beberapa rute, yang dibentuk melalui virtual-circuit. MPLS juga menggunakan Label For warding Information Base (LFIB) untuk proses switching decision sehingga mencegah network overload [5].

Jika ditarik kesimpulan dari Gambar 4.5, maka nilai packet loss jaringan yang menggunakan MPLS lebih baik dibandingkan jaringan yang tidak menggunakan

jaringan MPLS untuk semua ukuran bandwidth.

4.2.3 Jitter

Jitter didefinisikan sebagai variasi delay atau variasi waktu kedatangan paket. Besarnya nilai jitter akan sangat dipengaruhi oleh variasi beban trafik dan besarnya

congestion yang ada dalam jaringan. Semakin besar nilai jitter akan mengakibatkan nilai QoS akan semakin turun. Pada tugas akhir ini satuan ukuran jitter adalah ms. Hasil dari jitter ini disajikan dalam bentuk tabel dan grafik dengan bantuan aplikasi Microsoft Excel. Tabel 4.3 menampilkan nilai jitter untuk semua ukuran bandwidth

beserta rata-rata jitter jaringan MPLS dan non MPLS.

Tabel 4.3 Data Jitter

Jitter (ms)

bandwidth

32 64 128 256 512 1024 non

mpls 1892.895886 853.185857 283.8200254 181.0444572 83.24797289 59.56934921

(63)

Gambar 4.7 Grafik Jitter

Dari gambar 4.7 dapat disimpulkan semakin besar bandwidth yang diterapkan pada jaringan MPLS maupun non MPLS, maka jitter yang dihasilkan akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan banyaknya congestion yang terjadi pada jaringan MPLS

maupun non MPLS. Congestion terjadi karena bandwidth yang tidak memadai sehingga paket saling bertumbukan. Bila dilihat dari Tabel 4.3, secara keseluruhan

nilai jitter untuk jaringan MPLS lebih baik daripada jaringan yang tidak menggunakan MPLS pada semua ukuran bandwidth. Hanya bandwidth 256, 512, dan 1024 kbps yang masuk dalam standar ITU kategori sedang dan jelek.

4.2.4 Throughput

Throughput yang dihitung merupakan throughput keseluruhan dari jaringan non MPLS dan jaringan MPLS. Satuan ukuran throughput yang ditetapkan pada tugas akhir ini adalah kilo bit per second (kbps). Kinerja jaringan dianggap baik jika

Gambar

Gambar 2.1 Konsep Dasar MPLS [6]
Gambar 2.2 Struktur Jaringan MPLS [6]
tabel ini dilakukan dengan protokol distribusi label dan sering juga disebut protokol
Gambar 2.3, cara kerjanya adalah dengan menyelipkan label di antara header layer 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Emas terabsorpsi oleh mineral silika sehingga berat jenis yang berperan pada proses flotasi menggunakan TBE (2,97 gram/mL) adalah berat jenis dari silika,

Pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPTPM) di Kota Bogor, berupaya untuk dapat melayani kepentingan masyarakat dalam

peserta yang berkeberatan dapat mengajukan surat sanggahan kepada panitia paling. lambat 5 (lima) hari kerja setelah tanggal

Pada awalnya organisasi ini bernama jami‟atul Quro‟ Mahasiswa, namun karena mengingat organisasi ini adalah organisasi intra kampus yang harus terbebas dari nama ataupun

(SOA)[7],yaitu dengan membuat paket-paket layanan dalam bentuk unit-unit kecil yang dapat dikembangkan secara terus-menerus. Metode SOA ini nantinya juga dapat mengintegrasikan

untuk menghasilkan pemerintahan negara yang sesuai berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dimana pemilihnya adalah warga Negara Indonesia sendiri.

Hasil uji toksisitas dengan metode BSLT dapat diketahui dari jumlah kematian larva udang Artemia salina Leach karena pengaruh ekstrak atau senyawa bahan alam tumbuhan tertentu

Usaha Simpan pinjam dengan pola syariah diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan Koperasi, tetapi usaha tersebut belum dapat beroperasi dengan baik dan