• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biasanya permainan sepak bola dimainkan dalam dua babak (2x45 menit) dengan waktu istirahat (10 menit) di antara dua babak tersebut (Zghibi et al., 2019)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Biasanya permainan sepak bola dimainkan dalam dua babak (2x45 menit) dengan waktu istirahat (10 menit) di antara dua babak tersebut (Zghibi et al., 2019)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Permainan Sepak Bola

Sepak bola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan menyepak bola kian kemari untuk di perebutkan di antara pemain - pemain yang mempunyai tujuan untuk memasukkan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang sendiri agar tidak kemasukan bola (Lind et al., 2019). Di dalam permainan sepak bola, setiap pemain di perbolehkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan dan lengan. Karena itu berhati – hatilah di sepanjang pertandingan untuk menjaga tangan agar jangan sampai menyentuh bola. Pemain yang di perbolehkan untuk menggunakan tangan hanya pemain yang berposisi sebagai penjaga gawang atau kiper. Itu pun terbatas pada daerah persegi yang ada di sekitar gawang (kotak pinalti) yang dijaganya. Tindakan pemain yang menggunakan tangan untuk menyentuh bola ini disebut handsball. Sepak bola merupakan permainan beregu yang masing- masing regu terdiri atas sebelas pemain. Biasanya permainan sepak bola dimainkan dalam dua babak (2x45 menit) dengan waktu istirahat (10 menit) di antara dua babak tersebut (Zghibi et al., 2019).

Suatu tim sepakbola atau yang lazim disebut dengan kesebelasan terdiri dari 11 pemain termasuk kiper. Jumlah 11 pemain ini merupakan keharusan jika kalian memainkan satu pertandingan yang dimainkan bersifat resmi. Namun dalam pertandingan yang tidak resmi jumlah pemain boleh saja kurang dari 11 pemain.

Keadaan ini sering dapat ditemui dalam sesi latihan yang dilakukan oleh 2 tim di mana masing – masing hanya melibatkan 5-6 pemain (Sadigursky et al., 2017).

Menurut (Sandmo et al., 2020) agar peraturan-peraturan permainan ditaati oleh pemain pada saat permainan atau pertandingan berlangsung maka ada wasit dan hakim garis yang memimpin atau mengawasi pertandingan tersebut. Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh pemain ada sangsinya (hukumnya), oleh karena itu kedua kesebelasan diharapkan bermain sebaik mungkin serta memelihara sportifitas. Sepak bola mempunyai tujuan yang sangat sederhana, yaitu berusaha

(2)

tidak kemasukan bola dari lawan. Apabila unsur unsur yang menunjang dalam mencapai tujuan permainan maka tujuan tersebut akan dapat dengan mudah tercapai.

2. Teknik Dasar Sepakbola

Untuk bermain bola dengan baik pemain dibekali dengan teknik dasar yang baik. Pemain yang memiliki teknik dasar yang baik, pemain tersebut cenderung dapat bermain sepak bola dengan baik. Penguasaan teknik dasar merupakan suatu syarat yang harus dimiliki oleh para pemain. Keberhasilan suatu tim dalam setiap pertandingan ditentukan oleh penguasaan teknik dasar, oleh karena itu tanpa menguasai dasar-dasar teknik dan keterampilan sepak bola dengan baik untuk selanjutnya tidak akan dapat melakukan prinsip-prinsip bermain sepak bola, tidak dapat melakukan pola-pola permainan atau pengembangan taktik modern dan tidak akan dapat pula membaca permainan. Menurut Koger (2007: 19) bahwa teknik dasar permainan sepak bola adalah : Mengoper (passing), Menghentikan dan menerima bola (stoping), Menyundul bola (heading), Mengigring bola (dribbling), dan melakukan lemparan kedalam (throw-in) (Pratama, 2019).

Sepak bola adalah salah satu olahraga permainan yang populer di seluruh dunia, dalam suatu pertandingan dimainkan oleh kelompok berlawanan yang terdiri dari 11 pemain, dan salah satu pemainnya menjadi penjaga gawang yang dipimpin oleh seorang wasit, dibantu asisten 1 dan asisten 2, serta satu orang wasit cadangan (Baeza et al., 2017). Pada hakikatnya permainan sepak bola merupakan permainan beregu yang menggunakan bola sepak. Sepak bola dimainkan di lapangan rumput oleh dua regu yang saling berhadapan dengan masing-masing regu terdiri dari 11 pemain. Tujuan permainan ini adalah untuk memasukkan bola ke gawang lawan sebanyakbanyaknya dan berusaha mempertahankan gawang sendiri dari serangan lawan. Adapun karakteristik yang menjadi ciri khas permainan ini adalah memainkan bola dengan menggunakan seluruh anggota tubuh kecuali lengan.

Pertandingan sepak bola berlangsung selama 2 babak yang waktunya masing- masing 45 menit, waktu istirahat tidak lebih dari 15 menit. Suatu kesebelasan dinyatakan menang jika kesebelasan tersebut dapat memasukkan bola kegawang lebih banyak dan kemasukan lebih sedikit jika dibandingkan dengan lawannya.

(3)

3. Hakikat Menggiring Bola (Dribbling)

Dribbling adalah ketrampilan dasar dalam sepakbola karena semua pemain harus mampu menguasai bola saat sedang bergerak, berdiri, atau bersiap melakukan operan atau tembakan (Danny Mielke, 2007: 1). Sucipto dkk, (2000: 28) menyatakan bahwa pada dasarnya menggiring bola adalah menendang terputus- putus atau pelan-pelan, oleh karena itu bagian kaki yang dipergunakan dalam menggiring bola sama dengan bagian kaki yang dipergunakan untuk menendang bola. Dribbling bukan hanya suatu kejadian yang kebetulan, bahwa pemain yang mempesonakan adalah pemain-pemain yang baik dalam menggiring bola. Juga merupakan suatu kenyataan bahwa semua kesebelasan terdiri dari beberapa pemain yang dapat mengalahkan lawan dengan menggiring bola, tetapi semua bentuk menggiring bola mempunyai resiko,yaitu resiko kehilangan bola. Menggiring bola atau (dribbling) dapat diartikan sebagai seni mempergunakan beberapa bagian dari kaki untuk mengontrol bola atau menggulirkan bola terus-menerus di tanah sambil lari (Giordano et al., 2019).

Menggiring bola merupakan salah satu teknik dasar yang cukup memiliki peranan penting dalam permainan sepakbola, tidak heran jika para pengamat sepak bola khususnya mengatakan bahwa mahirnya seorang pemain dapat dilihat pada bagaimana seorang pemain tersebut menggiring bola. Untuk meningkatkan keterampilan menggiring bola, teknik harus dilatih, seperti : kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan dan sebaginya, yang kini banyak para pelatih mengabaikan atau menganggap tidak penting hal itu (Afonshin et al., 2020).

Ada tiga unsur kondisi fisik yang cukup besar peranannya dalam menggiring bola, yaitu kecepatan, kelentukan dan kelincahan, yang menurut Bompa, Tudor O. (1983: 249) dikatakan sebagai komponen biomotor. Kecepatan hubungannya dengan cepat tidaknya seorang pemain membawa bola kearah depan, sedangkan kelentukan hubungannya dengan bagaimana keluwesan seorang pemain mengolah bola dengan kakinya dan bagaimana keluwesan dalam melalui rintangan, serta kelincahan hubungannya dengan kecepatan mengubah arah untuk menghindari rintangan. Menggiring bola (dribbling) dapat diartikan sebagai suatu

(4)

membawa bola dengan kaki untuk melewati lawan.

Dari batasan yang diberikan oleh para ahli di atas tidak menunjukkan adanya perbedaan pengertian, sehingga dapat diambil suatu pengertian bahwa menggiring bola (dribbling) atau menggiring bola adalah suatu kemampuan menguasai bola dengan kaki oleh pemain sambil lari untuk melewati lawan ataui membuka daerah pertahanan lawan. Kegunaan kemampuan menggiring bola sangat besar untuk membantu penyerangan untuk menembus pertahanan lawan.

Menggiring bola (dribbling) berguna untuk mengontrol bola dan menguasainya sampai seorang rekan satu tim bebas dan memberikannya dalam posisi yang lebih baik.

Gambar 2.1 Teknik Dribbling Saat Melewati Lawan Sumber: Lubacher, 2011: 48

1) Tujuan menggiring bola (dribbling).

(Wilson et al., 2020) menjelaskan bahwa tujuan dari mendribbling bola adalah untuk melewati lawan, mengarahkan bola ke ruang kosong, melepaskan diri dari kawalan lawan, membuka ruang untuk kawan, serta menciptakan peluang untuk melakukan shooting ke gawang lawan.

2) Perkenaan bagian kaki dengan bola

Bagian kaki saat menggiring bola dengan sisi kaki bagian dalam, punggung kaki penuh, punggung kaki bagian dalam, punggung kaki bagian luar, dan sisi kaki bagian luar.

3) Cara melakukan menggiring bola (dribbling)

Menggiring bola (dribbling) menghadapi tekanan lawan, bola harus dekat

(5)

dengan kaki ayun atau kaki yang akan melakukan menggiring bola (dribbling), artinya sentuhan terhadap bola sesering mungkin atau banyak sentuhan. Sedangkan bila daerah bebas tanpa tekanan lawan , maka sentuhan bola sedikit diikuti gerakan lari cepat. Menggiring bola dapat diikuti oleh gerakan berikutnya berupa mengoper kepada teman (passing) ataupun menendang bola ke gawang lawan (shooting).

4) Macam-macam menggiring bola

Pada dasarnya menggiring bola adalah menendang terputus-putus atau pelan-pelan, oleh karena itu bagian kaki yang dipergunakan dalam menggiring bola sama dengan bagian kaki yang dipergunakan untuk menendang bola. Menggiring bola bertujuan antara lain untuk mendekati jarak sasaran, melewati lawan dan menghambat permainan. Menurut Sucipto dkk, (2000 : 28-31) macam-macam menggiring bola ada 3 tiga, yaitu:

a. Menggiring bola dengan kaki bagian dalam, analisis menggiring bola dengan kaki bagian dalam adalah sebagai berikut:

1) Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi menendang bola;

2) Kaki yang digunakan untuk menggiring bola tidak ditarik kebelakang hanya diayunkan ke depan;

3) Diupayakan setiap melangkah, secara teratur bola disentuh/ didorong bergulir kedepan;

4) Bola digulirkan harus selalu dekat dengan kaki dengan demikian bola tetap dapat dikuasai;

5) Pada waktu menggiring bola kedua lutut sedikit ditekuk untuk mempermudah penguasaan bola;

6) Pada saat kaki menyentuh bola, pandangan kearah bola dan selanjutnya melihat situasi lapangan;

7) Kedua lengan menjaga keseimbangan disamping badan.

(6)

Gambar 2.2 Menggiring Bola dengan Kaki Bagian Dalam Sumber: Sucipto, dkk (2000:29)

b. Menggiring bola dengan kaki bagian luar, analisis menggiring bola dengan kaki bagian luar adalah sebagai berikut:

1) Posisi kaki saat menggiring bola sama dengan posisi kaki saat menendang dengan punggung kaki bagian luar;

2) Kaki yang digunakan untuk menggiring bola hanya menyentuh/mendorong bola bergulir kedepan;

3) Tiap melangkah secara teratur kaki menyentuh bola;

4) Bola selalu dekat dengan kaki agar bola mudah untuk menguasai bola;

5) Kedua lutut sedikit ditekuk agar mudah menguasai bola;

6) Pada saat kaki menyentuh bola pandangan kearah bola, selanjutnya melihat situasi;

7) Kedua lengan menjaga keseimbangan.

Gambar 2.3 Menggiring Bola dengan Kaki Bagian Luar Sumber: Sucipto dkk (2000:30)

(7)

c. Menggiring bola dengan punggung kaki, analisi menggiring bola dengan punggung kaki adalah sebagai berikut:

1) Posisi kaki saat menggiring bola sama dengan posisi kaki saat menendang dengan punggung kaki;

2) Tiap melangkah secara teratur kaki menyentuh bola;

3) Kaki yang digunakan untuk menggiring bola hanya menyentuh/mendorong bola tanpa terlebih dahulu ditarik kebelakang dan diayun kedepan;

4) Bola selalu dekat dengan kaki agar bola mudah untuk menguasai bola 5) Kedua lutut sedikit ditekuk agar mudah menguasai bola;

6) Pada saat kaki menyentuh bola pandangan kearah bola, selanjutnya melihat situasi;

7) Kedua lengan menjaga keseimbangan;

Gambar 2.4 Menggiring Bola dengan Punggung Kaki Sumber: Sucipto dkk (2000:31)

Menggiring bola merupakan salah satu teknik dasar yang cukup memiliki peranan penting dalam permainan sepak bola, tidak heran jika para pengamat sepak bola khususnya mengatakan bahwa mahirnya seorang pamain dapat dilihat pada bagaimana seorang pemain tersebut menggiring bola.Menggiring bola dapat diikuti oleh gerakan selanjutnya yaitu berupa passing (mengoper) atau shooting (menembak). Salah satu filosofi dalam dribbling adalah “pemain yang mengendalikan bola, bukan bola yang mengendalikan pemain , karena pemain makhluk hidup bola adalah benda mati”.

(8)

4. Daya Ledak Otot Tungkai

Daya ledak disebut juga sebagai kekuatan eksplosive. Daya ledak menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang dinamis dan eksplosive serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot yang maksimal dalam waktu yang secepat-cepatnya. Daya ledak otot merupakan salah satu dari komponen biomotorik. Dalam kegiatan olahraga daya ledak merupakan unsur penting yang akan menentukan seberapa keras orang dapat memukul, seberapa jauh melempar, seberapa tinggi melompat, seberapa cepat berlari dan sebagainya (Hardiansyah, 2019).

Menurut (Candra & Suwirman, 2019) mengartikan daya ledak otot sebagai kemampuan seseorang untuk menggerakkan tubuh atau bagian-bagiannya secara kuat dan kecepatan tinggi. Wujud nyata dari daya ledak otot tergambar dalam kemampuan seseorang seperti, kekuatan atau ketinggian loncatan, kekuatan tendangan, kekuatan lemparan, kekuatan dorongan, dan kekuatan tendangan.

Ismaryati (2008:59) mengatakan power yaitu power siklis dan asiklis, pembedaan jenis ini dilihat dari segi kesesuaian jenis gerakan atau keterampilan gerak. Dalam kegiatan olahraga power tersebut dapat dikenali dari perannya pada suatu cabang olahraga. Menurut Mylsidayu (2015:136) power (daya ledak otot) dapat diartikan sebagai kekuatan dan kecepatan yang dilakukan secara bersama-sama dalam melakukan suatu gerak. Sedangkan Menurut Annarino dalam Bafirman (2008:82)

“daya ledak otot adalah kekuatan dan kecepatan kontraksi otot secara dinamis, eksplosive dalam waktu yang cepat”. Serta menurut Jansen dalam Bafirman (2008:83) “daya ledak adalah semua gerakan eksplosive yang maksimum secara langsung tergantung pada daya otot. Daya otot adalah sangat penting untuk menampilkan prestasi yang tinggi”. Bedasarkan pendapat dari para ahli di atas, penulis memberi kesimpulan bahwa daya ledak merupakan merupakan kemampuan sebagian otot untuk menampilkan kekuatan secara eksplosive atau dalam waktu yang singkat otot dapat berkontraksi dengan sangat cepat atau eksplosive.

Daya ledak sangat berkaitan dengan daya (power), menurut Annarino dalam Bafirman (2008:83) “daya (power) adalah berhubungan dengan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dinamik dan eksplosive dan melibatkan pengeluaran

(9)

kekuatan otot maksimum dalam suatu durasi waktu pendek”. Menurut Jensen dalam Bafirman (2008:83) “power otot adalah kombinasi dari kekuatan dan kecepatan yaitu kemampuan untuk menerapkan tenaga (force) dalam waktu yang singkat. Otot harus menerapkan tenaga dengan kuat dalam waktu yang sangat singkat untuk memberikan momentum yang paling baik pada tubuh atau objek untuk membawa ke jarak yang diinginkan”. Sedangkan Bompa dalam Bafirman (2008:83) menyatakan bahwa “Power adalah hasil dari kekuatan maksimum dan kecepatan maksimum”. Bedasarkan beberapa pendapat dan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan power atau daya ledak otot merupakan gabungan antara kekuatan dan kecepatan dalam waktu yang singkat untuk memberikan momentum yang paling baik pada tubuh atau objek dalam suatu gerakan eksplosive yang utuh mencapai tujuan yang dikehendaki (Andriadi, 2017).

Mengenai otot tungkai yang lebih dominan dalam shooting, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.5 Otot tungkai Sumber: Setiadi (2007:274)

Dari gambar diatas maka penjelasan otot yang berperan dalam gerakan shooting ialah :

1) Pengerak Utama (Musculus quadriceps femoris, biceps femoris dan musculus tibialis anterior, tibialis posterior, dipakai dalam gerakan

(10)

menendang dan Musculus bicep femoris, dipakai pada saat shooting, dan lari);

2) Penggerak Antagonis pada pergerkan otot Musculus bicep femoris, dan musculus quadriceps femoris, terjadi pemendekan otot pada muschulus bicep femoris dan pemanjangan otot pada musculus quadriceps femoris;

3) Pegerak Stabilitas Musculus tensor fascia latae, Musculus gastrocnemius, Musculus tibialis anterior dan tibialis posterior.

Daya ledak atau yang sering disebut power adalah kemampuan untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang singkat. Secara matematis dapat dinyatakan bahwa:

gaya (force) X kecepatan (velocity)

daya ledak (Power) = --- waktu (time)

Menurut Irawadi (2011:96) mengartikan daya ledak otot sebagai kemampuan seseorang untuk menggerakkan tubuh atau bagian-bagiannya secara kuat dan kecepatan tinggi. Wujud nyata dari daya ledak otot tergambar dalam kemampuan seseorang seperti, kekuatan atau ketinggian loncatan, kekuatan tendangan, kekuatan lemparan, kekuatan dorongan, dan kekuatan tendangan.

(Rachman & Azima, 2019)mengatakan power yaitu power siklis dan asiklis, pembedaan jenis ini dilihat dari segi kesesuaian jenis gerakan atau keterampilan gerak. Dalam kegiatan olahraga power tersebut dapat dikenali dari perannya pada suatu cabang olahraga.

Menurut (Ade Prasetyo & Henjilito, 2020)power (daya ledak otot) dapat diartikan sebagai kekuatan dan kecepatan yang dilakukan secara bersama-sama dalam melakukan suatu gerak. Sedangkan Menurut Annarino dalam Bafirman (2008:82) “daya ledak otot adalah kekuatan dan kecepatan kontraksi otot secara dinamis, eksplosive dalam waktu yang cepat”. Serta menurut Jansen dalam Bafirman (2008:83) “daya ledak adalah semua gerakan eksplosive yang maksimum secara langsung tergantung pada daya otot. Daya otot adalah sangat penting untuk menampilkan prestasi yang tinggi”.

Daya ledak menurut (Agusti, 2016) adalah kemampuan seseorang untuk

(11)

mempergunakan kekuatan dan kecepatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pandeknya. Kemudian Harsono (2007:200) mejelaskan bahwa daya ledak adalah kemampuan Otot untuk mengerahkan kekuatan maksimum dalam waktu yang sangat cepat. Sejalan dangan pendapat Harsono, Sajoto (2009-70) menjelaskan bahwa daya ledak dapat disamakan dangan suatu kemampuan yang ditunjukan oleh kekuatan maksimum dalam waktu yang singkat. Dalam hel ini daya ledak dapat dinyatakan kekuatan x kecepatan.

Menurut Bompa (2006:385), daya ledak dibedakan dalam dua bentuk yaitu:

daya ledak asiklik dan siklik. Perbedaan jenis daya ledak ini dilihat dari segi kesesuaian jenis latihan ata keterampilan gerak yang lakukan. Dalam kegiatan olahraga daya ledak asiklik dan siklik dapat dapat di kenali dari peranannya pada suatu cabang olahraga. Cubang-cabang olahraga yang memerlukan daya ledak asiklik secara dominan yaitu : melempar. menolak, dan melompat pada atletik dan unsur-unsur gerakan pada senam, beladiri, anggar, loncat indah dan olahraga permainan seperti bulutangkis. Sedangkan cabang -cabang olahraga yang menggunakan daya ledak siklik yaitu tari, dayung, renang, bersepeda, dan jenis olahraga yang memerlukan kecepatan dalam pelaksanaanya.

Sedangkan (Yuliandra et al., 2020) mengemukakan bahwa, daya ledak adalah produk dari hasil kekuatan yang diterapkan oleh suatu otot yang cepat dengan kontraksi yang kuat menjadi lebih powerfull (tenaga penuh) satuan unit waktu yang disebabkan ketika kortraksi otot memindahkan benda pada ruang atau jarak tertentu. Pendapat ini di dasarkan pada kajian Ilmu biomekanika, bahwa kemampuan dari seorang atlet untuk meningkatkan jarak dari suatu obyek (bagian badan) akan mempengaruhi pencapaian beberapa keterampilan. Keberhasilan di dalam keterampilan ini begitu memerlukan penggunaan sejumlah besar pekerjaan pada suatu obyek. Di dalam beberapa cabang olahraga, tidak hanya kemampuan maksimal untuk melakukan sejumlah pekerjaan dalam waktu yang singkat. Tenaga adalah istilah mekanis yang menguraikan tentang kemampuan. Didalam mekanika.

kuasa/tenaga adalah tingkat melakukan pakerjaan, atau beberapa banyak pekerjaan dilakukan dalam jumlah waktu yang spesifik. Dengan demikian. jelas daya ledak

(12)

seseorang dalam keterampian gerak dalam mengerahkan tenaga maksimal Untuk mengatasi tahanan.

Bucher dalam Harsono (2007.200-201) menandakan bahwa “The powerfull Individu is able to use speed and strength in an efficient, coordinated, and skillful manner”. Selanjutnya dikatakan bahwa seorang individu yang mempunyai daya ledak adalah orang yang mempunyai.

1. A high muscular strength 2. A high degree of speed

3. A high degree of skill in integrating speed and muscular strength

Dari pendapat diatas menyebutkan dua unsur penting dalam daya ledak yaitu (2) kekuatan otot, dan (b) kecepatan otot dalam menggerakan tenaga maksimal untuk mengatasi tahanan. Daya ledak dipengaruhi oleh beberapa tingkatan kekuatan maksimal, karena tanpa kekuatan maksimal daya ledak tidak akan mencapai standar yang tinggi. Strength tetap merupakan dasar untuk pembentukan daya ledak. Oleh karena Itu sebelum latihan daya ledak. orang harus sudah memilki suatu tingkatan kekuatan otot yang baik. Chu (2000:1) menegaskan bahwa, atlet-atlet yang belajar latihan kekuatan dapat membantu mencegah cedara dan meningkatkan penampilan serta membantu pemain-pemain lebih cepat pulih kembali dari cederanya.

Berdasarkan batasan-batasan daya ledak diatas, bahwa daya ledak adalah kemampuan unuk mengerahkan kekuatan dan kecepatan otot dalam waktu yang relatif singkat. Daya ledak merupakan perpaduan dua unsur komponen kondisi fisik yaitu kekuatan dan kecepatan otot. Kualitas daya ledak akan tercermin dari unsur- unsur kekuatan dan kecepatan otot yang dalam pelaksanaannya dilakukan dangan ekplosif dalam waktu yang sesingkat mungkin (Kholid et al., 2021). Dengan demikian secara ringkas dapat disimpulkan batasan daya ledak adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat untuk memberikan momentum yang paling baik pada tubuh atau obyek dalam suatu gerakan explosive untuk mencapai suatu jarak atau sasaran.

(13)

5. Kecepatan

Menurut (Obregón-Biosca, 2020) kecepatan bukan hanya melibatkan seluruh kecepatan tubuh, tetapi melibatkan waktu reaksi yang dilakukan oleh seseorang pemain terhadap suatu stimulus. Kecepatan bukan hanya berarti menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat, akan tetapi dapat pula menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dalam lari sprint kecepatan larinya ditentukan oleh gerakan berturut-turut dari kaki yang dilakukan secara cepat, kecepatan menendang bola ditentukan oleh singkat tidaknya tungkai dalam menempuh jarak gerak tendang.

Kecepatan anggota tubuh seperti lengan atau tungkai adalah penting pula guna memberikan akselerasi kepada objek-objek eksternal seperti sepakbola, bola basket, tenis lapangan, lempar cakram, bola voli, dan sebagainya. Kecepatan tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu strength, waktu reaksi, dan fleksibilitas (Liesefeld & Janczyk, 2019). Untuk melakukan gerakan kecepatan adalah merupakan hasil dari jarak per satuan waktu (m/dt), misalnya 100 km per jam atau 120 meter per detik. Menurut Sajoto (1995: 9) kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan kesinambungan dalam waktu yang sesingkat- singkatnya.

1. Macam-Macam kecepatan

Menurut Suharno (1985: 31) kecepatan dalam hal ini dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:

a. Kecepatan sprint

Kecepatan sprint adalah kemampuan organisme atlet bergerak ke depan dengan kekuatan dan kecepatan maksimal untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Contohnya pada pemain sepakbola saat berlari mengejar bola.

b. Kecepan reaksi

Kecepatan reaksi adalah kemampuan organisme atlet untuk menjawab suatu rangsang secepat mungkin dalam mencapai hasil yang sebaik- baiknya.

Contohnya pada pemain sepakbola saat menyambut umpan, pemain tersebut

(14)

c. Kecepatan bergerak

Kecepatan bergerak adalah kemampuan organ atlet untuk bergerak secepat mungkin dalam satu gerakan yang tidak terputus.

Di antara tipe kecepatan tersebut di atas dua tipe kecepatan, yaitu kecepatan reaksi dan kecepatan bergerak sangat diperlukan dalam kegiatan olahraga sepakbola, misalnya seorang pemain pada saat menggiring bola lalu mengoper kepada kawan dan sesaat kemudian dikembalikan lagi ke depannya dan bola harus dikejar, artinya pemain tersebut sudah malakukan gerakan dengan gerakan secara cepat, karena harus mendahului lawan yang akan datang. Dalam permainan sepakbola kedua tipe kecepatan di atas banyak digunakan mulai dari menggiring bola, memberi umpan kepada kawan, saat menendang bola bahkan saat melakukan gerakan tanpa bolapun seorang pemain harus sesering mungkin melakukan gerakan (Hilmersson & Johanson, 2020).

Menurut (Psaraftis, 2019) kecepatan didefinisikan sebagai laju gerak, dapat berlaku untuk tubuh secara keseluruhan atau bagian tubuh. Menurut Nurhasan (1994) yang dikutip oleh Saifudin (1999:1-11) kecepatan gerak dan kecepatan reaksi sering dianggap sebagai cirri dari atlet berprestasi, yang dapat diamati dalam cabang olahraga yang membutuhkan mobilitas tinggi seperti kecepatan lari seorang pemain sepakbola mengejar atau menggiring bola. Kedua gerak tipe tersebut di atas sangat diperlukan dalam kegiatan olahraga misalnya seorang pemain sepakbola pada saat menggiring bola lalu mengoper kemudian dikembalikan lagi ke depannya dan bola harus dikejar, artinya pemain tersebut sudah melakukan gerakan (movement) dengan gerakan secara cepat, karena harus mendahului lawan yang menghadang. Dalam permainan sepakbola, kedua tipe gerak di depan banyak digunakan mulai dari menggiring bola, memberikan umpan kepada kawan, saat menendang bola bahkan saat melakukan gerakan tanpa bola pun seorang pemain harus sesering mungkin melakukan gerakan (movement).

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengubah gerakan dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan kemampuan atau kekuatan yang besar dengan waktu yang sesingkat-singkatnya.

(15)

B. Penelitian Relevan

Tabel 2.1 Penelitian sebelumnya yang relevan

No Penelitian Hasil Penelitian

1. Hubungan antara Power Otot Tungkai dan Kelincahan Terhadap Kemampuan Menggiring Bola dalam Permainan Sepak Bola pada Siswa dan Siswi Kelas VIII SMP Negeri 17 Kota Bengkulu

(Eko Priyono, 2014)

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas delapan SMP Negeri 17 Kota Bengkulu yang sudah dipilih secara acak, dengan menggunakan teknik random sampling yang berjumlah 43 orang. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa: terdapat hubungan antara power otot tungkai (X1) dengan kemampuan menggrirng bola (Y) dengan rhitung 0,983 dan rtabel 0,308 sehingga rhitung lebih besar dari pada rtabel. Terdapat hubungan antara kelincahan (X2) dan kemampuan menggiring bola (Y) dimana rhitung 0,987 sedangkan rtabel 0,308.

Terdapat korelasi positif antara power otot tungkai (X1) dan kelincahan (X2) dengan kemampuan menggiring bola (Y) dengan rhitung sebesar 0,973 dan rtabel 0,308, kemudian dalam hal ini berlaku ketentuan bila Th lebih besar dari Tt , maka koefisien korelasi ganda yang diuji adalah signifikan, yaitu dapat diberlakukan untuk seluruh populasi. Dari perhitungan diatas ternyata Th > Tt (31,4 >

2,021) maka dapat dinyatakan bahwa korelasi ganda tersebut signifikan dan dapat diberlakukan dimana sampel diambil.

2. Hubungan antara Kekuatan Otot Tungkai

Hasil penelitian ini menunjukan hubungan antara kekuatan otot tungkai (X1) terhadap

(16)

Kelincahan dan Koordinasi Mata-Kaki terhadap Keterampilan Menggiring Bola Peserta Ekstrakurikuler Futsal

SMP Negeri 2

Banguntapan Kabupaten Bantul Provinsi Yogyakarta

(Ririn Oviyani Suci, 2015)

keterampilan menggiring bola (Y) sebesar 0,745, kelincahan (X2) terhadap keterampilan menggiring bola (Y) sebesar 0,742, koordinasi mata-kaki (X3) terhadap keterampilan menggiring bola (Y) sebesar 0,781, dan hubungan antara Kekuatan otot tungkai (X1), kelincahan (X2) dan koordinasi mata-kaki (X3) terhadap keterampilan menggiring bola (Y) sebesar 0,962. Maka dapat disimpulkan bahwa Hubungan Kekuatan Otot Tungkai, Kelincahan dan Koordinasi Mata-Kaki terhadap keterampilan menggiring bola (dribbling) peserta ekstrakulikuller futsal SMP Negeri 2 Banguntapan signifikan.

3. Hubungan Daya Ledak Otot Tungkai dan Kelincahan dengan Kemampuan Menggiring Bola dalam Permainan Sepak Bola Pada Unit Kegiatan Mahasiswa Penjaskes Stkip Setia Budhi Rangkasbitung (Ridwan Sudirman, 2018)

Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan data, dapat disimpulkan bahwa: 1) Terdapat hubungan yang signifikan antara daya ledak otot tungkai dengan kemampuan menggiring bola. 2) Ada

hubungan yang signifikan antara kelincahan dan kemampuan menggiring bola. 3) Ada hubungan yang signifikan

antara daya ledak otot tungkai dan kelincahan terhadap kemampuan menggiring bola pada sepak bola siswa

permainan kegiatan kemahasiswaan STKIP Setia Budhi Rangkasbitung.

4. Hubungan antara Hasil penelitian ini adalah : 1) Terdapat

(17)

Kecepatan, Daya Ledak Otot Tungkai dan Panjang Tungkai dengan Kemampuan Menggiring Bola pada Permainan Sepak Bola Pada Siswa SMPN Satu Atap Bendorejo Blitar

(Rian Kresnanto, 2017)

hubungan yang signifikan antara kecepatan dengan kemampuan menggiring bola pada permainan sepak bola, dengan rhitung 0,867 >

0,497 rtabel. 2) Terdapat hubungan yang signifikan antara daya ledak otot tungkai dengan kemampuan menggiring bola pada permainan sepak bola, dengan rhitung 0,854 >

0,497 rtabel,. 3) Terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dengan kemampuan menggiring bola pada permainan sepak bola, dengan hasil rhitung 0,856 > 0,497 rtabeldan 4) Terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan, daya ledak otot tungkai dan panjang tungkai dengan kemampuan menggiring bola pada permainan sepak bola, dengan hasil Fhitung 21,64 >

3,344 Ftabel. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecepatan, daya ledak otot tungkai dan panjang tungkai dengan kemampuan menggiring bola pada permainan sepak bola. Maka dari itu dapat disarankan untuk bisa mencapai kemampuan menggiring bola yang maksimal permainan sepak bola maka siswa harus memperhatikan kecepatan, daya ledak otot tungkai dan panjang tungkai.

5. Hubungan antara Daya Ledak Otot Tungkai dan Kecepatan Lari dengan

Hasil Penelitian : (1) Ada hubungan antara daya ledak otot tungkai dengan kelincahan menggiring bola pada Siswa kelas VIII SMP

(18)

Bola dalam Permainan Sepak Bola

(Dion Wahyu Saputra,2019)

2018/2019 (2) Ada hubungan antara kecepatan lari dengan kelincahan menggiring bola pada Siswa kelas VIII SMP Islam Al-Qodir Kertosono Tahun Ajaran 2018/2019 (3) Ada hubungan antara daya ledak otot tungkai dan kecepatan lari dengan kelincahan menggiring bola pada Siswa kelas VIII SMP Islam Al- Qodir Kertosono Tahun Ajaran 2018/2019 (4) Di antara variabel daya ledak otot tungkai, dan kecepatan lari, variabel kecepatan lari memiliki hubungan yang paling signifikan dengan variabel kelincahan menggiring bola pada Siswa kelas VIII SMP Islam Al-Qodir Kertosono Tahun Ajaran 2018/2019.

Kesimpulan dan saran : Simpulan bahwa terdapat hubungan antara daya ledak otot tungkai dan kecepatan lari dengan kelincahan menggiring bola dalam permainan sepak bola.

Bagi Siswa kelas VIII SMP Islam Al-Qodir Kertosono Tahun Ajaran 2018/2019 agar bisa mencapai prestasi dengan maksimal maka harus memperhatikan daya ledak otot tungkai dan kecepatan lari.

C. Kerangka Berfikir

Dengan melihat uraian dari kajian teori di atas dapat di susun kerangka pemikiran sebagai berikut:

Sepak bola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan menyepak bola kian kemari untuk diperebutkan di antara pemain-pemain yang mempunyai tujuan untuk memasukkan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang

(19)

sendiri agar tidak kemasukan bola (Nugraha, 2012: 23).

Menggiring merupakan teknik pertama yang digunakan dalam permainan sepak bola dan harus mempunyai kekuatan otot tungkai yang kuat agar bisa menjadi tumpuan yang baik pada saat pelaksanaanya. Kemampuan menggiring bola yang baik dibutuhkan kemampuan fisik yang mendukung. Kemampuan fisik diantaranya yakni kecepatan dan kelincahan. Kekuatan merupakan komponen yang sangat penting untuk meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktifitas fisik. Disamping itu kekuatan memegang peranan penting melindungi atlet dari kemungkinan cedera. Kekuatan otot tungkai sangat diperlukan dalam pelaksanaan pencapaian prestasi atlet. Pada permainan sepakbola, dalam pelaksanaan menggiring bola, arah gerakan bola yang harus selalu dekat dengan kaki agar mudah dikontrol ditentukan oleh kekuatan yang dikerahkan untuk melaksanakanya.

Cepat atau lambatnya lintasan bola ditentukan oleh kuat atau tidaknya hasil yang di lakukan. Semakin cepat sentuhan kaki terhadap bola, semakin cepat bola itu bergerak, sehinggga mendapatkan keberhasilan dalam ketrampilan menggiring bola. Dalam pelaksanaan menggiring bola kekuatan otot tungkai mempunyai peranan yang sangat penting juga terhadap keberhasilan tumpuan. Dalam cabang olahraga kecepatan merupakan komponen fisik yang mendasar, sehingga kecepatan merupakan faktor penentu dalam cabang olahraga seperti nomor lari jarak pendek, tinju, anggar, dan cabang olahraga permainan.

Menurut Irawadi (2011:96) mengartikan daya ledak otot sebagai kemampuan seseorang untuk menggerakkan tubuh atau bagian-bagiannya secara kuat dan kecepatan tinggi. Wujud nyata dari daya ledak otot tergambar dalam kemampuan seseorang seperti, kekuatan atau ketinggian loncatan, kekuatan tendangan, kekuatan lemparan, kekuatan dorongan, dan kekuatan tendangan.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.

Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori dan belum menggunakan fakta. Oleh karena itu, setiap penelitian yang dilakukan

(20)

memiliki suatu hipotesis atau jawaban sementara terhadap penelitian yang akan dilakukan. Dari hipotesis tersebut akan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan apakah hipotesis tersebut benar adanya atau tidak benar.

Selanjutnya menguji hipotesis statistik, berarti menguji apakah hipotesis penelitian yang telah terbukti atau tidak terbukti berdasarkan data sampel itu dapat diberlakukan pada populasi atau tidak.

Suryabrata (2012:21) juga mengatakan hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya, maka disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara daya ledak otot tungkai dengan kemampuan menggiring bola pada pemain UKM Sepakbola UPI;

2. Terdapat hubungan antara kecepatan dengan kemampuan menggiring bola pada pemain UKM Sepakbola UPI;

Terdapat hubungan antara daya ledak otot tungkai dan kecepatan dengan kemampuan menggiring bola pada pemain UKM Sepakbola UPI.

Referensi

Dokumen terkait

Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang sistem informasi pendistribusian pada Perum Bulog Divisi Regional Sumsel Regional Palembang yang berbasis website, sehingga

Parameter yang memiliki nilai heritabilitas tinggi ditunjukkan oleh persentase polong terserang, persentase biji terserang, jumlah polong bernas per tanaman, jumlah

Oleh karena itu kegiatan tahun pertama pada Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) ini salah satunya adalah penyuluhan keamanan pangan dan pemberian bantuan alat produksi

13 Dinas kesehatan telah berupaya memberikan sanksi terhadap dokter yang melakukan praktik tanpa memiliki surat izin praktik tersebut sesuai dengan Peraturan

Faktor- faktor yang berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap tingkat adopsi teknologi usahatani padi sawah adalah pengetahuan, sedangkan

1. Kegiatan pendampingan dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari ketua dan anggota. Sebelum perencanaan dilakukan, tim terlebih dahulu mengidentifikasi kondisi dan

[r]