ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP METODE PENGAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR
MAHASISWA PADA MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN DASAR 1
Tri Kurniawan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1; (2) ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1. Populasi penelitian ini para mahasiswa angkatan 2006 dan 2007 Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma yang berjumlah 126 mahasiswa. Teknik analisis data adalah analisis chi square.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) tidak ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1 (χ2 hitung = 5,139 < χ2 tabel = 12,592); (2) tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1 (χ2 hitung = 5,317 < χ2 tabel = 9,488).
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION TOWARDS TEACHING METHOD
AND LEARNING MOTIVATION AND STUDENTS’ ACHIEVEMENT OF LEARNING TOWARDS
THE COURSE OF BASIC FINANCE ACCOUNTING
Tri Kurniawan Sanata Dharma University
Yogyakarta 2010
The aim of this research is to find out: (1) whether there is any relationship between students’ perception towards teaching method and students’ achievement of learning towards the course of basic finance accounting; (2) whether there is any realationship between students’ perception towards learning motivation and students’ achievement of learning towards the course of basic finance accounting. The population of this research were 126 students of the accounting departement, Faculty of Education, 2006-2007 Period Sanata Dharma University Yogyakarta. The method of gaining data was questionnaire which concluded inquiry of close question. The technique of analysing the data was chi square.
From the analysis, it can be concluded: (1) there is no relationship between students’ perception toward learning motivation and students’ achievement of learning towards accounting subject of basic finance accounting, (χ2calculate = 5,139 < χ2 table = 12,592); (2) there is no positive and significant relationship between motivation of learning and students’ achievement of learning towards accounting subject of basic finance accounting, ( χ2calculate = 5,317 < χ2 table = 9,488).
46 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Salah satu unsur yang dapat membuat suatu bangsa maju dan berkembang adalah
sumber daya manusia. Sumber daya manusia ini biasanya disingkat dengan nama SDM.
Agar kemajuan suatu bangsa benar-benar efektif maka SDM yang dibutuhkan adalah
SDM yang handal. Kehandalan SDM ini dapat dilihat melaui segi kognitf, afektif, dan
psikomotorik. SDM haruslah memiliki penalaran (kognitif) yang baik dalam memandang suatu obyek. SDM juga harus memiliki budi pekerti (afektif) yang baik serta keterampilan
(psikomotorik) yang handal. Salah satu tempat yang dapat digunakan untuk memperoleh
kemampuan-kemampuan tersebut adalah sekolah dan perguruan tinggi. Tidak itu saja,
perguruan tinggi mengajarkan berbagai hal yang meningkatkan kualitas SDM.
Perguruan tinggi merupakan bagian dari pendidikan yang mendidik mahasiswa
didalam proses belajar mengajar agar nantinya dapat menjadi manusia yang berkualitas.
Oleh karena itu, kompetensi pengajar sangat diperlukan agar tercipta tujuan tersebut.
Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang pengajar adalah
kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar.
Kemampuan ini membekali pengajar dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
sebagai seorang pendidik. Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsungnya
interaksi antara pengajar dengan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai
proses, belajar dan mengajar memerlukan perencanaan yang seksama, yakni
mengkoordinasikan unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran, kegiatan belajar-mengajar,
metode dan alat bantu mengajar serta nilai dan evaluasi. Memilih metode mengajar bagi
seorang dosen, harus memperhatikan beberapa hal yaitu kesesuaian metode pengajaran
46
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP METODE PENGAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR
MAHASISWA PADA MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN DASAR 1 Studi Kasus Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Program Studi Pendidikan
Akuntansi Angkatan 2006-2007 SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Akuntansi
Oleh : Tri Kurniawan NIM: 041334004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Pengorbanan, kerja keras, dan penantian salama ini, rasanya tidak terbuang sia-sia. Kini impian itu sudah terlaksana meskipun jalan yang harus dilalui begitu banyak lika-liku. Namun dengan semua dukungan dan kemauan untuk memberikan yang terbaik sampailah juga ke pintu gerbang yang ingin dituju. Tak ada yang sia-sia, kini sebuah karya yang menjadi tantangan terakhir dapat terselesaikan dengan baik.
Dengan penuh rasa syukur dan terimakasih, karya ini saya persembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, mungkin kado terindah yang bisa saya berikan hanyalah ucapan syukur dan terimakasih atas semua rahmat dan anugrah terindahMU.
Kedua orang tuaku, Bapak Yustinus Sudarno dan Ibu Chaterina Sukesti, atas doa, cinta, dan semua pengorbanannya selama ini.
My brother Stevanus Subekti, Ananto Wibowo, Eko Prasetyo.
My luv, Maria Aniendya Putri Widi Andriyari, yang selalu bawel dan suka marah pada waktu saya mengerjakan skripsi tapi setia menunggu.
MOTO
Hidup adalah sebuah jalan abstrak
Kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi dengan kita. Namun kita hanya
bisa berharap dan membayangkan kelak kita harus menjadi seperti ini
Yang terpenting lakukan apa yang menjadi keinginanmu, maka itu akan
memberi jawaban
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih, atas rahmat dan karunia Tuhan Yesus Kristus, sehingga
skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran
dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Akuntansi
Keuangan Dasar 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma” dapat
terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
meraih gelar Sarjana Pendidikan.
Pembuatan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim M.Ed., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono S.Pd., M.Si. selaku Kaprodi Program Studi Pendidikan
Akuntansi dan sekaligus nara sumber yang telah memberikan ilmu dan izin untuk
melakukan melaksanakan ujian pendadaran.
4. Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. selaku pembimbing yang selalu memberikan
bimbingan dan ilmu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan ilmu
pengetahuan selama proses perkuliahan.
6. Buat kedua orang tuaku, Bapak Yustinus Sudarno dan Ibu Chaterina Sukesti, terima kasih
atas doa, perhatian, pengorbanan dan kasih sayang yang selama ini telah diberikan.
Saya akan membahagiankan kalian dengan bakti saya dan memberikan yang terbaik lagi
buat papa dan mama.
7. My brother Stevanus Subekti, Kakakku Ananto Wibowo, Eko Prasetyo, kalian adalah
saudaraku yang hebat.
8. Buat My Luv, Anien, meskipun terkadang selalu mz tinggalin, cuekin, dan hanya sedikit
waktu buat nemenin ndut, tapi mz selalu sayang ndut.
9. Buat konco-konco di kampus, Dion (ayo nonton sun gokong, hahahaaa..) Doni, Susi,
Erlian PBI, Pandu, Gambul, Jeno, Asmet (nongkrong di gubuk lagi yuk boy sambil ngisep
sisa, hahahaaa…), Astri, Dika, Sari, Wulan PAK 2005, Candra, Rini 2005, Densia 2005,
Rosa 2005, vivi 2005, Kermit, Gede 2005, Nana PBI, dan semua komunitas PAK A dan
PAK B yang belum saya sebutkan.
10.Buat konco-konco di koz tercinta HOLLYWOOD, Bram-Boy (Cappcuuccc….), Daniel
Slepp, Ajib (ngamar yoo..hahaa), Arep (Piye Bosss…), Sandy Kik jangan nyari-nyari
lg..hahaa, Jasman-J.Boy, Salvan, kak Berno, Bagus, Dimaz, Adi Atas, Adi Bawah,
Frengki, Goklas, Adit, Novan, Collin USA, Sigit, and Alit. thanks atas kebersamaanya
selama tinggal bersama.
11.Untuk Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini teman-teman Prodi
Pendidikan Akuntansi yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP METODE PENGAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR
MAHASISWA PADA MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN DASAR 1
Tri Kurniawan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1; (2) ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1. Populasi penelitian ini para mahasiswa angkatan 2006 dan 2007 Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma yang berjumlah 126 mahasiswa. Teknik analisis data adalah analisis chi square.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) tidak ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1 (χ2 hitung = 5,139 < χ2 tabel = 12,592); (2) tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1 (χ2 hitung = 5,317 < χ2 tabel = 9,488).
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION TOWARDS TEACHING METHOD
AND LEARNING MOTIVATION AND STUDENTS’ ACHIEVEMENT OF LEARNING TOWARDS
THE COURSE OF BASIC FINANCE ACCOUNTING
Tri Kurniawan Sanata Dharma University
Yogyakarta 2010
The aim of this research is to find out: (1) whether there is any relationship between
students’ perception towards teaching method and students’ achievement of learning towards
the course of basic finance accounting; (2) whether there is any realationship between
students’ perception towards learning motivation and students’ achievement of learning
towards the course of basic finance accounting. The population of this research were 126 students of the accounting departement, Faculty of Education, 2006-2007 Period Sanata Dharma University Yogyakarta. The method of gaining data was questionnaire which concluded inquiry of close question. The technique of analysing the data was chi square.
From the analysis, it can be concluded: (1) there is no relationship between students’
perception toward learning motivation and students’ achievement of learning towards accounting subject of basic finance accounting, (χ2calculate = 5,139 < χ2 table = 12,592); (2) there is no positive and significant relationship between motivation of learning and students’ achievement of learning towards accounting subject of basic finance accounting, ( χ2calculate = 5,317 < χ2 table = 9,488).
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABTRAK ... x
ABSTRACT... xi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... xii
BAB II. TINJAUAN TEORITIK ... 7
C. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 30
D. Pengajuan Hipotesis ... 31
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 33
1. Variabel Penelitian ... 33
2. Variabel Pengukuran... 33
1. Persepsi Metode Pengajaran... 46
2. Motivasi Belajar Mahasiswa ... 47
3. Prestasi Belajar Mahasiswa ... 48
C. Analisis Data ... 49
1. Uji Normalitas ... 49
2. Pengujian Linertitas ... 50
3. Pengujian Hipotesis ... 51
D. Pembahasan... 54
BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN ... 60
A. Kesimpulan ... 60
B. Keterbatasan ... 61
C. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 63
LAMPIRAN ... 65
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kuesioner Variabel Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran ... 34
Tabel 3.2 Kuesioner Variabel Motivasi Belajar ... 35
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode pengajaran ... 38
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar ... 39
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Intrumen ... 40
Tabel 3.6 Tingkat Keterandalan Variabel Penalitian ... 40
Tabel 3.7 Hasil Pengukuran Realibilitas ... 40
Tabel 3.8 Chi Square ... 45
Tabel 4.1 Sebaran Klasifikasi Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran ... 47
Tabel 4.2 Sebaran Klasifikasi Motivasi Belajar ... 48
Tabel 4.3 Deskriftif Prestasi Belajar ... 48
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Normalitas ... 49
Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Pengujian Linieritas ... 50
Tabel 4.6 Frekuensi yang Diperoleh dan Diharapkan ... 51
Tabel 4.7 Kontingensi ... 52
Tabel 4.8 Frekuensi yang Diperoleh dan Frekuensi Diharapkan ... 53
Tabel 4.9 Kontingensi ... 54
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I. Kuesioner... 66
Lampiran II. Validitas dan Reliabiliats ... 73
Lampiran III. Data Induk Penelitian ... 82
Lampiran IV. Distribusi Frekuensi ... 92
Lampiran V. Penilaian Acuan Patokan Tipe II ... 97
Lampiran VI. Pengujian Normalitas dan Linieritas ... 100
Lampiran VII. Uji Chi Square ... 104
Lampiran VIII. Daftar Tabel r, F dan Chi Square ... 111
46 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Salah satu unsur yang dapat membuat suatu bangsa maju dan berkembang adalah
sumber daya manusia. Sumber daya manusia ini biasanya disingkat dengan nama SDM.
Agar kemajuan suatu bangsa benar-benar efektif maka SDM yang dibutuhkan adalah
SDM yang handal. Kehandalan SDM ini dapat dilihat melaui segi kognitf, afektif, dan
psikomotorik. SDM haruslah memiliki penalaran (kognitif) yang baik dalam memandang suatu obyek. SDM juga harus memiliki budi pekerti (afektif) yang baik serta keterampilan
(psikomotorik) yang handal. Salah satu tempat yang dapat digunakan untuk memperoleh
kemampuan-kemampuan tersebut adalah sekolah dan perguruan tinggi. Tidak itu saja,
perguruan tinggi mengajarkan berbagai hal yang meningkatkan kualitas SDM.
Perguruan tinggi merupakan bagian dari pendidikan yang mendidik mahasiswa
didalam proses belajar mengajar agar nantinya dapat menjadi manusia yang berkualitas.
Oleh karena itu, kompetensi pengajar sangat diperlukan agar tercipta tujuan tersebut.
Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang pengajar adalah
kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar.
Kemampuan ini membekali pengajar dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
sebagai seorang pendidik. Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsungnya
interaksi antara pengajar dengan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai
proses, belajar dan mengajar memerlukan perencanaan yang seksama, yakni
mengkoordinasikan unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran, kegiatan belajar-mengajar,
metode dan alat bantu mengajar serta nilai dan evaluasi. Memilih metode mengajar bagi
seorang dosen, harus memperhatikan beberapa hal yaitu kesesuaian metode pengajaran
yang digunakan dengan tujuan dan bahan pengajaran; kesesuaian metode pengajaran yang
digunakan dengan kemampuan belajar mahasiswa; kemampuan dosen dalam
menggunakan metode tersebut; kesesuaian mengajar yang digunakan dengan fasilitas
yang tersedia di sekolah; kesesuaian mengajar yang digunakan dengan lingkungan
pendidikan. Namun kenyataannya, sering dijumpai pada mata kuliah Akuntansi
Keuangan Dasar I Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma, di
mana dalam proses belajar mengajar hanya menggunakan metode yang monoton.
Sehingga banyak mahasiswa yang susah mencerna materi yang disampaikan.
Melalui pengamatan selama beberapa pekan terakhir, seorang dosen
menggunakan metode pengajaran yang cocok dengan materi dapat membuat mahasiswa
memperhatikan materi yang akan diajarkan dosen. Misalkan saja metode yang digunakan
adalah dengan cara mengajar teman-teman sendiri. Di sini mahasiswa akan merasa bahwa
dia harus mendalami materi tersebut agar teman-teman yang lain menjadi mengerti
tentang materi tersebut. Jadi, sebagai seorang pengajar diharapkan selalu memberikan
metode-metode pengajaran yang memotivasi siswa untuk belajar. Walaupun ada
kelemahan dan kelebihan dari masing-masing metode, sebagai seorang pengajar harus
bisa membuat mahasiswanya termotivasi dalam belajar di kelas.
Selain metode pengajaran masih ada lagi komponen penting lain yakni motivasi
belajar. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku.
Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu
yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Sedangkan Motivasi timbul dari rangsangan
(stimulus) merupakan perubahan yang tampak pada adanya perbedaan afektif saat
munculnya motivasi dan saat usaha pencapaian yang diharapkan. Motivasi dalam
untuk mengadakan perubahan dari suatu keadaan yang diharapkan, dan usaha untuk
mencapai tujuan (David McCLelland et al dalam bukunya Dr. Hamzah B. Uno, M.pd.)
Motivasi belajar seseorang terjadi karena sikap kita terhadap sesuatu hal, dimana
kita akan merasa nyaman, tenang dan semangat dalam menjalaninya. Selain itu yang
mendukung timbulnya motivasi dalam diri seseorang, jika seseorang itu merasa bahwa
metode yang digunakan dosen dapat menumbuhkan sikap yang baik terhadap mata
kuliah. Biasa yang terjadi dengan metode dosen yang monoton motivasi belajar akan
sedikit berkurang. Misalnya ketika dosen mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I
menggunakan metode pengajaran di kelas dengan membuat situasi baru dikelas dan
sesuai dengan materi ajarnya maka mahasiswa pun akan muncul motivasi untuk belajar
dan mengikuti perkuliahan. Tetapi sebaliknya apabila pada saat hari yang berbeda dosen
menggunakan metode pengajaran yang sama pada hari sebelumnya motivasi belajar pada
mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I akan semakin berkurang.
Oleh karena itu pendekatan pengguaan metode pengajaran diperlukan untuk
membantu mahasiswa agar proses belajar didalam kelas dapat dengan mudah dicerna dan
dipahami.
Dari latar belakang singkat di atas, penulis akan melakukan analisis tentang ”Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran dan
Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Akuntansi
B. Batasan Masalah
Menyadari banyaknya masalah yang ada dalam usaha meningkatkan prestasi
belajar mahasiswa maka dalam penelitian ini membatasi untuk mengadakan analisis
mengenai faktor-faktor dari dalam dan dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi
peningkatan prestasi belajar. Faktor-faktor yang akan penulis analisis adalah persepsi
mahasiswa terhadap metode pengajaran dan motivasi belajar.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dengan
prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I?
2. Apakah ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada
mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I?
D. Masalah Penelitian
1. Apakah ada hubungan positif atau negatif antara persepsi mahasiswa terhadap metode
pengajaran dengan prestasi belajar pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I ?
2. Apakah ada hubungan positif atau negatif antara motivasi belajar dengan prestasi
belajar pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I ?
E.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode
pengajaran dengan prestasi belajar pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I ?
2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Penulis berharap dengan hasil penelitian ini dapat memberi dorongan mahasiswa
terutama dalam proses pencapain dan peningkatan prestasi belajar pada mata kuliah
Akuntansi Keuangan Dasar I.
2. Bagi Dosen
Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat menjadi masukan yang bermanfaat
bagi Universitas yang diteliti, khususnya bagi dosen dalam melaksanakan proses
belajar mengajar.
3. Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong pemikiran-pemikiran kritis dalam
bentuk penelitian-penelitian pengembangan sehingga dapat memberikan sumbangan
G. Sistematika Isi Skripsi
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang penelitian, batasan penelitian, rumusan
penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan
skripsi.
BAB II KAJIAN TEORITIK
Bab ini memuat hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap metode
pengajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa pada
mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I I.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini memuat tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian subyek
dan obyek penelitian, populasi, variabel penelitian dan pengukurannya, teknik
pengumpulan data, uji coba instrumen penelitian dan teknik analisis data.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat tentang penerapan metode yang digunakan hingga ditemukan
suatu hasil yang dapat dipertanggungjawabkan. Kemudian dari hasil tersebut
kita dapat suatu pembahasan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
46 BAB II
TINJAUAN TEORITIK A. Kajian Teoritik
Pada bagian ini menguraikan tentang pengertian belajar, persepsi, metode pengajaran,
motivasi belajar, dan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan
Dasar I. Selain itu, juga menjelaskan secara singkat tentang hubungan antara persepsi
metode pengajaran, motivasi belajar, dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah
Akuntansi Keuangan Dasar 1.
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hasil yang
dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan). Menurut Syah (1995 : 89) belajar
adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai dari sesuatu kerampilan yang telah dikembangkan dan dilakukan oleh mata
pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan tes atau angka nilai yang diberikan oleh
dosen atau pengajar. Muh Surya dan Muh Amin merumuskan faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar yaitu sebagai berikut:
a. Faktor internal
1) Faktor jasmaniah atau fisiologis baik yang bersifat bawaan atau yang diperoleh
dari perkembangan, terdiri atas pendengaran, struktur tubuh, penginderaan dan
sebagainya.
2) Faktor psikologis baik yang berasal dari bawaan atau yang diperoleh dari :
Faktor intelektif yaitu meliputi faktor potensial seperti kecerdasan, bakat dan
kecakapan nyata (prestasi yang dimiliki).
Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur pribadi tertentu seperti sikap, perasaan,
kebiasaan, minat, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.
Faktor kematangan yaitu fisik ataupun psikologis.
b. Faktor eksternal
1) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok.
2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian
3) Faktor lingkungan fisik yaitu fasilitas belajar, lingkungan dan sebagainya.
Jadi dapat disimpulkan motivasi berprestasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin
kelangsungan belajar demi hasil yang ingin dicapai dari sesuatu ketrampilan yang telah
dikembangkan.
Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.” Selanjutnya Winkel (1996:53) belajar adalah “suatu aktivitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan
nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.” Kemudian Hamalik
(1983:28) mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
pengalaman dan latihan.”
Kemampuan intelektual mahasiswa sangat menentukan keberhasilan mahasiswa
belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang
diperoleh mahasiswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar
yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan
belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus
mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan
yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila
tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Djamarah (1994:21) bahwa:”prestasi adalah hasil dari sebuah kegiatan yang
dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan
kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.”
Selanjutnya, yang dimaksud belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar
untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Fontana (dalam
Nasution, 1992:77) menyatakan bahwa “Belajar sebagai suatu perubahan yang terus
menerus terjadi dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.
Hal ini sejalan dengan pendapat Tirtaraharja (1981:32) mengemukakan
pendapatnya mengenai pengertian prestasi belajar: “Prestasi belajar ialah taraf
kemampuan aktual yang bersifat terukur berupa penguasaan ilmu pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dicapai siswa dari apa yang telah dipelajari di sekolah”.
Selanjutnya, Mappa (1977:2) mengemukakan bahwa “prestasi belajar ialah hasil
yang dicapai mahasiswa dari apa yang dicapai dalam hubungannya dengan bahan yang
telah dipelajari yang tampak dalam tingkah lakunya”.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,
karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari
tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan
pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun
dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan
dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar
yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang
dinyatakan dalam raport.”
Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu
bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang mahasiswa dalam melakukan
kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S.
Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang
dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila
memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan
prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam
ketiga kriteria tersebut.”
2. Pengertian Persepsi
Persepsi pada hakikatnya adalah pemahaman dialami oleh setiap orang dalam
memahami informasi tentang lingkungan baik lewat pendengaran, penglihatan,
penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci pemahaman persepsi adalah terletak
pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap
situasi (Miftah Thoha, 1983:138).
Persepsi dapat pula diartikan sebagai proses pemahaman yang terorganisir dan
menggabungkan data-data indera atau penginderaaan untuk dikembangkan sedemikian
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah
proses pemahaman, penerima, pengorganisasian, dan pengintepretasikan rangsang dari
lingkungan melalui panca indra, sehingga individu menyadari dan mengerti tentang
yang diinderakan.
Persepsi mahasiswa terhadap proses belajar mengajar sangat berpengaruh pada
prestasi belajar mereka, karena pengajar sangat dominan dalam menentukan
keberhasilan masing-masing mahasiswa. Profesionalitas guru dalam mengelola kelas
kunci utama dalam strategi belajar mengajar.
Pengajar hendaknya harus senantiasa mampu menimbulkan kedisiplinan dan
motivasi belajar dalam diri mahasiswa sehingga dicapai hasil belajar yang optinal.
Persepsi terhadap metode pengajaran adalah proses pemahaman, penerima.
Mengorganisasikan, dan menginterpretasikan apa yang didengar dan dilihat sehingga
mahasiswa mampu memberikan penilaian.
3. Metode Pengajaran
Secara umum dapatlah dirumuskan bahwa pengertian metode pengajaran adalah
kesatuan langkah kerja yang dikembangkan berdasarkan pertimbangan rasional
tertentu, masing-masing jenisnya bercorak khas, dan kesemuanya berguna untuk
mencapai tujuan pengajaran tertentu.
Metode pengajaran merupakan bagian intergral (tak terpisahkan dari sistem
pengajaran tertentu); cakupan sistem pengajaran dalam konteks ini menunjuk
pengertian yang sempit, yaitu suatu pelajaran atau kebulatan pengalaman belajar dalam
satuan waktu yang singkat ( misalnya: 1 s.d 7 jam pertemuan).
Suatu sistem pengajaran terdiri dari banyak unsur yang dalam kenyataannya saling
a. Hubungan metode pengajaran dalam tujuan pengajaran
Keseluruhan kerja sistem pengajaran yang menunjuk fungsi setiap unsur dan
pengorganisasian mengarah ke pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditetapkan
terlebih dahulu. Metode pengajaran adalah salah satu unsur dari sistem pengajaran
bahwa penentuan pengajaran menuntut dipilihnya metode yang relevan dalam
praktik pengajarannya misalnya:
- Tujuan pengajaran yang berupa ketrampilan melakukan suatu gerakan (O.R) dan
karya (Hasta karya) mesti dicapai lewat penggunaan demontrasi, tugas, dan
latihan kerja (praktikum).
- Tujuan pengajaran yang bersifat afektif (pembentukan nilai hidup serta sikap
sosial) mesti dicapai lewat langkah-langkah metodis tertentu, yaitu: pembiasaan
pertisipasi (memberikan kesempatan dan mengikutsertakan mahasiswa dalam
perbuatan yang baik) reflektif (membangun kemampuan mahasiswa untuk mawas
diri, membenahi diri sendiri atau mendidik diri sendiri).
Perlu juga ditegaskan sehubungan kerja sistem pengajaran bahwa antar
unsur pengajaran saling terkait, maka wajar apabila pada saat pengajar merumuskan
tujuan pengajaran sekaligus pengajar tersebut telah menyadari pula unsur-unsur
pengajaran yang lain secara simultan, dan kelancaran pengajaran dalam merancang
suatu pengajaran akan sangat ditopang oleh keluasan serta kedalaman penguasaan di
bidang metodologisnya.
b. Hubungan metode pengajaran dengan bahan pengajaran
Pertama-tama perlu ditegaskan lagi bahwa sistem pengajaran berkiblat pada
tujuan pengajaran bukan pada bahan pengajaran. Bahan pengajaran adalah obyek
pengajaran yang diinginkannya. Sifat bahan pengajaran dalam konteks pengajaran
tertentu banyak bervariasi, yaitu:
- Bahan pengajaran dapat tergolong sukar, cakupan taraf kesukarannya, dan
bahan yang mudah dikuasai mahasiswa.
- Bahan dapat tergolong abstrak (jauh dari jangkauan pengalaman nyata para
mahasiswa) dan bahan yang didukung oleh pengalaman hidup mahasiswa
sehari-hari.
- Bahan pengajaran ada yang berpola analisisnya jelas dan utuh sebagai cabang
ilmu (disiplin ilmu) tertentu dan bahan pengajaran yang bersifat kapita selekta
serta mementingkan nilai kegunaan.
- Bahan ada yang bersifat teoritis dan bersifat praktis.
- Bahan ada yang bersifat dasar dan yang bersifat pengembangan lebih lanjut
(dalam struktur kurikulum tertentu) dan
- Ada sejumlah bahan pengajaran yang berfungsi sebagai pengetahuan untuk
kepentingan belajar lebih lanjut, yaitu: bahasa, logika, kecakapan penelitian, dan
kecakapan komunikatif (baik lisan maupun tertulis).
Selain memperhitungkan jenis tujuan pengajaran, pengajar dalam memilih
metode pengajaran harus mempertimbangkan jenis atau sifat dari bahan pengajaran
yang akan didalami mahasiswa di bawah bimbingan pengajar misalnya bahan
cenderung sukar, abstrak, dan toritis mengharuskan pengajar untuk lebih bersifat
direktif dalam mengelola pengajarannya dengan menggunakan metode ceramah,
tanya jawab, dan demontrasi.
Jadi jelas bahwa pilihan metodologis perlu mempertimbangkan sifat bahan
pengajaran tertentu banyak dipengaruhi oleh keluasan serta kedalaman penguasaan
bahan pengajarannya.
c. Persyaratan-persyaratan yang harus ada (dipenuhi) agar metode pengajaran berfungsi
maksimal
Metode pengajaran saling berkaitan dan tergantung dengan unsur lain dalam
suatu sistem pengajaran tertentu. Unsur-unsur sistem pengajaran yang sangat erat
hubungannya dengan metode pengajaran adalah subjek didik dan fasilitas
penunjangnya.
Suatu metode pengajaran yang dipilih serta dipergunakan dalam praktik
pengajaran barulah akan membawa hasil yang maksimal jika
persyaratan-persyaratan yang mesti ada dan terstandar terpenuhi selama praktik pengajaran
tersebut.
Tolak ukur untuk melacak terpenuhi atau tidaknya persyaratan dalam
pemilihan serta penggunaan metode pengajaran tertentu dapat ditinjau dari
- Kondisi-situasi mahasiswa, apakah mahasiswa mampu berpartisipasi aktif dalam
penggunaan metode tertentu itu, minimal apakah mahasiswa dapat mengambil
manfaat bagi kepentingan belajarnya secara bermakna dalam pengajaran yang
menggunakan metode tertentu itu.
- Kondisi-situasi pengajar, apakah pengajar menguasai kompetensi (kecakapan
dasar) yang diperlukan untuk mengorganisir pengajaran yang menggunakan
metode tertentu itu, misalnya jika pengajar ingin menggunakan metode observasi
d. Jenis-Jenis Metode Pengajaran
1. Metode Ceramah
Ceramah adalah sebuah metode mengajar yang paling klasik, tetapi masih diakui
orang di mana-mana hingga sekarang. Metode ceramah ialah suatu cara
penyampaian atau penyajian bahan pelajaran dengan alat perantara berupa suara
atau dapat pula dikatakan, suatu cara penyampaian bahan pelajaran secara lisan.
Dalam hal ini guru biasanya memberikan uraian mengenai topik tertentu di tempat
tertentu dan dengan lokasi waktu tertentu.
a) Kebaikan atau keuntungan penggunaan metode ceramah :
1) Biaya murah sekali karena media yang digunakan hanyalah suara guru saja
2) Dapat menyajikan bahan pelajaran kepada sejumlah besar peserta didik
dalam waktu yang sama
3) Mudah mengulangnya kembali bila diperlukan
4) Ceramah atau uraian guru yang dibawakan dengan baik dapat menjadikan
pokok pembicaraan menjadi menarik
5) Metode ceramah memberikan kesempatan, pengalaman kepada peserta
didik untuk belajar mendengarkan suatu uraian secara lisan
6) Ceramah yang dipersiapkan dengan baik dan disajikan secara sistematis
dapat menghemat waktu belajar bagi peserta didik.
b) Kelemahan atau keburukan penggunaan metode ceramah :
1) Metode ceramah dapat menimbulkan verbalisme pada peserta didik
2) Peserta didik tidak memperoleh kesempatan berfikir melainkan hanya
mendengarkan dan mencatat saja
3) Besar sekali kemungkinan timbulnya salah paham dipihak peserta didik
4) Mendengarkan ceramah terus-menerus untuk waktu yang lama dapat
melelahkan dan membosankan peserta didik. Metode ceramah memiliki
kecenderungan untuk menjadikan guru sebagai buku pelajaran
5) Peserta didik tidak diberikan kesempatan lagi untuk berpartisipasi dalam
proses belajar
6) Metode ceramah tidak menyediakan sama sekali kesempatan bagi peserta
didik untuk belajar dan berbuat
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara untuk menyampaikan atau menyajikan
bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab oleh
peserta didik
Kebaikan atau keuntungan metode tanya jawab :
1. Pertanyaan yang membangkitkan minat sangat penting bagi peserta didik
dalam belajar
2. Pertanyaan ingatan yang meminta jawaban yang bersifat reproduktif dapat
memperkuat ingatan antara pertanyaan dengan jawaban
3. Pertanyaan pikiran yang meminta jawaban yang harus difikirkan,
menafsirkan, menganalisa dan menarik kesimpulan, dapat
mengembangkan cara-cara berfikir logis dan sistematis
4. Pertanyaan dapat mengurangi proses lupa karena jawaban yang diperoleh
atau dikemukakan diolah dalam suasana yang serius
5. Jawaban yang salah segera dapat dikoreksi
6. Pertanyaan merangsang peserta didik berfikir dan memusatkan perhatian
pada satu pokok perhatian
8. Pertanyaan fakta atau problem dapat mengalahkan belajar seperti yang
dituju oleh suatu mata pelajaran
b) Keburukan atau kelemahan metode tanya jawab :
1. Peserta didik dapat dicekam ketakutan atau panik selama tanya jawab
dilakukan
2. Tidak mungkin seluruh kelas dapat diberi giliran selama satu jam pelajaran
3. Apabila giliran pertanyaan diberikan menurut urutan tempat duduk, maka
peserta didik yang sudah mendapat giliran dan yang masih jauh dari
gilirannya tidak akan berfikir lagi atau belum ikut berfikir karena
gilirannya masih jauh atau sudah lewat. Jadi tidak seluruh kelas dapat ikut
berpartisipasi
4. Apabila ada beberapa peserta didik yang sudah tidak dapat memberikan
jawaban seperti yang diharapkan guru, maka itu sudah berarti terbuangnya
waktu yang tersedia untuk pertanyaan-pertanyaan selanjutnya
5. Pertanyaan ingatan yang meminta jawaban yang bersifat reproduktif dapat
mengembangkan kebiasaan jawaban yang bersifat mekanis (menjawab
tanpa dipikirkan lagi) atau jawaban yang bersifat verbalistis
6. Oleh karena jam pelajaran terbatas maka dari suatu pertanyaan pikiranpun
sukar diperoleh jawaban yang memuaskan
3. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu ketertarikan
pada satu topik atau pokok, pertanyaan atau problem di mana para peserta diskusi
dengan judul berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau
a) Kebaikan atau kelebihan metode diskusi :
1. Mendidik peserta didik untuk bertukar pikiran atau pendapat
2. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati
pembaharuan suatu problem bersama-sama
3. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh
penjelasan-penjelasan dari berbagai sudut pandang atau berbagai sumber
data
4. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk latihan berdiskusi di
bawah asuhan guru
5. Merangsang peserta didik untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri,
menyetujui ataupun menentang pendapat teman-temannya
6. Membina perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan
atau keputusan yang akan atau telah diambil
b) Keburukan atau kelemahan metode diskusi :
1. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi
2. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak
3. Biasanya tidak semua peserta didik secara berani menyatakan diri untuk
ikut mengemukakan pendapat
4. Pembicaraan dalam diskusi mungkin akan didominasi oleh peserta didik
yang berani dan telah biasa berbicara
5. Banyaknya peserta didik disuatu kelas juga akan mempengaruhi
kesempatan bagi murid untuk mengemukakan pendapatnya
4. Metode Tugas
Metode tugas adalah cara mengajar yang dicirikan oleh adanya kegiatan
perencanaan antara peserta didik dengan guru mengenai suatu persoalan atau
problem yang harus diselesaikan atau dikuasai oleh peserta didik dalam jangka
waktu tertentu yang disepakati bersama antara murid dan guru.
a) Kebaikan atau kelebihan metode tugas :
1. Tugas-tugas memiliki tujuan yang jelas
2. Tugas yang disesuaikan dengan perbedaan individual
3. Karena mamahami apa yang menjadi tugasnya, maka tugas menjadi
menarik minat
4. Memberikan tugas sama dengan memberikan pengalaman bekerja kepada
peserta didik
5. Memberikan tugas sesuai dengan pilihan peserta didik sama dengan
mendidik peserta didik untuk belajar bertanggung jawab
6. Hubungan antara peserta didik dengan guru tetap terpelihara dan bersifat
dua arah
b) Keburukan atau kelemahan metode tugas :
1. Pemberian tugas menyebabkan pindahnya kegiatan peserta didik dari
sekolah ke rumah
2. Sulit sekali bagi guru untuk mengawasi tugas-tugas yang dilakukan di luar
kelas sehabis pelajaran usai
3. Terlampau sulit untuk menyesuaikan tugas dengan perbedaan individu
peserta didik
4. Persaingan tidak sehat dapat saja muncul diantara murid dengan peserta
5. Peserta didik yang cerdas, aktif akan maju dengan pesat dalam pelajaran,
tetapi peserta didik yang kurang akan makin tertinggal
6. Di dalam situasi pendidikan dan sosial ekonomi di mana perlengkapan
alat-alat pengajaran sangat kurang atau sukar diperoleh, metode tugas tidak
akan dapat dilaksanakan dengan sempurna
5. Metode Sosiodrama atau Bermain Peran
Metode sosiodrama atau bermain peran adalah suatu metode mengajar di mana
guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan
memainkan peran tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat
(sosial).
a) Kebaikan atau kelebihan metode sosiodrama :
1. Peserta didik belajar atau dididik untuk memecahkan suatu problem sosial
menurut pendapatnya sendiri
2. Memperkaya peserta didik dalam berbagai pengalaman situasi sosial yang
bersifat problematik
3. Memperkaya pengetahuan dan pengalaman semua peserta didik mengenai
cara menghadapi dan memecahkan suatu problem sosial yang diperoleh
dari hasil diskusi
4. Peserta didik yang memainkan peranan memperoleh kesempatan untuk
belajar mengekspresikan penghayatan mereka mengenai suatu problem di
depan orang banyak
5. Menanamkan dan memupuk keberanian untuk tampil di depan umum atau
orang banyak tanpa kehilangan keseimbangan pribadi
b) Keburukan atau kelemahan metode sosiodrama:
1. Rasa malu yang timbul karena ditonton oleh orang lain dan rasa takut
dalam mengambil keputusan akan menghambat bagi kewajaran bertingkah
laku selama memainkan suatu lakon
2. Kekurangan dalam pengalaman menghadapi situasi-situasi sosial yang
berisi problem-problem dapat menimbulkan sikap ragu-ragu dalam
menentukan langkah atau tindakan atau keputusan yang harus dilakukan
3. Keterbatasan waktu yang disediakan untuk memainkan suatu peranan tidak
akan memberikan kesempatan yang cukup kepada para pemeran untuk
menentukan langkah-langkahnya yang wajar
Jadi dapat disimpulkan definisi sikap mahasiswa terhadap metode mengajar
adalah kecenderungan yang relatif menatap untuk bereaksi dengan cara baik atau
buruk terhadap cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kependidikan,
khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada peserta didik.
4. Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata Inggris Motivation yang berarti dorongan,
pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti
mendorong, menyebabkan, dan merangsang. Motive sendiri berarti alasan, sebab,
dan daya penggerak (Echols,1984, dalam bukunya Drs. Ali Impron, M.Pd). Motif
adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk
melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan
adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas-aktifitas
tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu pula.
Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar, yaitu
motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri mahasiswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan
(Winskel, 1987. Dalam bukunya Drs. Ali Impron, M.Pd).
Motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan
(T.Hani Handoko, 1984 : 248)”.
Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman (1992:77)
mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan mahasiswa untuk melakukan
sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”
Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah,
semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi
mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Mahasiswa
yang mempunyai motivasi tinggi sangat sedikit yang tertinggal belajarnya dan
sangat sedikit pula kesalahan dalam belajarnya (Palardi,1975. Dalam bukunya Drs.
Ali Impron, M.Pd).
Sadirman (1986) mengemukakan bahwa ciri-ciri motivasi yang ada pada diri
sesorang adalah: tekun dalam menghadapi tugas menerus dalam waktu lama; ulet
menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa, tidak cepat puas atas prestasi
yang diperoleh; menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam
tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin; dapat mempertahankan pendapatnya;
tidak mudah melepas apa yang diyakini; senang mencari dan memecahkan
masalah.
b. Pentingnya Motivasi
Secara konseptual motivasi berkaitan erat dengan prestasi perolehan belajar.
Pembelajar yang tinggi motivasi, umumnya baik perolehan belajar. Sebaliknya,
pembelajar yang rendah motivasinya, rendah pula perolehan belajarnya. Banyak
riset yang membuktikan bahwa motivasi dalam belajar berhubungan dengan
tingginya prestasi belajar. Salah satu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
mahasiswa yang mempunyai motivasi berprestasi umumnya juga mempunyai
prestasi yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, motivasi belajar sangat urgen dalam peningkatan perolehan
belajar. Dalam khasanah keperpustakaan kependidikan, motivasi sering disebut
secara berulang sebagai variabel yang banyak menentukan perolehan belajar.
c. Motivasi Yang Bersumber Dari Kebutuhan
Menurut teori kebutuhan, setiap manusia bertindak senantiasa didorong
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan (needs) tertentu. Menurut Maslow, jika
kebutuhan yang lebih rendah tingkatannya telah dapat dipenuhi, maka kebutuhan
yang berada di tingkatan atasannya akan muncul dan minta dipenuhi.
Kebutuhan-kebutuhan yang menurut pemenuhan tersebut dipandang sebagai motivator aktif.
Sementara kebutuhan ditingkat atasnya menjadi strongest need.
Kebutuhan-kebutuhan menurut maslow ada lima diantaranya adalah:
kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan dan rasa terjamin. Kebutuhan sosial,
terpenuhi. Sebab, kebutuhan yang telah lama tidak terpenuhi, tidak dapat menjadi
active motivator.
1. Kebutuhan fisiologis
Yang dimaksud kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan akan makan dan minum,
pakaian, dan tempat tinggal. Termasuk dalam kebutuhan fisiologis ini adalah
kebutuhan biologis seperti seks.
2. Kebutuhan rasa aman dan terjamin
Yang dimaksud rasa aman di sini tidak saja secara fisik, tetapi juga secara psikis
atau mental. Aman secara fisik misalnya saja terhindar dari gangguan
kriminalitas, teror, gangguan binatang buas, gangguan orang lain, gangguan dari
banguan dan tempat yang tidak aman. Aman secara psikhis misalnya, tidak
banyak kena marah, tidak banyak kena damprat, tidak dimutasikan
sembarangan, tidak mudah didemosikan (penurunan pangkat), tidak banyak
diejek, tidak direndahkan harga dirinya dan sebagainya.
3. Kebutuhan sosial
Kebutuhan sosial ini erat kaitannya dengan kedudukan manusia yang sebagai
makluk sosial itu. Kebutuhan sosial ini mengandung arti bahwa ia harus juga
diterima oleh orang lain. Kebutuhan sosial ini sangat penting artinya buat
mereka yang sedang belajar.
4. Kebutuhan ego
Kebutuhan ego adalah kelanjutan dari kebutuhan sosial. Ia ingin prestise dan
berprestasi. Oleh karena itu, ia membutuhkan kepercayaan dan tangung jawab
Jika kebutuhan ini diterapkan dalam belajar dan pembelajaran, maka pembelajar
haruslah diberikan banyak tugas-tugas yang menantang tetapi masih dalam
kerangka kemampuan dirinya.
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Yang dimaksud dengan kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan untuk
membuktikan dirinya dan menunjukkan dirinya kepada orang lain.pemenuhan
kebutuhan tingkat tinggi ini membutuhkan suasana yang konduktif dari
lingkungan, sehingga seseorang dapat bebas mengaktualisasikan dirinya.
Selain maslow, ada seorang tokoh yang mengemukan motivasi dari sudut tinjau
yang berbeda, yaitu Fredeirck Hezberg. Hezberg menemani teorinya dengan
Hygiene Theory. Menurut Hezberg, ada faktor-faktor yang manakala terpenuhi
bisa menjadi motivator, sebaliknya ada beberapa faktor yang jika terpenuhi bisa
berfungsi sebagai penyehat.
d. Upaya Meningkatkan Motivasi
Motivasi belajar senantiasa bergelombang. Ada kalanya bergerak naik dan
ada kalanya bergerak turun. Tidak jarang, motivasi belajar hanya mendatar saja.
Oleh karena demikian ”watak” motivasi tersebut, maka diperlukan upaya untuk
peningkatannya. Dengan demikian, motivasi belajar yang dipunyai oleh
pembelajar bisa cenderung naik dan atau minimal menetap.
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh pengajar guna
meningkatkan motivasi belajar pembelajar, yaitu:
1. Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar
Ada beberapa prinsip yang harus dipedomani dalam belajar. Prinsip tersebut
adalah :
b. Prinsip keaktifan belajar
c. Prinsip keterlibatan langsung pembelajaran
e. Prinsip pengulangan belajar
f. Prinsip sifat perangsang dan menantang dari materi yang dipelajari
g. Prinsip pemberian balikan dan penguatan dalam belajar
h. Prinsip perbedaan inidividu antar kelompok
Ada dua cara dalam mengoptimalkan prinsip belajar. Pertama
menyusun strategi-strategi sehingga prinsip-prinsip tersebut dapat diterapkan
secara optimal. Strategi di sini, dapat digali dari pandangan-pandangan dan
penemuan-penemuan teoritik dan dapat pula digali dari kiat guru sendiri.
Kedua, menjauhkan kontrain-konstrain (kendala-kendala) yang ditemui
dalam mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar.
2. Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran
Mengingat unsur-unsur belajar/pembelajaran dapat mempengaruhi
motivasi, maka ia perlu dioptimalkan penerapannya. Pengoptimalan demikian
ini perlu dilakukan, agar motivasi belajar siswa juga optimal. Padahal,
keoptimalan motivasi belajar juga berhubungan dengan keoptimalan perolehan
belajar.
Bagimana mengoptimalkan unsur-unsur dinamis dalam belajar/
pembelajaran? Pertama, menyediakan secara kreatif berbagai unsur belajar
pembelajaran tersebut dalam setting belajar pembelajaran. Penyediaan secara
kreatif ini perlu dilakukan, karena umumnya ketika tidak ada pengajar hanya
menerima kondisi tersebut apa adanya. Sebagai contoh, peralatan pengajaran
yang mungkin tidak tersedia, atau tak terjangkau, dapat disediakan dengan
Kedua, memanfaatkan sumber-sumber di luar pengajaran sehingga
keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki dapat ditangulangi.
3. Mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman/kemampuan telah dimiliki dalam
belajar
Setiap pembelajar mempunyai kemampuan dan
pengalaman-pengalaman tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Kemampuan dan pengalaman yang berbeda demikian ini hendaknya tidak
justru menjadi kendala dalam aktifitas belajarnya. Kemampuan/pengalaman
masa lalu bisa didapatkan oleh pembelajar melalui aktifitas belajar, dan bisa
juga didapatkan oleh pembelajar melalui aktifitas lain atau aktifitas non
belajar. Dick dan Carry (1981) menyebut pengalaman dan kemampuan demikian dengan entry behavior.
4. Mengembangkan cita-cita/aspirasi dalam belajar
Cita-cita adalah sesuatu yang dikejar oleh seseorang.
Kegiatan-kegiatan seseorang, utamanya Kegiatan-kegiatan belajar, lebih banyak teraksentuasi
pada pengajaran dan atau pencapaian cita-cita atau aspirasi tersebut. Maka dari
itu, cita-cita/aspirasi harus senantiasa dikembangkan dalam pembelajaran.
e. Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi 1. Kondisi lingkungan belajar
Kondisi lingkungan belajar menentukan motivasi belajar mahasiswa,
selain faktor individu juga faktor lingkungan, lebih-lebih lingkungan belajar.
Sebab, individu secara sadar ataukah tidak, senantiasa tersosialisasi oleh
lingkungannya. Lingkungan belajar ini meliputi lingkungan fisik dan
Yang dimaksud lingkungan fisik adalah tempat di mana pembelajar
tersebut belajar. Apakah tempat belajarnya nyaman ataukah tidak, apakah
tempat belajarnya segar ataukah sedap. Demikian juga tempat yang
amburadul, tidak memberikan gairah bagi belajar seseorang. Sebaliknya
tempat yang telatur, yang rapi, mendorong seseorang bergairah belajar.
Tempat belajar yang bising oleh suara bisa mengganggu belajar seseorang,
sebaliknya tempat belajar yang tenang bisa menimbulkan gairah belajar.
Jelaslah lingkungan fisik berpengaruh terhadap motivasi belajar.
Yang dimaksud dengan lingkungan sosial adalah suatu lingkungan
seseorang dalam kaitannya dengan orang lain. Lingkungan sosial ini bisa
berupa lingkungan permainan, lingkungan sebaya, kelompok belajar.
Sungguhpun faktor pribadi seseorang lebih menentukan terhadap diri sendiri,
haruslah diakui bahwa kelompok belajar, lingkungan sebaya dan lingkungan
sepermainan ini juga menentukan motivasi belajar seseorang. Sebagai contoh,
jika dalam lingkungan sosial seseorang tidak terbiasa dengan aktifitas belajar,
sebutlah belajar belum membudaya, maka bukan budaya belajar itu yang
dikembangkan oleh seseorang melainkan budaya lain.
2. Upaya pengajar membelajarkan pembelajar
Upaya pengajar dalam membelajarkan pembelajar juga berpengaruh
terhadap motivasi belajar. Pengajar yang tinggi gairahnya dalam
membelajarkan pembelajar, menjadikan pembelajar juga bergairah belajar.
Pengajar yang sungguh-sungguh dalam membelajarkan pembelajar,
menjadikan tingganya motivasi belajar pembelajar. Pada pengajar yang
demikian, umumnya mempersiapkan diri dengan matang dan senantiasa
yang diberikan tersebut menarik, terbaik dan mungkin terbaru maka tingkat
aktualisasinya sangat tinggi di mata pembelajar. Sebagai akibatnya, hal-hal
yang disajikan oleh pengajar menjadi menarik dimata pembelajar. Menariknya
hal-hal yang diberikan ini bisa menjadikan tingginya motivasi pembelajar.
B. Kerangka Teoritik
Dalam hubungannya antara variabel bebas dengan variabel terikat baik secara
masing-masing maupun secara bersama-sama maka penulis mengajukan penelaahan berupa
kerangka teoritik sebagai berikut:
1. Hubungan antara Persepsi Metode pengajaran dengan Prestasi Belajar Mahasiswa.
Persepsi mahasiswa tentang metode pengajaran adalah suatu penilaian dan pemberian tanggapan yang dilakukan oleh mahasiswa mengenai cara-cara mengajar
yang digunakan oleh pengajar.
Metode pengajaran yang digunakan oleh seorang guru sangat mempengaruhi
tingkat prestasi belajar mata kuliah akuntansi keuangan dasar I. Metode pengajaran
akan mengurangi kebosanan mahasiswa dalam proses belajar mengajar. Metode
pengajaran yang dilakukan oleh pengajar banyak sekali komponennya dan jika
dilakukan dengan sungguh-sungguh akan sangat menarik sehingga dapat
mempertahankan mahasiswa bisa belajar didalam kelas. Metode pengajaran jika
dilakukan dengan tepat dan digunakan pada kondisi yang tepat akan mempengaruhi
prestasi belajar mahasiswa.
Dengan demikian, mahasiswa akan berusaha melakukan usaha yang optimal.
Usaha yang optimal ini pada umumnya akan menghasilkan hasil yang optimal juga.
serta mata pelajaran yang ingin disampaikan sehingga mahasiswa tidak akan merasa
jenuh dalam mengikuti pelajaran. Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
ada hubungan yang positif antara metode pengajaran dengan prestasi belajar
mahasiswa.
2. Hubungan antara Persepsi Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Secara konseptual, motivasi berkaitan dengan prestasi atau perolehan belajar.
Seorang mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi, akan memperoleh
hasil belajar yang tinggi pula. Sebaliknya, pembelajar yang rendah motivasinya,
rendah pula perolehan belajarnya. Salah satu hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa mahasiswa mempunyai motivasi berprestasi umumnya juga mempunyai
prestasi lebih tinggi ( Ali Imron, 1996:89).
C. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Djumiati dengan judul penelitian “Hubungan
Antara Kemampuan Dosen dan Kegiatan Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar
Mahasiswa Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Medan. Kegiatan pembelajaran
belum menerapkan pilar learning to know, learning to do, learning to live together dan
learning to be. Prestasi belajar mahasiswa masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara kemampuan dosen dan kegiatan pembelajaran dengan 24
prestasi belajar mahasiswa tahun ajaran 2003/2004. Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa kemampuan dosen, kegiatan pembelajaran dengan prestasi belajar
mahasiswa Jurusan Kebidanan Kesehatan Poltekkes Medan menunjukkan hubungan
positif dan signifikan dengan prestasi belajar mahasiswa. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberi masukan bermanfaat bagi dosen, mahasiswa, Ketua Jurusan/Ka. Prodi
Pusdiknakes dan Kepala PPSDM dalam kebijakan pengembangan kemampuan dosen
dan kualitas pembelajaran.
Hasil penelitian Tri Handayani (2003), menemukan bahwa anggapan siswa
terhadap profesionalisme guru dan motivasi belajar siswa mempunyai pengaruh positif
terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini menuntut untuk meningkatkan profesionalisme
guru dengan menempatkan guru sesuai dengan bidang keahliannya dan guru dituntut
mampu menciptakan situasi belajar yang konduktif dengan mendorong motivasi belajar
siswa sehingga prestasi belajar siswa menjadi lebih tinggi.
Hasil penelitian oleh Noviati Dwi Mumpuni (2004) menemukan bahwa persepsi
siswa tentang gaya mengajar guru sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Selain itu, motivasi belajar siswa juga sangat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.
Semakin motivasi belajarnya maka semakin tinggi pula prestasi belajarnya.
D. Pengajuan Hipotesis
Dari kajian hasil yang relevan yang diatas maka penulis mengajukan hipotesis sebagai
berikut:
1. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar
mahasiswa.
2. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar siswa dengan prestasi
belajar akuntansi
3. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang variasi gaya
46 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan berupa studi kasus, yaitu penelitian terhadap
subyek tertentu dengan cara mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan subyek
penelitian dan kesimpulan hanya berlaku pada tempat yang diteliti dan tidak berlaku bagi
obyek penelitian yang lain. Penelitian ini terbatas pada obyek tertentu saja yaitu pada
Universitas Sanata Dharma khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi
Tahun Angkatan 2006-2007 sebagai responden. Secara khusus yang akan diteliti dari
responden adalah persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dan motivasi belajar
dengan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian akan dilakukan di Program Studi Pendidikan Akuntansi Tahun
Angkatan 2006 dan 2007 di Universitas Sanata Dharma.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2009
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek penelitian adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah
mendapatkan Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Dasar I
2. Obyek penelitian adalah prestasi belajar mahasiswa
D. Populasi
Populasi adalah kumpulan yang lengkap dari seluruh elemen yang sejenis akan
tetapi dapat dibedakan satu sama lain yang disebabkan karena adanya karakteristis yang
berlainan, populasi juga disebut sebagai keseluruhan subyek penelitian. Populasi
penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi (PAK)
Tahun Angkatan 2006 dan 2007 sebanyak 126 mahasiswa.
E. Variabel Penelitian 1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yakni dua variabel bebas
(Independen Variabel), yang meliputi persepsi mahasiswa terhadap metode
pengajaran (X1), motivasi belajar (X2). Dan satu variabel terikat (Dependent
Variabel) adalah prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah Akuntansi Keuangan
Dasar I (Y).
2. Pengukuran Variabel
Setiap variabel yang akan dianalisis perlu diukur dengan cara mengukur
masing-masing variabel. Maka pengukuran variabel penelitian yang penulis lakukan
adalah:
a. Variabel Bebas
Data mengenai persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dan
motivasi belajar mahasiswa diperoleh melalui jawaban kuesioner yang berupa
daftar pertanyaan dan pernyataan. Jumlah item pertanyaan variabel persepsi
mahasiswa terhadap metode pengajaran dosen sebanyak 15 item merupakan
pertanyaan yang disusun sendiri oleh peneliti dimana 15 item valid dan Jumlah
diambil dari Yohana Dwi Ningrum dan sisanya sebanyak 10 item pertanyaan
disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner yang digunakan berbentuk pertanyaan
dan pernyataan tertulis dimana responden hanya memilih jawaban yang telah
tersedia dan kuesioner ini dibagikan kepada mahasiswa.
Setiap variabel penelitian yang akan dianalisis perlu diukur dengan cara
mengukur masing-masing. Maka pengukuran variabel yang penulis lakukan
adalah:
1. Pengukuran variabel persepsi metode pengajaran menggunakan pernyataan
yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak
Setuju (STS).
Berikut kisi-kisi kuesioner untuk variabel persepsi mahasiswa terhadap metode pengajaran dosen :
Tabel 3.1
Operasional Variabel Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Pengajaran
No Indikator Item Positif Item Negatif
1 Metode Ceramah 1,2,3
2 Metode Diskusi 8 7
3 Metode Tugas 9, 10
4 Metode Tanya Jawab 4,5, 6
5 Metode Sosiodrama 11,12,,13, 15 14
Masing-masing pernyataan selanjutnya dinyatakan dalam 4 skala pendapat