MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA 5 SAMPAI 6 TAHUN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN TEKNIK THINK-PAIR-SQUARE DI TK PEMBINA TANJUNG MORAWA T.A 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: AMY NATALINA
NIM 108314002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak Usia 5 Sampai 6 Tahun Melalui
Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Think-Pair-Square Di TK Pembina Tanjung Morawa T.A 2011/2012”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk
memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan bagi mahasiswa jenjang S1 pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
(PG-PAUD) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak mengalami
hambatan dan kesulitan, namun dengan adanya bimbingan, bantuan, saran serta kerjasama dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis manyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini khususnya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya, kepada
keluarga terkasih yang memberikan doa, kasih sayang, dukungan moril dan materiil yang tidak pernah berhenti demi keberhasilan penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Drs. Nasrun, M.A selaku dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
2. Ibu Dra. Hj. Nasriah, M.Pd selaku ketua prodi Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini
3. Ibu Dra. Damaiwaty Ray, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, motivasi serta meluangkan waktu dalam
4. Ibu Dra. Rosdiana Lubis, M.Pd, Ibu DR. Anita Yus, M.Pd, Ibu Kamtini, S.Pd, M.Pd, selaku dosen penyelaras pada seminar proposal dan penguji pada sidang yang telah memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi
5. Bapak Drs. Edward Purba, M.A selaku notulis pada seminar proposal dan sidang serta Bapak Drs. Aman Simare – mare, M.S selaku saksi pada sidang
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini beserta para staf administrasi yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini
7. Ibu Siti Khairiantina Sembiring, S.Pd selaku kepala TK Pembina Tanjung Morawa, Ibu Dahnila Nasution dan Ibu Putri Riskyanina selaku guru
kelompok durian serta seluruh Ibu guru dan penjaga TK Pembina Tanjung Morawa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian lapangan di sekolah tersebut
8. Anak kelompok durian TK Pembina Tanjung Morawa yang menjadi subjek penelitian dan telah membantu peneliti selama proses penelitian
9. Teristimewa penulis menyampaikan terimakasih kepada Ibunda terkasih
Surungenna Br. Barus dan Ayahanda terkasih Syamsudin Purba yang tidak pernah berhenti dan merasa lelah dalam memberikan motivasi, nasehat,
bimbingan dan bantuan materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
10.Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kakak terkasih Ary Dinaria,
S.Pd, Aymaria, AM.F, Ayulita, S.Kom, abang terkasih Sahat Nadeak dan Sugiarta, S.T , adik terkasih Amsal Purba serta keponakan terkasih Nursanti
11.Terimakasih kepada teman – teman kelas A Regular PG – PAUD 2008, teman satu pembimbing skripsi Agnes Fifi Maria yang telah memberikan motivasi, semangat dan saling memberikan informasi dalam menyusun
skripsi ini
Penulis menyadari skripsi ini belum sempurna. Apabila terdapat kesalahan
dalam bahasa maupun penulisan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis sebagai seorang mahasiswa, penulis mengharapkan kepada pembaca agar memberikan masukan yang dapat membangun
kesempurnaan skripsi guna meningkatkan mutu pendidikan.
Penulis berharap skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan
bagi pembaca pada umumnya. Terimakasih.
Medan, Juli 2012 Penulis,
ABSTRAK
Amy Natalina. Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak Usia 5 Sampai 6 Tahun Melalaui Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Think-Pair-Square Di TK Pembina Tanjung Morawa T.A 2011/2012
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan kecerdasan emosional anak usia 5 sampai 6 tahun di TK Pembina Tanjung Morawa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif dengan teknik think-pair-square. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai peningkatan kecerdasan emosional anak TK melalui pembelajaran kooperatif dengan teknik think-pair-square.
Agency dan Tridhonanto (2009) mengemukakan ciri – ciri anak yang memiliki taraf kecerdasan emosional. Spencer Kagan menyatakan think-pair-square adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama.
Metode penelitian adalah PTK partisipan. Penelitian terdiri dari 2 siklus, siklus I dan II masing – masing terdiri dari 2 pertemuan. Perbedaan tindakan siklus I dan II yaitu pada siklus II peneliti menjelaskan dan memperagakan sikap menjalin hubungan dengan orang lain. Jumlah subjek dalam penelitian 28 orang, 7 perempuan dan 21 laki – laki. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi. Analisis data menggunakan rumus Pi = , EI rata –
rata: dan P = .
Hasil analisis data observasi awal diperoleh tingkat EI anak 38,5%. Pada siklus I EI meningkat menjadi 64,7%. Pada siklus II tingkat EI mencapai 97%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menggunakan pembelajaran kooperatif dengan teknik think-pair-square dapat meningkatkan kecerdasan emosional anak kelompok durian TK Pembina Tanjung Morawa. Disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan teknik think-pair-square dapat meningkatkan kecerdasan emosional anak usia 5 sampai 6 tahun.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Emosi positif dan emosi negatif ... 13
Tabel 2. Karakteristik perkembangan emosi anak ... 21
Tabel 3. Penggunaan teknik think-pair-square di Taman Kanak – Kanak ... 28
Tabel 4. Instrumen penilaian peningkatan kecerdasan emosional anak ... 40
Tabel 5. Kriteria peningkatan kecerdasan emosional anak ... 42
Tabel 6. Kriteria penilaian taraf keberhasilan tindakan ... 43
Tabel 7. Jadwal penelitian ... 44
Tabel 8. Tingkat kecerdasan emosional anak pada observasi awal ... 45
Tabel 9. Hasil peningkatan kecerdasan emosional anak pada observasi awal ... 50
Tabel 10. Keberhasilan tindakan peningkatan EI klasikal observasi awal ... 51
Tabel 11. Tingkat kecerdasan emosional anak kelompok durian siklus I ... 57
Tabel 12. Hasil peningkatan kecerdasan emosional anak siklus I ... 59
Tabel 13. Keberhasilan tindakan peningkatan EI klasikal siklus I ... 60
Tabel 14. Lembar observasi kegiatan guru pada siklus I pertemuan II ... 61
Tabel 15. Tingkat kecerdasan emosional anak kelompok durian pada siklus II ... 67
Tabel 16. Hasil peningkatan kecerdasan emosional anak siklus II ... 69
Tabel 18. Rekapitulasi peningkatan kecerdasan emosional
anak pada observasi awal, siklus I dan siklus II ... 73 Tabel 19. Peningkatan kecerdasan emosional rata – rata anak ... 75
Tabel 20. Keberhasilan tindakan peningkatan EI observasi awal,
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Desain penelitian tindakan kelas ... 35
Gambar 2. Lokasi penelitian ... 45
Gambar 3. Suasana kelompok durian ... 46
Gambar 4. Pintu gerbang, tempat parkir dan pendopo ... 47
Gambar 5. Ruangan yang ada di TK Pembina Tanjung Morawa ... 48
Gambar 6. Kegiatan awal penelitian siklus I ... 53
Gambar 7. Tahap think pada siklus I ... 54
Gambar 8. Tahap pair pada siklus I ... 54
Gambar 9. Tahap square pada siklus I ... 55
Gambar 10. Kelompok yang belum menyelesaikan tugas tepat waktu ... 56
Gambar 11. Hasil karya setiap kelompok ... 56
Gambar 12. Kegiatan awal penelitian siklus II ... 65
Gambar 13. Tahap think pada siklus II ... 66
Gambar 14. Tahap pair pada siklus II ... 66
Gambar 15. Tahap square pada siklus II ... 67
Gambar 16. Grafik peningkatan EI rata – rata anak ... 75
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam menghadapi
persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat ini. Salah satu upaya untuk melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu melalui pendidikan. Becker (dalam Yudha dan Rudyanto, 2005:1) mengungkapkan bahwa “pendidikan dan pelatihan merupakan investasi terpenting dalam mengembangkan
sumber daya manusia”. Comenius meyakini bahwa pendidikan harus dimulai di
usia dini, pendidikan di usia dini menentukan kesuksesan disekolah dan dalam hidup (Morrison, 2012:61-62). Memberikan pendidikan kepada anak sejak usia dini merupakan langkah yang tepat untuk menyiapkan generasi unggul dan
berkualitas.
Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diberikan pada anak sejak dini ditujukan untuk merangsang setiap perkembangan dan pertumbuhan anak
sebagai persiapan dalam memasuki pendidikan lanjut. Seperti yang tertulis dalam Undang – Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 butir 14, dinyatakan bahwa :
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
agama dan moral, kognitif, bahasa, sosial serta emosional. Salah satu aspek yang harus dikembangkan di PAUD yaitu kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional merupakan bekal terpenting dalam mempersiapkan anak untuk
menyongsong masa depan karena dengan kecerdasan emosi anak akan berhasil dalam bidang apapun, termasuk dalam bidang akademis. Joseph Zins et.al (dalam
Jovan Dc:2007) yang mengkomplikasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi terhadap keberhasilan anak disekolah, ada sederet faktor – faktor penyebab kegagalan anak disekolah. Faktor – faktor
tersebut bukan terletak pada kecerdasan otak tetapi pada karakter yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerjasama, kemampuan bergaul, kemampuan
berkonsentrasi, rasa empati dan kemampuan berkomunikasi.
Perkembangan emosi anak didasarkan pada bagaimana lingkungan memperlakukan dia sebab emosi ditentukan oleh lingkungan bukan bawaan. Anak
akan belajar dari lingkungan yang memperlakukannya, terutama lingkungan keluarga. Anak mulai memeplajari dan menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima masyarakat saat anak berada dalam lingkungan
sekolah. Salah satu hal yang perlu dilakukan sekolah dalam mempersiapkan peserta didik untuk bergaul dengan masyarakat luas adalah dengan mengajarkan
serta mempraktikan kecerdasan emosional apda anak. Kecerdasan emosional perlu distimulasi sejak dini karena kecerdasan emosi dapat mempengaruhi dan meningkatkan produktivitas kerja dimasa dewasanya.
Selama ini kebanyakan orang beranggapan bahwa IQ (Intelligence Quetiont) atau kecerdasan kognitif berupa ingatan, logika, persepsi, dan pengelolaan
Akhir – akhir ini opini tersebut disanggah dengan berbagai penelitian, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Daniel Goleman tahun 1990, yakni seorang ahli psikologi perkembangan dari Universitas Harvard Amerika Serikat.
Goleman (1996:44) menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual hanya memberi kontribusi 20% terhadap kesuksesan hidup seseorang, sedangkan 80% bergantung
pada kecerdasan emosional, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual yang berpengaruh bagi kesuksesan anak. Dalam hal keberhasilan kerja kecerdasan intelektual hanya memberi kontribusi 4%. Kecerdasan emosional merupakan
faktor sukses dalam prestasi, organisasi, kreatifitas, serta sosialisasi dalam kehidupan kita.
Kecenderungan terjadinya peningkatan anak yang mengalami gangguan emosi tidak hanya terjadi didaerah tertentu, tetapi telah menjadi fenomena global di dunia. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat anak
lebih banyak menghabiskan waktu di depan televisi, komputer maupu playstation dengan berbagai jenis permainan yang diperkirakan dapat membantu anak mengasah keterampilan motorik dan intelektualnya (spatial skill). Hal ini
membuat kemampuan intelektual anak meningkat tetapi tidak seimbang dengan kecerdasan emosionalnya. Dampaknya anak sekarang tumbuh dalam kesepian,
depresi, mudah marah, sulit diatur, gugup, cemas, impulsif dan agresif (Jovan Dc, 2007) kehidupan yang semakin kompleks mengakibatkan individu semakin rentan mengalami berbagai gangguan fisik maupun psikologis seperti kecemasan, stres,
Fenomena yang terjadi dikelompok durian Taman Kanak - Kanak Pembina Tanjung Morawa berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan situasi pembelajaran berpusat pada guru, guru sebagai pusat informasi dan lebih dominan
dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akktifitas anak menjadi berkurang (teacher centered). Anak cenderung melakukan apa yang diperintahkan oleh guru
mengakibatkan anak menjadi pasif dan kurang bereksplorasi. Metode pembelajaran yang digunakan juga tidak bervariasi, guru sering menggunakan metode pemberian tugas dimana anak belajar secara individu walaupun berada
dalam kelompok sehingga interaksi antar anak dalam satu kelompok tidak terjalin. Dampak dari kegiatan pembelajaran tersebut mengakibatkan anak mudah cemas,
kurang percaya diri, tidak berempati terhadap teman, kurang kreatif serta kurang mampu bekerjasama dalam kelompok. Kondisi ini merupakan cerminan kecerdasan emosi yang rendah, yang menuntut peran guru dan orangtua sebagai
orang dewasa disekitar anak dalam mengoptimalkan potensi anak.
Berdasarkan paparan diatas peneliti ingin melakukan penelitian sesuai dengan masalah rendahnya kecerdasan emosional anak khususnya dikelompok durian
Taman Kanak – Kanak Pembina Tanjung Morawa dengan menggunakan salah satu metode yang diduga efektif dalam meningkatkan kecerdasan emosi anak.
Dalam pembelajaran di Taman Kanak – Kanak terdapat berbagai metode pembelajaran seperti metode role playing, metode eksperimen, metode proyek, metode bercakap – cakap, metode demonstrasi, metode bercerita, metode
pemberian tugas, metode pembelajaran kooperatif dan sebagainya. Metode pembelajaran yang digunakan oleh peneliti yaitu metode pembelajaran kooperatif
Rudyanto, 2005:6) menyatakan bahwa “suasana belajar kooperatif dapat menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh
persaingan dan memisah – misahkan anak”. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dimana
anak akan menjalin kerjasama secara gotong royong atau kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan perkembangan emosi anak usia prasekolah. Melalui pembelajaran kooperatif,
anak belajar tidak sendiri tetapi lebih dari dua orang. Dengan belajar bersama sifat ingin menang sendiri tidak akan muncul dalam diri anak, anak diajarkan untuk
mengendalikan emosi terhadap teman. Proses interaksi dengan teman membuat sikap sosial dalam diri anak muncul, anak tidak ingin menyakiti orang lain (Yudha dan Rudyanto, 2005:146). Pembelajarn kooperatif dengan teknik
think-pair-square memberikan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap peserta
didik untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Teknik ini memberikan kesempatan kepada anak selain untuk bekerja sendiri
tetapi juga untuk mampu bekerjasama dengan orang lain.
Berdasarkan latarbelakang yang telah dipaparkan dan fenomena yang terjadi
berkaitan dengan rendahnya kecerdasan emosional anak Taman Kanak – Kanak, metode pembelajaran kooperatif dengan teknik think-pair-square diharapkan dapat membantu anak dalam meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Peneliti
TAHUN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK THINK-PAIR-SQUARE DI TK PEMBINA TANJUNG MORAWA T.A
2011/2012”.
1.2Identifikasi Masalah
1.2.1 Pesatnya perkembangan IPTEK membuat anak lebih banyak menghabiskan waktu di depan televisi, komputer maupun playstation mengakibatkan anak tumbuh dalam kesepian, depresi, mudah marah,
sulit diatur, gugup, cemas, impulsif dan agresif.
1.2.2 Guru lebih dominan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga
aktifitas anak menjadi berkurang, pasif dan kurang bereksplorasi (teacher centered)
1.2.3 Metode pembelajaran tidak bervariasi membuat anak kurang mampu
bekerjasama dalam kelompok.
1.2.4 Anak cenderung belajar secara individu walalupun berada dalam kelompok mengakibatkan interaksi tidak terjalin serta kurangnya rasa
empati dalam diri anak dengan teman sebayanya.
1.3Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, batasan masalah dalam penelitian ini adalah meningkatkan kecerdasan emosional anak usia 5 sampai 6
1.4Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan kecerdasan emosional anak usia 5 sampai 6 tahun di Taman Kanak – Kanak
Pembina Tanjung Morawa setelah diterpkan pembelajaran kooperatif dengan teknik think-pair-square?
1.5Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai peningkatan kecerdasan emosional anak Taman Kanak – Kanak melalui
pembelajaran kooperatif dengan teknik think-pair-square.
1.5.2 Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
1.5.2.1Mengetahui kondisi objektif kecerdasan emosional anak usia 5 sampai 6 tahun di TK Pembina Tanjung Morawa sebelum dan
sesudah diterapkan pembelajaran kooperatif dengan teknik think-pair-square.
1.5.2.2Mengetahui proses penerapan pembelajaran kooperatif dengan teknik think-pair-square untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak usia 5 sampai 6 tahun di TK Pembina Tanjung
1.6Manfaat Penelitan 1.6.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu
pendidikan terutama dalam penggunaan teknik think-pair-square untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak di Taman Kanak – Kanak.
1.6.2 Manfaat Praktis 1.6.2.1Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai penerapan pembelajaran kooperatif dengan
teknik think-pair-square untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak di Taman Kanak – Kanak dan bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini
ataupun menjadi bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya
1.6.2.2Bagi Guru
Memberikan masukan alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak di Taman
Kanak - Kanak 1.6.2.3Bagi Anak
Membantu anak dalam meningkatkan kecerdasan
BAB V
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan data penelitian dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebelum diberi tindakan kecerdasan emosional anak rendah dikarenakan
metode pembelajaran yang diberikan tidak tepat. Anak selalu bekerja secara individu sehingga tidak terjalin hubungan kerjasama dengan orang lain.
2. Kecerdasan emosional rata – rata anak pada observasi awal sebelum diberi tindakan sebesar 38,5% dengan tingkat keberhasilan tindakan 25% dan
dinyatakan tidak berhasil. Pada siklus I kecerdasan emosional rata – rata anak meningkat menjadi 64,7% dengan tingkat keberhasilan tindakan
60,7%. Pada siklus II kecerdasan emosional rata – rata anak meningkat menjadi 97% dengan tingkat keberhasilan tindakan 96,4%.
3. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil observasi
siklus I ke hasil observasi siklus II diperoleh peningkatan. Hasil observasi ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional anak mengalami
peningkatan.
4. Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif dengan teknik think-pair-square dapat meningkatkan kecerdasan emosional anak
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan diatas, maka peneliti memberi beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi guru diharapkan untuk dapat menerapkan metode pembelajaran kooperatif dengan teknik think-pair-square dalam kegiatan pembelajaran
untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak karena metode ini dapat mengoptimalisasi partisipasi peserta didik.
2. Bagi anak diharapkan agar terlatih belajar berkelompok untuk membina
hubungan dengan orang lain, mampu mengenali serta mengelola emosi diri dan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Agency, B. & Tridhonanto, Al. 2009. Melejitkan Kecerdasan Emosi Buah Hati. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Anita, Lie. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo
Anita, Yus. 2009. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak – Kanak. Medan: PPs UNIMED.
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suhardjono, & Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Dariyo, A. 2007. Psikologi Atitama. Bandung: Refika Aditama.
Dewi, R. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Medan: Pasca Sarjana UNIMED. Goleman, D. 1996. Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
___________. 1999. Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Http://www.scribd.com/doc/81432780/Model-Pembelajaran-Kooperatif-Tipe-Think
Hurlock, E. 1978. Psikologi Perkembangan Anak. Jilid I (terjemahan). Erlangga.
Isjoni, H. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jovan, Dc (2007) Peran Pola Permainan Sosial Dalam Meningkatkan Kecerdasan
Emosi Anak {internet}. Tersedia dalam:
http://jovandc.multiply.com/reviews/item/1 [Diakses 03 Maret 2012].
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1990. Jakarta: Balai Pustaka.
Makmun, Mubayidh. 2007. Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Mashar, R. 2011. Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi Pengembangannya. Jakarta: Kencana.
Morrison, G.S. 2012. Dasar – Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Edisi Kelima (terjemahan). Jakarta: Indeks.
Nugraha, A. & Rachmawati, Y. 2004. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Papalia, D.E., Olds, S.W., dan Feldman, R.D. 2008. Human Development. Jakarta: Kencana.
Patton, P. 2002. EQ-Pengembangan Sukses Lebih Bermakna (terjemahan). Mitra Media Publisher.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58. 2009. Jakarta.
Rachmawati. (2009), Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Jigsaw Terhadap Tingkat Kecerdasan Emosi Anak. Skripsi, Universitas
Pendidikan Indonesia.
Santrock, J.W. 2002. Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup, Jilid I (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
The Oxford Advanced Leaner’s Dictionary Of Current English. 1974. Revised and Updated. Oxford: University Press.
Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003. Jakarta.
Yudha, M.S. & Rudyanto. 2005. Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan & Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Yuliani & Bambang. 2005. Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Yuliasari. (2010), Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Kemampuan Berempati Anak Taman Kanak – Kanak. Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia.