• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Harga Diri Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonisme Pada Mahasiswa Sumatera Barat Yang Kuliah Di Banda Aceh.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Hubungan Harga Diri Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonisme Pada Mahasiswa Sumatera Barat Yang Kuliah Di Banda Aceh."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONISME PADA MAHASISWA

SUMATERA BARAT YANG KULIAH DI BANDA ACEH

Skripsi Oleh :

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH

2022

Nabila Angela Taufa NIM. 180901079

(2)

ii

(3)
(4)

Nabila Angela Taufa NIM. 180901079

. .

. .

(5)

v

مسب الله نمحرلا ميحرلا

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta telah memberikan kesehatan dan kemudahan bagi peneliti sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat beriring salam atas junjungan Nabi besar Muhammad SAW, serta keluarga dan para sahabatnya yang telah menuntun kita dari jalan yang gelap menuju kejalan yang terang-benderang.

Skripsi ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap Mahasiswa Sumatera Barat yang Kuliah di Banda Aceh, dengan judul Hubungan Harga Diri dengan Gaya Hidup Hedonisme pada Mahasiswa Sumatera Barat yang Kuliah di Banda Aceh. Peneliti menyadari bahwa terselesaikan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan moral dan moril dari berbagai pihak.

Hormat dan rasa terima kasih kepada pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu :

1. Terima kasih kepada orang tua saya, ayahanda tercinta bapak Taufik dan Ibunda tercinta ibu Fatmawati yang selalu mencurahkan kasih sayang dan cinta yang tiada hentinya, senantiasa mendo’akan dan memberikan semangat serta berkorban dalam menyediakan kebutuhan hingga sampai detik ini, dan terimakasih atas segala kesabaran dalam mendidik dan membesarkan penulis.

2. Bapak Dr. Muslim, M.Si sebagai dekan fakultas psikologi UIN ar-raniry yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada semua mahasiswa psikologi.

3. Bapak Dr. Safrilsyah, M.Si sebagai wakil dekan I bidang akademik dan kelembagaan yang telah membantu bidang akademik mahasiswa.

4. Ibu Misnawati, S.Ag., M.Ag. Ph.D sebagai Wakil Dekan II bidang Administrasi dan Keuangan, yang telah membantu dalam administrasi mahasiswa.

5. Bapak Drs. Nasrudin M. Hum sebagai Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada mahasiswa.

KATA PENGANTAR

(6)

vi

8. Bapak Harri Santoso, S.Psi., M.Ed selaku penasehat akademik, yang telah membantu banyak hal dan meluangkan waktu hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak Barmawi, S.Ag., M.Si selaku pembimbing I dalam proses penyelesaian skripsi ini, yang telah memberikan motivasi, masukan, dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis.

10. Ibu Fatmawati, S.Psi., B.Psych (Hons)., M.Sc selaku pembimbing II dalam proses penyelesaian skripsi ini, yang telah memberikan motivasi, masukan, dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis.

11. Bapak Dr. Safrilsyah, M.Si selaku penguji I dalam sidang munaqasyah skripsi yang juga telah memberikan banyak masukan sehingga skripsi ini maksimal.

12. Ibu Iyulen Pebry Zuanny M.Psi., Psikolog selaku penguji II dalam siding munaqasyah skripsi yang juga telah memberi banyak masukan dalam skripsi ini.

13. Terimakasih kepada Seluruh dosen dan seluruh civitas akademika Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry yang telah membantu, mendidik, dan memberikan ilmu yang bermanfaat dengan ikhlas dan tulus.

14. Terimakasih kepada andeh tercinta Rozita yang selalu mencurahkan kasih sayang dan cinta yang tiada hentinya, senantiasa mendo’akan dan memberikan semangat kepada peneliti selama proses perkuliahan.

15. Terimakasih kepada saudara kandung akak Doringgo Utama, abang Yopan Martafora, uda Renggi Tri Nanda yang selalu memberikan semangat dan berkorban dalam menyediakan kebutuhan hingga sampai detik ini, serta ucapan terimakasih kepada adik tercinta Syafa Azhara yang selalu menyusahkan sampai detik ini.

(7)

vii

16. Terimakasih kepada sahabat-sahabat terbaik dari SMA hingga saat ini, Gustia Annisa, Dhiya Alifya dan Ratih Mardiany yang sabar mendengarkan keluh kesah dan selalu memberikan semangat serta motivasi walaupun dari jarak yang berjauhan. Semoga kalian sukses dan bahagia selalu di dunia dan akhirat.

17. Terimakasih kepada Auda Hayati, Maida Ulfa dan Solja Anjeli yang senantiasa bersedia menjadi sahabat terbaik yang telah menemani peneliti selama berada di kota ini.

18. Terimakasih kepada sahabat-sahabat Zamharirah Ulya, Novia Rosa, Melania Sulfira, Ridha Yulisha, Mirda Hamdan, dan Munira yang selalu menemani peneliti dari awal masuk kuliah hingga akhir.

19. Terimkasih kepada teman-teman seperjuangan Ade Putri Juliati, Cut One Muharriami, Aisah anum, Dini Fahira dan Cut Nur Masyithah yang memberikan semangat dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

20. Terimakasih kepada Unit 3 yang senantiasa selalu membantu dan memberikan semangat kepada peneliti selama masa perkuliahan.

21. Terimakasih juga kepada seluruh mahasiswa Sumatera Barat yang kuliah di Banda Aceh yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

22. Terakhir, terimakasih kepada tiktok yang telah menemani peneliti selama ini, selalu mampu memahami perasaan peneliti tanpa harus diceritakan, serta selalu memberikan semangat dan motivasi kepada peneliti selama ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Sehingga saran dan kritikan dari pembaca sangat diharapkan. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat

(8)

viii

Banda Aceh, 18 November 2022 Mengetahui,

Nabila Angela Taufa

(9)

xvi

Hubungan Harga Diri dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonisme pada Mahasiswa Sumatera Barat yang Kuliah di Banda Aceh

ABSTRAK

Mahasiswa merupakan subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang tidak akan pernah terlepas dari aktivitas, belajar dan tugas-tugas studi. Mahasiswa yang umumnya berada pada tahap remaja akhir menuju dewasa (emerging adulthood) cenderung memilih penampilan, perilaku dan cara bersikap yang akan menarik perhatian orang lain terutama perkumpulan teman sebaya, dengan begitu mahasiswa akan cenderung berperilaku yang hedonisme. Salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup hedonisme adanya harga diri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan harga diri dengan gaya hidup hedonisme pada mahasiswa Sumatera Barat yang kuliah di Banda Aceh. Pendekatan dalam penelitian ini mengunakan metode kuantitatif. Pengambilan sampel mengunakan teknik Purposive Sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Sumatera Barat yang kuliah di Banda Aceh sebanyak 420 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala harga diri dan skala gaya hidup hedonism. Hipotesis dalam penelitian ini mengunakan teknik Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara harga diri dengan gaya hidup hedonisme pada mahasiswa Sumatera Barat yang kuliah di Banda Aceh sebesar -0,566 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000, yang artinya hipotesis dalam penelitian ini diterima. Artinya semakin tinggi harga diri maka semakin rendah gaya hidup hedonisme pada mahasiswa, begitu juga sebaliknya semakin rendah harga diri maka semakin tinggi pula gaya hidup hedonisme pada mahasiswa Sumatera Barat yang kuliah di Banda Aceh.

Kata Kunci : Harga Diri, Gaya Hidup Hedonisme, Mahasiswa

(10)

xvii

Students are subjects who study in tertiary institutions that will never be separated from activities, study and study assignments. Students who are generally in the late adolescent stage towards adulthood (emerging adulthood) tend to choose appearance, behavior and ways of behaving that will attract the attention of other people, especially peer groups, so students will tend to behave in a hedonistic manner. One of the factors that influence the hedonistic lifestyle is self-esteem. The purpose of this study was to determine the relationship between self-esteem and the hedonistic lifestyle of West Sumatran students studying in Banda Aceh. The approach in this study uses quantitative methods. Sampling using Purposive Sampling technique. The population in this study were 420 West Sumatran students studying in Banda Aceh. The instruments used in this study are the self-esteem scale and the hedonism lifestyle scale. The hypothesis in this study uses the Product Moment technique. The results showed that there was a very significant negative relationship between self-esteem and the hedonistic lifestyle of West Sumatran students studying in Banda Aceh of -0.566 with a significance value (p) of 0.000, which means that the hypothesis in this study was accepted. This means that the higher the self-esteem, the lower the hedonism lifestyle for students, and vice versa, the lower the self-esteem, the higher the hedonism lifestyle for West Sumatran students studying in Banda Aceh.

Keywords : Pride, Hedonism Lifestyle, Student

(11)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Keaslian Penelitian ... 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Harga Diri ... 12

1. Definisi Harga Diri ... 12

2. Aspek-Aspek Harga Diri ... 13

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri ... 15

B. Gaya Hidup Hedonisme ... 16

1. Definisi Gaya Hidup Hedonisme ... 16

2. Aspek-aspek Gaya Hidup Hedonisme ... 18

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup Hedonisme ... 20

C. Hubungan antara Harga Diri dengan Gaya Hidup Hedonisme ... 22

D. Hipotesis ... 25

(12)

x

D. Subjek Penelitian ... 28

E. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 29

1. Administrasi Penelitian ... 30

F. Teknik Pengumpulan Data ... 34

1. Uji Validitas ... 34

2. Uji Daya Beda Aitem ... 36

3. Uji Reabilitas ... 39

G. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 40

1. Administrasi Penelitian ... 40

2. Pelaksanaan Uji Tryout ... 42

3. Pelaksanaan Penelitian ... 42

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 43

1. Teknik Pengolahan Data ... 43

2. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ... 47

B.Kategori Subjek Berdasarkan Universitas ... 47

C.Kategori Subjek Berdasarkan Angkatan ... 48

D. Subjek Berdasarkan Penghasilan Orang Tua ... 48

E. Subjek Berdasarkan Kendaraan yang Dipakai Sehari-Hari ... 49

F. Hasil Penelitian ... 49

1. Kategorisasi Data ... 49

2. Uji Asumsi ... 53

G. Pembahasan ... 56

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Mahasiswa IPMM Banda Aceh Angkatan 2019,

2020, dan 2021 ... 30

Tabel 3.2 Skor Skala Favorable dan Skala Unfavorable Harga Diri dan Gaya Hidup Hedonisme ... 32

Tabel 3.3 Blue Print Skala Harga Diri ... 33

Tabel 3.4 Blue Print Skala Gaya Hidup Hedonisme ... 34

Tabel 3.5 Koefisien CVR Skala Harga Diri ... 35

Tabel 3.6 Koefisien CVR Skala Gaya Hidup Hedonisme ... 36

Tabel 3.7 Koefisien Daya Beda Aitem Skala Harga Diri ... 38

Tabel 3.8 Blue Print Terakhir Skala Harga Diri ... 38

Tabel 3.9 Koefisien Daya Beda Aitem Skala Gaya hidup Hedonisme ... 38

Tabel 3.10 Blue Print Terakhir Skala Gaya Hidup Hedonisme ... 39

Tabel 4.1 Data Demografi Subjek Penelitian Kategori Jenis Kelamin ... 46

Tabel 4.2 Data Demografi Subjek Penelitian Kategori Jenis Usia ... 47

Tabel 4.3 Data Demografi Subjek Penelitian Kategori Jenis Universitas ... 48

Tabel 4.4 Data Demografi Subjek Penelitian Kategori Jenis Angkatan ... 48

Tabel 4.5 Data Demografis Subjek Penelitian Kategori Penghasilan Orang Tua ... 49

Tabel 4.6 Data Demografis Subjek Penelitian Kategori kendaraan yang dipakai sehari-hari ... 49

Tabel 4.7 Deskripsi Data Penelitian Skala Harga Diri ... 50

Tabel 4.8 Kategorisasi Harga Diri ... 51

Tabel 4.9 Kategorisasi Gaya Hidup Hedonisme ... 52

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas ... 53

Tabel 4.11 Hasil Uji Linearitas Harga Diri dan Gaya Hidup Hedonisme ... 54

Tabel 4.12 Uji Hipotesis Data Penelitian ... 54

Tabel 4.13 Hasil Uji Linieritas Hubungan Konformitas dengan Kecenderungan Gaya Hidup Hedonisme ... 55

Tabel 4.14 Analisis Measure of Association ... 56

(14)

xiii

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Dekan Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry tentang Pembimbing Skripsi.

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Dari Lembaga/Tempat Penelitian.

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Dari Fakultas Psikologi Uin Ar-Raniry.

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian (Google Form) Lampiran 5 Tabulasi Penelitian skala

Lampiran 6 Hasil Penelitian

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belakangan ini banyak lulusan pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) dari berbagai daerah yang berada di Indonesia tertarik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Hal ini dikarenakan banyak perguruan tinggi yang berkualitas dan salah satunya berada di Kota Banda Aceh. Banda Aceh adalah ibukota Provinsi Aceh yang merupakan salah satu daerah yang menerapkan sistem bersyariat Islam di Indonesia (Rahmi, 2017). Pandangan masyarakat beserta isu- isu yang tersebar membuat para pelajar tertarik untuk melanjutkan kuliah ke Banda Aceh dan hal itu berdampak pada naiknya jumlah mahasiswa yang kuliah di Banda Aceh (Azman, 2019). Di samping ingin mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan tertarik untuk melanjutkan kuliah di Banda Aceh, sebagian dari mahasiswa memilih kuliah di Banda Aceh atas keinginan orang tua agar anaknya bisa lebih mandiri dan sebagian lagi adanya keinginan dari dirinya sendiri.

Mereka ingin merasakan bagaimana jauh dari orangtua dan bebas melakukan apa saja untuk mendapatkan kesenangan semata dalam mencapai kepuasan (Utari, 2019).

Mereka yang memilih untuk tinggal di perantauan dituntut untuk mampu bertahan hidup di lingkungan baru yang sangat berbeda dengan daerah asalnya.

Perbedaan-pebedaan antara kondisi di daerah asal dengan daerah yang baru dapat memunculkan hal-hal yang tidak menyenangkan bagi seorang mahasiswa

(17)

2

pendatang (Tyas, 2017). Perbedaan cara berpenampilan dan berbicara menjadi hal sulit untuk mahasiswa yang dalam kesehariannya berbicara menggunakan bahasa daerah asalnya sehingga menjadi sumber atau penyebab dari munculnya kesulitan dalam beradaptasi bagi mahasiswa yang pindah ke suatu daerah baru yang berakibat terjadinya kecemasan.

Situasi yang serba baru dan semua berbeda, serta kehilangan semua hal termasuk perhatian keluarga dan semua yang dikenal baik di daerah asal mengharuskan mahasiswa Sumatera Barat yang kuliah di Banda Aceh berusaha menyesuaikan diri dan beradaptasi terhadap masalah dan tekanan yang menimpa mereka dengan melakukan penyesuaian diri terhadap keadaan masyarakat dan budaya setempat (Rufaida & Kustanti, 2017). Mahasiswa yang umumnya berada pada tahap remaja akhir menuju dewasa (emerging adulthood) cenderung memilih penampilan, perilaku dan cara bersikap yang akan menarik perhatian orang lain terutama perkumpulan teman sebaya, mereka yang berada di masa emerging adulthood ingin agar diakui oleh lingkungan sosialnya sehingga mereka berusaha untuk mengikuti trend yang update salah satunya adalah cara berpenampilan (Aprilia & Mahfudzi, 2020). Kota Banda Aceh sendiri saat ini sudah mengalami kemajuan yang cukup pesat tetapi jika dibandingkan dengan kota lain mungkin jauh sedikit lebih maju dibandingkan kota Bnada Aceh, contohnya saja ibukota Provinsi kita yaitu kota Jakarta, jakarta jauh lebih modern, banyak mall yang lebih besar dan lebih dan banyak café serta pusat perbelanjaan barang branded lebih banyak sehingga kalau dilihat dari cara berpenampilan lebih fashion di Jakarta dibandingkan di Banda Aceh. Banda Aceh juga sudah mengalami kemajuan

(18)

dengan munculnya pusat perbelanjaan baru dan ritel-ritel yang membuat masyarakat tanpa disadari menjadi pembeli yang impulsif, selain itu fasilitas dan akses menuju lokasi hiburan juga sudah banyak berkembang di Banda Aceh dan hal itu tentunya menjadi surga bagi para mahasiswa untuk mengembangkan gaya hidup hedonisme. Kemunculan pusat perbelanjaan, cafe-café dengan interior modern serta pusat perbelanjaan seperti distro dan adanya ketersediaan barang- barang bermerek seperti vinci, prada, hermes dan merek lainnnya di Banda Aceh semakin memudahkan para mahasiswa untuk untuk melakukan pembelian tanpa perlu mengarahkan usaha yang besar (Aprilia & Mahfudzi, 2020).

Menurut Adler (dalam Trimarti, 2014) bahwa gaya hidup merupakan cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan orang itu dalam kehidupan tertentu dimana seorang individu berada.

Perilaku gaya hidup hedonisme yang tampak di kalangan mahasiswa saat ini, di samping adanya perubahan dari kehidupan masyarakat modern, diyakini pula adanya perubahan pada proses perkembangan individu. Hal ini ditandai dengan keinginan untuk mandiri dan mencari harga diri. Gaya hidup hedonisme menimbulkan kecenderungan munculnya tingkah laku individu melalui interaksi sosial antara individu dengan orang lain, semua itu berguna untuk memperoleh kesenangan dan kebebasan dalam mencapai kenikmatan hidupnya. Budaya hedonisme ini tidak hanya dapat merusak generasi penerus bangsa, namun juga dapat mengakibatkan dampak buruk bagi perkembangan dunia pendidikan serta bagi kehidupan bangsa Indonesia. Melihat hal tersebut maka perlu ada antisipasi baik dari pemerintah maupun bagi kalangan mahasiswa (Trimarti, 2014).

(19)

4

Pengaruh gaya hidup hedonisme ini sangat nyata adanya di kalangan masyarakat pada saat ini, terutama bagi mahasiswa karena gaya hidup hedonisme ini memiliki daya tarik yang besar terhadap kehidupan mahasiswa karena mahasiswa adalah generasi penerus bangsa yang masih mengalami krisis identitas dalam mencari jati diri, mahasiswa akan mulai mengenali diri mereka melalui lingkungan sekitar. Mahasiswa sangat antusias dengan hal-hal baru dan gaya hidup hedonisme ini akan dianggap menarik bagi mahasiswa (Trimarti, 2017).

Mahasiswa yang sudah mengikuti gaya hidup hedonisme biasanya akan berusaha mempertahankan status sosialnya melalui merek-merek yang digunakan pada outfit keseharian mereka dan yang lainnya yang dapat menunjukkan tingkat status sosial yang tinggi. Hal tersebut menjadi proses adaptasi yang dilalui oleh sebagian mahasiswa dalam memenuhi kebutuhan sosialnya (Utari, 2019).

Berdasarkan beberapa penelitian di atas, maka peneliti juga telah mencari informasi melalui wawancara singkat kepada mahasiswa Sumatera Barat yang kuliah di Banda Aceh yang bergabung dalam organisasi IPMM pada tanggal 27 Maret 2022 dan 14 April 2022. Berikut cuplikan wawancara di bawah ini:

Cuplikan wawancara 1:

“saya sangat suka belanja, ketika saya sudah lama tidak belanja dan beli barang- barang yang saya mau saya merasa galau dan suka marah-marah nggak jelas gitu karena nggak ada uang untuk memenuhi itu semua, palingan kalau saya nggak punya uang saya mintak sama pacar saya aja, tapi kan saya orangnya nggak suka sama barang-barang yang mahal kalau ada yang 20.000 itu yang saya beli kan di lebel nya juga nggak ada di tulis harga 500.000 pas kita pakek”

(NS, Wawancara Personal, 27 Maret 2022).

Cuplikan wawancara 2:

“Saya selalu merasa kayak nggak punya barang misalnya baju gitu, saya suka belanja karena pengen ada yang baru aja buat koleksi, saya suka banget sama

(20)

barang-barang branded, selain kualiatasnya yang bagus juga limited edition jarang-jarang ada yang mirip sama orang, saya kalau pakek barang-barang yang branded suka mreasa pede sama diri saya sendiri kayak lebih wahh aja, selain itu kan kak barang-barang dengan harnya terjangkau apalagi tas atau sepatu nggak mudah terkopek gitu kak dan lebih tahan. ” (MU, Wawancara Personal, 14 April 2022).

Cuplikan wawancara 3:

“Dengan belanja saya selalu merasa puas dan bahagia saja, saya suka bosa sama barang-barang lama apalagi yang udah pernah di pakek itu akan jaang saya pakek lagi, yang paling penting ganti-ganti bagi saya baju sih, karena kan saya orangnya nggak suka pakek baju yang sama sering-sering, apalagi kan baju yang saya pakek itu udah pernah saya pakek sebekumnya dan udah saya posting di sosial media, itu baju nggak akan saya pakek lagi, saya nggak mau orang-orang menilai saya nggak punya baju dan baju saya itu-itu aja kan malu kan kak, tapi kalau sejenis tas dan sepatu saya emang malu pakek yang kw-an karena kek gimana aja gitu kak, kalau yang branded kan kayak di pandang orang wahh gitu kan kak” (GA, Wawancara Personal,14 April 2022).

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas, didapatkan hasil bahwa banyak mahasiswa yang suka berbelanja karena hobi dan membuat hati mereka senang, sebagian juga ada yang karena menyukai benda tersebut dan bosan dengan barang-barang lamanya, dari situasi diatas dapat di simpulkan bahwa kebanyakan mahasiswa memilih memberi barang-barang yang mereka sukai bukan berdasarkan kebutuhan melainkan karena hobi dan merasa harus mengikuti metode yang berkembang agar dapat diterima dengan baik di kelompoknya.

Di era globalisasi sekarang ini, berbagai bidang seperti ekonomi, teknologi dan industri sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dengan adanya kemajuan ini tentunya sangat memudahkan mahasiswa untuk melakukan sesuatu.

Misalnya, dibidang teknologi pada saat sekarang ini masyarakat tidak lagi kesulitan dalam mendapatkan berita terutama dalam melihat outfit yang sedang trend dengan melalui teknologi yang berkembang seperti sosial media mereka

(21)

6

bisa terinspirasi dan berbeda dengan saat dulu pada tahun 90-an teknologi belum berkembang, contohnya saja untuk mendapatkan berita saja mereka harus menunggu dan membaca dari koran, dan pada zaman dahulu pun pusat perbelanjaan belum seperti pada saat sekarang ini jadi masyarakat pada zaman dahulu lebih susah dalam mencari informasi dan penampilan mereka pun sangat tertinggal jadi di bandingkan dengan saat sekarang ini masyarakat lebih mudah untuk melakukan hedonisme (Anggraini & Santhoso, 2017).

Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup hedonisme. Kotler (1997) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup hedonis seseorang ada 2 yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Salah satu faktor yang berasal dari dalam diri individu adalah harga diri. Harga diri merupakan suatu proses evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara negatif maupun positif (Santrock, 2003).

Harga diri disusun berdasarkan dua proses psikologi yaitu, evaluasi yang mempengaruhi peran kognisi dan afeksi yang memprioritaskan peran dari perasaan (Murk, 2006). Menurut Rosenberg (dalam Srisayekti, 2015) harga diri merupakan suatu evaluasi positif ataupun negatif terhadap diri sendiri. Dengan kata lain harga diri adalah bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri.

Coopersmith (1967) mendefinisikan harga diri sebagai evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai dirinya sendiri, dimana evaluasi diri tersebut merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya serta perlakuan orang lain terhadap dirinya. Evaluasi ini menyatakan suatu sikap penerimaan atau penolakan

(22)

dan menunjukkan seberapa besar individu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil, berharga menurut standar dan nilai pribadinya.

Banyak mahasiswa dengan harga diri yang rendah akan kurang percaya diri dibandingkan dengan orang lain, hidup di bawah bayang-banyang kelompok sosial serta kurang berpatisipasi dengan lingkungan sosial. Berbeda dengan manusia yang memiliki harga diri yang tinggi akan aktif dan nyaman dengan lingkungannya dan akan mencapai keberhasilan dalam bergaul dengan lingkungannya sehingga mahasiswa dapat beradaptasi dengan gaya hidup hedonisme tanpa harus ikut serta dengan pengaruh gaya hidup hedonisme tersebut. Oleh karena itu, mahasiswa yang memiliki tingkat harga diri yang rendah akan mudah terpengaruh oleh gaya hidup hedonisme karena ingin diakui dan dianggap oleh teman sebayanya dan sekelompoknya, kenyataan tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi dan interaksi dengan kelompok teman sebaya (Martha & Setyawan, 2010).

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan harga diri dengan gaya hidup hedonisme pada mahasiswa Sumatera Barat yang kuliah di Banda Aceh.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara harga diri dengan gaya hidup hedonisme pada mahasiswa Sumatera Barat yang kuliah di Banda Aceh?.

(23)

8

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara harga diri dengan gaya hidup hedonisme pada mahasiswa Sumatera Barat yang kuliah di Banda Aceh.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu Psikologi Sosial mengenai pengaruh harga diri terhadap gaya hidup hedonisme pada mahasiswa yang kuliah di luar Sumatera Barat.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, gambaran, dan himbauan untuk mahasiswa Sumatera Barat yang kuliah di Banda Aceh agar tidak memiliki gaya hidup hedonisme serta bisa membatasi diri sejak dini untuk terhindar dari konsekuensi negatif yang ditimbulkan oleh gaya hidup hedonisme.

b. Bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan yang positif untuk peningkatan kompetensi mahasiswa khususnya mahasiswa Sumatera Barat yang kuliah di Banda Aceh serta diharapkan mampu dijadikan sebagai tolak ukur dalam penelitian yang berhubungan dengan harga diri dan gaya hidup hedonisme.

(24)

c. Bagi Orangtua

Penelitian ini diharapkan memberikan memberikan pemahaman atau informasi untuk orang tua tentang anak dengan gaya hidup hedonisme serta mampu meningkatkan harga diri pada anak sehingga orang tua juga memberikan kebebasan pada anak dalam mengekspresikan diri maupun bersosialisasi berdasarkan nilai-nilai moral yang sudah diajarkan agar anak tidak mudah terjerumus kedalam gaya hidup hedonisme tersebut.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian antara harga diri dengan gaya hidup ini sudah banyak diteliti oleh peneliti lain, namun sisi kajian tidak dapat disamakan, perbedaannya terletak pada subjek, populasi, sampel, tempat pengamatan dan indikator masing-masing.

Penelitian dari Utari (2015) dengan judul penelitian “Pengaruh Gaya Hidup Hedonisme pada Mahasiswa Sumatera Barat yang Kuliah di Pulau Jawa”.

Pengukuran dilakukan menggunakan teknik statistik analisis regresi linier sederhana. Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa sebanyak 60 orang.

Adapun kesamaan peneliti dengan penelitian sebelumnya yang dikemukakan oleh Utari (2015) adalah sama-sama meneliti dua variabel yang sama, tetapi yang membedakannya subjek dalam penelitian sebelumnya.

Penelitian dari Anggraini dan Santhoso (2017), dengan judul penelitian

“Hubungan antara Gaya Hidup Hedonis dengan Perilaku Konsumtif pada Remaja”.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala gaya hidup hedonisme dan skala perilaku konsumtif dengan menggunakan teknik korelasi product moment.

(25)

10

Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiwa yang berusia 18-21 tahun. Adapun kesamaan peneliti dengan penelitian sebelumnya yang dikemukakan oleh Anggraini dan Santhos (2017) adalah sama-sama meneliti gaya hidup hedonisme, tetapi ada satu variabel yang membedakan dengan penelitian sebelumnya yaitu perilaku konsumtif.

Penelitian dari Trimarti (2014), dengan judul penelitian “Studi Kasus tentang Gaya Hidup Hedonisme Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Ahmad Dahlan”. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan penelitian kualitatif studi kasus yang mengupas secara lebih mendalam tentang permasalahan yang terkait dengan gaya hidup hedonisme mahasiswa bimbingan dan konseling angkatan 2011 di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Partisipan dalam penelitian ini adalah partisipan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3 orang dan 2 orang berjenis kelamin perempuan. Adapun kesamaan peneliti dengan penelitian sebelumnya yang dikemukakan oleh Trimarti (2014) adalah sama-sama meneliti tentang gaya hidup hedonisme dan yang membedakannya penelitian ini hanya menggunakan satu variabel gaya hidup hedonisme saja.

Penelitian dari Febristi, Aris dan Dayati (2020), dengan judul penelitian “Faktor Sosial dengan Self-Esteem (Harga Diri) pada Remaja di Panti Asuhan”. Pengumpulan data dilakukan menggunakan analisis data dengan chi square dan analisis regresi logistik. Partisipan dalam penelitian ini adalah 256 remaja dari 30 panti asuhan di kota Padang. Adapun kesamaan peeliti dengan peneitian sebelumnya yang dikemukakan oleh Febristi, Aris dan Dayati (2020) adalah sama-sama meneliti tentang harga diri dan yang membedakan penelitian ini hanya menggunakan satu variabel saja, yaitu harga diri.

(26)

Selanjutnya penelitian dari Jasmadi dan Azzama (2016), dengan judul penelitian

“Hubungan Harga Diri dengan Perilaku Konsumtif Remaja di Banda Aceh”.

Pengumpulan data dilakukan menggunakan skala psikologi yaitu skala harga diri yang disusun dengan mengacu pada teori Coopersmith (1967) dan skala perilaku konsumtif yang disusun mengacu pada teori Sumartono (2002). Partisipan dalam penelitian ini adalah sebanyak 84 orang remaja di Banda Aceh. Adapun kesamaan dengan penelitian sebelumnya yang dikemukakan oleh Jasmadi dan Azzama (2016) adalah sama-sama meneliti tentang harga diri dan yang membedakan penelitian ini hanya menggunakan satu variabel saja yaitu harga diri.

Berdasarkan dari kajian penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terdapat beberapa perbedaan yang dilakukan oleh peneliti diantaranya lokasi dan subjek. Dari hasil penelusuran yang dilakukan peneliti melalui media-media publikasi seperti buku, jurnal, dan search engine diketahui bahwa pernah ditemukan penelitian yang sama yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya untuk mahasiswa yang kuliah di Pulau Jawa sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan harga diri dengan gaya hidup hedonisme pada mahasiswa Sumatera Barat yang kuliah di Banda Aceh.

(27)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Harga Diri

1. Pengertian Harga Diri

Baron dan Byrne (2004) self-esteem atau harga diri adalah evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu, sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dalam ruangan dimensi yang postif dan negatif. Sedangkan menurut Crocker dan Wolf (dalam Myers, 2012) mengatakan harga diri merupakan pernyataan individu yang akan memiliki harga diri yang tinggi jika individu tersebut merasa senang dengan domain yang dianggap penting bagi dirinya sendiri.

Upton (dalam Nora, 2015) memandang harga diri sebagai identitas diri, harga diri merupakan perasaan kebernilaian diri, suatu penilaian yang diberikan kepada diri sendiri tentang seberapa hebat diri kita. Coopersmith (1967) mendefinisikan harga diri sebagai evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai dirinya sendiri, dimana evaluasi diri tersebut merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya serta perlakuan orang lain terhadap dirinya.

Evaluasi ini menyatakan suatu sikap penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa besar individu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil, berharga menurut standar dan nilai pribadinya.

(28)

Menurut Sarwono dan Meinarno (2011) harga diri yang positif membuat orang bisa mengatasi kecemasan, kesepian dan penolakan sosial. Semakin positif harga diri yang dimiliki, semakin menunjukkan bahwa dia merasa di terima dan menyatu dengan orang disekitarnya. Harga diri dapat menjadi positif dan negatif, harga diri yang positif dapat menghasilkan pribadi yang percaya diri dan dapat mengambil keputusan untuk dirinya sendiri tanpa adanya pengaruh dari lingkungan sekitarnya. Sebaliknya harga diri yang negatif berdampak pada sikap yang tidak percaya diri, cenderung mengikuti tekanan dan kemauan sekitarnya serta teman sebayanya.

Berdasarkan pengertian dari beberapa tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa harga diri pada penelitian ini mengacu pada teori Coopersmith (1967) mendefinisikan harga diri sebagai evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai dirinya sendiri, dimana evaluasi diri tersebut merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya serta perlakuan orang lain terhadap dirinya.

Evaluasi ini menyatakan suatu sikap penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa besar individu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil, berharga menurut standar dan nilai pribadinya.

2. Aspek–Aspek Harga Diri

Aspek-aspek harga diri dari Coopersmith (1967) yang menyebutkan bahwa aspek harga diri yaitu:

(29)

14

a. Kekuatan (power)

Kemampuan untuk mengendalikan dan kemampuan untuk bisa mengatur dan mengintrol tingkah laku orang lain, ditandai dengan kemampuan, mengatur dan mengontrol perilaku orang lain, pengakuan dan rasa hormat dari orang lain, mengintrol perilaku diri sendiri.

b. Keberartian (significance)

Keberartian yaitu adanya kepedulian, perhatian dan afeksi yang diterima dari orang lain, ditandai dengan kemampuan penerimaan diri, penerimaan dari orang tua, penerimaan dari tetamn, popularitas diri.

c. Kebajikan (virtue)

Kebajikan yaitu ketaatan atau mengikuti standar moral dan etika, ditandai dengan kemampuan taat kepada etika moral, taat pada aturan/ prinsip agama, kepedulian terhadap orang lain.

d. Kompetensi (competence)

Kompetensi yaitu kemampuan untuk sukses memenuhi tuntutan prestasi, ditandai dengan kemampuan mampu melaksanakan tugas/tanggung jawab dengan baik, mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, mampu mengambil keputusan sendiri.

Aspek-aspek lainnya dari harga diri menurut Rosenberg (dalam Hidayat &

Bashori, 2016) meyatakan bahwa harga diri terdiri dari lima aspek, yaitu:

a. Dimensi akademik yang menunjukkan persepsi individu tentang kualitas pendidikan.

(30)

b. Dimensi sosial yang berkaitan dengan persepsi individu terhadap hubungan sosialnya.

c. Dimensi emosional, yaitu hubungan keterlibatan individu dalam emosi yang dirasakan.

d. Dimensi keluarga yang mengacu pada pasrtisipasi individu dalam pastisipan dan integrasi keluarga.

e. Dimensi fisik yang mengacu pada persepsi individu terhadap kondisi fisiknya.

Berdasarkan aspek-aspek harga diri di atas, peneliti merujuk pada aspek yang dikemukakan oleh Coopersmith (1967) yang akan dijadikan sebagai acuan untuk pembuatan skala dalam penelitian ini. Alasan peneliti meggunakan aspek ini karena penjabarannya lebih mudah dipahami dan lebih komprehensif serta sesuai dengan konteks penelitian.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

Coopersmith (1967) menjelaskan beberapa faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri, antara lain:

a. Penerimaan atau penghargaan terhadap diri (self-derogtrion)

Individu dapat menerima dan menghargai dirinya secara utuh, baik kelebihan maupun kekurangannya atau pandangan individu terhadap dirinya.

b. Kepemimpinan atau popularitas (leadership popularity)

Kemampuan individu dalam memimpin dan mendapat pengakuan dari lingkungan sosial atas keberadaannya.

(31)

16

c. Keluarga – Orangtua (Family – Parents)

Keluarga dan orang tua yang menumbuhkan perasaan menghargai diri juga satu sama lain dan saling mendukung.

d. Asertivitas – Kecemasan (Assertiviness – Anxiety)

Kemampuan individu dalam mengembalikan keasertifan dirinya terhadap pendapat dan kemauannya, serta kemampuan dalam mengendalikan kecemasan.

B. Gaya Hidup Hedonisme

1. Pengertian gaya hidup hedonisme

Engel, Blakwell, dan Miniard (1994) mendefenisikan gaya hidup merupakan sebuah pola dimana orang menghabiskan waktu dan uang mereka untuk hidup. Gaya hidup merupakan fungsi dari motivasi konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi dan variabel lainnya. Gaya hidup adalah konsep ringkasan yang mencerminakan nilai-nilai konsumen.

Menurut Wells dan Tigert (dalam Engel, Blakwell, & Miniard, 1994) gaya hidup adalah pola dimana orang hidup, menghabiskan waktu dan uang. Gaya hidup adalah hasil keseluruhan dari jajaran ekonomi budaya dan sosial yang membentuk kualitas hidup seseorag.

Menurut Adler (dalam Trimarti, 2014) bahwa gaya hidup merupakan cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan orang itu dalam kehidupan tertentu dimana seorang individu berada.

Kotler dan Amstrong (dalam Trimarti, 2014) mengatakan bahwa gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan

(32)

hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian. Gaya hidup antara individu satu dengan yang lainnya akan berbeda. Gaya hidup menunjukkan bagaimana seseorang mengatur kehidupan pribadinya, kehidupan masyarakat, perilaku di depan umum, dan upaya membedakan statusnya dari orang lain melalui lambang-lambang sosial.

Nadzir dan Ingarianti (dalam Anggraini, 2017) mengungkapkan bahwa gaya hidup hedonis merupakan suatu pola hidup seseorang yang melakukan aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, menghabiskan waktunya di luar rumah untuk bersenang-senang dengan temannya, gemar membeli barang yang tidak dibutuhkan, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian di lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan pengertian dari beberapa tokoh diatas, maka dapat di simpulkan bahwa gaya hidup hedonisme pada penelitian ini mengacu pada teori Engel, Blakwell, dan Miniard (1994) mendefenisikan bahwa gaya hidup merupakan sebuah pola dimana orang menghabiskan waktu dan uang mereka untuk hidup. Gaya hidup merupakan fungsi dari motivasi konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi dan variabel lainnya. Gaya hidup adalah konsep ringkasan yang mencerminakan nilai-nilai konsumen.

(33)

18

2. Aspek-Aspek Gaya Hidup Hedonisme

Aspek-aspek gaya hidup hedonis menurut Engel, Blakwell, dan Miniard, (1994) mengatakan bahwa gaya hidup hedonisme terdiri dari tiga aspek yang disimbolkan dengan pengukuran AIO, yaitu :

a. Kegiatan (activities)

Kegiatan adalah cara individu menggunakan waktunya yang berwujud tindakan nyata yang dapat dilihat. Misalnya lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak membeli barang-barang yang kurang diperlukan, pergi ke pusat perbelanjaan dan kafe.

b. Minat (interest)

Minat dapat diartikan sebagai apa yang menarik dari suatu lingkungan individu tersebut dengan memperhatikannya. Minat dapat muncul terhadap suatu objek, peristiwa, atau topik yang menekankan pada unsur kesenangan hidup. Seperti makanan, benda mewah, dan tempat berkumpul.

c. Pendapat (opinions)

Pendapat adalah tanggapan baik lisan maupun tulisan yang diberikan individu tentang dirinya sendiri dan produk yang berkaitan dengan kesenangan hidupnya.

Opini merupakan cara mempertahankan gaya hidup sekaligus apa saja yang diperlukan untuk menunjang gaya hidupnya.

Aspek-aspek lainnya dari gaya hidup hedonisme menurut Nas dan Sande (dalam Susianto, 1993) menyatakan gaya hidup hedonisme terdiri dari lima dimensi, yaitu:

(34)

a. Morfologi

Dimensi ini melihat seberapa jauh individu menggunakan fasilitas maupun kotanya seperti aktivitas yang dilakukan terbatas dalam berbelanja kebutuhan, selalu melibatkan aktivitas yang berkaitan dengan perkotaan dan lain-lainnya.

b. Hubungan sosial

Dimensi ini menggali hubungan sosial yang dilakukan individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya seperti berapa banyak lingkaran pertemanannya yang di jalaninya dan lain-lain.

c. Domain

Dimensi ini memperoleh informasi aktivitas yang menekankan tentang jaringan sosial yang dijalani serta peran apa yang berharga yang dilakukan oleh individu dalam hidupnya.

d. Makna

Dimensi ini menggali bagaimana individu memaknai semua kegiatan-kegiatan yang dijalaninya seperti memiliki tingkah laku yang sama dari hari sebelumnya meskipun memandang dunia berdasarkan tingkah laku yang mereka inginkan.

e. Style (Gaya)

Dimensi ini yang akan memperlihatkan aspek lahiriah dari gay hidup ini menggunakan simbol-simbol atau memberikan simbolik objek-objek sekitarnya.

Berdasarkan aspek-aspek gaya hidup hedonisme diatas, peneliti menggunakan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Wells (dalam Engel, Blakwell, & Miniard 1994) yang akan dijadikan sebagai acuan untuk pembuatan skala yang akan dilakukan oleh peneliti. Alasan peneliti memilih teori tersebut karena penjabaran

(35)

20

aspek tergolong lengkap serta dapat digunkana untuk meninjau masalah dan mengungkap variabel gaya hidup hedonisme.

3. Faktor-Faktor Gaya Hidup Hedonisme

Kotler (1997) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup hedonis seseorang ada 2 yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal).

a. Faktor Internal 1) Harga Diri

Harga diri merupakan penilaian terhadap diri sendiri. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai harga diri dan gaya hidup hedonisme, harga diri memberikan pengaruh terhadap gaya hidup hedonisme.

2) Sikap

Sikap berarti kecenderungan berbuat yang bertahan selama waktu tertentu terhadap beberapa objek atau gagasan menyukai atau menjauhi suatu objek. Sikap hedonis artinya sejauh mana individu memiliki respom aktif, kognitif, dan konatif terhadap serangkaian pola tingkah laku dan gaya hidup.

3) Pengalaman dan Pengamatan

Hasil pengamatan seseorang akan membentuk suatu pandangan tertentu terhadap suatu objek. Apabula pengamatan menghasilkan efek yang positif seperti rasa senang, bahagia dan nyaman maka akan muncul penguatan dalam diri untuk melakukan kembali perilaku tersebut.

(36)

4) Kepribadian

Kepribadian diartikan sebagai karakter psikologis yang memiliki perbedaan antara individu satu dengan lainnya, cara individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat dan prilakunya.

5) Konsep Diri

Konsep diri adalah inti dari pola kepribadian yang akan menentukan perilaku dalam menghadapi permasalahn hidup, karena konsep diri yang menjadi awal perilaku dan gaya hdiup.

6) Motif

Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman.

Jika motif seseorang terhadap prestise besar, maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.

7) Persepsi

Persepsi adalah proses di mana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.

b. Faktor Eksternal 1) Kelompok Referensi

Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan kontribusi langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang yang akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.

(37)

22

2) Keluarga

Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola dan gaya hidupnya.

3) Kelas Sosial

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku dan gaya hidup yang sama.

4) Kebudayaan

Kebudayaan meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.

C. Hubungan antara Harga Diri dengan Gaya Hidup Hedonisme

Harga diri adalah evaluasi global seseorang mengenai dirinya tentang potensi yang dimilikinya, sejauh mana individu percaya bahwa dia mampu, sukses dan layak, dalam jangka waktu pendek. Harga diri adalah peniliain pribadi yang dinyatakan dalam sikap individu terhadap dirinya sendiri (Nora, 2015). Jika harga diri mahasiswa rendah maka akan mudah dipengaruhi oleh lingkungan. Jika tingkat harga diri mahasiswa tinggi maka mahasiswa cenderung lebih bisa

(38)

mengambil keputusan sendiri untuk dirinya tanpa harus di pengaruhi oleh lingkunagn sekitarnya. Sebaliknya jika tingkat harga diri mahasiswa rendah maka mahasiswa cenderung akan mengikuti tekanan dan kemauan lingkungan sosialnya untuk membeli barang-barang branded agar dirinya bisa dipandang lebih dalam masyarakat (Utari, 2015).

Konsekuensi dari rendahnya harga diri pada individu menyebabkan hilangnya kepercayaan diri dan kemampuannya, merasa gagal dalam mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, produktivitas berkurang, destruktif terhadap orang lain, perasaan tidak mampu dan akan mudah merasa negatif terhadap dirinya sendiri, sehingga sangat dibutuhkan peran lingkungan untuk membentuk harga diri yang positif dalam diri individu agar bisa menerima kekurangan dan kelebihan serta dapat mendorong individu untuk percaya pada diri sendiri tanpa bergantung pada orang lain (Jasmadi, 2016).

Indikasi jika individu memiliki harga diri yang tinggi maka akan merasa nyaman dalam beraktivitas di lingkungan sekitarnya, dengan memiliki harga diri yang tinggi individu mampu memberikan sikap yang positif, mampu mencapai keberhasilan di lingkungannya serta pandai mengambil keputusan sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, sehingga bila diposisikan pada mahasiswa maka mahasisiwa tersebut dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan sosialnya tanpa harus ikut terpengaruh dengan gaya hidup hedonisme.

Sebaliknya indikasi bila individu memiliki harga diri yang rendah, maka individu tersebut tidak tegas dalam mengambil keputusan, tidak mampu bersosialisasi

(39)

24

dengan baik dengan lingkungannya, dan mudah dipengaruhi oleh teman sebaya dan lingkungannya (Utari, 2015)

Dewasa ini banyak mahasiswa yang cenderung mengikuti gaya hidup yang hedonisme, terlebih lagi pada mahasiswa Sumatera Barat yang harus menyesuaikan diri dengan masyarakat setempat.Hal ini dapat dilihat dari aktifitas yang dilakukan mahasiswa dan barang-barang yang sering digunakannya, seperti sering nongkrong di kafe, mengunakan barang-barang branded, jalan-jalan ke mall hanya untuk cuci mata, atau pergi shopping, dan hal lainnya yang berorientasi kepada kesenangan. Menurut Adler (dalam Trimarti, 2014) bahwa gaya hidup merupakan cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan orang itu dalam kehidupan tertentu dimana seorang individu berada.

Berdasarkan data-data yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya.

Utari (2015) hasilnya menunjukkan pengaruh harga diri terhadap gaya hidup hedonisme pada mahasiswa Sumatera Barat. Hasil yang di dapat ialah hasil yang negatif, hal tersebut menunjukkan korelasi atau hubungan antara dua variabel termasuk dalam korelasi atau hubungan yang negatif yaitu ketika variabel harga diri meningkat maka varibael gaya hidup hedonidme menurun begitu juga sebaliknya. Agar lebih jelas, hubungan antara harga diri dengan gaya hidup hedonisme pada mahasiswa Sumatera Barat yang kuliah di Banda Aceh, dapat dilihat pada gambar berikut.

(40)

(-)

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian dalam teoritis di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalalah terdapat hubungan negatif antara harga diri dengan gaya hidup hedonisme pada mahasiswa Sumatera Barat yang kuliah di Banda Aceh. Artinya semakin tinggi harga diri maka semakin rendah gaya hidup hedonisme, begitu juga sebaliknya semakin rendah harga diri maka semakin tinggi gaya hidup hedonisme.

Harga Diri (X) Gaya Hidup

Hedonisme (Y)

(41)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian yang dikelompokkan sebagai penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah sebuah proses untuk menemukan pengetahuan dengan menggunakan data yang berupa angka sebagai alat analisis informasi tentang apa yang ingin kita ketahui (Djollong, 2014).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menguji keeratan hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti tanpa adanya manipulasi terhadap variabilitas yang terdapat pada variabel-variabel yang bersangkutan.

Data yang diperoleh adalah data yang alami dan apa adanya. Jadi, pada penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara harga diri dengan gaya hidup hedonisme pada mahasiswa Sumatera Barat yang kuliah di Banda Aceh (Azwar, 2016).

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Latipun (2004) mengatakan bahwa variabel adalah konsep-konsep yang mempunyai variabilitas. Suatu konstrak yang bervariasi atau yang memiliki beragam nilai tertentu yang di sebut sebagai variabel. Dalam penelitian yang

(42)

berjudul hubungan gaya hidup hedonisme pada mahasiswa Sumatera Barat yang kuliah di Banda Aceh, memiliki varibel-varibel sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (X) : Harga Diri

2. Variabel Terikat (Y) : Gaya Hidup Hedonisme

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Agar suatu konsep dalam penelitian dapat memiliki batasan yang jelas dalam pengoperasiannya, maka diperlukan defenisi operasional dari masing- masing variabel. Adapun defenisi dari variabel tersebut adalah:

1. Harga Diri

Harga diri merupakan penilaian diri yang bisa mempengaruhi sikap, ativitas, interaksi, penghargaan dan penerimaan diri terhadap individu baik itu penilaian secara positif maupun negatif, menganalisis seberapa jauh individu bisa menghargai dirinya sendiri dan menganalisis sebarapa jauh perilaku yang bisa di capai individu. Harga diri dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek harga diri menurut Coopersmith (1967), yaitu: kekuatan (power), kebijakan (significance), kebajikan (virtue) dan kompetensi (competence).

2. Gaya Hidup Hedonisme

Kecenderungan gaya hidup hedonisme adalah pola perilaku yang dilakukan individu berupa berbagai aktivitas dalam menikmati kepuasan duniawi secara

(43)

28

instan dengan cara menghabiskan uang maupun waktunya di luar rumah untuk membeli produk-produk yang tidak dibutuhkan, lebih suka menghabiskan waktu dengan teman-teman serta mengikuti perkembangan mode atau fashion sesuai dengan zaman, dan itu dilakukan individu untuk memotivasi dalam kesenangan semata saja. Kecenderungan gaya hidup hedonisme dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan aspek- aspek gaya hidup hedonisme menurut Engel, Bakweld, dan Miliard (1994), yaitu:

kegiatan (activities) minat (interest), dan pendapat (opinions),

D. Subjek Penelitian 1. Populasi

Menurut Winarsunu (2004), populasi penelitian adalah seluruh individu yang dimaksudkan untuk diteliti dan nantinya akan dikenai generalisasi.

Generalisasi adalah suatu cara pengambilan kesimpulan terhadap kelompok individu yang lebih luas jumlahnya berdasarkan data yang diperoleh dari sekelompok individu yang sedikit jumlahnya. Maka dari itu populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang (IPMM) Banda Aceh yang berjumlah 420 orang berdasarkan hasil wawancara dengan ketua IPMM, dimana setiap anggotanya tersebar dalam beberapa angkatan di antaranya angkatan 2019, 2020 dan 2021.

(44)

Tabel 3.1

Jumlah Populasi Mahasiswa IPMM Banda Aceh Angkatan 2019, 2020, dan 2021

Tahun Angkatan Jumlah

2019 105

2020 147

2021 168

Jumlah 420

Sumber: Hasil wawancara dengan ketua IPMM Banda Aceh (2022)

2. Sampel

Sampel adalah bagian jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu dan ciri-ciri tertentu (Sugiyono, 2015). Sampel dalam penelitia ini adalah mahasiswa Sumatera Barat yang bergabung dalam organisasi IPMM yaitu mahasiswa Universitas Islam Negeri Ar-Raniry dan Universitas Syiah Kuala yang diambil sebanyak 191 orang, alasan peneliti mengambil dua Universitas saja karena hanya 2 Universitas itu saja yang tergabung dengan organisasi IPMM. Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini yaitu dengan mengambil tingkat kesalaha 5% dan tingkat kepercayaan 95% yang terdapat dalam tabel yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael (Sugiyono, 2019).

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang paling strategis dalam sebuah penelitian yang akan dilakukan, karena tujuan utama dari sebuah penelitian adalah untuk mendapatkan data, dalam penelitian ini cara pengumpulan data yang

(45)

30

dilakukan dengan menggunakan skala. Skala memiliki sifat-sifat khusus yang berdasar dari berbagai alat pengumpulan data seperti angket, isian, inventori yang mengacu pada alat ukur aspek atau atribut efektif (Azwar, 2009). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan skala yang berupa angket atau kuesioner dan berbentuk serangkaian pertanyaan yang disusun secara sistematis yang akan di bagikan kepada seluruh anggota Ikata Pelajar Mahasiswa Minang (IPMM) di Banda Aceh.

1. Persiapan Alat Ukur Penelitian

Tahap pertama yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian adalah dengan mepersiapkan alat ukur penelitian. Dalam penelitian ini, eknik pengumpulan data yang digunkaan penulis menggunakan skala. Skala dalam penelitian ini menggunakan skala psikologi yang berbentuk skala likert. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau kelompok tertentu tentang fenomena sosial. Dalam sebuah penelitian, fenomena sosial yang dimaksud telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti dan kemudian disebut sebagai variabel penelitian (Sugiyono, 2015).

Dalam penelitian ini skala yang digunakan adalah skala harga diri dan skala gaya hidup hedonisme. Pada skala tersebut terdiri dari dua bentuk pertanyaan yaitu favorable dan unfavorable. Pernyataan favorable merupakan pernyataan yang mendukung variabel yang akan di teliti. Sedangan pernyataan unfavorable merupakan pernyataan yang tidak mendukung dan memihak pada variabel yang akan di teliti (Azwar, 2016). Jawaban pada skala ini mempunyai tingkatan level

(46)

dari sangat positif sampai sangat negatif, skala harga diri menggunakan empat pilihan jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak sesuai.

Sedangkan skala gaya hidup hedonisme juga menggunakan empat pilihan jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai. Pada penelitian ini alat ukur yang digunaka yaitu skala harga diri yang di susun berdasarkan aspek- aspek dari Coopersmith (1967) dan skala gaya hidup hedonisme yang di susun juga berdasarkan aspek-aspek dari Engel Blakwell, dan Miniard (1994).

Tabel 3.2

Skor Skala Favorable dan Skala Unfavorable Harga Diri dan Gaya Hidup Hedonisme

Jawaban Aitem

Favorable Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

a) Skala Harga Diri

Harga diri dapat diukur dengan menggunakan skala harga diri yang disusun peneliti berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Coopersmith (1967) sebagai berikut:

1) Kekuatan (power)

Kemampuan untuk mengendalikan dan kemampuan untuk bisa mengatur dan mengintrol tingkah laku orang lain, ditandai dengan kemampuan, mengatur dan mengontrol perilaku orang lain, pengakuan dan rasa hormat dari orang lain, mengintrol perilaku diri sendiri.

2) Keberartian (significance)

(47)

32

Keberartian yaitu adanya kepedulian, perhatian dan afeksi yang diterima dari orang lain, ditandai dengan kemampuan penerimaan diri, penerimaan dari orang tua, penerimaan dari tetamn, popularitas diri.

3) Kebajikan (virtue)

Kebajikan yaitu ketaatan atau mengikuti standar moral dan etika, ditandai dengan kemampuan taat kepada etika moral, taat pada aturan/ prinsip agama, kepedulian terhadap orang lain.

4) Kompetensi (competence)

Kompetensi yaitu kemampuan untuk sukses memenuhi tuntutan prestasi, ditandai dengan kemampuan mampu melaksanakan tugas/tanggung jawab dengan baik, mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, mampu mengambil keputusan sendiri.

Tabel 3.3

Blue Print Skala Harga Diri

No. Aspek Indikator Aitem

Jumlah Favorable Unfavorable

1. Kekuasaan (power)

Adanya pengakuan akan rasa hormat terhadap diri sendiri

1,3 2,4 4

Memiliki kemampuan dalam mengatur dan mengontrol tingkah laku

5,7 6,8 4

Dapat mengendalikan tekanan dalam diri

9 10 2

Bisa

mempertimbangkan dalam menyampaikan opini

11 12 2

2. Keberartian (significance)

Menilai dan memiliki pengaruh baik terhadap diri sendiri

13,15 14,16 4

(48)

Individu merasa bahwa dirinya diterima dengan baik oleh orang lain

17,19 18,20 4

3. Kebijakan (virtue)

Individu mengikuti standar moral dan etika

21,23 22,24 4

Mampu menilai perilaku yang tidak merugikan diri sendiri

25,27 26,28 4

4. Kemampuan (competence)

Mampu menilai keberhasilan yang dicapai oleh dirinya

29 30 2

Merasa dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan

31 32 2

Merasa percaya diri ketika melakukan suatu hal karena bisa menyelesaikannya

33 34 2

Total 17 17 34

b) Skala Gaya Hidup Hedonisme

Gaya hidup hedonism dapat diukur denga menggunakan skala gaya hidup hedonisme yang disusun peneliti berdasarkan aspek-aspek yang di kemukakan oleh Engel Blakwell, dan Miniard (1994) sebagai berikut:

1) Kegiatan (activites)

Kegiatan merupakan cara individu menggukan waktunya yang berwujud tindakan konkret yang bisa dilihat. Misalnya, lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak membeli barang-barang yang tidak diperlukan, sering ke pusat perbelanjaan dan cafe.

2) Minat (interest)

Minat dapat diartikan sebagai apa yang menarik berdasarkan lingkungan individu yang memperhatikannya. Minat muncul terhadap suatu objek, peristiwa

(49)

34

atau topik yang menekankan dalam unsur kesenangan hidup seperti makanan, barang mewah dan lokasi tempat berkumpul.

3) Pendapat (opinions)

Pendapat merupakan tanggapan baik secara lisan maupun tuisan yang diberikan individu mengenai dirinya sendiri dan produk yang berkaitan dengan kesenangan hidupnya. Opini adalah cara mempertahankan gaya hidup sekaligus apa saja yang dibutuhkan buat menunjang gaya hidupnya.

Tabel 3.4

Blue Print Skala Gaya Hidup Hedonisme

No. Aspek Indikator Aitem

Jumlah Favorable Unfavorable

1. Kegiatan Banyak menghabiskan waktu untuk hal tidak penting

1,3 2,4 4

Membeli barang-barang yang tidak diperlukan

5,7 6,8 4

Suka pergi ke pusat perbelanjaan atau café

9,11 10,12 4

2. Minat Memiliki ketertarikan khusus akan suatu hal yang diperlihatkan

13,15 14,16 4

Timbulnya minat terhadap suatu objek, peristiwa atau topik yang menekankan unsur kesenangan hidup

17,19,21,23 18,20,22,24 8

3. Pendapat Memiliki respon yang muncul terkait isu sosial tentang dirinya

25,27 26,27 4

Menilai suatu produk yang berkaitan dengan kesenangan hidup

29,31,33 30,32,34 6

Total 17 17 34

F. Uji Validitas, Uji Daya Beda Aitem, dan Uji Reliabilitas 1. Uji Validitas

Menurut Azwar (dalam Sugiyono, 2015) validitas merupakan suatu pengukuran yang mengukur bagaimana ketepatan dan kecermatan pada instrumen

(50)

dalam melakukan fungsi ukurnya. Untuk mendapatkan validitas yang tinggi ketika dalam menjalankan fungsi alat ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut. Uji validitas dalam penelitian ini adalah validitas isi, yaitu validitas yang diestimisasi dan dikuantifikasi lewat penguji isi skala expert review. Untuk mencapai validitas tersebut, maka skala yang telah disusun akan dinilai oleh beberapa reviewer.

Tujuannya adalah untuk melihat skala yang telah disusun sudah sesuai dengan kontrak psikologi yang diukur.

Komputasi validitas yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah komputasi CVR (Content Validity Ratio), yang diperoleh dari hasil penilaian sekelompok ahli yang disebut SME (Subjek Matter Expert). SME dimintak untuk menyatakan apakah isi suatu item dikatakan esensial apabila aitem tersebut dapat mempresentasikan dengan baik tujuan pengukuran (Azwar, 2012). Angka CVR bergerak antara -1.00 sampai dengan +1.00 dengan CVR+0,00 berarti 50% dari SME dalam panel menyatakan aitem adalah esensial dan valid (Azwar, 2017).

Adapun statistic CVR di rumuskan sebagai berikut.

Keterangan:

ne = banyaknya SME yang menilai suatu aitem “esensial”

n = banyaknya SME yang melakukan penelitian

Hasil komputasi CVR dari skala harga diri dengan menggunakan metode Subjek Matter Expert dengan bantuan tiga orang expert, dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 15.0 menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson, diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,523 dengan signifikasi

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment Pearson maka diperoleh hasil nilai koefisien korelasi (r) sebesar

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment Pearson maka diperoleh hasil nilai koefisien korelasi (r) sebesar

Dari hasil analisis koefisien korelasi (r) didapatkan nilai sebesar 0,022 artinya bahwa keeratan hubungan antara variabel pendidikan dengan kinerja adalah sangat rendah karena nilai

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil nilai koefisien korelasi sebesar (rxy) = .58 p = .000 (p< .001).Peneliti dapat menyimpulkan

Hasil analisis korelasi Product Moment dari Pearson menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,796 dengan taraf signifikan p = 0,000, artinya terdapat hubungan positif

Berdasarkan hasil analisis korelasi diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,857 yang menunjukkan bahwa terjadi korelasi positif yang tinggi antara nilai keaktifan

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil nilai koefisien korelasi sebesar (rxy) = .58 p = .000 (p< .001).Peneliti dapat menyimpulkan