• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Perancangan Grafis

Kata desain grafis semula beranjak dari seni grafis yang menonjol sejak ditemukan mesin cetak oleh Guttenberg,Desain dapat diartikan sebagai hasil karya manusia yang harus dapat berfungsi untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Pada awalnya desain disebut sebagai seni terapan, untuk membedakannya dengan seni murni. Namun setelah perkembangan industri modern terjadi proses spesialisasi yang memisahkan seni terapan menjadi sebuah bidang profesi tersendiri yang dinamakan desain (Adityawan 3).

Seorang guru dan pakar desain, Victor Papanek tiga puluh lima tahun yang lalu menerbitkan sebuah buku berjudul “Design for the Real World”. Di awal bukunya, ia menuliskan kalimat “All men are designers”. Semua manusia adalah perancang.

Menurutnya, desain adalah “... the conscious and intuitive effort to impose meaningful order...”. Kesadaran menyiratkan intelektualisasi proses pemikiran, penelitian dan analisis.

Sedangkan unsur intuisi susah untuk didefinisikan sebagai proses atau kemampuan. Di Indonesia, kata desain seringkali diartikan sebagai: reka bentuk, reka rupa, tata rupa, perupaan, anggitan, rancangan, rancang bangun, gagas rekayasa, perencanaan, kerangka, sketsa ide, gambar, busana, hasil ketrampilan, karya kerajinan, kriya, teknik presentasi, pengayaan, komunikasi rupa, denah, lay out, dan lain sebagainya. Sedangkan kata grafis mengacu pada pengertian suatu gambar.

Dalam Encyclopedia of Graphic Design + Designers (Livingston 90) kata desain grafis diartikan sebagai: ”Generic term for the activity of combining typography, illustration, photography and printing for purposes of persuasion, information, or instruction”. Desain grafis adalah proses merancang gambar atau bentuk-bentukvisual dwimatra (dua dimensi) untuk kepentingan proses komunikasi yangfungsional dan efektif.

Secara garis besar ada empat elemen dalam desain grafis: ilustrasi, fotografi atau film, simbol, dan tipografi (Arief 3).

Pada bentuknya yang paling umum, desain grafis sudah dimulai sejak jaman prasejarah. Orang-orang pada saat itu berusaha mencari cara untuk memberi bentuk visual bagi ide dan konsep, cara untuk menyimpan pengetahuan dalam bentuk tergambar (graphic form). Sebelum kata desain menjadi umum, masyarakat lebih banyak menggunakan istilah “seni terapan”. Awal perkembangan desain modern muncul sejak revolusi industri di paruh abad ke-18. Tetapi istilah desainer grafis itu sendiri baru mulai digunakan pada tahun 1922 oleh William Addison Dwiggins, seorang perancang buku

(2)

terkenal di Amerika. Ia mengartikan pendesain grafis sebagai seorang yang membuat keteraturan struktural dan bentuk visual ke dalam bentuk cetakan.

Menurut Kamus Istilah Periklanan Indonesia, graphic atau grafik adalah diagram atau kurva dalam statistik, atau cara komunikasi yang dilakukan dengan bentuk huruf, angka, tanda, maupun gambar. Sedangkan graphic design atau desain grafis adalah rancangan yang mencakup dua dimensi. Misalnya ilustrasi, tipografi, fotografi, dan metode melukis.

Seiring dengan berkembangnya teknologi, penggunaan media oleh pendesain grafis juga berkembang, yakni dengan menggunakan media elektronik dan komputer.

Tetapi inti dari desain grafis tidak berubah, yakni tetap menunjuk pada kemampuan untuk menterjemahkan ide dan konsep menjadi bentuk visual yang berfungsi sebagai sarana komunikasi. Sejalan dengan itu semua, profesi desain grafis juga mengalami perkembangan, sehingga dirasakan pengertian desain grafis dirasa makin sempit saja.

Pengertian grafis yang erat kaitannya dengan teknik cetak dianggap tidak dapat mencakup proses desain yang dilakukan melalui media audio visual elektronik. Karena itulah istilah desain grafis diperluas menjadi desain komunikasi visual. Selama peranan media cetak masih kuat dalam proses komunikasi di masyarakat, maka selama itu pula istilah desain grafis masih akan tetap digunakan berdampingan dengan istilah desain komunikasi visual.

Seperti layaknya informasi yang disampaikan menggunakan bahasa lisan (suara) yang dapat disampaikan secara tegas, ceria, keras, lembut, penuh gurauan, formal, dan sebagainya dengan menggunakan gaya bahasa dan volume suara yang sesuai, Graphic Design juga dapat melakukan hal serupa. Kita dapat merasakan sendiri setelah membaca sebuah berita (tulisan), melihat foto atau ilustrasi, melihat permainan warna dan bentuk dari sebuah karya design yang berbentuk publikasi cetak, nuansa yang ditimbulkannya.

Apakah informasi itu tegas, formal, bergurau, lembut, anggun, elegan dan sebagainya Perancangan Grafis adalah seni terapan tentang pemilihan, penciptaan dan pengaturan tanda-tanda pada sebuah permukaan untuk mengkomunikasikan suatu pesan.

Tanda-tanda yang dimaksud bisa berupa bentuk tulisan (tipografi) atau dari media lainnya seperti ilustrasi atau fotografi.

Pekerjaan dalam membuat suatu perancangan grafis akan meliputi usaha kreatif yang dimuat dalam berbagai media, seperti media cetak, media digital, perfilman, animasi, desain produk, desain kemasan dan system penandaan. Perancangan grafis sebagai praktek dapat ditelusuri kembali dari asal kata-katanya yang tertulis, tetapi baru mulai abad ke 19 perancangan grafis dikenali sebagai disiplin ilmu. Beberapa prinsip dasar dari perancangan grafis adalah kelurusan, keseimbangan, warna, gelap-terang, titik berat, irama, pola, proporsi, kedekatan, pengulangan, irama, tekstur, kesatuan, dan ruang kosong.

(3)

2.1.1.1. Unsur-unsur dalam perancangan Grafis

Unsur-unsur desain sangat penting dalam suatu perancangan desain. Dapat dikatakan bahwa unsur-unsur desain merupakan alat utama dalam menciptakan sebuah perancangan grafis yang seimbang dan teratur serta komunikatif. Berikut merupakan beberapa unsur desain menurut Sunardi yang memiliki perngaruh yang besar dalam perancangan grafis:

Garis (Line)

Sebuah garis adalah unsur desain yang menghubungkan antara satu titikpoin dengan titik poin yang lain sehingga bisa berbentuk gambar garis lengkung (curve) atau lurus (straight). Garis adalah unsur dasar untuk membangun bentuk atau konstruksi desain.

Bentuk (Shape)

Bentuk adalah segala hal yang memiliki diameter tinggi dan lebar. Bentuk dasar yang dikenal orang adalah kotak (rectangle), lingkaran (circle), dan segitiga (triangle).

Sementara pada kategori sifatnya, bentuk dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

a. Huruf (Character) yang direpresentasikan dalam bentuk visual yang dapat digunakan untuk membentuk tulisan sebagai wakil dari bahasa verbal dengan bentuk visual langsung, seperti A, B, C, dsb.

b. Simbol (Symbol) yang direpresentasikan dalam bentuk visual yang mewakili bentuk benda secara sederhana dan dapat dipahami secara umumsebagai simbol atau lambang untuk menggambarkan suatu bentuk benda nyata, misalnya gambar orang, bintang, matahari dalam bentuk sederhana (simbol), bukan dalam bentuk nyata (dengan detail).

c. Bentuk Nyata (Form) bentuk ini betul-betul mencerminkan kondisi fisik dari suatu obyek. Seperti gambar manusia secara detil, hewan atau benda lainnya.

Tekstur (Texture)

Tekstur adalah tampilan permukaan (corak) dari suatu benda yang dapatdinilai dengan cara dilihat atau diraba. Yang pada prakteknya, tekstur seringdikategorikan sebagai corak dari suatu permukaan benda, misalnya permukaankarpet, baju, kulit kayu, dan lain sebagainya.

Ruang (Space)

Ruang merupakan jarak antara suatu bentuk dengan bentuk lainnya yang pada praktek desain dapat dijadikan unsur untuk memberi efek estetika desain. Sebagai contoh, tanpa ruang Anda tidak akan tahu mana kata dan mana kalimat atau paragraf. Tanpa ruang Anda tidak tahu mana yang harus dilihat terlebih dahulu, kapan harus membaca dan kapan harus berhenti sebentar. Dalam bentuk fisiknya pengidentifikasian ruang digolongkan menjadi dua unsur, yaitu obyek (figure) dan latar belakang (background).

Ukuran (Size)

(4)

Ukuran adalah unsur lain dalam desain yang mendefinisikan besar kecilnya suatu obyek. Dengan menggunakan unsur ini Anda dapat menciptakan kontras dan penekanan (emphasis) pada obyek desain anda sehingga orang akan tahu mana yang akan dilihat atau dibaca terlebih dahulu.

Warna (Color)

Warna merupakan unsur penting dalam obyek desain. Karena dengan warna orang bisa menampilkan identitas, menyampaikan pesan atau membedakan sifat dari bentuk-bentuk bentuk visual secara jelas. Dalam prakteknya warna dibedakan menjadi dua:

yaitu warna yang ditimbulkan karena sinar (Additive color) yang biasanya digunakan pada warna lampu, monitor, TV dan sebagainya, dan warna yang dibuat dengan unsur-unsur tinta atau cat (Substractive color) yang biasanya digunakan dalam proses pencetakan gambar ke permukaan benda padat seperti kertas, logam, kain atau plastik (2)

2.1.1.2. Prinsip-prinsip Desain

Perancangan grafis juga memiliki berbagai macam prinsip-prinsip yang sangat penting dalam melandasi suatu perancangan desain yang berguna untuk mengkomunikasikan grafis secara indah dan terarah. Hal ini juga berguna dalam menerapkan suatu perancangan desain yang memiliki keunikan komunikasi tersendiri serta memiliki daya tarik yang lebih dari produk-produk lainnya. Prinsip-prinsip desain antara lain adalah sebagai berikut:

Balance (Keseimbangan)

Setiap obyek yang kita temui di muka bumi ini mempunyai unsur keseimbangan.

Keseimbangan tentunya tidak hanya dapat diukur dengan timbangan. Keseimbangan bisa saja terukur secara adil dan tepat sesuai bobot dan massanya (keseimbangan simetris), tetapi ada juga keseimbangan yang tidak dapat diukur dengan nilai dan bobot (keseimbangan asimetris).

Contrast (Kontras)

Kontras adalah hal yang penting dalam prinsip-prinsip desain. Kontras menciptakan keindahan pada setiap obyek publikasi. Seperti halnya suara dapat ditekankan dengan menggunakan volume yang keras atau rendah atau kecepatan dalam penyampaiannya, kontras juga menciptakan efek yang sama di media cetak. Kontras dapat diwujudkan dalam segi bentuk, ukuran, garis, warna, ruang dan tata letak.

Harmony (Keselarasan)

Harmoni mungkin agak bertolak belakang dengan kontras, yaitu menyatukan semua unsur dalam publikasi secara visual sehingga menjadi satu kesatuan. Kesatuan itu bisa dalam bentuk, warna, bobot, ruang dan tata letak.

(5)

Proximity (Kesatuan Bentuk)

Dalam sebuah karya desain harus ada sebuah kesatuan bentuk akhir yang dapat dijadikan identitas dari sebuah karya design itu, apakah akan dinamakan koran, brosur, leaflet, billboard, majalah, kartu nama dan sebagainya.

Repetition (Pengulangan)

Kita tentunya tidak akan mengenali misalnya sebuah koran hari ini menggunakan huruf untuk logonya berbeda dengan yang kemarin, atau meletakkan headlinenya di tengah - sementara biasanya di depan. Jadi ada ikatan konsistensi yang harus dipegang dalam sebuah karya desain, sehingga mudah untuk dikenali oleh publik.

Emphasis (Penekanan)

Dalam sebuah karya desain, harus ada penekanan pada suatu bentuk atau obyek desain. Perlu adanya penekanan supaya publik/khalayak tahu mana yang harus dibaca terlebih dahulu atau yang harus diingat dalam keseluruhan obyek desain tersebut. Dengan adanya penekanan kita juga dapat mengenali ciri khas atau identitas design tersebut. Perlu diingat bahwa dalam sebuah nkarya desain memang perlu adanya penekanan sehingga menarik perhatian, tetapi kalau kita ingin memberi penekanan pada semua unsur yang ada pada obyek publikasi tersebut maka jadinya tidak ada yang menonjol (“graphic Design Intro”).

2.1.1.3. Strategi Perancangan grafis

Perancangan grafis memiliki strategi-strategi tertentu yang melandasinya. Strategi diperlukan dalam upaya proses menyampaikan pesan secara efektif dan efisien. Cara yang biasa dipergunakan untuk menyampaikan pesan secara efektif dan efisien yaitu:

Merancang Strategi Komunikasi, yaitu pemahaman produk atau jasa yang akan dikomunikasikan, memahami proses kerja perancangan dan produksi/ pemasangan, menguasai pemasaran serta ketajaman sasaran, sehingga dapat disimpulkan bentuk pendekatan yang mudah dipahami dan komunikatif.

Menyusun Strategi Kreatif, yaitu untuk mengoptimalisasi dan memaksimalisasi, tata kerja pengumpulan data, analisa dan perumusan masalah, menyusun proses perancangan / kreatif dengan mempertimbangkan banyak aspek yang terkait, sehingga pesan dapat atraktif, kreatif, dan istimewa.

Menguasai Strategi media, sehingga pesan dan gagasan dapat langsung mendekati sasaran melalui medium yang efektif serta mudah dipahami oleh sasaran / target audience (“Konsep”).

2.1.1.4. Proses Perancangan

(6)

Dalam sebuah perancangan grafis kita memiliki tahap-tahap dalam proses pembuatannya. Tahapan tersebut membuat mengara kan kita pada perancangan yang komunikatif dan efektif. Menurut Indarsjah urutan proses perancangan yang dilakukan adalah sebagai berikut;

Scanning, data collecting / pengumpulan data, sebagai bahan dasar untuk dianalisa. Data berupa data tertulis (verbal), dan data gambar (visual), atau data lainnya seperti suara (audio), data teraba (bentuk 3 dimensi) dan aroma atau rasa (kecap).

Formulasi, data dasar dianalisa untuk proses pemilahan, pengelompokkan (klasifikasi), lalu dirumuskan. Hasil rumusan tersebut merupakan bahan penyusunan :

a. Konsep Umum, lebih ditekankan pada konsep komunikasinya b. Konsep Kreatif, lebih ditekankan pada konsep kreatifnya.

Implementasi, adalah perwujudan visual (visualisasi) kreatif ke dalam media yang telah dipilih berdasar pada kesesuaian dengan visi, misi, maksud,tujuan, sasaran pesan agar efisien, efektif, komunikatif serta keindahannya. Pada proses implementasi ini diperlukan strategi serta pemikiran proses produksi media dan penerapan pada media serta penyebarannya, serta pemasangan di lokasi yang tepat (strategis).

Biasanya dilakukan pre-test (uji coba sebelum desain/media dikomunikasikan/diproduksi atau dipasang. Dan pada hakekatnya desain harus atraktif, kreatif dan komunikatif

2.1.2. Sejarah Buku

Istilah buku dapat dilihat dari sudut pandang fisik dan fungsional. Secara fisik, setiap objek dapat disebut buku jika ia merupakan kumpulan lembaran yang dijilid di satu sisinya dan diberi sampul muka-belakang sebagai “cover” untuk membuatnya lebih tahan lama. Dalam definisi ini, textbook, novel, Quran dan Bible termasuk dalam kategori buku, sebagaimana juga buku catatan dan buku cek. Jika digunakan secara historis, definisi ini tidak mencakup beberapa cetakan penting yang sebenarnya masuk dalam istilah buku. Sedangkan secara fungsional, buku kurang lebih didefinisikan sebagai suatu kumpulan bentuk komunikasi grafis yang isinya dibagi-bagi ke dalam beberapa unit dengan tujuan agar tampil sistematik dan menjaga isinya tetap terpelihara dalam waktu lama. Dalam elemen pemeliharaan ini, aspek ‘rekaman’ dari pengalaman, observasi, dan ekspresi kreatif merupakan hal yang membedakan buku dari ragam komunikasi lainnya.

Hingga abad ke-19, buku masih belum dianggap sebagai media untuk massa, karena dibeli dan dibaca terbatas oleh orang-orang yang tingkat

(7)

pendidikannya lebih tinggi. Revolusi industri dan perkembangannya yang terjadi mulai abad ke-18 merupakan penyebab perubahan besar bagi masyarakat dalam hal memperoleh dan mengakses media cetak yang sebelumnya terbatas tersebut.

Secara perlahan, kelas pekerja mulai berkesempatan mengakses medium cetak sejalan dengan perbaikan pendidikan sekolah dan pendidikan orang dewasa.

Juga dengan mulainya berdiri perpustakaan, penyediaan material cetak untuk keagamaan, dan buku-buku murah. Pada masa itu, teknologi industri percetakan makin maju sehingga proses komposisi, percetakan, dan produksi kertas telah berlangsung secara mekanis. Ini berarti memungkinkan dilakukannya produksi secara massal sehingga harga produksi dapat menjadi lebih rendah.

Pada akhir abad ke-19, didirikan beberapa asosiasi terkait dengan penerbitan buku. Pertama adalah asosiasi perdagangan buku yang berfungsi sebagai kelompok lobby ekonomi dan politik. Selain itu, dibentuk Masyarakat Penulis, yang secara khusus mengajak sesama penulis lebih memedulikan soal hak cipta. Mereka menerbitkan jurnal The Author pada tahun 1890. Dalam kurun waktu sama, berdiri pula Asosiasi Penjual Buku Inggris Raya tahun 1895. Mereka berupaya mendekati penerbit dalam rangka memperoleh harga buku dan diskon semenarik mungkin. Jumlah anggota asosiasi yang awalnya 178 terus bertambah hingga mencapai 1150 sekitar empat puluh tahun kemudian tahun 1934.

Sampai pada akhir abad 19, buku-buku yang beredar di AS diimpor dari Inggris. Ketika ketersediaan kertas makin murah karena percetakan mulai menjamur, buku-buku pun tidak lagi sebatas yang dijilid mewah penuh hiasan serta dijual terbatas untuk kalangan tertentu, melainkan lebih meluas. Buku-buku impor, terutama novel-novel dari Inggris, disalin dan dicetak kembali, yang kadang dijual sebagai suplemen koran.Sampai tahun 1960, tiap jenis media (termasuk buku) belum banyak mencoba menggabungkan beberapa jenis media sekaligus. Dewasa ini, cakupan, gaya, dan substansi kepemilikan media sudah berubah. Banyak bisnis komunikasi yang berkembang dan meluas ke bidang- bidang lain sehingga membentuk konglomerasi besar (Husein, para. 6)

Perkembangan teknologi cetak buku dan majalah di Indonesia secara langsung mengikuti perkembangan yang terjadi di dunia, khususnya daratan Eropa dan Amerika. Dimulai dengan penggunaan mesin cetak hasil

(8)

pengembangan Guttenberg, yang baru masuk ke Indonesia waktu itu Hindia Belanda pada abad 17. Hingga masa tahun 1960-an, percetakan menggunakan mesin typesetting atau letter press (proses cetak dengan permukaan timbul/menonjol).

2.1.3. Tinjauan perhiasan 2.1.3.1 Pengertian Perhiasan

Definisi dari perhiasan adalah sebuah benda yang digunakan untuk merias atau mempercantik diri. Perhiasan biasanya terbuat dari emas ataupun perak dan terdiri dari berbagai macam bentuk mulai dari cincin, kalung, gelang, liontin dan lain-lain. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia karena kesamaan jenis yaitu sebagai pelengkap berbusana maka perhiasan juga masuk dalam kategori aksesori.

Aksesori adalah barang yang berfungsi sebagai pelengkap dan pemanis busana.

Perhiasan itu sendiri bermacam-macam jenis bahannya mulai dari emas murni hingga imitasi atau tiruan (257).

2.1.3.2. Sejarah Perhiasan Dunia

Sejarah penggunaan perhiasan oleh para perempuan berkembang setua peradaban manusia. Para arkeolog menemukan sekumpulan manik yang digunakan manusia prasejarah di Indonesia yang tampaknya difungsikan sebagai kalung. Penemuan 41 buah cangkang kerang dari sebuah goa di Blombos, Afrika Selatan, oleh peneliti Norwegia, Christopher Henshilwood, menunjukkan bahwa manusia purba pun sudah memiliki insting untuk menghias dirinya. Cangkang kerang tersebut bukan cangkang biasa. Ke-41 cangkang siput laut Nassarius kraussianus yang kebanyakan ditemukan pada lapisan goa yang berumur 75.000 tahun itu, menurut Henshilwood dan teman-teman, seperti ditulis oleh majalah The Economist pada tanggal 17 April 2004, dilubangi dengan cara yang sama, seperti untuk dirangkaikan menjadi kalung atau gelang. Mereka menduga cangkang-cangkang itu memang digunakan untuk kalung atau gelang. Ini juga menunjukkan bahwa spesies manusia, Homo sapiens, sudah aktif secara artistik pada kurun waktu lebih purba dari yang diduga selama ini, yaitu sekitar 35.000 tahun lalu. Masa itu adalah masa di mana diketahui manusia purba mulai

(9)

membuat lukisan di dinding, seperti yang ditemukan di goa-goa di selatan Eropa (“Perhiasan”).

Pada awal perkembangan perhiasan dibagi menjadi beberapa masa yaitu antara lain:

§ 3000 tahun sebelum masehi

Di Mesir emas menjadi bahan utama dalam pembuatan perhiasan pada saat itu. Pada saat itu emas sangat jarang, tidak pudar dan bentuknya sangat lunak.Bangsa Mesir kuno membuat gelang, anting-anting, kalung, cincin dan mahkota yang terbuat dari emas.

§ 1400 tahun sebelum masehi

Pada masa ini di Yunani kuno membuat perhiasan dengan bahan manik- manik yang berbahan dasar berupa kerang, bunga dan kumbang yang diproduksi secara missal.

§ Abad pertengahan

Terjadi perubahan yang mendadak pada dunia perhiasan di perancis, hal ini dikarenakan adanya peraturan yang melarang menggunakan perhiasan yang terbuat dari mutiara, permata, perak dan emas. Hal serupa terjadi juga di Inggris, hal ini dikarenakan perhiasan hanya ditujukan pada kaum bangsawan saja.

§ Victorian (1830)

Era ini berawal dari ratu Victoria yang sangat menyukai perhiasan, sehingga masyarakatnya menjadi terpikat pada perhiasan seperti dirinya. Material yang digunakan pada era ini adalah gutta percha, vulcanite, bog oak, ebonite dan kaca hitam.

§ Art and Craft (1870)

Masa ini terjadi pada era revolusi industri, gerakan art and craft mempengaruhi perkembangan perhiasan. Perkembangan yang terjadi adalah pembuatan perhiasan dengan tangan. Desain perhiasan pada saat itu bersih dan berkesan natural. Perkembangan masyarakat yang cepat tidak mempengaruhi pekerja perhiasan yang menggunakan tangan untuk bekerja cepat pula, tetapi mereka lebih memilih untuk santai agar dapat menghasilkan perhiasan yang indah.. material yang digunakan adalah perunggu, kuningan, perak, tembaga, enamel dan kaca.

(10)

§ Edwardian Jewelry (1911)

Para raja pada zaman ini memimpin kerajaan baru mereka dengan perhiasan yang mewah. Permata, platinum dan mutiara menjadi material utama pada era ini. Mahkota menjadi tren pada saat itu.

§ Art Nouveau (1920-1935)

Pada era ini perhiasan berkesan anggun, ringan, penuh bentukan dan natural. Material yang digunakan kurang lebih sama dengan masa Art and Craft.

Tetapi dampak dari era ini lebih kuat dari era Art and Craft. Warna-warna yang dipakai adalah warna yang berkesan mewah dan hangat.

§ Art Deco/ Art moderne

Motif tangga dan zig-zag menjadi cirri khas perhiasan pada zaman ini.

Ukiran pada permata sangat digemari pada saat itu, tampilannya menjadi simpel dan natural.

§ Abad 20

Pada zaman ini permata dan jenis batu-batuan lainnya menjadi sangat digemari. Merek-merek pembuat perhiasan terkenal mulai bermunculan setelah perang dunia kedua. Merek klasik seperti Cartier dengan sangat sadar memadukan antara seni pembuatan perhiasan dan ketepatan pembuatan jam melalui penyeimbangan antara desain dan keterampilan pengerjaan. Cartier memasukkan batuan mulia seperti intan dan safir, dengan desain berbentuk kotak-kotak miring dan lengkung yang distilisasi. Dengan begitu banyak taburan batuan mulia, jam tangan ini bukan hanya menjadi benda fungsional, tetapi juga benda seni dan barang investasi.

2.1.3.3. Sejarah Perhiasan Indonesia

Kesukaan manusia sejak masa purba terhadap perhiasan bukan hal baru. Di Indonesia pun berbagai temuan menunjukkan penggunaan perhiasan emas dan manik-manik sejak zaman prasejarah. Sumarah Adhyatman dan Redjeki Arifin mencatat di dalam Manik-manik di Indonesia bahwa di Pasemah di Sumatera, di Gunung Kidul, Jawa Tengah, di Besuki, Jawa Timur, dan di Gilimanuk, Bali, di kuburan-kuburan batu ditemukan pula perhiasan emas bersama perkakas dari besi, perunggu, dan perhiasan dari masa tahun 400 sebelum Masehi. Manik-manik pada

(11)

masa itu juga sudah digunakan sebagai perhiasan, terlihat dari patung-patung prasejarah di Pasemah dan berbagai situs sejarah lain. Perempuan ningrat Dayak di Long Iram masih menggunakan ikat kepala manik-manik dengan motif geometris dan motif kait khas Kalimantan. Manik-manik pun digunakan menyerupai celemek bagi perempuan di Teluk Cendrawasih, Papua. Perhiasan dari manik-manik, menurut Adhyatman dan Arifin, juga tampak pada relief Candi Borobudur yang berasal dari abad kesembilan Masehi. Sementara pada masa Kerajaan Majapahit (1293-1527) perhiasan dalam bentuk kalung dan giwang menjadi bagian yang penting pada kelompok kalangan terhormat dan bangsawan.

Perhiasan yang digunakan perempuan dalam masyarakat suku di Indonesia memiliki beragam ekspresi keindahan. Bentuk lain memperlihatkan kaitan kepercayaan Hindu pada saat perhiasan tersebut dibuat. Misalnya, kalung yang ditemukan di Gegerbitung, Sukabumi, dengan bentuk kerang yang menyimbolkan lingga untuk kerang berbentuk spiral, sedangkan kerang berbentuk mangga menyimbolkan yoni. Lingga dan yoni merupakan lambang laki-laki dan perempuan yang menyimbolkan kesuburan. Motif tumbuhan berupa jalinan bunga-bunga yang lembut menyerupai ornamen Arabes terlihat pada tigero tedong, gelang emas dari Bugis, yang biasa digunakan perempuan bangsawan. Di samping bentuk-bentuk yang rumit, terdapat pula perhiasan cukup sederhana tanpa ornamen, tetapi tetap artistik. Contohnya, taka yang digunakan perempuan atau laki-laki Flores sebagai kalung atau ikat kepala. Perhiasan ini merupakan warisan yang diterima pengantin perempuan. Pada saat akan memakainya, orang harus meminta izin kepada nenek moyang.(Winarno, para.8)

Hilda Soemantri, PhD mencatat di dalam buku Majapahit Terracotta Art bahwa para perempuan Majapahit sudah sadar mode yang diperlihatkan oleh berbagai gaya rambut dan perhiasan para perempuan Majapahit. Sebuah patung terakota memperlihatkan giwang bulat berukuran besar serta kalung manik yang dipakai ketat di leher, sementara patung kepala lain dengan ukiran cukup detail memperlihatkan seorang perempuan dengan posisi sosial cukup tinggi mengenakan mahkota serta giwang berbentuk bunga dengan lima helai daun.

Giwang itu tampak memenuhi seluruh cuping telinga. Bukan tidak mungkin perhiasan-perhiasan tersebut dibuat dari emas.

(12)

Bagi masyarakat suku, beberapa jenis perhiasan erat kaitannya dengan upacara adat dan penggunaannya hanya pada waktu tertentu. Di Danau Sentani, Papua, manik gelas sangat penting dalam pernikahan. Ketika anak perempuan akan berpamitan dengan keluarganya, ayah pengantin pria akan memberi manik kuning kepada ayah si gadis. Anting-anting yang disebut mamuli di Sumba bentuknya menyerupai alat kelamin perempuan, digunakan pada upacara suku untuk menghubungi nenek moyang, namun pada perkembangan selanjutnya digunakan dalam upacara pernikahan sebagai pemberian pengantin pria bagi mempelai perempuan. Setali rumah-rumah merupakan hiasan kepala yang digunakan pengantin Karo, Sumatera Utara, menggambarkan burung dan tanduk kerbau. Pendapat lain menyatakan hiasan kepala tersebut menggambarkan rumah tradisional Karo. Sebuah kalung terbuat dari emas, rubi, dan berlian dari Kerajaan di Klungkung Bali abad ke-9 hanya digunakan oleh bayi kalangan ningrat dalam upacara merayakan ulang tahun pertama (2).

2.1.3.4. Perkembangan Desain Perhiasan saat ini

Setiap perkembangan yang ada selalu melalui beberapa tahap perkembangan peristiwa yang ada pada tahap tersebut. Dengan adanya suatu kejadian yang ada pada zaman tertentu mengakibatkan terjadinya berbagai

‘demam’ yang ada sesuai dengan kejadian yang ada. Sama halnya dengan perhiasan mengalami perubahan tiap waktunya sesuai dengan peristiwa atau style yang ada pada saat itu. Perkembangan aksesori juga terpengaruh oleh pusat perancangan perhiasan itu sendiri seperti halnya Paris yang selama ini kita kenal dengan kota mode, tidak dapat dipungkiri desain perhiasan berjalan seiring dengan perkembangan mode fashion juga. Tetapi hal seperti ini tidak berarti perkembangan desain perhiasan selalu berasal dari pusat mode tersebut saja, kadang-kadang perhiasan ciri khas suatu daerah dapat mengilhami para desainer dunia dalam membuat perhiasan.Dan dengan berlalunya waktu, kesukaan manusia untuk menghias dirinya tidak pernah menyurut. Yang berubah adalah cara memandang perhiasan, sesuai dengan semangat zaman.

(13)

Isi buku ini akan membahas tentang membuat perhiasan dari bahan tertentu beserta pengetahuan bahannya. Yang mana bahan-bahan tersebut antara lain:

§ Mutiara

Mutiara telah dikenal dan dihargai oleh banyak budaya sepanjang sejarah.

Sejak 2300 SM, bangsa Cina mencatat bahwa mutiara-mutiara ini dihargai dan dijadikan hadiah untuk kaum bangsawan. Teks-teks Hindu Kuno dari India juga berulang-ulang menuliskan tentang mutiara,

Bangsa Roma Kuno menghargai mutiara-mutiara sangat tinggi, terutama sebagai simbol kemakmuran dan prestise, begitu banyak usaha yang dibuat untuk melarang mengenakan mutiara oleh mereka yang tidak pantas mengenakannya.

Sejarawan Roma Pliny the Elder dalam bukunya, Natural History. Esensi cerita bahwa Cleopatra bertaruh dengan Anthony bahwa dia bisa memberikan makanan yang paling mahal yang pernah ada. Ketika itu benda ini ditempatkan didepannya secawan anggur asam, Antony mengira bagaimana dia yang akan mampu memenangkan pertaruhan itu. sementara itu Cleopatra melepaskan salah satu anting-anting mutiaranya yang seharga 10 juta sesterces, sama dengan seribu pound emas dan menjatuhkannya dalam mutiara itu. Mutiara ini larut dalam solusi asam yang sangat kuat dan cleopatra meminumnya, dia memenangkan pertaruhan itu.

Yunani Kuno juga menghargai mutiara, menggunakan mereka dalam acara khusus seperti pernikahan, dimana mereka dikatakan membawakan cinta. Dengan alasan kerang alam hanya terdapat disepanjang Teluk Persia, bangsa Arab juga menempatkan harga tinggi pada mutiara-mutiara ini, dan dijelaskan dalam Al Qur’an sebagai salah satu harta karun yang disediakan di Surga.

Di wilayah Barat, juga, bangsa Asli Amerika, menghargai mutiara-mutiara perairan tawar, mereka memanennya dari danau-danau dan telaga-telaga. Penjajah dari Spanyol, Perancis dan Inggris semuanya menemukan suku-suku asli ini menggunakan mutiara sebagai permata dan untuk perdagangan. Sebenarnya kekuatan kolonial menemukan volume mutiara yang besar tersedia di sungai- sungai di Amerika, mutiara ini menjadi salah satu produk utama yang dikirimkan dari tempat jajahan ke Eropa. Bersamaan dengan mutiara air tawar dari sungai-

(14)

sungai Amerika Utara, mutiara air asing dipanen dari Karibia dan pesisir pantai Amerika Tengah dan Selatan. Semua mutiara in dipasok sampai habis selama abad ke 19, namun hasilnya adalah polusi yang berlebihan disebabkan oleh industrialisasi.

Di akhir tahun 1800an dan awal 1900an, sejarah mutiara ini mencapai titik balik utama. Pada waktu itu, sejumlah peneliti bangsa Jepang menemukan secara independen teknik yang bisa digunakan untuk membuat kerang oyster menciptakan mutiara “sesuai permintaan”. Orang-orang akhirnya mengkombinasikan berbagai macam proses teknikal dengan wawasan bisnis dan tata cara pemasaran seluruh dunia seperti Kokichi Mikimoto, putra pemilik restoran. Saat ini, Mikimoto telah menciptakan industri kultur mutiara di seluruh dunia.

Efek dari industri mutiara ini penemuan budaya kultur mutiara ini dikombinasikan dengan antusiasme pemasaran Mikimoto tidak bisa diposisikan.

Dalam jarak kurang dari 50 tahun awal abad ke 20, ribuan tahun sejarah mutiara ditulis kembali. Mutiara yang secara historis menjadi kepemilikan eksklusif para bangsawan dan aristokrat tersedia untuk semua orang di atas planet ini. para pemburu mutiara, sering sia-sia, untuk mencari mutiara yang terbentuk secara murni, para petani mutiara sekarang bisa menanam ribuan diatas ribuan mutiara.

Pembudiyaan mutiara

Mutiara terbentuk ketika beberapa jenis benda kecil penganggu menjadi terbenam dalam jaringan oyster atau moluska. Responnya, moluska ini mensekresi jaringan kotor, kombinasi kristalisasi dan zat-zat organik. Ketika tangisan ini dibangun berlapis-lapis, ini mengitari benda yang mengganggu itu dan pada akhirnya membentuk mutiara.

Mutiara-mutiara alam ini adalah mutiara-mutiara yang terbentuk secara alam, lebih atau kurang oleh kesempatan, oleh parasit atau kepingan makanan yang tersimpan dalam gonad atau jaringan mantel inang oyster. Mutiara-mutiara yang dibudidayakan ini, berbeda, mereka terjadi karena manusia memberikan mereka bantuan. Dengan menyisipkan benda asing dalam jaringan oyster atau

(15)

moluska, para petani mutiara bisa merangsang terciptanya sebuah mutiara. Proses alami yang sama dari terciptanya mutiara yang sama pun terjadi. Perbedaannya hanya dalam satu kasus, proses ini dimulai kebetulan; sementara dalam kasus lain, ini dimulai dengan kesengajaan.

Mutiara-mutiara kultur modern adalah hasil temuan yang dibuat diakhir abad 19 dan awal abad ke 20 oleh para peneliti Jepang, seperti Kokichi Mikimoto.

Meskipun beberapa kultur yang sama telaj mampu secara buatan merangsang moluska air tawar dalam memproduksi tipe mutiara, mutiara ini dihasilkan dalam cara ini umumnya lingkup mabes, daripada mutiara yang benar-benar bulat. Apa yang Mikimoto temukan ini adalah teknik spesifik untuk merangsang terciptanya mutiara bulat didalam jaringan oyster.

Penemuan ini pun merevolusi industri mutiara, karena ini memudahkan para petani mutiara untuk menanam sejumlah besar mutiara-mutiara berkualitas tinggi. Sebaliknya mutiara alam yang mempunyai bentuk, ukuran dan kualitas yang sangat beragam, dan yang mana sulit untuk menemukan mutiara-mutiara kultur ini bisa didesain dari awal jadi bulat dan tanpa cacat. Oyster bisa dimonitor selama beberapa tahun diperlukan untuk setiap mutiara agar menjadi terbentuk penuh, lebih bagus memastikan kesehatan dan daya tahan hidup mereka. Dan mutiara-mutiara ini bisa jadi tumbuh oleh puluhan ribu, dengan membawa biaya turun sampai ke poin dimana mutiara-mutiara ini menjadi bisa diakses ke sejumlah besar orang di seluruh dunia (“History”).

Singkatnya, perkembangan mutiara-mutiara kultur mengambil terlalu banyak kesempatan, resiko dan pekerjaan diluar industri mutiara, memudahkan ini menjadi stabil dan bisa diprediksikan, dan menumbuhkan pertumbuhan cepat selama 100 tahun yang lalu. Hari ini industri mutiara kultur secara efektif menggantikan industri mutiara alam, berbalik ke mutiara buatan lama dalam potongan kolektor.

Mutiara-mutiara kultur ini sering bisa membedakan dari mutiara alami melalui penggunaan x-ray, yang mengungkapkan nukleus terdalam dari mutiara.

§ Perhiasan ethnic

Perhiasan ethnic sedang digemari pada saat ini tidak dapat dipungkiri perhiasan jenis ini tidak akan pernah pudar dimakan waktu. Perhiasan ethnic

(16)

melambangkan sifat tradisional dari suatu daerah, biasanya sifat tradisional ini muncul dari bahan-bahan yang digunakan yang rata-rata berasal dari alam seperti kayu-kayuan dan batu-batuan.

Bali merupakan salah satu tujuan wisata didunia. Bali juga terkenal dengan beragam jajanan seni yang beraneka ragam, mulai dari lukisan hingga kerajinan tangan. Perhiasan hasil kerajinan bali telah diketahui oleh masyarakat luas karena bahan penggunaannya yang khas yaitu menggunakan bahan kayu- kayuan yang dirangkai menjadi gelang, anting-anting maupun kayu.

Kesenian bali pula yang mengembangkan teknik pelukisan pada manik- manik bahan dasar kayu yang kemudian dipakai sebagai bahan dasar pembuatan perhiasan yang biasa disebut bali beading.

§ Perhiasan international style (perhiasan yang sedang tren)

Perkembangan perhiasan pada sat ini banyak dipengaruhi oleh pusat mode dunia. Paris menjadi pusat mode dunia dari kota inilah banyak desainer-desainer seluruh dunia melihat perkembangan yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Seperti halnya perhiasan yang menjadi penunjang kesempurnaan berbusana selalu ditampilkan disetiap acara pertunjukan busana. Dari sinilah perkembangan perhiasan disetiap negara berasal.

Perkembangan perhiasan yang sedang tren pada saat ini lebih banyak bermain pada unsur logam seperti emas atau perak, namun tidal menutup kemungkinan permainan pernak-pernik bewarna untuk diikut sertakan dalam rancangan tersebut. Desain yang berkesan penuh dan banyak detail mulai ditinggalkan dan mulai beranjak pada desain yang simpel dan dinamis.

2.1.4. Pengertian Pengembangan Kreativitas

Perkembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perihal berkembang (286). Sedangkan pengertian kreativitas adalah:

• Kemampuan untuk mencipta: daya cipta

• Perihal berkreasi: keaktifan

Kreativitas menurut Ensiklopedia Indonesia adalah daya menciptakan sesuatu. Di bidang seni, intuisi dan inspirasi sangat berperan dan menuntut

(17)

spontanitas lebih besar. Jadi perkembangan kreativitas memiliki pengertian daya cipta atau kreasi yang berkembang.

Kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri berpikir kreatif maupun afektif, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.(Hawadi 5)

Kreativitas adalah potensi seseorang untuk menghasilkan karya atau ide yang orisinal. Orang sering mengkaitakan kreativitas dengan produk atau hasil nyata yang unik, padahal kreasi yang masih ada dalam lamunan pun bias disebut kreativitas. Ada beberapa elemen kreativitas, yaitu:

• Kreativitas adalah proses, bukan hasil akhir atau produk.

• Proses kreatif mempunyai tujuan tertentu, menguntungkan bagi diri sendiri maupun sosial.

• Kreativitas mengarah kepada suatu hasil yang baru, berbeda, dan unik, dalam bentuk verbal maupun non-verbal, konkret maupun abstrak.

• Kreativitas berasal dari pemikiran yang menggunakan berbagai ide atau pemecahan.

• Kreativitas merupakan cara berpikir suatu kemampuan mental yang tidak sama inteligensi.

• Kemampuan untuk menciptakan ini juga tergantung pada kemampuan seseorang menerima pengetahuan .

• Kreativitas adalah bentuk imajinasi yang terkendali, yang mengarah kepada prestasi, dalam bidang melukis atau sekadar membangun balok- balok.

2.1.5. Pengertian ilustrasi

2.2.5.1. Ilustrasi sebagai Bahasa Gambar

Ilustrasi merupakan suatu usaha untuk memvisualisasikan gagasan dengan goresan pada suatu media dengan alat-alat tertentu dengan tujuan memperjelas makna yang ingin disampaikan. Ilustrasi sebagai bagian dari bahasa gambar sangat dibutuhkan di segala masa kehidupan manusia, mulai dari peradaban kuno ketika gambar mulai diterapkan

(18)

hingga saat ini di mana manusia sudah menapaki kehidupan modern. Dikatakan bahwa sebuah gambar mampu menyampaikan sebuah gagasan, pemikiran atau konsep dengan lebih baik dari pada bahasa tulis, sebagaimana yang diungkapkan oleh C. Leslie Martin bahwa ‘one picture is better than thousands word’.Kelemahan bahasa tulis yakni perbedaan interpretasi seseorang ketika menerima sebuah gagasan, dapat dijembatani dengan adanya bahasa gambar yang secara efektif lebih rinci dalam memaparkan maksud yang ingin disampaikan. Bahkan Eisuke Tanaka yang mengutarakan bahwa gambar presentasi memiliki makna yang lebih luas dari sekadar menyampaikan gagasan secara lebih baik dari bahasa tulis. Gambar sebagai sarana komunikasi secara visual adalah inti dari keberhasilan sebuah desain, karena bahasa perancangan adalah bahasa gambar.

Menggambar adalah berpikir sebab berawal dari membangkitkan ide, menyadap konsep- konsep awal, selanjutnya memilah dan mengembangkan konsep-konsep tersebut.

Dalam perancangan ini, gambar adalah sebagai ilustrasi yang menggambarkan kisah yang ingin disampaikan. Ilustrasi pada buku panduan tidak hanya semata-mata berfungsi untuk melengkapi teks, namun justru menjadi satu kesatuan cara membuat perhiasan.

Ilustrasi sebagai bagian dari sebuah proses desain perlu mendapatkan perhatian khusus dalam penggunaanya. Laseau memaparkan bahwa seorang perancang harus mampu memahami unsur-unsur dasar komunikasi (komunikator, penerima, pengantara dan tautan) dan peranannya bagi keefektifan komunikasi, serta mampu mengembangkan ilustrasi agar dapat membuat sketsa yang paling efektif untuk penyampaian gagasan.

2.1.6. Tinjauan warna

Pemahaman tentang warna dibagi dalam dua bagian berdasarkan sifat warna antara lain sebagai berikut :

1. Warna menurut ilmu Fisika.

Adalah sifat cahaya yang bergantung dari panjang gelombang yang dipantulkan benda tersebut. Benda yang memantulkan semua panjang gelombang terlihat putih, benda yang sama sekali tidak memantulkan terlihat hitam. Dispersi terjadi apabila sinar matahari melalui prisma kaca yang berbentuk spektrum dan kecepatan menjalarnya tergantung pada panjang gelombangnya. Warna utama dari cahaya atau spektrum adalah biru, kuning dan merah dengan kombinasikombinasi yang dapat membentuk segala warna.

2. Warna menurut ilmu Bahan.

Adalah sembarang zat tertentu yang memberikan warna. Pigmen memberikan warna pada tumbuh-tumbuhan, hewan, juga pada cat, plastik dan barang produksi lainnya kecuali pada tekstil yang menggunakan istilah zat celup untuk mewarnainya. Suatu pigmen berwarna khas karena menghisap beberapa panjang gelombang sinar dan memantulkan yang lain. Pigmen banyak digunakan dalam industri, misalnya plastik, tinta karet dan

(19)

lenolum. Lebih lanjut dikatakan oleh Henry Dreyfuss, bahwa warna digunakan dalam simbol-simbol grafis untuk mempertegas maksud dari simbol-simbol tersebut.

Kemampuan warna menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek-efek tertentu.

Secara psikologis warna-warna itu bukanlah suatu gejala yang hanya dapat diamati saja, warna itu mempengaruhi kelakuan, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita akan bermacam-macam benda. Dari pemahaman diatas dapat dijelaskan bahwa warna, selain hanya dapat dilihat dengan mata ternyata mampu mempengaruhi perilaku seseorang, mempengaruhi penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya pada suatu benda. Berikut ini adalah potensi karakter warna yang mampu memberikan kesan pada seseorang:

Hitam

Sebagai warna yang tertua (gelap) dengan sendirinya menjadi lambing untuk sifat gulita dan kegelapan (juga dalam hal emosi).

Putih

Sebagai warna yang paling terang, melambangkan cahaya, kesulitan, dan sebagainya.

Abu-abu

Merupakan warna yang paling netral dengan tidak adanya sifat atau kehidupan spesifik.

Merah

Bersifat menaklukkan, ekspansif (meluas), dominan (berkuasa), aktif dan vital (hidup).

Kuning

Dengan sinarnya yang bersifat kurang dalam, merupakan wakil dari hal-hal atau benda yang bersifat cahaya, momentum dan mengesankan sesuatu.

Biru

Sebagai warna yang menimbulkan kesan dalamnya sesuatu, sifat yang tak terhingga dan transenden, disamping itu memiliki sifat tantangan.

Hijau

Mempunyai sifat keseimbangan dan selaras, membangkitkan ketenangan dan tempat mengumpulkan daya-daya baru.

Dari sekian banyak warna, dapat dibagi dalam beberapa bagian yang sering dinamakan dengan sistem warna Prang System yang ditemukan oleh Louis Prang pada 1876 meliputi :

Hue

Istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu warna, seperti merah, biru, hijau dan sebagainya.

Value

Adalah dimensi kedua atau mengenai terang gelapnya warna. Contohnya adalah tingkatan warna dari putih hingga hitam.

(20)

Intensity

Seringkali disebut dengan chroma, adalah dimensi yang berhubungan dengan cerah atau suramnya warna.

Isaac Newton adalah orang pertama yang menciptakan lingkaran warna pada tahun 1666. Lingkaran warna memungkinkan seseorang untuk melihat kelompok warna yang harmonis jika digunakan bersamaan atau warna yang tidak

serasi jika digunakan bersamaan. Berikut ini adalah beberapa aturan yang dapat digunakan untuk membuat color harmony:

Analogous Colors

Adalah warna-warna yang posisinya saling bersebelahan satu sama lain.

Contohnya: hijau, kuning-hijau, kuning; merah, merah-oranye, oranye. Permainan dengan hue dan saturasi pada analogous color akan menciptakan skema warna yang harmoni.

Complementary Colors

Adalah warna yang posisinya saling berhadapan satu sama lainnya pada lingkaran warna.

Dengan menggunakan warna yang saling berhadapan, akan menghasilkan skema warna yang memiliki kontras yang tinggi, lebih terang dan lebih cerah.

Color Triads

Dengan menempatkan segitiga sama sisi pada lingkaran warna, akan menghasilkan skema warna yang memiliki banyak kehidupan. Contoh color triad yang paling mendasar adalah merah, kuning dan hijau. Contoh lainnya adalah: hijau, ungu dan oranye; atau kuning- oranye, hijau-biru dan merah ungu.

2.2. Informasi Produk 2.2.1. Penerbit

Buku yang dirancang ini akan diterbitkan oleh penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

2.2.2. Latar belakang dan Perkembangan Penerbit

Penerbit Gramedia mulai menerbitkan buku sejak tahun 1974. Buku pertama yang diterbitkan adalah novel Karmila, karya Marga T. Sedangkan untuk buku non-fiksi pertama adalah Hanya Satu Bumi, yang ditulis oleh Barbara Ward dan René Dubois (diterbitkan bekerjasama dengan Yayasan Obor). Yang kemudian disusul oleh buku seri anak-anak pertama Cerita dari Lima Benua, dan kemudian seri-seri yang lain.

Dengan misi “Ikut mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa serta masyarakat Indonesia” , Gramedia Pustaka Utama berusaha keras untuk menjadi

(21)

agen pembaruan bagi bangsa ini dengan memilih dan memproduksi buku-buku yang berkualitas, yang memperluas wawasan, memberikan pencerahan, dan merangsang kreativitas berpikir.

Melalui pengalaman jatuh-bangun dan melihat kebutuhan pasar, Gramedia Pustaka Utama akhirnya mengkonsentrasikan diri untuk menggarap dua bidang utama, yakni fiksi dan non-fiksi. Bidang fiksi dibagi menjadi fiksi anak-anak dan pra-remaja, remaja, dewasa. Bidang non-fiksi dibagi menjadi humaniora, pengembangan diri, bahasa dan sastra Indonesia, bahasa Inggris/ELT, kamus dan referensi, sains dan teknologi, kesehatan, kewanitaan (masakan, busana), dsb.

Karena misi dan visi itu pula, Gramedia berusaha memilih penulis-penulis yang berkualitas.

2.2.3. Spesifikasi produk

Ukuran buku : 18 cm x 21 cm

Cover : Hardcover

Halaman isi : Art paper glossy 80 gram Jumlah halaman : 50 halaman termasuk cover Harga produk : Rp. 100.000,-

2.3 Analisis Pasar 2.3.1. Market Positioning

Buku ini menggunakan positioning sebagai buku panduan yang mengajarkan sekaligus menambah wawasan pembaca mengenai sejarah, perkembangan serta seluk beluk perhiasan sesungguhnya.

Buku ‘Myown’ ini akan didistribusikan diseluruh kota yang terdapat cabang Gramedia. Konsumen dari buku ini dititik beratkan pada orang-orang yang membutuhkan dan menggunakan perhiasan baik untuk penunjang profesi maupun untuk hobby seperti desainer pakaian, perhiasan, akademisi, mahasiswa dan pemerhati bidang perhiasan.

2.3.2 Kompetitor

2.3.2.1. Buku Aksesori Payet & Manik buatan sendiri

(22)

§ Umum

Terbit : Agustus 2006 Harga : Rp. 45.000,- Bentuk : Buku panduan

Lingkup Bahasan : Pembuatan aksesori dengan bahan payet dan monte.

Pengarang : Nieza

§ Spesifikasi Produk

Ukuran : 17cm x 21cm

Jumlah halaman : 74 halaman (termasuk cover bewarna) Cover : Glossypaper 200 gr

Halaman dalam : 72 halaman AP Matt 85 gr

§ Demografi

Wanita dan Pria Dewasa 19-44 tahun

SLTA-Universitas SSE menengah ke atas,

Ibu Rumah Tangga, karyawan/karyawati, penggemar kreativitas

§ Psikografi

Dewasa, gemar melakukan hobby kreatif, membaca dan penggemar aksesori payet dan manik

§ Penerbit

PT Gramedia Pustaka utama Jl. Palmerah Barat 3-37 Jakarta 10270

2.3.2.2. Buku Kreasi Perhiasan Cantik

§ Umum

Terbit : 2006

Harga : Rp. 13.000,- Bentuk : Buku panduan

Lingkup Bahasan : Pembuatan aksesori yang sedang beredar dipasaran Pengarang : Endang Ratna Setiaty dan Andini Ratna Setiasih

(23)

§ Spesifikasi Produk

Ukuran : 15,6cm x 23,3cm

Jumlah halaman : 54 halaman (termasuk cover bewarna) Cover : Glossypaper 150 gr

Halaman dalam : 40 halaman AP Matt 85 gr

§ Demografi

Wanita dan Pria Dewasa 13-44 tahun

SLTP-Universitas

SSE menengah ke bawah,

Ibu Rumah Tangga, karyawan/karyawati, penggemar kreativitas

§ Psikografi

Dewasa, gemar melakukan hobby kreatif, membaca dan penggemar aksesori payet dan manik

§ Penerbit Puspa Swara

Jl. Mekarsari raya No.15, Cimanggis, Depok Jakarta 16952

2.3.2.3. Aneka Kreasi Limbah Kelapa

§ Umum

Terbit : Febuari 2006 Harga : Rp. 27.350,- Bentuk : Buku panduan

Lingkup Bahasan : Pembuatan aksesori dan hiasan dengan bahan Limbah kelapa

Pengarang : Siti Wuryani

§ Spesifikasi Produk

Ukuran : 23,3cm x 17,9cm

Jumlah halaman : 48 halaman (termasuk cover bewarna) Cover : Glossypaper 200 gr

Halaman dalam : 46 halaman AP Matt 85 gr

(24)

§ Demografi Wanita dan Pria 17-44 tahun SLTA-Universitas

Ibu Rumah Tangga, karyawan/karyawati, penggemar kreativitas

§ Psikografi

Dewasa, gemar melakukan hobby kreatif, membaca dan penggemar aksesori payet dan manik

§ Penerbit

Trubus Agrisarana Jl. Tenggilis Blok K/26 Surabaya

2.3.3. Analisa SWOT kompetitor

Analisa Kelebihan dan Kekurangan

Pesaing Bentuk&Kertas Tata Rupa Sistematika Isi Harga 1. Buku Aksesori

payet &manik buatan sendiri

Kelebihan:

Bentuk dan ukuran buku ini memenuhi criteria untuk dibawa kemana-mana sebagi buku panduan.

Kertas yang digunakan menunjukkan profesionalitas dari buku ini.

Kekurangan:

Buku ini

Kelebihan:

Peletakan gambar dan tipografi dari buku ini khas.

Penyajian visual dari perhiasan dibuku ini cukup baik

Kelebihan:

Buku ini dilengkapi dengan gambar tampak pola dasar pembuatan perhiasan.

Kekurangan:

Cara

penyampaian materi yang sulit dimengerti oleh

orang0orang yang tidak memiliki dasar

Kelebihan:

Buku ini menampilkan banyak macam perhiasan yang terbuat dari payet.

Kekurangan:

Penyajian antara satu pokok bahasan yang lain terlalu dekat sehingga menimbulkan pehaman rancu

Kelebihan:

- Kekurangan:

Harga buku ini paling mahal diantara kedua competitor lainnya, yaitu Rp.45.000,-

(25)

dari membuat payet.

terhadap cara membuat perhiasan tersebut.

Kesimpulan Buku ini memiliki penampilan yang khas untuk sebuah buku membuat perhiasan, namun dengan harga yang tinggi sehingga tidak dapat mencakup target market yang menengah kebawah.

2. Buku Kreasi perhiasan cantik

Kelebihan:

-

Kekurangan:

Tampilan isi yang terdiri dari beberapa bagian yang hanya berupa kertas HVS dan dicetak hitam putih menjadikan buku ini tidak menarik.

Kelebihan:

Penyajian komposisi gambar dan tipografi pada buku ini cukup baik.

Kelebihan:

Cara

penyampaian materi dapat ditangkap dengan baik oleh pembaca hal ini ditunjang oleh gambar foto cara-cara pembuatannya.

Kelebihan:

Buku ini menyajikan 26 macam perhiasan yang sedang tren saat ini yang terdiri dari anting- anting, gelang, kalung dan ikat pinggang.

Kekurangan:

Materi yang disampaikan adalah macam perhiasan yang sedang beredar dipasaran yang dapat dengan mudah didapatkan dengan membeli oleh

Kelebihan:

Buku ini memiliki harga yang sangat murah yaitu RP.13.000,-

(26)

pembaca.

Sehingga tidak berkesan eksklusif.

Kesimpulan Buku ini dapat memenuhi target marketnya yang menengah kebawah dengan harga yang sangat murah, hanya saja buku ini kurang menarik untuk menjadi buku eksklusif, karena desain buku yang minim unsur dekoratif.

3. Buku Aneka Kreasi Limbah Kelapa

Kelebihan:

Buku ini memiliki besar buku yang khas juga dengan tata letak yang memanjang menjadikannya berbeda dari buku lainnya.

Kekurangan : -

Kelebihan:

Penyajian komposisi gambar dan tipografi dari buku ini sangat khas Kekurangan:

Penyajian gambar pada isi buku tanpa di edit terlebih dahulu membuat kesan tidak rapid an asal-asalan.

Kelebihan:

Penyajian cara pembuatan cukup baik, hanya dengan mengikuti instruksi yang diberikan pembaca dapat membuat perhiasan yang sama.

Kekurangan:

-

Kelebihan:

Buku ini banyak menyajikan gambar- gambar yang dapat membuat pembaca lebih tertarik lagi.

Kekurangan:

-

Kelebihan:

Buku ini memiliki harga Rp.27.500,- Dengan harga seperti itu buku ini dapat dijangkau oleh target audience tingkat menengah bawah hingga atas.

Kesimpulan Buku ini dapat dijangkau oleh target market menengah bawah hingga atas, buku ini juga berisi macam-macam kreasi selain perhiasan yang dapat dibuat dengan bahan tertentu.

Analisa Peluang dan Ancaman

Pesaing Peluang Ancaman

1. Buku Aksesori payet &manik buatan sendiri

Buku ini telah memiliki spesifikasi khusus yaitu dengan bahan payet dan manik. Hal ini dapat menjadi

Ancaman bagi buku ini adalah buku panduan sejenis yang menawarkan isi yang lebih kaya bahan dan harga

(27)

peluang dipasar yang

membedakan buku ini dengan yang lainnya.

jual yang murah.

2. Buku Kreasi perhiasan cantik Buku ini sangat murah, dapat menjangkau pasar yang lebih luas.

Semakin banyak buku panduan sejenis yang menawarkan kelebihan masing-masing dapat menjadi ancaman bagi buku ini, terlebih tampilan buku yang biasa-biasa saja dapat mengesankan tidak professional.

3. Buku Aneka Kreasi Limbah Kelapa

Buku ini dapat menjadi suatu panutan yang baik, karena didalam buku ini terdapat ilmu yang mengajarkan pembaca bagaimana memanfaatkan limbah kelapa yang selama ini diperkirakan tidak memiliki guna.

Pengolahan bahan pembuatan yang rumit menjadi ancaman bagi buku ini dikarenakan dengan bahan yang rumit membuat pembaca menjadi tidak tertarik untuk membaca buku ini.

2.3.4. Potensial Market

Penyebaran buku ini akan disebar pada daerah-daerah dimana orang-orangnya memiliki kebutuhan terhadap perhiasan dan tingkat daya beli tinggi.

2.3.5. Market Segmentation Geografi:

Kota-kota besar dengan seperti Jakarta, Surabaya, Denpasar, Makasar, Bandung.

Demografi:

Umur : 18 – 50 tahun Jenis kelamin : wanita

Penghasilan : >Rp.3.000.000,- Tingkat ekonomi: menengah atas.

Ibu rumah tangga, mahasiswa, desainer busana, desainer perhiasan, akademisi, karyawan/karyawati.

(28)

Psikografi:

Menyukai perhiasan, membutuhkan suatu keahlian untuk tetap eksis pada perkumpulannya, memiliki hobby kreatif, memiliki banyak waktu kosong untuk menyalurkan ide, suka menciptakan sesuatu yang baru.

2.3.6 Target audience 2.3.6.1. Primer

Geografi:

Kota-kota besar dengan seperti Jakarta, Surabaya, Denpasar, Makasar, Bandung.

Demografi:

Umur : 18 – 50 tahun Jenis kelamin : wanita

Penghasilan : >Rp.3.000.000,- Tingkat ekonomi: menengah atas.

Ibu rumah tangga, mahasiswa, desainer busana, desainer perhiasan, akademisi, karyawan/karyawati.

Psikografi:

Menyukai perhiasan, membutuhkan suatu keahlian untuk tetap eksis pada perkumpulannya, memiliki hobby kreatif, memiliki banyak waktu kosong untuk menyalurkan ide, suka menciptakan sesuatu yang baru.

2.3.6.2. Sekunder Geografi:

Seluruh Indonesia Demografi:

Pria 18-50

Tingkat ekonomi menengah hingga menengah atas

Pengajar, pelajar, desainer busana, desainer perhiasan, karyawan/karyawati.

Psikografi:

Memiliki hobby kreatif, memiliki banyak waktu kosong untuk menyalurkan ide, suka menciptakan sesuatu yang baru.

(29)

2.4. Kesimpulan Market Analisis 2.4.1. Kuesioner

Sex : M F

Usia : <17 17-22 23-35 >35

Status : ( )Belum Menikah ( )Menikah ( )Janda/Duda Pekerjaan:

Penghasilan: ( )≤Rp.1.000.000,-

( )Rp.1.000.000,-s/dRp.3.000.000,- ( )Rp.3.000.000,-s/d Rp.5.000.000,- ( )Rp.5.000.000,-s/dRp.10.000.000,- ( )≥Rp.10.000.000,-

Pengeluaran perbulan untuk biaya rekening telepon:

( ) <Rp.100.000

( )Rp.100.000,- s/d Rp.300.000,- ( ) Rp.300.000,- s/d Rp.500.000,- ( ) Rp.500.000,- s/d Rp.1000.000 ( ) >Rp.1.000.000,-

Mohon jawab pertanyaan dibawah ini dengan sungguh-sungguh, jawaban anda sangat kami butuhkan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

1. Apakah anda butuh perhiasan/ aksesoris sebagai penunjang penampilan anda ?

a. Butuh b. Tidak butuh

2. Bagi anda perhiasan atau aksesoris adalah kebutuhan?

a. Primer b. Sekunder

3. Seberapa sering anda membeli perhiasan?

a. 1 bulan sekali b. 3 bulan sekali c. 6 bulan sekali d. 1 tahun sekali

4. Pengeluaran rata-rata yang anda keluarkan dalam membeli perhiasan?

a. <Rp.100.000,- b. Rp.100.000,- s/d Rp.500.000,- c. Rp.500.000,- s/d Rp.1.000.000,- d. > 1.000.000,-

5. Seberapa sering anda membeli aksesoris atau perhiasan?

(30)

a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang 6. Dimana biasa anda membeli aksesoris?

a. Pasar Atom b. Mal/plaza c. Bali d. Jakarta e. lainnya…..

7. Kriteria apa yang anda dahulukan dalam memilih aksesoris?

a. Simpel b. Berkesan Mahal c. Sedang-In d. Murah e. Kesesuaian dengan busana f. ……….

8. Warna logam untuk aksesoris apa yang anda sukai?

a.Kuning emas b. Hijau c. Perak d. hitam e. Merah 9. Hiasan atau manik-maniknya yang paling anda gemari

a. Mutiara b. Logam c. Manik-manik d Swaroski f. Kayu

10. Isi yang menurut anda harus ada dalam buku membuat aksesoris?(urutkan dari yang terpenting(1) ke yang tdk penting )

( ) Informasi tentang aksesoris tersebut ( ) contoh aksesoris ( ) model terbaru ( ) Bonus aksesoris ( ) ………..

11. Harga yang sesuai untuk sebuah buku panduan yang ekslusif a. <Rp.25.000,- b. Rp.25.000,- s/d Rp.50.000,-

b. Rp.50.000,- s/d Rp.150.000,- c. >Rp.150.000,-

12. Pertimbangan anda dalam membeli buku?(urutkan dari yang terpenting(1) hinggga Yang tdk penting)

( ) Harga ( ) Isi buku ( ) Bonus ( ) Tampilan Sampul ( )……..

13. Berapa budget yang anda sediakan dalam membeli sebuah buku panduan membuat perhiasan yang eksklusif?

( ) <50.000,- ( )50.000,- s/d 100.000,- ( ) >100.000,-

2.4.2. Hasil kuesioner Data Peminat Aksesoris

Peminat aksesoris dilihat dari gendernya, disini terdiri dari pria dan wanita. Hasil perhitungan menunjukan bahwa rata-rata peminat aksesoris masih didominasi oleh wanita, tetapi tidak menutup kemungkinan pria.

(31)

Gender Jumlah Presentase

Pria 8 8%

Wanita 92 92%

Total 100 100%

Pria 8%

Wanita 92%

Gambar 2.1. Grafik peminat aksesoris Usia Responden

Usia responden dibagi menjadi 5 tahapan untuk yaitu dibawah 17 tahun yaitu remaja, 17 sampai 22 tahun yaitu dewasa muda, 23 sampai 35 yaitu dewasa, dan diatas 35 tahun. Dari hasil penelitian ini didapat 13 orang yang berusia dibawah 17 tahun, 34 orang yang berusia 17 hingga 22 tahun, 47 orang berusia 23 hingga 35 tahun, dan 6 orang berusia diatas 35 tahun. Dari data yang didapat menunjukan bahwa peminat aksesoris merata dari yang remaja hingga dewasa.

Usia Jumlah Presentase

<17 13 13%

17-22 34 34%

22-35 47 47%

>35 6 6%

Total 100 100%

(32)

<17 tahun 13%

17-22 tahun 34%

23-35 tahun 47%

>35 tahun 6%

Gambar 2.2. Grafik Usia Responden

Status Responden

Dari hasil penelitian menunjukkan status peminat menyebar rata yaitu 57 orang yang berstatus belum menikah dan 43 orang yang sudah menikah.

Status Jumlah Presentase

Belum Menikah 36 36%

Menikah 64 64%

Total 100 100%

Belum Menikah

36%

Menikah 64%

Gambar 2.3 Grafik Status Responden Penghasilan Responden

(33)

Data ini menunjukan bahwa peminat aksesoris paling banyak adalah berpenghasilan 1 juta hingga 3 juta. Hasil penelitian adalah responden dengan penghasilan dibawah 1 juta adalah 18 orang, 1 juta hingga 3 juta 68 orang, 3 juta hingga 5 juta 11 orang, dan 5 juta hingga 10 juta 3 orang, sedangkan diatas 10 juta tidak ada.

Penghasilan Jumlah Presentase

<1 juta 9 9%

1 – 3 juta 47 47%

3 – 5 juta 41 41%

5-10 juta 3 3%

>10 juta 0 0

Total 100 100%

<1 juta 9%

1 – 3 juta 47%

3 – 5 juta 41%

5-10 juta 3%

>10 juta 0%

Gambar 2.4. Grafik Penghasilan Responden

Pengeluaran responden untuk rekening telepon

Data ini sebagai indikator potensi responden terhadap daya beli. Dengan memberi indikator berupa tagihan telepon dapat menentukan sebesar mana daya beli responden. Hasil yang didapat menunjukkan 15 orang menghabiskan Rp.100.000,- s/d Rp.300.000,- untuk membayar rekening telepon, sebanyak 23 orang menghabiskan Rp.300.000,- s/d Rp. 500.000,- untuk membayar rekening

(34)

telepon, sebanyak 36 orang menghabiskan Rp.500.000,- s/d Rp.1.000.000,- dan sebanyak 26 orang menghabiskan diatas Rp.1.000.000,- untuk membayar rekening telepon.

Pengeluaran Jumlah Presentase

<100.000,- 0 0%

100ribu s/d 300ribu 15 15%

300ribu s/d 500ribu 23 23%

500 ribu s/d 1 juta 36 36%

>1 juta 26 26%

Total 100 100%

100ribu s/d 300ribu

8%

300ribu s/d 500ribu

12%

500 ribu s/d 1 juta

>1 juta 18%

13%

Total 49%

Gambar 2.5. Grafik Pengeluaran responden

Kebutuhan Responden terhadap produk

Data ini dibutuhkan untuk menganalisis kebutuhan pasar terhadap suatu buku pembelajaran. Hasilnya menunjukkan 74 orang responden menjawab perhiasan/ aksesoris merupakan kebutuhan yang pokok bagi mereka dan 26 lainnya menyatakan perhiasan atau aksesoris merupakan kebutuhan pokok mereka.

Kebutuhan Jumlah Presentase

Butuh 74 74%

Tidak suka 26 26%

(35)

Total 100 100%

Butuh 74%

Tidak butuh 26%

Gambar2.6. Grafik Kebutuhan Responden

Tingkat kebutuhan Responden terhadap perhiasan

Data ini dibutuhkan untuk menganalisa apakah perhiasan merupakan suatu kebutuhan primer atau sekunder. Dari hasil yang didapat sebanyak 37 orang responden menyatakan bahwa perhiasan merupakan kebutuhan primer mereka, sedangkan yang 73 orang menyatakan bahwa perhiasan merupakan kebutuhan sekunder mereka.

Kebutuhan Jumlah Presentase

Primer 37 37%

Sekunder 73 73%

Total 100 100%

(36)

Primer 34%

Sekunder 66%

Gambar 2.7. Grafik Tingkat Kebutuhan Responden

Rutinitas atau intensitas pembelanjaan perhiasan

Data ini dibutuhkan untuk menganalisa seberapa besar pengeluaran rutin responden yang ditujukan untuk membeli perhiasan/aksesoris. Sebanyak 34 orang menjawab biasa membeli perhiasan/ aksesoris setiap 1 bulan sekali, 22 orang menjawab 3 bulan sekali, 32 orang menjawab 6 bulan sekali dan 12 orang menjawab 1 tahun sekali.

Intensitas Jumlah Presentase

1 bulan 34 37%

3 bulan 22 22%

6 bulan 32 32%

1 tahun 12 12%

Total 100 100%

Referensi

Dokumen terkait

Namun karena kemanusiaan yang otentik hanya bisa dicapai dalam hubungan dengan orang lain, maka hasil belajar yang hendak dicapai dalam PAK adalah conation (kebijaksanaan)

Ini dapat dilihat dari ketertarikan masyarakat dalam hal ini orang tua khususnya untuk datang ke posyandu integrasi BKB dan pos PAUD untuk mengetahui

CPL yang dibebankan pada mata kuliah adalah beberapa capaian pembelajaran lulusan program studi (CPL-PRODI) yang digunakan untuk pembentukan/pengembangan sebuah mata kuliah

Secara garis besar, berdasarkan hasil akhir penelitian ini diketahui bahwa permasalahan utama dalam realisasi pembangunan jalan tol di Provinsi Jawa Timur adalah

Terwujudnya Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Biak Numfor yang mandiri Terwujudnya pelaksanaan layanan ketatausahaan lingkup Direktorat Usaha dan Investasi yang

Pada Tabel 4 di atas terlihat bahwa setiap panjang rantai tertentu dari FAME akan memiliki sifat dan menghasilkan kinerja yang berbeda. Karakteristik biodiesel menjadi parameter

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan motif batik Jetis Sidoarjo, berkembang karna adanya improvisasi dan inovasi dari setiap pengrajin dan permintaan