UTAMA RIAUMENURUT PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Program Studi Ekonomi Syariah
Oleh:
RAHMAT AMIN HARAHAP NIM. 11820512932
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU-PEKANBARU
1444 H/2023 M
Utama Riau Menurut Perspektif Ekonomi Syariah
Adapun penulisan skripsi ini dilatar belakangi pelaksanaan sewa-menyewa (Ijarah) Peralatan Olahraga Pada Pengunjung di Stadion Utama Riau dalam pelaksanaan sewa-menyewa ini masing-masing pihak yang melakukan sewa- menyewa harus sepakat akan ketentuan dari sewa-menyewa itu sendiri dan juga mengetahui apa-apa saja yang menjadi kewajiban dari masing-masing pihak.
Namun fenomena di lapangan ternyata tidak adanya suatu perjanjian yang disepakati bersama ketika ada kerusakan pada berang sewa, sehingga apabila terjadi kerusakan yang berat akan dapat mengakibatkan pemilik sewa menjadi rugi.
Adapun permasalahan dalam penelitian ini penulis mengangkat beberapa pokok permasalahan yakni, Bagaimana implementasi sewa menyewa peralatan olahraga pada pengunjung Stadion Utama Riau dan bagaimana sewa menyewa peralatan olahraga pada pengunjung menurut ekonomi syariah
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (Filed Research). Yang berlokasi di Stadion Utama Riau informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 8 orang, 4 orang yang membuka usaha sewa Peralatan Olahraga di Stadion Utam riau dan 4 orang yang menyewa yang menyewa Peralatan Olahraga di Stadion Utama Riau.
Dalam pengumpulan data yang dilakukan melalui teknik, observasi, teknik wawancara dan teknik dokumentasi, dalam menganalisis data peneliti menggunakan kualitatif.
Hasil penelitian ini menujukkan bahwa Implementasi sewa-menyewa peralatan olah raga di Stadion Utama Riau sudah berjalan dengan baik dimana didalam implementasinya si penyewa harus membayar terlebih dahulu barang yang ingin di sewa sebelum dipergunakan, dan apabila barang yang disewa oleh penyewa rusak sealama masa sewa berlangsung maka penyewa boleh menukar dengan yang lain (bagus), kemudian penyewa harus mengembalikan barang yang disewa sebelum usaha sewa tutup, selanjutnya barang yang rusak pada masa sewa yang akan bertangung jawab untuk memperbaiki adalah pemilik sewa tanpa melibatkan penyewa. Sedangkan menurut perspektif ekonomi syariah implementasi sewa-menyewa peralatan olahraga di Stadion Utama Riau sesuai dengan perspektif ekonomi syariah dimana di dalam proses sewa menyewa peralatan olahraga tersebut atas dasar suka sama suka antara pemilik sewa dan penyewa peralatan olahraga di Stadion Utama Riau.
KataKunci : Implementasi, Sewa Menyewa Peralatan Olahraga, Stadion Utama Riau, Perspektif Ekonomi Syariah.
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, sedalam syukur dan setinggi puji penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, shalawat serta salam tidak lupa pula penulis doakan semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabiyullah, Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari alam jahiliyah kepada alam yang terang benderang yang penuh pengetahuan seperti sekarang ini.
Dengan izin dan rahmat Alah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “IMPLEMENTASI SEWA MENYEWA PERALATAN OLAHRAGA PADA PENGUNJUNG DI STADION UTAMA RIAU MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH”. Merupakan karya ilmiah yang disusun untuk memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Dalam menyelesaikan karya tulis ini, penulis dapat bantuan dari berbagai pihak baik berupa bantuan moral maupun materil terutama dari keluarga yang tidak pernah lupa mendoakan dan memberikan motivasi, cinta, kasih sayang dan perhatian yang tidak terhingga kepada penulis.
Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih pada semua pihak yang senantiasa mendampingi penulis baik dalam keadaan suka maupun duka, teristimewa dengan tulus hati diucapkan
terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua penulis yang tidak pernah lelah dan menyerah untuk mendorong dan memperhatikan penulis mulai dari ayunan hingga saat ini yaitu (Ayahanda) Kamadden Harahap dan (Ibunda) Dorianna Siregar, yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang dan
ii
2. Tak lupa juga ucapan terimakasih kepada saudara sedarah penulis (iboto) yaitu Nurlaila Harahap,S.Pd, Nurhoiriyah Harahap, S.Pd, Masito Harahap, S.Pd, Nursima Harahap, S.Pd, Apriliah Harahap, S.Pi, dan adek salsa bila harahap yang selalu membantu dan memerikan nasehat yang baik serta doa yang tulus kepada penulis sehinggga penulis dapat menyelesaikan pendididikan.
3. Bapak Prof. Dr. Khairunas Rajab, M.Ag, selaku Rektor Uin Suska Riau yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Uin Suska Riau.
4. Bapak Dr. Zulkifli, M.Ag, selaku Dekan di Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum, beserta Wakil Dekan I, II, dan III di Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum, di Uin Suska Riau.
5. Bapak Muhammad Nurwahid, M.Ag , selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syari’ah di Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum, di Uin Suska Riau.
6. Bapak Syamsurizal, SE, M.Sc, Ak, CA selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Syari’ah di Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum, di Uin Suska Riau.
7. Bapak Dr. Syahfawi, S.Ag., M.sh selaku Penasehat Akademis terimakasih atas waktu, nasehat, masukan dan motivasi yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan ini.
8. Bapak Dr. Heri Sunandar, MCL dan Ibu Desi Devrika Devra, SHI., MS.i selaku pembimbing Skripsi, sekaligus pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan, informasi dan arahan kepada penulis selama menyelesaikan Proposal dan Skripsi ini.
9. Bapak-bapak/Ibu-ibu Dosen serta seluruh karyawan/I di Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum di Uin Suska Riau, yang telah mencurahkan ilmu pengetahuan, mendidik, membimbing penulis untuk menjadikan
iii
mahasiswa berwawasan luas, idealis dan agamis dan membantu penulis selama perkuliahan.
10. Bapak Dr. H. Muhammad Tawwaf, S.Ip. M.Si, Kepala Perpustakaan UIN Suska Riau Beserta Staf yang telah yang selalu memberikan penulis pelayanan selama perkuliahan di Uin Suska Riau.
11. Tak lupa juga ucapan terimakasih kepada teman-teman Jurusan Ekonomi Syari’ah Angkatan 2018 Kelas E. Firman Ikhsan, Alfis Sabillah, Nadia Rambe, Annisa Isanti dan terakhir Nur Saidah Pulungan dan semua anak kelas E.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Pekanbaru, 28 November 2022 Penulis
RAHMAT AMIN HARAHAP NIM.11820512932
iv
ABSTRAK ... i
KATA PENGNATAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian... 8
BAB II KAJIAN TEORI A. Implementasi ... 9
B. Penyawaan / Sewa Menyewa ... 12
C. Ijarah... 13
D. Penelitian Terdahulu ... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 33
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 33
C. Informan Penelitian ... 34
D. Sumber Data ... 34
E. Teknik Pengumpulan Data ... 34
F. Lokasi penelitian ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Sewa Menyewa Peralatan Olahraga Pada Pengunjung Stadion Utama Riau ... 44
v
B. Sewa Menyewa Peralatan Olahraga Pada Pengunjung
Menurut Ekonomi Syariah ... 52 C. Pembahasan ... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan... 57 B. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS
vi
Tabel II.1 Penelitian Terdahulu... 28 Tabel III.1 Jumlah Peralatan Olahraga yang Dimiliki Pedagang ... 39 Tabel III.2 Modal Usaha Sewa-Menyewa Peralatan Olahraga ... 40 Tabel III.3 Pendapatan Pedagang Sewa-menyewa Peralatan Olahraga
pada Bulan November 2022 ... 42 Tabel IV.1 harga sewa peralatan olahraga ... 44
vii
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Olahraga pada dasarnya merupakan kebutuhan setiap manusia di dalam kehidupan, agar kondisi fisik dan kesehatannya tetap terjaga dengan baik. Olahraga dapat meningkatkan kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit termasuk penyakit jantung, diabetes, osteoporosis, bentuk kanker, obesitas, dan cedera.
Partisipasi dalam olahraga juga dikenal untuk mengurangi depresi, stres dan kecemasan, meningkatkan kepercayaan diri, tingkat energi, kualitas tidur, dan kemampuan untuk berkonsentrasi.
Ada tiga faktor yang berdampak pada olahraga, yaitu faktor individu, faktor lingkungan, dan faktor sosial budaya. Partisipasi masyarakat dalam melakukan kegiatan olahraga semakin meningkat yang ditunjukkan dengan peningkatan partisipasi masyarakat pada indeks pembangunan olahraga (SDI). Olahraga yang secara spesifik dapat meningkatkan derajat kesehatan bagi pelakunya adalah olahraga kesehatan. Dalam olahraga kesehatan tidak hanya melatih aspek jasmaniah, juga menjangkau aspek rohaniah dan aspek sosial. Kesadaran masyarakat untuk berolahraga memberikan kontribusi dalam pembangunan individu dan masyarakat yang cerdas, sehat, terampil, tangguh, kompetitif, sejahtera, dan bermartabat.
Pada saat ini juga banyak masyarakat yang senantiasa membuka jasa sewa peralatan olahraga, sehingga masyarakat ingin berolahraga tidak perlu lagi mengeluarkan biaya yang mahal untuk membeli alat olahraga yang mereka ingin gunakan, dan jasa sewa peralatan olahraga ini juga sudah mudah untuk didapati disetiap daerah, dan banyak masyarakat yang menjadikan usaha sewa peralatan olahraga ini menjadi propesi utama mereka, karen pendapatan dari usaha sewa peraltan olahraga ini dapat memenuhi kebutuhan mereka cotohnya masyarakat riau yang berada disekitaran setadion utama riau.1
Masyarkat memilih lokasi di Stadion ini karna memiliki potensi usah yang bagus mudah diakses dan ramai dikunjungi anak sekolah, mahasiwa ataupun yang sudah berkelurga. Sehingga banyak masyarakat yang membuka usaha-usaha kecil di sekeliling stadion ini. dan di stadion ini seperti mejual makanan dan minuman, dan ada juga yang membuka usaha sewa menyewa peralatan olahraga, adapun informasi sementara terkait unit sewa menyewa peralatan olahraga yang peneliti dapatkan dari observasi yang penulis lakukan yaitu terdapat pada table 1 berikut:
1 Observasi, 21 april 2022.
3
Tabel I.1
Data unit usaha sewa di Stadion Utama Riau 2022
Nama Usaha Sewa Jumlah Usaha Sewa
Sewa sepeda 3
Sewa bola 5
Sewa raket badminton 4
Sewa sepatu roda 1
Jumlah 13
Sumber : Observasi Lapangan
Dari tabel I.I diatas, itulah data unit usaha sewa peralatan olahraga di Stadion Utama Riau. Sementara yang penulis dapatkan, kemudia penulis juga sempat melakukan wawancara singkat kepada salah satu pemilik usaha sewa menyewa ini yaitu pak Rijal, beliau mengatakan bahwa jumlah usaha sewa peralatan olahraga ini bisa bertambah pada hari libur yaitu hari sabtu dan minggu, kemudian sistem pembayaran terhadap sewa menyewa peralatan olah raga tersebut dengan membayar di awal dan tanpa ada suatu perjanjian yang tertulis dan di dalam transaksi penyewaan tersebut yang dinyatakan oleh kedua belah pihak hanya menyatakan harga dan waktu penyewaan saja.2
Salah satu kegiatan bermuamalah yang biasa dilakukan masyarakat adalah ijarah yang artinya praktik sewa menyewa. Sewa menyewa adalah salah satu cara untuk memperoleh manfaat dengan jalan penggantian seperti sewa menyeawa peralatan olahraga yan dilakukan oleh masyarakat di Stadion Utama Riau.
2 Wawancara, Rizal, Pemilik Sewa Menyewa Sepeda, 21 april 2022.
Islam merupakan agama yang diridhoi oleh Allah SWT telah memberikan pedoman kepada manusia untuk menjalankan segala aspek kegiatan yang baik dalam jasmani maupun rohani, perkara duniawi dan akhirat serta kegiatan berinteraksi dengan masyarakat. Berinteraksi dengan masyarakat tentunya manusia tidak akan terlepas dari berbagai kegiatan bermuamalah. Kegiatan bermuamalah merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan kemaslahatan dan menghindari kemudharatan serta telah diatur dalam kaidah fiqh-fiqh muamalah.
Fiqh Muamalah merupakan aturan-aturan hukum Allah SWT yang ditujukan untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan duniawi maupun urusan sosial kemasyarakatan. Hal ini menjelaskan bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan manusia harus senantiasa mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, sekalipun dalam perkara yang bersifat duniawi, sebab segala aktivitas yang dilakukan manusia akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat.3
Sewa-menyewa ini termasuk dalam akad ijarah, yang mana mewajibkan pemberi sewa untuk menyediakan aset yang dapat digunakan atau dapat diambil manfaat darinya selama periode akad dan memberikan hak kepada pemberi sewa untuk menerima upah sewa (ujrah). Dan barang yang disewakan harus dapat digunakan bukan barang yang rusak yang tidak dapat diambil manfaatnya. Apabila terdapat kerusakan sebelum digunakan dan sedikitpun waktu belum berlalu maka akad dapat dikatakan batal atau pemberi sewa harus mengganti dengan aset sejenis
3 Ismail Nawawi, Fiqih Muamalah Hukum Ekonomi, Bisnis, dan Sosial, (Jakarta: CV Dwiputra Pustaka Jaya , 2010), h. 15.
5
lainnya. Apabila terjadi kerusakan yang mengakibatkan penurunan nilai kegunaan dari aset yang disewakan dan bukan disebabkan kelalaian penyewa, pemberi sewa berkewajiban menanggung biaya pemeliharaannya selama periode akad atau menggantinya dengan aset sejenis. Pada hakekatnya pemberi sewa berkewajiban menyiapkan aset yang disewakan dalam kondisi yang dapat diambil manfaat darinya. Musta‟jir dibolehkan untuk menyewakan barang sewaan kepada orang lain dengan syarat pengguna barang itu sesuai dengan penggunaan yang dijanjikan ketika akad. Misalnya seperti penyewaan sepeda, ketika akad dinyatakan bahwa peralatan olaraga itu disewakan untuk olahraga, bersenang-senang, dan bermain.
Dalam sebuah teori, aset yang disewakan dapat berupa rumah, mobil, peralatan olahraga dan lain sebagainya, karena yang ditransfer adalah manfaat dari suatu aset, sehingga segala sesuatu yang dapat ditransfer manfaatnya dapat menjadi objek ijarah. Dengan demikian, yang yang habis dikonsumsi tidak dapat menjadi objek ijarah karena mengambil manfaatnya berarti memilikinya. Sewa-menyewa adalah suatu perjanjian atau kesepakatan yang dibuat oleh kedua belah pihak atau lebih yang membentuk hak dan kewajiban, artinya dari hubungan sewa-menyewa yang dibentuk atas dasar kesepakatan bersama sebagai akibatnya akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak, jadi apa yang menjadi kewajiban dari salah satu pihak dalam perjanjian sewa-menyewa akan menjadi kewajiban bagi pihak lainya.4
4 R. Subekti, Aneka Perjanjian Buku II, (Bandung: Citra Bakti, 2005), cet. ke 1, h. 41.
Dalam pelaksanaan sewa-menyewa ini masing-masing pihak yang melakukan sewa-menyewa harus sepakat akan ketentuan dari sewa-menyewa itu dan juga mengetahui apa-apa saja yang menjadi kewajiban dari masing-masing pihak. Sewa- menyewa biasa disebut dengan istilah percateran.
Agar pelaksanaan sewa-menyewa (Ijarah) ini berjalan sebagaimana mestinya menurut tuntunan agama Islam maka agama menghendakinya agar perjanjian pelaksanaan sewa-menyewa (Ijarah), senantiasa diperhatikan ketentuan-ketentuan yang bisa menjamin pelaksanaan perjanjian tersebut yang tidak merugikan salah satu pihak, serta terpeliharanya maksud mulia yang diinginkan oleh agama. Berdasarkan fenomena di lapangan ternyata tidak ada perjanjian yang disepakati bersama sehingga banyak terjadi permasalahan yang terjadi. Sebagai contoh, ketika ada kerusakan pada berang sewa, penyewa tidakmau mengganti kerusakan yang terjadi, sehingga pemilik sewa yang bertanggung jawab atas kerusakan tersebut, sehingga apabila terjadi kerusakan yang berat akan dapat mengakibatkan pemilik sewa menjadi rugi, maka kerusakan tersebut ditanggung oleh si pemilik sewa, Permasalahan lain yang juga sering terjadi yaitu penyewa terlambat mengembalikan barang yang di sewa dari waktu yang telah ditetapkan, ada juga dalam keadaan rusak, dan kerusakan tersebut tidak diberitahukan kepada si pemilik sewa. Hal ini terjadi disebabkan karena, tidak adanya kontrak yang jelas atau surat pernyataan, dengan tidak adanya kontrak yang jelas jadi mereka bisa menyepelekan hal ini, karena mereka merasa tidak adanya tanggung jawab, dan kurang terjalinnya komunikasi dan
7
kejujuran antara pemilik dan penyewa, atau kurang ketegasan antara pemilik dan penyewa.5
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “IMPLEMENTASI SEWA MENYEWA PERALATAN OLAHRAGA PADA PENGUNJUNG DI STADION UTAMA RIAU MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH ”.
B. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah pada sasaran yang diinginkan, karena terlalu luasnya pembahasan yang diangkat, maka penulis memfokuskan pembahasan tentang Implementasi Sewa Menyewa Peralatan Olahraga Pada Pengunjung Di Satadion Utama Riau.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi sewa menyewa peralatan olahraga pada pengunjung stadion utama riau?
2. Bagaimana sewa menyewa peralatan olahraga pada pengunjung menurut ekonomi syariah?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana implementasi sewa meneyewa peralatan olahraga pada pengunjung di Stadion Utama Riau.
5 Observasi, 21 april 2022.
b. Untuk mengetahui tinjauan menurut ekonomi syariah terhadap sewa menyewa peralatan olahraga.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara teoris, hasil penelitian diharapakan dapat memberi manfaat untuk pengembangan konsep-konsep dalam bidang ekonomi syariah, khususnya teori ijarah. Serta menambah pengetahuan tentang sewa menyewa terutama untuk penulis sendiri dan umumnya untuk para pembaca.
b. Sabagai bahan masukan, khususnya bagi kita semua tantang bagaimana penerapan akad ijarah ini dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam sewa menyewa peralatan olahraga distadion utama riau.
9 BAB II KAJIAN TEORI A. Implementasi
1. Pengertian Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna. Menurut Nurdin Usman, implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.6
Konsep implementasi semakin marak dibicarakan seiring dengan banyaknya pakar yang memberikan kontribusi pemikiran tentang implementasi kebijakan sebagai salah satu tahap dari proses kebijakan. Menurut Agustino,
“implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu. Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.7
Menurut Purwanto dan Sulistyastuti, “implementasi intinya adalah kegiatan untuk mendistribusikan keluaran kebijakan (to deliver policy output)
6 Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum,(Grasindo, Jakarta, 2002), h.70.
7 Agostiono, Implementasi Kebijakan Publik Model Van Meter dan Van Horn,( Bandung : Alfabeta, 2008). h.139.
yang dilakukan oleh para implementor kepada kelompok sasaran (target group) sebagai upaya untuk mewujudkan kebijakan.”8
Dari pengertian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi merupakan tindakan dari sebuah rencana yang sudah disusun matang. Implementasi menitikberatkan pada sebuah pelaksanaan nyata dari sebuah perencanaan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi
Keberhasilan implementasi menurut Merile S. Grindle dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation).
Van Meter dan van Horn menjelaskan bahwa tugas implementasi adalah membangun jaringan yang memungkinkan tujuan kebijakan publik direalisasikan melalui aktivitas instansi pemerintah yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan.9
3. Studi Implementasi
Studi implementasi telah berkembang sejak beberapa dekade di negara- negara maju seperti Negara Eropa, Barat dan Amerika Serikat. Untuk negara- negara berkembang studi implementasi masih merupakan topik yang hangat untuk dikaji maupun diperbincangkan. Meningkatnya perhatian akademisi dinegara berkembang terhadap studi implementasi tidak lepas dari banyaknya
8 Purwanto dan Sulistyastuti , Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 21.
9 Merile S. Grindle (Dalam Buku Budi Winarno). Teori dan Proses Kebijakan Publik, (Media Pressindo, Yogyakarta, 2002), h.179.
11
fenomena tentang kegagalan kebijakan publik yang diimplementasikan di negara-negara berkembang. Bisa dilihat bagaimana kucuran bantuan pinjaman yang mengalir deras kepada negara berkembang dari negara-negara donor maupun Bank Dunia untuk mengembangkan laju pembangunan sehingga negara berkembang mengalami eskalasi pada tahun 1980an. Tetapi sangat disayangkan dana yang besar dari negara donor untuk mendanai mega proyek pembangunan hampir sebagian besar gagal ketika diimplementasikan. Studi kebijakan publik dalam wacana ilmuan di Indonesia semakin penting dan menarik untuk mencari jawaban atas permasalahan tersebut.10
Studi Implementasi juga merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai kepentingan.
4. Konseptualisasi Implementasi
Untuk mendalami proses implementasi maka perlu dipahami konsep implementasi terlebih dahulu. Istilah implementasi mulai muncul kepermukaan beberapa dekade yang lalu. Yang pertama menggunakan istilah tersebut adalah Harold Laswell (1956). Sebagai ilmuan yang pertama kali mengembangkan studi tentang kebijakan publik, Laswell menggagas suatu pendekatan yang ia
10 Hj. Rulinawaty kasmad, S.Sos, M.Si. Studi Implementasi Kebijakan Publik, (Bandung:Alpabeta,2017), h. 9.
sebut sebagai pendekatan proses (policy process approach). Menurutnya agar ilmuan dapat memperoleh pemahaman yang baik tentang apa sesungguhnya kebijakan publik, maka kebijakan publik tersebut harus diurai menjadi beberapa bagian sebagai tahapan tahapan yaitu agenda setting, formulasi, legitimasi, implementasi, evaluasi, reformulasi, dan terminasi. Dari siklus kebijakan tersebut terlihat secara jelas bahwa implementasi hanyalah bagian atau salah satu tahap dari proses besar bagaimana suatu kebijakan publik dirumuskan.11
Konsep implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna.
Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap fix.
B. Penyawaan / Sewa Menyewa
Sewa-menyewa merupakan salah satu perjanjian timbal balik. Ada beberapa pengertian mengenai sewa-menyewa antara lain :12
1) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sewa didefinisikan sebagai: (I) pemakaian sesuatu dengan membayar uang; (II) Uang dibayarkan karena memakai aatau meminjam sesuatu, ongkos biaya pengangkutan (transportasi);
(III) Boleh dipakai setelah dibayar dengan uang. Menyewa didefiniskan sebagai memakai (meminjam, mengusahakan, dan sebagainya) dengan membayar uang sewa.
11 Ibid, h.30.
12 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, (Balai Pustaka, Jakarta,2010) h. 933.
13
2) Menurut Subekti, sewa-menyewa adalah pihak yang satu menyanggupi akan menyerahkan suatu benda untuk dipakai selama suatu jangka waktu tertentu sedangkan pihak yang lainnya menyanggupi akan membayar harga yang telah ditetapkan untuk pemakaian itu pada waktu-waktu yang ditentukan.13
Sewa-menyewa adalah perjanjian konsensual, namun oleh undangundang diadakan perbedaan antara sewa tertulis dan sewa lisan. Jika sewamenyewa itu diadakan secara tertulis, maka sewa itu berakhir demi hukum (otomatis) apabila waktu yang ditentukan sudah habis, tanpa diperlukannya sesuatu pemberitahuan pemberhentian untuk itu. Sebaliknya, kalau sewa-menyewa tidak dibuat dengan tulisan, maka sewa itu tidak berakhir pada waktu yang ditentukan, melainkan jika pihak yang menyewakan memberitahukan kepada si penyewa bahwa ia hendak menghentikan sewanya, pemberitahuan mana harus dilakukan dengan mengindahkan jangka waktu yang diharuskan menurut kebiasaan setempat. Jika tidak ada pemberitahuan seperti itu, maka dianggaplah bahwa sewa itu diperpanjang untuk waktu yang sama.14
C. Ijarah
1. Pengetian ijarah
Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam lapangan muamalah salah satunya adalah Ijarah. Ijarah sering disebut dengan “upah” atau “imbalan”.
Kalau sekiranya kitab-kitab fiqh sering mmenerjemahkan kata Ijarah dengan
13 R. Subekti, op, cit. h. 48.
14 Indonesia.Undang-Undang Hukum Perdata Nomor 4 Tahun 1992 (Burgerlijk Wetboek, Pasal 1570 jo 1571).
“sewa-menyewa”, maka hal tersebut janganlah diartikan menyewa sesuatu barang untuk diambil manfaatnya saja, tetapi harus dipahami dalam arti yang luas.
Kata ijarah secara bahasa berarti al-ajru, yaitu imbalan terhadap suatu pekerjaan (aljazau „alal„amal) dan pahala (tsawab). Dalam bentuk lain, kata ijarah juga bisa dikatakan sebagai nama bagi al-ujrah yang berarti upah atau sewa. Selain itu arti kebahasaan lain dari al- ajru tersebut adalah ganti (al-
„iwadh).15
Defenisi lain tentang ijarah adalah suatu balasan atau imbalan yang diberikan sebagai upah sesuatu pekerjaan. Sewa menyewa bararti suatu perjanjian tentang pemakaian dan pemungutan hasil suatu benda, binatang atau tenaga manusia, misalnya menyewa rumah untuk tempat tinggal, menyewa kerbau untuk membajak sawah, menyewa tenaga manusia untuk mengangkut barang dan sebagainya. Dikatakan juga bahwa ijarah adalah menjual manfaat.
Yakni mengambil manfat dari tenaga manusia maupun hewan dan manfaat dari suatu benda.16
Sedangkan beberapa definisi ijarah dalam pandangan ulama fiqh, sebagai berikut:17
15 Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di Lembaga Keungan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h. 150.
16 Syafii Jafri, Fiqih Muamalah, (Pekanbaru: Suska Press, 2008), h. 131.
17 Akhmad Farroh Hasan, Fiqih Muamalah dari Klasik Hingga Kontemporer, (Malang, UIN Maliki Press : 2018), h.49.
15
a. Berdasarkan pendapat Hanafiyah Ijarah adalah akad atas suatu kemanfaatan dengan pengganti.
b. Berdasarkan pendapat Syafi‟iyah Ijarah adalah akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu dan mubah, serta menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu.
c. Berdasarkan pendapat Malikiyah dan Hanabilah Ijarah adalah menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu tertentu dengan pengganti.18
d. Berdasarkan pendapat syaikh Syihab Al-Din dan Syaikh Umairah juga mempunya pandangan berhubungan dengan ijarah, ialah: Akad atas manfaat yang diketahui dan disengaja untuk memberi dan membolehkan dengan imbalan yang diketahui saat itu.
e. Berdasarkan pendapat Muhammad Al-Syarbini Al-Khatib juga mempunya pandangan terkait dengan ijarah, ialah: Pemilikan manfaat dengan adanya imbalan dan syarat-syarat.
f. Berdasarkan pendapat Hasbi Ash-Shiddiqie juga mempunya pandangan berhubungan dengan ijarah, ialah: “Akad yang objeknya ialah penukaran manfaat untuk masa tertentu, yaitu pemilikan manfaat dengan imbalan, sama dengan menjual manfaat.”19
18 Rachmat Syafi‟i, Fiqh Muamalah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), h. 121.
19 Ibid, h.122
2. Prinsip Sewa Menyewa (Ijarah)
Bentuk kegiatan manusia dalam muamalah adalah sewa menyewa, kontrak, menjual jasa dalam ekonomi Islam jasa dikaitkan dengan sewa- menyewa ijarah yaitu kegiatan pemindahan hak pemanfaatan barang atau objek dari kegiatannya adalah jasa, baik jasa yang dihasilkan dari tenaga manusia maupun jasa yang diperoleh dari pemanfaatan barang. Sebenarnya konsep ijarah sama dengan konsep jual-beli hanya saja objek yang diperjual-belikan dalam ijarah adalah jasa sedangkan dalam jual beli adalah memperjual-belikan barang atau benda.20
3. Dasar Hukum Sewa Menyewa(Ijarah) a. Al-Qur‟an.
Al-Qur‟an adalah dasar hukum yang menduduki tingkat pertama dalam mencantumkan hukum-hukum yang berlaku dalam kehidupan beragama. Masalah sewa-menyewa terdapat dalam Q.S Al-Baqarah (2): 233
َّىِخُٚ ٌَأ َداَزَأ ًٍَِۡن ٍَِِۖۡٛهِياَك ٍَِۡٛن َٕۡح ٍََُّْدََٰن َۡٔأ ٍَ ۡعِض ۡسُٚ ُث ََٰدِن ََٰٕۡنٱَٔ۞
ُفَّهَكُح َلَ َِۚفُٔس ۡعًَۡنٱِب ٍَُُّٓحَٕ ۡعِكَٔ ٍَُُّٓق ۡشِز ۥَُّن ِدُٕن ًَٕۡۡنٱ َٗهَعَٔ ََۚتَعاَضَّسنٱ َٔ اَِْدَنَِٕب ُُۢةَدِن ََٰٔ َّزٓاَضُح َلَ َۚآََع ۡظُٔ َّلَِإ ٌطۡفََ
َٗهَعَٔ َۚۦِِِدَنَِٕب ۥَُّّن ٞدُٕن َٕۡي َلَ
َلََف ٖزُٔاَشَحَٔ آًَُُِّۡي ٖضاَسَح ٍَع الَاَصِف اَداَزَأ ٌِۡئَف ََۗكِن ََٰذ ُمۡثِي ِدِزإَۡنٱ اَذِإ ۡىُكَۡٛهَع َحاَُُج َلََف ۡىُكَدََٰن َۡٔأ ْإُٓعِض ۡسَخ ۡعَح ٌَأ ۡىُّحدَزَأ ٌِۡإَٔ َۗآًََِۡٛهَع َحاَُُج
20 Adiwarman A. Karim, Bank Islam, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2008), Ed.3. h 120.
17
ٓاَّي ىُخ ًَّۡهَظ ٌَُٕهًَ ۡعَح اًَِب َ َّللَّٱ ٌََّأ ْإًَُٓه ۡعٱَٔ َ َّللَّٱ ْإُقَّحٱَٔ َِۗفُٔس ۡعًَۡنٱِب ىُخَۡٛحاَء
ٞسِٛصَب ٣٢٢
Artinya: Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.21
QS Ath-Thalaq [65] : 6,
ْإُقَِّٛضُخِن ٍَُُّّْٔزٓاَضُح َلََٔ ۡىُكِد ۡجُٔ ٍِّي ىُخَُكَظ ُذَۡٛح ٍِۡي ٍَُُُِّْٕك ۡظَأ ٌِۡئَف ٍَََُّۚٓه ًَۡح ٍَ ۡعَضَٚ ََّٰٗخَح ٍََِّٓۡٛهَع ْإُقِفََأَف ٖم ًَۡح ِجََٰنُْٔأ ٍَُّك ٌِإَٔ ٍَََِّۚٓۡٛهَع
21 Departemen Agama RI. Al-Baqarah ayat 233
َف ۡىُكَن ٍَ ۡعَض ۡزَأ َۡٛب ْأُسًَِحۡأَٔ ٍََُّْزُٕجُأ ٍَُُّْٕحا َ
ٌِإَٔ ِٖۖفُٔس ۡعًَِب ىُكَُ
ََٰٖس ۡخُأ ٓۥَُّن ُعِض ۡسُخَعَف ۡىُح ۡسَظاَعَح ٦
Artinya: tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.22
QS Al-Qashash [28] : 26,
َخ ۡظٱ ِجَبَأََٰٓٚ آًََُٰىَد ۡحِإ ۡجَناَق َخ ۡظٱ ٍَِي َسَۡٛخ ٌَِّإ ُِِۖ ۡسِجِر ۡ
ٍُِٛيَ ۡأَٱ َُِّٕ٘قۡنٱ َث ۡسَجِر ۡ
٣٦
Artinya: Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".23
22 Departemen Agama RI. Ath-Thalaq ayat 65
23 Departemen Agama RI. Al-Qashashs ayat 28
19
b. Al-hadist
Al-Hadist. Al-Hadist adalah sumber kedua yang merupakan pedoman mengistbat (menetapkan) suatu hukum. Dan ini merupakan rahmat Allah kepada umatnya sehingga hukum Islam tetap elastis dan dinamis sesuai dengan perkembangan zaman., “Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:
ةَسَجاَؤًُْناِب َسَيَأَٔ ِتَعَزاَصًُْنا ٍَِع َََٗٓ َىَّهَظَٔ َِّْٛهَع ُالله َّٗهَص َََُّّأ
ِِ
Artinya:”Sesungguhnya Rasulullah saw, melarang akad muzara‟ah dan memerintahkan akad mu‟ajarah (sewa-menyewa).” (HR.
Muslim).
c. Ijma ulama
Umat Islam pada masa sahabat telah berijma' bahwa Ijarah dibolehkan sebab bermanfaat bagi manusia. Selain bermanfaat bagi sesama manusia sebagian masyarakat sangat membutuhkan akad ini, karena termasuk salah satu akad tolong-menolong.
Pakar-pakar keilmuan dan cendekiawan sepanjang sejarah di seluruh negeri telah sepakat akan legitimasi ijarah. Dari beberapa nash yang ada, kiranya dapat dipahami bahwa ijarah itu disyari'atkan dalam Islam, karena pada dasarnya manusia senantiasa terbentur pada keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, manusia antara yang satu dengan yang lain selalu terikat dan saling membutuhkan.
4. Rukun dan Syarat Ijarah
Menurut Hanafiyah, rukan dan syarat ijarah hanya ada satu, yaitu ijab dan qabul, yaitu pernyataan dari orang yang menyewa dan meyewakan.24 Sedangkan menurut jumhur ulama, Rukun-rukun dan syarat ijarah ada empat, yaitu Aqid (orang yang berakad), sighat, upah, dan manfaat. Ada beberapa rukun ijarah di atas akan di uraikan sebagai berikut:25
a. Aqid (Orang yang berakad)
Orang yang melakukan akad ijarah ada dua orang yaitu mu‟jir dan mustajir. Mu‟jir adalah orang yang memberikan upah atau yang menyewakan. Sedangkan Musta‟jir adalah orang yang menerima upah untuk melakukan sesuatu dan yang menyewa sesuatu. Bagi yang berakad ijarah di syaratkan mengetahui manfaat barang yang di jadikan akad sehingga dapat mencegah terjadinya perselisihan.
Untuk kedua belah pihak yang melakukan akad disyaratkan berkemampuan, yaitu kedua-duanya berakal dan dapat membedakan. Jika salah seorang yang berakal itu gila atau anak kecil yang belum dapat membedakan baik ataupun buruk , maka akad menjadi tidak sah.26
24 Nasrun Haroen. Fiqh Muamalah,( Jakarta.:Gaya Media Pratama. 2007),. Cet. 2.h.110.
25 Ibid.,h. 117
26 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah jilid 4, Pena Ilmu dan Amal, (Jakarta, 2015), h. 205.
21
b. Sighat (Ijab dan qabul)
Yaitu suatu ungkapan para pihak yang melakukan akad berupa ijab dan qabul adalah permulaan penjelasan yang keluar dari salah seorang yang berakad sebagai gambaran kehendaknya dalam mengadakan akad ijarah.27
Dalam Hukum Perikatan Islam, ijab diartikan dengan suatu pernyataan janji atau penawaran dari pihak pertama untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sedangkan qobul adalah suatu pernyataan yang diucapkan dari pihak yang berakad pula (musta‟jir) untuk penerimaan kehendak dari pihak pertama yaitu setelah adanya ijab.28
Syarat-syaratnya sama dengan syarat ijab-qabul pada jual beli, hanya saja ijab dan qabul dalam ijarah harus menyebutkan masa atau waktu yang ditentukan.29
c. Ujroh (upah)
Upah atau imbalan dalam bahasa Arab disebut juga ijarah. Karena itu lafal ijarah mempunyai pengertian umum yang meliputi upah atas pemanfaatan suatu benda atau imbalan sesuatu kegiatan, atau upah karena melakukan suatu aktivitas.30 Kata ijarah berasal dari kata ajr yang berarti imbalan. Dalam syariat, penyewaan (ijarah) adalah akad atas manfaat dengan imbalan. Manfaat terdiri dari beberapa bentuk, pertama manfaat benda, kedua manfaat pekerjaan dan ketiga manfaat orang yang
27 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Raja Grafindo Persada, (Jakarta, 2010), h. 116.
28 Ibid ,h. 117.
29 Syaifullah Aziz, Fiqih Islam Lengkap, Ass-syifa,( Surabaya, 2017), h. 378.
30 Helmi Karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Nusa Jaya, 2010),h. 29.
mengerahkan tenaganya. Pemilik manfaat yang menyewakan dinamakan dengan mu‟jir, pihak lain yang mengeluarkan imbalan dinamakan dengan musta‟jir. Sesuatu yang manfatnya diakadkan dinamakan ma‟jur, dan imbalan yang dikeluarkan sebagai kompensasi manfaat dinamakan ajr atau ujrah.31Upah dalam Islam masuk juga dalam bab ijarah sebagaimana perjanjian kerja, menurut bahasa ijarah berarti ”upah” atau “ganti” atau imbalan, karena itu lafaz ijarah mempunyai pengertian umum yang meliputi upah atas pemanfaatan sesuatu benda atau imbalan sesuatu kegiatan atau upah karena melakukan sesuatu aktifitas.
Ujroh yaitu sesuatu yang diberikan kepada musta‟jir atas jasa yang telah diberikan atau diambil manfaatnya oleh mu‟jir dengan syarat hendaknya :32
a) Sudah jelas/sudah diketahui jumlahnya. Karena ijarah akad timbal balik, karena itu iijarah tidak sah dengan upah yang belum diketahui
b) Pegawai khusus seperti hakim tidk boleh mengambil uang dari pekerjaannya, karena dia sudah mendapatkan gaji khusus dari pemerintah.
Jika dia mengambil gaji dari pekerjaannya berarti dia mendapat gaji dua kali dengan hanya mengerjakan satu pekerjaan saja.
31 Sayyid Sabiq , op cit. h. 203.
32 Muhammad Rawwas, Ensiklopedi Fiqh Umar bin Khattab, (PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015), h. 178.
23
c) Uang yang harus diserahkan bersamaan dengan penerimaan barang yang disewa. Jika lengkap manfaat yang disewa, maka uang sewanya harus lengkap.
Menyangkut penentuan upah kerja, hukum Islam tidak memberikan ketentuan yang rinci secara tekstual, baik dalam Al-Qur‟an maupun Sunnah Rasulullah. Secara umum dalam ketentuan Al-Qur‟an yang ada keterkaitannya dengan penentuan upah kerja dalam surat An- Nahl (Q.S. An-Nahl: 90)15
ََٰٗب ۡسُقۡنٱ ِ٘ذ ِ ٘ٓاَخِٚإَٔ ٍََِٰع ۡحِ ۡلۡٱَٔ ِل ۡدَعۡنٱِب ُسُي ۡأَٚ َ َّللَّٱ ٌَِّإ۞
َََُٗٓۡٚٔ
ٍَِع
ٌَُٔسَّكَرَح ۡىُكَّهَعَن ۡىُكُظِعَٚ َِۚٙ ۡغَبۡنٱَٔ ِسَكًُُۡنٱَٔ ِءٓاَش ۡحَفۡنٱ ٠٩
Artinya;”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, mungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.33
َثۡأَسَق اَذِئَف ِىِٛجَّسنٱ ٍََِٰطَّۡٛشنٱ ٍَِي ِ َّللَّٱِب ۡرِعَخ ۡظٱَف ٌَاَء ۡسُقۡنٱ
٠٩
33 Departemen Agama RI. An nahl ayat 90
Artinya: “Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk”. (Q.S. An- Nahl: 98).16 34
Ayat ini dapat dikaitkan dengan hal upah dalam perjanjian kerja, yang mengemukakan Allah SWT memerintahkan kepada pada pemberi (majikan) untuk berlaku adil, berbuat baik dan dermawan kepada para pekerjanya. Kata kerabat dapat diartikan dengan tenaga kerja, sebab para pekerja/buruh tersebut sudah merupakan bagian dari perusahaan, dan kalaulah bukan karena jerih payah pekerja tidak mungkin usaha majikan atau pengusaha berhasil.35
Islam juga membahas mengenai waktu pembayaran upah tidak ada waktu yang mengatur kapan dibayarkannya upah tersebut. Akan tetapi untuk tata cara pembayaran upah Rasulullah SAW bersabda:
ُهُقَرَع َّفِجَي ْنَأ َلْبَق ُهَر ْجَأ َرْيِجَلأْا اوُطْعَأ
Artinya: Berikanlah olehmu upah orang sewaan sebelum keringatnya kering. (HR. Ibnu Majah).36
Menurut Imam Hanafi, mensyaratkan mempercepat pembayaran upah sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Apabila dalam akad tersebut ada kesepakatan mempercepat pembayaran upah maka wajib dipenuhi setelah berakhirnya masa tersebut.
34 Departemen Agama RI. An nahl ayat 98
35M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Fiqh (Fiqh Mu‟amalat), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 157.
36Al-Qazwini Abi Muhammad Ibn Yazid, Sunan Ibn Majah, (Juz II,Beirut: Dar Al-Ahya Al- Kutub Arabiyyah), h. 20.
25
Yusuf Qardhawi mengatakan, sesungguhnya seorang pekerja hanya berhak atas upahnya jika ia telah menunaikan pekerjaannya dengan semestinya dan sesuai dengan kesepakatan, karena umat Islam terikat dengan syarat-syarat antar mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. Dalam kata lain, buruh berhak atas upah setelah menunaikan pekerjaannya, dan pengsusaha wajib membayarkan upah tersebut.37
d. Manfaat
Di antara cara untuk mengetahui ma‟qud alaih (barang) adalah dengan menjelaskan manfaatnya, pembatasan waktu, atau menjelaskan jenis pekerjaan jika ijarah atas pekerjaan atau jasa seseorang.38
Semua harta benda boleh diakadkan ijarah di atasnya, kecuali yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:39
a) Manfaat dari objek akad sewa-menyewa harus diketahui secara jelas. Hal ini dapat dilakukan, misalnya dengan memeriksa atau pemilik memberika informasi secara transparan tentang kualitas manfaat barang.
b) Objek ijarah dapat diserahterimakan dan dimanfaatkan secara langsung dan tidak mengandung cacat yang menghalangi fungsinya. Tidak dibenarkan transaksi ijarah atas harta benda yang masih dalam penguasaan pihak ketiga.
37 Syaparuddin, Konsep Pengupahan Karyawan Perusahaan dalam Manajemen Islam, Jurnal Al- Iqtishad Vol.IV/No.1/Jan-Juni 2012, diakses 2 oktober 2022.
38 Syaifullah Aziz, Fiqih Islam Lengkap, Ass-syifa, (Surabaya, 2018), h. 378.
39 Rahmat Syafi‟i, op.cit, h.127.
c) Objek ijarah dan manfaatnya tidak bertentangan dengan Hukum Syara‟.
Misalnya menyewakan VCD porno dan menyewakan rumah untuk kegiatan maksiat tidak sah.
d) Objek yang disewakan manfaat langsung dari sebuah benda. Misalnya, sewa rumah untuk ditempati, mobil untuk dikendarai, dan sebagainya.
Tidak dibenarkan sewa-menyewa manfaat suatu benda yang sifatnya tidak langsung. Seperti, sewa pohon mangga untuk diambil buahnya, atau sewa-menyewa ternak untuk diambil keturunannya, telurnya, bulunya ataupun susunya.
e) Harta benda yang menjadi objek ijarah haruslah harta benda yang bersifat isty‟mali, yakni harta benda yang dapat dimanfaatkan berulangkali tanpa mengakibatkan kerusakan zat dan pengurusan sifatnya. Sedangkan harta benda yang bersifat istihlaki adalah harta benda yang rusak atau berkurang sifatnya karna pemakaian. Seperti makanan, buku tulis, tidak sah ijarah diatasnya.40
5. Macam-Macam Ijarah
Dilihat dari obyeknya, akad al-ijarah oleh para ulama dibagi menjadi dua yaitu:41
1) Al-Ijarah yang bersifat manfaat, seperti sewa menyewa rumah, toko, kendaraan, pakaian dan perhiasan. Apabila manfaat itu merupakan manfaat
40 Rahmat Syafei, loc,cit, h.128.
41 Wahhab al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Jilid IV (Beirut: Dar al Fikr, 1984), h.
759.
27
yang dibolehkan syara untuk dipergunakan, maka para ulama fiqh sepakat menyatakan boleh dijadikan obyek sewa menyewa.
2) Al-Ijarah yang bersifat pekerjaan ialah dengan cara mempekerjakan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Al-Ijarah seperti ini menurut para ulama fiqh hukumnya boleh, apabila jenis pekerjaan itu jelas.
6. Berakhirnya Akad al-Ijarah
Sebelum melakukan sewa menyewa atau ijarah biasanya dilakukan suatu perjanjian antara kedua belah pihak, sehingga masing-masing pihak mendapatkan hak yang dikehendaki bersama. Perjanjian ini akan berlaku selama masa perjanjian yang telah disepakati belum berakhir, dan diantara salah satu pihak baik penyewa maupun orang yang menyewa tidak melakukan kewajibannya masing-masing sehingga menimbulkan pembatalan sewa menyewa. Apabila masa perjanjian itu telah habis, maka tidak berlaku lagi untuk masa berikutnya, dan barang sewaan tersebut harus dikembalikan lagi kepada pemiliknya.42
Para ulama fiqh menyatakan bahwa akad al-ijarah akan berakhir jika:43 1. Obyek hilang atau musnah
2. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad al-ijarah telah berakhir.
Apabila yang disewakan itu rumah, maka rumah itu dikembalikan kepada pemiliknya, dan apabila yang disewa itu adalah jasa maka ia berhak menerima upahnya. Kedua hal ini disepakati oleh semua ulama fiqh.
42 A. Syafi‟I Jafri, Fiqih Muamalah , cet. ke 1 (Pekanbaru: Suska Pers 2000), h.117
43 ibid,
3. Menurut ulama Hanafiyah, wafatnya salah seorang yang berakad, karena akad alijarah menurut mereka tidak boleh diwariskan. Sedangkan menurut jumhur ulama, akad al-ijarah tidak batal dengan wafatnya seseorang yang berakad, karena manfaat menurut meraka, boleh diwariskan.
4. Apabila ada uzur pada salah satu pihak.
D. Penelitian Terdahulu
Tabel II.1 Penelitian Terdahulu Nama dan Judul
Penelitian
Hasil Perbedaan
Wilzah firmasari, 2022
Pelaksanaan Perjanjian Dan Penyelesaian Sengkrta Dalam Sewa Menyewa Mobil Di CV Kausar Auto Jaya.
Pelaksanaan perjanjian sewa menyewa mobil antara CV.Kausar Auto Jaya dengan pihak penyewa mobil berdasarkan kesepakatan, dimana kesepakatan tersebut menimbulkan tanggung jawab bagi para pihak untuk melaksanakan hak dan kewajibannya. Namun, dalam kenyataannya pihak penyewa tidak beriktikad baik dalam melaksanakan perjanjian, sehingga hak dan
Kajian teori penelitian, objek penelitian dan lokasi penelitian.
29
kewajiban para pihak tidak terlaksana dengan baik...5
Bagus setiawan, 2016
Analisis besaran sewa dalam akad ijarah pada pegadaian syariah.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan biaya ijarah yang diterapkan Perum Pegadaian Syariah (Cabang Blauran Surabaya) sudah sesuai dengan Fatwa DSN Nomor:
25/DSN-MUI/III/2002, perhitungan ijarah tidak didasarkan jumlah pinjaman nasabah melainkan dari nilai barang jaminan sendiri.Biaya ijarah = Nilai taksiran/ Rp. 10.000 x Tarif x Jumlah hari pinjaman/10 hari (Ijarah Asal x Prosentase Diskon Ijarah)
Kajian teori penelitian, teknik
pengumpulan data, objek penelitian, lokasi penelitian.
M.Arya
Mulyawan, 2016 Pelaksanaan sewa menyewa pada kolam pancing ditinjau menurut perspektif fiqih
Hasil penelitian ini menunjukkan persepsi masyarakat Jl. Sidodadi Kec Marpoyan Damai Kota Pekanbaru tentang pelaksanaan sewa-menyewa tempat pemancingan, ini dapat dilihat dari hasil wawancara bahwa masyarakat setuju dengan adanya
Kajian teori penelitian, objek , dan lokasi
penelitian.
muamalah. aktivitas sewa-menyewa ini, Dikarenakan walaupun dapat membantu memenuhi kebutuhan dan menyalurkan hobi masyarakat akan tetapi mengandung unsur kezhaliman dan dapat merugikan kedua belah pihak dan hal itu tidak dibenarkan dalam hukum Islam
Intan Sukmawati, 2015
Penyewaan
(Ijarah) Pakaian Pengantin
Menurut Perspektif
Ekonomi Islam (Studi Kasus di
Desa Kuntu
Kecamatan
Kampar Kiri Kabupaten
Kampar).
Yakni pelaksanaan sistem perjanjian lisan tanpa adanya bukti secara tertulis dan mengikat. Dalam pembayaran upah sewa sebagian tidak tepat waktu dalam menunaikan kewajibannya, sehingga pihak yang menyewakan merasa dirugikan.
Kajian penelitian, objek dan lokasi
penelitian.
31
Triana wati,2015 Inplemetasi pembiaayaan ijarah multi jasa dalam
mengembagka pedidikan aggota keluarga asabah di BMT Baksara Asri Sejati Cabang Sukadamai
Lampung Selatan.
Implementasi Pembiayaan Ijarah Multijasa untuk biaya pendidikan di BMT Baskara Asri Sejati tidak sesuai dengan ketentuan Fatwa yang berlaku. Dalam aplikasinya di BMT Baskara Asri Sejati, akad ijarah yang diikuti dengan akad wakalah tidak tepat karena objek pada akad ijarah seharusnya adalah sewa jasa sedangkan aplikasinya di BMT Baskara Asri Sejati yang dipakai adalah uang. Implementasi pembiayaan ijarah multijasa dalam mengembangkan pendidikan anggota keluarga nasabah di BMT Baskara Asri Sejati berjalan dengan baik.
Dengan pembiayaan ijarah multijasa untuk biaya pendidikan yang diberikan BMT Baskara Asri Sejati membantu orang tua murid atau mahasiswa yang kesulitan membayar biaya pendidikan bagi anaknya yang
Kaji teori pelitian, objek penelitian dan lokasi penelitia.
diterima atau sedang menempuh pendidikan untuk bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi sehingga anaknya dapat memfokuskan diri untuk mencapai prestasi dan dapat berkreasi seperti yang mereka inginkan tanpa harus terbebani dengan masalah biaya .
33 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan konsep deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun secara langsung ke daerah objek penelitian, untuk memperoleh data yang berkaitan dengan judul. Dimana penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ingin memahami fenomena berdasarkan pandangan partisipan atau pandangan internal (perspectives emic), dan bukan pandangan peneliti sendiri atau pandangan eksternal (Perspective etic).44
B. Subjek dan Objek 1. Subjek penelitian
Adapun yang menjadi ubjek pada penelitian ini adalah penyewa peralatan olahraga di Stadion Utam Riau ini, dan pengunjung yang menyewa peralatan olahraga di Stadion Utama Riau ini.
2. Objek penelitian
Dan adapun objek dalam penelitian ini ialah Implementasi Sewa Menyewa Peralatan Olahraga Pada Pengunjung di Stadion Utama Riau Menurut Perspektif Ekonomi Syariah.
44Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 348.
C. Informan Penelitian
Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.45 Adapun informan dalam penelitian ini yaitu:
Informan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang diantaranya, 4 orang yang membuka usaha sewa peralatan olahraga di Stadion Utam Riau, 4 orang yang menyewa yang menyewa peralatan olahraga di Stadion Utama Riau.
D. Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang diperlukan terdiri dari:
1. Data Primer
yaitu data yang diperoleh dari pemilik usaha sewa peralatan olahraga di Stadion Utama Riau dan pengunjung yang menyewa peralatan olahraga.
2. Data Sekunder
yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, peraturan-peraturan yang tertulis dan dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, dipergunakan teknik sebagai berikut:
1. Observasi
yaitu mengadakan pengamatan langsung di lapangan untuk mendapatkan gambaran secara nyata tentang masalah yang diteliti, maka penulis melakukan
45 Lexy J Maleong, Metodologi Penelitian kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2016) H.192-207.
35
observasi langsung ke lokasi penelitin yaitu di Stadion Utama Riau yang berada di jln. Naga Sakti Panam.
2. Wawancara
yaitu peneliti melakukan wawancara langsung dengan pemilik usaha sewa menyewa peralatan olahraga dan sebahagian pengunjung yang menyewa peralatan olahraga tersebut.
3. Dokumentasi
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam.
Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna.
F. Lokasi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan dan lokasi penelitian ini di Stadion Utama Riau yang berada di jln. Naga Sakti Panam.
Stadion Utama ini terletak di jalan Naga Sakti Panam Pekanbaru atau di kawasan kampus Universitas Negri Riau (UNRI) Panam. Stadion ini dibangun pada tahun 2009 untuk menyambut Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII Riau tahun 2012. Luas lokasi Stadion ini kira-kira 66,4 Ha, dan luas gedung 7,4 Ha, dan menghabiskan biaya sebesar Rp.858 Milliar. Stadion ini merupakan stadion utama di event tersebut. Dengan arsitektur modern akan menjadikan stadion ini sebagai
stadion terbaik di Indonesia. Untuk mencapai keinginan tersebut, maka perancangnya (arsitek) sengaja didatangkan dari Jakarta dan bekerjasama dengan bidang sarana dan prasarana Dinas Pendidikan dan Olahraga (Dispora)ProvinsiRiau.
Untuk menampilkan performance yang menarik, maka pembangunan stadion utama Riau menggunakan konsep yang serba modern. Bentuknya yang mengadopsi rangka perahu yang menggambarkan masyarakat Riau pada zaman dahulu hidup sebagai nelayan dan bahan yang digunakan dominan material import. Seperti halnya untuk atap sengaja didatangkan dari Yunani.
Sementara pelapis rangka menggunakan aluminium composif panel (ACP) dari Jerman, lintasan sentetis dari Belanda, skoring board dari USA, rumput dari Brazil dan sound system dari Jerman. Sementara untuk lightingnya dibangun secara permanen di setiap sudut gedung.46
Namun, kondisi stadion saat ini, sudah mulai tidak terawat dan sangat memperhatinkan beberapa sisi bangunan terlihat terkelupas, tiang bendera bercat putih yang mengellingi stadion itu beberapa diantaranya bahkan dibiarkan roboh.
Susunan paving juga tampak berantakan, beberapa terlepas hingga membuat halaman taksedap dipandang. Dibagian barat, tampak percikan kaca pecah masih berserakan, termasuk dibeberapa pos penjagaan, pintu masuk yang rusak.
Rerumputan liar bahkan tumbuh tinggi diarena sepakbola, pohon yang tidak lagi hijau bahkan kering tanpa daun, juga beberapa tebing ikut longsong tergerus air mengalir. Dibalik itu,sampah-sampah sisa barang dagangan dan bungkusan para
46 www.pekanbaru.go.id. Diakses pada 3 november 2022
37
pengunjung kian berserakan. Menambah kegalauan bangunan yang sempat masuk nominasi sebagai stadion terbaik di dunia. Alasan samapah-sampah itu berserakan adalah karena tidak tersedianya tempat sampah disepanjang jalan.47
1. Letak Stadion Utama Riau
Stadion utama Riau terletak di jalan Naga Sakti Panam Kecamatan Tampan Pekanbaru dengan batas-batas kelurahan sebagai berikut:
a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kampar Kelurahan Rimbo Panjang.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Delima.
c. Sebelah Selatan Jalan Hr. Soebrantas/ kelurahan Tuah Karya.
d. Sebelah Utara berbatasan dengan Payung Sekaki.48 2. Sosial Kemasyarakatan
Bagi masyarakat Riau, khususnya daerah Pekanbaru, tentu sudah tidak asing dengan salah satu tempat tujuan favorit masyarakat Riau. Stadion Utama Riau yang berdiri sejak tahun 2012, menjadi salah satu pilihan masyarakat Riau untuk berkunjung saat weekend, bahkan hari biasa stadion ini masih tampak ramai dikunjungi oleh masyarakat.
Terlihat masyarakat memenuhi sekitaran stadion dengan berbagai aktivitas dilakukan, dari yang hanya berjalan-jalan santai bersama keluarga atau
47 www. Pekanbaruexpress.com. Diakses pada 3 november 2022
48 Www. Riau Pos.co/656-spesial-pengelolaan-Venue-belum final htm. Diakses pada 3 november 2022
dengan teman-teman. Namun aktivitas yang lebih banyak dilakukan ialah, berolahraga.
Stadion Utama Riau menjadi pilihan muda-mudi bahkan semua kalangan masyarakat untuk melakukan olahraga di tempat ini. Olahraga tersebut terdiri dari joging, bersepeda, bermain sepatu roda dan bermain badminton. Tentunya ini menjadi peluang bisnis bagi penyedia jasa sewa alat olahraga-olahraga tersebut.49
Setelah beberapa waktu masyarakat yang tinggal didekat Stadion Utama Riau ini juga berondong-bondong membuka usaha disekelilingnya yakni ada yang membuka usaha menjual makanan, minuman, dan ada juga yang membuka usaha sewa peralatan olahraga, namun saat ini kondisi stadion semakin menyedikan, karena kurangnya perhatian dari pemerintah utuk merawat stadion ini.
3. Sejarah Sewa Menyewa Peralatan Olahraga di Stadoin Utama Riau
Kawasan stadion utama Riau ini merupakan salah satu tempat berolah raga yang sangat banyak dikunjungi. Pengunjung yang datang mulai dari masyarakat sekitar ada juga pendatang yang berkunjung kesini, dengan lokasi yang sangat staregis mudah di capai oleh para pengunjung.
Kondisi yang selalu ramai pengunjung seperti ini yang membuat masyarakat setempat melihat besarnya peluang bisnis dilokasi tersebut apalagi usaha pada bidang olahraga dikarenakan stadion utama ini digunakan untuk
49 Pak Ali Hasan, (masyarakat) Wawancara, 19 Agustus 2022.
39
berolah raga, sehingga pada tahun 2016 masyarakat disekitar membuka usaha sewa-menyewa peralatan olahraga karena lokasi ini juga merupakan kawasan olah raga akan sangat medukung jika diadakan sewa peralatan olah raga dilokasi tersebut. Tempat yang sangat strategis dan mudah dipadati pengunjung yang datang ketempat ini, para pedangan melihat lokasi tersebut cocok untuk membuka usaha sewa peralatan olah raga terseut.
Usaha sewa-menyewa peralatan olahraga ini banyak dilakukan masyarakat setempat, target usaha mereka ini adalah para pengunjung terutama mahasiswa dan anak sekolah karena yang lebih banyak menggunakan jasa sewa peralatan olah raga ini adalah mahasiswa dan anak sekolah dibanding lainnya.
Adapun jumlah peralatan olah raga yang mereka miliki pada saat ini adalah:
Tabel III.1
Jumlah Peralatan Olahraga yang Dimiliki Pedagang
No Nama Jumlah peralatan olahraga
sekarang
1 Pak Rizal 60 sepeda
2 Ibuk Nia 14 bola
3 Ibuk IIT 15 pasang raket badminton
4 Pak Edwar 10 pasang sepatu roda
Sumber data: data olahan, 2022
Dapat di lihat dari tabel III.1 di atas. Diketahui bahwa jumlah peralatan olah raga yang dimiliki masing-masing pedagang baik itu sepeda, bola, raket badminton dan sapatu roda, dari awal memulai usaha sampai sekarang.
Peneliti juga melakukan wawancar terkait berapa modal yang harus dikeluarkan penyewa ketika ingin membuka usaha sewa menyewa peralatan olahraga di Staidon Utama Riau keapada pak Rizal selaku pemilik usaha penyeawaan alat olahraga.
Berikut ini adalah rincian modal yang dimiliki para pedagang pada awal membuka usaha sewa menyewa peralatan olah raga :
Tabel III.2
Modal Usaha Sewa-Menyewa Peralatan Olahraga
No Nama Pedagang Modal
1 Pak Rizal Rp. 7.000.000
2 Ibuk Nia Rp. 1.200.000
3 Ibuk IIT Rp. 1.800.000
4 Pak Edwar Rp. 5.000.000
Sumber data: data olahan wawancara, 2022
Dilihat dari tabel III.2. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara kepada ibuk IIT selaku pemilik usaha sewa bola kaki dan bola folly tentang modal usaha
41
yang diperlukan ketika membuka usaha penyewaan bola kaki dan bola folly beliau mengatakan bahwa:
“modal pertama saya ketika buka usaha penyewaan alat olahraga berupa bola kaki dan folly saya membutuhkan modal awal sekitar Rp. 1.800.000,- dari modal ini saya gunakan untuk membeli perlengkapan olahraga yang saya sewakan disini dan alhamdulillah usaha sewa alat olahraga ini masih berjalan sampai saat ini”50
Kemudian juga hal yang sama tentang modal awal ketika membuka usaha penyewaan alat olahraga di stadion utama riau peneliti melakukan wawancara kepada ibuk Nia tentang berapa jumlah modal usaha yang pertama kali dibutuhkan ketika membuka usaha sewa peralatan olahraga raket beliau mengatakan bahwa:
“untuk pertama kali saya membuka usaha sewa raket di stadion utama riau ini saya membutuhkan modal sekitar Rp. 1.200.000,- modal ini merupakan awal pertama kalinya saya membuka usaha sewa peralatan olahraga di stadion utama riau ini dan alahmdulillah dari modal awal itulah usaha saya bisa berjalan sampai saat ini”51
Dari pernyataan diatas diketahui bahwa setiap para usahawan yang membuka usaha penyewaan peralatan olahraga di Stadion Utama Riau membutuhkan modal awal dengan tarif yang berbeda-beda hal ini dapat dilihat dari
50 Ibuk IIT, Wawancara, 19 Agustus 2022.
51 Ibuk Nia, Wawancara 19 Agustus 2022.