• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

2.1.1 Botani

Kelapa sawit pertama kali dikembangkan di Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda. Hingga kini, Budi daya kelapa sawit telah berkembang pesat. Namun, sebelumnya membahas lebih jauh mengenai aspek budi daya dan agrobisnis, sebaiknya kita pahami lebih dahulu tanaman palmae ini (Sunarko, 2014). Tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyte Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledone

Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae) Subfamili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : 1. E. guineensis Jacq.

2. E. oleifera (H. B. K.) Cortes 3. E. odora

Bunga kelapa sawit termasuk berumah satu. Pada satu batang terdapat bunga betina dan bunga jantan yang letaknya terpisah. Namun, seringkali terdapat pula tandan bunga betina yang mendukung bunga jantan (hermaprodit). Tandan bunga terletak di ketiak daun yang mulai tumbuh setelah tanaman berumur 12–14 bulan, tetapi baru ekonomis untuk di panen pada umur 2,5 tahun. Primordia (bakal) bunga terbentuk sekitar 33–34 bulan sebelum bunga matang (siap melaksanakan penyerbukan).

Pertumbuhan bunga sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah. Jika tanaman kelapa sawit tumbuh kerdil, maka pertumbuhan bunganya lebih lambat dari pada tanaman yang tumbuh subur (Setyamidjaja 2006).

(2)

2.1.2 Morfologi

Morfologi tanaman kelapa sawit dewasa. Morfologi kelapa sawit merupakan spesies cocoidae yang paling besar habitusnya. Titik tumbuh aktif secara terus - menerus menghasilkan primordia (bakal) daun setiap sekitar 2 minggu (pada tanaman dewasa). Daun memerlukan waktu 2 tahun untuk berkembang dari proses inisiasi sampai menjadi daun dewasa pada pusat tajuk (pupus daun / spear leaf) dan dapat berfotosintesis secara aktif (Pahan, 2013).

Daun kelapa sawit dan perkembangannya sangat penting bagi staf perkebunan. Bentuk seludang daun yang terlihat pada daun dewasa sudah tidak lengkap dan merupakan sisa dari perkembangan yang ada. Pada daun yang sedang berkembang, seludang berbentuk pipa dan membungkus daun muda secara sempurna (Pahan, 2013).

Batang kelapa sawit terdiri dari pembuluh pembuluh yang terikat secara diskrit dalam jaringan parenkim. Meristem pucuk terletak dekat ujung batang, di mana pertumbuhan batang sedikit agak membesar. Aktivitas meristem pucuk hanya memberikan sedikit kontribusi terhadap jaringan batang karena fungsi utamanya yaitu menghasilkan daun dan bunga (Pahan, 2013).

Akar terutama sekali berfungsi untuk menunjang struktur batang di atas tanah, menyerap air dan unsur – unsur hara dari dalam tanah. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuarter (Pahan, 2013).

Bunga kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu). Artinya, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Walaupun demikian, kadang – kadang dijumpai juga bunga jantan dan betina pada satu tandan (hermafrodit). Bunga muncul dari ketiak daun hanya dapat menghasilkan satu infloresen (Pahan, 2013).

(3)

Buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri dari pricarp yang terbungkus oleh exocarp (atau kulit), mesocarp (yang secara salah kaprah biasanya disebut pericarp), dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1-4 inti / kernel (umumnya hanya satu). Inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat, dan sebuah embrio (Pahan, 2013).

2.2 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah di atas 2.000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau masak (brondol) sampai turun hujan (Sastrosayono, 2003).

Penyinaran matahari tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyukai cahaya matahari. Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah kelapa sawit. Tanaman yang ternaungi karena jarak tanam yang sempit, pertumbuhannya akan terhambat karena hasil asimilasinya kurang (Sastrosayono, 2003).

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di banyak jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan (drainase baik). Di lahan – lahan yang permukaan air tanahnya tinggi atau tergenang, akar akan busuk. Selain itu, pertumbuhan batang dan daunnya tidak mengindikasikan produksi buah yang baik (Sastrosayono, 2003).

(4)

a. Faktor Iklim

Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika di sekitar lintang utara – selatan 12 derajat pada ketinggian 0 – 500 m dpl. Beberapa unsur iklim yang penting dan saling mempengaruhi adalah curah hujan, sinar matahari, suhu, kelembaban udara, dan angin (Fauzi, 2008).

b. Curah Hujan

Curah hujan optimum yang di perlukan tanaman kelapa sawit rata – rata 2.000 – 2.500 mm / tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Curah hujan yang merata dapat menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit. Namun, yang terpenting adalah tidak terjadi defisit air sebesar 250 mm (Fauzi, 2008).

c. Sinar Matahari

Sinar matahri diperlukan untuk memproduksi karbonhidrat dan memacu pembentukan bunga dan buah. Untuk itu, intesitas cahaya, kualitas, dan lama penyinaran amat berpengaruh. Lama penyinaran optimum yang di perlukan tanaman kelapa sawit antara 5 – 7 jam / hari (Fauzi, 2008).

d. Suhu

Selain curah hujan dan sinar matahari yang cukup, tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum sekitar 24 - 28° C. Untuk tumbuh dengan baik. Meskipun demikian, tanaman masih bisa tumbuh pada suhu terendah 18° C dan tertinggi 32° C. Beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendah suhu adalah lama penyinaran dan ketinggian tempat (Fauzi, 2008).

e. Kelembapan Udara

Kelembapan udara adalah faktor yang penting untuk menunjang pertumbuhan kelapa sawit. Kelembapan optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Kecepatan angin 5–6 km / jam sangat baik untuk membantu proses

(5)

penyerbukan. Angin yang kering menyebabkan penguapan lebih besar, mengurangi kelembapan, dan dalam waktu lama mengakibatkan tanaman layu. Faktor – faktor yang mempengaruhi kelembapan adalah suhu, sinar matahari, lama penyinaran, curah hujan, dan evapotranpirasi (Fauuzi, 2008).

2.3 Cahaya

Cahaya merupakan faktor utama sebagai sumber energi dalam fotosintesis, kekurangan cahaya akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Kekurangan cahaya pada saat pertumbuhan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, batang akan tumbuh cepat namun lemah, daunnya lebih kecil, tipis, dan pucat. Pengaruh cahaya bukan hanya terhantung kepada intensitas cahaya matahari (kuat penyinaran) saja, namun berkaitan juga dengan panjang gelombangnya. Penyinaran yang kurang karena kabut dan terlindungi awan di daerah dataran tinggi menyebabkan daun tanaman akan menebal dan berwarna hijau tua, sedangkan di daerah dataran rendah penyinaran yang panjang menyebabkan daun lebih lebar, warnanya lebih hijau, ketebalan daun lebih tipis, yang berfungsi mempercepat proses transpirasi (Gtuneland, 2011).

2.3.1 Kaitan Cahaya Terhadap Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyukai cahaya matahari. Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah kelapa sawit. Tanaman yang ternaungi karena jarak tanam yang sempit, pertumbuhannya akan terhambat karena hasil asimilasinya kurang (Sastrosayono, 2003).

Biomasa kelapa sawit terbentuk melalui proses fotosintesis. Dalam proses ini, karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) diubah menjadi karbohidrat (CH2O) dengan menggunakan radiasi matahari yang diserap melalui klorofil di dalam kloroplas hijau daun. Karbohidrat digunakan oleh tanaman untuk mendukung keberadaan fungsi dirinya (diistilahkan sebagai respirasi pemeliharaan). Sebagai karbohidrat digunakan untuk transport dan konversi karbohidrat menjadi bahan kering structural dan penyerapan aktif unsur hara dari dalam

(6)

tanah (diistilahkan sebagai respirasi pertumbuhan). Sementara, sisanya digunakan untuk produksi bahan kering vegetatif (daun, batang, dan akar) serta generatif (buah) (Pahan, 2008).

Kecepatan asimilasi CO2 tergantung pada jumlah radiasi matahari yang tersedia dan luas permukaan daun dalam menangkap cahaya. Hanya radiasi sinar matahari antara panjang gelombang 400–700 nm (spectrum cahaya tampak) yang diistilahkan sebagai radiasi aktif fotosintesis. Satu – satunya faktor pembatas produksi yaitu radiasi sinar matahari yang merupakan fungsi dari luas permukaan daun (Pahan, 2008).

2.4 Kelembaban Udara

Laju fotosintesis juga ditentukan oleh tingkat kelembaban udara yang direpresentasikan oleh VPD (Vapour Presure Devisit), atau sering disebut devisit tekanan uap. Laju fotosintesis cenderung menurun apabila terjadi peningkatan VPD. Peningkatan VPD menyebabkan penurunan konduktansi stomata, sehingga proses difusi karbondioksida terganggu yang menyebabkan penghambatan laju fotosintesis (Darmosarkoro, 2001 dalam Benny, 2015). Kelembapan udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara atau atmosfer. Besarnya tergantung dari masuknya uap air ke dalam atmosfer karena adanya penguapan dari air yang ada di lautan, danau, dan sungai, maupun dari air tanah. Disamping itu terjadi pula dari proses transpirasi, yaitu penguapan dari tumbuhtumbuhan. Sedangkan banyaknya air di dalam udara bergantung kepada banyak faktor, antara lain adalah ketersediaan air, sumber uap, suhu udara, tekanan udara, dan angin 5) Uap air dalam atmosfer dapat berubah bentuk menjadi cair atau padat yang akhirnya dapat jatuh ke bumi antara lain sebagai hujan. Kelembapan udara yang cukup besar memberi petunjuk langsung bahwa udara banyak mengandung uap air atau udara dalam keadaan basah. Berbagai ukuran dapat digunakan untuk menyatakan nilai kelembapan udara. Salah satunya

(7)

adalah kelembapan udara relative (nisbi). Kelembapan udara nisbi (Wirjohamidjojo, 2006)

Menurut Simanjuntak, 2019, Kebun Rambutan berada di ketinggian 18-27 mdpl, afdeling 1 blok 200 dan 210, PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Rambutan Provinsi Sumatera Utara, pengamatan kelembaban udara baik dengan menggunakan Higrothermometer dapat dilakukan setiap jam, yakni bergantung pada pengamat dan harus secara rutin.

Referensi

Dokumen terkait

Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Semarang Saptianing, Dra. Bisnis Anggota Rif'ah Dwi Astuti, Dra.. NO JUDUL JURUSAN JABATAN JML. BIAYA. NAMA NIP/GOL DLM.

UPRAVA DRUŠTVA Djelatnost linijskog (redovnog) pomorskog prijevoza putnika i tereta poslovno područje linijskog (redovnog) prijevoza putnika i tereta ugostiteljstvo i ostale

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV maka diperoleh kesimpulan bahwa Proses berpikir Peserta didik MTs Almuhajirin waiheru ambon dalam

meneruskan dokumen hasil pengawasan Bawaslu terhadap Verifikasi Administrasi Partai Politik calon Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c kepada

(2) Pengaruh larangan pemerintah melakukan ibadah di masjid pada masyarakat Luwu Raya akibat mewabahnya Corona Virus Disease dapat di tarik kesimpulan bahwa adanya aturan

Ada pun tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan skema Penguatan Produk Unggulan Masyarakat (PKUM) di KUB Asap Indah adalah transfer pengetahuan

(3) Pengaruh interaksi antara pola latihan dengan power otot tungkai terhadap kemampuan menggiring bola dalam perminan sepak bola. Penelitian dilaksanakan dengan metode eksperimen

Baginya, pemilihan (election) memiliki unsur demokratis karena memberi warga negara kesempatan yang sama untuk bersuara dalam mengangkat atau mengganti para wakilnya. Pemilihan