• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dan motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah akuntansi keuangan dasar I.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dan motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah akuntansi keuangan dasar I."

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP METODE PENGAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR

MAHASISWA PADA MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN DASAR 1

Tri Kurniawan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1; (2) ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1. Populasi penelitian ini para mahasiswa angkatan 2006 dan 2007 Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma yang berjumlah 126 mahasiswa. Teknik analisis data adalah analisis chi square.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) tidak ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1 (χ2 hitung = 5,139 < χ2 tabel = 12,592); (2) tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1 (χ2 hitung = 5,317 < χ2 tabel = 9,488).

(2)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION TOWARDS TEACHING METHOD

AND LEARNING MOTIVATION AND STUDENTS’ ACHIEVEMENT OF LEARNING TOWARDS

THE COURSE OF BASIC FINANCE ACCOUNTING

Tri Kurniawan Sanata Dharma University

Yogyakarta 2010

The aim of this research is to find out: (1) whether there is any relationship between students’ perception towards teaching method and students’ achievement of learning towards the course of basic finance accounting; (2) whether there is any realationship between students’ perception towards learning motivation and students’ achievement of learning towards the course of basic finance accounting. The population of this research were 126 students of the accounting departement, Faculty of Education, 2006-2007 Period Sanata Dharma University Yogyakarta. The method of gaining data was questionnaire which concluded inquiry of close question. The technique of analysing the data was chi square.

From the analysis, it can be concluded: (1) there is no relationship between students’ perception toward learning motivation and students’ achievement of learning towards accounting subject of basic finance accounting, (χ2calculate = 5,139 < χ2 table = 12,592); (2) there is no positive and significant relationship between motivation of learning and students’ achievement of learning towards accounting subject of basic finance accounting, ( χ2calculate = 5,317 < χ2 table = 9,488).

(3)

46 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Salah satu unsur yang dapat membuat suatu bangsa maju dan berkembang adalah

sumber daya manusia. Sumber daya manusia ini biasanya disingkat dengan nama SDM.

Agar kemajuan suatu bangsa benar-benar efektif maka SDM yang dibutuhkan adalah

SDM yang handal. Kehandalan SDM ini dapat dilihat melaui segi kognitf, afektif, dan

psikomotorik. SDM haruslah memiliki penalaran (kognitif) yang baik dalam memandang suatu obyek. SDM juga harus memiliki budi pekerti (afektif) yang baik serta keterampilan

(psikomotorik) yang handal. Salah satu tempat yang dapat digunakan untuk memperoleh

kemampuan-kemampuan tersebut adalah sekolah dan perguruan tinggi. Tidak itu saja,

perguruan tinggi mengajarkan berbagai hal yang meningkatkan kualitas SDM.

Perguruan tinggi merupakan bagian dari pendidikan yang mendidik mahasiswa

didalam proses belajar mengajar agar nantinya dapat menjadi manusia yang berkualitas.

Oleh karena itu, kompetensi pengajar sangat diperlukan agar tercipta tujuan tersebut.

Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang pengajar adalah

kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar.

Kemampuan ini membekali pengajar dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya

sebagai seorang pendidik. Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsungnya

interaksi antara pengajar dengan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai

proses, belajar dan mengajar memerlukan perencanaan yang seksama, yakni

mengkoordinasikan unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran, kegiatan belajar-mengajar,

metode dan alat bantu mengajar serta nilai dan evaluasi. Memilih metode mengajar bagi

seorang dosen, harus memperhatikan beberapa hal yaitu kesesuaian metode pengajaran

(4)

46

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP METODE PENGAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR

MAHASISWA PADA MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN DASAR 1 Studi Kasus Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Program Studi Pendidikan

Akuntansi Angkatan 2006-2007 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Akuntansi

Oleh : Tri Kurniawan NIM: 041334004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Pengorbanan, kerja keras, dan penantian salama ini, rasanya tidak terbuang sia-sia. Kini impian itu sudah terlaksana meskipun jalan yang harus dilalui begitu banyak lika-liku. Namun dengan semua dukungan dan kemauan untuk memberikan yang terbaik sampailah juga ke pintu gerbang yang ingin dituju. Tak ada yang sia-sia, kini sebuah karya yang menjadi tantangan terakhir dapat terselesaikan dengan baik.

Dengan penuh rasa syukur dan terimakasih, karya ini saya persembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, mungkin kado terindah yang bisa saya berikan hanyalah ucapan syukur dan terimakasih atas semua rahmat dan anugrah terindahMU.

Kedua orang tuaku, Bapak Yustinus Sudarno dan Ibu Chaterina Sukesti, atas doa, cinta, dan semua pengorbanannya selama ini.

My brother Stevanus Subekti, Ananto Wibowo, Eko Prasetyo.

My luv, Maria Aniendya Putri Widi Andriyari, yang selalu bawel dan suka marah pada waktu saya mengerjakan skripsi tapi setia menunggu.

(8)

MOTO

Hidup adalah sebuah jalan abstrak

Kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi dengan kita. Namun kita hanya

bisa berharap dan membayangkan kelak kita harus menjadi seperti ini

Yang terpenting lakukan apa yang menjadi keinginanmu, maka itu akan

memberi jawaban

(9)
(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih, atas rahmat dan karunia Tuhan Yesus Kristus, sehingga

skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran

dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Akuntansi

Keuangan Dasar 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma” dapat

terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

meraih gelar Sarjana Pendidikan.

Pembuatan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis

ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim M.Ed., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono S.Pd., M.Si. selaku Kaprodi Program Studi Pendidikan

Akuntansi dan sekaligus nara sumber yang telah memberikan ilmu dan izin untuk

melakukan melaksanakan ujian pendadaran.

4. Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. selaku pembimbing yang selalu memberikan

bimbingan dan ilmu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan ilmu

pengetahuan selama proses perkuliahan.

6. Buat kedua orang tuaku, Bapak Yustinus Sudarno dan Ibu Chaterina Sukesti, terima kasih

atas doa, perhatian, pengorbanan dan kasih sayang yang selama ini telah diberikan.

(11)

Saya akan membahagiankan kalian dengan bakti saya dan memberikan yang terbaik lagi

buat papa dan mama.

7. My brother Stevanus Subekti, Kakakku Ananto Wibowo, Eko Prasetyo, kalian adalah

saudaraku yang hebat.

8. Buat My Luv, Anien, meskipun terkadang selalu mz tinggalin, cuekin, dan hanya sedikit

waktu buat nemenin ndut, tapi mz selalu sayang ndut.

9. Buat konco-konco di kampus, Dion (ayo nonton sun gokong, hahahaaa..) Doni, Susi,

Erlian PBI, Pandu, Gambul, Jeno, Asmet (nongkrong di gubuk lagi yuk boy sambil ngisep

sisa, hahahaaa…), Astri, Dika, Sari, Wulan PAK 2005, Candra, Rini 2005, Densia 2005,

Rosa 2005, vivi 2005, Kermit, Gede 2005, Nana PBI, dan semua komunitas PAK A dan

PAK B yang belum saya sebutkan.

10.Buat konco-konco di koz tercinta HOLLYWOOD, Bram-Boy (Cappcuuccc….), Daniel

Slepp, Ajib (ngamar yoo..hahaa), Arep (Piye Bosss…), Sandy Kik jangan nyari-nyari

lg..hahaa, Jasman-J.Boy, Salvan, kak Berno, Bagus, Dimaz, Adi Atas, Adi Bawah,

Frengki, Goklas, Adit, Novan, Collin USA, Sigit, and Alit. thanks atas kebersamaanya

selama tinggal bersama.

11.Untuk Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini teman-teman Prodi

Pendidikan Akuntansi yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

(12)
(13)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP METODE PENGAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR

MAHASISWA PADA MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN DASAR 1

Tri Kurniawan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1; (2) ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1. Populasi penelitian ini para mahasiswa angkatan 2006 dan 2007 Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma yang berjumlah 126 mahasiswa. Teknik analisis data adalah analisis chi square.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) tidak ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1 (χ2 hitung = 5,139 < χ2 tabel = 12,592); (2) tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1 (χ2 hitung = 5,317 < χ2 tabel = 9,488).

(14)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION TOWARDS TEACHING METHOD

AND LEARNING MOTIVATION AND STUDENTS’ ACHIEVEMENT OF LEARNING TOWARDS

THE COURSE OF BASIC FINANCE ACCOUNTING

Tri Kurniawan Sanata Dharma University

Yogyakarta 2010

The aim of this research is to find out: (1) whether there is any relationship between

students’ perception towards teaching method and students’ achievement of learning towards

the course of basic finance accounting; (2) whether there is any realationship between

students’ perception towards learning motivation and students’ achievement of learning

towards the course of basic finance accounting. The population of this research were 126 students of the accounting departement, Faculty of Education, 2006-2007 Period Sanata Dharma University Yogyakarta. The method of gaining data was questionnaire which concluded inquiry of close question. The technique of analysing the data was chi square.

From the analysis, it can be concluded: (1) there is no relationship between students’

perception toward learning motivation and students’ achievement of learning towards accounting subject of basic finance accounting, (χ2calculate = 5,139 < χ2 table = 12,592); (2) there is no positive and significant relationship between motivation of learning and students’ achievement of learning towards accounting subject of basic finance accounting, ( χ2calculate = 5,317 < χ2 table = 9,488).

(15)
(16)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABTRAK ... x

ABSTRACT... xi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... xii

(17)

BAB II. TINJAUAN TEORITIK ... 7

C. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 30

D. Pengajuan Hipotesis ... 31

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 33

1. Variabel Penelitian ... 33

2. Variabel Pengukuran... 33

(18)

1. Persepsi Metode Pengajaran... 46

2. Motivasi Belajar Mahasiswa ... 47

3. Prestasi Belajar Mahasiswa ... 48

C. Analisis Data ... 49

1. Uji Normalitas ... 49

2. Pengujian Linertitas ... 50

3. Pengujian Hipotesis ... 51

D. Pembahasan... 54

BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN ... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Keterbatasan ... 61

C. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 65

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kuesioner Variabel Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran ... 34

Tabel 3.2 Kuesioner Variabel Motivasi Belajar ... 35

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode pengajaran ... 38

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar ... 39

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Intrumen ... 40

Tabel 3.6 Tingkat Keterandalan Variabel Penalitian ... 40

Tabel 3.7 Hasil Pengukuran Realibilitas ... 40

Tabel 3.8 Chi Square ... 45

Tabel 4.1 Sebaran Klasifikasi Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran ... 47

Tabel 4.2 Sebaran Klasifikasi Motivasi Belajar ... 48

Tabel 4.3 Deskriftif Prestasi Belajar ... 48

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Normalitas ... 49

Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Pengujian Linieritas ... 50

Tabel 4.6 Frekuensi yang Diperoleh dan Diharapkan ... 51

Tabel 4.7 Kontingensi ... 52

Tabel 4.8 Frekuensi yang Diperoleh dan Frekuensi Diharapkan ... 53

Tabel 4.9 Kontingensi ... 54

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I. Kuesioner... 66

Lampiran II. Validitas dan Reliabiliats ... 73

Lampiran III. Data Induk Penelitian ... 82

Lampiran IV. Distribusi Frekuensi ... 92

Lampiran V. Penilaian Acuan Patokan Tipe II ... 97

Lampiran VI. Pengujian Normalitas dan Linieritas ... 100

Lampiran VII. Uji Chi Square ... 104

Lampiran VIII. Daftar Tabel r, F dan Chi Square ... 111

(21)

46 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Salah satu unsur yang dapat membuat suatu bangsa maju dan berkembang adalah

sumber daya manusia. Sumber daya manusia ini biasanya disingkat dengan nama SDM.

Agar kemajuan suatu bangsa benar-benar efektif maka SDM yang dibutuhkan adalah

SDM yang handal. Kehandalan SDM ini dapat dilihat melaui segi kognitf, afektif, dan

psikomotorik. SDM haruslah memiliki penalaran (kognitif) yang baik dalam memandang suatu obyek. SDM juga harus memiliki budi pekerti (afektif) yang baik serta keterampilan

(psikomotorik) yang handal. Salah satu tempat yang dapat digunakan untuk memperoleh

kemampuan-kemampuan tersebut adalah sekolah dan perguruan tinggi. Tidak itu saja,

perguruan tinggi mengajarkan berbagai hal yang meningkatkan kualitas SDM.

Perguruan tinggi merupakan bagian dari pendidikan yang mendidik mahasiswa

didalam proses belajar mengajar agar nantinya dapat menjadi manusia yang berkualitas.

Oleh karena itu, kompetensi pengajar sangat diperlukan agar tercipta tujuan tersebut.

Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang pengajar adalah

kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar.

Kemampuan ini membekali pengajar dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya

sebagai seorang pendidik. Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsungnya

interaksi antara pengajar dengan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai

proses, belajar dan mengajar memerlukan perencanaan yang seksama, yakni

mengkoordinasikan unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran, kegiatan belajar-mengajar,

metode dan alat bantu mengajar serta nilai dan evaluasi. Memilih metode mengajar bagi

seorang dosen, harus memperhatikan beberapa hal yaitu kesesuaian metode pengajaran

(22)

yang digunakan dengan tujuan dan bahan pengajaran; kesesuaian metode pengajaran yang

digunakan dengan kemampuan belajar mahasiswa; kemampuan dosen dalam

menggunakan metode tersebut; kesesuaian mengajar yang digunakan dengan fasilitas

yang tersedia di sekolah; kesesuaian mengajar yang digunakan dengan lingkungan

pendidikan. Namun kenyataannya, sering dijumpai pada mata kuliah Akuntansi

Keuangan Dasar I Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma, di

mana dalam proses belajar mengajar hanya menggunakan metode yang monoton.

Sehingga banyak mahasiswa yang susah mencerna materi yang disampaikan.

Melalui pengamatan selama beberapa pekan terakhir, seorang dosen

menggunakan metode pengajaran yang cocok dengan materi dapat membuat mahasiswa

memperhatikan materi yang akan diajarkan dosen. Misalkan saja metode yang digunakan

adalah dengan cara mengajar teman-teman sendiri. Di sini mahasiswa akan merasa bahwa

dia harus mendalami materi tersebut agar teman-teman yang lain menjadi mengerti

tentang materi tersebut. Jadi, sebagai seorang pengajar diharapkan selalu memberikan

metode-metode pengajaran yang memotivasi siswa untuk belajar. Walaupun ada

kelemahan dan kelebihan dari masing-masing metode, sebagai seorang pengajar harus

bisa membuat mahasiswanya termotivasi dalam belajar di kelas.

Selain metode pengajaran masih ada lagi komponen penting lain yakni motivasi

belajar. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku.

Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu

yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Sedangkan Motivasi timbul dari rangsangan

(stimulus) merupakan perubahan yang tampak pada adanya perbedaan afektif saat

munculnya motivasi dan saat usaha pencapaian yang diharapkan. Motivasi dalam

(23)

untuk mengadakan perubahan dari suatu keadaan yang diharapkan, dan usaha untuk

mencapai tujuan (David McCLelland et al dalam bukunya Dr. Hamzah B. Uno, M.pd.)

Motivasi belajar seseorang terjadi karena sikap kita terhadap sesuatu hal, dimana

kita akan merasa nyaman, tenang dan semangat dalam menjalaninya. Selain itu yang

mendukung timbulnya motivasi dalam diri seseorang, jika seseorang itu merasa bahwa

metode yang digunakan dosen dapat menumbuhkan sikap yang baik terhadap mata

kuliah. Biasa yang terjadi dengan metode dosen yang monoton motivasi belajar akan

sedikit berkurang. Misalnya ketika dosen mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I

menggunakan metode pengajaran di kelas dengan membuat situasi baru dikelas dan

sesuai dengan materi ajarnya maka mahasiswa pun akan muncul motivasi untuk belajar

dan mengikuti perkuliahan. Tetapi sebaliknya apabila pada saat hari yang berbeda dosen

menggunakan metode pengajaran yang sama pada hari sebelumnya motivasi belajar pada

mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I akan semakin berkurang.

Oleh karena itu pendekatan pengguaan metode pengajaran diperlukan untuk

membantu mahasiswa agar proses belajar didalam kelas dapat dengan mudah dicerna dan

dipahami.

Dari latar belakang singkat di atas, penulis akan melakukan analisis tentang ”Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran dan

Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Akuntansi

(24)

B. Batasan Masalah

Menyadari banyaknya masalah yang ada dalam usaha meningkatkan prestasi

belajar mahasiswa maka dalam penelitian ini membatasi untuk mengadakan analisis

mengenai faktor-faktor dari dalam dan dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi

peningkatan prestasi belajar. Faktor-faktor yang akan penulis analisis adalah persepsi

mahasiswa terhadap metode pengajaran dan motivasi belajar.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dengan

prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I?

2. Apakah ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada

mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I?

D. Masalah Penelitian

1. Apakah ada hubungan positif atau negatif antara persepsi mahasiswa terhadap metode

pengajaran dengan prestasi belajar pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I ?

2. Apakah ada hubungan positif atau negatif antara motivasi belajar dengan prestasi

belajar pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I ?

E.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode

pengajaran dengan prestasi belajar pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I ?

2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi

(25)

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

Penulis berharap dengan hasil penelitian ini dapat memberi dorongan mahasiswa

terutama dalam proses pencapain dan peningkatan prestasi belajar pada mata kuliah

Akuntansi Keuangan Dasar I.

2. Bagi Dosen

Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat menjadi masukan yang bermanfaat

bagi Universitas yang diteliti, khususnya bagi dosen dalam melaksanakan proses

belajar mengajar.

3. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong pemikiran-pemikiran kritis dalam

bentuk penelitian-penelitian pengembangan sehingga dapat memberikan sumbangan

(26)

G. Sistematika Isi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang penelitian, batasan penelitian, rumusan

penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan

skripsi.

BAB II KAJIAN TEORITIK

Bab ini memuat hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode

pengajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa pada

mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I I.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memuat tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian subyek

dan obyek penelitian, populasi, variabel penelitian dan pengukurannya, teknik

pengumpulan data, uji coba instrumen penelitian dan teknik analisis data.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat tentang penerapan metode yang digunakan hingga ditemukan

suatu hasil yang dapat dipertanggungjawabkan. Kemudian dari hasil tersebut

kita dapat suatu pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(27)

46 BAB II

TINJAUAN TEORITIK A. Kajian Teoritik

Pada bagian ini menguraikan tentang pengertian belajar, persepsi, metode pengajaran,

motivasi belajar, dan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan

Dasar I. Selain itu, juga menjelaskan secara singkat tentang hubungan antara persepsi

metode pengajaran, motivasi belajar, dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah

Akuntansi Keuangan Dasar 1.

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hasil yang

dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan). Menurut Syah (1995 : 89) belajar

adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam

setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Prestasi belajar adalah hasil yang

dicapai dari sesuatu kerampilan yang telah dikembangkan dan dilakukan oleh mata

pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan tes atau angka nilai yang diberikan oleh

dosen atau pengajar. Muh Surya dan Muh Amin merumuskan faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar yaitu sebagai berikut:

a. Faktor internal

1) Faktor jasmaniah atau fisiologis baik yang bersifat bawaan atau yang diperoleh

dari perkembangan, terdiri atas pendengaran, struktur tubuh, penginderaan dan

sebagainya.

2) Faktor psikologis baik yang berasal dari bawaan atau yang diperoleh dari :

Faktor intelektif yaitu meliputi faktor potensial seperti kecerdasan, bakat dan

kecakapan nyata (prestasi yang dimiliki).

(28)

Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur pribadi tertentu seperti sikap, perasaan,

kebiasaan, minat, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.

Faktor kematangan yaitu fisik ataupun psikologis.

b. Faktor eksternal

1) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,

lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok.

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian

3) Faktor lingkungan fisik yaitu fasilitas belajar, lingkungan dan sebagainya.

Jadi dapat disimpulkan motivasi berprestasi belajar adalah keseluruhan daya

penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin

kelangsungan belajar demi hasil yang ingin dicapai dari sesuatu ketrampilan yang telah

dikembangkan.

Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.” Selanjutnya Winkel (1996:53) belajar adalah “suatu aktivitas

mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan

nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.” Kemudian Hamalik

(1983:28) mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri

seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat

pengalaman dan latihan.”

Kemampuan intelektual mahasiswa sangat menentukan keberhasilan mahasiswa

(29)

belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang

diperoleh mahasiswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.

Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar

yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan

belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus

mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan

yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila

tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.

Djamarah (1994:21) bahwa:”prestasi adalah hasil dari sebuah kegiatan yang

dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan

kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.”

Selanjutnya, yang dimaksud belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar

untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Fontana (dalam

Nasution, 1992:77) menyatakan bahwa “Belajar sebagai suatu perubahan yang terus

menerus terjadi dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.

Hal ini sejalan dengan pendapat Tirtaraharja (1981:32) mengemukakan

pendapatnya mengenai pengertian prestasi belajar: “Prestasi belajar ialah taraf

kemampuan aktual yang bersifat terukur berupa penguasaan ilmu pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang dicapai siswa dari apa yang telah dipelajari di sekolah”.

Selanjutnya, Mappa (1977:2) mengemukakan bahwa “prestasi belajar ialah hasil

yang dicapai mahasiswa dari apa yang dicapai dalam hubungannya dengan bahan yang

telah dipelajari yang tampak dalam tingkah lakunya”.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,

karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari

(30)

tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan

pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun

dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan

dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar

yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang

dinyatakan dalam raport.”

Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu

bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang mahasiswa dalam melakukan

kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S.

Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang

dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila

memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan

prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam

ketiga kriteria tersebut.”

2. Pengertian Persepsi

Persepsi pada hakikatnya adalah pemahaman dialami oleh setiap orang dalam

memahami informasi tentang lingkungan baik lewat pendengaran, penglihatan,

penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci pemahaman persepsi adalah terletak

pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap

situasi (Miftah Thoha, 1983:138).

Persepsi dapat pula diartikan sebagai proses pemahaman yang terorganisir dan

menggabungkan data-data indera atau penginderaaan untuk dikembangkan sedemikian

(31)

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah

proses pemahaman, penerima, pengorganisasian, dan pengintepretasikan rangsang dari

lingkungan melalui panca indra, sehingga individu menyadari dan mengerti tentang

yang diinderakan.

Persepsi mahasiswa terhadap proses belajar mengajar sangat berpengaruh pada

prestasi belajar mereka, karena pengajar sangat dominan dalam menentukan

keberhasilan masing-masing mahasiswa. Profesionalitas guru dalam mengelola kelas

kunci utama dalam strategi belajar mengajar.

Pengajar hendaknya harus senantiasa mampu menimbulkan kedisiplinan dan

motivasi belajar dalam diri mahasiswa sehingga dicapai hasil belajar yang optinal.

Persepsi terhadap metode pengajaran adalah proses pemahaman, penerima.

Mengorganisasikan, dan menginterpretasikan apa yang didengar dan dilihat sehingga

mahasiswa mampu memberikan penilaian.

3. Metode Pengajaran

Secara umum dapatlah dirumuskan bahwa pengertian metode pengajaran adalah

kesatuan langkah kerja yang dikembangkan berdasarkan pertimbangan rasional

tertentu, masing-masing jenisnya bercorak khas, dan kesemuanya berguna untuk

mencapai tujuan pengajaran tertentu.

Metode pengajaran merupakan bagian intergral (tak terpisahkan dari sistem

pengajaran tertentu); cakupan sistem pengajaran dalam konteks ini menunjuk

pengertian yang sempit, yaitu suatu pelajaran atau kebulatan pengalaman belajar dalam

satuan waktu yang singkat ( misalnya: 1 s.d 7 jam pertemuan).

Suatu sistem pengajaran terdiri dari banyak unsur yang dalam kenyataannya saling

(32)

a. Hubungan metode pengajaran dalam tujuan pengajaran

Keseluruhan kerja sistem pengajaran yang menunjuk fungsi setiap unsur dan

pengorganisasian mengarah ke pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditetapkan

terlebih dahulu. Metode pengajaran adalah salah satu unsur dari sistem pengajaran

bahwa penentuan pengajaran menuntut dipilihnya metode yang relevan dalam

praktik pengajarannya misalnya:

- Tujuan pengajaran yang berupa ketrampilan melakukan suatu gerakan (O.R) dan

karya (Hasta karya) mesti dicapai lewat penggunaan demontrasi, tugas, dan

latihan kerja (praktikum).

- Tujuan pengajaran yang bersifat afektif (pembentukan nilai hidup serta sikap

sosial) mesti dicapai lewat langkah-langkah metodis tertentu, yaitu: pembiasaan

pertisipasi (memberikan kesempatan dan mengikutsertakan mahasiswa dalam

perbuatan yang baik) reflektif (membangun kemampuan mahasiswa untuk mawas

diri, membenahi diri sendiri atau mendidik diri sendiri).

Perlu juga ditegaskan sehubungan kerja sistem pengajaran bahwa antar

unsur pengajaran saling terkait, maka wajar apabila pada saat pengajar merumuskan

tujuan pengajaran sekaligus pengajar tersebut telah menyadari pula unsur-unsur

pengajaran yang lain secara simultan, dan kelancaran pengajaran dalam merancang

suatu pengajaran akan sangat ditopang oleh keluasan serta kedalaman penguasaan di

bidang metodologisnya.

b. Hubungan metode pengajaran dengan bahan pengajaran

Pertama-tama perlu ditegaskan lagi bahwa sistem pengajaran berkiblat pada

tujuan pengajaran bukan pada bahan pengajaran. Bahan pengajaran adalah obyek

(33)

pengajaran yang diinginkannya. Sifat bahan pengajaran dalam konteks pengajaran

tertentu banyak bervariasi, yaitu:

- Bahan pengajaran dapat tergolong sukar, cakupan taraf kesukarannya, dan

bahan yang mudah dikuasai mahasiswa.

- Bahan dapat tergolong abstrak (jauh dari jangkauan pengalaman nyata para

mahasiswa) dan bahan yang didukung oleh pengalaman hidup mahasiswa

sehari-hari.

- Bahan pengajaran ada yang berpola analisisnya jelas dan utuh sebagai cabang

ilmu (disiplin ilmu) tertentu dan bahan pengajaran yang bersifat kapita selekta

serta mementingkan nilai kegunaan.

- Bahan ada yang bersifat teoritis dan bersifat praktis.

- Bahan ada yang bersifat dasar dan yang bersifat pengembangan lebih lanjut

(dalam struktur kurikulum tertentu) dan

- Ada sejumlah bahan pengajaran yang berfungsi sebagai pengetahuan untuk

kepentingan belajar lebih lanjut, yaitu: bahasa, logika, kecakapan penelitian, dan

kecakapan komunikatif (baik lisan maupun tertulis).

Selain memperhitungkan jenis tujuan pengajaran, pengajar dalam memilih

metode pengajaran harus mempertimbangkan jenis atau sifat dari bahan pengajaran

yang akan didalami mahasiswa di bawah bimbingan pengajar misalnya bahan

cenderung sukar, abstrak, dan toritis mengharuskan pengajar untuk lebih bersifat

direktif dalam mengelola pengajarannya dengan menggunakan metode ceramah,

tanya jawab, dan demontrasi.

Jadi jelas bahwa pilihan metodologis perlu mempertimbangkan sifat bahan

(34)

pengajaran tertentu banyak dipengaruhi oleh keluasan serta kedalaman penguasaan

bahan pengajarannya.

c. Persyaratan-persyaratan yang harus ada (dipenuhi) agar metode pengajaran berfungsi

maksimal

Metode pengajaran saling berkaitan dan tergantung dengan unsur lain dalam

suatu sistem pengajaran tertentu. Unsur-unsur sistem pengajaran yang sangat erat

hubungannya dengan metode pengajaran adalah subjek didik dan fasilitas

penunjangnya.

Suatu metode pengajaran yang dipilih serta dipergunakan dalam praktik

pengajaran barulah akan membawa hasil yang maksimal jika

persyaratan-persyaratan yang mesti ada dan terstandar terpenuhi selama praktik pengajaran

tersebut.

Tolak ukur untuk melacak terpenuhi atau tidaknya persyaratan dalam

pemilihan serta penggunaan metode pengajaran tertentu dapat ditinjau dari

- Kondisi-situasi mahasiswa, apakah mahasiswa mampu berpartisipasi aktif dalam

penggunaan metode tertentu itu, minimal apakah mahasiswa dapat mengambil

manfaat bagi kepentingan belajarnya secara bermakna dalam pengajaran yang

menggunakan metode tertentu itu.

- Kondisi-situasi pengajar, apakah pengajar menguasai kompetensi (kecakapan

dasar) yang diperlukan untuk mengorganisir pengajaran yang menggunakan

metode tertentu itu, misalnya jika pengajar ingin menggunakan metode observasi

(35)

d. Jenis-Jenis Metode Pengajaran

1. Metode Ceramah

Ceramah adalah sebuah metode mengajar yang paling klasik, tetapi masih diakui

orang di mana-mana hingga sekarang. Metode ceramah ialah suatu cara

penyampaian atau penyajian bahan pelajaran dengan alat perantara berupa suara

atau dapat pula dikatakan, suatu cara penyampaian bahan pelajaran secara lisan.

Dalam hal ini guru biasanya memberikan uraian mengenai topik tertentu di tempat

tertentu dan dengan lokasi waktu tertentu.

a) Kebaikan atau keuntungan penggunaan metode ceramah :

1) Biaya murah sekali karena media yang digunakan hanyalah suara guru saja

2) Dapat menyajikan bahan pelajaran kepada sejumlah besar peserta didik

dalam waktu yang sama

3) Mudah mengulangnya kembali bila diperlukan

4) Ceramah atau uraian guru yang dibawakan dengan baik dapat menjadikan

pokok pembicaraan menjadi menarik

5) Metode ceramah memberikan kesempatan, pengalaman kepada peserta

didik untuk belajar mendengarkan suatu uraian secara lisan

6) Ceramah yang dipersiapkan dengan baik dan disajikan secara sistematis

dapat menghemat waktu belajar bagi peserta didik.

b) Kelemahan atau keburukan penggunaan metode ceramah :

1) Metode ceramah dapat menimbulkan verbalisme pada peserta didik

2) Peserta didik tidak memperoleh kesempatan berfikir melainkan hanya

mendengarkan dan mencatat saja

3) Besar sekali kemungkinan timbulnya salah paham dipihak peserta didik

(36)

4) Mendengarkan ceramah terus-menerus untuk waktu yang lama dapat

melelahkan dan membosankan peserta didik. Metode ceramah memiliki

kecenderungan untuk menjadikan guru sebagai buku pelajaran

5) Peserta didik tidak diberikan kesempatan lagi untuk berpartisipasi dalam

proses belajar

6) Metode ceramah tidak menyediakan sama sekali kesempatan bagi peserta

didik untuk belajar dan berbuat

2. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah suatu cara untuk menyampaikan atau menyajikan

bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab oleh

peserta didik

Kebaikan atau keuntungan metode tanya jawab :

1. Pertanyaan yang membangkitkan minat sangat penting bagi peserta didik

dalam belajar

2. Pertanyaan ingatan yang meminta jawaban yang bersifat reproduktif dapat

memperkuat ingatan antara pertanyaan dengan jawaban

3. Pertanyaan pikiran yang meminta jawaban yang harus difikirkan,

menafsirkan, menganalisa dan menarik kesimpulan, dapat

mengembangkan cara-cara berfikir logis dan sistematis

4. Pertanyaan dapat mengurangi proses lupa karena jawaban yang diperoleh

atau dikemukakan diolah dalam suasana yang serius

5. Jawaban yang salah segera dapat dikoreksi

6. Pertanyaan merangsang peserta didik berfikir dan memusatkan perhatian

pada satu pokok perhatian

(37)

8. Pertanyaan fakta atau problem dapat mengalahkan belajar seperti yang

dituju oleh suatu mata pelajaran

b) Keburukan atau kelemahan metode tanya jawab :

1. Peserta didik dapat dicekam ketakutan atau panik selama tanya jawab

dilakukan

2. Tidak mungkin seluruh kelas dapat diberi giliran selama satu jam pelajaran

3. Apabila giliran pertanyaan diberikan menurut urutan tempat duduk, maka

peserta didik yang sudah mendapat giliran dan yang masih jauh dari

gilirannya tidak akan berfikir lagi atau belum ikut berfikir karena

gilirannya masih jauh atau sudah lewat. Jadi tidak seluruh kelas dapat ikut

berpartisipasi

4. Apabila ada beberapa peserta didik yang sudah tidak dapat memberikan

jawaban seperti yang diharapkan guru, maka itu sudah berarti terbuangnya

waktu yang tersedia untuk pertanyaan-pertanyaan selanjutnya

5. Pertanyaan ingatan yang meminta jawaban yang bersifat reproduktif dapat

mengembangkan kebiasaan jawaban yang bersifat mekanis (menjawab

tanpa dipikirkan lagi) atau jawaban yang bersifat verbalistis

6. Oleh karena jam pelajaran terbatas maka dari suatu pertanyaan pikiranpun

sukar diperoleh jawaban yang memuaskan

3. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu ketertarikan

pada satu topik atau pokok, pertanyaan atau problem di mana para peserta diskusi

dengan judul berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau

(38)

a) Kebaikan atau kelebihan metode diskusi :

1. Mendidik peserta didik untuk bertukar pikiran atau pendapat

2. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati

pembaharuan suatu problem bersama-sama

3. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh

penjelasan-penjelasan dari berbagai sudut pandang atau berbagai sumber

data

4. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk latihan berdiskusi di

bawah asuhan guru

5. Merangsang peserta didik untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri,

menyetujui ataupun menentang pendapat teman-temannya

6. Membina perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan

atau keputusan yang akan atau telah diambil

b) Keburukan atau kelemahan metode diskusi :

1. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi

2. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak

3. Biasanya tidak semua peserta didik secara berani menyatakan diri untuk

ikut mengemukakan pendapat

4. Pembicaraan dalam diskusi mungkin akan didominasi oleh peserta didik

yang berani dan telah biasa berbicara

5. Banyaknya peserta didik disuatu kelas juga akan mempengaruhi

kesempatan bagi murid untuk mengemukakan pendapatnya

(39)

4. Metode Tugas

Metode tugas adalah cara mengajar yang dicirikan oleh adanya kegiatan

perencanaan antara peserta didik dengan guru mengenai suatu persoalan atau

problem yang harus diselesaikan atau dikuasai oleh peserta didik dalam jangka

waktu tertentu yang disepakati bersama antara murid dan guru.

a) Kebaikan atau kelebihan metode tugas :

1. Tugas-tugas memiliki tujuan yang jelas

2. Tugas yang disesuaikan dengan perbedaan individual

3. Karena mamahami apa yang menjadi tugasnya, maka tugas menjadi

menarik minat

4. Memberikan tugas sama dengan memberikan pengalaman bekerja kepada

peserta didik

5. Memberikan tugas sesuai dengan pilihan peserta didik sama dengan

mendidik peserta didik untuk belajar bertanggung jawab

6. Hubungan antara peserta didik dengan guru tetap terpelihara dan bersifat

dua arah

b) Keburukan atau kelemahan metode tugas :

1. Pemberian tugas menyebabkan pindahnya kegiatan peserta didik dari

sekolah ke rumah

2. Sulit sekali bagi guru untuk mengawasi tugas-tugas yang dilakukan di luar

kelas sehabis pelajaran usai

3. Terlampau sulit untuk menyesuaikan tugas dengan perbedaan individu

peserta didik

4. Persaingan tidak sehat dapat saja muncul diantara murid dengan peserta

(40)

5. Peserta didik yang cerdas, aktif akan maju dengan pesat dalam pelajaran,

tetapi peserta didik yang kurang akan makin tertinggal

6. Di dalam situasi pendidikan dan sosial ekonomi di mana perlengkapan

alat-alat pengajaran sangat kurang atau sukar diperoleh, metode tugas tidak

akan dapat dilaksanakan dengan sempurna

5. Metode Sosiodrama atau Bermain Peran

Metode sosiodrama atau bermain peran adalah suatu metode mengajar di mana

guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan

memainkan peran tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat

(sosial).

a) Kebaikan atau kelebihan metode sosiodrama :

1. Peserta didik belajar atau dididik untuk memecahkan suatu problem sosial

menurut pendapatnya sendiri

2. Memperkaya peserta didik dalam berbagai pengalaman situasi sosial yang

bersifat problematik

3. Memperkaya pengetahuan dan pengalaman semua peserta didik mengenai

cara menghadapi dan memecahkan suatu problem sosial yang diperoleh

dari hasil diskusi

4. Peserta didik yang memainkan peranan memperoleh kesempatan untuk

belajar mengekspresikan penghayatan mereka mengenai suatu problem di

depan orang banyak

5. Menanamkan dan memupuk keberanian untuk tampil di depan umum atau

orang banyak tanpa kehilangan keseimbangan pribadi

(41)

b) Keburukan atau kelemahan metode sosiodrama:

1. Rasa malu yang timbul karena ditonton oleh orang lain dan rasa takut

dalam mengambil keputusan akan menghambat bagi kewajaran bertingkah

laku selama memainkan suatu lakon

2. Kekurangan dalam pengalaman menghadapi situasi-situasi sosial yang

berisi problem-problem dapat menimbulkan sikap ragu-ragu dalam

menentukan langkah atau tindakan atau keputusan yang harus dilakukan

3. Keterbatasan waktu yang disediakan untuk memainkan suatu peranan tidak

akan memberikan kesempatan yang cukup kepada para pemeran untuk

menentukan langkah-langkahnya yang wajar

Jadi dapat disimpulkan definisi sikap mahasiswa terhadap metode mengajar

adalah kecenderungan yang relatif menatap untuk bereaksi dengan cara baik atau

buruk terhadap cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kependidikan,

khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada peserta didik.

4. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata Inggris Motivation yang berarti dorongan,

pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti

mendorong, menyebabkan, dan merangsang. Motive sendiri berarti alasan, sebab,

dan daya penggerak (Echols,1984, dalam bukunya Drs. Ali Impron, M.Pd). Motif

adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk

melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan

(42)

adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas-aktifitas

tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu pula.

Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar, yaitu

motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah

keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri mahasiswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan

(Winskel, 1987. Dalam bukunya Drs. Ali Impron, M.Pd).

Motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong keinginan

individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan

(T.Hani Handoko, 1984 : 248)”.

Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman (1992:77)

mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan mahasiswa untuk melakukan

sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”

Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah,

semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi

mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Mahasiswa

yang mempunyai motivasi tinggi sangat sedikit yang tertinggal belajarnya dan

sangat sedikit pula kesalahan dalam belajarnya (Palardi,1975. Dalam bukunya Drs.

Ali Impron, M.Pd).

Sadirman (1986) mengemukakan bahwa ciri-ciri motivasi yang ada pada diri

sesorang adalah: tekun dalam menghadapi tugas menerus dalam waktu lama; ulet

menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa, tidak cepat puas atas prestasi

yang diperoleh; menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam

(43)

tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin; dapat mempertahankan pendapatnya;

tidak mudah melepas apa yang diyakini; senang mencari dan memecahkan

masalah.

b. Pentingnya Motivasi

Secara konseptual motivasi berkaitan erat dengan prestasi perolehan belajar.

Pembelajar yang tinggi motivasi, umumnya baik perolehan belajar. Sebaliknya,

pembelajar yang rendah motivasinya, rendah pula perolehan belajarnya. Banyak

riset yang membuktikan bahwa motivasi dalam belajar berhubungan dengan

tingginya prestasi belajar. Salah satu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa

mahasiswa yang mempunyai motivasi berprestasi umumnya juga mempunyai

prestasi yang lebih tinggi.

Oleh karena itu, motivasi belajar sangat urgen dalam peningkatan perolehan

belajar. Dalam khasanah keperpustakaan kependidikan, motivasi sering disebut

secara berulang sebagai variabel yang banyak menentukan perolehan belajar.

c. Motivasi Yang Bersumber Dari Kebutuhan

Menurut teori kebutuhan, setiap manusia bertindak senantiasa didorong

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan (needs) tertentu. Menurut Maslow, jika

kebutuhan yang lebih rendah tingkatannya telah dapat dipenuhi, maka kebutuhan

yang berada di tingkatan atasannya akan muncul dan minta dipenuhi.

Kebutuhan-kebutuhan yang menurut pemenuhan tersebut dipandang sebagai motivator aktif.

Sementara kebutuhan ditingkat atasnya menjadi strongest need.

Kebutuhan-kebutuhan menurut maslow ada lima diantaranya adalah:

kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan dan rasa terjamin. Kebutuhan sosial,

(44)

terpenuhi. Sebab, kebutuhan yang telah lama tidak terpenuhi, tidak dapat menjadi

active motivator.

1. Kebutuhan fisiologis

Yang dimaksud kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan akan makan dan minum,

pakaian, dan tempat tinggal. Termasuk dalam kebutuhan fisiologis ini adalah

kebutuhan biologis seperti seks.

2. Kebutuhan rasa aman dan terjamin

Yang dimaksud rasa aman di sini tidak saja secara fisik, tetapi juga secara psikis

atau mental. Aman secara fisik misalnya saja terhindar dari gangguan

kriminalitas, teror, gangguan binatang buas, gangguan orang lain, gangguan dari

banguan dan tempat yang tidak aman. Aman secara psikhis misalnya, tidak

banyak kena marah, tidak banyak kena damprat, tidak dimutasikan

sembarangan, tidak mudah didemosikan (penurunan pangkat), tidak banyak

diejek, tidak direndahkan harga dirinya dan sebagainya.

3. Kebutuhan sosial

Kebutuhan sosial ini erat kaitannya dengan kedudukan manusia yang sebagai

makluk sosial itu. Kebutuhan sosial ini mengandung arti bahwa ia harus juga

diterima oleh orang lain. Kebutuhan sosial ini sangat penting artinya buat

mereka yang sedang belajar.

4. Kebutuhan ego

Kebutuhan ego adalah kelanjutan dari kebutuhan sosial. Ia ingin prestise dan

berprestasi. Oleh karena itu, ia membutuhkan kepercayaan dan tangung jawab

(45)

Jika kebutuhan ini diterapkan dalam belajar dan pembelajaran, maka pembelajar

haruslah diberikan banyak tugas-tugas yang menantang tetapi masih dalam

kerangka kemampuan dirinya.

5. Kebutuhan aktualisasi diri

Yang dimaksud dengan kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan untuk

membuktikan dirinya dan menunjukkan dirinya kepada orang lain.pemenuhan

kebutuhan tingkat tinggi ini membutuhkan suasana yang konduktif dari

lingkungan, sehingga seseorang dapat bebas mengaktualisasikan dirinya.

Selain maslow, ada seorang tokoh yang mengemukan motivasi dari sudut tinjau

yang berbeda, yaitu Fredeirck Hezberg. Hezberg menemani teorinya dengan

Hygiene Theory. Menurut Hezberg, ada faktor-faktor yang manakala terpenuhi

bisa menjadi motivator, sebaliknya ada beberapa faktor yang jika terpenuhi bisa

berfungsi sebagai penyehat.

d. Upaya Meningkatkan Motivasi

Motivasi belajar senantiasa bergelombang. Ada kalanya bergerak naik dan

ada kalanya bergerak turun. Tidak jarang, motivasi belajar hanya mendatar saja.

Oleh karena demikian ”watak” motivasi tersebut, maka diperlukan upaya untuk

peningkatannya. Dengan demikian, motivasi belajar yang dipunyai oleh

pembelajar bisa cenderung naik dan atau minimal menetap.

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh pengajar guna

meningkatkan motivasi belajar pembelajar, yaitu:

1. Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar

Ada beberapa prinsip yang harus dipedomani dalam belajar. Prinsip tersebut

adalah :

(46)

b. Prinsip keaktifan belajar

c. Prinsip keterlibatan langsung pembelajaran

e. Prinsip pengulangan belajar

f. Prinsip sifat perangsang dan menantang dari materi yang dipelajari

g. Prinsip pemberian balikan dan penguatan dalam belajar

h. Prinsip perbedaan inidividu antar kelompok

Ada dua cara dalam mengoptimalkan prinsip belajar. Pertama

menyusun strategi-strategi sehingga prinsip-prinsip tersebut dapat diterapkan

secara optimal. Strategi di sini, dapat digali dari pandangan-pandangan dan

penemuan-penemuan teoritik dan dapat pula digali dari kiat guru sendiri.

Kedua, menjauhkan kontrain-konstrain (kendala-kendala) yang ditemui

dalam mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar.

2. Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran

Mengingat unsur-unsur belajar/pembelajaran dapat mempengaruhi

motivasi, maka ia perlu dioptimalkan penerapannya. Pengoptimalan demikian

ini perlu dilakukan, agar motivasi belajar siswa juga optimal. Padahal,

keoptimalan motivasi belajar juga berhubungan dengan keoptimalan perolehan

belajar.

Bagimana mengoptimalkan unsur-unsur dinamis dalam belajar/

pembelajaran? Pertama, menyediakan secara kreatif berbagai unsur belajar

pembelajaran tersebut dalam setting belajar pembelajaran. Penyediaan secara

kreatif ini perlu dilakukan, karena umumnya ketika tidak ada pengajar hanya

menerima kondisi tersebut apa adanya. Sebagai contoh, peralatan pengajaran

yang mungkin tidak tersedia, atau tak terjangkau, dapat disediakan dengan

(47)

Kedua, memanfaatkan sumber-sumber di luar pengajaran sehingga

keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki dapat ditangulangi.

3. Mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman/kemampuan telah dimiliki dalam

belajar

Setiap pembelajar mempunyai kemampuan dan

pengalaman-pengalaman tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang lain.

Kemampuan dan pengalaman yang berbeda demikian ini hendaknya tidak

justru menjadi kendala dalam aktifitas belajarnya. Kemampuan/pengalaman

masa lalu bisa didapatkan oleh pembelajar melalui aktifitas belajar, dan bisa

juga didapatkan oleh pembelajar melalui aktifitas lain atau aktifitas non

belajar. Dick dan Carry (1981) menyebut pengalaman dan kemampuan demikian dengan entry behavior.

4. Mengembangkan cita-cita/aspirasi dalam belajar

Cita-cita adalah sesuatu yang dikejar oleh seseorang.

Kegiatan-kegiatan seseorang, utamanya Kegiatan-kegiatan belajar, lebih banyak teraksentuasi

pada pengajaran dan atau pencapaian cita-cita atau aspirasi tersebut. Maka dari

itu, cita-cita/aspirasi harus senantiasa dikembangkan dalam pembelajaran.

e. Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi 1. Kondisi lingkungan belajar

Kondisi lingkungan belajar menentukan motivasi belajar mahasiswa,

selain faktor individu juga faktor lingkungan, lebih-lebih lingkungan belajar.

Sebab, individu secara sadar ataukah tidak, senantiasa tersosialisasi oleh

lingkungannya. Lingkungan belajar ini meliputi lingkungan fisik dan

(48)

Yang dimaksud lingkungan fisik adalah tempat di mana pembelajar

tersebut belajar. Apakah tempat belajarnya nyaman ataukah tidak, apakah

tempat belajarnya segar ataukah sedap. Demikian juga tempat yang

amburadul, tidak memberikan gairah bagi belajar seseorang. Sebaliknya

tempat yang telatur, yang rapi, mendorong seseorang bergairah belajar.

Tempat belajar yang bising oleh suara bisa mengganggu belajar seseorang,

sebaliknya tempat belajar yang tenang bisa menimbulkan gairah belajar.

Jelaslah lingkungan fisik berpengaruh terhadap motivasi belajar.

Yang dimaksud dengan lingkungan sosial adalah suatu lingkungan

seseorang dalam kaitannya dengan orang lain. Lingkungan sosial ini bisa

berupa lingkungan permainan, lingkungan sebaya, kelompok belajar.

Sungguhpun faktor pribadi seseorang lebih menentukan terhadap diri sendiri,

haruslah diakui bahwa kelompok belajar, lingkungan sebaya dan lingkungan

sepermainan ini juga menentukan motivasi belajar seseorang. Sebagai contoh,

jika dalam lingkungan sosial seseorang tidak terbiasa dengan aktifitas belajar,

sebutlah belajar belum membudaya, maka bukan budaya belajar itu yang

dikembangkan oleh seseorang melainkan budaya lain.

2. Upaya pengajar membelajarkan pembelajar

Upaya pengajar dalam membelajarkan pembelajar juga berpengaruh

terhadap motivasi belajar. Pengajar yang tinggi gairahnya dalam

membelajarkan pembelajar, menjadikan pembelajar juga bergairah belajar.

Pengajar yang sungguh-sungguh dalam membelajarkan pembelajar,

menjadikan tingganya motivasi belajar pembelajar. Pada pengajar yang

demikian, umumnya mempersiapkan diri dengan matang dan senantiasa

(49)

yang diberikan tersebut menarik, terbaik dan mungkin terbaru maka tingkat

aktualisasinya sangat tinggi di mata pembelajar. Sebagai akibatnya, hal-hal

yang disajikan oleh pengajar menjadi menarik dimata pembelajar. Menariknya

hal-hal yang diberikan ini bisa menjadikan tingginya motivasi pembelajar.

B. Kerangka Teoritik

Dalam hubungannya antara variabel bebas dengan variabel terikat baik secara

masing-masing maupun secara bersama-sama maka penulis mengajukan penelaahan berupa

kerangka teoritik sebagai berikut:

1. Hubungan antara Persepsi Metode pengajaran dengan Prestasi Belajar Mahasiswa.

Persepsi mahasiswa tentang metode pengajaran adalah suatu penilaian dan pemberian tanggapan yang dilakukan oleh mahasiswa mengenai cara-cara mengajar

yang digunakan oleh pengajar.

Metode pengajaran yang digunakan oleh seorang guru sangat mempengaruhi

tingkat prestasi belajar mata kuliah akuntansi keuangan dasar I. Metode pengajaran

akan mengurangi kebosanan mahasiswa dalam proses belajar mengajar. Metode

pengajaran yang dilakukan oleh pengajar banyak sekali komponennya dan jika

dilakukan dengan sungguh-sungguh akan sangat menarik sehingga dapat

mempertahankan mahasiswa bisa belajar didalam kelas. Metode pengajaran jika

dilakukan dengan tepat dan digunakan pada kondisi yang tepat akan mempengaruhi

prestasi belajar mahasiswa.

Dengan demikian, mahasiswa akan berusaha melakukan usaha yang optimal.

Usaha yang optimal ini pada umumnya akan menghasilkan hasil yang optimal juga.

(50)

serta mata pelajaran yang ingin disampaikan sehingga mahasiswa tidak akan merasa

jenuh dalam mengikuti pelajaran. Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa

ada hubungan yang positif antara metode pengajaran dengan prestasi belajar

mahasiswa.

2. Hubungan antara Persepsi Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Secara konseptual, motivasi berkaitan dengan prestasi atau perolehan belajar.

Seorang mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi, akan memperoleh

hasil belajar yang tinggi pula. Sebaliknya, pembelajar yang rendah motivasinya,

rendah pula perolehan belajarnya. Salah satu hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa mahasiswa mempunyai motivasi berprestasi umumnya juga mempunyai

prestasi lebih tinggi ( Ali Imron, 1996:89).

C. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Djumiati dengan judul penelitian “Hubungan

Antara Kemampuan Dosen dan Kegiatan Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar

Mahasiswa Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Medan. Kegiatan pembelajaran

belum menerapkan pilar learning to know, learning to do, learning to live together dan

learning to be. Prestasi belajar mahasiswa masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara kemampuan dosen dan kegiatan pembelajaran dengan 24

prestasi belajar mahasiswa tahun ajaran 2003/2004. Berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa kemampuan dosen, kegiatan pembelajaran dengan prestasi belajar

mahasiswa Jurusan Kebidanan Kesehatan Poltekkes Medan menunjukkan hubungan

positif dan signifikan dengan prestasi belajar mahasiswa. Hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberi masukan bermanfaat bagi dosen, mahasiswa, Ketua Jurusan/Ka. Prodi

(51)

Pusdiknakes dan Kepala PPSDM dalam kebijakan pengembangan kemampuan dosen

dan kualitas pembelajaran.

Hasil penelitian Tri Handayani (2003), menemukan bahwa anggapan siswa

terhadap profesionalisme guru dan motivasi belajar siswa mempunyai pengaruh positif

terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini menuntut untuk meningkatkan profesionalisme

guru dengan menempatkan guru sesuai dengan bidang keahliannya dan guru dituntut

mampu menciptakan situasi belajar yang konduktif dengan mendorong motivasi belajar

siswa sehingga prestasi belajar siswa menjadi lebih tinggi.

Hasil penelitian oleh Noviati Dwi Mumpuni (2004) menemukan bahwa persepsi

siswa tentang gaya mengajar guru sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Selain itu, motivasi belajar siswa juga sangat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.

Semakin motivasi belajarnya maka semakin tinggi pula prestasi belajarnya.

D. Pengajuan Hipotesis

Dari kajian hasil yang relevan yang diatas maka penulis mengajukan hipotesis sebagai

berikut:

1. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar

mahasiswa.

2. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi

belajar akuntansi

3. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang variasi gaya

(52)

46 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan berupa studi kasus, yaitu penelitian terhadap

subyek tertentu dengan cara mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan subyek

penelitian dan kesimpulan hanya berlaku pada tempat yang diteliti dan tidak berlaku bagi

obyek penelitian yang lain. Penelitian ini terbatas pada obyek tertentu saja yaitu pada

Universitas Sanata Dharma khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi

Tahun Angkatan 2006-2007 sebagai responden. Secara khusus yang akan diteliti dari

responden adalah persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dan motivasi belajar

dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian akan dilakukan di Program Studi Pendidikan Akuntansi Tahun

Angkatan 2006 dan 2007 di Universitas Sanata Dharma.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2009

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek penelitian adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah

mendapatkan Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I

2. Obyek penelitian adalah prestasi belajar mahasiswa

(53)

D. Populasi

Populasi adalah kumpulan yang lengkap dari seluruh elemen yang sejenis akan

tetapi dapat dibedakan satu sama lain yang disebabkan karena adanya karakteristis yang

berlainan, populasi juga disebut sebagai keseluruhan subyek penelitian. Populasi

penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi (PAK)

Tahun Angkatan 2006 dan 2007 sebanyak 126 mahasiswa.

E. Variabel Penelitian 1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yakni dua variabel bebas

(Independen Variabel), yang meliputi persepsi mahasiswa terhadap metode

pengajaran (X1), motivasi belajar (X2). Dan satu variabel terikat (Dependent

Variabel) adalah prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan

Dasar I (Y).

2. Pengukuran Variabel

Setiap variabel yang akan dianalisis perlu diukur dengan cara mengukur

masing-masing variabel. Maka pengukuran variabel penelitian yang penulis lakukan

adalah:

a. Variabel Bebas

Data mengenai persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dan

motivasi belajar mahasiswa diperoleh melalui jawaban kuesioner yang berupa

daftar pertanyaan dan pernyataan. Jumlah item pertanyaan variabel persepsi

mahasiswa terhadap metode pengajaran dosen sebanyak 15 item merupakan

pertanyaan yang disusun sendiri oleh peneliti dimana 15 item valid dan Jumlah

(54)

diambil dari Yohana Dwi Ningrum dan sisanya sebanyak 10 item pertanyaan

disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner yang digunakan berbentuk pertanyaan

dan pernyataan tertulis dimana responden hanya memilih jawaban yang telah

tersedia dan kuesioner ini dibagikan kepada mahasiswa.

Setiap variabel penelitian yang akan dianalisis perlu diukur dengan cara

mengukur masing-masing. Maka pengukuran variabel yang penulis lakukan

adalah:

1. Pengukuran variabel persepsi metode pengajaran menggunakan pernyataan

yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak

Setuju (STS).

Berikut kisi-kisi kuesioner untuk variabel persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dosen :

Tabel 3.1

Operasional Variabel Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran

No Indikator Item Positif Item Negatif

1 Metode Ceramah 1,2,3

2 Metode Diskusi 8 7

3 Metode Tugas 9, 10

4 Metode Tanya Jawab 4,5, 6

5 Metode Sosiodrama 11,12,,13, 15 14

Masing-masing pernyataan selanjutnya dinyatakan dalam 4 skala pendapat

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
tabelnya adalah 0,361 (lihat lampiran II). Jadi, 15 butir valid atau sahih.
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Luaran wajib dari Penelitian Dosen Pemula ini adalah publikasi ilmiah dalam jurnal lokal.. yang mempunyai ISSN atau jurnal

Hasil pelaksanaan PPL di SMK N 1 Wonosari mulai dari 10 Agustus 2015 sampai dengan 12 September 2015 antara lain mahasiswa dapat menerapkan dan mengembangkan kompetensi

Selain kegiatan tersebut, diselenggarakan pula diskusi bulanan yakni setiap Selasa Legi (Selasa Legen). Diskusi ini dilakukan untuk memperkuat sendi-sendi budaya masyarakat.

[r]

Secara substansi, respon sikap siswa secara lisan melalui wawancara atau respon sikap siswa secara tulis melalui esai kasus atau skala sikap, sebenarnya sama. Yang

Yang dapat menentukan cepat atau lambatnya kesembuhan sifat pendendam adalah dari sendiri melalui perenungan akibat negatif dari sifat pendendam, baik dari orang lain maupun dari

The Test results conducted to the pharmaceutical companies examined showed that NPM has positive effect on EPS which is equal to 78 percent (H1 is accepted), but the results

(OMTOSISI DAN STRUKIT'R POITON DT EIJITN I(AWASAN RIMIO }VLIAU KENAGARIAN SIMANAU.. KADUPATEN