• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017 S Y A H R I R L221 13 507 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017 S Y A H R I R L221 13 507 SKRIPSI"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

i APLIKASI HORMON rEIGH (recombinant growth hormone) PADA PAKAN GEL DALAM MEMACU LAJU PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT JANTAN (Oreochromis niloticus) HASIL SEX REVERSAL

SKRIPSI

S Y A H R I R L221 13 507

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

(2)

i APLIKASI HORMON rEIGH (recombinant growth hormone) PADA PAKAN GEL

DALAM MEMACU LAJU PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT JANTAN (Oreochromis niloticus) HASIL SEX REVERSAL

Oleh:

Syahrir

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN DEPARTEMEN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

(3)

ii

(4)

iii RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Desa Mappakalompo, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 27 desember 1994 dan diberi nama SYAHRIR oleh Ayahanda Baso Dg.

Tawang dan Ibunda Nurjannah Dg. Senga, sebagai putra kedua dari dua bersaudara. Penulis memulai jenjang pendidikan di SD Negeri 70 Boddia pada tahun 2000-2007 dan pada tahun 2010 penulis menamatkan sekolah di SMP Negeri 2 Galesong Selatan. Kemudian dilanjutkan ke SMK Negeri 1 Galesong Selatan hingga tamat pada tahun 2013. Ditahun yang sama melalui jalur POSK, penulis diterima sebagai Mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan, Departemen Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin (UNHAS), Makassar. Dalam menjelankan aktifitas sebagai mahasiswa, Penulis pernah mengikuti Unit Kegitan Mahasiswa (UKM) Profesi Budidaya Perairan (BDP) FIKP UNHAS sebagai anggota pada tahun 2013, dan anggota pada Ikatan Keluarga Mahasiswa Bidik Misi (IKAB), serta mantan Ketua Umum pada organisasi eksternal kampus di Aquatic Study Club of Makassar (ASCM) untuk periode 2016-2017.

Penulis menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Departemen Perikanan, Program Studi Budidaya Perairan dengan judul penelitian: Aplikasi Hormon rEIGH (recombinant growth hormone) Pada Pakan Gel Dalam Memacu Laju Pertumbuhan Ikan Nila Gift Jantan (Oreochromis niloticus) Hasil Sex Reversal.

(5)

iv ABSTRAK

Syahrir/L22113507. Aplikasi Hormon rEIGH (recombinant growth hormone) Pada Pakan Gel Dalam Memacu Laju Pertumbuhan Ikan Nila Gift Jantan (Oreochromis niloticus) Hasil Sex Reversal. Di Bawah Bimbingan Dody Dh.

Trijuno Sebagai Pembimbing Utama dan Edison Saade Sebagai Pembimbing Anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi pakan gel sebagai carrier agent hormon pertumbuhan terhadap tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan relatif, rasio konversi pakan (FCR), tingkat konsumsi pakan, dan faktor kondisi rata-rata ikan nila gift jantan hasil sex reversal yang diberi perlakuan hormon rEIGH dengan menggunakan pakan gel pada dosis yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April–Mei 2017 di Hatchery Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Hewan uji yang digunakan adalah benih ikan nila umur 57 hari yang ditebar dengan kepadatan 22 ekor/akuarium dengan ukuran 37x40x34 cm. Pakan uji yang diberikan adalah pakan gel yang mengandung dosis hormon rEIGH berbeda. Parameter yang diukur adalah sintasan, pertumbuhan relatif, food convertion ratio (FCR), tingkat konsumsi pakan, dan faktor kondisi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Pakan gel mengandung rEIGH dengan dosis 0.015, 0.030, dan 0.045 g/kg pakan, serta kontrol (tanpa rEIGH) diberikan tiga kali sehari selama 1 bulan.

Hasil analisi ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa pakan uji dengan kandungan dosis hormon rEIGH berbeda tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap sintasan, pertumbuhan relatif, FCR, tingkat konsumsi pakan, dan faktor kondisi rata-rata ikan uji.

Kata kunci : Hormon pertumbuhan, Dosis, Ikan nila gift jantan, Pakan gel, Pertumbuhan.

(6)

v ABSTRACT

Syahrir/L22113507. Application of Hormone rEIGH (recombinant growth hormone) In Gel Feed to Accelerate Spur Growth Rate of Sex Reversed Male Tilapia Gift (Oreochromis niloticus). Under the Guidance of Dody Dh. Trijuno as the Main Guide and Edison Saade as Member Guide.

This study aims to analyze the efficiency of gel feed as a carrier agent for recombinant growth hormone (rEIGH ) on survival rate, relative growth rate, food convertion ratio (FCR), feed consumption rate, and condition factor of sex reversed male tilapia gift. The research was conducted in April-May 2017 at Fish Hatchery of Faculty of Marine Science and Fisheries, Hasanuddin University, Makassar. The test animals were 57 days old tilapia seed stocked with density of 22 individu/aquarium with size of 37x40x34 cm. The test feed given was gel feed containing different doses of the hormone rEIGH. The parameters measured were survival rate, relative growth, food conversion ratio (FCR), feed consumption rate, and condition factor. This study used a Completely Randomized Design (RAL) with 4 treatments and 3 replications. The gel feed contains rEIGH at doses of 0.015, 0.030, and 0.045 g/kg of feed, with control (without rEIGH) administered three times daily for 1 month rearing period. The result of ANOVA showed that test feed with different doses of hormone rEIGH had no significant effect (p> 0,05) on the survival rate, relative growth, FCR, feed consumption rate, and average condition of fish test.

Keywords : Growth hormone, Doses, Male tilapia gift, Gel feed, Growth.

(7)

vi KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakhatuhu...

Segala puji Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya serta Shalawat dan Salam yang tercurahkan kepada Nabiullah Muhammad SAW atas segala perjuangan beliau dalam membawa penerangan jalan dan petunjuk tentang kehidupan Dunia dan Akhirat untuk umat Manusia.

Alhamdulillah atas izin dan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa, Penulis akhirnya dapat menyelesaikan penelitian dan berhasil menulis Skripsi dengan judul “Aplikasi Hormon rEIGH (recombinant growth hormone) Pada Pakan Gel Dalam Memacu Laju Pertumbuhan Ikan Nila Gift Jantan (Oreochromis niloticus) Hasil Sex Reversal”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Perikanan pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Dalam laporan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dan memberikan bantuan serta saran dalam perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan Skripsi dari awal sampai akhir selama dalam proses penelitian dilaksanakan. Terima kasih yang sebesar-besarnya Penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Dody Dh. Trijuno, M.App.Sc selaku Pembimbing Utama dan Bapak Dr. Ir. Edison Saade, M.Sc selaku pembimbing anggota, yang selama ini dengan sabar mendukung, memberikan bimbingan, dan mengarahkan Penulis dalam menyelesaikan penulisan laporan hasil penelitian ini.

(8)

vii 2. Bapak Dr. Ir. Edison Saade, M.Sc selaku penasehat akademik yang dengan sabar dalam memberikan dukungan, nasehat, dan memberikan arahannya kepada Penulis untuk menyelesaikan penulisan laporan hasil penelitian ini.

3. Bapak Dr. Ir. Irfan Ambas, M.Sc, ibu Prof. Dr. Ir. Haryati Tandipayuk, M.Si dan ibu Andi Aliah Hidayani, S.Si.M.Si selaku Penguji yang telah memberikan saran dalam pelaksanaan penelitian ataupun setelahnya.

4. Seluruh Staf Akademik Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin yang telah banyak membantu dalam proses pengurusan berkas.

5. Bapak Julius sebagai pembimbing lapangan selama penelitian yang senantiasa membantu membimbing, memberikan dukungan semangat, dan nasehat serta doanya.

6. Kepada kedua orang tua Penulis, Ayahanda Baso Dg. Tawang dan Ibunda Nurjannah Dg. Senga yang selalu memberikan dukungan serta doanya kepada Penulis.

7. Saudara Penulis Nasrun yang telah banyak memberikan motivasi baik sebelum dan sesudah penelitian.

8. Teman seperjuangan Kuasa Sari, Anggun Canrika S.Pi., Sarnita Wahab S.Pi., Nurlia S.Pi., dan Agustina S.Pi. yang selalu menemani dalam suka maupun duka baik selama penelitian berlangsung ataupun setelah selesai.

9. Terima kasih yang tak terhingga buat teman-teman Six University Initiative Japan-Indonesia (SUIJI) Unhas 2016, Outbound Student Exchange 2017 Di Jepang, English Home, BDP #13, dan Aquatic Study Club of Makassar (ASCM) yang senantiasa memberi dukungan, semangat, nasehat dan doanya selama penulis melaksanakan penelitian.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan Skripsi ini masih banyak

(9)

viii terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi penyusunan ataupun tata bahasa yang digunakan. Oleh karena itu, Penulis meminta kritik dan saran yang sifatnya membangun guna melengkapi dalam menyempurnakan laporan Skripsi kedepannya. Atas semua perhatian dari segala pihak, Penulis ucapkan banyak terima kasih. Semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri pribadi ataupun bagi para pembaca. Amin...

Makassar, 24 November 2017

Syahrir

(10)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1

B. Tujuan dan manfaat ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi dan klasifikasi ikan nila gift ... 4

B. Pemisahan kelamin secara manual ... 6

C. Kebutuhan nutrisi ikan nila gift ... 8

D. Pertumbuhan dan hormon pertumbuhan ... 10

E. Pengertian pakan gel ... 12

F. Kelangsungan hidup (sintasan) ... 14

G. Pertumbuhan bobot relatif ... 15

H. Rasio konversi pakan (FCR) ... 18

I. Konsumsi pakan ... 20

J. Faktor kondisi ... 21

K. Kualitas air ... 22

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan tempat ... 24

B. Alat dan bahan ... 24

C. Prosedur penelitian ... 26

1. Ikan uji ... 26

2. Pakan uji ... 26

- Pengolahan bahan baku ... 27

- Pembuatan pakan uji ... 28

- Persiapan alat dan wadah penelitian ... 29

- Aklimatisasi ikan uji ... 29

- Pemeliharaan ikan uji ... 29

(11)

x

- Pemberian pakan ... 30

- Pengukuran kualitas air ... 30

3. Perlakuan dan rancangan percobaan ... 31

4. Parameter yang diukur ... 31

- Sintasan ... 31

- Laju pertumbuhan bobot relatif ... 31

- Rasio konversi pakan (FCR) ... 32

- Konsumsi pakan ... 32

- Faktor kondisi ... 33

5. Analisis data ... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sintasan ... 34

B. Pertumbuhan bobot relatif ... 36

C. FCR ... 38

D. Konsumsi pakan ... 40

E. Faktor kondisi ... 41

F. Kualitas air ... 43

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

xi DAFTAR TABEL

No. Halaman

1 Kebutuhan nutrisi ikan nila …... 9

2 Kisaran parameter kualitas air optimal ikan nila ... 23

3 Alat yang digunakan dalam penelitian ... 24

4 Bahan yang digunakan dalam penelitian ... 26

5 Komposisi bahan baku dan nutrisi pakan uji ... 27

6 Jenis parameter, alat, dan waktu pengukuran kualitas air ... 30

7 Sintasan ... 34

8 Pertumbuhan bobot relatif ... 36

9 FCR ... 38

10 Konsumsi pakan ... 40

11 Faktor kondisi ... 41

12 Kualitas air ... 43

(13)

xii DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1 Morfologi ikan nila gift ... 4

2 Anatomi ikan nila gift ... 5

3 Alat kelamin jantan dan betina ... 7

4 Bagan mekanisme kerja GH ... 16

5 Wadah pemeliharaan ikan uji ... 25

6 Tata letak wadah percobaan selama penelitian ... 31

7 Grafik laju pertumbuhan relatif per 10 hari pemeliharaan ... 36

(14)

xiii DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 1 Sintasan rata-rata ikan uji yang diberi pakan uji dengan dosis

hormon rEIGH yang berbeda ... 52 2 Laju pertumbuhan bobot relatif rata-rata ikan uji yang diberi pakan

gel dengan dosis hormon rEIGH yang berbeda ... 53 3 Laju konversi pakan rata-rata ikan uji yang diberi pakan gel dengan

dosis hormon rEIGH yang berbeda ... 54 4 Hasil analisis uji kualitas air ... 55 5 Tingkat konsumsi pakan ikan uji yang diberi pakan gel dengan dosis

hormon rEIGH yang berbeda ... 56 6 Hasil perhitungan faktor kondisi rata-rata ikan uji yang diberi pakan

gel dengan dosis hormon rEIGH yang berbeda ... 57 7 Hasil analisis uji proksimat pakan gel ... 57

(15)

1 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan nila (Oreochromis niloticus) berasal benua Afrika dan pertama kali didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1996. Ikan nila disebarluaskan keseluruh daerah Indonesia melalui masa penelitian dan adaptasi (Arifin, 2008). Ikan nila gift sangat mudah dalam melakukan proses pemijahan, disebabkan karena ikan ini memiliki kemampuan dalam mempercepat proses pematangan gonad serta dapat melakukan proses pemijahan berkali-kali (Suyanto, 1994). Oleh karena itu, dapat mengakibatkan proses pertumbuhan menjadi lambat dan benih yang dihasilkan berukuran kecil sehingga dapat menurunkan permintaan konsumen atau tidak diminati pasar.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dikembangkan suatu alternatif dalam budidaya dengan pemeliharaan ikan secara tunggal kelamin (monosex culture), yakni hanya memelihara ikan nila jantan, karena memiliki pertumbuhan

yang relatif lebih cepat, memiliki daging yang empuk, serta ukurannya yang lebih besar jika dibandingkan ikan nila betina (Suyanto, 1994 dan Fitzsimmons, 2004).

Secara biologis laju pertumbuhan ikan nila gift jantan jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan jenis ikan nila betina (sexual dimorphism) (Popma &

Masser, 1999). Data-data empiris menunjukkan bahwa dalam penggunaan populasi tunggal kelamin (monosex) jantan pada kegiatan usaha budidaya akan memberikan dampak produksi yang lebih baik jika dibandingkan dengan proses produksi campuran (mixed-sex) (Tave, 1996; Chapman, 2000; Dunham, 2004;

Gustiano, 2006; Ariyanto, et al., 2010 dalam Gustiano, 2006).

Peningkatan produksi budidaya dapat dicapai dengan meningkatkan laju pertumbuhan. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan laju pertumbuhan adalah dengan menggunakan hormon pertumbuhan

(16)

2 rekombinan (recombinant growth hormone, rEIGH). Pemberian rEIGH telah diuji dan dilaporkan dapat meningkatkan laju pertumbuhan secara signifikan pada ikan, baik pada spesies yang sama dengan sumber gen yang digunakan (Acosta et al., 2007) maupun pada spesies yang berbeda (Alimuddin et al., 2010 dan

Handoyo et al., 2012). Berdasarkan hal tersebut, maka penggunaan rEIGH khususnya pada ikan diduga dapat meningkatkan laju pertumbuhan termasuk ikan nila gift jantan apabila dikombinasikan dalam formulasi pakan gel.

Salah satu pakan buatan yang dikembangkan saat ini dan bisa dicobakan yaitu pakan gel. Pakan gel adalah pakan buatan yang diformulasi dari beberapa bahan baku berkualitas, terjangkau, dan ramah lingkungan dengan menggunakan tepung rumput laut sebagai bahan pengental (thickening agent) dan dibuat dengan cara pemasakan serta memiliki kandungan air sekitar 50-70%

(Saade et al., 2013). Selain itu, pakan gel juga memiliki aroma yang cepat menyebar atau nilai aktraktanitasnya tinggi ke dalam media pemeliharaan saat diberikan kepada organisme (ikan) sehingga memudahkan organisme dalam mendeteksi makanan secara langsung.

Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukannya penelitian tentang aplikasi hormon pertumbuhan rekombinan (recombinant growth hormone, rEIGH) untuk mengetahui efektivitas pakan gel sebagai “carrier agent” hormon dalam memacu laju pertumbuhan ikan nila gift (O. niloticus) jantan hasil sex reversal.

Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu rujukan dalam merangsang pertumbuhan ikan nila jantan menjadi lebih cepat agar meminimalisir waktu pemeliharaan yang biasanya berkisar antara 3-6 bulan sesuai yang dikemukakan oleh Arie (2003) menjadi di bawah 3 bulan masa pemeliharaan, sehingga proses pemeliharaan dapat relatif singkat dan modal usaha yang nantinya digunakan dalam proses budidaya dapat diminimalisir sedini mungkin baik dalam skala menengah atau besar.

(17)

3 B. Tujuan dan Manfaat

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi pakan gel sebagai carrier agent hormon pertumbuhan terhadap tingkat kelangsungan hidup, laju

pertumbuhan relatif, rasio konversi pakan, tingkat konsumsi pakan, dan faktor kondisi rata-rata ikan nila gift jantan hasil sex reversal yang diberi perlakuan hormon rEIGH dengan menggunakan pakan gel pada dosis yang berbeda.

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi salah satu bahan rujukan dalam pemeliharaan ikan nila untuk merangsang proses pertumbuhan secara cepat serta dapat memberi pengetahuan dalam membantu kegiatan budidaya agar dapat meminimalisir tingkat konsumsi pakan serta lama proses pemeliharaan.

(18)

4 II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Nila Gift

Gambar 1. Morfologi ikan nila GIFT (Oreochromis niloticus) (Sumber: dokumentasi pribadi, 2017).

Ikan Nila GIFT (Geneticaly Improvement of Farmed Tilapia) merupakan generasi ke-3 dan ke-6 yang diintroduksikan ke Indonesia pada tahun 1994 dan 1996 dari Philipina, melalui Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (Balitkanwar) Bogor sebagai salah satu anggota INGA (International Network for Genetics in Aquaculture). Nila GIFT merupakan ikan nila unggul yang dihasilkan dari

perbaikan mutu genetika ikan nila dari 8 negara (Taiwan, Mesir, Thailand, Ghana, Singapura, Israel, Senegal, Kenya) melalui program pemuliaan yaitu persilangan dan seleksi famili.

Ikan nila gift (O. niloticus) merupakan genus ikan yang dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang berbeda dari habitat aslinya karena ikan nila gift memiliki toleransi tinggi terhadap kualitas air yang rendah. Secara sepintas, nila gift dan nila lokal agak sulit dibedakan, baik dari segi warna ataupun organ tubuh, terutama sewaktu benih. Namun demikian, perbedaannya dapat diketahui jika dilihat agak lebih dekat. Dilihat dari samping, tubuh ikan nila ini memanjang

(19)

5 dengan perbandingan dan tinggi 2 : 1. Sementara perbandingan tinggi dan lebar tubuh 4 : 1. Ini menunjukkan bahwa nila gift bentuk tubuhnya lebih tebal, berbeda dengan nila lokal yang tubuhnya lebih memanjang karena memiliki perbandingan panjang dan tinggi 2,5 : 1. Ketebalannya hanya memiliki perbandingan tinggi dan lebar 3 : 1 sehingga bentuk tubuhnya lebih tipis. Tanda lainnya yang dapat dilihat dari nila gift adalah warna tubuhnya hitam dan agak keputihan. Bagian bawah tutup insang berwarna putih, sedangkan pada nila lokal berwarna putih agak kehitaman. Sisik pada nila gift kasar dan tersusun rapi. Sepertiga bagian sisik belakang menutupi sisik bagian depan. Tubuhnya memiliki garis linea lateralis yang terputus antara bagian atas dan bawahnya. Linea lateralis pada bagian atas memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung.

Sementara linea lateralis bagian bawah memanjang mulai dari bawah sirip punggung hingga pada bagian pangkal sirip ekor. Kepalanya relatif kecil dengan mulut berada di ujung kepala serta memiliki mata yang agak besar (Arie, 2003).

Secara jelas bagian-bagian tubuh ikan nila gift dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Anatomi Ikan Nila Gift (Anonim, 2016).

(20)

6 Keterangan bagian-bagian tubuh pada ikan nila gift, yaitu: (a) Celah mulut (rima oris), (b) Mata (organon visus), (c) Tutup insang (apparatus opercularis), (d) Sirip punggung (pinna dorsalis), (e) Sirip dada (pinna pectoralis), (f) Sirip perut (pinna abdominalis), (g) Sirip belakang (pinna analis), dan (h) Sirip ekor (pinna caudalis). Berdasarkan kebiasaan makannya ikan nila gift termasuk pemangsa segala jenis makanan alam baik berupa lumut-lumut, plankton, dan sisa-sisa bahan organik maupun makanan seperti dedak, bungkil kelapa, bungkil kacang, ampas tahu dan sebagainya (Sugiarto, 1988). Menurut Santoso (1996), adapun klasifikasi ikan nila gift (O. niloticus), antara lain :

Filum : Chordata Sub filum : Vertebrata Kelas : Osteichtyes Sub kelas : Acanthopterigii Bangsa : Percomorphii Sub bangsa : Percoidea Famil : Chiclidae Marga : Oreochromis

Jenis : Oreochromis niloticus.

B. Pemisahan Kelamin Secara Manual

Pemisahan kelamin secara manual merupakan cara yang paling sederhana karena hanya memerlukan keterampilan membedakan jenis kelamin ikan nila dengan melihat urogenital papillae dan telah diuji oleh beberapa peneliti Hickling (1963); Meschkat et al. (1967) Mukti (1998) dalam Andri (2013). Pada betina terdapat 2 lubang, sedangkan pada jantan terdapat 1 lubang. Lovshin dan Da Silva (1975) serta Mukti (1998) dalam Andri (2013), mengatakan bahwa memisahkan benih ikan berdasarkan jenis kelamin kurang efisien karena boros

(21)

7 waktu dan tenaga. Kegiatan pemilihan tergantung pada keterampilan petani dalam mengenal perbedaan jantan–betina ikan. Biasanya derajat kesalahannya dapat mencapai 10%. Adapun perbedaan jenis kelamin jantan dan betina pada ikan nila gift dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. (a) alat kelamin jantan terlihat ada tonjolan, dan (b) alat kelamin betina terlihat ada cekungan (Sumber: Anonim, 2016).

Ciri-ciri yang dapat menjadi pembeda antara benih ikan nila jantan dan betina adalah sebagai berikut: Sisik nila jantan lebih besar dari pada sisik nila betina, alat kelamin jantan berupa satu lubang di papilla yang berfungsi sebagai muara urine dan sperma, sedangkan alat kelamin betina terdiri dua lubang yang juga terletak di papilla, salah satu lubang untuk muara urine dan lubang lain untuk pengeluaran telur, dan sisik di bawah dagu dan perut nila jantan berwarna gelap, sedangkan pada betina berwarna putih/cerah.

(22)

8 C. Kebutuhan Nutrisi Ikan Nila Gift

Ikan membutuhkan energi untuk dapat tumbuh dan berkembang. Energi tersebut berasal dari nutrien yang dikonsumsi oleh ikan. Menurut Lovell (1989) dalam Anonim (2016), faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrien pada ikan

diantaranya adalah jumlah dan jenis asam amino esensial, kandungan protein yang dibutuhkan, kandungan energi pakan dan faktor fisiologis ikan. Campuran yang seimbang dari bahan baku dalam penyusunan pakan serta kecernaan pakan merupakan dasar untuk penyusunan formulasi pakan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan (Cho & Watanabe, 1985 dalam Anonim, 2016).

Ikan nila akan memperlihatkan pertumbuhan yang baik apabila diberi formulasi pakan yang seimbang, dimana di dalamnya terkandung bahan-bahan seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan serat. Nutrisi pada pakan merupakan sumber energi utama bagi metabolisme ikan. Sebagai hewan yang hidup di lingkungan perairan dimana sumber karbohidrat lebih sedikit dari pada di darat yang merupakan sumber energi bagi metabolisme ikan. Ikan beradaptasi dengan menggunakan energi yang berasal dari protein dan lemak.

Kebutuhan akan protein dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah ukuran ikan, suhu perairan, kadar pemberian pakan, kandungan energi dalam pakan yang dapat dicerna, serta kualitas protein yang terkandung (Furuichi, 1988 dalam Anonim, 2016). Ikan yang sesuai kandungan nutrisinya di dalam pakan

dapat menunjang proses pendederan hingga ukuran konsumsi. Arie (2003), menjelaskan bahwa biasanya ukuran pendederan belum cukup dijadikan sebagai ikan konsumsi karena ukurannya baru mencapai 15-20 g. Sementara untuk konsumsi lokal umumnya berukuran 150-250 g dan untuk ekspor 500 g. Untuk itu, hasil dari pendederan perlu dipelihara di tempat pembesaran. Pembesaran dapat diartikan sebagai kegiatan pemeliharaan hingga ukuran konsumsi. Masa

(23)

9 pembesaran biasanya lebih lama dibandingkan pendederan, yaitu sekitar 3-6 bulan atau tergantung kebutuhan pasar. Untuk menunjang proses pembesaran maka kebutuhan nutrisi ikan terutama protein harus disesuaikan.

Menurut Ballestrazzi et al. (1994), yang menjelaskan bahwa retensi suatu protein merupakan parameter untuk menunjukkan besarnya kontribusi protein yang dikonsumsi dalam pakan pada pertambahan protein tubuh. Retensi protein perlu mendapat perhatian secara khusus untuk melihat kontribusi protein yang dikonsumsi dalam pakan terhadap pertambahan bobot tubuh ikan. Nilai retensi protein juga menunjukkan kualitas protein yang terkandung dalam pakan, semakin tinggi nilai retensi protein maka kualitas pakan akan semakin baik.

Adapun kebutuhan nutrisi ikan nila gift dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan nutrisi ikan nila

No. Kandungan protein Jumlah yang dibutuhkan Referensi

1. Protein Larva 35 %

Benih-Konsumsi 25-30 %

Santiago et al. (1982) Santiago et al. (1986) 2. Asam amino

 Arginin

 Histidin

 Isoleusin

 Leusin

 Lysine

 Metione + Cystin

 Phenilalanin + Tyrosin

 Thereonin

 Triptopan

 Valin

4,2 % 1,7 % 3,1 % 3,4 % 5,1 %

3,2 % (Cys 0,5) 5,5 % (Tyr 1,8) 3,8 %

1,0 % 2,8 %

Santiago and Lovel (1988)

3. Lemak 6-10 %

4. Asam lemak essensial

0,5 % Jauncey & Ross

(1982)

5. Fospor ˂0,9 % Takeuchi et al. (1982)

6. Karbohidrat 30-40 % Watanabe et al.

(1980) 7. Digestibility energy

(DE)

2500 – 4300 Kkal/kg Jauncey & Ross (1982)

Sumber : BBAT Sukabumi (2005) dan Indrayani (2011) dalam Anonim (2016).

(24)

10 D. Pertumbuhan dan Hormon Pertumbuhan

Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat. Pertumbuhan pada organisme dapat terjadi secara sederhana dengan peningkatan jumlah sel-selnya, dan juga dapat terjadi sebagai akibat peningkatan ukuran sel. Pada umumnya, pertumbuhan ditandai dengan adanya peningkatan jumlah dan ukuran sel. Pada organisme, agar pertumbuhan dapat terjadi maka laju sintesis molekul yang kompleks dari organisme misalnya protein harus melebihi laju perombakannya. Artinya harus ada tembahan molekul organik (asam amino, asam lemak, gliserol, dan glukosa) yang diambil oleh organisme itu dari lingkungannya (Fujaya, 2004). Dinyatakan pula bahwa pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol seperti sifat genetik, umur, dan jenis kelamin, sedangkan faktor luar adalah makanan dan kualitas perairan (Effendie, 2003 dalam Habibullah, 2015).

Hormon pertumbuhan (growth hormone, GH) merupakan polipeptida essensial yang dibutuhkan oleh vertebrata untuk proses pertumbuhan dan

perkembangan tubuh secara normal (Anathy et al., 2001). rGH merupakan protein yang diproduksi oleh bioreaktor seperti bakteri Escherichia coli yang membawa vektor ekspresi gen hormon pertumbuhan. Produksi untuk rGH menggunakan bioreaktor dilakukan setelah diketahui bahwa pemberian hormon pertumbuhan alami dapat memacu pertumbuhan dan gen penyandinya telah berhasil diisolasi. Berbagai rGH ikan telah berhasil diproduksi beberapa diantaranya seperti rGH ikan salmon (Sekine et al., 1985), rGH ikan flounder (Jeh et al., 1988), rGH ikan mas “rCcGh”, rGH ikan gurame “rOgGH”, dan rGH ikan kerapu kertang “rEIGH” (Alimuddin et al., 2010). Peran growth hormone (GH) dalam tubuh ikan adalah meningkatkan sintesis protein, meningkatkan asam

(25)

11 lemak bebas, meningkatkan sistem glukoneogenesis, dan meningkatkan keseimbangan positif Ca, Mg, dan P pada ikan. Peran GH berlangsung hampir pada semua proses fisiologis dalam tubuh termasuk regulasi ion, keseimbangan osmosis, metabolisme lemak-protein-karbohidrat, pertumbuhan tulang keras dan tulang rawan, reproduksi, dan fungsi imun (Reinecka et al., 2005). Mekanisme kerja GH secara langsung memacu pertumbuhan tubuh khususnya merangsang pelepasan somatomedin dan mempengaruhi metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak (Moriyama dan Kawauchi, 2001). Menurut Bolander (2004) dalam Fitriadi et al. (2014), menyatakan bahwa mekanisme kerja tidak langsung adalah menstimulasi pertumbuhan linear skeleton yang diperantarai oleh insulin growth factor-1 (IGF-1). Sintesis dan pelepasan IGF-1 diawali dengan masuknya

rangsangan eksternal yang diintegrasikan oleh otak menjadi suatu perintah ke kelenjar pituitari untuk mensintesis dan mensekresikan GH. GH masuk ke dalam jaringan pembuluh darah, selanjutnya berikatan dengan reseptor spesifik yaitu growth hormone receptor (GHR) pada beberapa organ target terutama hati untuk

menstimulasi sintesis dan pelepasan IGF-1.

Peran hormon pertumbuhan (growth hormone, GH) terhadap laju pertumbuhan, Food Convertion Ratio (FCR), dan kelulus hidupan ikan tidak dapat terpisahkan karena proses yang terjadi dalam tubuh yang disebabkan oleh hormon pertumbuhan memiliki keterkaitan satu dengan yang lain dan mempengaruhi banyak aspek di dalam tubuh yang berperan dalam meningkatkan laju pertumbuhan, kelulushidupan, maupun tingkat konsumsi pakan ikan. Kelenjar pituitari merangsang pengeluaran hormon pertumbuhan (growth hormone, GH) dan hormon pertumbuhan akan merangsang pertumbuhan sel-sel tubuh. Pengeluaran hormon pertumbuhan juga dirangsang oleh hormon pelepas pertumbuhan yang diproduksi oleh Hyphothalamus yaitu growth hormone releasing hormone (GH-RH). Selain itu ada juga hormon yang

(26)

12 memiliki fungsi berlawanan dengan GH-RH, yaitu hormon pelepas yang sifatnya menghambat yaitu growth hormone inhibiting hormone (GH-IH) yang juga dihasilkan oleh Hyphothalamus. Jumlah hormon pertumbuhan yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dari ikan itu sendiri. Jika hormon pertumbuhan diproduksi dalam jumlah sedikit maka pertumbuhan yang dihasilkan akan lambat sebaliknya jika hormon pertumbuhan yang diproduksi lebih banyak maka pertumbuhan yang dihasilkan akan menjadi lebih cepat (Fitriadi et al., 2014).

E. Pengertian Pakan Gel

Untuk menaikkan produksi ikan secara optimal perlu diberikan pakan yang berkualitas tinggi baik berupa pakan alami atau pakan buatan, yang berarti bahwa pakan harus memenuhi kebutuhan nutrisi atau kebutuhan gizi bagi ikan.

Pakan merupakan salah satu penunjang dalam perkembangbiakan ikan, dimana fungsi utama pakan adalah untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan (Djajasewaka,1985). Pada sistem budidaya faktor yang perlu diperhatikan adalah pertumbuhan, sedangkan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah pakan (Anggraeni dan Nurlita, 2013 dalam Habibullah, 2015).

Pakan merupakan salah satu faktor yag dapat menunjang dalam perkembangan budidaya ikan secara intensif maupun semi intensif, baik ikan air tawar, ikan air payau, maupun ikan air laut (Komariyah dan Indra, 2009 dalam Habibullah, 2015). Pakan adalah salah satu unsur penting dalam kegiatan budidaya yang menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Pakan pada kegiatan budidaya umumnya adalah pakan komersial yang menghabiskan sekitar 60-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan. Hal inilah yang menyebabkan pentingnya pakan sehingga perlu dilakukan penelitian untuk

(27)

13 memperbaiki nilai nutrisi pakan, yakni dengan salah satu cara pembuatan pakan basah (gel) yang tidak memerlukan biaya yang cukup besar.

Pakan gel adalah salah satu pakan buatan tipe basah atau lembab bagi kultivan (hewan air yang dipelihara) yang terbuat dari beberapa bahan baku dengan menggunakan tepung rumput laut, Euchema cottoni sebagai bahan pengental (thickening agent) dengan kandungan air antara 50-70% dan dibuat dengan pemasakan atau tanpa mesin pellet. Kelebihan pakan gel adalah (i) pembuatannya sangat praktis dan murah serta ramah lingkungan, (ii) diyakini bahwa semua orang dewasa bisa membuatnya, (iii) alat yang dibutuhkan untuk membuatnya tersedia pada setiap rumah tangga, hanya menggunakan kompor, panci dan talang (iv) tidak membutuhkan perawatan alat (mesin pencetak pakan) yang membutuhkan keahlian tentang mesin, (v) aromanya cepat menyebar ke media air sehinga keberadaannya cepat dideteksi oleh kultivan atau nilai atraktanitasnya (daya pikat) tinggi, (vi) mudah diterima dan dikonsumsi oleh kelompok kultivan yang sulit menerima pakan buatan, dan (vii) mikro organisme dan kotoran yang melekat pada bahan baku pakan mampu disterilkan melalui pemasakan (Saade et al., 2014). Dasar pertimbangan strategis munculnya pakan gel adalah untuk membantu para pembudidaya ikan (budayan) baik dalam skala tradisonal dan semi-intensif agar mampu mengoptimalkan secara keseluruhan tingkat produktifitas dan kesejahteraannya. Jumlah budayan skala tradisonal (ekstensif) dan semi intensif adalah 90% dari total jumlah budayan nasional, dan budayan intensif hanya 10% (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011).

Pakan gel merupakan salah satu pakan buatan yang praktis diberikan untuk kultivan karena bahan baku yang dipakai dalam formulasi pakan gel mudah didapat dan diperoleh serta tidak membutuhkan waktu yang lama atau efisien dalam proses pembuatannya.

(28)

14 F. Kelangsungan Hidup (sintasan)

Kelangsungan hidup atau disebut juga dengan survival rate (SR) merupakan persentase ikan uji yang hidup pada akhir pemeliharaan dari jumlah ikan uji yang ditebar pada saat pemeliharaan dalam suatu wadah. Effendie (1997), menyatakan bahwa tingkat kelangsungan hidup merupakan nilai persentase jumlah ikan yang hidup selama periode pemeliharaan.

Kelangsungan hidup ikan nila sangat ditentukan oleh pakan dan kondisi lingkungan sekitar. Pemberian pakan dengan kualitas dan kuantitas yang cukup serta kondisi lingkungan yang baik, maka dapat menunjang keberlangsungan hidup ikan nila yang dipelihara.

Dari hasil penelitian Muhammad (2014), yang bertujuan untuk menguji respons pertumbuhan dan pemanfaatan pakan pada ikan nila strain SULTANA ukuran berbeda yang diberi pakan mengandung hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang (Epinephelus lanceolatus). Ikan nila dengan ukuran bobot badan 3,5 ± 0,25 g (perlakuan A), 12,5 ± 0,40 g (perlakuan B), dan 40 ± 2,50 g (perlakuan C), dengan prosedur pembuatan pakan mengandung rEIGH yang dicampur ke dalam pakan komersil (kadar protein 32%) dengan dosis 3 mg/kg pakan. Dipelihara dalam hapa ukuran 2x1x1 m3, kedalaman air 0,75 m dengan padat tebar 50 ekor. Ikan dipelihara selama delapan minggu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup (TKH) ikan nila yang diberi perlakuan rEIGH dan kontrol tidak berbeda nyata untuk semua ukuran ikan yakni berkisar antara 90,67–96,67% (p>0,05). TKH yang sama menunjukkan bahwa peningkatan pertumbuhan diduga hanya diakibatkan oleh perlakuan pemberian rEIGH dan bukan karena perbedaan kepadatan yang mengakibatkan perbedaan kelangsungan hidup.

(29)

15 G. Pertumbuhan Bobot Relatif

Pertumbuhan dapat dinyatakan dengan suatu ekspresi matematika.

Pengukuran waktu yang baik sehubungan dengan pertumbuhan pada ikan yakni umur dari ikan tersebut. Sedangkan, Laju pertumbuhan relatif dirumuskan sebagai persentase pertumbuhan pada tiap interval waktu, atau dengan kata lain ialah perbedaan ukuran pada waktu akhir interval dengan ukuran pada waktu awal interval dibagi dengan ukuran pada waktu akhir interval. Umumnya pertambahan dalam berat jauh lebih banyak digunakan karena mempunyai nilai praktis dari pada panjang (Samsi, 2013). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dalam Muhammad (2014), menyatakan bahwa saat ini penggunaan GH untuk meningkatkan pertumbuhan ikan budidaya mendapat perhatian yang cukup besar. Peningkatan pertumbuhan ikan memberi manfaat yang besar untuk memperpendek waktu produksi, meningkatkan efisiensi pakan, meningkatkan produksi, dan mengontrol ketersediaan produk.

Hasil penelitian yang bertujuan mengevaluasi respons petumbuhan ikan nila merah (Oreochromis sp.) yang diberi pakan mengandung rElGH pada dosis berbeda. Benih dengan bobot rata-rata 3.5 g dipelihara dalam akuarium berukuran 1.0x0.5x0.5 m3 selama delapan minggu. Kedalaman air 40 cm (200 L) dengan kepadatan 25 ekor dan diberikan pakan komersil (pellet) yang dicampur dengan hormon rEIGH. Dosis perlakuan hormon yang digunakan adalah 0.03, 0.3, dan 3 mg/kg pakan dan kontrol tanpa rEIGH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan nila merah yang diberi rEIGH mampu terpacu pertumbuhannya dibandingkan dengan kontrol. Bobot tubuh ikan nila yang diberi perlakuan rEIGH pada dosis 0,03-3,00 mg/kg pakan mampu meningkatkan pertumbuhan sebesar 24,07-31,68% dibandingkan pada kontrol. Perbedaan respons pertumbuhan antara ikan yang diberi rEIGH dengan kontrol terlihat mulai

(30)

16 minggu kedua hingga minggu kedelapan pemeliharaan. Pada dosis 0.03, 0.30, 3.00 mg/kg pakan dapat meningkatkan pertumbuhan masing-masing sebesar 24.07%, 27.66%, dan 31.67% dibanding dengan ikan kontrol. Hasil percobaan ini mengindikasikan bahwa pemberian rEIGH secara oral pada dosis 0.03 sampai 3.00 mg/kg pakan memberikan respons pertumbuhan yang sama (p>0.05) dan dapat meningkatkan pertumbuhan sebesar 24,07 sampai 31,68. Sedangkan berdasarkan analisis ekonomi yang diperoleh diketahui bahwa rEIGH pada dosis 3,00 mg/kg pakan merupakan dosis yang efisien.

Gambar 4. Bagan Mekanisme Kerja GH (Samsi, 2013).

(31)

17 Penggunaan GH dapat dilakukan melalui beberapa metode, yaitu melalui oral, perendaman, dan penyuntikan (Moriyama dan Kawauchi, 2004 dan Hardiantho et al., 2012). Alimuddin et al. (2010), telah berhasil membuat protein hormon pertumbuhan rekombinan (rGH) ikan gurami, ikan mas, dan ikan kerapu kertang. Pemberian rGH yang berbeda pada ikan nila melalui teknik penyuntikan meningkatkan bobot 20,94% (rGH ikan kerapu kertang), 18,09% (rGH ikan mas), dan 16,99% (rGH ikan gurami). Acosta et al. (2007), melaporkan perendaman hormon pertumbuhan dapat meningkatkan bobot ikan nila sebesar 17,1%.

Perendaman hormon pertumbuhan terhadap ikan gurami juga dapat meningkatkan bobot ikan gurami sebesar 75% (Alimuddin et al., 2011).

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Gustiano et al.

(2006) yang meneliti tentang “Pertumbuhan jantan dan betina 24 famili ikan nila (O. niloticus) pada umur 6 bulan”, menyatakan bahwa pembentukan 24 famili dilakukan dengan cara pemijahan secara berpasangan. Pemeliharaan larva dilakukan dalam hapa yang dipasang di kolam tanah dan masing-masing famili diseleksi atau diambil 100 ekor pada saat rata-rata populasi yang berukuran 5 cm dengan berat lebih dari 5 gram. Pemeliharaan selanjutnya dilakukan dengan menandai masing-masing individu terpilih (individual tag) dan pembesaran dilakukan secara bersamaan (communal rearing) dalam jaring ukuran 2x2x1,5 m dalam kolam tanah selama 3 bulan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pertumbuhan jenis jantan (15,9 di kolam dan 21,4 di danau) lebih cepat dibandingkan dengan jenis betina (8,2 di kolam dan 15,0 di danau). Beberapa penelitian terdahulu juga melaporkan hasil yang serupa (Jangkaru et al., 1988;

Subagyo et al., 1993; Popma dan Masser, 1999 dalam Gustiano et al. 2006).

Data ekspresi pertumbuhan juga memperlihatkan bahwa lingkungan danau memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan lingkungan kolam. Berdasarkan kesimpulan bahwa individu-individu dari famili yang sama

(32)

18 memiliki pertumbuhan diatas rata-rata populasi untuk perbedaan jenis kelamin dan lingkungan. Ikan nila jantan memiliki pertumbuhan cepat dibandingkan dengan jenis betina. Lingkungan danau memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan kolam. Menurut Ariyanto et al. (2010), perbedaan pertumbuhan bobot tersebut dipengaruhi oleh karakteristik organ reproduksi.

Kematangan gonad pada ikan betina berlangsung lebih cepat jika dibandingkan pada ikan jantan. Energi yang dihasilkan oleh metabolisme tidak semua digunakan untuk pertumbuhan badan tetapi juga digunakan untuk pematangan gonad. Astutik (2004) dalam Ariyanto et al. (2010), diketahui pertumbuhan ikan nila jantan lebih cepat 20% dibandingkan dengan ikan nila betina, komposisi (rendemen) daging pada ikan jantan juga lebih banyak.

H. Rasio Konversi Pakan (FCR)

Konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang diberikan dengan jumlah bobot ikan yang dihasilkan. Semakin kecil nilai konversi pakan berarti tingkat efisiensi pemanfaatan pakan lebih baik, sebaliknya apabila konversi pakan besar, maka tingkat efisiensi pemanfaatan pakan kurang baik.

Dengan demikian konversi pakan menggambarkan tingkat efisiensi pemanfaatan pakan yang dicapai. Baik tidaknya suatu kualitas pakan tidak hanya dilihat dari nilai konversi pakan, tetapi juga dapat ditunjukkan dari nilai efisiensi pakan. Nilai efisiensi pakan diperoleh dari hasil perbandingan antara pertambahan bobot tubuh ikan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan selama masa pemeliharaan. Semakin besar nilai efisiensi pakan, berarti semakin efisien ikan memanfaatkan pakan yang dikonsumsi untuk pertumbuhannya. Barrows dan Hardy (2001) dalam Iskandar dan Elrifadah (2015), menyatakan bahwa nilai rasio konversi pakan dipengaruhi oleh protein pakan, protein pakan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan mengakibatkan pemberian pakan lebih efisien.

(33)

19 Selain itu dipengaruhi oleh jumlah pakan yang diberikan, dengan semakin sedikit jumlah pakan yang diberikan maka pakan semakin efisien.

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Ihsanudin et al.

(2013) yang mengamati tentang “Pengaruh pemberian hormon pertumbuhan (rGH) melalui metode oral dengan interval waktu yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan nila larasati”, menyatakan bahwa penelitian yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan, dimana setiap perlakuan diberikan dosis hormon rGH sebanyak 2 mg/kg pakan. Perlakuan pertama adalah pererlakuan A (kontrol tanpa rGH), B (ikan diberi pakan rGH setiap 3 kali sehari), C (ikan diberi pakan rGH setiap 4 kali sehari), dan perlakuan D (ikan diberi pakan rGH setiap 5 kali sehari). Hasil rasio konversi pakan (FCR) ikan nila larasati terbaik yang diperoleh adalah perlakuan B (0,68) yang memiliki nilai FCR terkecil, sehingga dapat dikatakan mempunyai nilai FCR paling bagus dikarenakan pemanfaatan pakan untuk pertumbuhan sangat efisien dibandingkan pada ketiga perlakuan lainnya.

Menurut DKPD (2010), nilai FCR yang baik yakni berkisar antara 0-8-1,6 dalam mengkonversi 1 kilogram daging.

Sedangkan menurut hasil penelitian Abdullatif (2014) yang bertujuan mengevaluasi kinerja pertumbuhan ikan nila yang diberi rEIGH melalui pakan dengan kadar protein berbeda yang ditambahkan masing-masing 3 mg/kg pakan mengandung hormon pertumbuhan, melaporkan bahwa benih ikan nila sebanyak 25 ekor per perlakuan dipelihara selama 50 hari dalam hapa berukuran 2x1x1 m3 yang dipasang dalam kolam beton ukuran 20x10x1 m3 . Ikan diberi pakan secara at satiation dengan frekuensi 3 kali sehari. Pakan mengandung hormon

pertumbuhan rekombinan diberikan 2 kali perminggu pada hari senin dan kamis.

Bobot pakan harian ditimbang untuk menentukan nilai konversi pakan. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh rEIGH terhadap laju konversi pakan, yakni

(34)

20 tidak memiliki pengaruh signifikan (p>0,05). Kinerja pertumbuhan perlakuan maupun FCR pakan diperkaya rEIGH dengan kadar protein 20% dan 15% tidak berbeda nyata.

I. Konsumsi Pakan

Informasi mengenai pola tingkat konsumsi pakan ikan sangat diperlukan dengan tujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan pakan.

Konsumsi pakan ikan merupakan ukuran kebutuhan suatu populasi ikan terhadap makanannya. Konsumsi pakan dapat meningkatkan produksi panas dalam tubuh, juga meningkatkan konsumsi oksigen. Peningkatan dalam laju metabolik ini dikenal sebagai “specific dynamic action (SDA)” dari pakan yang dikonsumsi. Biokimia SDA belum sempurna dipahami, tetapi energi yang dilepaskan pada umumnya terjadi karena deaminasi asam amino. Apabila laju pencernaan asam amino lebih besar dari laju penggunaannya dalam proses sintesis protein, asam amino yang berlebihan akan dideaminasi, sehingga memungkinkan terjadi suatu proses oksidasi biologis atau penimbunan sisa karbon (Vahl, 1979 dalam Haetami, 2012).

Pengaturan konsumsi pakan ikan merupakan pengaturan energi yang masuk ke dalam tubuh ikan, sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi disesuaikan dengan laju metabolismenya. Pada dasarnya ikan mengkonsumsi pakan pada saat merasa lapar (nafsu makan tinggi) dan jumlah pakan akan semakin menurun bila ikan mendekati kenyang. Lateral Hiphothalamus ini merupakan pusat pengatur dan pengontrol tingkah laku pakan pada teleostei.

Pemberian pakan yang berlebihan akan mengakibatkan adanya sisa pakan yang tidak termakan sehingga dapat menurunkan kualitas media pemeliharaan ikan yang dibudidayakan, sehingga dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup dan produksi ikan yang dibudidayakan (Cholik et al., 1986).

(35)

21 J. Faktor Kondisi

Faktor kondisi merupakan penunjuk dari keadaan ikan. Menurut Effendie (2002) dalam Nugroho et al. (2013), faktor kondisi merupakan penunjuk keadaan baik ikan yang dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival atau reproduksi.

Faktor kondisi atau indeks ponderal sering disebut faktor K. Faktor kondisi dapat menggambarkan ketebalan daging ikan, dengan diketahui faktor kondisi suatu populasi ikan maka dapat diprediksi kondisi fisik ikan tersebut (kurus atau gemuk). Di dalam penggunaan secara secara komersil, kondisi ini mempunyai arti kualitas dan kuantitas daging yang tersedia. Jadi, kondisi ini dapat memberikan keterangan baik secara biologis maupun secara komersil.

Menurut Mayekiso dan Hecht (1990), secara umum faktor kondisi ikan jantan lebih besar dibandingkan ikan betina karena energi yang diperoleh ikan betina diinvestasikan lebih besar untuk perkembangan gonad. Pertumbuhan seekor ikan dapat diukur dari pertambahan panjang badan dan kenaikan bobotnya, maka untuk mengetahui normal tidaknya pertumbuhan ikan pemeliharaan, sebaiknya kita mengukur panjang dan menimbang bobot badan ikan itu, setiap kali sebelum menebar, dan setiap kali mengambil hasil akhir yang diukur ialah panjang standar, yaitu panjang antara ujung moncong sampai pangkal sirip ekor. Bila ikan tumbuh normal atau baik, bobotnya akan bertambah sesuai dengan pertambahan panjangnya. Makin panjang ikan itu, makin beratlah badan yang seharusnya. Selama dalam pertumbuhan, tiap pertambahan berat material ikan akan bertambah panjang dimana perbandingan liniernya akan tetap. Dalam hal ini, dianggap bahwa berat ikan yang ideal sama dengan pangkat tiga dari panjangnya dan berlaku untuk ikan kecil atau besar. Bila terdapat berat tanpa diikuti oleh perubahan panjang atau sebaliknya, akan menyebabkan perubahan nilai perbandingan.

(36)

22 K. Kualitas air

Kualitas air adalah semua variable baik fisik, kimia, dan biologi yang mempengaruhi sintasan, pertumbuhan, reproduksi, dan produksi biomassa hewan kultivan. Menurut Boyd (1981), kualitas air untuk keperluan budidaya ikan adalah setiap perubah (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan dan kelangsungan hidup, perkembangbiakan, pertumbuhan, dan produksi ikan.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas air dalam pemeliharaan, yaitu:

1. Suhu air

Suhu air yang rendah akan mempengaruhi pertumbuhan proses metabolisme di dalam tubuh ikan, sehingga pada batas-batas suhu air terendah kadang-kadang menyebabkan ikan tidak mau makan. Untuk ikan yang berukuran kecil konsumsi makanan harus lebih banyak dari pada ikan yang berukuran besar, berhubungan dengan kecepatan metabolismenya (Djajasewaka, 1985).

Suhu air yang optimum berpengaruh terhadap berbagai parameter, seperti pertumbuhan, perkembangan, laju konversi pakan, dan ketahanan penyakit serta suhu dapat mempengaruhi dalam batasan tertentu, dimana laju metabolisme kebutuhan energi sebanding dengan konsumsi O2. Suhu air merupakan faktor terpenting dalam pemberian makanan. Pada suhu tinggi ikan akan mencerna lebih banyak makanan dimana konversi makanan menjadi daging dibanding pada suhu rendah (Zonneveld et al., 1991). Djarijah (2002), menyatakan suhu optimal untuk kehidupan ikan nila berkisar antara 25–30 0C.

2. Kadar Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut sangat penting untuk kehidupan ikan dan hewan air tawar lainnya. Apabila oksigen terlarut dalam air sangat rendah, maka perairan tersebut tidak baik untuk kehidupan ikan dan makhluk lainnya. Kandungan oksigen di perairan akan mempengaruhi kecepatan makan ikan (Asnawi, 1983).

(37)

23 Handayani (2006), menyatakan bahwa kandungan oksigen terlarut yang dibutuhkan ikan berkisar antara 3,59–9,65 mg/L.

3. Derajat Keasaman (pH)

Menurut Cholik et al. (1986), secara alami pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 dan senyawa bersifat asam. Phytoplankton dan tanaman air lainnya akan mengambil CO2 dari air selama proses fotosintesa sehingga mengakibatkan pH air meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari.

pH air yang lebih rendah dari 5,0 menyebabkan penggumpalan lendir pada ikan sehingga ikan akan mati lemas sedangkan pH yang lebih tinggi dari 9,0 akan menyebabkan ikan tidak mempunyai nafsu makan. Sedangkan Djarijah (2002), menyatakan ikan nila di alam hidup optimal pada pH nya 7–8.

4. Nitrogen dalam bentuk Amoniak (NH3)

Amoniak merupakan salah satu parameter kualitas air yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan karena bersifat toksik sehingga dalam konsentrasi yang tinggi dapat meracuni organisme. Organisme perairan yang pada umumnya menggunakan protein sebagai sumber energi menghasilkan amoniak dalam metabolismenya. Sumber dari senyawa ini adalah ekskresi organik maupun timbunan organik. Amoniak merupakan hasil akhir metabolisme protein (Zonneveld et al., 1991). Oleh sebab itu, agar ikan dapat tumbuh dengan baik maka konsentrasi amoniak dalam media pemeliharaan seharusnya tidak melebihi 0,3 ppm (Cholik et al., 1986).

Tabel 2. Kisaran Parameter Kualitas Air Optimal Ikan Nila

Parameter kuallitas air Nilai Optimal Sumber Referensi

Suhu 25-30 0C Djarijah (2002)

Oksigen terlarut 3,59–9,65 ppm Handayani (2006)

pH 7–8 ppm Djarijah (2002)

Amoniak (NH3) <0,3 ppm Cholik et al. (1986)

(38)

24 III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Hatchery Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan pada Bulan April–Mei 2017. Sedangkan analisis nutrisi dan pembuatan pakan dilakukan di Laboratorium Kimia Makanan Ternak, Fakultas Peternakan dan Laboratorium Nutrisi dan Teknologi Manajemen Pakan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4, sebagai berikut:

Tabel 3. Alat yang digunakan dalam penelitian

No Alat Spesifikasi Kegunaan

1 Timbangan digital Elektrik 500 g Mengukur bahan baku pakan 2 Akuarium 37 x 40 x 34 cm Sebagai wadah pemeliharaan 3 Thermometer Batangan skala

1- 130 0C Mengukur suhu 4 Kertas pH/lakmus Parameter

keasaman 1-14 Mengukur derajat keasaman 5 Spektrofotometer Spectonik

genesys 20 visible Mengukur amoniak

6 Peralatan aerasi Aerator Penyuplai oksigen ke media pemeliharaan

7 Kotak pakan 10 x 7,5 x 6 cm Tempat penyimpanan pakan uji 8 Kompor gas Kuantum Alat untuk memasak pakan uji 9 Pisau/cutter Aluminium Pemotong pakan uji

10 Mortar Keramik Menghaluskan dan

mencampurkan adonan

11 Mangkuk Plastik Wadah penyimpanan bahan

baku untuk pencampuran 12 Kulkas Panasonik Penyimpakan pakan uji

13 Panci Aluminium Wadah untuk memasak pakan

uji

14 Sendok/spatula Plastik Pengadukan pada saat pemasakkan

(39)

25

No Alat Spesifikasi Kegunaan

15 Mistar Aluminium Mengukur panjang dan

ketinggian akuarium

16 Tetrimetris Metode titrasi Mengukur kadar oksigen terlarut 17 Serok Mesh size 0,5 inci Pengambilan ikan saat sampling

18 Tabung gas 3 kg Pengisi gas kompor

19 Waring ± 1 mm Penutup wadah ikan uji

20 Kantong plastik 12 sheet Penutup badan akuarium

21 Bak Fiber glass Penyimpanan sementara ikan

uji

22 Spidol Snowman Petanda pada akuarium dan plastik sampel

23 Plastik sampel Plastik Menyimpan ikan uji yang mati 24 Talang plastik 40 x 30 x 10 cm Penyimpanan pakan ketika

masak

25 Spoit 2 ml Pencampuran hormon ke dalam

adonan pakan 26 Pompa type

AQUILA (P) 3800 12 buah Memompa air pemeliharaan ke dalam wadah penyaringan 27 Kapas filter Ketebalan 1,5 cm Penyaring kotoran dan sisa-sisa

pakan 28 Bioball duri 20 buah per

akuarium

Tempat bekteri pengurai amonia dan penjernih air tumbuh

Gambar 5. Wadah Pemeliharaan Ikan Uji

(40)

26 Tabel 4. Bahan yang digunakan dalam penelitian

No Bahan Spesifikasi Kegunaan

1 Ikan nila GIFT O. niloticus Sebagai ikan uji 2 Air media Air tawar Sebagai media ikan uji

3 Label Kertas Pemberi tanda pada wadah

ikan uji dan wadah pakan uji 4 Perlengkapan ATK Buku tulis & pulpen Mencatat kegiatan penelitian

5 Pakan Gel Sebagai pakan uji

6 Hormon pertumbuhan

rEIGH (recombinant growth hormone)

Sebagai bahan uji dalam memacu pertumbuhan 7 Larutan fisiologis Cair Pelarut pada hormon

pertumbuhan

C. Prosedur Penelitian

1. Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan nila Gift jantan hasil sex reversal yang diperoleh dari pembudidaya ikan nila di Balai Benih Ikan (BBI) Bantimurung, Desa Minasabaji, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, yang dipijahkan secara alami. Total benih yang digunakan adalah 264 ekor, pada duabelas akuarium dengan ukuran 37x40x34 cm pada ketinggian air ± 27 cm dengan volume air ± 40 liter yang diisi ikan uji sebanyak 22 ekor setiap wadah. Untuk bobot rata-rata awal ikan uji yang digunakan 2,91±0,31 g dengan umur 57 hari dengan kepadatan 1 ekor/m2.

2. Pakan Uji

Pakan uji yang digunakan adalah pakan gel dengan komposisi bahan baku tersaji pada Tabel 5. Tepung ikan lokal diperoleh dari ikan-ikan yang bernilai ekonomis rendah, ampas tahu diperoleh dari industri tahu, dan tepung kepala udang diperoleh dari perusahaan exportir udang di Kawasan Industri Makassar (KIMA). Pakan yang digunakan pada penelitian ini dibuat di Laboratorium Nutrisi dan Teknologi Manajemen Pakan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

(41)

27 Tahapan penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua tahapan yaitu tahapan persiapan dan tahapan pelaksanaan. Pada tahapan persiapan terdiri dari pengolahan bahan baku, pembuatan pakan uji, persiapan alat dan wadah penelitian, aklimatisasi ikan uji. Sedangkan tahapan pelaksanaan terdiri dari pemeliharaan ikan uji, pemberian pakan uji, dan pengukuran kualitas air. Pengamatan bobot dan pengukuran benih ikan nila Gift (O. niloticus) dilakukan setiap 10 hari sekali saat sampling.

1) Persiapan penelitian – Pengolahan bahan baku

Secara umum tahapan dalam pengolahan bahan baku pakan adalah pemotongan kecil-kecil, pengeringan, penggilingan, penepungan, dan penapisan.

Produk akhir pengolahan bahan baku pakan adalah terciptanya bahan baku dalam bentuk tepung halus dengan diameter partikel kurang dari 0,5 mm.

Selanjutnya, bahan baku disimpan di dalam lemari hingga siap digunakan.

Tabel 5. Komposisi bahan baku dan nutrisi pakan uji*1 (%)

Bahan baku Presentase kandungan hormon rEIGH

A B C D

Tepung ikan lokal 50 50 50 50

Tepung kepala

udang 11 11 11 11

Tepung ampas tahu 5 5 5 5

Tepung kopra 11 11 11 11

Minyak jagung 9 9 9 9

Karagenan 6 6 6 6

Hormon 0 0,015 0,030 0,045

Sellulose/CMC 4 3,985 3,970 3,955

Mikro mix*2 4 4 4 4

Total 100 100 100 100

Air mineral/bersih ± 400 ml ± 400 ml ± 400 ml ± 400 ml

(42)

28 Komposisi nutrisi

Protein 34,01*3 35,99 35,25 30,74

Lemak 0,58 1,20 0,88 0,87

Karbohidrat 43,69 37,46 42,35 47,21

Kadar abu 21,74 25,36 21,51 21,18

DE (kkal/g) 310,60*4 302,67 313,89 310,53

C/P ratio 9,13 8,41 8,90 10,10

*1 Modifikasi Saade (2011).

*2 Vitamin A 900 IU, B1 2.400 mg, B2 4.350 mg, B6 900 mg, C 192.400 mg, D3 300.000 IU, E 2.250 mg, K3 360 mg, Ca panthotenate 1.350 mg, inositol 33.750 mg, lisin 36.000 mg, methionin 16.500 mg, folic acid 450 mg, biotin 300 mg, nicotinamide 6.000 mg, cholin chloride 4.500 mg, Co, Cu, I, Mn, Se, Zn, enzim protease, amylase dan sellulose + 1 kg lactose.

*3 Hasil analisis di Lab. Kimia Makanan Ternak Fak. Peternakan UNHAS.

*4 Gross energy: 1 g protein: 4,5 kkal/g, 1 g lemak: 8,0 kkal/g, 1 g karbohidrat:

3,5 kkal/g (Shimeno et al., 1995 and Shitaka & Shimeno 1994).

 Pembuatan pakan uji

Tahapan pembuatan pakan uji, meliputi formulasi pakan sesuai Tabel 5.

Penimbangan bahan baku (timbangan elektrik kapasitas 500 g). Pencampuran, dicampur dari bahan baku dengan persentase terkecil hingga terbesar. Mikro mix, minyak jagung, dan hormon dicampur dalam satu wadah, tetapi terlebih dahulu hormon rEIGH (dosis 10 mg/botol) dilarutkan ke dalam 2 ml larutan fisiologis dan dihomogenkan dengan cara mengocok botol yang berisi hormon tersebut sekitar ± 10 menit hingga diyakini homogen yang ditandai dengan tidak ada gumpalan pada bagian pinggir botol. Setelah itu botol yang berisi 2 ml larutan hormon sebelumnya diambil mengunakan spoit sebanyak setiap dosis perlakuan, kontrol sebanyak (0 ml), dosis 0,015 sebanyak (0,3 ml), dosis 0,030 sebanyak (0,6 ml), dan dosis 0,045 sebanyak (0,9 ml), kemudian ditambahkan setelah adonan matang atau sekitar 5-10 menit setelah api kompor dimatikan.

Penambahan air (400 ml/100 g adonan pakan). Pemasakan, dilakukan di kompor dengan nyala api yang kecil dan untuk menjamin bahwa bahan baku tercampur merata, maka dilakukan pengadukan selama pemasakan. Pemasakan dan

(43)

29 pengadukan dihentikan bila suhu adonan mencapai 700C atau mulai terlihat asap dan gelembung keluar dari dasar panci. Pencetakan, dituang ke dalam talang plastik ukuran 40x30x10 cm dan didiamkan serta diangin-anginkan pada suhu kamar hingga berbentuk puding. Pemotongan (sesuai ukuran bukaan mulut ikan uji). Penyimpanan, (freezer suhu -5oC) agar tahan lama hingga siap digunakan.

- Persiapan alat dan wadah penelitian

Tahapan ini dilakukan untuk mempersiapkan alat–alat dan wadah yang dibutuhkan selama melakukan penelitian. Alat–alat yang digunakan dikumpulkan pada suatu tempat yang aman agar penelitian dapat berjalan semestinya.

Sebelum digunakan seluruh alat–alat penelitian dibersihkan terlebih dahulu.

Wadah yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis wadah yaitu wadah penyimpanan pakan berupa kotak plastik dan wadah pemeliharaan benih ikan nila berupa akuarium yang dilengkapi dengan peralatan aerasi yang sebelumnya sudah disucihamakan dengan menggunakan larutan klorin dengan dosis 0.2 ppm dan natrium tiosulfat dengan dosis 0.2 ppm.

– Aklimatisasi ikan uji

Benih ikan nila gift jantan yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu diaklimatisasi. Ikan uji tersebut diaklimitisasi terhadap lingkungan penelitian dan pakan uji selama 10 hari di bak penampungan, tergantung tingkat kejinakan dan penerimaan ikan uji terhadap pakan uji yang diberikan. Kemudian setelah diaklimatisasi Ikan uji dimasukkan ke dalam akuarium berukuran 37x40x34 cm yang telah disiapkan untuk dilakukan pemeliharaan.

2) Pelaksanaan penelitian – Pemeliharaan ikan uji

Pemeliharaan ikan uji dilakukan selama 30 hari. Akuarium tersebut diisi dengan air bersih yang telah diendapkan selama 24 jam sebelumnya. Agar

(44)

30 media air pemeliharaan tetap layak pakai hingga akhir penelitian maka dilakukan sistem resirkulasi di dalamnya. Wadah pemeliharaan dilengkapi waring sebagai penutup akuarium dengan maksud agar kotoran dari luar akuarium tidak masuk ke dalam akuarium serta berfungsi pula sebagai pelindung dari hama.

– Pemberian pakan

Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari pagi (08.00), siang (12.00), dan sore (16.00) dengan metode satiasi. Untuk mengetahui jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan uji, maka baik sebelum maupun sesudah pemberian pakan dilakukan penimbangan pada kotak pakan yang berisi pakan uji terlebih dahulu.

– Pengukuran kualitas air

Parameter lingkungan yang penting pada habitat ikan nila yaitu suhu, DO, amoniak, dan pH. Kelebihan maupun kekurangan nilai dalam standar parameter tersebut dapat menyebabkan kematian pada ikan. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pengukuran kualitas air untuk menjaga lingkungan ikan sesuai nilai standar yang dibutuhkan ikan tersebut untuk hidup, lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2. Adapun sebagai data penunjang selama penelitian berlangsung dapat dilihat pada spesifikasi pengukuran kualitas air di bawah ini.

Tabel 6. Jenis Parameter, Alat, dan Waktu Pengukuran Kualitas Air.

Jenis

Parameter Satuan Nama Alat Waktu Pengukuran

Temperatur oC Termometer batang

Dua kali sehari (jam 08:00 dan jam 14:00)

Oksigen

terlarut ppm Tetrimetris Tiga kali yaitu awal, pertengahan, dan akhir penelitan

pH ppm Kertas pH/lakmus Sekali seminggu

Amoniak ppm Spektrofotometer Tiga kali yaitu awal, pertengahan, dan akhir penelitan

(45)

31 3. Perlakuan dan Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Dengan demikian penelitian ini terdiri atas duabelas satuan percobaan. Adapun tata letak keempat perlakuan tersebut adalah:

Gambar 6. Tata letak wadah percobaan selama penelitian.

4. Parameter yang diukur

 Sintasan

Sintasan dihitung dengan menggunakan rumus yang digunakan Effendie (1997), sebagai berikut:

Sintasan = Nt/N0 x 100%

Keterangan: SR = Sintasan (%)

Nt = Jumlah benih pada akhir penelitian (ekor) N0 = Jumlah benih pada awal penelitian (ekor).

 Laju pertumbuhan bobot relatif

Effendie (1997), mengemukakan bahwa untuk menghitung Pertumbuhan Relatif dapat digunakan rumus berikut:

Pertumbuhan relatif (RG) = (Wt – W0) x 100%

W0

A2 A3 A1 B1 D1 D2

C2 B3 D3 C1 B2 C3

(46)

32 Keterangan: RG = Pertumbuhan relatif (%)

Wt = Rata-rata bobot tubuh ikan pada akhir penelitian (g).

W0 = Rata-rata bobot tubuh ikan pada awal penelitian (g).

 Rasio konversi pakan (FCR)

Untuk menghitung FCR dapat digunakan rumus yang dikemukakan oleh NRC (1977) dalam Iskandar dan Elrifadah (2015), yaitu:

FCR = F (Wt + D) – W0

Keterangan: FCR = Food convertion ratio

Wo = Berat hewan uji pada awal penelitian.

Wt = Berat hewan uji pada akhir penelitian.

D = Jumlah ikan yang mati

F = Jumlah pakan yang dikonsumsi.

 Konsumsi pakan

Tingkat konsumsi pakan dihitung dengan cara menjumlah total keseluruhan pakan yang dikonsumsi oleh ikan uji mulai dari awal hingga akhir masa penelitian. Adapun total perhitungan konsumsi pakan yang dihitung, yaitu wet basis (berat basah) dan dry basis (berat kering), dimana :

Wet basis = Total keseluruan pakan yang dikonsumsi (30 hari) Dry basis = F – (KA*F)

Keterangan : F = Total konsumsi pakan (berat basah) (g).

KA = Kandungan air (%).

(47)

33

 Faktor kondisi

Faktor kondisi ditentukan berdasarkan Okgerman (2005) dalam Mulfizar et al. (2012) dengan rumus sebagai berikut:

Faktor kondisi (K) = WL-3 x 1000

Keterangan: K = Faktor kondisi (%).

W = Bobot (g).

L = Panjang (cm).

5. Analisis data

Untuk menganalisis pengaruh perlakuan terhadap sintasan, pertumbuhan relatif, rasio konversi pakan, tingkat konsumsi pakan, dan faktor kondisi ikan uji setelah diberikan pakan gel yang mengandung hormon pertumbuhan rEIGH maka dilakukan dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA), data yang berpengaruh kemudian dilanjutkan dengan uji W-Tuckey untuk menganalisis perlakuan mana yang terbaik.

Referensi

Dokumen terkait

Fasilitas motor berfungsi untuk menunjang kegiatan divisi haji. Karena tugas divisi haji adalah mengurus administrasi haji baik di KBIH maupun di Kementerian Agama.

Jika kumpulan dan gugus bagian tidak memenuhi syarat adanya kesatuan ( unity ), hubungan fungsional, dan tujuan yang berguna, maka tidak dikatakan sebagai

Pemrograman arsitektur adalah proses pengaturan informasi sehingga informasi yang benar dapat secara tepat posisinya dalam proses desain dan keutusan yang tepat dapat

Berdasarkan hasil analisis perhitungan penilaian persediaan barang dagang untuk masing-masing produk, maka dapat dilihat perbandingan antara nilai persediaan akhir

Imamo tri vrste čunjića koji detektiraju svjetlosno valove različitih valnih duljina što naš vizualni korteks i mozak interpretiraju kao tri osnovne boje plava, zelena i

Namun dengan upaya ditetapkannya kurikulum 2013 yang setiap guru harus menggunakan pembelajaran secara tematik adalah upaya yang sangat cerdas karena seimbang dengan

Tarimiat aents unuimiata juarmanumn irutkamunam tura unuimiatainiam “Isabek Wampash, MOSEIBjai takakmaki winiají, tarímiat aentsu matsamtairi, unuimiamunam uchi nua tura