• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH WAKTU INKUBASI FERMENTASI BERBEDA TERHADAP KUALITAS FISIK BATANG PISANG (MUSA PARADISIACA) SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH WAKTU INKUBASI FERMENTASI BERBEDA TERHADAP KUALITAS FISIK BATANG PISANG (MUSA PARADISIACA) SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PENGARUH WAKTU INKUBASI FERMENTASI BERBEDA TERHADAP KUALITAS FISIK BATANG PISANG (MUSA PARADISIACA)

SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA

PROGRAM STUDI

PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

HARIS WANDA NIRM. 04.03.18.203

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(2)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PENGARUH WAKTU INKUBASI FEERMENTASI BERBEDA TERHADAP KUALITAS FISIK BATANG PISANG (MUSA PARADISIACA)

SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA

Diajukan sebagai syarat

Untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr. Pt)

PROGRAM STUDI

PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

HARIS WANDA NIRM. 04.03.18.203

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(3)

iii

(4)
(5)
(6)
(7)

RINGKASAN

Haris Wanda, Nirm 04.03.18.203, Pengaruh Waktu Inkubasi Fermetasi Berbeda Terhadap Kulitas Fisik Batang Pisang (Musa Paradisiaca) Sebagai Pakan Sapi Potong Di Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga, komisi pembimbing: Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si dan Dr. Riyanto,SST, S.Pt, MP

Dengan potensi pohon pisang yang cukup besar di Lingga yaitu kecamatan Singkep Barat, Singkep Barat merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Lingga yang mempunyai komoditas di sketor pertanian yaitu padi dan juga pisang, dengan luas lahan sawah 200 hektar dan untuk yang di tanami itu hanya 10 hektar saja dan tidak di tanami secara rutin dan luas perkebunan pisang seluas 12 hektar. Pada umumnya masayarakat kecamatan singkep barap menggunakan pakan hijauan yaitu rumput liar dan juga rumput odot, dan pada musim kemarau atau musim panas ketersedian pakan hijau ini sangat lah sedikit ini mengakibatkan kekurangan pakan hijauan,dan yang di butuhkan adalah pakan pengganti hijauan yaitu pakan fermentasi.

Tujuan penelitian ini a) Untuk mengetahui kulitas fisik batang pisang terhadap lamanya fermentasi b) Untuk mengetahui palatabilitas sapi potong terhadap pakan silase batang pisang c) Untuk mengetahui rancangan penyuluhan tentang tingkat pengetahuan peternak terhadap pembuatan pakan silase batang pisang ternak sapi potong.

Penelitian di lakukan pada bulan Mei sampai Juli 2022 di kelompok ternak Harapan Jaya, dengan metode penelitian ini mengunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 3 perlakuan dan 4 pengulangan, adapun perlakuan yang di uji P1= silase batang pisang +7 hari, P2= silase batang pisang +14 hari, P3= silase batang pisang+21 hari. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis of Varians (Anova) dandilanjutkan dengan uji lanjut untuk melihat perbedaan antara perlakuan. Dan dengan melakukuan uji organoleptik dengan indikator dari terkestur(Kasar dan mudah di pisahkan, Lembut dan mudah di pisahkan, Kokoh,lebih lembut dan sulit di pisahkan), warna(Hijau tua, Hijau kecoklatan, Hijau kuning), bau(Sangat tengik, bau amoniak dan busuk, Asam agak tengik dan bau amoniak, Asam segar), dan jamur(Disemua titik pengamatan, Sedikit di permukaan, Tidak ada). Rancangan penyuluhan disusun berdasarkan hasil dari Identifikasi potensi wilayah, karakteristik sasaran serta hasil kajian teknis.

Hasil penelitian menunjukan bahwa lama fermentasi yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kulitas fisik pertumbuhan jamur akan tetapi memberikan pengaruh nyata terhadap fisik terkstur ,warna,dan bau silase batang pisang.Berdasarkan hasil uji Ducan terhadap tekstur batang pisang dapat di ketahui bahwaP3(2.75) lembut dan mudah di pisahkan, warna batang pisang dapat di ketahui bahwa P2(3) hijau kekuning, bau batang pisang dapat di ketahui bahwa bahwa P2(3) asam segar, dan terhadap jamur batang pisang dapat di ketahui bahwa tidak ada pengaruh yang nyata dengan tidak adanya jamur, jadi lama fermnetasi yang di rekomendasikan dalam pembuatan silase batang pisang adalah 14 hari.Implementasi rancangan penyuluhan tentang silase batang pisang menghasilkan tingkat pengetahuan peternak sungai harapan pada tingkat mengevaluasi yaitu 89%.

(8)

Kata pengantar

Puji syukur kepada allah swt atas berkat rahmat dan hidayah-nya, sehingga dapat menyusun laporanl tugas akhir dengan judul “Pengaruh Kualitas Fisik Batang Pisang(musa paradisiaca) Terhadap Waktu Fermentasi Yang Berbeda Sebagai Pakan Sapi Potong di Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga.

Penyusunan laporanini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu ucapan terimakasih tak lupa terucap kepada:

1. Dr. Setya Budhi Udrayana, S. Pt, M.Si Selaku Pembimbing I dan direktrut 2. Dr. Riyanto, SST, S.Pt, MP selaku Pembimbing II

3. Dr. Sad likah, S.Pt, MP selaku Ketua Program Studi Penyuluhan Peternakan Dan Kesejahteraan Hewan.

4. Dr. Wahyu Windari, S.Pt, M.Scselaku Ketua Jurusan Peternakan Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

5. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan LaporanTugas Akhir dapat selesai sesuai jadwal dengan waktu yang telah di tentukan.

LaporanTugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, isi maupun tatapenulisan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman.

Kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak terkait LaporanTugas Akhir ini sangat diharapkan sehingga pelaksanaan Tugas Akhir yang dapat berjalan lebih baik.

Lingga, Agustus 2022 Penulis

(9)

Daftar Isi

PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii

Kata pengantar ... viii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xii

BAB I ...1

PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...2

1.3 Tujuan ...3

1.4 Manfaat ...3

BABII ...5

TINJAUN PUSTAKA ...5

2.1 Penelitian Terdahulu ...5

2.2 Aspek teknis ...8

2.2.1 Silase ...8

2.2.2 Sapi potong ...9

2.2.3 Batang pisang... 10

2.2.4 Palatabilitas ... 10

2.3.Penyuluhan ... 11

2.3.1 Penyuluhan pertanian ... 11

2.3.2 Tujuan penyuluhan... 12

2.3.3 Sasaran penyuluhan ... 12

2.3.4 Media penyuluhan ... 13

2.3.5 Metode penyuluhan ... 14

2.3.6 Evaluasi... 15

BAB III ... 19

METODE PENELITIAN... 19

3.1 Lokasi dan waktu ... 19

(10)

3.2 Metode kajian ... 19

Tabel 1. Rancangan percobaan ... 20

3.2.2 Pembuatan silase batang pisang... 20

3.2.3 Uji organoleptik ... 21

3.2.4 Uji Palatabilitas ... 22

3.2.5 Analisis data ... 22

3.3 rancangan penyuluhan ... 22

3.3.1 Penetapan tujuan penyuluhan ... 22

3.3.2 Penetapan materi ... 23

3.3.3 Metode penyuluhan ... 23

3.3.4 Media penyuluhan ... 23

3.4 implementasi... 23

3.4.1 Lokasi dan waktu ... 23

3.4.2 Sasaran ... 23

3.4.3 Populasi dan sample... 23

3.5 Evaluasi... 24

3.5.1 Tujuan evaluasi ... 24

3.5.2 Sumber dan jenis ... 24

3.5.3 Teknik pengumpulan data ... 24

3.5.4 Skala pengukuran ... 25

3.5.5 Uji validasi ... 25

3.5.6 Tabulasi... 25

BAB IV ... 26

HASIL KAJIAN ... 26

4.2 Pembuatan Silase Batang Pisang ... 26

4.2.1 Uji Coba Pembuatan ... 26

4.2.2 Uji Organoleptik ... 27

4.3 Uji palatabilitas ... 30

BAB V ... 32

PERANCANGAN DAN UJI COBA RANCANGAN PENYULUHAN ... 32

5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 32

5.1.1 Keadaan Geografi ... 32

5.1.2 Keadaan Penduduk ... 32

(11)

5.2 Perencanaan Penyuluhan Pertanian ... 33

5.2.1 Sasaran Penyuluhan... 33

5.2.2 Tujuan Penyuluhan ... 33

5.2.3 Materi Penyuluhan ... 34

5.2.4 penentuan metode penyuluhan ... 34

5.3 implementasi... 35

5.4 Evaluasi... 35

BAB VI ... 37

PEMBAHASAN ... 37

6.1 Karakteristik responden ... 37

6.2 Hasil Evaluasi ... 39

BAB VII ... 41

PENUTUP ... 41

7.1 Kesimpulan ... 41

7.2 saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(12)

Daftar Tabel

Table 1. Rancangan Pecobaan...20

Table 2. Umur Penduduk...27

Table 3. berdasarkan Pendidikan...28

Table 4. Hasil Organoleptik Tekstur...29

Table 5. Hasil Organoleptik Warna...30

Table 6. Hasil Organoleptik Bau...30

Table 7. Hasil Organoleptik jamur ...30

Table 8. Hasil Rata-rata Uji Organoleptik...31

Table 9. Uji Palatabilitas Sapi Potong Terhadap Silase Batang pisang ...31

Table 11. Umur Responden...38

Table 12. Pendidikan Responden ...38

Table 13. Lama beternak Responden ...39

Table 14. Jumlah Ternak Responden...30

Table 15. Persentase Pengetahuan...40

(13)

Daftar Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir...17

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Peternakan di Indonesia sebagian besar masih merupakan usaha peternakan yang berskala kecil atau usaha peternakan rakyat dan masih banyak kekurangan dan kegagalan dalam menjalankan usaha peternakan. Peternakan merupakan salah satu sub sector pertanian yang berpeluang besar untuk dapat dikembangkan; hal ini sejalan dengan komposisi dan pola makan sebagian besar penduduk Indonesia yang menempatkan produk peternakan diurutan kedua setelah pertanian,karena pembangunan peternakan secara umum yaitu untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan terutama petanipeternak.

(Sondakh dkk, 2019).

Menurut Lado dalam Santi dkk 2012 Pakan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ternak baik untuk hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Tiga faktor penting dalam penyediaan hijauan bagi ternak ruminansia adalah kesediaan pakan, kandungan gizi serta kesinambungan sepanjang tahun.

Ketersediaan hijauan umumnya berfluktuasi mengikuti pola musim, pada musim penghujan hijauan melimpah sebaliknya terbatas pada musim kemarau.Pakan alternatif yang berasal dari limbah pertanian maupun perkebunan mulai banyak dimanfaatkan seperti limbah yang berasal dari tanaman pisang (Musa paradisiaca) yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan mulai dari batang pisang

bagian bawah (bongkol), tengah dan bagian atas termasuk daunnya (Santi, 2012).

Berdasarkan hasil analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau tahun 2015 kandungan gizi batang pisang adalah bahan kering 8,00%; abu 19,50%, protein kasar 1,01%; serat

(15)

kasar 19,50%; lemak kasar 0,75%; BETN 59,24%, serta kandungan gizi bonggol pisang adalah bahan kering 17,46%; abu 16,00%; protein kasar 0,96%; serat kasar 14,50%; lemak kasar 0,75% dan BETN 67,79%.Kadar air yang tinggi pada batang pisang dapat menyebabkan cepat mengalami pembusukan dan kerusakan sehingga dalam pemberiannya harus segar dan cepat (Wina, 2001).

Salah satu solusi menyediakan pakan ternak yang kontinyu sepanjang tahun dengan memanfaatkan limbah tanaman pisang yang berupa batangnya untuk diawetkan menjadi silase (Santi, 2012).

Dengan potensi pohon pisang yang cukup besar di Lingga yaitu Kecamatan Singkep Barat, Singkep Barat merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Lingga yang mempunyai komoditas di sketor pertanian yaitu padi dan juga pisang, dengan luas lahan sawah 200 hektar dan untuk yang di tanami itu hanya 10 hektar saja dan tidak di tanami secara rutin dan luas perkebunan pisang seluas 12 hektar sedangkan dari sektro peternakannya yaitu sapi potong dan juga ayam kampung, jenis sapi potong yaitu sapi bali dan juga limosin.Pada umumnya masayarakat Kecamatan Singkep Barat menggunakan pakan hijauan yaitu rumput liar dan juga rumput odot, dan pada musim kemarau atau musim panas ketersedian pakan hijau ini sangat lah sedikit ini mengakibatkan kekurangan pakan hijauan,dan yang di butuhkan adalah pakan pengganti hijauan yaitu pakan fermentasi, atas latar belakang tersebut maka topik penelitian ini adalah pengaruh kulitas fisik batang pisang(Musa paradisiaca) terhadap waktu fermentasi yang berbeda. Di Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh masa inkubasi fermentasi terhadap kulitas fisik batang pisang ?

(16)

2. Bagaimana palatabilitas silase batang pisang pada pemberian sapi potong ? 3. Bagaimana hasil rancangan penyuluhan tentang pembuatan silase batang

pisang untuk pakan ternak sapi potong ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui kulitas fisik batang pisang terhadap lamanya waktu inkubasi fermentasi

2. Untuk mengetahui palatabilitas sapi potong terhadap pakan silase batang pisang

3. Untuk mengetahuihasil rancangan penyuluhan tentang tingkat pengetahuan peternak terhadap pembuatan pakan silase batang pisang ternak sapi potong

1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi mahasiswa

1. Menambah pengetahuan mengenai pengaruh kulitas fisik silase batang pisang terhadap lamanya waktu fermentasi

2. Sumber informasi tentang pakan alternatif dan cara pengolhannya 3. Penulisan kajian dimanfaatkan sebagai wadah dalam memperoleh

ilmu dan membagikan wawasan, pengalaman baru, sebagai sarana untuk memecahkan suatu masalah

2. Bagi sasaran

1. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peternak dalam mengetahui kulitas fisik silase batang pisang dengan lama waktu fermtasi yang berbeda

2. Menambah informasi mengenai pembuatan silase batang pisang

(17)

3. Bagi institusi

1. Memperkenalkan Politeknik Pembangunan Pertanian kepada masyarakat Kabupaten Lingga sebagai penyelenggara pendidikan Vokasi Diploma IV dalam bidang pertanian dan peternakan.

2. Output kajian diharapkan dapat menjadi bahan acuan pembelajaran atau referensi bagi penulis lainnya yang dibutuhkan dalam kajian bidang yang serupa. Hasil dari kajian juga merupakan implementasi pengkaji dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

(18)

5 BABII

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Qoiyum (2019), yang berjudul kualitas fisik dan palatabilitas silase batang pisang (Musa Paradisiaca) sebagai pakan ternak domba ekor gemuk. prenelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas fisik dan palatabilitas presentasi pemberian pakan silase batang pisang (Musa paradisiaca) sebagai pakan ternak domba ekor gemuk. Kegunaan dari penelitian ini diharapkan agar digunakan sebagai bahan informasi dan bahan alternatif tentang pemanfaatan limbah pertanian berupa batang pisang. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 ekor domba ekor gemuk, batang pisang, dedak padi, pollard, garam, EM4, mollases dan air. Variabel yang di amati kualitas fisik silase batang pisang yang meliputi (tekstur, warna, aroma dan pH) dan palatabilitas pakan per hari dan per minggu.

Data yang dihasilkan dari penelitian dianalisis dengan mengunkan analisis statistik RAK (Rancangan Acak Kelompok). Hasil penelitian yang dapat disimpulkanbahwa pengaruh kualitas fisik silase batang pisang sangat baik, sedangkan pengaruh palatabilitas pada ternak domba ekor gemuk tidak berbeda nyata memberikan (Thitung ≤0,05) berbeda nyata dengan (Thitung ≤0,01), namun untuk penegelompokan yang berdasarkan jenis kelamin menunjukan yang sangat nyata.

Jealani (2018), pengaruh penambahan suplemen organik cair (SOC) dan lama penyimpnanan terhadap derajat ke asaman (pH) dan kualitas fisik pada silase batang pisang (Musa Paradisiaca). Pengamatan Dengan menggunakan Suplemen Organik Cair (SOC) dapat mempermudah pembuatan fermentasi pakan ternak. SOC sangat cocok digunakan untuk fermentasi pakan ternak.

Fermentasi menggunakan produk SOC juga menguntungkan dari sisi produksi

(19)

hewan ternak yaitu membuat ternak cepat gemuk. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik melakukan penelitian Pengaruh Penambahan Suplemen Organik Cair (SOC) Terhadap Derajat Keasaman (pH) Dan Kualitas Fisik Pada Silase Batang Pisang kepok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penambahan SOC terhadap derajat keasaman (pH) dan Kualitas Fisik pada silase batang pisang kapok yang baik dan bisa diaplikasikan sebagai pakan ternak. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Pola faktorial dengan Faktor pertama Konsentrasi SOC (0%, 0,1%, 0,2%, 0,3% dan 0,4%) dan faktor kedua lama penyimpanan (1, 3, 5, 7 hari) dan ulangan 3 kali.

Variabel penelitian yaitu uji pH dan uji fisik Penggunaan berbagai konsentrasi SOC dan lama penyimpanan silase gedebog pisang berpengaruh terhadap derajat keasaman dan sifat fisik warna silase batang pisang, namun tidak mempengaruhi tekstur dan keberadaan jamur. Terdapat interaksi antara lama penyimpanan dengan konsentrasi SOC terhadap pH dan sifat fisik warna silase batang pisang. Penggunaan konsentrasi SOC 0,3%-0,4% dengan lama penyimpanan 5-7 hari, memberikan hasil silase batang pisang yang terbaik karena mampu menurunkan nilai pH dan mengasilkan silase batang pisang berkualitas baik.

Anwaret all ( 2020),yang berjudul fermntasi batang pisang sepatu (Musa Paradisiaca Formatypica) terhadap palatabilitas sapi bali (Bos Sondaicus).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui palatabilitas sapi bali terhadap pakan batang pisang sepatu yang diferemtasi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2019 di Desa Dambalo, Kabupaten Gorontalo Utara, Indonesia. Penelitian ini menggunakan 20 ekor sapi dan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kontrol, (P1 = 15 kg rumput gajah + 1 kg batang pisang segar / ekor / hari). Kelompok II (P1 = 15 kg rumput gajah + 1 kg batang pisang / ekor / silase hari) Analisis data menggunakan Uji-T. Hasil

(20)

penelitian menunjukkan bahwa pakan Silase Batang Pisang berbeda nyata (P>

0,05) dengan kelezatan sapi Bali, sedangkan nilai pertambahan bobot badan lebih tinggi pada sapi yang diberi silase batang pisang dibandingkan dengan yang diberikan dalam bentuk segar. Silase batang pisang yang diberi pakan ternak lebih baik dari pada sapi yang diberikan dalam bentuk segar, dengan pertambahan bobot badan 42-57 gr / hari.

Larangahen,et all (2017), yang berjudul pengaruh penambahan molases terhadap kulitas fisik dan kimia silase kulit pisang sepatu (musa paradisiaca formatypica). Molasses telah digunakan sebagai bahan pakan akhir-akhir ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat penambahan molases terhadap kualitas fisik dan kimia dari silase kulit pisang sepatu. Bahan yang digunakan Kulit pisang sepatu dan molases. Rancangan yang digunakan adalah rancangan faktorial 4 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah penambahan molasses (A) masing-masing A0=0% A1=2%, A2=4%, dan A3=6%.

Faktor kedua adalah lama pemeraman (B) dengan lama pemeraman masing- masing B1=14 hari, B2=21 hari dan B3=28 hari. Data dianalisis ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan.

Perbedaan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil analisa statistik menunjukan bahwa penambahan molasses pada silase kulit pisang sepatu dengan lama pemeraman secara nyata berinteraksi (P<0,05) dalam mempengaruhi bau silase, protein kasar (%), gross energi (kkal/kg), tetapi tidak terdapat interaksi pada tekstur dan warna silase, untuk warna hanya dipengaruhi secara nyata (P<0,05) oleh lama pemeraman. menghasilkan silase kulit pisang sepatu dengan kandungan protein (6,77%) dan gross energy pada perlakuan molasses 4% waktu 28 hari (4390 kkal/kg). Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penggunaan molasses 6% dan lama pemeraman 21 hari menghasilkan silase kulit pisang sepatu berkualitas baik secara fisik dan kimia.

(21)

Santi,et all (2016), yang berjudul kualitas dan nilai kecernaan in vitro silase batang pisang (Musa Paradisiaca) dengan penambahan beberapa akselerator.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dan nilai kecernaan in vitro silase batang pisang (Musa paradisiaca) dengan penambahan beberapa akselerator. Penelitian ini menggunakan batang pisang kepok yang sudah berbuah (limbah), dedak padi, molases dan tepung gaplek. Rancangan Percobaan untuk kualitas fermentasi yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 4×2 dengan faktor pertama adalah akselerator yang terdiri dari tanpa akselerator, dedak padi 10%, molases 10%, tepung gaplek 10%, faktor kedua adalah lama ensilase yakni 21 dan 28 hari sedangkan untuk nilai kecernaan in vitro menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola searah.

Uji kualitas fisik dilakukan oleh 8 panelis yang tidak terlatih, uji kimiawi diulang dua kali dan nilai kecernaan in vitro diulang tiga kali setiap perlakuan.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kualitas dan nilai kecernaan in vitro silase batang pisang yang diberi akselerator lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan dengan tanpa akselerator, dan lama ensilase 21 hari memberikan kualitas silase lebih baik (P<0,01) terhadap tekstur dan persentase keberhasilan dibandingkan lama ensilase 28 hari. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penambahan molases sebanyak 10% menghasilkan silase batang pisang yang dikategorikan berkualitas baik dilihat dari segi karakteristik fisik, kimiawi maupun nilai kecernaan in vitro dan lama ensilase optimal untuk membuat silase batang pisang yaitu 21 hari.

2.2 Aspek teknis 2.2.1 Silase

Silase merupakan awetan segar yang disimpan dalam silo pada kondisi anaerob. Pada suasana tanpa udara tersebut akan mempercepat pertumbuhan bakteri anaerob untuk membentuk asam laktat. Penambahan karbohidrat

(22)

tersedia seperti tetes, onggok dan bekatul untuk mempercepat terbentuknya asam laktat serta menyediakan sumber energi yang cepat tersedia bagi bakteri.

Kelebihan dan kekurangan dari masing – masing bahan jenis additive dapat dilihat dari komposisi gizinya karena masing – masing memiliki komposisi gizi yang berbeda, sehingga diduga menghasilkan kualitas silase yang berbeda pula.

Selain jenis additive bakteri asam laktat juga diduga berpengaruh terhadap kualitas silase (Mugiawati,2013).

Silase pakan ternak merupakan teknologi pengolahan pakan ternak hasil dari proses pemecahan senyawa organik yang dengan bantuan mikroorganisme diubah menjadi senyawa sederhana. Tujuannya untuk menghasilkan suatu produk yang mempunyai pertumbuhan mikroba kontaminan. Pakan ternak yang difermentasi menghasilkan pakan yang lebih awet dengan bau yang khas dan kandungan karbohidrat, protein dan vitamin yang cukup stabil. Pemberian secara teratur dengan jumlah seimbang antara berat pakan dan berat hewan akan membuat ternak menjadi terpelihara secara baik (Jealani,2018).

2.2.2 Sapi potong

Sapi potong merupakan salah satu ternak yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai penghasil daging.Ciri-ciri sapi potong memiliki tubuh besar, kualitas dagingnya maksimum, laju pertumbuhan cepat, efisiensi pakan tinggi,dan mudah dipasarkan (Pawere et al., 2012). Jenis sapi yang biasa dipelihara adalah Peranakan Ongole, Brahman Cross, Peranakan Limousin, Peranakan Brangus, sapi Bali dan sapi Madura, Bibit yang baik akan membawa hasil yang baik disertai denganpemberian pakan yang baik pula. Bibit yang baik memiliki ciri antara lain: tubuhpadat, dalam dan lebar, badan semua berisi daging, dan tidak cacat fisik.Beberapahasil penelitian memperlihatkan bahwa ternak yang masih muda membutuhkanlebih sedikit makanan dibandingkan yang lebih tua untuk setiap unit pertumbuhanbobot badannya.

(23)

2.2.3 Batang pisang

Tanaman pisang merupakan tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis dan Indonesia menjadi salah satu negara di daerah tropis yang memiliki keragaman jenis tanaman pisang. Batang pisang kepok merupakan salah satu limbah pertanian/perkebunan yang dihasilkan dari tanaman pisang yang telah dipanen yang dapat dijadikan sebagai bahan pakan alternatif. Kandungan yang terdapat dalam batang pisang menurut berbagai penelitian diketahui memiliki kandungan nutrisi yang komplit sebagai pengganti pakan ternak. Adapun komposisi rata-rata nutrisi dalam batang pisang antara lain: bahan kering (BK) 87,7 %, abu 25,12%, lemak kasar (LK) 14,23 %, serat kasar (SK) 29,40%, protein kasar (PK) 3 % termasuk asam amino, amine nitrat, glikosida, mengandung N, glikilipida, vitamin B, asam nukleat, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 28,15% termasuk karbohidrat, gula dan pati (Adven, 2014).

2.2.4 Palatabilitas

Palatabilitas adalah tingkat kesukaan yang ditunjukkan oleh ternak untuk mengkonsumsi suatu bahan pakan yang diberikan dalam periode tertentu.

Tekstur, warna, aroma dan rasa yang disukai ternakmenunjukkan bahwa kualitas pakan sangat baik yang berpengaruh terhadap palatabilitas (christi,2018).Palatabilitas adalah derajat kesukaan pada makanan tertentu yang terpilih dan dimakan dengan adanya respon yang diberikan oleh ternak baik ruminansia maupun mamalia (Church dan Pond, 1988 dalam christi,dkk,2018).Rizkiyah dan Agustina (2016) menyatakan bentuk fisik pakan tersebut, pakan yang dicacah halus dapat menaikkan tingkat konsumsi, mempercepat pengunyahan dimana dilaporkan bahwa panjang cacahan yang lebih pendekmemungkinkan terjadinya pemadatan padasaat pembuatan silase, sehingga terjadi proses fermentasi yang lebih sempurna oleh mikroorganisme.

(24)

2.3.Penyuluhan

2.3.1 Penyuluhan pertanian

Penyuluhan pertanian adalah suatu kegiatan penyampaian informasi kepada orang lain dengan harapan orang tersebut dapat berubah perilakunya dan mau melaksanakan informasi yang disampaikan. Seseorang berubah perilakunya dapat disebabkan setelah berinteraksi dengan orang lain. Bila kita ingin berinteraksi dengan orang lain, maka komunikasi amat diperlukan sehingga informasi apa yang ingin kita sampaikan dapat diterima oleh mereka. Berbicara penyuluhan, penyuluhan adalah proses pendidikan nonformal yang intinya ingin mengubah perilaku dari sasaran penyuluhan itu. Perubahan perilaku terjadi apabila ada interaksi penyuluh yang akan menyampaikan informasi baru dengan sasaran dengan melakukan komunikasi dengan baik.

Sistem penyuluhan pertanian seperti yang tertera dalam UU RI No. 16 tahun 2006 merupakan seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan serta sikap pelaku utama (pelaku kegiatan pertanian) dan pelaku usaha melalui penyuluhan. Disebutkan pula bahwa Penyuluhan Pertanian adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Pembangunan masyarakat yang demokratis bukan hanya berkaitan dengan rencana dan statistik, target dan anggaran, teknologi dan metode, perlengkapan dan staf profesional, atau instansi dan organisasi untuk mengelola kesemuanya, tetapi berkaitan dengan penggunaan efektif dari hal-hal tersebut sebagai usaha pendidikan untuk mengubah pikiran dan tindakan, sehingga

(25)

mereka mampu membantu diri mereka sendiri, meraih perbaikan ekonomi dan sosial. (Yogasuria:2018).

2.3.2 Tujuan penyuluhan

Penyuluhan pertanian adalah penyampaian pesan atau informasi kepada petani dan keluarganya, sehingga mereka mau dan mampu memecahkan sendiri masalahnya untuk meningkatkan agribisnis demi masa depan hidupnya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006, Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan yang selanjutnya disebut Penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi para pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka siap dan dapat membantu serta menyelenggarakan akses informasi pasar. Teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya untuk meningkatkan produktivitas, kinerja usaha, pendapatan dan kesejahteraan serta meningkatkan kesadaran tentang pelestarian fungsi lingkungan.Penyuluhan pertanian bertujuan untuk mengubah keterampilan, sikap dan pengetahuan petani atau peternak. Pendampingan adalah keterlibatan seseorang untuk secara sadar melakukan komunikasi informasi untuk tujuan mengubah keadaan pikiran dan perilaku ke keadaan yang lebih maju.

2.3.3 Sasaran penyuluhan

UUD RI No. 16, tentang Sistem Penyuluhan Prtanian, Perikanan danKehutanan, BAB III pasal 5, mengatakan bahwa sasaran penyuluhan pertanianadalah :

1. Pihak yang paling berhak memperoleh manfaat penyuluhan meliputi sasaran utama dan sasaran antara.

2. Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha.

3. Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya yang meliputikelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat.

(26)

Soejitno(1968) menyatakan selaras dengan pengertiannya, yang menjadisasaran penyuluhan pertanian adalah petani dan keluarganya, yaitu:

Bapak tani, Ibu tani, dan pemuda/I atau anak-anak tani. Pertanyataan seperti ini tidak dapat disangkal, sebab, pelaksana utama pembangunan pertanian adalah para petani dan kelurganya. Jadi, yang harus di ubah perilakunya dalam praktek- praktek bertani dan berusahatani guna meningkatkan produksi dan pendapatan masyarakat, adalah petani itu sendiri Pengalaman lapangan menunjukkan bahwa sasaran penyuluhan pertanian sebenarnya tidak boleh hanya petani saja, melainkan seluruh warga masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung memiliki peran dalam kegiatan pembangunan pertanian. Mereka itu, dapat dikelompokkan dalam (Totok Mardikanto dan sri Sutami, 1982):

2.3.4 Media penyuluhan

Media atau saluran komunikasi adalah alat pembawa pesan yangdisampaikan dari sumber kepada penerima. Media komunikasi penyuluhanberdasarkan jenisnya dibagi menjadi media perorangan (PPL, petugas), media forum (ceramah, diskusi), media cetak (koran, poster, leaflet, folder) dan mediadengar pandang (TV, radio, film). Media penyuluhan sangat diperlukan agarpenyuluh memberi manfaat sehingga penetapan bentuk penyuluhan diharapkanberdasarkan atas pertimbangan waktu, penyampaian, isi, sasaran dan pengetahuansasaran (Levis, 1996).

Penyuluhan dalam prakteknya, dapat dilaksanakan dengan menggunakan media penyuluhan langsung dantidak langsung. Media penyuluhan langsung, yaitu dimana penyuluh denganpetani dapat berhadapan untuk mengadakan acara tukar pikiran yangmemungkinkan penyuluh dapat berkomunikasi secara langsung dan memperolehrespon langsung dari sasaran dalam waktu yang relatif singkat, sedangkan mediapenyuluhan tidak langsung, lewat perantara orang lain, surat kabar atau media lainyang tidak memungkinkan

(27)

penyuluh dapat menerima respon dari sasarannyadalam waktu yang relatif singkat. Media tidak langsung menurut bentuknya dapatdibagi atas : 1). Media elektronik, yaitu TV, radio, film, slide ; 2). Media cetak,berupa pamflet, leaflet, folder, brosur, placard, dan poster.

Penyuluhan denganmedia cetak menurut Mardikanto (1993) adalah penyuluhan yang menggunakanhasil cetakan, berupa tulisan, gambar atau campuran antara tulisan dan gambarsebagai saluran atau media komunikasinya.Penggunaan media cetak dalam penyuluhan sangat penting, karena dapat memeberikan sumbangan yang berharga sebagai bahan bacaan yang bermanfaat. menyatakan, bahwa kelebihan media cetak adalah relatif murah dan dapat disimpan dengan mudah, sehingga dapat lebih efektif untuk mempengaruhi pengetahuan.Sedangkan kelemahan media cetak adalah kurang efektif apabila diterapkan bagi sasaran yang buta huruf.

Media penyuluhan adalah suatu alat atau wadah pengantar dari suatu pihak untuk disampaikan kepada pihak lain. Media penyuluhan dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan untuk mengubah perilaku tradisional menjadi perilaku yang modern dan inovatif. Media penyuluhan yang dapat digunakan antara lain orang atau institusi, media cetak, pertemuan, elektronik dan kunjungan(Suhardiyono,1993). Alat bantu dalam kegiatan penyuluhan merupakan sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dirasakan oleh panca indera manusia, dan berfungsi sebagai alat untuk menjelaskan uraian yang disampaikan secara lisan oleh seorang penyuluh, guna membantu proses belajar, agar materi atau informasi penyuluhan yang disampaikan lebih mudah diterima dan dipahami (Mardikanto, 1993).

2.3.5 Metode penyuluhan

Metode penyuluhan pertanian merupakan cara penyampaian materi penyuluhan pertanian pada sasaran. Penggolongan metode penyuluhan

(28)

pertanian antara lain: 1) berdasarkan teknik komunikasi, 2) berdasarkan jumlah sasaran, dan 3) berdasarkan indera penerima. Pemilihan metode penyuluha pertanian disesuaikan berdasarkan karakteristik sasaran, karakteristik penyuluh, karakteristik wilayah, dan kesesuaian pada materi.

2.3.6 Evaluasi

Evaluasi, dari awal kemunculannya sampai dengan saat ini terus mengalami perkembangan. Hornby dan Parnwell (1972) dalam Mardikanto (2009) mengemukakan bahwa evaluasi adalah suatu tinda•kan pengambilan keputusan untuk menilai sesuatu obyek, keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang sedang diamati. Merumuskan inti dari evaluasi adalah sebuah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Evaluasi program adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji kembali draft atau usulan program yang sudah dirumuskan, sebelum program itu dilaksanakan. Evaluasi program bermaksud mencari informasi sebanyak mungkin untuk mendapatkan gambaran rancangan dan pelaksanaan program.

Rossi et al. (1999) menyampaikan bahwa di dalam program selain di evaluasi tentang bagaimana proses perumusan program, juga dievaluasi tentang semua unsur program, yang menyangkut: pengumpulan informasi (data dan fakta), analisis keadaan, perumusan masalah, tujuan, dan cara-cara mencapai tujuan yang menyangkut: kegiatan yang akan dilaksanakan, metoda yang akan diterapkan, sasaran kegiatan, volume kegiatan, tempat (lokasi) dan waktu pelaksanaan kegiatan, serta jumlah dan sumber dana yang akandipergunakan.

Selain itu, dalam melakukan evaluasi perlu dipertimbangkan model evaluasi yang akan dibuat. Model evaluasi adalah suatu model Desain evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar- pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap pembuatannya (Tayipnapis,2008).

(29)

Berdasarkan hal tersebut berikut diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan unsur- unsur evaluasi program penyuluhan dan salah satu model evaluasi yaitu model evaluasi CIPP.Manfaat melakukan evaluasi adalah:

a) Menentukan tingkat perubahan perilaku petani setelah penyuluhan dilaksanakan;

b) Merbaikan program, sarana, prosedur, pengorganisasian petani dan pelaksanaan penyuluhan pertanian; danpenyempurnaan kebijakan penyuluhan pertanian.

2.4 Deskripsi kerangka pikir

DesaSungai Raya yang di dapat dari hasil identifikasi wilayah (IPW), setelah melakukan kegiatan IPW di dapat kondisi banyaknya terdapat limbah batang pisang yang belum di manfaatkan sebagai pakan ternak, diDesaSungai Raya terdapat kelompok ternak yang sudah berdiri pada tahun 2018,peternak tersebut belum menanfaatkan limbah batang pisang sebagai pakan ternak penganti hijauan, sehingga di perlukannya inovasi.

Kondisi yang di harapkan merupakan kondisi yang di inginkan oleh peneliti yaitu kelompok ternak harapan jaya mampu menafaat batang pisang sebagi pakan ternak penganti hijauan.

Rumusan masalah yang terlah di dapatkan berdasarkan kondisi saat ini yaitu, bagaimana pengaruh kuliatas fisik batang pisang dengan waktu fermentasi yang berbeda?, bagaimana pengaruh pemberian silase batang pisang terhadap palatabilitas pakan silase batang pisang?, bagaimana rancangan penyuluhan tingkat pengetahuan peternak tentang pembuatan silase batang pisang.

(30)

Kajian penelitian membahas mengenai pembuatan silase batang pisang dan uj fisik batang pisang dengan waktu yang berbeda. Yang bertujuan untuk mengetahui kulitas fisik terbaik.

Setelah dilakuanya penyuluhan di kelompok harapan jayadi lakukan evaluasi dengan mengukur pengetahuan dengan menggunakan skala guttman.Jawabansetiapiteminstrumenyangmenggunakanskalaguttmanmemberik an jawaban yang tegas terhadap pertanyaan yang diberikan melaluiinstrumen.

Contoh jawaban instrumen yang digunakan dalam skala guttman iniadalahjawaban “setuju”dan“tidak setuju”.

(31)

Identifikasi Potensi Wilayah

Kondisi sekarang

1. komoditas pisang sangatlah tersedia di DesaSungai Raya,kecamatan singkep barat

2. tidak stabilnya harga bahan pakan yang berdampak pada biaya produksi dan jumlah hijauan sedikit(terutama di musim kemarau)

3. kurangnya inovasi terkait pakan ternak

Kondisi yang di harapkan

1. peternak dapat memanfaatkan batang pisang ini sebagai pengganti hijauan pakan ternak 2. dengan adanya pemanfaatan

silase batang pisang ini dapat menekan biaya produksi

3. peternak dapat membuat silase batang pisang mandiri

Rumusan masalah

1. bagaimana pengaruh pemberian silase batang pisang terhadap palatabilitas pada pakan silase batang pisang ini?

2. bagaimana pengaruh kualitas fisik batang pisang dengan waktu frmentasi yang berbeda?

3. bagaimana rancangan penyuluhan tingkat penegtahuan peternak tentang pembuatan silase batang pisang untuk pakan ternak?

Kajian

Pengaruh kualitas fisik silase batang pisang terhadap lama fermentasi yang beda

Hasil kajian terbaik Uji kulitas fisik silase batang

silase dengan waktu fermentasi yang berbeda

Rancangan penyuluhan

media Metode

Materi Tujuan untuk mengetahui

pengetahuan peternak mengenai selase batang pisang

Evaluasi (pengetahuan)

Hasil dan rekomendasi

Gambar 1. kerangka pikir

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu

Lokasi penelitian akan di laksanakan di DesaSungai Raya Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga. Penelitian di lakukan dari bulan Mei 2022 sampai dengan bulan Juli 2022.

3.2 Metode kajian

Metode penelitian yang di gunakan pada penelitian ini adalah eksperimental,dimana menurut Menurut Darmadi (2014) eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol.

3.2.1 Rancangan kajian

Ini mengunakan Rancangan Acak Lengkap, terdiri dari 3 perlakuan dengan 4 kali pengulangan:

P1 =silase batang pisang + 7 hari P2 =silase batang pisang + 14 hari P3 =silase batang pisang + 21 hari

Penggunaan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) ini didasarkan karenapenelitian ini bersifat homogen dan mudah untuk dikontrol,Bahan yang digunakan dalam penelitian iniadalah bonggol batang pisang,dedak padi, dan EM4. Dalam metode rancangan acak lengkap (RAL) perlu ditentukan ulangan menggunakan berikut (Zakaria, 2011):

t (n-1) > 9 Keterangan:

t = banyaknya perlakuan n = banyaknya ulangan Sehingga diperoleh:

t (n-1) > 9

(33)

3(n-1) > 9 3n-3 > 9 3n > 12 N > 4

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3(tiga) perlakuan dimana setiap perakuan diulang sebanyak 4 (empat) kali sehingga diperoleh 12 unit percobaan.

Tabel 1. Rancangan percobaan

U1 U2 U3 U4

P1 P1U1 P2U2 P2U3 P2U4

P2 P3U1 P3U2 P3U3 P3U4

P3 P3U1 P3U2 P3U3 P3U4

Keterangan:

P: Perlakuan Ke- U: Ulangan Ke-

3.2.2 Pembuatan silase batang pisang

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sabit atau parang, terpal, tali pengikat, timbangan,dan ATK. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bonggol batang pisang,dedak padi, dan EM4. Adapun komposisi silase yang dibuat yaitu Bonggol batang pisang (500 g) + Dedak(30 g) (6%)+ EM4 (30 ml) (6%) (untuk uji fisik) pada setiap perlakuan yang akan di uji coba .

Langkah-langkah dalam pembuatan silase batang pisang:

a. Persiapan batang pisang

Batang Pisang didapatkan dari petani. Alat yang digunakandalam pembuatan silase batang pisang yaitu silo, pisau, terpal, parang, isolasi dan timbangan. Batang pisang dicacah menjadi ukuran yang lebih kecil kemudian

(34)

dikeringanginkan selama 1 - 2 hari pada ruang terbuka. Setelah kering udara kemudian ditimbang kembali untuk mengetahui berat keringnya.

b. Pencampuran Bahan

Pencampuran bahan dilakukan di atas terpal dengan mencampurkan berbagai jenis bahan dan batang pisang sehingga semua bahan tercampur secara homogen.

c. Pengemasan

Sesudah semua bahan tercampur kemudian dimasukkan ke dalam silo dan dipadatkan sehingga mencapai keadaan anaerob. Selanjutnya diikat sehingga benar-benar kedap udara.

d. Fermentasi

Fermentasi dilakukan selama 7, 14 dan 21 hari dalam keadaan anaerob.

e. Uji Fisik Organoleptik

Pengamatan hasil silase bonggol batang pisang dilakukan dengan menggunakan uji fisik yang meliputi warna, bau, tekstur dan keberadaan jamur.

3.2.3 Uji organoleptik

Menurut suryono (2018) Uji organoleptik atau uji indera merupakancara pengujian dengan menggunakan inderamanusia sebagai alat utama untuk pengukurandaya penerimaan terhadap produk. Dalampenilaian bahan pangan sifat yangmenentukan diterima atau tidak suatu produk adalah sifat indrawinya. Indra yang digunakandalam menilai sifat indrawi adalah indera penglihatan, peraba, pembau dan pengecap. Menurut Riwan (2008) dalam bunga (2016), penilaian indrawi ini ada enam tahap yaitu pertama menerima bahan, mengenali bahan, mengadakan klarifikasi sifat-sifat bahan, mengingat kembali bahan yang telah diamati, dan menguraikan kembali sifat indrawi produk tersebut. Indra yang digunakan dalam menilai sifat indrawi suatu produk adalah:

(35)

1. Pengelihatan yang berhubungan dengan warna kilap, viskositas, ukuran dan bentuk, volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar dan diameter serta bentuk bahan.

2. Indra peraba yang berkaitan dengan struktur, tekstur, dan konsistensi.

Struktur merupakan sifat dari komponen penyusun, tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut atau perabaan dengan jari, & konsistensi merupakan tebal, tipis, & halus.

3. Indra pembau, pembauan juga dapat digunakan sebagai suatu indikator terjadinya kerusakan pada produk, misalnya ada bau busuk yang menandakan produk tersebut telah mengalami kerusakan.

4. Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa, maka rasa manis dapat dengan mudah dirasakan pada ujung lidah, rasa pahit pada bagian belakang lidah.

3.2.4 Uji Palatabilitas

Uji palatabilitas dalam penelitian ini mengunakan 12 ekor sapi potong jenis sapi lomisin dengan pengamatan selama 3 jam dengan pengumpulan dan timbangan pakan yang tersisa, kemudian konsumsinya di hitung sabagai pakan dalam kg/ekor, waktu uji palatabilitasnya dari jam 13.00 – 16.00 WIB.

3.2.5 Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis of varians (Anova)mengunakan aplikasi SPSS. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan maka akan di lakukan uji lanjut ducan dengan melalui SPSS.

3.3 rancangan penyuluhan

3.3.1 Penetapan tujuan penyuluhan

Tujun penyuluhan di lakukan untuk mengetahui pengetahuan peternak sapi bali di DesaSungai Raya mengenai pengaruh lama fermentasi silase batang pisang terhadap kualitias fisiknya.

(36)

3.3.2 Penetapan materi

Materi penyuluhan yang akan di sampaikan dalam kegiatan penyuluhan adalah hasil terbaik dari kajian yang telah di lakukan dalam pembuatan silase batang pisang yang sudah diuji fisiknya. Pemilihan materi ini sesuai dengan dengan kondisi lapangan yang sesuai dengan hasil potensi wilayah.

3.3.3 Metode penyuluhan

Pemilihan metode yang digunakan untuk membantu penyuluhan dalam penyampaian materi kepada sasaran yaitu peternak agar lebih mudah di terima.

Oleh karna itu dalam menetukan metode penyuluhan perlu memperhatikan karakteristik peternak seperti umur,pendidikan maupun lingkungan sekitar.

3.3.4 Media penyuluhan

Media penyuluhan merupakan alat yang bisa menunjang keberhasilan dari kegiatan penyuluhan, jenis media penyuluhan sangatlah beragam serta memiliki fungsi masing-masing.

3.4 implementasi 3.4.1 Lokasi dan waktu

Lokasi penyuluhan dilakukan di DesaSungai Raya Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga lebih tepatnya di rumah kelompok ternak Harapan Jaya.

Waktu penyuluhan yang akan di lakukanpada bulan Mei 2022.

3.4.2 Sasaran

Sasaran penyuluhan mengenai pengaruh pengaruh lama fermentasi silase batang pisang terhadap kualitias fisiknya,yaitu peternak sapi potong di DesaSungai Raya

3.4.3 Populasi dan sample

Populasi dalam kajian adalah seluruh peternak yang tergabung dalam kelompok ternak harapan jaya di DesaSungai Raya dengan jumlah peternak 21

(37)

dari 43. Penentuan sempel dalam pelaksanaan penyuluhan ini memperhatikan beberapa karakteristik tertentu seperti:

1. Peternak aktif

2. Pendidikan minimal SD

3. Pengalaman beternak minimal 1 tahun 4. Jumlah ternak minimal 2

3.5 Evaluasi

3.5.1 Tujuan evaluasi

Tujuan evaluasi kegiatan penyuluhan adalah untuk menegetahui tingkat penegtahuan peternak mengenai pembuatan silase batang pisang dan pengaruh lamanya fermentasi terhadap fisik silase di DesaSungai Raya.

3.5.2 Sumber dan jenis

Jenis data yang di gunakan berupa data primer dan sekunder, data perimer merupakan data dengan melakukan wawancara,observasi,dan dokumentasi secara langsung kepada sasaran yaitu peternak harapan jaya,sedangkan data sekunder di dapatkan dari instansi.

3.5.3 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner, observasi danwawancara.Pengumpulandatamenggunakankuesionerdilakukandenganmem berikan jawaban dari beberapa pertanyaan. Sebelum pembuatan kuesioner perlu diperhatikan daalam pembuatan kisi-kisi kuesioner. Observasi atau pengamatan dilakukan melalui pengamatan pada keadaan atau kondisi sekitarlingkungan yang akan dilakukan kegiatan penyuluhan. Wawancara atau interview dilakukan melalui percakapan dengan maksud mendapatkan data dari responden mengenai informasi pribadi maupun sekitar lingkungannya.

(38)

3.5.4 Skala pengukuran

Skalapengukuranyangdigunakandalampelaksanaannyaadalahskalaguttm an.Jawabansetiapiteminstrumenyangmenggunakanskalaguttmanmemberikan jawaban yang tegas terhadap pertanyaan yang diberikan melaluiinstrumen.

Contoh jawaban instrumen yang digunakan dalam skala guttman iniadalahjawaban “setuju”dan“tidak setuju”.

3.5.5 Uji validasi

Uji validitas dan realibilitas kuesioner menggunakan program dari komputerberupaSPSS.PadaperhitunganSPSS,kuesionerdapatdikatakanvalidapa bilaR Hitung > R Tabel. Begitupun sebaliknya kuesioner dapat dikatakan tidak validapabila R Hiung< R Tabel.Sedangkan untuk uji realibitas digunakan untukmenguji tingkat kepercayaan dari kuesioner yang telah dibuat sebagai alat ukur.Kuesioner

dikatakanrealibelapabilanilaiCronbah’sAlpha>R,begitupunsebaliknyakuesionerdik atakantidakrealibelapabilanilaiCronbach’sAlpha<R.

3.5.6 Tabulasi

Tabluasi data diperoleh dari hasil kuisioner yang telah dibagikan kepadarespondendenganmenggunkanskalaguttman. Dalam hal tersebut terdapat

poin skor yang setiap opsi yang diberikan

untukkemudiandilakukanpengkategoriansesuaiberdasarkanjumlahskoryangdiper oleholehsetiapresponden.Datayangdiperolehakandianalisisberdasarkan tingkat

pengetahuan sesuai dengan Teori Bloom yang

kemudianakandianalisissecaradeskriptifkuantitatif.Dimanaadatingkatandalampen entuantingkatpengetahuanyangterdiridarimengetahui,memahami,menerapkan,m

enganalasis, dan mengevaluasi.

(39)

26 BAB IV HASIL KAJIAN

4.2 Pembuatan Silase Batang Pisang

Pembuatan silase batang pisang dengan potensi batang pisang di Kelompok Ternak Harapan Jaya, langkah-langkah pembuatan silase batang pisang

4.2.1 Uji Coba Pembuatan

Uji coba pembuatan silase batang pisang di laksanakan di kandang peternak Harapan Jaya di DesaSungai Raya, pembuatan pakan fermentasi sebanyak 6 kg yang di gunakan untuk uji oranoleptik dan 200 kg yang di gunakan untuk uji palatabilitas. Adapun langkah-langkah pembuatan pakan fermentasi sapi potong sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat-alat yang akan di gunakan: terpal,parang,timbangan, silo, dan ember

2. Menyiapkan bahan yang di gunakan yaitu yang akan di gunakan batang pisang, dedak padi, dan molases.

3. Memotong/mencacah mengunakan parang dengan ukuran 3-5 cm 4. Menaburkan batang pisang yang telah di potong di atas terpal

5. Jemur batang pisang yang telah di cacah di bawah sinar matahari sampai kadar air 60-70%.

6. Taburkan dedak padi di atas batang pisang yang sudah di jemur sampai merata

7. Membuat larutan dengan EM 4 (6%) dari total bahan dan gula 2% total bahan.

8. Menyiram lauratan di atas batang pisang hingga merata 9. Campur bahan sampai homogen

10. Masukan bahan yang sudah tercampur kedalam silo/plastik

(40)

27

11. Ikat rapat silo sehingga tidak ada udara yang masuk 12. Simpan bahan pakan selama 7 hari, 14 hari, 21 hari 4.2.2 Uji Organoleptik

Uji fisik silase pakan batang pisang di lakukan untuk menegtahui karakteristik yang di lihat dari aspek aroma, warna, tekstur dan kontaminasi jamur.

A. Tesktut

Nilai signifikansi nya P < 0.05, seperti pada lampiran 7, adanya perbedaan nyata maka pelur di lakukanya uji lanjut ducan seperti table di bawah ini.

Table 2.Hasil OrganoleptikTekstur

U1 U2 U3 U4 Rata-rata

P1 1 1 1 2 1,25a

P2 2 2 2 3 2,25b

P3 3 3 3 2 2,75b

Keterangan: nilai rataan menunjukan ada perbedaaan nyata (P<0.05)

Table 2.menunjukan bahwa hasil rataan hasil pengamatan pada kualitas fisik silase batang pisang pada perlakuan P1, P2, dan P3 dengan skor 1.25, 2.25 dan 2.75. berdasarkan hasil uji organoleptik terhadap tekstur batang pisang dapat di ketahui bahwaP1 berbeda nyata dengan P2 dan P3.Menurut Kartadisastra (1997) silase yangbaik adalah testurnya tidak lembek, berair,dan tidak menggumpal. Untuk menilaitekstur ini diperlukan indra peraba untukmembedakan mana silase yang berkualitasbaik dan tidak. Saun dan Heinrichs (2008)menyatakan bahwa terjadinyapenggumpalan dan keberadaan lendirdisebabkan oleh adanya aktivitas bakteripembusuk. Keadaan ini dapat terjadi apabilaada udara yang masuk kedalam silosehingga terjadi aktivitas metabolisme pembusuk. Menurut Reksohadiprodjo (1998), perubahan warna yang terjadi pada tanaman yang mengalami proses ensilase yang disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam tanaman karena proses respirasi aerobic

(41)

28

yang berlangsung selama persediaan oksigen masih ada, sampai gula tanaman habis.

B. Warna

Nilai signifikansi nya P < 0.05 seperti pada lampiran 7,adanya perbedaan nyata maka perlu di lakukanya uji lanjut ducan seperti table di bawah ini.

Table 3. Hasil Organoleptik Warna

U1 U2 U3 U4 Rata-rata

P1 2 2 2 2 2a

P2 3 3 3 3 3b

P3 3 3 2 3 2,75b

Keterangan: nilai rataan menunjukan ada perbedaaan nyata (P<0.05).

Table 3menunjukan bahwa hasil rataan hasil pengamatan pada kualitas fisik silase batang pisang pada perlakuan P1, P2, dan P3 dengan skor 2, 3 dan 2.75. berdasarkan hasil uji organoleptik terhadap warna batang pisang dapat di ketahui bahwaP1 ada pengaruh nyata terhadap P2 dan P3.Hal ini sesuai pendapat Melayu (2010), bahwa ciri silase yang baik berwarna hijau atau hujau kekuningan. Selanjutnya menurut Reksohadiprodjo (1998), perubahan warna yang terjadi pada tanaman yang mengalami proses ensilase yang disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam tanaman karena proses respirasi aerobic yang berlangsung selama persediaan oksigen masih ada, sampai gula tanaman habis.

C. Bau

Nilai signifikansi nya P< 0.05 adanya perbedaan nyata maka perlu di lakukanya uji lanjut ducan seperti table di bawah ini.

Table 4. Hasil Organoleptik Bau

U1 U2 U3 U4 Rata-rata

P1 3 2 2 2 2,25b

P2 3 3 3 3 3b

P3 3 1 2 2 2a

Keterangan: nilai rataan menunjukan tidak ada perbedaaan nyata (P<0.05)

(42)

29

Table 4 menunjukan bahwa hasil rataan hasil pengamatan pada kualitas fisik silase batang pisang pada perlakuan P1, P2, danP3 dengan skor 2.25, 3 dan 2. Berdasarkan hasil uji organoleptik terhadap bau batang pisang dapat di ketahui bahwa bahwa P3 berbeda nyata dengan P1 dan P2. Dalam proses pembuatan silase bakteri anaerob aktif bekerja menghasilkan asam organic yang mengeluarkan bau asam pada silase. Akibat keaktifan bakteri inilah maka terjadi asam (Anonim,1995). Dalam proses ensilase apabila oksigen telah habis terpakai, pernapasan akan berhenti dan suasana menjadi anaerob. Dalam keadaan demikian jamur tidak dapat tumbuh dan hanya bakteri saja yang masih aktif terutamabakteri pembentuk asam. Dengan demikian,bau asam dapat dijadikan sebagai indicator untuk melihat keberhasilan proses ensilase, sebab proses ensilase harus dalam suasana asam.

D. Jamur

Nilai signifikansi nya P >0.05 seperti pada lampiran 7tidak adanya perbedaan nyata.

Table 5. Hasil Uji Organoleptik Jamur

U1 U2 U3 U4 Rata-rata

P1 3 3 3 3 3a

P2 3 3 3 3 3a

P3 3 2 3 2 2,5a

Keterangan: nilai rataan menunjukan tidak ada perbedaaan nyata (P>0.05) Table 5 menunjukan bahwa hasil rataan hasil pengamatan pada kualitas fisik silase batang pisang pada perlakuan P1, P2, dan P3 dengan skor 3 , 3 dan 2.5 berdasarkan hasil uji organoleptik terhadap jamur batang pisang dapat di ketahui bahawa tidak ada pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap perlakuan.

Hal ini dikarenakan fase anaerobic dapat dengan cepat dicapai karena bakteri penghasil asam laktat (Lactobacillus) memanfaaatkan penambahan akselator dedak padi dan EM4 untuk menurunkan pH sehingga jamur maupun bakteri pembusuk tidak berkembang. McDonald (1981) menyatakan bahwa salah satu

(43)

30

tujuan penambahan akselerator dalam proses ensilase adalah untuk menghambat pertumbuhan jamur tertentu. Kojo (2015) menyatakan pada keadaan asam, jamur tidak dapat tumbuh dan hanya bakteri saja yang masih aktif terutama bakteri pembentuk asam.

E. Rata-rata Uji Organoleptik

Table 6. Hasil Rata-rata Uji Organoleptik

Percoban Hasil rata-rata

Tekstur Warna Bau Jamur

P1 1,25 2 2,25 3

P2 2,25 3 3 3

P3 2,75 2,75 2 2,5

Sumber: data primer diolah, 2022

Berdasarkan table 6 dapat di simpulkan bahwa P3 memiliki nilai rata-rata yang terdekat dengan kulias fisik terbaik pada lampiran 5, dengan tekstur rataan 2,25, warna 3, bau 3 dan jamur 3, oleh karna itu maka waktu fermentasi yang di yang terbaik yaitu selama 14 hari.

4.3 Uji palatabilitas

Table 7. Uji Palatabilitas Sapi Potong Terhadap Silase Batang Pisang

perlakuan Pakan di konsumsi Hari ke-

1 2 3 4 5 6 7

P1U1 11,8 12.3 12,9 13,6 12,8 14,7 13,6

P1U2 13 14,5 13,7 14,3 12,7 13,3 13,1

P1U3 12 13,4 14,3 14,1 14,9 13,7 13,1

P1U4 14 12,7 13,2 14,1 11,8 12,1 13,3

P2U1 14,5 14,8 13,7 13,8 13,1 13,6 11,3

P2U2 14,8 12,3 12,7 13,7 14,3 14,5 14,2

P2U3 13 15,8 17,2 18,1 14,1 14,9 12,6

P2U4 14,5 12,3 13,3 13,1 12,5 14,4 14,8

P3U1 12,8 12,9 14,1 12,5 12,3 14,3 13,5

P3U2 10,5 13,1 12,4 11,7 11,8 11,7 12,1

P3U3 12,4 12,7 12,9 13,7 12,1 13,5 12,2

P3U4 12,6 11,9 11,2 12,9 10,7 11,7 12,3

Sumber: data primer diolah, 2022

Dari hasil pengujian palatabilitas yang di lakukan di peternakan harapan jaya dengan mengunakan 12 ekor sapi potong di lakukan selama 7 hari dengan 2 hari adaptasi pakan yang di berikan dan ketiga sampai hari ketujuh di lakuakan uji palatabilitas. Pakan yang di beriikansetiapharisebanyak 20

(44)

31

kg/ekorsedangkanpakan yang di kosumsiterdapat pada table 7 Pengamatan di lakukan mulai dari pukul 13.00-16.00 WIB, dari table diatas hari pertama pakan yang disukai ternak yaitu P2U2 dengan sisa pakan yaitu 14,8 kg,pada hari kedua P2U3 dengan sisa pakan 13,8 kg,pada hari ketiga P2U3 dengan sisa pakan 17,2 kg, pada hari keempat P2U3dengan sisa pakan 1,9 kg, pada hari kelima P1U3dengan sisa pakan 14,9 kg, pada hari keenam P2U3dengan sisa pakan 14,9 kg, dan pada hari ketujuh P2U4dengan sisa pakan 14,8 kg.

Silase adalah proses pengawetan hijauan pakan segar dalam kondisi anaerob dengan pembentukan atau penambahan asam. Asam yang terbentuk yaitu asam asam organik antara lain laktat, asetat, dan butirat sebagai hasil fermentasi karbohidrat terlarut oleh bakteri sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan derajat keasaman (pH). Turunnya nilai pH, maka pertumbuhan mikroorganisme pembusuk akan terhambat (Stefani et al., 2010).

Kualitas silase tergantung dari kecepatan fermentasi membentuk asam laktat, sehingga dalam pembuatan silase terdapat beberapa bahan tambahan yang biasa diistilahkan sebagai additive silage. Macam-macam additive silage seperti water soluble carbohydrat, bakteri asam laktat, garam, enzim, dan asam.

Penambahan bakteri asam laktat ataupun kombinasi dari beberapa additive silage merupakan perlakuan yang sering dilakukan dalam pembuatan silase.

Pemilihan bakteri asam laktat sangat penting dalam proses fermetasi untuk menghasilkan silase yang berkualitas baik. Proses awal dalam fermentasi asam laktat adalah proses aerob, udara yang berasal dari lingkungan atau pun yang berasal dari hijauan menjadikan reaksi aerob terjadi. Hasil reaksi aerob yang terjadi pada fase awal fermentasi silase menghasilkan asam lemak volatile, yang menjadikan pH turun (Stefani et al., 2010).

(45)

32 BAB V

PERANCANGAN DAN UJI COBA RANCANGAN PENYULUHAN

5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Keadaan Geografi

DesaSungai Raya yang terletak di Kecamatan Singkep Barat dengan luas lahan 21.618.861 Ha, dengan tipologi desa persawahan, perladangan,peternakan, kerajinan dan industri kecil.Secara geografis DesaSungai Raya memiliki batas-batas wilayah berikut:

a. sebelah utara : berbatasan dengan Kelurahan Raya b. sebelah selatan : berbatasan dengan Desa Marok Kecil c. sebelah barat : bukit belah dan Desa Marok Tua d. sebelah timur : Desa batu kacang dan Desa Berindat 5.1.2 Keadaan Penduduk

Berdasarkan monografi DesaSungai Raya banyaknya jumlah penduduk 1.134 jiwa,data jumlah penduduk DesaSungai Raya berdasarkan jenis kelamin yaitu:

Laki-laki : 589 orang Perumpuan :545 orang

Menunjukan jumlah penduduk laki-laki lebih bnyak di bandingkan dengan penduduk perempuan.dalama kegiatan budiday, peran laki-laki dan perempuan sama-sama penting dan butuh adanya kerjasama agar kegiatan budidaya dapat terlaksana dengan baik.

Table 8. Umur Penduduk

No Umur ( tahun) Jumlah(orang)

1 15 251

2 15-56 800

3 56 > 83

Total 1.134

(46)

Table 8 jumlah seluruh penduduk ialah 1.134 jiwa dengan penduduk usia terbesar dari 15-16 tahun yaitu sebanyak 800 jiwa hal ini menunjukan bahwa sebagian besar penduduk lokasi penilitan memiliki usia produktif .

Table 9. berdasarkan pendidikan

No Keterangan Jumlah

1 Sekolah dasar 329

2 Sekolah SMP 159

3 SMA/SMU 209

4 Sarjana 52

Total 699

Sumber : Profil Desa 2022

Berdasarkan table 9 Penduduk berdarkan pendidikan terbesar di tingkat sekolah dasar dengan jumlah 329 jiwa di susul dengan tingkst SMA 209 jiwa hal ini menujukan rata-rata penduduk memiliki tingkat pendidikan yang cukup mempuni jika di berikan penyuluhan,karna di lihat dari pendidikan rata-rata penduduk telah bisa membaca dan menulis.

5.2Perencanaan PenyuluhanPertanian

Penyusunan rancangan penyuluhan pertanian meliputi sasaran, tujuan, materi, media dan metode, yang akan di jelaskan di bawah ini.

5.2.1 Sasaran Penyuluhan

Sasaran penyuluhan di lakukan dan di tetapkan sesuai dari manfaat kegiatan yang akan di lakukan penyuluhan,dapat di lihat dari identifikasi potensi di DesaSungai Raya memiliki permasalahan pada pakan terutama pada musim kemarau. Kemudian dilihat dari aspek SDM di tingkat pendidikan di DesaSungai Raya termasuk cukup rendah dengan rataan lulusan sekolah dasar,kemudian dengan tingkat umur di antara 25 – 50 tahun sasaran masih mudah menerima materi yang akan di sampailkan untuk menyelesaikan masalah pakan tersebut.

5.2.2 Tujuan Penyuluhan

Tujuan penyuluhan di tetapkan yaitu agar petani Harapan Jaya di DesaSungai Raya mengetahui pembuatan dan manfaat silase batang pisang,

(47)

tujuan ini merupakan tujuan jangka pendek karna lebih mengarah pada perubahan pengetahuan dan perilaku.

5.2.3 Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan yang akan di sampaikan berdasarkan hasil kajian terbaik yaitu pembuatan silase batang pisang dengan lama waktu fermentasi 14 hari, yang telah di laksanakan sebelumnya. Dimana hasil terbaik dapat di perlakuan (P2) ya itu dengan lama waktu fermentasi 14 hari. Materi penyuluhan di tuangkan pada sipnopsis untuk menghindari penyuluhan di luar konteks sperti di lampiran 6.

5.2.4 penentuan metode penyuluhan

Metode yang di gunakan saat melakukan penyuluhan dengan materi, keadaan sasaran media da juga keadaan lingkungan. Penyuluhan di lakukan dengan perwakilan kelompok 21 orang dari kelompok ternak harapan jaya, metode yang di gunakan dalam penyuluhan adalah ceramah dan diskusi.

5.2.5 media penyuluhan

Media penyuluhan ditetapkan berdasarkan kriteria- kriteria yang ada pada dalam Matrik Analisa Penetapan Media Penyuluhan Pertanian, Salah satu kriteria yaitu karakteristik sasaran diantaranya umur, tingkatPendidikan, dan lama usaha tani sasaran. Dengan melihat kriteria apakah petani tergolong dapat baca tulis dan apakah petani sudah berpengalaman dalam beternak sapi potong.

Folder dan Powerpoint telah memenuhi kriteria krakteristik sasaran, maka media penyuluhan yang di gunakan powerpoint dan folder “ cara pembuatan silase batang pisang untuk ternak potong”. Manfaat pemilihan media ialah menyampaikan informasi lebih mudah untuk di pahami oleh sasaran, media folderdan powerpoint di bagikan pada sasaran berisikan tentang silase batang pisang pada lampiran 7.

(48)

5.3 implementasi 5.3.1 Persiapan

Sebelum melaksanakan penyuluhan ada bebrapahal yang harus di siapkan seperti menyenyiapkan lembar persiapan menyuluhan (LPM) seperti pada lampiran 6 , memenentukan waktu penyuluhan pada 14 juli 2022, media penyuluhan.

5.3.2 pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan di lakukan pada tanggal 14 Juli 2022, berlokasi di balai DesaSungai Raya yang di mulai pada pukul 20.00 WIB sampai selesai dengan audien 21 orang. Penyuluhan di laksanakan dengan tujuan agar perwakilan anggota mengetahui pembuataan silase batang pisang, media yang di gunakan adalah folder dan juga Powerpoint serta metode yang di gunakan yaitu ceramah dan diskusi, sehingga memungkian setiap anggota kelompok berperan aktif dalam penyuluhan. Penyuluhan yang telah terlaksana dengan lancar dan di tanggapi dengan baik oleh anggota kelompok Harapan Jaya.

5.4Evaluasi

5.4.1 Jenis Evaluasi

Jenis evaluasi penyuluhan yang di lakukan adalah evaluasi hasil, di mana evaluasi hasil itu sendiri adalah evaluasi yang di arahkan untuk melihat hasil kegiatan penyuluhan yang di lakukan sebagai dasar untuk menentukan keputusan sesuai dengan tujuan yang akan di capai.

5.4.2 Tujuan Evaluasi

Tujua dari penyuluhan adalah merubah prilaku sasaran yang meliputi psikomotorik. Sehingga tujuan dari evaluasi penyuluh pertanian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan peternak tentang pembuatan silase batang pisang sebagai pakan sapi potong di DesaSungai Raya Kecamatan Singkep Barat Kabupaten Lingga.

(49)

5.4.3Mentukan Instrumen Evaluasi

Metode evaluasi yang akan di gunakan adalah dengan pengunaan kuisioner Dengan indikator yang di gunakan pengetahuan,instrumen kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyan yang akan di isi oleh petani, yang di tuang pada kisi-kisi yang tertuang pada lampiran 2 sebelum di lakuakn penyuluhan, dilakukan kegiatan pretest untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap anggota kelompok ternak harapan jaya,setelah di adakan penyuluhan juga di lakukan post test untuk mengetahui peningkatan penyuluhan dan sikap setelah di adakanya penyuluhan.

5.4.5 Uji validitas dan reabilitas

Setelah rancangan kuesioner selesai di buat, maka kuesioner harus di lakukan uji validitas dan rabilitas sebelum di gunakan dalam mengukur sikap petani. Uji validitas dan uji rabilitas instumen kuesioner harus di pada sasaran yang memiliki karakteristik yang sama dengan sasaran,sesama peternak sapi potong dan memiliki kebun pisang. Maka uji validitas dan uji reliabilitas instrument kuesioner di lakukan pada peternak Harapan Jaya DesaSungai Raya, Kecamatan Lingga, kabupaten Lingga.

Hasil jawaban kuesioner di uji mengunakan program SPSS 20. Dari 19 item, semuanya di katakan valid. Uji validitas di gunakan untuk menegetahui kevaliditan setiap indikator istrument seperti pada lampiran 9. Sedangkan uji reabilitas di gunakan untukmengetahui konsistensi dari instrument yang di buat, dari 19 pertanyaan di lakukan uji rablitas di nyatakan reliabel.

(50)

37 BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik responden

Usia rsponden merupakan beberapa jumlah tahun sejak lahir sampai pada saat di laksanakan penelitian. Umur di bagi menjadi 3:

a. usia muda (<30 tahun) b. usia dewasa (30-59 tahun) c. usia tua (>60 tahun)

Berdasarkan data dari karakteristik responden pada table di atas maka dapat di ketahui distribusi sample sasaran sebagai responden berdasarkan karakteristik umur terdapat pada table di bawah ini.

Table 11. Umur Responden

Umur Frekuensi (orang) Persentase(%)

21-30 4 19

31-40 12 57

41-50 5 24

Total 21 100

Sumber: data primer diolah, 2022

Table di atas menunjukan bahwa usia peternak sapi potong di DesaSungai Raya memiliki umur dominan pada interval 31-40 tahun dengan jumlah responden 12 orang. Hal ini menujukan responden berasal dari usia yang masih produktif,karna batas usia produktif di indinesia adalah berumur antara 15 sampai dengan 60 tahun. Karakteristik berdasarkan umur menjadi tolak ukur kekuatan fisik seseorang,orang yang lebih mudah cendrung memiliki kekuatan fisik yang optimal di bandingkan dengan yang tua.

Responden selanjutnya yaitu menurut tingkat pendidikan, lebih jelasnya, distribusi responden dapat di lihat pada table di bawah ini

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dalam penerapan penggalian data yang dilakukan pada AJB Bumiputera 1912 Palembang dengan menggunakan teknik aturan asosiasi untuk mencari informasi mengenai minat

Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul Strategi Peningkatan

En cambio, la página de Canal Bizkaia se configura como un medio de comunicación que ofrece información actualizada y aprovecha los recursos que proporciona la red para

Ketua BRA bertugas memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan agenda, program dan kegiatan Penguatan Perdamaian Aceh yang meliputi pengarusutamaan perdamaian dalam

 daerah kedua adalah tempat terjauh yang dapat dilihat oleh mata kiri ketika mata kiri kita gerakkan ke sudut paling kiri,  monokuler kiri,?.  daerah ketiga adalah tempat

Kawasan objek wisata yang baik akan menarik para wisatawan untuk berkunjung ke tempat tersebut baik dari dalam maupun luar, meskipun juga saat ini sudah dikunjungi

usaha tidak memiliki kemampuan/keterampilan dalam mendayagunakan aset; (2) strategi penghidupan konsolidasi yang secara garis besar merupakan strategi yang lebih baik dari