m-
•
Volurra 07 Noftm 01 ^JaiuMrt .2009
wMEuS^Bm
Pipe PcMnpai
Risiervoir Aas J •';' '•f^' 1S8N:1412-1S67 iff'•'•'.'• Bedi McdHZcole HasilPniaesGambar: Skema Pengolahan Air Sedertiana sacara Gravitaai
untuk Penufunan Kandungan Fe dan Mn
EF''
'K> i.*->rm m Ya.<'^'•'•m
•tv;'• i<WP
•v' '".-v "••••,'i.-, ., , f•'W'
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
PENGANTAR REDAKSI ii
1.
Influence of One Way Flow System to the Distribution of Dissolved Iron (Fe)
1-12
Concentration Using Integrated Hydrodinamic and Water Quality Numerical
Model
(RonyRidwan)
2.
Menurunkan Kadar Logam Besi (Fe) dan Mangaan (Mn) pada AirTanah Sumur
13-21
Gall di Surabaya dengan Media Pasir Batu Zeolit
(PungutAS)
3. Model Alokasi dan Nilai Air pada Sistem Sungai Multi Waduk 22 - 38
( Rispiningtati)
4.
Studi Potensi Air berdasarkan Imbuhan Air Hujan pada Sub-sub DASTawing
39 - 61
Kabupaten Trenggaiek (MJanu Ismoyo))
5.
Desalinasi Air Payau secara Ion Exchange dengan Treatmen Resin Sintetis
52 - 59
( Setyo Purwoto )
6.
Pengaruh Pencemaran Rembesan Aliran Air Sungai Kali Surabaya terhadap
60 - 66
Kualitas Air Sumur di Daerah Kecamatan Gayungan Surabaya ( H.Kusnan )
7. Pemanfaatan Limbah Cangkang Kelapa Sawit sebagai Bahan Campuran pada 66 - 76
Pembuatan Paving Stone
(I Nyoman Ringsun )
8.
Analisis dan Perancangan Ulang Sistem Pengendalian Umpan Tanur Putar
77 - 87
di PT.Semen Gresik
( Rony Haendra Rahwanto Fora)
'>/9.
Aplikasi Cropwat for Windows untuk Dasar Manajemen Sumber Daya Air
88 - 92
di Petak Tersier
Sugeng Prijono: Aplikasi Cropwat forWindows untuk Dasar Manajemen Sumberdaya Air dipetak Tersier
APLIKASI CROPWAT FOR WINDOWS
UNTUK DASAR MANAJEMEN SUMBERDAYA AIR Dl PETAK TERSIER
Oleh: Sugeng Prijono
ABSTRACT
Over the last decade, different regions of Indonesia were facing severe and prolonged droughts, where soil moisture deficits during the vegetation season frequently affected the crop growth, development and yields formation. Irrigation management model can simulate the complicated on-farm 'crop-soil-climate" phenomena to estimate the crop evapotranspiration and
im'gation schedule; furthermore, to plan the agricultural water requirements with different cropping
pattern. The aim of this paper is to evaluate the soil moisture dynamics and soil water deficits at the rooting depth of the n'ze and maize crop by using Cropwat for Windows model, in order to provide information necessary in taking decisions on water resources management. The model calculates evapotranspiration and crop water requirements, allows the development of recommendations for improved irrigation practices, the planning of irrigation schedules under varying water supply conditions, and the assessment of production under rainfed conditions or deficit irrigation. Simulation results analysis suggest that in the areas, where the rice and maize
water requirements exceeds the water supply, by application of adequate im'gation scheduling the yield losses are significantly reduced. Cropwat for Windows provides information necessary to
make decisions on im'gation management and allows the assessment of production under rainfed conditions or deficit irrigation.
Abstrak:
Pada dekade akhir-akhir ini, beberapa daerah di Indonesia mengalami kekeringan, dimana
terjadi defisit lengas tanah selama musim tanam dan seringkali mempengaruhi pertumbuhan
tanaman, perkembangan dan pertumbuhan hasil. Model manajemen irigasi dapat mensimulasikan phenomena tanaman'tanah-iklim" yang cukup rumit di atas lahan, untuk dapat
menduga evapotranspirasi tanaman dan penjadwalan irigasi, dengan pemecahan kebutuhan air
tanaman pertanian pada berbagai pola tanam. Tujuari paper ini adalah untuk mengevaluasi
dinamlka lengas tanah dan defisit air tanah di mintakatperakaran untuk tanaman padi dan Jagung
dengan model Cropwat for Windows, dengan maksud untuk informasi yang panting guna
pengambilan keputusan pada manajemen sumberdaya air. Model menghitung evapotranspirasi
dan kebutuhan air tanaman, memungkinkan mengembangkan rekomendasi untuk perbaikanpraktek irigasi, perencanaan penjadwalan irigasi dibawah berbagai kondisi ketersediaan air dan dapat mengevaluasi tingkat produksi dibawah kondisi tadah hujan atau defisit irigasi. Simulasi menunjukkan hasil analisis bahwa di lokasi yang diuji (sekitar waduk Karangkates) kebutuhan air
tanaman masih melebihi ketersediaan air, dengan aplikasi penjadwalan irigasi yang cukup maka
resiko kehilangan produksi akan dapat ditekan. Cropwat for Windows dapat menyediakan
informasi yang panting untuk membuat keputusan manajemen irigasi dan Juga dapat
mengevaluasi produksi dibawah kondisi tadah huJan atau defisit irigasi.
Kata Kunci: Cropwat for Windows, Evapotranspirasi, Irigasi
PENDAHULUAN
Teknologi pengelolaan irigasi pada petak tersier, yaitu meiiputi penjadwalan pelaksanaan irigasi dan berapa Jumiah yang dibutuhkan secara tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman. Irigasi mempunyai pengaruh positip tertiadap hasil tanaman yang ditanam jika pemberiannya dilakukan sebelum tanaman mengalami cekaman air. Irigasi merupakan cara penambahan air bila air jhujan yang masuk dalam tanah keterSediaannya tidak mencukupi kebutuhan
tanaman. Penjadwalan irigasi (schedulling)
adalah hal yang penting peranannya dalam tujuan pengelolaan air secara efisien dalam proses produksi pertanian. Untuk pertanian irigasi, penjadwalan irigasi didefinisikan oleh
Rodrignes et at. (2001) sebgai strategi
meminimalkan kebutuhan air dengan dampak terhadap produksi yang dapat ditoleransi, meskipun Shae et al. (1999) membuat definisi yang lebih sederhana
*) Dosen Fakuitas Pertanian Universitas Brawijaya Malang
Sugeng Prijono: Aplikasi CropwatforWindows untukDasar Manajemen SutnberdayaAirdipatakTersier
sebagai keputusan kapan perlu dilakukan irigasi dan berapa banyaknya air
yang diberikan.
Penjadwalan (schedulling) Ingasi dapat
dievaluasi dengan bantuan perangkat lunak
Cropwat for Windows. Data masukan yang
diperiukan meliputi meteorologi, hujan, tanah dan tanaman. Kasus perlakuan irigasi yang berkembang adalah irigasi diberikan tidak sesuai kebutuhan tetapi secara teijadwaltetap dengan ketebaian irigasi tertentu.
Tujuan
penelitian
ini akan mengevaluasi
perbedaan jumlah kebutuhan air irigasi dan
jumlah kehilangan sebagai perkolasi dengan
menggunakan Cropwat for Windows (versi 4.3).
Bahan Dan Metoda
Lokasi studi dipilih di wilayah sekitar
Waduk
Karangkates,
lahan
yang
disimulasikan berupa lahan sawah irigasi.
Pola tanam yang dipilih : (1)
Padi-Padi-Jagung dan (2) Padi-Padi-Padi-Jagung-Padi-Padi-Jagung. Jenis
tanahnya
bertekstur
lempung
(medium).
Data
meteorologi
diambil
dari
Stasiun
Pengamat Waduk Karangkates (8®09' LS
112®29' BT).
Berdasar data hujan tahun 1998 - 2007,
menurut Smith & Ferguson (1951) mempunyai ikiim : D , sedang menurutOldeman (1975) tipe ikiimnya termasuk: D3.
Model
CROPWAT
awalnya
dikembangkan oleh FAG di tahun 1999
untuk perencanaan dan pengelolaan proyek
irigasi. Versi terbaru dinamakan CROPWAT
for WINDOWS yang dapat dioperasikan
melalui interface window, merupakan hasil
kerjasama antara Land and Water
Development Division of FAO, Institute of
Irrigation
and
Development Studies of
Southampton UK dan National Water
Research Center (NWRC) -Egypt
Input
datanya meliputi : data meteorologi, tanah
dan tanaman.
Perhitungan ET potensial
menggunakan metode Penman-Monteith
dan
perhitungan
hujan
efektif
dengan
metode "USDA soil conservation service
methocT untuk tanaman Jagung.
Untuk Rot < 250 mm
PE = Ptot X 125
Untuk Ptot >125 mm : pjs = 125+0.1 x Ptot
dimana: Ptot = hujan total dan PE = hujan
efektif
Untuk tanaman Padi menggunakan rumus; PE = 0.6 X Rot -10.0 (Rot < 50 mm)
PE = 0.8 X Ptot - 20.0 (Rot > 50 mm)
Setelah data input yang diperiukan dimasukkan, model Cropwat for Windows
dapat menghitung dalam setiap dekade : (1)
koefisien tanaman, (2) evapotranspirasi
tanaman, (3) hujan efektiiF, (4) kebutuhan air
tanaman dan (5) perkolasi. Neraca air padalahan dapat dihitung dengan persamaan:
SMD, = SM),., + ETc-PE-JR+RO+DP
dimana : SMDt dan SMD|.i = deplesi lengas
tanah (mm) pada periode t dan t-1
Etc = evapotranspirasi aktual (mm)
PE = hujan efektif (mm) IR = ketebaian irigasi (mm) RO = runoff (mm)
DP = perkolasi dalam (mm)
Model juga dapat mengestimasi jadwal
irigasi masing-masing tanaman dengan lima
skenario: (1) setiap irigasi didefinisikan oleh pelaksana, (2) irigasi di bawah atau di atas
titik deplesi air tanah (%RAVy), (3) irigasi
pada interval tetap pada setiap fase, (4) defisit irigasi dan (5) tanpa irigasi. Kemudian cropwat for windows mulai mensimulasi
neraca air pada lahan, meliputi : (1) lama Irigasi. tanggal dan ketet>alan irigasi. (2) deplesi lengas tanah, (3) jumlah perkolasi, (4) evapotranspirasi aktual dan (5) hasil
tanaman. Reduksi hasil tanaman pada
masing-masing fiase dan kumulatifhya dapat dihitung dengan rumus:
i = phase pertumbuhan tanaman
1
Ky - faktor reduksi produksi
Ya dan ETa = produksi dan ET aktual Ym dan ETm produksi dan ET maksimum Tabel 1. Rerata hujan efektif (mm) dan ET
dimana: Bulan Pe (untuk Padi) (mm) Pe (untuk Jagung) (mm) ETo (mm) Januari 224.8 306 4.48 Pebruari 229.6 312 4.24 Maret 267.2 359 4.61 April 148.8 211 4.64 Mei 44.8 81 4.41 Juni 36.8 71 4.31 Juli 8.0 30 4.50 Agustus 0.0 6 5.02 September 5.0 25 5.48 Oktober 89.6 137 5.46 Nopember 188.8 261 4.76 Desember 307.2 409 3.90
Sugeng Prijono:AplScasi Cropwat forWindows untuk DasarManajemen Sumberdaya Air dipetak Tersier
Tabel 2. Pertumbuhan tanaman yang diperlukan dan indikatomya
Tanaman Indikator Phase Pertumbuhan Total
1 II III IV
Padi Lama phase (hari) 10 40 50 20 120
Kc 1.20 » > 1.33 0.90
Ky 1.30 2.00 3.00 0.40 1.70
Perakaran (m) 0.10 » > 0.40 0.40
DeplesI (p) 0.50 » > 0.90 0.20
Jagung Lama phase (hari) 17 40 33 15 105
Kc 0.30 » > 1.20 0.50
Ky 0.40 0.40 1.30 0.50 1.25
Perakaran (m) 0.30 > » 0.60 0.60
DeplesI (p) 0.50 » > 0.50 0.80
Skenario pola tanam; 1. Padi - Padi - Jagung 2. Padi- Jagung - Jagung
Pad! (MH) ditanam 20 Desember dan panen 19 April
Padi (MK1) ditanam 29 April dan panen 27
Agustus
Jagung (MK1) ditanam 29 April dan panen 12 Agustus
Jagung (MK2) ditanam 6 September dan panen 20 Desember
Tabel 3. Kriteria penjadwalan irigasi yang dievaluasi
Kriteria Periakuan Irigasi Kode
1 DllrigasI blla 50% total air siap tersedia (RAM) telah
habIs dan dllrigasi dikembalikan 100% RAM
100% RAM
2 Dlirigasi bila 50% total air slap tersedia (RAM) telah
habIs dan dilrigasi dikembalikan 75% RAM
75% RAM
3 Dlirigasi bila 50% total air siap tersedia (RAM) telah
habis dan dllrigasi dengan ketebaian air 75 mm (padi)
dan 50 mm (jagung)
fix 75mm (padi) fix 50 mm (jagung)
4 Dlirigasi dengan tetap tiap 10 harian dengan ketebaian
75 cm (padi) dan 50 mm (jagung)
fix 10days/75mm
fix 10 days/50 mm
5 Tanpa irigasi (kondisi air terbatas) Rainfed
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dislmulaslkan dengan Cropwat
for Windows untuk Irigasi tanaman padi dan
jagung (Tabel 2) dengan data meteorologi
untuk wliayah daerah Waduk Karangkates
(Tabel
1)
dan
perbedaan
kriteria
penjadwalan (Tabel 3).
Hasil simulasi
maslng-masing tanaman, disajikan dalam
Tabel 4-7. Untuk model pola tanam yang
diskenariokan
kondlslnya
tinggal
menggabungkan,
sesual
pillhan
tanamannya.
Secara
keseluruhan
opsi
irigasi
dengan pedoman kondlsl ketersediaan air
tanah , yaitu 50% air yang slap tersedia
(RAM) habis baru dllakukan Irigasi adalah
cara yang paling balk. Adapun cara
pemberiannya balk dikemballkan ke 100%
maupun 75% RAM sama-sama tidak berpengaruh terhadap reduksl produksi, tetapi dalam penghematan air irigasi lebih baik yang irigasi 75% RAM. Periakuan irigasi tampak jelas berpengaruh terhadap peningkatan produksi tanaman, dari periakuan tanpa irigasi semua tanaman mengalami reduksl produksi. Dikarenakan kebutuhan air aktual (Eta) lebih rendah
dibanding potensialnya (Etm).
Periakuan pemberian irigasi secara fix
dengan ketebaian tertentu tampak teijadi
kehilangan air irigasi (perkolasi) yang besar
sesual tebal Irigaslnya, balk jadwal
pemberiannya setelah 50% RAM habIs atau tetap tiap sepuluh harian. Kebutuhan air irigasi netto lebih besar periakuan 50% RAM
habis dibanding tetap teijadwal 10 harian.
Sugeng Prijono: Aplikasi Cropwat forWindowsuntuk Dasar Manajemen SumberdayaAirdipetakTersier
Tabel 4. Pengaruh kondisi terbatas air dan perbedaan opsi irigasi terhadap kebutuhan air tanaman, kebutuhan air Irigasi, kehiiangan air dan estimasi reduksi produksl untuk tanaman Pad! (MH)
Opsi Hujan ETm IWR ETa Irigasi Perkolasi Reduksi
Irigasi efektif netto produksi
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (%) 100%RAM 945.17 664.0 0.0 664.0 590.0 0 0.0 75%RAM 945.17 664.0 0.0 664.0 419.5 0 0.0 Fix 75 mm 945.17 664.0 0.0 664.0 2550.0 1960.0 0.0 10 day/75mm 945.17 664.0 0.0 653.5 900.0 658.1 0.0 Rainfed 945.17 664.0 0.0 649.1 0 0 3.8
*) IWR: kebutuhan air irigasi
Pemberian air irigasi sesuai kondisi ketersediaan air dalam tanah dapat meningkatkan produksi padi dari kemungkinan reduksi sebesar 3.8% seandainya tanpa perlakuan irigasi (hanya dari air hujan yang masuk dalam tanah).
Sistim irigasi dengan ketebalan tetap 75 mm sangat tidak efisien, karena teijadi kehiiangan meiaiui perkolasi sebesar 99-300% (658/664 x 100 sampai 1960/664 xlOO). Tetapi dari segi recharge air t>awah tanah sangat baik kontribusinya.
Tabel 5. Pengaruh kondisi terbatas air dan perbedaan opsi irigasi terhadap kebutuhan air tanaman, kebutuhan air irigasi, kehiiangan air dan estimasi reduksi produksi untuk tanaman Padi
Opsi Hujan ETm IWR ETa Irigasi Perkolasi Reduksi
Irigasi efektif netto produksi
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (%) 100%RAM 95.87 708.4 612.5 708.4 625.1 0.0 0.0 75%RAM 95.87 708.4 612.5 708.4 593.6 0.0 0.0 Fix 75 mm 95.87 708.4 612.5 708.4 2700.0 2074.9 0.0 10 dav/75mm 95.87 708.4 612.5 668.4 900.0 412.3 9.6 Rainfed 95.87 708.4 612.5 233.9 0.0 0.0 113.9
Tabel 5 dan Tabel 6 menunjukkan kehiiangan air irigasi akibat cara pemberian
irigasi tetap tap periode 10 hari dengan tebal
75 mm, sebesar 58% - 99%. Reduksi produksi set)esar 9.6% terjadi pada Padi
(MK1), lebih rendah dibanding bila tanpa irigssi (astlmasinya gaga! produksi).
Sebaliknya untuk Jagung kehiiangan air
irigasi lebih rendah karena tebal irigasi juga lebih kecil (50 mm), dan kemungkinan tidak
terjadi reduksi produksi. Seandainya tanpa perlakuan irigasi akan terjadi reduksi
produksi yang cukup besar yaitu mencapai
60% (Tabel 6). Kaiau pada MK2 ditanam Jagung di wilayah seldtaf Waduk
Karangkates, dengan tanpa irigasi Jagung
tidak terjadi reduksi produksi. Jadi bila kondisi ketersediaan air pada MK2 terbatas. maka tanam Jagung masih dapat produksi optimal karena ETa = ETm (Tabel 7). Penggunaan opsi irigasi tetap tiap periode
10 hari dengan tebal 75mm/50mm, pola Padi-Jagung^agung lebih t>aik dibanding
Padi-Padi-Jagung.
Tabel 6. Pengaruh kondisi terbatas air dan perbedaan opsi irigasi terhadap kebutuhan air tanaman, kebutuhan air irigasi, kehiiangan air dan estimasi reduksi produksi untuk tanaman Jagung (MK1)
Opsi Hujan ETm IWR ETa Irigasi Perkolasi Reduksi
Irigasi efektif netto produksi
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (%) 100%RAM 170.87 410.11 277.96 410.1 293.5 0.0 0.0 75%RAM 170.87 410.11 277.96 410.1 260.8 0.0 0.0 Fbc 50 mm 170.87 410.11 277.96 410.1 650.0 356.5 0.0 10day/50mm 170.87 410.11 277.96 410.1 500.0 204.7 0.0 Rainfed 170.87 410.11 277.96 213.2 0.0 0.0 60.0
Sugeng Prijono: Aplikasi Cropwat for Windows untuk Dasar Manajemen SumberdayaAir dipetakTersier
Tabel 7. Pengaruh kondisi terbatas air dan perbedaan ops! Irigasi terhadap k0butuhan air tanaman, kebutuhan air irigasi, kehilangan air dan estimasi reduksi produksi untpk tanaman
Jagung (MK2)
Opsi Hujan ETm IWR ETa Irigasi Perkolasi Reduksi
Irigasi efektif netto produksi
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (%) 100%RAM 382.80 432.68 71.64 432.68 291.1 0.0 0.0 75%RAM 382.80 432.68 71.64 432.68 160.1 0.0 0.0 Fix 50 mm 382.80 432.68 71.64 432.68 650.0 358.9 0.0 10 day/50mm 382.80 432.68 71.64 432.68 500.0 411.5; 0.0 Rainfed 382.80 432.68 71.64 432.68 0.0 0.0 0.0 KESIMPULAN
1. Perangkat lunak Cropwat for Windows
dapat digunakan untuk pedoman dasar
dalam manajemen sumt>erdaya air di
petak tersier.
2.
Kriteria penjadwalan irigasi (scheduliing)
yang paling baik adalah berdasarkan
pada kondisi ketersediaan air dalam
tanah.
3. Pemberian irigasi secara tetap dalam periode tetap dan ketebalan tetap akan beresiko tidak efisien dalarii penggunaan air irigasi.
DAFTAR PUSTAKA
Allen,R.G., L.S. Pereira, D. Raes and M. Smith. 1998. Crop evapotranspiration : Guidelines for
computing crop water requirements. Irrigation and Drainage Paper 66, FAO, Rome, Italy.
Al-Jamal M.S., T.W. Sammis, S. Ball and D. Smeal. 1999. Yield-Based, Irrigated onion crop
coefficients, Applied Engineering in Agriculture, 15(6):659-668.
Doorent)os J. and A.M. Kassam. 1986. Yield response to water, Im'gation and Drainage Paper
33, FAO, Rome, Italy.
Emest L.M. and M.L Comelius. Assessing the impact of climate on crop water use and crop
water productivity : The cropwat analysis of three districts in Cameroon, Retrived from :
j
www.cpeDa.co.za/docs/CDP no 37.Ddf. Accessed 3-4-2008.
Fredrick K Karanja. Cropwat model analysis of crop water use in six district in Kenya, Retrived
from : www.ceeDa.co.za/docs/CDP no 35.pdf. Accessed 3-4-2008.