i
PENGEMBANGAN KOMIK SEBAGAI MEDIA
PEMBELAJARAN AKUNTANSI PADA KOMPETENSI DASAR
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI UNTUK SISWA SMK
KELAS X
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
PINALIS TIODORA
NIM : 101334056
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Persembahan
Dengan sepenuh hati karya ilmiah ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Kedua orang tuaku yang terkasih yaitu Ayah F.A Mukiyanto dan
Ibu B.Martinah
Segenap kelurgaku kakak Krismawati, Edi wijaya, Tri mariatun dan
adiku Budi santoso
Keluarga Kecilku yang tersayang Mas Bambang Susilo dan calon
buah hati kami
Seluruh sahabat-sahabatku
v Motto
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku
(Filipi 4: 13)
Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulutNya datang pengetahuan dan kepandaian. Ia menyediakan pertolongan bagi orang jujur,
viii ABSTRAK
PENGEMBANGAN KOMIK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN AKUNTANSI PADA KOMPETENSI DASAR PERSAMAAN DASAR
AKUNTANSI UNTUK SISWA SMK KELAS X
Pinalis Tiodora Univesitas Sanata Dharma
2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan komik pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media dan sumber belajar dalam pembelajaran akuntansi bagi siswa SMK kelas X semester I, khususnya pada pembelajaran materi Persamaan Dasar Akuntansi.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and
Development atau R&D). Pengembangan komik dilakukan dengan
langkah-langkah desain sistem pembelajaran menurut Dick and Carey. Validasi dilakukan oleh dua orang ahli materi dan satu orang ahli media. Subjek uji coba produk adalah siswa SMK kelas X Akuntansi. Uji coba terdiri dari tiga tahap yaitu: uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan wawancara. Data berupa hasil penelitian mengenai kualitas produk dan saran untuk merevisi produk yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk komik yang dikembangkan layak digunakan sebagai media pembelajaran khususnya pada materi Persamaan Dasar Akuntansi pada SMK kelas X bidang keahlian Akuntansi. Hal ini dibuktikan oleh: (1) hasil penilaian dari ahli materi I menilai “sangat baik” dengan rata-rata
skor sebesar 4.4; (2) hasil penilaian dari guru atau ahli materi II menilai “baik”
denganrata-rata skor sebesar 3.9; (3) hasil penilaian dari ahli media menilai “sangat
baik” dengan rata-rata skor sebesar 4.3; (4) hasil penilaian dari uji coba perorangan
menilai “sangat baik” dengan rata-rata skor 4.3; (5) hasil penilaian dari uji
kelompok kecil menilai “baik” dengan rata-rata skor sebesar 3.8; (6) hasil penilaian
ix ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF COMIC AS AN ACCOUNTING LEARNING MEDIUM ON BESIC COMPETENCE OF FUNDAMENTAL ACCOUNTING EQUATION FOR THE TENTH CLASS STUDENTS OF
VOCATIONAL HIGH SCHOOLS
Pinalis Tiodora Universitas Sanata Dharma
2014
This study aims to divelop a comic that can be used as a media and source of accounting learning for the students of the tenth grade students of Social Science Departement of Vocational High School,with main topic: Basic Accounting Equation
This research is a research and development (R&D). The comic was developed by applying procedure system suggested by Dick & Carey. In maintaining the validity of this study, two experts of material design and one expert of media design were involved. The comic was tested to the students of the tenth gradestudents of Social Science Departement of VocationalHigh School. The trial consisted of three steps: they were individual trial, small group trial, and field trial. The data were obtained by questionnaire and interview. On the other hand, the data that were related to the quality of the research product and the suggestion for the research product were analysed in a descriptiv way.
Research findings show that the comic product was suitable to be used for learning media for basic accounting equation of the tenth grade students of Social Science Departement in SMK Muhammadiyah Cangkringan.(1) the assessment
from the material’s expert is in a very good criteria with the average score is 4.4;
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan khadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengembangan Komik sebagai Media Pembelajaran AkuntansiPada Kompetensi
Dasar Persamaan Dasar AkuntansiUntuk Siswa SMK Kelas X” dengan baik. Tugas
ini di buat untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pendidikan di program studi pendidikan akuntansi, fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu dan
membimbing penulis. Oleh sebab itu melalui kesempatan inipenulis mengucapkan
trima kasih atas selesainya penyusunan skripsi ini, kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Indra Darmawan, SE., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Ekonomi Bidang Kahlian Khusus Pendidikan Akuntansi.
4. Bapak Agustinus Heri Nugroho S.Pd.M.Pd., selaku dosen pembimbing yang
telah bersedia memberikan saran, kritik, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
untuk membimbing dan mengarahkan penulis.
5. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji I yang telah
meluangkan waktu untuk menguji,memberi kritik dan saran demi
xi
6. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku dosen penguji II yang telah
meluangkan waktu untuk menguji,memberi kritik dan saran demi
kesempurnaan sekripsi ini.
7. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.Si. selaku ahli materi I yang membantu
peneliti dalam mengevaluasi dan memberikan saran untuk perbaikan buku
komik yang dikembangkan.
8. Ibu Benedecta Indah Nugraheni, S.Pd., SIP., M.Pd. selaku ahli media
pembelajaran yang membantu peneliti dalam mengevaluasi dan memberikan
saran untuk perbaikan buku komik yang dikembangkan.
9. Bapak Drs. Sudaryono Selaku kepala sekolah yang telah memberikan ijinuntuk
melakasanakan penelitian di SMK Muhammadiyah Cangkringan.
10. Ibu Endang S.S Selaku guru mata pelajaran akuntansi kelas X di SMK
Muhammadiyah Cangkringan yang sudah memberi waktu, pikiran dan tenaga.
11. Siswa kelas X SMK Muhammadiayah Cangkringan tahun ajaran 2014/2015
yang sudah memberikan waktunya sebagai subjek dalam penelitian ini.
12. Segenap dosen dan staf sekretariat Universitas Sanata Dharma jurusan
Pendidikan Akuntansi
13. Keluarga tercinta, Ayah dan Ibu yang selalu memberikan semangat dan
dorongan berupa materi dan doanya
14. Suami dan calon buah hati kami yang selalu mendukung usaha dan membantu
saya memudahkan penelitian saya.
15. Segenap teman-teman yang terlibat dalam menyelesaikan penelitian ini antara
xiii
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN BIMBINGAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI ... vii
ABSTRAK ... viii
A. LatarBelakangMasalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Batasan Masalah... 5
D. Tujuan penelitian ... 5
E. Spesifikasi Produk yang Diharapkan... 5
F. Pentingnya Pengembangan... 6
BAB II KAJIA PUSTAKA ... 8
A. Media Pembelajaran ... 8
B. Pengertian Akuntansi ... 9
C. Tujuan Pembelajaran Akuntansi ... 10
D. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Akuntansi ... 11
E. Media Pembelajaran Berbentuk Komik ... 14
1. Definisi dan Karakteristik Komik ... 14
2. Jenis-jenis Komik ... 15
3. Komik sebagai Media Pembelajaran ... 19
4. Kelebihan-kelebihan komik ... 20
5. Kekurangan-kekurangan komik ... 21
F. Penelitian dan Pengembangan ... 21
G. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 30
F. Instrumen Pengumpulan Data ... 34
xiv
BAB IV HASIL PENGEMBANGAN ... 38
A. Desain Awal Produk ... 38
1. Konsep Produk ... 38
2. Sketsa Produk ... 39
3. Pengumpulan Bahan Produk ... 39
4. Pembuatan Komik Akuntansi... 40
B. Data Validasi Ahli ... 46
C. Revisi Produk Ahli ... 78
D. Data Uji Coba Perorangan ... 83
E. Revisi Produk Dari Uji Coba Perorangan ... 92
F. Data Uji Coba Kelompok Kecil ... 92
G. Revisi Produk Dari Uji Kelompok Kecil ... 101
H. Data Uji Coba Lapangan ... 101
I. Revisi Produk Dari Uji Lapangan ... 109
J. Analisis Data ... 109
1. Analisis Data Dari Ahli Materi ... 110
2. Analisis data Dari Ahli Media ... 134
3. Analisis Data Dari Uji Coba Perorangan ... 146
4. Analisis Data Dari Uji Kelompok Kecil ... 154
5. Analisis Data Dari Uji Lapangan ... 161
K. Kajian Produk Akhir ... 168
BAB V PENUTUP ... 170
A. Kesimpulan ... 170
B. Batasan ... 171
C. Saran ... 172
DAFTAR PUSTAKA ... 174
LAMPIRAN ... 176
xv
Halaman
Tabel 2.1 Kompetensi Intidan Kompetensi dasar Akuntansi
SMK kelas X Semester Ganjil ... 12
Tabel 3.1 Pedomana konversi Data Kuantitatif ke data Kualitatif Dengan skala lima (PAP) ... 36
Tabel 4.1 Hasil Penilaian Tahap I Produk Buku Komik Oleh Ahli Materi... 49
Tabel 4.2 Hasil Penilaian Tahap II Produk Buku Komik Oleh Ahli Materi... 54
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Validasi Ahli Materi ... 60
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Produk Buku Komik oleh Ahli Materi II ... 61
Tabel 4.5 Hasil Penilaian Buku Komik oleh Ahli Media Tahap I ... 67
Tabel 4.6 Hasil Penilaian Buku Komik oleh Ahli Media Tahap II ... 72
Tabel 4.7 Rekapitulasi Data Validasi Ahli Media ... 77
Tabel 4.8 Contoh Penilaian Produk Uji Coba Perorangan ... 84
Tabel 4.9 Data Penelitian siswa pada Uji Coba perorangan ... 88
Tabel 4.10 Contoh Penilaian Produk Uji Coba Kelompok Kecil ... 93
Tabel 4.11 Data Penilaian Siswa Pada Uji Coba Kelompok Kecil ... 97
Tabel 4.12 Contoh Penilaian Produk Uji Coba Lapangan... 102
Tabel 4.13 Data Penilaian Siswa Pada Uji Coba Lapangan ... 105
Tabel 4.14 Distribusi Frekuansi Penilaian I Aspek Meteri oleh Ahli Materi I ... 111
Tabel 4.15 Distribusi Frekuansi Penilaian I Aspek Kebahasaan Oleh ahli Materi I ... 112
Tabel 4.16 Distribusi Frekuansi Penilaian I Aspek Penyajian oleh ahli Materi I ... 114
Tabel 4.17 Distribusi Frekuansi Penilaian I Aspek Kelayakan Media oleh Ahli Materi I ... 115
Tabel 4.18 Distribusi Frekuansi Penilaian I Aspek Tampilan Menyeluruh oleh Ahli Materi I... 117
Tabel 4.19 Kualiatas Buku Komik Hasil Validasi Pertama dari Ahli Materi ... 118
Tabel 4.20 Distribusi Frekuansi Penilaian II Aspek Meteri oleh Ahli Materi I ... 119
Tabel 4.21 Distribusi Frekuansi Penilaian II Aspek Kebahasaan oleh Ahli Materi I ... 121
Tabel 4.22 Distribusi Frekuansi Penilaian II Aspek Penyajian oleh Ahli Materi I ... 122
Tabel 4.23 Distribusi Frekuansi Penilaian II Aspek Kelayakan Media oleh Ahli Materi I ... 124
Tabel 4.24 Distribusi Frekuansi Penilaian II Aspek Tampilan Menyeluruh oleh Ahli Materi I... 125
xvi
Oleh Ahli Materi II ... 128 Tabel 4.27 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek penyajian
Oleh Ahli Materi II ... 130 Tabel 4.28 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Kelayakan Media
Oleh Ahli Materi II ... 131 Tabel 4.29 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Tampilan Menyeluruh
Oleh Ahli Materi II ... 132 Tabel 4.30 Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap I Aspek Kebahasaan
Oleh Ahli Media ... 134 Tabel 4.31 Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap I Aspek Penyajian
Oleh Ahli Media ... 136 Tabel 4.32 Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap I Aspek
Kelayakan Media Oleh Ahli Media ... 137 Tabel 4.33 Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap I Aspek Tampilan
Menyeluruh Oleh Ahli Media ... 139 Tabel 4.34 Kualitas Buku komik hasil Validasi Pertama ... 140 Tabel 4.35 Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap II Aspek Kebahasaan
Oleh Ahli Media ... 141 Tabel 4.36 Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap II Aspek Penyajian
Oleh Ahli Media ... 142 Tabel 4.37 Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap II Aspek
Kelayakan Media Oleh Ahli Media ... 144 Tabel 4.38 Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap II Aspek Tampilan
Menyeluruh Oleh Ahli Media ... 145 Tabel 4.39 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Materi
Dari Uji Coba Perorangan ... 147 Tabel 4.40 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Kebahasaan
Dari Uji Coba Perorangan ... 148 Tabel 4.41 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Penyajian
Dari Uji Coba Perorangan ... 149 Tabel 4.42 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Kelayakan Media
Dari Uji Coba Perorangan ... 151 Tabel 4.43 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Tampilan Menyeluruh
Dari Uji Coba Perorangan ... 152 Tabel 4.44 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Materi
Dari Uji Coba kelompok Kecil ... 154 Tabel 4.45 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Kebahasaan
Dari Uji Coba Kelompok Kecil ... 155 Tabel 4.46 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Penyajian
Dari Uji Coba Kelompok kecil ... 157 Tabel 4.47 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Kelayakan Media
Dari Uji Coba Kelompok Kecil ... 158 Tabel 4.48 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Tampilan Menyeluruh
Dari Uji Coba Kelompok Kecil ... 160 Tabel 4.49 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Materi
Dari Uji Coba Lapangan ... 161 Tabel 4.50 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Kebahasaan
xvii
Tabel 4.51 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Penyajian
Dari Uji Coba Lapangan ... 164 Tabel 4.52 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Kelayakan Media
Dari Uji Coba Lapangan ... 165 Tabel 4.53 Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Tampilan Menyeluruh
Dari Uji Coba lapangan ... 166 Tabel 4.54 Hasil Wawancara dari Perwakilan Uji Coba Perorangan
Uji Coba Kelompok Kecil dan Uji Lapangan ... 169
xviii
Halaman
Gambar 4.1 Tampilan Halaman Depan ... 40
Gambar 4.2 Tampilan Halaman Kata Pengantar ... 41
Gambar 4.3 Tampilan Halaman Kompetensi ... 41
Gambar 4.4 Tampilan Halaman Daftar Isi ... 42
Gambar 4.5 Tampilan Halaman Petunjuk Penggunaan Buku Komik ... 42
Gambar 4.6 Tampilan Halaman Pengenalan Tokoh ... 43
Gambar 4.7 Tampilan Halaman Materi ... 43
Gambar 4.8 Tampilan Latihan Soal ... 44
Gambar 4.9 Tampilan Halaman Kunci Jawaban ... 44
Gambar 4.10 Tampilan Halaman Evaluasi ... 45
Gambar 4.11 Tampilan Halaman Profil penulis ... 45
Gambar 4.12 Tampilan Halaman Kata Pengantar Sebelum Revisi... 79
Gambar 4.13 Tampilan Halaman Kata Pengantar setelah Revisi ... 79
Gambar 4.14 Tampilan Halaman Indikator sebelum Revisi ... 80
Gambar 4.15 Tampilan Halaman Indikator setelah Revisi ... 80
Gambar 4.16 Tampilan Halaman Depan Sebelum Revisi ... 81
Gambar 4.17 Tampilan Halaman Depan Setelah Revisi ... 80
Gambar 4.18 Tampilan Halaman Petunjuk Buku Komik Sebelum Revisi .... 82
Gambar 4.19 Tampilan Halaman Petunjuk Buku Komik Setelah Revisi ... 83
Gambar 4.20 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap I Aspek Materi Oleh Ahli Materi I ... 112
Gambar 4.21 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap I Aspek Kebahasaan Oleh Ahli Materi I ... 113
Gambar 4.22 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap I Aspek Penyajian Oleh Ahli Materi I ... 115
Gambar 4.23 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap I Aspek Kelayakan Media Oleh Ahli Materi I ... 116
Gambar 4.24 Diagram Batang Distribusi Frekuensi PenilaianTahap I Aspek Tampilan Menyeluruh Oleh Ahli Materi I ... 118
Gambar 4.25 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap II Aspek Materi Oleh Ahli Materi I ... 120
Gambar 4.26 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap II Aspek Kebahasaan Oleh Ahli Materi I ... 122
Gambar 4.27 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap II Aspek Penyajian Oleh Ahli Materi I ... 123
Gambar 4.28 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap II Aspek Kelayakan Media Oleh Ahli Materi I ... 125
Gambar 4.29 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap II Aspek Tampilan Menyeluruh Oleh Ahli Materi I ... 126
Gambar 4.30 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Materi Oleh Ahli Materi II ... 128
Gambar 4.31 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penilaian Aspek Kebahasaan Oleh Ahli Materi II ... 129
xix
Gambar 4.33 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penilaian
Aspek Kelayakan Media Oleh Ahli Materi II ... 132 Gambar 4.34 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penilaian
Aspek Tampilan Menyeluruh Oleh Ahli Materi II ... 133 Gambar 4.35 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap I
Aspek Kebahasaan Oleh Ahli Media ... 135 Gambar 4.36 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap I
Aspek penyajian Oleh Ahli Media ... 137 Gambar 4.37 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap I
Aspek Kelayakan Media Oleh Ahli Media ... 138 Gambar 4.38 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap I
Aspek Tampilan Menyeluruh Oleh Ahli Materi II ... 140 Gambar 4.39 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap II
Aspek Kebahasaan Oleh Ahli Media ... 142 Gambar 4.40 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap II
Aspek Penyajian Oleh Ahli Media ... 143 Gambar 4.41 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap II
Aspek Kelayakan Media Oleh Ahli Media ... 145 Gambar 4.42 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Penilaian Tahap II
Aspek Tampilan Menyeluruh oleh Ahli Media ... 146 Gambar 4.43 Diagram Batang Distribusi Frekuensi
Aspek Materi pada Uji Coba Perorangan ... 148 Gambar 4.44 Diagram Batang Distribusi Frekuensi
Aspek Kebahasaan pada Uji Coba Perorangan ... 149 Gambar 4.45 Diagram Batang Distribusi Frekuensi
Aspek Penyajian pada Uji Coba Perorangan ... 150 Gambar 4.46 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Aspek Kelayakan
Media pada Uji Coba Perorangan ... 152 Gambar 4.47 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Aspek Tampilan
Menyeluruh pada Uji Coba Perorangan ... 153 Gambar 4.48 Diagram Batang Distribusi Frekuensi
Aspek Materi pada Uji Coba Kelompok Kecil ... 155 Gambar 4.49 Diagram Batang Distribusi Frekuensi
Aspek Kebahasaan pada Uji Coba Kelompok Kecil ... 156 Gambar 4.50 Diagram Batang Distribusi Frekuensi
Aspek Penyajian pada Uji Coba Kelompok Kecil ... 158 Gambar 4.51 Diagram Batang Distribusi Frekuensi
Aspek Kelayaan Media pada Uji Coba Kelompok Kecil ... 159 Gambar 4.52 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Aspek Tampilan
Menyeluruh pada Uji Coba Kelompok Kecil ... 161 Gambar 4.53 Diagram Batang Distribusi Frekuensi
Aspek Materi pada Uji Coba Lapangan ... 162 Gambar 4.54 Diagram Batang Distribusi Frekuensi
Aspek Kebahasaan pada Uji Coba Lapangan ... 163 Gambar 4.55 Diagram Batang Distribusi Frekuensi
Aspek Penyajian pada Uji Coba Lapangan ... 165 Gambar 4.56 Diagram Batang Distribusi Frekuensi
xx
Gambar 4.57 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Aspek Tampilan
Menyeluruh pada Uji Coba Lapangan ... 167
xxi
Halaman
Lampiran 1 Sketsa Produk ... 177
Lampiran 2 Lembar Evaluasi ... 182
A. Ahli Materi I ... 182
B. Ahli Media ... 189
... C. Ahli Materi II... 195
D. Uji Coba Perorangan ... 203
E. Uji Coba Kelompok Kecil ... 210
F. Uji Coba Lapangan ... 217
Lampiran 3 Hasil Validasi ... 223
A. Penilaian dari Ahli Materi I ... 223
1. Revisi I ... 223
2. Revisi II ... 230
B. Penilaian dari Ahli Materi II ... 237
C. Penilaian dari Ahli Media ... 245
1. Revisi I ... 245
2. Revisi II ... 251
Lampiran 4 Contoh Penilaian Kuisioner Uji coba ... 258
A. Penilaian Dari Uji Coba Perorangan ... 258
B. Penilaian dari Uji Coaba Kelompok Kecil ... 266
C. Penilaian dari Uji Coba Lpangan ... 274
Lampiran 5 Dokumentasi ... 281
A. Dokumentasi pada saat Uji Coba Perorangan ... 281
B. Dokumentasi Pada Saat Uji Coba Kelompok Kecil ... 283
C. Dokumentasi Pada saat Uji Coba Lapangan ... 284
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian ... 286
A. Surat Ijin Penelitian dari FKIP USD ... 287
B. Surat Ijin Penelitian dari SETDA DIY ... 288
C. Sutar Ijin Penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa Kab. Sleman ... 289
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di suatu negara dapat menentukan perkembagan negara ke
arah yang positif. Kemajuan pendidikan merupakan tolak ukur bagi suatu
negara yang menginginkan sebuah masyarakat yang memiliki pemikiran,
sikap serta tindakan yang mampu mendukung gerak negara tersebut ke arah
yang lebih baik. Keberhasilan pendidikan akan menentukan perkembangan
suatu negara menuju kemandirian dalam semua bidang kehidupan. Salah satu
indikator keberhasilan pendidikan adalah terbentuknya individu yang cakap
dan mandiri melalui suatu proses belajar. Muhibin Syah dalam Elis Mediawati
(2011:68) mendefinisikan belajar sebagai tahapan perubahan tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan oleh tiga aspek
utama yaitu peserta didik, pendidik dan sumber belajar. Namun, saat ini yang
sering menjadi masalah adalah belum terdapatnya keselarasan diantara tiga
aspek tersebut. Bentuk ketidakselarasan itu diantaranya verbalisme, salah
tafsir, perhatian tidak terpusat dan tidak terjadinya pemahaman.
Beberapa masalah diatas merupakan akibat dari belum optimalnya proses
komunikasi dua arah yaitu antara pendidik dan peserta didik dalam proses
berupa media sangat dibutuhkan untuk membantu proses pembelajaran. Dalam
proses ini kedudukan media cukup penting karena dalam kegiatan tersebut
ketidakjelasan materi yang disampaikan dapat dibantu dengan menggunakan
media sebagai perantara. Media pembelajaran dapat mewakili apa yang kurang
mampu dijelaskan oleh guru melalui kata-kata tertentu. Beberapa jenis media
dapat digunakan dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Media dapat
digolongkan menjadi media grafis, fotografis, media tiga dimensi, media
proyeksi, media audio dan lingkungan sebagai media pengajaran. Dalam
penggunaannya tidak ada media yang mutlak digunakan dalam pelajaran
tertentu. Penggunaan media pada mata pelajaran tergantung pada kebutuhan
bahan ajar dan tujuan pembelajaran itu sendiri (Rivai, 2011).
Media grafis termasuk dalam media visual. Media grafis dapat
mengkombinasikan fakta-fakta, gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui
perpaduan antara ungkapan kata-kata dan gambar. Nilai media grafis terletak
pada kemampuan dalam menarik perhatian siswa dalam menyampaikan jenis
informasi tertentu secara cepat. Peran utama dari media grafis adalah
memvisualisasikan fakta-fakta dan gagasan-gagasan dalam bentuk yang
ringkas dan padat. Salah satu media pembelajaran dalam bentuk grafis adalah
komik.
Penggunaan komik sebagai media pembelajaran mempunyai peranan
yang penting yaitu komik memiliki kemampuan dalam menciptakan minat
belajar siswa serta membantu siswa mempermudah memahami materi
pelajaran yang telah disampaikan oleh pendidik. Keberadaan komik dapat
pembelajaran. Posisi media ini akan berlaku pada proses pembelajaran di
semua cabang ilmu pengetahuan sesuai dengan karakteristik masing-masing
ilmu.
Akuntansi bukan suatu pelajaran yang sulit tetapi juga bukan pelajaran
cerdas-tangkas. Akuntansi merupakan pelajaran yang menuntut penalaran dan
pemahaman, banyak siswa yang belajar Akuntansi merasakan sulitnya
memahami akuntansi. Mata pelajaran ini sering dianggap sebagai mata
pelajaran yang membosankan bagi siswa. Anggapan bahwa akuntansi adalah
mata pelajaran yang sulit, rumit dan membosankan ini salah satunya
dipengaruhi oleh penggunaan media yang tidak tepat dalam proses belajar
mengajar.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran akuntansi serta
beberapa siswa di SMK Muhammadiyah Cangkringan Sleman Yogyakarta
diperoleh informasi bahwa guru sering mengajar dengan menggunakan media
pelajaran yang kurang bervariasi, sejauh ini guru hanya menggunakan media
berupa papan tulis dan buku pelajaran sebagai sumber belajar. Hal ini membuat
siswa menjadi malas untuk belajar dan pemahaman siswa sulit untuk
ditingkatkan. Untuk menanggapi hal tersebut, peneliti mengembangkan media
pembelajaran berupa buku komik sebagai media pembelajaran aktif. Melalui
media pembelajaran berupa buku komik ini siswa dapat belajar secara mandiri
baik di rumah maupun disekolah. Oleh karena itu, buku komik dapat dijadikan
media pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan pemahaman siswa
terutama pada mata pelajaran akuntansi khususnya pada materi pesamaan dasar
Dewasa ini telah dikembangkan berbagai bentuk media yang berupaya
untuk menghasilkan suatu media yang mendukung pembelajaran yang
menyenangkan, tentunya dengan tidak meninggalkan tujuan utama dari
penggunaan media yaitu sebagai alat bantu penyampaian pesan pembelajaran
kepada siswa sehingga mudah dipahami.
Media komik dapat dijadikan alternatif media dalam pembelajaran
Akuntansi. Salah satu media grafis ini dapat menampilkan visualisasi atas
materi yang perlu dibarengi dengan ilustrasi gambar. Komik menggabungkan
teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif. Perpaduan inilah yang membuat
komik mudah untuk dipahami oleh semua orang dari segala usia. Sehingga
komik dapat menarik perhatian dan semangat siswa untuk belajar dan
mengajari siswa untuk menerjemahkan cerita ke dalam gambar, bahkan
seolah-olah siswa dihadapkan pada konteks yang nyata sehingga muncul efek yang
membekas pada siswa dan dapat mengingat lebih lama. Materi dalam komik
dapat dijelaskan secara sungguh-sungguh, yang artinya bahwa materi dalam
bentuk gambar dapat menjelaskan keseluruhan cerita atau materi yang
dibarengi oleh ilustrasi gambar untuk mempermudah siswa dengan mengetahui
bentuk atau contoh kongkret apa maksud materi. Berdasarkan uaraian diatas,
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“PENGEMBANGAN KOMIK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah
yaitu “Bagaimanakah kelayakan produk komik akuntansi pada kompetensi
dasar persamaan dasar akuntansi berdasarkan penilaian dari ahli media, ahli
materi dan praktisi pembelajaran akuntansi (guru akuntansi SMK) untuk
meningkatkan pemahaman siswa SMK kelas X” ?
C. Batasan Masalah
Dalam mata pelajaran akuntansi kelas X pada standar kompetensi
Memahami penyusunan siklus akuntansi perusahaan jasa memiliki beberapa
kompetensi dasar. Oleh karena itu, peneliti membatasi hanya pada kompetensi
dasar yang membahas tentang penafsiran persamaan akuntansi.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat dirumuskan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu
mengembangkan media pembelajaran akuntansi berupa komik yang layak
digunakan dalam pelajaran akuntansi khususnya pada kompetensi penafsiran
persamaan akuntansi untuk meningkatkan pemahaman siswa SMK kelas X.
E. Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat meningkatkan
akuntansi. Produk media pembelajar berupa komik yang dikembangkan ini
memiliki spesifikasi anatar lain:
1. Media komik akuntansi ini memuat materi untuk mencapai kompetensi
penafsiran persamaan akuntansi bagi siswa-siswa SMK kelas X.
2. Media komik akuntansi adalah komik yang berisi tentang materi pelajaran
akuntansi yang disajikan secara deskriptif dan naratif dengan tujuan agar
siswa lebih termotivasi untuk belajar dan mengoptimalkan cara kerja otak
untuk mengingat materi pelajaran akuntansi. Komik ini berisi tentang
materi persamaan dasar akuntansi.
3. Media pembelajaran komik dibuat semenarik mungkin dengan alur cerita
yang jelas agar para siswa dapat mudah memahaminya, sehingga materi
yang disampaikan dapat melekat pada ingatan siswa.
4. Media pembelajaran komik ini dapat digunakan sebagai media pendukung
kegitan belajar siswa di luar kelas atau secara mandiri di rumah maupun di
sekolah.
5. Didalam media pembelajaran komik ini juga di lengkapi dengan soal
latihan dan evaluasi yang berguna untuk mengetahui sejauh mana tingkat
pemahaman siswa.
F. Pentingnya Pengembangan
1. Bagi Siswa
Penggunaan media melalui komik pada pelajaran akuntansi dapat
Disamping itu siswa memiliki pengalaman yang menarik dan
menyenangkan dalam mempelajari akuntansi yang terkesan sulit.
2. Bagi guru
Diharapkan guru dapat menggunakan media pembelajaran dalam bentuk
komik sebagai alternatif metode pelajaran sehingga siswa tidak merasa
bosan.
3. Bagi sekolah
Menambah koleksi media pembelajaran akuntansi yang dapat digunakan
dalam kegiatan pembelajaran atau secara mandiri. Selain itu media
pembelajran dalam bentuk komik akuntansi dapat memberikan inspirasi
bagi sekolah untuk menggembangkan media-mdia pembelajaran pada mata
pelajaran lainya
4. Bagi peneliti
Penelitian dan pengembangan merupakan wadah untuk menerapkan setiap
pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan. Selain itu
penelitian ini memberikan pengalaman baru dalam membuat media
pembelajaran akuntansi yang menarik untuk digunakan dalam proses
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut
Gerlach dan Ely sebagaimanayang dikutip oleh Sri Anitha (2010: 5), Media
apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian
yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Pengertian media dalam proses belajar
mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau
elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi
visual atau verbal.
Menurut Gagne dalam Arif S. Sardiman (2011: 6) menyatakan bahwa
media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Bringgs dalam Arif S. Sardiman
(2011: 6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Bertolak dari berbagai pendapat ketiga tokoh tersebut dapat disimpulkan
siswa untuk belajar yaitu dengan cara menangkap, memproses dan menerima
pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Pengertian perantara dalam hal ini
terutama alat-alat fisik baik itu alat grafis, fotografis ataupun elektrolis.
B. Pengertian Akuntansi
Perkembangan akuntansi terjadi bersamaan dengan ditemukkanya sistem
pembukuan berpasangan (double entry book keeping system) oleh pedagang
venesia yang merupakan kota dagang terkenal di italia. Pada tahun 1494
diterbitkan sebuah buku tentang pelajaran pembukuan berpasangan yang
ditulis oleh seorang pemuka agama dan ahli matematika bernama Luca
Pacioli. Buku itu berjudul summa de arithmatica, geometrica, proportioni et
proportionalita dan membahas pelajaran ilmu pasti. Dalam yang berisi
terdapat beberapa bagian yng berisi pelajaran pembukuan untuk pengusaha.
Bagian yang berisi pelajaran pembukuan itu berjudul tractatus de computis et
scriptorio.
Akuntansi menurut AICPA (American Institute of Certified Public
Accountans) dalam kardiman (2010: 2) akuntansi adalah seni dari pencatatan,
penggolongan dan peringkasan dengan sutau cara tertentu dan dalam nilai
uang terhadap kejadian atau transaksi paling sedikit atau sebagian sifat
keuangan dan penafsiran terhadap hasil-hasilnya. Akuntansi dikatakan
sebagai seni karena akuntansi membutuhkan kemampuan, keyakinan, insting
dalamnya. Selain pengertian ini masih ada pengertian lainya yaitu akuntansi
sebagai suatu proses.
Akuntansi menurut AAA (American Accounting Association) dalam
kardiman (2010:2) akuntansi adalah proses pengidentifikasian,
pengukuran,dan penyampaian informasi ekonomi yang memungkinkan
dilakukanya penilaian dan keputusan yang tepat bagi para pemakai informasi
tersebut.
Saat ini, akuntansi telah familiar disebut sebagai language of business
atau bahasa dunia usaha (Endang, 2011: 4). Penyebutan ini dikarenakan
produk dari akuntansi adalah laporan keuangan yang merupakan sumber
pertukaran informasi antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain.
Jika dilihat dari sudut pandang lain yaitu di dalam perusahaan, akuntansi
merupakan suatu proses di dalam suatu perusahaan yang mendukung
keberlangsungan usaha suatu perusahaan.
C. Tujuan Pembelajaran Akuntansi
Mempelajari ilmu akuntansi dapat memberikan maanfaat positif bagi
seseorang dalam mengelola keuangan pribadi maupun dunia usahanya,
sehingga dapat memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis,
serta dapat memperole sajian informasi biaya dalam bentuk yang lebih mudah
dipahami. Dengan ilmu ini juga seseorang dapat memprediksi dan
D. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Akuntansi
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam
bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu,
gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor)
yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan
mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang
seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising
element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti
merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal
Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan
antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke
kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu
akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa.
Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar
satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran
yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga
terjadi proses saling memperkuat.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait
yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial
(kompetensi 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar
dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara
integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial
dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu
peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan
penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4).
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk
setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah
konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan
yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik.
Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.
KI terdiri atas sejumlah KD sebagai acuan baku yang harus dicapai.
Berikut adalah SK dan KD Akuntansi SMK kelas X:
Tabel 2.1 KI dan KD Akuntansi SMK Kelas X Semester Ganjil
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
1. Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianut
2. Menghayati dan mengamalkan
prilaku-prilaku (jujur, disiplin,
tanggung jawab,peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong,
kerja sama,cinta damai, responsif,
dan proaktif) dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas
1.1 Menunjukkan keimanan sebagai
rasa syukur dan keyakinan
terhadap kebesaran sang
pencipta karna menyadari
keteraturan dan kompleksitas
alam dan jagadraya yang diatur
oleh sang pencipta.
2.1 Memiliki motivasi internal dan
berbagai permasalahan
bangsadalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan dan
menjelaskan pengethuan faktual,
konseptual, prosedural, dan
metakognitif dalam ilmu
pengetahuan, teknologi , seni,
budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan
minat untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan
menyajikan dalam dalam ranah
konkrit dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang di
pelajari di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif,
serta mampu menggunakan metode
sesuai kaidah keilmuan.
dalam menemukan dan
memahami ilmu pengetahuan
dasar tentang ilmu yang
dipelajari.
2.2 Menunjukkan prilaku ilmiah
(disiplin, jujur, teliti, tanggung
jawab, obyektif, kritis, kreatif,
inovativ, santun, peduli dan
ramah lingkungan) dalam
melakukan pekerjaan sebagai
bagian dari sikap ilmiah.
2.3 Menghargai kerja individu dan
kelompok dalam pembelajaran
sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap kerja
3.9 Menjelaskan persamaan dasar
akuntansi
4.9 Menyusun persamaan dasar
Sumber: Asep Ropi smkplusqurota.blogspot.com . Dari tuntutan materi
yang harus dipelajari oleh siswa pada jenjang kelas X SMK tersebut di atas,
terdapat salah satu materi pokok yaitu kompetensi dasar persamaan dasar
akuntansi. Kompetensi ini membutuhkan pendalaman konsep materi yang
memadai, sehingga siswa tidak hanya sekedar menghafal kebiasaan
pencatatan dari transaksi yang ada. Kedalaman pemahaman konsep yang
dimiliki siswa akan membantu memudahkan siswa untuk memahami
kompetensi kompetensi.
E. Media Pembelajaran Berbentuk Komik 1. Definisi dan Karakteristik Komik
McCloud dalam MS Gumelar (2011: 6) memaparkan definisi “komik
adalah gambar yang berjajar dalam urutan yang disengaja dimaksudkan untuk
menyampaikan informasi atau menghasilkan respon estetik dari pembaca”.
Komik dalam etimologi bahasa Indonesia berasal dari kata “comic” yang
kurang lebih secara semantik berarti lucu, lelucon (MS Gumelar, 2011: 2).
Dengan pengertian ini pantaslah jika banyak orang yang mempunyai presepsi
bahwa komik adalah sesuatu yang identik dengan suatu hal yang lucu. Lucu
dalam hal ini mencakup segi gambar tokoh yang ditampilkan dan juga konten
yang ada pada komik tersebut. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2005: 64)
memberikan definisi yang senada bahwa komik adalah suatu bentuk kartun
yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan
para pembacanya. Dengan berbagai definisi yang berasal dari para tokoh
tersebut tidak heran jika predikat menghibur dan menyenangkan telah
melekat pada komik semenjak awal kemunculannya pada tahun 1980-an.
2. Jenis-jenis Komik
Berikut adalah jenis-jenis komik beserta penjabarannya yang diambil
dari sebuah website yang bernama jagoan comic (2007):
1) Kartun/Karikatur (Cartoon)
Kartun yang hanya berupa satu tampilan saja, dengan beberapa gambar
yang dipadu dengan tulisan- tulisan. Biasanya komik tipe kartun/karikatur
ini berjenis humor (banyolan) dan editorial (kritikan) atau politik (sindiran)
yang dapat menimbulkan sebuah arti sehingga si pembaca dapat memahami
maksud dan tujuannya.
2) Komik Potongan (Comic Strip)
Bentuk komik ini hanya berupa penggalan-penggalan gambar yang
disusun/dirangkai menjadi sebuah alur cerita pendek. Namun isiceritanya
tidak terpaku harus selesai pada satu kali terbitan namun dapat juga
dijadikan suatu cerita bersambung/berseri. Biasanya terdiri dari 3 hingga 6
panel atau sekitarnya. Komik Potongan (Comic Strip) ini biasanya
disodorkan dalam tampilan harian atau mingguan di sebuah surat kabar,
majalah maupun tabloid/buletin. Penyajian isi cerita juga dapat berupa
Contoh: Panji Koming di surat kabar Kompas dan Gibug (Komik Potongan
yang dijadikan buku saku).
3) Buku Komik (Comic Book)
Kumpulan gambar-gambar, tulisan dan cerita dikemas dalam bentuk
sebuah buku (terdapat sampul dan isi). Buku Komik (ComicBook) ini acap
kali disebut sebagai komik cerita pendek, yang biasanya dalam buku komik
berisikan 32 halaman, biasanya pada umumnya ada juga yang 48 halaman
dan 64 halaman, buku ini biasanya berisikan isi cerita, iklan, dan lain-lain.
Buku komik dibagi menjadi beberapa macam, antara lain:
a) Komik Kertas Tipis (Trade Paperback)
Buku komik ini berukuran seperti buku biasa, tidak terlalu lebar dan
besar. Walau berkesan tipis namun bisa juga dikemas dengan
menggunakan kualitas kertas yang baik/ bagus sehingga penampilan/
penyajian buku ini terlihat menarik. Apalagi dengan gambar dan warna
yang cantik, membuat buku komik ini sangat digemari.
b) Komik Majalah (Comic Magazine)
Buku komik ini berukuran seperti majalah (ukuran besar), biasanya
menggunakan tipe kertas yang tebal dan keras untuk sampulnya.
Dengan ukuran yang besar tersebut misalnya, 64 halaman bisa
menampung banyak gambar dan isi cerita. Contoh : komik Tintin,
Asterix dan Obelix.
Biasanya isi ceritanya lebih panjang dan komplikasi serta
membutuhkan tingkat berpikir yang lebih dewasa untuk pembacanya.
Isi buku bisa lebih dari 100 halaman. Bisa juga dalam bentuk seri atau
cerita putus.
d) Komik Tahunan (Comic Annual)
Bila pembuat komik sudah dalam skup penerbit yang serius, si
penerbit akan secara teratur/ berskala (misalkan setiap tahun atau setiap
beberapa bulan sekali) akan menerbitkan buku-buku komik baik itu
cerita putus maupun serial. Contoh komik tahunan yang ada di dalam
negeri, yaitu M&C Gramedia, PMK, Mizan, Terant, Bumi Langit,
Jagoan Comic, dan sebagainya. Adapun contoh yang ada di luar negeri,
yaitu Marvel Comics, DC Comics, dan sebagainya.
e) Album Komik (Comic Album)
Para penggemar bacaan komik baik itu komik karikatur maupun
komik strip dapat mengkoleksi (hasil guntingan dari berbagai sumber
media bacaan), dimana hasil koleksinya dikumpulkan dan disusun rapi
menjadi sebuah bundelan/ album bacaan.
f) Komik Online (Webcomic)
Selain media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid dan buletin,
media internet juga dapat dijadikan sarana dalam mempublikasikan
komik-komik. Dengan menyediakan situs web maka para pengunjung/
Dengan menggunakan media internet, jangkauan pembacanya bisa
lebih luas (diseluruh dunia yang memiliki koneksi internet dapat
mengaksesnya) dari pada media cetak. Komik online bisa dijadikan
langkah awal untuk mempublikasikan komik-komik dengan biaya yang
relatif lebih murah dibanding media cetak.
(Contoh:www.gibug.comdan www.kaptenbandung.com)
g) Buku Instruksi dalam Format Komik (Instructional Comics)
Tidak sedikit sebuah panduan atau instruksi sesuatu dikemas dalam
format komik, bisa dalam bentuk buku komik, poster komik, atau
tampilan lainnya. Pengguna/ pembaca akan lebih mudah cepat mengerti
bila melihat alunan gambar dari pada harus membaca
prosedur-prosedur dalam bentuk tulisan. Selain itu, dapat menjadi lebih menarik
dan menyenangkan.
h) Rangkaian Ilustrasi (Storyboard)
Biasanya didalam dunia perfilman maupun periklanan, sebelum
melangkah dalam pembuatan film/ iklan akan lebih mudah bekerjanya
bila dibuatkan rangkaian ilustrasinya terlebih dahulu, biasanya
rangkaian ilustrasi ini dibuat dalam bentuk gambar, dan sudah tentu
rangkaian ilustrasi gambar tersebut disusun menjadi sebuah rangkaian
yang bisa disebut komik. Namun tidak usah jauh-jauh ke dalam dunia
perfilman/ iklan, sebelum para komikus membuat komik sudah pasti
diproses penggambaran, penintaan, pewarnaan dan penataan tampilan
(layout).
i) Komik Ringan (Comic Simple)
Biasanya jenis komik ini terbuat dari hasil cetakan kopian dan
steples (buatan tangan). Hal ini dimana pemilik dan pembuat komik
dengan biaya yang rendah turut dapat menciptakan komik-komik dan
berkarya, cara ini digunakan sebagai alternatif cara untuk turut berkarya
kecil-kecilan, bisa dijadikan langkah awal bagi para komikus. Contoh:
Kakek Bejo (pragatcomic.com).
j) Perencanaan dalam Pikiran (Planning on Mind)
Cukup sering bila kita ingin melakukan sesuatu, terlebih dahulu kita
membayangkan apa-apa saja yang akan kita lakukan nantinya
(persiapan). Dengan bayangan-bayangan dalam pikiran tersebut
sebenarnya sudah menjadi rangkaian gambar-gambar yang mana bisa
juga disebut juga sebagai komik, hanya saja gambar-gambar tersebut
tidak tertuang dalam coretan diatas kertas melainkan tergambar didalam
pikiran kita.
3. Komik sebagai Media Pembelajaran
Luasnya popularitas komik telah mendorong banyak guru
bereksperimen dengan medium ini untuk maksud pengajaran (Nana
Sudjana dan Ahmad Rivai, 2005: 65). Eksperimen ini tentunya
oleh komik di dalam ruang pembelajaran. Penggunaan komik memiliki
kemampuan untuk menciptakan minat belajar siswa serta membantu
siswa dalam mempermudah mengingat materi pelajaran yang
dipelajarinya (Elis Mediawati, 2011: 70). Pembelajaran yang
menyenangkan akan membuat otak siswa berada pada kondisi rileks
sehingga pelajaran yang disampaikan pun akan lebih terserap dengan
baik. Materi yang dirasa rumit akan lebih dapat diuraikan.
4. Kelebihan-Kelebihan komik
Komik sebagai media pembelajaran dalam Riska Dwi dan M. Syaichudin
(2010: 78):
a) Peranan pokok dari buku komik dalam instruksional adalah
kemampuannya dalam menciptakan minat peserta didik.
b) Membimbing minat baca yang menarik pada peserta didik, serta
c) Melalui bimbingan dari guru, komik dapat berfungsi sebagai jembatan
untuk menumbuhkan minat baca.
d) Komik menambah pembendaharaan kata-kata pembacanya.
e) Mempermudah anak didik menangkap hal-hal atau rumusan yang
abstrak.
f) Dapat mengembangkan minat baca anak dan salah satu bidang studi
yang lain.
g) Seluruh jalan cerita komik pada menuju satu hal yakni kebaikan atau
5. Kekurangan-Kekurangan komik
Komik sebagai media pembelajaran juga memiliki kekurangan sebagai
berikut:
a) Guru harus menggunakan motivasi potensial dari buku-buku komik,
tetapi jangan berhenti hanya sampai disitu saja, apabila minat baca
telah dibangkitkan cerita bergambar harus dilengkapi oleh materi
bacaan film, gambar, tetap model (foto), percobaan serta berbagai
kegiatan yang kreatif.
b) Kemudahan orang membaca komik membuat malas membaca
sehingga menyebabkan penolakan-penolakan atas buku-buku yang
tidak bergambar.
F. Penelitian dan Pengembangan (Research and Depelopment )
Meteode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa inggrisnya
research and depelopment adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.
Menurut borg and gall (1989 : 624), educational research and depelopmant is a
process used to develop and validate educational product. Atau dapat diartikan
bahwa penelitian pengembangan pendidikan adalah sebuah proses yang
digunakan untuk mengembangan dan memvalidasi produk pendidikan. Hasil
dari penelitian pengembangan tidak hanya pengembangan produk yang sudah
ada melainkan untuk menemukan pengetahuan dan jawaban atas permasalahan
Metode pengembangan dan penelitian juga didefinisikna sebagai suatu
metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan
menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2011 : 297), selanjutnya,
penelitian pengembangan adalah sebuah strategi atau metode penelitian yang
cukup ampuh untuk memperbaiki praktik (Sukmadinata 2009) penelitian
pengembangan juga diartikan sebagai suatu proses atau langkah-langkah untuk
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah
ada yang dapat dipertanggungjawabkan (Sujadi, 2003: 164). Sejalan dengan hal
tersebut, menurut Richey and klein (2007 : 1), pengembangan adalah proses
penerjamahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik yang berkaitan dengan
desain sistematik, pengembangan dan evaluasi memproses dengan maksud
menetapakan dasar empiris untuk mengkreasikan produk pembelajran dan
non-pembelajaran yang baru atau model peningkatan pengembangan yang sudah ada.
Model penelitian pengembangan menurut sugiyono (2009 : 409), penelitian
dan pengembangan terdiri dari 10 langkah yaitu :
1. Potensi dan masalah.
Penelitian harus berangkat dari potensi atau masalah. Potensi adalah segala
seuatu yang memiliki nilai tambah sedangkan masalah adalah perbedaan
antara harapan dan kenyataan.
2. Pengumpulan data.
Pengumpulan berbagai data yang diperlukan dalam perancangan produk.
Pembuatan rancangan produk awal yang akan dibuat lengkap dengan
spesifikasinya.
4. Validasi desain
Proses penilaian terhadap rancangan berdasarkan pemikiran rasional bukan
fakta di lapangan, denngan cara menghadirkan para ahli yang sesuai.
5. Revisi desain.
Koreksi ahli dijadikan untuk bahan perbaikan produk.
6. Uji coba produk
Hasil dari perbaikan dibuat prototipe jadi, kemudian diuji cobakan
penggunaanya pada kelompok terbatas. Desain ujicoba produk
menggunakan desain ekperimen dengan cara membandingkan keadaan
sebelum dan sesudah (befoer-after) menggunakan produk atau
menggunakan kelompok kontrol (pretest-postest group desain). Kemudian
dilakukan uji efektifitas dengan menggunakan uji-t.
7. Revisi produk
Proses perbaikan produk berdasarkan saran dan hasil uji efektifitas pada uji
coba produk.
8. Uji coba pemakaian
Ujicoba pemakaian produk yang lebih luas dan tetap dinilai kekuarangan
dna hambatan yang muncul untuk perbaikan lebih lanjut.
Perbaikan dilakukan apabila ada saran perbaiakan atau usulan pada ujicoba
pada kelompok luas.
10. Produksi masall
Setelah beberapa kali pengujian dan dinilai efektif maka dapat dilakukan
produksi secara masall.
Dengan model borg dan gell (Sukmadinata, 2010 : 169-170), maka prosedur
yang ditempuh dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian dan pengumpulan data
Melakukan penelitian pendahuluan dan pengumpulan data awal untuk
kajian pustaka, pengamatan kelas, identifikasi permasalahan dan
merangkum permasalahan.
2. Perencanaan
Melakukan perencanaan yaitu identifikasi dan definisi ketrampilan,
perumusan tujuan dan uji ahli atau uji coba pada sekala kecil.
3. Pengembangan draf produk
Mengembangkan jenis/bentuk produk awal meliputi penyiapan materi
pempelajaran, penyusunan buku petunjuk, dan perangkat evaluasi.
4. Uji coba lapangan awal
Melakukan uji coba lapangan awal tahap awal, dilakukan terhadap 1-3
sekolah menggunakan 6-12 subjek. Pengumpulan informasi/data dengan
menggunakan observasi, wawancara, kuesioner dan dilanjutkan analisi data.
melakukan revisi terhadap produk utama, berdasarkan masukan dan
saran-saran dari hasil uji lapangan awal.
6. Uji coba lapangan
Melakukan uji coba lapangan utama, dilakukan terhadap 5-15 sekolah,
dengan 30-100 subjek.
7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan
Melakukan revisi terhadap produk operasional, berdasarkan masukan dan
saran-saran hasil uji lapangan utama.
8. Uji pelaksanaan lapangan.
Melakukan uji lapangan oprasional (dilakukan terhadap 10-30 sekolah,
melibatkan 40-200 subjek), data dikumpulkan melalui wawancara,
observasi dan kuesioner.
9. Penyempurnaan produk akhir.
Perbaikan terhadap produk akhir, berdasarkan saran dalam uji coba
lapangan.
10.Disemenasi dan implementasi
Mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk, melaporkan dan
menyebarluaskan produk melalui pertemuan dan jurnal ilmiah, bekerjasama
dengan penerbit untuk sosialisasi produk untuk komersial, dan memantau
distribusi dan kontrol kualitas.
Salah satu model desain pembelajaran adalah model Dick and Carey
(1985). Model ini termasuk ke dalam model prosedural.
1. Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.
2. Melaksanakan analisi pembelajaran.
3. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa.
4. Merumuskan tujuan performansi.
5. Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran.
7. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran.
8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif.
9. Merevisi bahan pembelajaran.
10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
Model Dick and Carey Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah.
Setiap langkah sangat jelas maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang
pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain.
Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukan hubungan yang
sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan yang lainya.
Dengan kata lain, system yang terdapat pada Dick and Carey sangat ringkas,
namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya. Langkah
awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah
menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana
tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suaturancangan
Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata
pelajaran dimaksudkan agar:
Pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir
pembelajaran.
Adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki.
Menerangkan langkah–langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran
G. Hasil penelitian yang relevan
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai penelitian dan pengembangan
terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Indriana Mei Listiyani (2012), yang berjudul “Pengembangan
Komik sebagai Media Pembelajaran Akuntansi pada Kompetensi Dasar
Persamaan Dasar Akuntansi untuk Siswa SMK Kelas X”menunjukkan bahwa
media pembelajaran berbentuk Komik Akuntansi ini sangat layak untuk
digunakan. Terbukti dengan skor penilaian oleh ahli materi sebesar 131,11 atau
87,54% yang termasuk dalam kriteria sangat baik, skor penilaian ahli media
sebesar 105,50 atau 92% yang termasuk dalam kriteria sangat baikdan skor
penilaian oleh praktisi pembelajaran sebesar 169 atau 99,39% yang termasuk
dalam kriteria sangat baik. Pada uji coba lapangan, dengan melaksanakan
nilai tes siswa dari 51,88 manjadi 92,5. Dengan demikian, media pembelajaran
berbentuk komik ini sangat layak digunakan untuk pembelajaran akuntansi di
SMA Kelas X.
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai penelitian dan pengembangan
terdahulu yang ada kaitanya dengan penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Anton Dedy Kurniawan (2011) yang berjudul “media pembelajaran
komik untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas VII SMP kanisius
gayam yogyakata dalam pokok bahasan wujut zat” hasl dari penelitian
menunjukan bahwa (1) penerapan metode pembelajaran komik meningkatkan
pemahaman konsep siswa pada kelas VIIA dan juga pada kelas VII B yang
menggunakan metode ceramah berdasarkan penghitungan statistika p=0.000<
α = 0.05 (signifikan) dan p= 0.045< α =0.05 (signifikan), (2) kelas dengan
metode pembelajaran komik lebih baik dibandingkan dengan kelas yang
menggunakan metode ceramah berdaarkan perhitungan statistik p = 0.000 < α
=0.05 dan p =0.045 < α = 0.05 (signifikan). Minat siswa terhadap kedua metode
pembelajaran tidak jauh berbeda terlihat dari hasil statistika yang menunjukkan
p = 0.371 > α = 0.05 (tidak sgnifikan), tetapi jika dikaji dengan interval skor
yang didapat, media pembelajaran komik masuk dalam kategori minat,
sedangkan media ceramah masuk dalam kategori cukup berminat.
Penelitian yang dilakukan oleh Cita Murti Pramaeswari (2010) yang
berjudul “komik sebagai media pembelajaran untuk membantu siswa kelas
VIIF SMP N 1 yogyakarta belajar memahami hubungan antarsudut” Subjek
Kemudian dipilih 13 siswa sebagai subjek wawancara untuk dianalisis hasil
belajar siswa dari segi kognitif dan subjek guru adalah peneliti. Penelitian ini
mengunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil yang diperoleh dari penelitian
ini adalah hasil belajar siswa 3,4,5,6,dan 8 terjadi peningkatan pemahaman
materi, sedangkan siswa 1 dan siswa 2 belum memahami materi yang
disampaikan sedangkan 6 siswa lainya berpendapat bahwa pembelajaran
30 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Model Pengembangan
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and
Development). Produk pembelajaran yang dikembangkan adalah komik
akuntansi pada kompetensi menafsirkan persamaan akuntansi untuk
meningkatkan pemahaman siswa SMK kelas X. Penelitian ini dirancang
dengan menggunakan desain pengembangan pembelajaran Walter Dick dan
Lou Carey.
B. Prosedur Pengembangan
Dalam desain pengembangan pembelajaran Dick dan Carey terdapat
sepuluh tahapan pengembangan pembelajaran, tetapi dalam pengembangan
komik akuntansi ini tahapan pengembangan dibatasi sampai dengan sembilan
tahapan, karena pengembangan komik akuntansi hanya sebatas uji coba
prototype produk. Hal ini sesuai dengan tujuan pengembangan yaitu
menghasilkan Komik Akuntansi untuk Siswa SMK yang menarik dan layak
untuk digunakan dalam pembelajaran secara mandiri di rumah.
Prosedur pengembangan akan memaparkan prosedur yang ditempuh
pengembang dalam membuat produk. Prosedur pengembangan dapat dilihat
C. Uji Coba Produk
C. Uji Coba Produk
Uji coba produk bertujuan untuk mengetahui kelayakan komik sebagai
media pembelajaran yang dapat digunakan dalam meningkatkan pemahaman
siswa terhadap mata pelajaran akuntansi. Uji coba dalam pengembangan media
pembelajaran berupa komik ini meliputi:
Tahap I
Melakukan studi pendahuluan untuk menentukan analisis kebutuhan.
Tahap II
Mengidentifikasi, menganalisis, dan mengembangkan komponen pembelajaran yang akan dikembangkan sesuai langkah-langkah Dick
andCarey.
Tahap III
Menyusun draft komik akuntansi pada kompetensi memmahami penyusunansiklus perusahaan jasa untuk meningkatkan pemahaman bagi siswa SMK kelas X.
Komik Akuntansi pada Kompetensi Memahami penyusunan siklus akuntansi perusahaan jasa untuk Meningkatkan Pemahaman Bagi Siswa SMK Kelas X
Evaluasi Formatif I Evaluasi Formatif II Evaluasi Formatif III Evaluasi Formatif IV
Tinjauan Ahli Materi dan Ahli Desain
Evaluasi Perorangan Evaluasi Kelompok Kecil
Evaluasi Lapangan
Analisis
Revisi I
Analisis Analisis Analisis
Revisi II Revisi III v
1. Validasi
Validasi oleh ahli media pembelajaran, ahli materi akuntansi, dan
praktisi pembelajaran akuntansi (guru mata pelajaran akuntansi) bertujuan
untuk mengevaluasi desain komik, isi materi, bahasa yang digunakan, dan
lain-lain. Hasil data dari ahli media pembelajaran dan ahli materi akuntansi
dianalisis untuk digunakan sebagai pijakan merevisi komik akuntansi
(Revisi I).
2. Uji perorangan
Evaluasi formatif tahap kedua dilaksanakan setelah draft komik
selesai direvisi pada tahap pertama. Uji coba perorangan dilakukan pada
tiga orang siswa yang mempunyai latarbelakang prestasi yang berbeda, satu
orang yang berkemampuan tinggi, satu orang yang berkemampuan sedang,
dan satu orang yang berkemampuan rendah. Prosedur pengambilan sampel
berdasarkan pada perolehan nilai mata pelajaran Akuntansi siswa SMK.
Hasil uji coba dianalisis dan dijadikan landasan merevisi komik (Revisi II)
sebelum dilakukan uji coba pada kelompok kecil.
3. Uji kelompok kecil
Setelah melalui revisi, draft komik dievaluasi kembali dengan
menggunakan sekelompok kecil berjumlah sembilan orang yang terdiri dari
tiga orang dengan prestasi di atas rata, tiga orang dengan prestasi
rata-rata, dan tiga orang dengan prestasi di bawah rata-rata. Diantara mereka
Hasil dari uji coba kelompok kecil akan dijadikan landasan untuk merevisi
(Revisi III) draft komik sebelum uji coba lapangan.
4. Uji coba lapangan
Uji coba lapangan dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan
penggunaan komik hasil pengembangan pada kondisi di kelas. Uji coba
lapangan diberlakukan pada satu kelas, tidak termasuk siswa yang telah
dikenakan evaluasi satu-satu dan evaluasi kelompok kecil.
Setelah dilakukan evaluasi formatif IV, maka kegiatan penelitian
pengembangan akan dibatasi sampai tahap ini. Hasil akhir evaluasi (Revisi
IV) dari pelaksanaan uji coba lapangan berupa Komik Akuntansi yang telah
layak digunakan untuk membantu siswa SMK kelas X dalam memahami
materi persamaan dasar akuntansi.
D. Subjek Uji Coba
Sebelum diujicobakan kepada siswa, produk yang dikembangkan ini
divalidasi oleh ahli materi, ahli media, dan praktisi pembelajaran akuntansi
(guru mata pelajaran akuntansi). Subjek uji coba produk yang dikembangkan
ini adalah siswa kelas X dengan mengambil sampel di SMK Muhammadiyah
Cangkringan Sleman. Uji coba produk terdiri dari uji coba perorangan yang
dilakukan pada tiga orang siswa dan uji coba kelompok kecil pada enam orang
siswa, serta uji lapangan pada 31 siswa dari SMK Muhammadiyah
E. Jenis Data
Jenis data yang diperoleh dari serangkaian validasi dan uji coba produk
berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dihimpun dari tanggapan,
kritikan, dan saran-saran melalui kuesioner yang diperoleh darivalidasi, uji
perorangan, uji kelompok kecil, dan uji lapangan. Data-data tersebut digunakan
untuk merevisi produk yang akan dikembangkan. Adapun data kuantitatif
diperoleh dari hasil penilaian kelayakan produk.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam menghasilkan produk pengembangan yang berkualitas diperlukan
instrumen yang berkualitas dan mampu menggali apa yang dikehendaki dalam
pengembangan media komik. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
data (Henri dalam teorionline.wordpress.com), yaitu berupa:
1. Kuesioner
Kuesioner dalam penelitian ini berisi item-item/ indikator penilaian untuk
menentukan kualitas komik oleh ahli media, ahli materi, guru, dan siswa.
Kuesioner penilaian dari responden, disusun dengan menggunakan kriteria
penilaian Skala Likert. Pada Skala Likert skor tertinggi tiap butir 5 dan
terendah 1 (Deni, 2013:169). Sebelum menyusun kuesioner, terlebih
dahulu dibuat konsep alat ukur yang sesuai dengan penelitian yang