• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

37 BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Uraian Umum

Dalam bab ini akan membahas mengenai perhitungan terkait dengan kebutuhan air baku yang dibutuhkan oleh warga penghuni rusunawa. Selanjutnya menuju ke analisis terhadap data curah hujan, dalam hal ini akan mehitung rata- rata curah hujan kemudian menuju perhitungan untuk mendapatkan nilai probabilias terjadinya hujan andalan. Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan ketersedian air dan kapasitas dari penampung air hujan, untuk perhitungan akan menyesuaikan terhadap kondisi musim kemarau dan juga musim hujan sehingga suplai yang nantinya ditampung saat musim hujan aka nada sebagian yang ditampung juga agar dapat menutupi kekurangan air sehingga nantinya untuk neraca suplay dengan demand akan menjadi seimbang dan akan didapatkan nilai dari kapasitas tangki yang sesuai. Selanjutnya menuju perhitungan neraca air pada gedung rusunawa. Kemudian menuju perhitungan dimensi untuk talang dan juga pipa. Dilanjutkan dengan desain dari tangki penampung air hujan. Dan yang terakhir terkait dengan perhitungan untuk rencana anggaran biayanya.

Penelitian studi ini mengambil lokasi di Rusunawa Kyai Mojo Jobokuto Jepara. Rusunawa tersebut dihuni oleh 99 kepala keluarga dengan jumlah 4 orang tiap kepala keluarga, sehingga diasumsikan terdapat 396 orang. Dengan cara menganalisis pemanfaatan untuk air hujan maka diharapkan dapat mengatasi permasalahan terkait dengan kekurangan air yang diderita penghuni rusunawa tersebut sehingga tidak bergantung kepada suplai air yang diberikan oleh pihak PDAM. Untuk perhitungan terhadap curah hujan digunakan data dari stasiun yang terdekat dan satu kecamatan dengan lokasi penelitian yaitu pada Kecamatan Jepara, data yang digunakan adalah data curah hujan pada 10 tahun terakhir yaitu pada tahun 2010 hingga 2019.

(2)

38 4.2 Perhitungan Kebutuhan Air Baku

Kebutuhan air baku untuk sebuah bangunan didasarkan pada banyaknya penghuni serta pada jenis dari fungsi bangunan itu sendiri. Bedasarkan hasil dari kajian Puslitbang Pemukiman Dep.Kimpraswil 2000 untuk penggunaan air bagi bangunan rumah susun adalah 100 liter perorang perharinya. Untuk perhitungan kebutuhan air baku diperoleh dari perhitungan di bawah ini :

1. Tingkat ketersedian kamar

Tingkat ketersedian kamar = 100% x total jumlah kamar

= 100% x 99

= 99 kamar 2. Kebutuhan air baku perhari

Kebutuhan air baku perhari = kamar x kebutuhan air baku rata-rata x 4 = 99 x 100 lt/hari x 4

= 39600 lt/hari = 39,6 m3/hari

(3)

39 4.3 Analisis Suplai Air Hujan

Data curah hujan yang digunakan adalah data 10 tahun terakhir, yaitu pada tahun 2010 hingga 2019, data yang digunakan adalah pada stasiun di Kecamatan Jepara.

Tabel 4.1 Data Curah Hujan Menurut Bulan di Kecamatan Jepara pada Tahun 2010-2019

Tahun

Bulan / Month

(mm/bulan) Jumlah

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

2010 413 255 179 110 57 73 76 44 100 137 135 135 1714

2011 275 207 245 58 18 0 0 0 0 20 115 444 1382

2012 280 193 90 90 0 0 0 0 0 26 62 307 1048

2013 406 296 175 175 111 79 26 0 0 30 22 308 1628

2014 813 181 174 94 55 7 0 0 0 0 120 351 1795

2015 293 398 210 133 45 0 0 0 0 0 115 572 1766

2016 345 765 239 170 89 125 17 4 80 97 344 398 2673

2017 728 442 417 248 10 107 50 0 102 264 264 330 2962

2018 383 833 270 100 2 28 0 0 3 50 145 213 2027

2019 728 352 287 141 96 0 0 0 0 0 78 165 1847

Sumber : Data Badan Pusat Statistik Jepara

(4)

40 Untuk mempermudah dalam perhitungan curah hujan andalan maka data curah hujan bulanan pada Tabel 4.1 akan di rekap menjadi data curah hujan total pertahunnya seperti pada Tabel 4.2 dibawah ini :

Tabel 4.2 Data Hujan Total Stasiun Hujan Kec.Jepara

No Tahun

Hujan Total Pertahun (mm/tahun)

1 2010 1714

2 2011 1382

3 2012 1048

4 2013 1628

5 2014 1795

6 2015 1766

7 2016 2673

8 2017 2962

9 2018 2027

10 2019 1847

Sumber : Badan Pusat Statistik Jepara 2010-2019

Dari data hujan total yang sudah direkap menjadi pertahun tersebut maka akan dapat digunakan dalam perhitungan volume penampungan dengan menggunakan perhitungan keseimbangan antara ketersediaan air hujan dengan kebutuhan air untuk bangunan rusunawa tersebut.

Data curah hujan bulanan yang baru tersebut diperoleh dari perhitungan hujan andalan. Hujan andalan ialah besarnya curah hujan bulanan yang terjadi diperiode waktu tertentu yang nilai dari peluang terjadinya mendekati 80%.

Perhitungan untuk hujan andalan ini didapatkan dengan pengolahan data curah hujan bulanan yang tersedia dengan mengurutkan peringkat data curah hujan dengan didasarkan besar curah hujan rata-rata bulanan. Perhitungan untuk peluang masing-masing digunakan persamaan 2.2

(5)

41 Contoh perhitungan untuk mendapatkan probabilitas terjadinya hujan andalan untuk urutan yang nomer 1 (satu) sebagai berikut :

P % = 100% 9,09%

) 1 10 (

% 1 100 1) .

(n  =

 

= +



 

+ x

m

Perhitungan selanjutnya untuk curah hujan andalan pada stasiun Jepara adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Perhitungan Curah Hujan Andalan Untuk Stasiun Hujan Kec.Jepara

Tahun

Hujan Total Pertahun (mm/tahun)

Urutan

Andalan

(%) Tahun No.

Curah Hujan (mm/tahun)

2010 1714 1 2962 9,09 2017

2011 1382 2 2673 18,18 2016

2012 1048 3 2027 27,27 2018

2013 1628 4 1847 36,36 2019

2014 1795 5 1795 45,45 2014

2015 1766 6 1766 54,54 2015

2016 2673 7 1714 63,63 2010

2017 2962 8 1628 72,72 2013

2018 2027 9 1382 81,81 2011

2019 1847 10 1048 90,9 2012

Sumber : Analisa Peneliti

Setelah menentukan peluang dari hujan andalan maka diambilah nilai peluang yang mendekati 80% yaitu pada tahun 2011,2012, dan 2013. Dari data hujan tersebut maka akan ditentukan rerata dari data hujan yang ada. Hasil dari rerata data curah hujan untuk ke tiga tahun tersebut adalah sebagai berikut :

(6)

42 Tabel 4.4 Curah Hujan Rerata Stasiun Hujan Kec. Jepara

Tahun

Bulan

Jan Feb Mar April Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des 2011 275 207 245 58 18 0 0 0 0 20 115 444

2012 280 193 90 90 0 0 0 0 0 26 62 307

2013 406 296 175 175 111 79 26 0 0 30 22 308 CH

rerata 320 232 170 108 43 26 9 0 0 25 66 353

Sumber : Analisa Peneliti

Contoh perhitungan dari curah hujan rerata untuk bulan Januari adalah sebagai berikut :

Curah Hujan rerata = Curah Hujan Bulanan n

3

406 280 275+ +

=

= 320,33 mm/bulan

Dari Tabel 4.4 diatas terlihat adanya kemungkinan kekurangan air yaitu ketika musim kemarau saat bulan Juni hingga Oktober karena tingkat curah hujan yang rendah dan bahkan hingga mencapi 0 mm/bulan. Dengan keadaan tersebut maka akan sangat berpengaruh terhadap ketersediaan dari air hujan sehingga tangki penampung mungkin saja akan mengalami kekosongan selama 3-4 bulan sehingga warga Rusunawa terpaksa mencari sumber air yang lain.

Dengan adanya perhitungan curah hujan andalan maka akan dapat menghitung nilai dari volume suplai air hujan yang dapat ditampung untuk setiap bulannya. Pada perhitungan suplai air hujan maka akan dibutuhkan luas dari atap bangunan tersebut dan kemudian digunakan rumus persamaan 2.5 untuk perhitungan suplai air hujan.

• Luas atap : 1.086,78 m2

• Penutup Atap : Atap genteng metal

• Koefisien Runoff : 0,75 (Tabel 2.4)

(7)

43

• Contoh perhitungan untuk bulan Januari : Volume air tertampung = R x A x k

= (320 x 10-3) x 1.086,78 x 0,75

= 261,10 m3/bulan

Tabel 4.5 Volume Ketersediaan Air Hujan

Bulan

Curah Hujan Andalan

80%

(mm/bulan)

Volume Ketersediaan

Air Hujan (m3/bulan)

Januari 320 261,10

Febuari 232 189,10

Maret 170 138,56

April 108 87,76

Mei 43 35,05

Juni 26 21,46

Juli 9 7,07

Agustus 0 0

September 0 0

Oktober 25 20,65

November 66 54,06

Desember 353 287,73

Sumber : Analisa Peneliti

4.4 Perbandingan Suplai Air Hujan dan Kebutuhan Air Baku

Untuk mengetahui nilai dari perbandingan antara suplai air hujan terhadap kebutuhan air baku maka dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini. Berikut ini adalah data dan contoh perhitungan yang perlu dilakukan untuk mengisi Tabel 4.6 pada bulan Januari.

• Curah hujan andalan 80%

(8)

44

= 320 mm/bulan (Hasil analisis peneliti pada Tabel 4.4)

• Volume ketersediaan air hujan

= 261,10m3/bulan(Hasil analisis peneliti pada Tabel 4.5)

• Kebutuhan air baku bulanan

= jumlah hari dalam satu bulan x kebutuhan air baku perhari

= 31 x 39,6 m3/hari

= 1.227, 6 m3/bulan

• Kekurangan kebutuhan air baku

= Kebutuhan air baku bulanan –volume ketersediaan air hujan

= 1.227, 6 m3/bulan - 261,10m3/bulan

=966,5 m3/bulan

• Presentase kebutuhan air baku yang mampu terpenuhi

= Volume ketersediaan air hujan kebutuhan air baku bulanan x 100

= 261,10 m3/bulan 1.227,6 m3/bulanx 100

= 21,27 %

Tabel 4.6 Perbandingan Suplai Air Hujan dengan Kebutuhan Air Baku

Bulan

Curah Hujan Andalan

80%

(mm/bulan)

Volume Ketersedia

an Air Hujan (m3/bulan)

Kebutuhan Air Baku (m3/bulan)

Kekurangan Kebutuhan

Air Baku (m3/bulan)

Presentase Kebutuhan Air Baku yang Bisa Terpenuhi

(%)

Januari 320 261,1 1.227,60 966,5 21,27

Febuari 232 189,1 1.108,80 919,7 17,05

Maret 170 138,56 1.227,60 1.089,04 11,28

April 108 87,76 1.118 1.030,24 7,8

Mei 43 35,05 1.227,60 1.192,55 2,85

Juni 26 21,46 1.118 1.096,54 18,18

(9)

45 Di lanjutkan

Bulan

Curah Hujan Andalan

80%

(mm/bulan)

Volume Ketersedia

an Air Hujan (m3/bulan)

Kebutuhan Air Baku (m3/bulan)

Kekurangan Kebutuhan

Air Baku (m3/bulan)

Presentase Kebutuhan Air Baku yang Bisa Terpenuhi

(%)

Juli 9 7,07 1.227,60 1.220,53 0,57

Agustus 0 0 1.227,60 1.227,60 0

September 0 0 1.118 1.118 0

Oktober 25 20,65 1.227,60 1.206,95 1,68

November 66 54,06 1.118 1.063,94 4,83

Desember 353 287,73 1.227,60 939,87 23,43

Total 1.102,53 14.454 13.351,47 108,94 rata-rata 91,887 1.204,50 9.445,95 9,07

Sumber : Analisa Peneliti

Pada tabel 4.6 di atas dapat dilihat jika suplai air hujan tidak mampu memenuhi keseluruhan kebutuhan air baku dari warga rusunawa sepanjang tahun.

Pada Tabel 4.6 tersebut memperlihatkan jika presentase rata-rata kebutuhan air baku dari warga rusunawa yang mampu terpenuhi hanya sebesar 9,07 % saja. Hal ini disebabkan oleh struktur fisik dari bangunan rusunawa tersebut. Bangunan rusunawa yang berlantai 5 yang tinggi secara vertikalnya tidak tidak sebanding dengan luas dari atap bangunan tersebut.

4.5 Perhitungan Neraca Air Tangki PAH

Setelah dilakukan perhitungan terhadap perbandingan suplai air hujan dan kebutuhan air baku, langkah selanjutnya adalah menuju perhitungan neraca air.

Perhitungan neraca air ini akan menjadi penentu bangi volume tangki penampung air hujan nantinya. Dalam perhitungan neraca air, kebutuhan air akan dihitung 9%

dari kebutuhan total dikarenakan pada Tabel 4.6 di atas memperlihatkan jika

(10)

46 presentase rata-rata kebutuhan air baku dari warga rusunawa yang mampu terpenuhi hanya sebesar 9,07 % saja. Berikut adalah peerhitungan neraca air yang disajikan dalam Tabel 4.7 :

Tabel 4.7Perhitungan Neraca Air PAH

Tahun Pertama

Bulan Suplai (m3)

Awal (m3)

Kebutuhan 9% dari total

(m3)

Akhir (m3)

Januari 261,1 0 110,484 150,616

Febuari 189,1 150,616 99,792 239,924 Maret 138,56 239,924 110,484 268,04

April 87,76 268,04 100,62 255,18

Mei 35,05 255,18 110,484 179,746

Juni 21,46 179,746 100,62 100,586

Juli 7,07 100,586 110,484 100,656

Agustus 0 0 110,484 0

September 0 0 100,62 0

Oktober 20,65 0 110,484 0

November 54,06 0 100,62 0

Desember 287,73 0 110,484 177,246

1.102,53 1.275,66

Sumber : Analisis Peneliti

Tahun pertama yaitu pada Januari dilakukanlah pengisian terhadap tangki dengan volume awal bulan sebesar 0,00 m3. Dan akhirnya pada akhir Januari maka volume tangki sudah terisi sesuai dengan kapasitas dari tangki tersebut dikurangi dengan kebutuhan air baku rusunawa dalam satu bulan tersebut.

• Januari

Volume awal bulan = 0,0 m3

Volume akhir bulan = suplai – kebutuhan

= 261,10 - 110,484

= 150,616m3

• Febuari

(11)

47 Volume awal bulan = 150,616 m3

Volume akhir bulan = suplai + Volume awal bulan – kebutuhan

= 189,10 + 150,616 - 99,792

= 239,924m3

• Maret

Volume awal bulan = 239,924 m3

Volume akhir bulan = suplai + Volume awal bulan – kebutuhan

= 138,56 + 239,924 - 110,484

= 268,04m3

• April

Volume awal bulan = 268,04m3

Volume akhir bulan = suplai + Volume awal bulan – kebutuhan

= 87,76+ 268,04 - 100,62

= 255,18m3

• Mei

Volume awal bulan = 255,18m3

Volume akhir bulan = suplai + Volume awal bulan – kebutuhan

= 35,05+ 255,18 - 110,484

= 179,746m3

• Juni

Volume awal bulan = 179,746 m3

Volume akhir bulan = suplai + Volume awal bulan – kebutuhan

= 21,46+ 179,746 - 100,62

= 100,586m3

• Juli

Volume awal bulan = 100,586 m3

Volume akhir bulan = suplai + Volume awal bulan – kebutuhan

= 7,07 + 100,586 - 110,484

= -9,828m3 = 0,0 m3 (hanya terpenuhi

(12)

48 100,656 m3)

• Agustus

Volume awal bulan = 0,0m3

Volume akhir bulan = suplai + Volume awal bulan – kebutuhan

= 0 + 0 - 110,484

= - 110,484 m3 = 0,0 m3 (hanya terpenuhi 0,0 m3)

• September

Volume awal bulan = 0,0m3

Volume akhir bulan = suplai + Volume awal bulan – kebutuhan

= 0 + 0 - 100,62

= - 100,62m3 = 0,0 m3 (hanya terpenuhi 0,0 m3)

• Oktober

Volume awal bulan = 0,0m3

Volume akhir bulan = suplai + Volume awal bulan – kebutuhan

= 20,65 + 0 - 110,484

= - 89,834m3 = 0,0 m3 (hanya terpenuhi 0,0 m3)

• November

Volume awal bulan = 0,0m3

Volume akhir bulan = suplai + Volume awal bulan – kebutuhan

= 54,06+ 0 –100,62

= - 46,56m3 = 0,0 m3 (hanya terpenuhi 0,0 m3)

• Desember

Volume awal bulan = 0,0m3

Volume akhir bulan = suplai + Volume awal bulan – kebutuhan

= 287,73+ 0 – 110,484

= 177,246m3

(13)

49 Pada tahun pertama di akhir bulan Desember tangki penampungan air hujan masih menyisakan air sebanyak 177,246 m3 air hujan, dan air yang tersisa tersebut kemudian digunakan untuk mengisi tahun berikutnya dengan perhitungan yang sama. Kekosongan tangki mulai terjadi pada bulan Agustus hingga bulan November.

4.6 Volume Penampung Air Hujan

Untuk penentuan volume dari bak penampung air hujan menggunakan metode neraca air karena menurut penulis nilai ketersedian air akan berbeda disetiap harinya dipengaruhi oleh perbedaan curah hujan disetiap harinya. Dan mengingat adanya dua musim di Indonesia yang mana saat musim kemarau maka akan menyebabkan suplai air yang menjadi sangat sedikit sedangkan ketika musim hujan maka suplai air akan sangat melimpah, dan kebutuhan air disetiap bulan dianggap sama nilainya. Jadi dengan penggunaan metode tersebut diharapkan dapat menyesuaikan kondisi di kedua musim sehingga kekurangan air yang mungkin terjadi saat musim kemarau tiba ketersediaan air akan bisa terpenuhi dengan baik dari tampungan kelebihan suplai ketika musim hujan dimana nilai neraca suplai dengan demand menjadi lebih seimbang.

Pada tabel 4.7 dapat dilihat jika volume akhir bulan terbesar tejadi pada bulan Maret yaitu sebesar 268,04m3, sehingga untuk volume tangki penampung air hujan akan diambil menyesuaikan dengannilai tersebut yaitu sebesar 280m3. Dengan volume tangki sebesar 280m3 diharapkan dapat menampung seluruh suplai air hujan yang ada pada tahun pertama tersebut. Dan tahun kedua kemungkinan akan ada air hujan yang melebihi dari kapasitas tangki, maka kelebihan tersebut akan di alirkan atau di resapkan di bawah tanah.

4.7 Perhitungan Dimensi Roofdrain dan Pipa

Untuk perhitungan dimensi roofdrain dan pipa di hitung bedasarkan Permen PU tahun 2009, berikut ini adalah perhitungannya :

• Luas atap :1.086,78 m2

• Tinggi jatuh : 16,7 m

(14)

50

• Intensitas curah hujan R24

Untuk mendapatkan nilai dari intensitas curah hujan terlebih dahulu harus mencari nilai dari R24. Berikut ini adalah perhitungan untuk mendapatkan nilai dari R24 :

Contoh perhitungan untuk Tabel 4.8 untuk tahun 2010 :

➢ Hujan total pertahun

= 1714 mm ( hasil analisis peneliti pada Tabel 4.1)

➢ Rata-rata hujan total pertahun

= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑛

=19842 𝑚𝑚

10

=

1984,2

➢ Xi- X

= 1714 - 1984,2

= -270,2

➢ Xi- X2

= -270,22

= 73008,4

Tabel 4.8 Pengolahan Data Curah Hujan

Tahun

Hujan Total

Pertahun (mm)

Xi

Rata-rata Hujan Total

Pertahun (mm)

X

(Xi- X ) (Xi- X )2

2010 1714 1984,2 -270,2 73008,4

2011 1382 1984,2 -602,2 362644,8

2012 1048 1984,2 -936,2 876470,4

2013 1628 1984,2 -356,2 126878,4

Dilanjutkan

(15)

51 Tahun

Hujan Total

Pertahun (mm)

Rata-rata Hujan Total

Pertahun (mm)

(Xi- X ) (Xi- X )2

2014 1795 1984,2 -189,2 35796,64

2015 1766 1984,2 -218,2 47611,24

2015 2673 1984,2 688,8 474445,4

2017 3962 1984,2 1977,8 3911693

2018 2027 1984,2 42,8 1831,84

2019 1847 1984,2 -137,2 18823,84

Jumlah 19842 5929203,6

Sumber : Analisi Peneliti

Dari Tabel 4.8 didapatkan jumlah dari nilai (Xi- X )2 sebesar 5929203,6 dan akan digunakan untuk menghitung nilai dari standar deviasi (Sx), setelah Sx didapatkan maka akan digunakan untuk menghitung nilai dai R24.

➢ Sx =

( )

1

2

n

x xi

= 10-1

) X -

(Xi 2

= 9

5929203,6

= 811,67

➢ R24

X = 1984,2 mm Sx = 811,67 Yn = 0,4952 Sn = 0,9496 Yt = 2,2251

R24 =

(

Yt Yn

)

Sn X + Sx

(16)

52

(

2,2251 0,4952

)

9496 , 0 811,67

1984,2+ −

=

= 3426,83 mm

Setelah melalui perhitungan di atas didapatlah nilai dari R24 yaitu sebesar 3426,83 mm. Selanjutnya menuju perhitungan intensitas curah hujan. Berikut adalah perhitungan intensitas curah hujan :

I = 3

2

24 24

R24 

 

x t

= 3

2

24 24 24

3426,83



 

x

= 142,78 mm/jam

= 2,37 mm/menit

= 11,89 mm (dalam 5 menit)

➢ Debit rata-rata air hujan

Q =

T IxAatap

=

ik x

m m

det 60 5

78 , 1086 1000 .

89 ,

11 2

= 0,043 m3/detik

➢ Perhitungan roofdrain V = 2.g.h = 2.9,8.16,7 = 28,09 m/detik

A =

v Q

=

09 , 28

043 , 0

= 0,00153 m2

(17)

53 r =

2 1 A

=

2 1 00153 , 0

= 0,0311 m

Diameter roofdrain = 2 x 0,0311 m = 0,0622 m = 6,2 cm, maka digunakan roofdrain ukuran 3 inch.

➢ Perhitungan diameter pipa

d =

v Q . . 4

=

09 , 28 .

043 , 0 . 4

= 0,043 m

Diameter pipa = 0,043 m = 4,3 cm, maka digunakan pipa PVC dengan diameter 2 inch.

4.8 Desain Penampung Air Hujan

Untuk desain serta konstruksi dari penampung air hujan dilkakukan dengan mengikuti spesifikasi desain dari berbagai refrensi yang ada. Untuk desain dar tangki penampung air hujan ini peneliti mengikuti refrensi dari Modul Sosialisasi Dan Diseminasi Standar Pedoman Dan Manual Penampung Air Hujan yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pemukiman Balitbang Kementrian Pekerjaan Umum. Berikut adalah desain penampung air hujan tersebut :

(18)

54 Gambar 4.1 Denah Penampung Air Hujan

Gambar 4.2 Potongan A-A Penampung Air Hujan

Gambar 4.3 Potongan B-B Penampung Air Hujan

(19)

55 4.8.1 Jenis Konstruksi PAH

Jenis konstruksi untuk bangunan penampunga air hujan menurut Modul Sosialisasi Dan Diseminasi Standar Pedoman Dan Manual Penampung Air Hujan yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pemukiman Balitbang Kementrian Pekerjaan Umum ada 3 jenis, yaitu : konstruksi PAH dari pasangan bata, konstruksi PAH dari ferro semen, dan konstruksi PAH dari dari FRP. Dan yang akan digunakan peneliti adalah konstruksi PAH dari pasang bata dengan bentuk persegi panjang dengan volume sebesar 280 m3.

4.8.2 Dimensi PAH

Ukuran tangki atau bak penampung air hujan berdasarkan volume sebesar 280 m3 dapat dilihat pada Tabel 4.9 di bawah ini :

Tabel 4.9 Dimensi Bangunan Bak PAH No. Volume

(m3)

Panjang (m)

Lebar (m)

Tinggi (m)

1. 280 20 4 3,5

Sumber : Analisis Peneliti

4.8.3 Material PAH

Untuk bahan material yang digunakan dalam pembuatan penampung air hujan harus memenuhi persyaratan sesuai dengan Tabel 2.2 Persyaratan untuk Bahan Konstruksi PAH.

4.8.4 Perhitungan Struktur

MenurutModul Sosialisasi Dan Diseminasi Standar Pedoman Dan Manual Penampung Air Hujan yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pemukiman Balitbang Kementrian Pekerjaan Umum kekuatan dari elemen konstruksi yang dipergunakan dalam pembuatan bak

(20)

56 penampung air hujan adala bak penampung air hujan harus diletakan diatas tanah yang padat/stabil.

Elemen struktur yang paling terbebani ialah plat ,balok,dan kolom dari bangunan penampung air hujan tersebut, untuk itu harus dihitung strukturnya dengan alasan keamanan.

4.8.4.1 Pelat

Perencanaan pelat terjepit elastis dengan anggapan bahwa balok dan pelat dicor secara bersama-sama secara monolit, dan ukuran balok cukup besar, sehingga mampu untuk mencegah terjadinya rotasi pelat.

1. Tebal Pelat

Untuk nilai dari tebal minimum plat menurut persyaratan untuk fy = 240 Mpa dan plat ditumpu bebas pada dua tepi adalah :

β = ly

lx

=

4

4 = 1 h min =

ln(0,8 + 𝑓𝑦 1500) 36+9β

= 4000(0,8+

240 1500) 36+9.1

= 110,89 mm

Maka direncanakan plat dengan tebal 120 mm= 12 cm

2. Pembebanan Pelat a. Beban Hidup

Pelat atap WLL = 1,0 kN/m2 (PPIUG 1983) b. Beban Mati

Tebal pelat , h = 120 mm

Berat pelat =0,12 m . 24 kN/m3 =2,88kN/m2 Berat lapisan kedap air = 0,02m. 24 kN/m3 =0,480 kN/m2+

WDL =3,36kN/m2 Beban terfaktor (Wu) untuk pelat atap adalah :

Wu = 1, 2 WDL + 1,6 WLL

= 1,2 (3,36) + 1,6 (1,0)

(21)

57

=5,332 kN/m2 3. Perhitungan Analisa Struktur

Skema Tumpuan Pelat Bentang Bersih :

➢ Ly = ly – (1

2. bi+ 1

2..bi ) = 4000 – (1

2.150+1

2.150) = 3850 mm

➢ Lx =lx – (1

2. bi+ 1

2..bi )

=4000 - (1

2.150+1

2.150)

= 3850 mm

➢ β =ly

lx = 3850

3850 = 1

➢ Perhitungan momen pelat lantai, nilai momen yang bekerja pada pelat lantai ditentukan bedasarkan nilai β pada tabel koefisien momen PBI-1971.

Xlx = 21 Xtx = 52 Xly = 21 Xty = 52

➢ Mulx = 0,001. Wu . Lx2. Xlx = 0,001. 5,332. 3,852. 21 = 1,65

➢ Muly =-0,001. Wu . Lx2. Xtx = -0,001. 5,332. 3,852. 21 = 1,65

➢ Mutx = 0,001. Wu . Lx2. Xly = 0,001. 5,332. 3,852. 52 = 4,1

➢ Muty =-0,001. Wu .Lx2. Xty = -0,001. 5,332. 3,852. 52 = 4,1 Table 4.10 Perhitungan Momen Pelat

β

Koefisien Momen Pelat (PBI 1971) Mulx (kN.m)

Mutx (kN.m)

Muly (kN.m)

Muty (kN.m)

Xlx Xtx Xly Xty

1 21 52 21 52 1,65 4,1 1,65 4,1

Sumber : Analisis Peneliti

4. Perencanaan Penulangan Data-data :

Mutu Beton, fc = 30 Mpa

Ly = 4000 mm Lx = 4000

mm

(22)

58 Mutu Baja, fy = 240 mm

Tebal Pelat Atap, h = 120 mm Penutup beton,Pb = 20 mm

Diameter tulangan pokok arah x dan arah y adalah ᴓ12 mm Penyelesaian :

Mencari rasio tulangan : ρmin =1,4

fy

=

1,4

240 = 0,0058

ρmin = √fc

4.fy= √30

4.240 = 0,1767

ρb = 0,85.fc

fy . β.

(

600

600+fy) =0,85.30

240 . 0,85 .

(

600

600+240) =0,0645

ρmax= 0.75 ρb = 0,75 . 0, 0645 =0,0483

a. Pada Tumpuan Arah X Mutx = 4,1

Faktor Reduksi, ᴓ = 0,8

• Momen Nominal Mntx = Mutx

= 4,1

0,8 = 5,125 Dx = h- Pb-1

2tul arah x

=120-20- 1

2 .12

= 94 mm

• Koefisien Tahanan Rntx=Mntx

b.dx2= 5,125.1000000 1000.942 =0,58

• Perbandingan Tulangan Memanjang

(23)

59 m = fy

0,85.fc = 240

0,85.30 = 9,4117

• Menentukan Rasio Tulangan Perlu ρperlutx =1

m(1√1 −2m . RNtxfy )

= 1

9,4117(1√1 −2.9,4117 .0.58

240 )

=0,00212

ρperlutx =0,00212 <ρmin = 0.0058sehingga dipakai ρmin

=0.0058

• Luas Tulangan Perlu As perlutx = ρmin .b .dx

= 0.0058 .1000 . 94 = 545,2 mm2

• Diameter Tulangan yg Dipakai ᴓ = 12 mm

A = 1

4 . ᴓ2 = 1

4 . 122= 113,0973 mm2

• Jarak Tulangan Perlu

S = A.b

Asperlu=113,0973.1000

545,2

=

207,42 mm Dari hasil, nilai s dipakai jarak 200 mm

• Luas Tulangan Perlu Yang Digunakan As ada= A.b

Spakai = 113,0973.1000

200

=

565,45 mm2

• Analisa Kapasitas momen As ada X = 565,45 mm2 Mntx = 5,125 kNm Ax =As ada x .fy

0,85.fc,b = 565,45 .240

0,85.30,1000= 5,32 mm

• Mn ada x = As ada x. fy (𝑑𝑥− 𝑎𝑥

2 )

(24)

60

=565,45.240.(88,68

2 ) . 10-6

=6,01 kNm

Kontrol :Mn ada x > Mntx = 6,01 kN.m > 5,125 kN.m

b. Pada Tumpuan Arah Y Muty = 4,1

Faktor Reduksi, ᴓ = 0,8

• Momen Nominal Mnty = Muty

= 4,1

0,8 = 5,125 Dy = h-Pb-ᴓ tul. arah y- 1

2tul. arah y

=120-20-12-1

2 12

=82 mm

• Koefisien Tahanan Rnty=Mnty

b.dy2=5,125.1000000 1000.822 =0,78

• Perbandingan Tulangan Memanjang m = fy

0,85.fc = 240

0,85.30 = 9,4117

• Menentukan Rasio Tulangan Perlu ρ perluty =1

m (1√1 −2m . RNty

fy )

= 1

9,4117(1√1 −2.9,4117 .0.78

240 )

=0,00218

ρ perlu ty =0,00212 <ρmin = 0.0058sehingga dipakaiρmin = 0.0058

• Luas Tulangan Perlu As perlu tx = ρmin .b .dy

(25)

61

= 0.0058 .1000 .82 = 475,6 mm2

• Diameter Tulangan yg Dipakai ᴓ = 12 mm

A = 1

4 . ᴓ2= 1

4 . 122= 113,0973 mm2

• Jarak Tulangan Perlu S = A.b

Asperlu=113,0973.1000

475,6 = 238,64 mm Dari hasil, nilai s dipakai jarak 200 mm

• Luas Tulangan Perlu Yang Digunakan As ada= A.b

Spakai = 113,0973.1000

200

=

565,45 mm2

• Analisa Kapasitas momen As ada y = 565,45 mm2 Mnty = 5,125 kNm Ay =As ada x .fy

0,85.fc,b = 565,45 .240

0,85.30,1000= 5,32 mm

• Mn ada y = As ada y. fy (𝑑𝑦−𝑎𝑦

2 )

=565,45.240.(76−68

2 ) . 10-6

=5,23 kNm

Kontrol :Mn ada y > Mnty = 5,23 kN.m > 5,125 kN.m

Jadi, tulangan tumpuan arah x pada pelat digunakan ᴓ 12-200 dan tulangan tumpuan arah y pada pelat digunakan ᴓ 12-200

c. Pada Lapangan Arah X Mulx = 1,65

Faktor Reduksi, ᴓ = 0,8

• Momen Nominal Mnlx = 𝑀𝑢𝑙𝑥

= 1,65

0,8 = 2,06 Dx = h- Pb-1

2tul arah x

(26)

62

=120-20- 1

2 12

= 94 mm

• Koefisien Tahanan Rnlx=𝑀𝑛𝑙𝑥

𝑏.𝑑𝑥2=2,06.1000000

1000.942 = 0,23

• Perbandingan Tulangan Memanjang m = fy

0,85.fc = 240

0,85.30 = 9,4117

• Menentukan Rasio Tulangan Perlu ρperlulx =1

m(1√1 −2m . RNlx

fy )

= 1

9,4117(1√1 −2.9,4117 .0.28

240 )

=0,00301

ρperlutx =0,00301<ρmin = 0.0058sehingga dipakai ρmin = 0.0058

• Luas Tulangan Perlu As perlu lx = ρmin .b .dx

= 0.0058 .1000 . 94

= 545,2 mm2

• Diameter Tulangan yg Dipakai ᴓ = 12 mm

A = 1

4 . ᴓ2= 1

4 . 122= 113,0973 mm2

• Jarak Tulangan Perlu S = A.b

Asperlu=113,0973.1000

545,2 = 207,42 mm Dari hasil, nilai s dipakai jarak 200 mm

• Luas Tulangan Perlu Yang Digunakan As ada= A.b

Spakai = 113,0973.1000

200 = 565,45 mm2

• Analisa Kapasitas momen

(27)

63 As ada X = 565,45 mm2

Mnlx = 2,06 kNm Ax =As ada x .fy

0,85.fc,b = 565,45 .240

0,85.30,1000= 5,32 mm

• Mn ada x = As ada x. fy (𝑑𝑥−𝑎𝑥

2 ) =565,45.240.(88,68

2 ) . 10-6

=6,01 kNm

Kontrol :Mn ada x > Mntx = 6,01 kN.m > 2,06 kN.m d. Pada Lapangan Arah Y

Muly = 1,65

Faktor Reduksi, ᴓ = 0,8

• Momen Nominal Mnly = 𝑀𝑢𝑙𝑦

= 1,65

0,8 = 2,06 Dy = h-Pb-ᴓ tul. arah y-1

2tul. arah y

=120-20-12-1

2 12

=82 mm

• Koefisien Tahanan Rnly=Mnly

b.dy2=2,06.1000000 1000.822 =0,30

• Perbandingan Tulangan Memanjang m = fy

0,85.fc = 240

0,85.30 = 9,4117

• Menentukan Rasio Tulangan Perlu ρperlu ly=1

m(1√1 −2m . RNlyfy )

= 1

9,4117(1√1 −2.9,4117 .0.30

240 )

(28)

64

=0,00300

ρ perlu ly =0,00300<ρmin = 0.0058sehingga dipakai ρmin = 0.0058

• Luas Tulangan Perlu As perlu lx = ρmin .b .dy

= 0.0058 .1000 .82 = 475,6 mm2

• Diameter Tulangan yg Dipakai ᴓ = 12 mm

A = 1

4 . ᴓ2= 1

4 . 122

= 113,0973 mm2

• Jarak Tulangan Perlu S = A.b

Asperlu=113,0973.1000

475,6

=

238,64 mm Dari hasil, nilai s dipakai jarak 200 mm

• Luas Tulangan Perlu Yang Digunakan As ada= A.b

Spakai = 113,0973.1000

200 = 565,45 mm2

• Analisa Kapasitas momen As ada y = 565,45 mm2 Mnly = 2,06 kNm Ay =As ada x .fy

0,85.fc,b = 565,45 .240

0,85.30,1000= 5,32 mm

• Mn ada l = As ada y. fy (𝑑𝑦−𝑎𝑦

2 )

=565,45.240.(76,68

2 ) . 10-6

=5,23 kNm

Kontrol = Mn ada y > Mnly = 5,23 kN.m > 2,06 kN.m

Jadi, tulangan lapnagan arah x pada pelat digunakan ᴓ 12-200 dan tulangan tumpuan arah y pada pelat digunakan ᴓ 12-200

(29)

65 4.8.4.2 Balok

1. Dimensi Balok H min = 𝐿

15

= 4000

15

= 260 = 300 mm B = 1

2 . H

= 1

2 . 300 mm

= 150 mm 2. Penulangan Balok

M Tumpuan : 5,43 kNm M Lapangan : 3,29 kNm ᴓtul. Pokok = 10 mm h = 300 mm b = 150 mm

fy = 390 Mpa untuk tulangan pokok fc = 30 Mpa , maka β1 = 0,85 Pb = 40 mm

d = h- Pb - ᴓ sengkang - 1

2 ᴓ pokok

= 300 – 40 – 10 –1

210

= 245 Penyelesaian :

Mencari rasio tulangan : ρmin = 1,4

fy = 1,4

390 = 0,0035 ρb = 0,85.fc

fy

.

β

.(

600

600+𝑓𝑦

)

=0,85.30

240

.

0,85

.(

600

600+390

)

=0,0547 ρmax = 0.75 ρb

(30)

66 = 0,75 . 0, 0547

=0,0410

a. Penulangan Lentur Daerah Tumpuan Diketahui :

M Tumpuan : 5,43 kNm Faktor Reduksi, ᴓ = 0,8

• Momen Nominal Mn = Mu

= 5,43

0,8 = 6,7875 kNm M = fy

0,85.fc = 390 Mpa

0,85.30 Mpa = 15,2941 Rn = Mn

b .d2 = 6,7875 kNm.106

150 .2452 = 0,7538Mpa

• Menentukan ρ perlu : ρ perlu = 1

m(1−√1 −2m . Rnfy )

= 1

15,2941(1 − √1 −2.15,2941 .0,7538

390 )

= 0,00278

Karena ρ perlu<ρ min = 0,0035 maka digunakan ρ min

• Luas Tulangan Tarik

Asl = ρ. b . d = 0,0035. 150. 245 = 128,625 mm2 n = 1As

4.π.d2 = 128,6251

4.π.102= 1,6385 = 4 batang As pakai = n .1

4. 𝜋 . d2 = 4 .1

4.𝜋. 102 = 314 mm2

• Pada Garis Seimbang Terletak Garis Netral c = 600

600+fy . d = 600

600+390 . 245 = 148,4848 a = β1 . c = 0,85. 148,4848 = 126,2121

(31)

67

• Anggap Baja Tulangan Telah Leleh Mnl = T1. (d-𝑎

2) ᴓMnl = ᴓ .Asl .fy (d-𝑎

2)

= 0,8. 128,625. 390. (245 –126,2121

2 )

= 7,2998

ᴓMnl = 7,2998 kNm > Mu = 5,43 kNm

• Pada Kondisi Sesungguhnya Ts = Cc

As. fy = 0,85 . fc.a .b

a = As.fy

0,85.fc.b

=

314.390

0,85.30.150 = 32,015 mm

• Anggap Baja Tulangan Telah Leleh, maka : Mnl = T1. (d-𝑎

2

)

ᴓMnl = ᴓ .Aspakai .fy (d-a

2

)

= 0,8. 157. 390. (245 –32,015

2

)

= 11,609

ᴓMnl = 11,609 kNm > Mu = 5,43 kNm Digunakan tulangan :

Tulangan tarik :Asada = 4 ᴓ 10

Kontrol = 314 mm2> Asperlu =128,625 mm2

b. Penulangan Lentur Daerah Lapangan Diketahui :

M Lapangan =3,29 kNm Faktor Reduksi, ᴓ = 0,8

• Momen Nominal

Mn = Mu

=

3,29

0,8 = 4,1125 kNm

M = fy

0,85.fc

=

390 Mpa

0,85.30 Mpa = 15,2941

(32)

68

Rn = Mn

b .d2

=

4,1125 kNm. 106

150 .2452 = 0,456 Mpa Menentukan ρ perlu :

ρ perlu = 1

m(1

−√1 −

2m . Rn

fy

)

= 1

15,2941(1 − √1 −2.15,2941 .0,456

390 )

=0,00263

Karena ρ perlu<ρ min = 0,0035 maka digunakan ρ min

• Luas Tulangan Tarik

Asl = ρ. b . d = 0,0035. 150. 245 = 128,625 mm2

n = 1As

4.π.d2 = 128,6251

4.π.102= 1,6385 n = 1,6385 = 4 batang As pakai = n .1

4. 𝜋 . d2 = 4 .1

4.𝜋. 102 = 314 mm2

• Pada Garis Seimbang Terletak Garis Netral c = 600

600+fy . d = 600

600+390 . 245 = 148,4848 a = β1 . c = 0,85. 148,4848 = 126,2121

• Anggap Baja Tulangan Telah Leleh Mnl = T1. (d-a

2)

ᴓMnl = ᴓ .Asl .fy (d-a

2)

= 0,8. 128,625. 390. (245 –126,2121

2 )

= 7,2998

ᴓMnl = 7,2998 kNm > Mu = 3,29 kNm

• Pada Kondisi Sesungguhnya

Ts = Cc

As. Fy = 0,85 . fc.a .b

(33)

69 a = As.fy

0,85.fc.b

=

157.390

0,85.30.150 = 16,007 mm

• Anggap Baja Tulangan Telah Leleh, maka : Mnl = T1. (d-a

2)

ᴓMnl = ᴓ .Aspakai .fy (d-a

2) = 0,8. 157. 390. (245 –16,007

2

)

= 11,609 = 11,609 kNm> Mu = 3,29 kNm Digunakan tulangan :

Tulangan tarik : Asada = 4 ᴓ 10

= 157 mm2> Asperlu =128,625 mm2 c. Tulangan Geser Tumpuan

Vu = 7, 18 kN

ᴓtul pokok = 10 mm

h = 300 mm

b = 150 mm

fy = 390 Mpa untuk tulangan pokok fc = 30 Mpa , maka β1 = 0,85

Pb = 40 mm

d = h- Pb - ᴓ sengkang - 1

2 ᴓ pokok = 300 – 40 – 10 –1

210

= 245

Penyelesaian : Vc = 1

6√fc .b .d = 1

6√30 .150 .245

= 33,54 kN

ᴓ Vc = 0,75. 33,54 = 25,16 kN

1

2. ᴓ . Vc = 1

2 . 25,16 kN = 12,5805 kN

(34)

70 3. (ᴓ . Vc)= 3 . 12,5805 = 37,74 kN

Didapatkan Vu= 7,18 kN< ½ .ᴓ.Vc =12,5805

kN<ᴓVc=25,16 kN Berarti ukuran penampang balok 15/30 dapat digunakan.

Av = 75√fc.b.d

1200.fy = 75√30.150.245

1200.30 = 419,35 mm2

• Kriteria menentukan spasi maksimum yang dibutuhkan :

1

3√fc .b . d = 1

3√30.150 .245 . 10-3 = 67,096 kN Sehingga dianggap Vs = 1

3√fc .b .d

Smax =1

2. d = 1

2 . 245 = 122,5 mm Digunakan nilai S = 100 mm

S = 100 mm < S max = 122,5 mm

• Kontrol kapasitas geser terhadap jarak maksimum yang digunakan :

Vs = Av.fy .d

s = 419,35 . 30 . 245

100.1000 = 30,8222 kN ᴓ (Vc+Vs) = 0,75. ( 33,54 + 30,8222 ) = 48,27165 kN ᴓ (Vc+Vs) = 48,27165 kN > Vu = 7, 18

Karena ᴓ (Vc+Vs)> Vu, maka jarak sengkang 100 mm dapat digunakan. Maka tulangan geser yang dipakai ᴓ10-200

d. Tulangan Geser Lapangan Penyelesaian :

Vu = 6,02 kN Vc = 1

6√fc .b .d = 1

6√30 .150 . 245

(35)

71

= 33,54 kN

ᴓ Vc = 0,75. 33,54 = 25,16 kN

1

2. ᴓ . Vc = 1

2 . 25,16 kN = 12,5805 kN 3. (ᴓ . Vc)= 3 . 12,5805 = 37,74 kN Didapatkan Vu= 7,18 kN<1

2 .ᴓ.Vc =12,5805 kN<ᴓVc=25,16 kN Berarti ukuran penampang balok 15/30 dapat digunakan.

Av = 75√fc.b.d

1200.fy = 75√30.150.245

1200.30 = 419,35 mm2

• Kriteria menentukan spasi maksimum yang dibutuhkan :

1

3√fc .b . d = 1

3√30 .150 .245 . 10-3 = 67,096 kN Sehingga dianggap Vs = 1

3√fc .b .d

Smax =1

2. d = 1

2 . 245 = 122,5 mm Digunakan nilai S = 100 mm

S = 100 mm < S max = 122,5 mm

• Kontrol kapasitas geser terhadap jarak maksimum yang digunakan :

Vs = Av.fy .d

s = 419,35 . 30 . 245

100.1000 = 30,8222 kN

ᴓ (Vc+Vs) = 0,75. ( 33,54 + 30,8222 ) = 48,27165 kN ᴓ (Vc+Vs) = 48,27165 kN > Vu = 7, 18

Karena ᴓ (Vc+Vs)> Vu, maka jarak sengkang 100 mm dapat digunakan. Maka tulangan geser yang dipakai ᴓ10-200.

4.8.4.3 Kolom

Penulangan Kolom

(36)

72 Data-data yang diperlukan untuk perencanaan kolom adalah sebagai berikut :

Pu = 113,68 kN/m Mu = 147,896 kN/m h = 350 mm b = 350 mm Fc = 30 MPa

Fy = 240 MPa untuk tulangan sengkang P = 40 mm

d’ = p + ᴓ sengkang +1

2ᴓ utama = 40 + 10+ 1

2 .16

= 66 mm d = h – d’

= 350 – 66

= 292 mm = 29,2 cm Ri = 0,85.fc

= 0,85. 30 = 25,5 a. Tulangan Pokok

• Pn =Pu

0,85

=11368

0,85

= 13.374, 36

• Mn =Mu

0,65

= 147,896

0,65

= 22.753,23

• Ab =0,85.600.d

600+fy

=0,85.600.29,2 600+240

(37)

73

= 17,72 cm

• a =Pn

Ri.b

=13.374,36

25,5.35

= 14,98

• ea =Mn

Pn

= 22.753,23

13.374,36

= 1,7 cm

• e = ea + (

2-d’)

= 1,72 + (35

2- 6,6)

= 12,62 cm

• ρb = Ri.β

fy x 600

600+fy

=25,5.0,85

240 x 600

600+240

= 0,00063

• Fb = ρb . (𝑓𝑦

𝑅1)

= 0,00063. (240

25,2)

= 0,12

Fb = 1- √1 − 2Kb 0,12 = 1- √1 − 2Kb 1,12 = √1 − 2Kb 0,013 = 1- 2Kb -0,0987 = -2Kb

(38)

74 0,51 = Kb

• As = As’ = Pn.e−K.Ri.bd² fy(d−d)

=13.374,36.12,62−0,51.25,5.35.29,2² 240(29,2−6,6)

= 765,87

• As ᴓ16 = 201,06 mm2

• Jumlah tulangan, n = As

As.tul

=765,87

201,06

= 3,8 = 4 buah Jadi digunakan tulangan pokok 4ᴓ16 b. Tulangan Geser

Vu = 57,64 kN = 5764 kg Nu = 117,89 kN = 11789 kg

Fy = 240 MPa

• A geser = 350 x 350 = 122500 mm2 = 1225 cm2

• Vn = Vu

Ф

=

5764

0,8 = 7205 kg

• Vc = 1

6

fc . b .d (1+ Nu

14. A geser)

= 1

6

30 . 350 .29,2 (1+1178,9

14

.

1225)

= 4678,8 kg

• Syarat (Vn-Vc) <2

3 .( √𝑓𝑐). b . d (7205-4678,8) <2

3( √30). 35. 29,2 2526,2< 3465,8

Berarti ukuran penapang mencukupi

(39)

75

1

2. Ф . Vc = 1

2 . 0,8 . 2526,8

= 1010,72 kg,

• Syarat jarak antar sengkang S <𝑑

2

<29,2

2

< 14,6

Harga s diambil 125 mm, jadi dipakai tulangan θ10-125

4.9 BOQBak Penampung Air Hujan

➢ Pekerjan bowplank

V = 2 x ((p+1) + (l+1))

= 2 x ((7+1) + (7+1)

= 32 m

➢ Pekerjaan Tanah

• Galian Tanah

Tabel 4.11 Perhitungan Galian tanah

Notasi Jumlah Panjang (m)

Lebar (m)

Tinggi (m)

Volume (m3)

a b c d e= a x b x c x d

Galian

bangunan 1 20 4 3,5 280

Galian pondasi memanjang

2 20 0,6 0,7 16,8

Galian pondasi melintang

6 4 0,6 0,7 8,568

Jumlah 305,368

Sumber : Hasil Perhitungan

(40)

76

• Urugan Tanah Kembali

Urugan Tanah Kembali = 1

3 x Galian Tanah

= 1

3 x 305,368

= 101,78m3

• Pengangkutan Tanah Dari Lubang Bangunan

Pengangkutan Tanah = Galian Tanah – Urugan Tanah

= 304,864 − 101,621

= 203,243m3

➢ Pekerjaan Pondasi dan Beton

• Pondasi Batu Belah 1: 8

Tabel 4.12 Perhitungan Pondasi Batu Belah Jumlah Panjang

(m)

Lebar (m)

Tinggi (m)

Volume (m3)

a b c d e f = a x b x ((𝑐+𝑑

2 ) x e)

2 20 0,6 0,3 0,7 12,6

6 4 0,6 0,3 0,7 7,56

Jumlah 20,16

Sumber : Hasil Perhitungan

• Lantai Kerja

Tabel 4.13 Perhitungan Lantai Kerja Jumlah Panjang

(m)

Lebar (m)

Tinggi (m)

Volume (m3)

a b c d e=a x b x c x d

1 20 4 0,05 4

Volume 4

Sumber : Hasil Perhitungan

(41)

77

• Sloof 15/30

Dalam Pekerjaan sloof ada beberapa perhitungan seperti perhitungan Beton, pembesian, dan juga bekisting. Beton disini menggunakan beton K-300. Berikut adalah perhitungan beton yang akan disajikan pada Tabel 4.14, perhitungan tulangan pada Tabel 4.15 dan Tabel 4.16, dan perhitungan bekesting pada Tabel 4.17

Tabel 4.14 Perhitungan Beton Sloof Notasi Jumlah Panjang

(m)

Lebar (m)

Tebal (m)

Volume (m3)

a b c d e = a x b x c x d

Memanjang 2 20 0,15 0,3 1,8

Melintang 6 4 0,15 0,3 1,08

Jumlah 2,88

Sumber : Hasil Perhitungan

Setelah selesai dalam perhitungan Beton diteruskan perhitungan Pembesian yang akan digunakan dalan beton tersebut. Sebelum masuk ke perhitungan pembesian, satuan besi per meter dijadikan kg. 1 m = 0,006165 kg Cara perhitungan pembesian sebagai berikut :

Berat Besi = 0,006165 x d2

= 0,006165 x 102

= 0,61kg/m

Tabel 4.15 Perhitungan Pembesian Tulangan Pokok Sloof Notasi Tulangan Σ

Besi

Panjang (m)

Σ panjang

(m)

Berat Besi (kg)

Volume (m3)

a b c = a x b d e = c x d

Memanjang Ø 10 4 40 160 0,61 97,6

Dilanjutkan

(42)

78 Notasi Tulangan Σ

Besi

Panjang (m)

Σ panjang

(m)

Berat Besi (kg)

Volume (m3)

a b c = a x b d e = c x d

Melintang Ø 10 4 24 96 0,61 58,56

Jumlah 156,16

Sumber : Hasil Perhitungan

Σ Besi = Panjang

jarak Tulangan x Jumlah yang dibutuhkan

= 4

0,20 x 10

= 200

Σ Besi = Panjang

jarak Tulangan x Jumlah yang dibutuhkan

= 4

0,20 x 6

= 120

Berat Besi = 0,006165 x d2

= 0,006165 x 102

= 0,61kg/m

Keliling tulangan geser = ((2x(p+l))+0,10)

= ((2x(0,27+0,12))+0,10)

=0.88 m

Tabel 4.16 Perhitungan Pembesian Tulangan Geser Sloof

Notasi Tulangan Σ Besi

Keliling Tulangan

Geser (m)

Berat Besi (kg)

Volume (kg)

a b c d = a x b x c

Memanjang Ø 10-200 200 0,88 0,61 107,36 Melintang Ø 10-200 120 0,88 0,61 64,416

Jumlah 171,776

Sumber : Hasil Perhitungan

(43)

79 Dalam pekerjaan Sloof dibutuhkan bekisting, perhitungan bekisting sebagai berikut :

Tabel 4.17 Perhitungan Bekisting Sloof Notasi Jumlah Panjang

(m)

Lebar

(m) Kebutuhan Volume (m2)

a b c d e = a x b x c x d

Memanjang 2 20 0,3 2 24

Melintang 6 4 0,3 2 14,4

Jumlah 38,4

Sumber: Hasil Perhitungan

• Kolom

Dalam Pekerjaan Kolom ada beberapa perhitungan seperti perhitungan Beton, pembesian, dan bekisting, Beton disini menggunakan beton K-300.

Tabel 4.18 Perhitungan Beton Kolom Jumlah Panjang

(m)

Lebar (m)

Tebal (m)

Volume (m3)

a b c d e = a x b x c x d

12 3,5 0,35 0,35 5,145

Jumlah 5,145

Sumber : Hasil Perhitungan

Setelah selesai dalam perhitungan beton diteruskan perhitungan Pembesian yang akan digunakan dalan beton tersebut.Sebelum masuk ke perhitungan pembesian, satuan besi per meter dijadikan kilogram. 1 m = 0,006165 kg. Cara perhitungan pembesian sebagai berikut :

Berat Besi = 0,006165 x d2

= 0,006165 x 162

(44)

80

= 1,57kg/m

Tabel 4.19 Perhitungan Pembesian Tulangan Pokok Kolom

Notasi Σ Besi Panjang (m)

Berat

Besi Σkolom Volume (kg)

a b c d e = a x b x c x d

Ø 16 4 3,5 1,57 12 363,76

Jumlah 363,76

Sumber : Hasil Perhitungan

Σ Besi = Panjang

jarak Tulangan

= 3,5

0,125

= 28

Berat Besi = 0,006165 x d2

= 0,006165 x 162

= 1,57m'/kg

Keliling tulangan geser = ((2x(p+l))+0,10)

= ((2x(0,32+0,32))+0,10)

= 1,38 m

Tabel 4.20 Perhitungan Pembesian Tulangan Geser Kolom

Notasi Σ

Kolom Σ Besi

Keliling Tulangan

Geser (m)

Berat Besi

(kg) Volume (kg)

a b c d e = a x b x c x d

Ø 16-125 12 28 1,38 1,57 727,97

Jumlah 727,97

Sumber : Hasil Perhitungan

Dalam pekerjaan kolom dibutuhkan bekisting , perhitungan Bekisting sebagai berikut :

(45)

81 Tabel 4.21 Perhitungan Bekisting Kolom

Jumlah Panjang (m)

Lebar (m)

Jumlah 1

kolom Volume (m2)

a b c d e = a x b x c x d

12 3,5 0,3 4 50,4

Jumlah 50,4

Sumber: Hasil Perhitungan

• Balok

Dalam Pekerjaan balok ada beberapa perhitungan seperti perhitungan Beton, pembesian, dan juga bekisting. Beton disini menggunakan beton K-300. Berikut adalah perhitungan beton yang akan disajikan pada Tabel 4.22, perhitungan tulangan pada Tabel 4.23 dan Tabel 4.24, dan perhitungan bekesting pada Tabel 4.25

Tabel 4.22 Perhitungan Beton Balok Notasi Jumlah Panjang

(m)

Lebar (m)

Tebal (m)

Volume (m3)

a b c d e = a x b x c x d

Memanjang 2 20 0,15 0,3 1,8

Melintang 6 4 0,15 0,3 1,08

Jumlah 2,88

Sumber : Hasil Perhitungan

Setelah selesai dalam perhitungan Beton diteruskan perhitungan Pembesian yang akan digunakan dalan beton tersebut. Sebelum masuk ke perhitungan pembesian, satuan besi per meter dijadikankilogram. 1 m = 0,006165 kg. Cara perhitungan pembesian sebagai berikut :

Berat Besi = 0,006165 x d2

(46)

82

= 0,006165 x 102

= 0,61kg/m

Tabel 4.23 Perhitungan Tulangan Pokok Balok Notasi Tulangan Σ

Besi

Panjang (m)

Σ panjang

(m)

Berat Besi (kg)

Volume (m3)

a b c = a x b d e = c x d

Memanjang Ø 10 4 40 160 0,61 97,6

Melintang Ø 10 4 24 96 0,61 58,56

Jumlah 156,16

Sumber : Hasil Perhitungan

Σ Besi = Panjang

jarak Tulangan x Jumlah yang dibutuhkan

= 4

0,20 x 10

= 200

Σ Besi = Panjang

jarak Tulangan x Jumlah yang dibutuhkan

= 4

0,20 x 6

= 120

Berat Besi = 0,006165 x d2

= 0,006165 x 102

= 0,61kg/m

Keliling tulangan geser = ((2x(p+l))+0,10)

= ((2x(0,27+0,12))+0,10)

=0.88 m

(47)

83 Tabel 4.24 Perhitungan Pembesian Tulangan Geser Balok

Notasi Tulangan Σ Besi

Keliling Tulangan

Geser (m)

Berat Besi (kg)

Volume (kg)

a b c d = a x b x c

Memanjang Ø 10-200 200 0,88 0,61 107,36 Melintang Ø 10-200 120 0,88 0,61 64,416

Jumlah 171,776

Sumber : Hasil Perhitungan

Dalam pekerjaan balok dibutuhkan bekisting, perhitungan bekisting sebagai berikut :

Tabel 4.25 Perhitungan Bekisting Balok Notasi Jumlah Panjang

(m)

Lebar

(m) Kebutuhan Volume (m2)

a b c d e = a x b x c x d

Memanjang 2 20 0,3 2 24

Melintang 6 4 0,3 2 14,4

Jumlah 38,4

Sumber: Hasil Perhitungan

• Plat Beton

Dalam Pekerjaan Dak Beton ada beberapa perhitungan seperti perhitungan Beton, pembesian, dan bekisting, Beton disini menggunakan beton K-300.

Tabel 4.26 Perhitungan Dak dan Plat Lantai Beton Notasi Jumlah Panjang

(m)

Lebar (m)

Tebal

(m) Volume (m3)

a b c d e = a x b x c x d

Dak 1 20 4 0,12 9,6

Plat 1 20 4 0,12 9,6

Jumlah 19,2

Sumber : Hasil Perhitungan

Gambar

Tabel 4.1 Data Curah Hujan Menurut Bulan di Kecamatan Jepara pada Tahun 2010-2019
Tabel 4.2 Data Hujan Total Stasiun Hujan Kec.Jepara
Tabel 4.3 Perhitungan Curah Hujan Andalan Untuk Stasiun Hujan Kec.Jepara
Tabel 4.5 Volume Ketersediaan Air Hujan
+7

Referensi

Dokumen terkait

sebagai tampungan air pada musim hujan dan dapat dimanfaatkan sebagai. cadangan pada

Peningkatan salinitas terjadi pada musim kemarau untuk kondisi daerah dengan curah hujan rendah, dekat pantai, input air irigasi yang mengandung garam, evaporasi dan

Hasil perhitungan analisis neraca air pada studi ini didapatkan kapasitas tampungannya cukup memenuhi untuk kebutuhan air baku masyarakat Desa Bukit Mas Muaro Jambi

Tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah tanah yang bila musim hujan. drainase baik dan pada musim kemarau dapat

Tanah yang baik untuk kakao adalah tanah yang bila musim hujan drainase. baik dan pada musim kemarau dapat

Teknologi panen hujan merupakan salah satu alternatif teknologi pengelolaan air dengan cara menampung kelebihan air pada musim hujan dan memanfaatkannya pada musim kemarau untuk

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di banyak jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan

Dari perhitungan yang dilakukan dengan 3 metode tersebut, dan hasil perhitungan intensitas curah hujan dengan metode Talbot dengan persamaan PUH 5 mendekati hasil perhitungan