• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Mahkamah Agung Nomor : 370/B/PK/PJK/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Putusan Mahkamah Agung Nomor : 370/B/PK/PJK/2013"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PUTUSAN

Nomor 370/B/PK/PJK/2013

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

Memeriksa permohonan peninjauan kembali perkara pajak telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara:

DIREKTUR JENDERAL PAJAK, berkedudukan di Jl. Jenderal Gatot Subroto, No. 40-42, Jakarta, dalam hal ini memberi kuasa kepada:

1. AA, Direktur Keberatan dan Banding, Direktorat Jenderal Pajak;

2. BB, Pj. Kasubdit Peninjauan Kembali dan Evaluasi, Direktorat Keberatan Banding;

3. CC, Kepala Seksi Peninjauan Kembali, Subdit Peninjauan Kembali dan Evaluasi, Direktorat Keberatan dan Banding;

4. DD, Penelaah Keberatan, Subdit Peninjauan Kembali dan Evaluasi, Direktorat Keberatan dan Banding;

Kesemuanya berkantor di Jl. Jenderal Gatot Subroto, No. 40-42, Jakarta berdasarkan Surat Kuasa Khusus No. SKU- 668/PJ./2011 tanggal 26 Mei 2011;

Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Terbanding;

melawan:

PT. XXX, TBK., tempat kedudukan Gedung IK Lt. Y, Jl. R No. P, Jakarta;

Termohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Banding;

Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata Pemohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Terbanding, telah mengajukan permohonan peninjauan kembali terhadap Putusan Pengadilan Pajak Jakarta Nomor Putusan

29401/PP/M.XI/16/2011, Tanggal 22 Februari 2011 yang telah berkekuatan hukum tetap, dalam perkaranya melawan Termohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Pemohon Banding, dengan posita perkara sebagai berikut:

Bahwa Pemohon Banding mengajukan Banding ke Pengadilan Pajak atas diterbitkanya Surat Keputusan Keberatan Nomor : KEP-00453/WPJ.19/BD.05/2009 tertanggal 24 Nopember 2009, yang terima melalui Pos pada tanggal 30 November 2009;

Adapun alasan Pemohon Banding mengajukan banding adalah sebagai berikut : Menurut Pemeriksa :

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000, mengatur antara lain :

Pasal 1 angka 2 bahwa barang adalah barang berwujud ,yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud;

Pasal 1 angka 3 bahwa Barang Kena Pajak adalah Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang ini;

Pasal 1 angka 4 bahwa Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan Barang kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 3 dalam Undang-Undang ini;

Pasal 1 angka 14 bahwa Pengusaha adalah orang pribadi atau Badan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 13 yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha

(2)

perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dad luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dad luar daerah pabean;

Pasal 1 angka 15 bahwa Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 14 yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang- undang Ink tidak termasuk Pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;

Pasal 4 huruf a bahwa Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;

Pasal 16 huruf d bahwa Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan;

Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tanggal 22 Desember 2000 mengatur tentang jenis Barang dan Jasa Yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai;

Surat Edaran Nomor SE-18/PJ.52/1996 tanggal 4 Juni 1996 tentang PPN atas Penyerahan Aktiva Yang menurut Tujuan Semula Tidak Untuk Diperjualbelikan (Seri PPN 33-95), poin 5 mengatur apabila aktiva tersebut diperoleh sebelum berlakunya Undang-Undang PPN 1984 (sebelum 1 April 1985 ), maka atas pengalihan aktiva tersebut tidak terutang PPN;

Surat Direktur Jendral Pajak Nomor : S-975/PJ.53/2005 tanggal 22 November tentang Penegasan Terutangnya Pajak Pertambahan Nilai atas Pengalihan Aktiva yang pada saat perolehannya tidak ada Pajak Pertambahan Nilai yang dikreditkan/dibayarkan, poin 3.a. mengatur bahwa seluruh biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemeliharaan aktiva merupakan salah satu komponen dari perolehan aktiva tersebut;

Menurut Pemeriksa keadaan Pemohon Banding : 1 Aktiva tetap berupa tanah diperoleh pada tahun 1997;

2 Aktiva tersebut dipergunakan untuk Pool taksi dan bus dimana sudah mengalami perubahan seperti adanya pengerasan tanah, pemasangan paving block dan pagar keliling;

Tanggapan Menurut Pemohon Banding :

Penjelasan Pemohon Banding pernyataan Tim Pemeriksa dan Pembahas di atas adalah :

Bahwa berdasarkan Akta Jual Beli dan Pengoperan Hak Nomor 54 tanggal 31 Oktober 1997, Perusahaan Pemohon Banding membeli Tanah tersebut dari PT YYY;

Bahwa atas pembelian tanah tersebut, oleh PT Wahana Artha Sentosa tidak dipungut PPN karena Penjual adalah Wajib Pajak Badan yang bukan PKP (Pengusaha Kena Pajak) serta bukan merupakan Wajib Pajak yang bergerak dibidang Real Estate.

Sehingga tidak ada PPN Masukan yang dapat perusahaan kreditkan;

Bahwa menurut Pemohon Banding, atas Penjualan Aktiva (tanah) yang Pemohon Banding lakukan, tidak terhutang PPN, karena Kriteria pasal Pasal 16 D Undang-Undang PPN Tahun 1984 seri PPN 33/95;

Bahwa seperti yang Pemohon Banding sebutkan, bahwa pada saat pembelian tanah tersebut, tidak dipungut PPN karena Penjual bukan merupakan PKP serta bukan merupakan Perusahaan yang bergerak dibidang Real Estate, sehingga dalam Pemohon Banding menjual tanah tersebut juga tidak memungut PPN;

Berikut Pemohon Banding sampaikan isi pasal 16D Undang-Undang PPN :

“Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan."

Penjelasan menurut Undang-Undang PPN Pasal 16 D :

Penyerahan mesin, bangunan, peralatan, perabotan atau aktiva lain yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, dikenakan pajak sepanjang memenuhi persyaratan, yaitu bahwa Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar pada saat perolehannya, sesuai ketentuan Undang-undang ini dapat dikreditkan. Dengan demikian, penyerahan aktiva tersebut tidak dikenakan pajak apabila Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar pada waktu perolehannya tidak dapat dikreditkan berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang;

Bahwa untuk memenuhi asas keadilan dalam pelaksanaan Undang-Undang PPN Pasal 16 D, maka Pemohon Banding berpendapat bahwa, Pemohon Banding tidak terhutang PPN;

Penjelasan Pemohon Banding pernyataan Tim Pemeriksa dan Pembahas di atas adalah :

Bahwa menurut Pemeriksa, Mengenai Surat Edaran Nomor SE-18/PJ.52/1996 tanggal 4 Juni 1996 tentang PPN atas

(3)

penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan Surat Edaran Nomor SE-18/PJ.52/1996 yang berisi Apabila aktiva tersebut diperoleh sebelum berlakunya Undang-Undang PPN Tahun 1984 (sebelum 1 April 1985), maka atas pengalihan aktiva tersebut tidak terhutang PPN;

Bahwa menurut Pemohon Banding, kutipan atas Surat Edaran Nomor SE-18/PJ.52/1996 tanggal 4 Juni 1996 tentang PPN atas penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan tersebut, tidak bisa hanya terpaku di poin 5 dan SE tersebut, bahwa dalam SE tersebut juga disebutkan :

Sebagai tindak lanjut dari Rapat Kerja Pimpinan Direktorat Jenderal Pajak tanggal 3 dan 4 Juni 1996, berikut ini disampaikan beberapa penegasan mengenai perihal tersebut di atas. Sebagaimana telah diketahui atas penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya menurut ketentuan dapat dikreditkan, dikenakan Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan Pasal 160 Undang- Undang PPN yang baru;

Atas SE tersebut, Pemohon Banding menyimpulkan sebagai berikut :

Bahwa PPN atas pembelian tanah tidak pernah dapat dikreditkan, karena pada waktu pembeliannya Pemohon Banding belum PKP dan Wajib Pajak Penjual tidak memungut PPN, karena merupakan Wajib Pajak Badan Bukan PKP serta Bukan Wajib Pajak yang bergerak dibidang Real Estate/Property sehingga tidak ada PPN Masukan yang dibayarkan apalagi dikreditkan pada SPT Masa PPN Pemohon Banding;

Penjelasan Pemohon Banding pernyataan Tim Pemeriksa dan Pembahas di atas adalah :

Bahwa menurut Pemeriksa pada Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-975/PJ.53/2005 tanggal 22 November tentang penegasan terutangnya Pajak Pertambahan Nilai atas pengalihan aktiva yang pada saat perolehannya tidak ada PPN yang dikreditkan/dibayarkan poin 3,a. mengatur bahwa seluruh biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemeliharaan aktiva merupakan salah satu komponen dan perolehan aktiva tersebut;

Menurut Pemohon Banding :

Bahwa biaya pemeliharaan aktiva dikenakan PPN apabila pada saat perolehannya PPN tersebut dapat dikreditkan, yang mana telah di sampaikan pada jawaban Pemohon Banding pada poin sebelumnya bahwa pada saat pembelian aktiva tersebut Pemohon Banding tidak dipungut PPN (seperti alasan Pemohon Banding di poin 1 dan 2) sehingga Pemohon Banding tidak dapat mengkreditkan PPN, sehingga dengan demikian pemeliharaan aktiva tidak bisa dianggap sebagai salah satu komponen dari perolehan aktiva tersebut serta pemeliharaan tersebut merupakan unsur biaya diperusahaan Pemohon Banding;

Bahwa berdasarkan surat tersebut merupakan jawaban dari salah satu Perusahaan yang bergerak dibidang Persewaan gedung (property), sedangkan Pemohon Banding merupakan Perusahaan yang bergerak dibidang Jasa Transportasi Angkutan Darat;

Berikut ini juga Pemohon Banding sampaikan hal-hal sebagai berikut :

Bahwa Pemohon Banding adalah Perusahaan yang bergerak di bidang Jasa Transportasi angkutan Darat. Yang mana atas tanah yang dimiliki tersebut adalah berupa Aktiva Tanah Kosong yang digunakan untuk Pool dan tidak ada bangunan yang permanen dan bukan merupakan persediaan;

Bahwa menurut Undang-Undang PPN Nomor 18 Tahun 2000 Pajak Pertambahan Nilai pasal 4 dikenakan atas : a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;

Penjelasan Pasal 4 Huruf a :

Penyerahan barang yang dikenakan pajak pertambahan nilai harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1 Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak,

2 Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak tidak berwujud, 3 Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean, dan

4 Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.

Bahwa jadi jelas sekali bahwa Aktiva Tanah yang di Jual oleh Perusahaan bukan Objek Pajak PPN;

Bahwa dikarenakan bahwa Perusahaan bergerak dibidang Jasa Transportasi Angkutan Darat dan tidak memenuhi syarat untuk penyerahan Barang kena Pajak sebagaimana dalam pasal 4 huruf a disebutkan diatas;

Bahwa sehubungan dengan Pasal 16D Undang-Undang PPN, Pemohon Banding mengutip dari Undang-Undang tentang syarat Pajak Masukan yang Tidak dapat dikreditkan;

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2000 Pasal 9 ayat 8 pada poin a s/d d adalah sebagai berikut : Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan menurut cara sebagaimana diatur dalam ayat (2) bagi pengeluaran untuk :

(4)

a Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;

b Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha;

c Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, jeep, station wagon, van, dan kombi kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan;

d Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;

Adapun Perhitungan menurut kami adalah sebagai berikut :

Dasar Pengenaan Pajak Rp 0,00

PPN terutang Rp 0,00

Sanksi Bunga Rp 0,00

Jumlah PPN yang masih harus dibayar Rp 0,00

Menimbang, bahwa amar Putusan Pengadilan Pajak Jakarta Nomor Putusan 29401/PP/M.XI/16/2011, Tanggal 22 Februari 2011 yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut adalah sebagai berikut:

Mengabulkan seluruhnya permohonan banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP- 00453/WPJ.19/BD.05/2009 tanggal 24 November 2009, tentang keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Penyerahan BKP dan/atau JKP Masa Pajak April 2008 Nomor: 00015/207/08/091/09 tanggal 20 Mei 2009, atas nama : PT. XXX, Tbk., NPWP : 01.000.xxx.x-xxx.000, alamat : Gedung IK Lt. Y, Jl. R No. P, Jakarta; 10xxx, dan pajaknya dihitung kembali menjadi sebagai berikut :

Dasar Pengenaan Pajak

- Atas Penyerahan Barang dan Jasa yang terutang PPN Rp 0,00

- Atas Penyerahan Barang dan Jasa yang tidak terutang PPN Rp 0,00

- Jumlah Seluruh Penyerahan Rp 0,00

- Atas Impor BKP/ Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean/Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean/ Pemungutan Pajak oleh PemungutPajak/ Kegiatan Membangun Sendiri/Penyerahan atas Aktiva Tetap yang Menurut Tujuan Semula Tidak Untuk Diperjualbelikan :

Rp 0,00

Jumlah Rp 0,00

Penghitungan PPN kurang bayar - Pajak Keluaran yang dipungut sendiri - Dikurangi :

Rp 0,00

Pajak yang dapat diperhitungkan Jumlah Pajak yang dapat diperhitungkan

Rp 0,00

Jumlah perhitungan PPN kurang bayar Rp 0,00

Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yaitu Putusan Pengadilan Pajak Jakarta Nomor Putusan 29401/PP/M.XI/16/2011, Tanggal 22 Februari 2011, diberitahukan kepada Pemohon Peninjauan Kembali pada Tanggal 18 Maret 2011, kemudian terhadapnya oleh Pemohon Peninjauan Kembali dengan perantaraan kuasanya berdasarkan Surat Kuasa Khusus No. SKU-668/PJ./2011 tanggal 26 Mei 2011, diajukan permohonan peninjauan kembali secara tertulis di Kepaniteraan Pengadilan Pajak Jakarta pada Tanggal 16 Juni 2011, dengan disertai alasan-alasannya yang diterima di

Kepaniteraan Pengadilan Pajak tersebut pada Tanggal 16 Juni 2011;

Menimbang, bahwa tentang permohonan peninjauan kembali tersebut telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama pada Tanggal 25 Juli 2011, kemudian terhadapnya oleh pihak lawannya diajukan Jawaban yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Pajak tersebut pada Tanggal 26 Agustus 2011;

Menimbang, bahwa permohonan peninjauan kembali a quo beserta alasan-alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, juncto Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, maka permohonan peninjauan kembali tersebut secara formal dapat diterima;

(5)

ALASAN PENINJAUAN KEMBALI

Menimbang, bahwa Pemohon Peninjauan Kembali telah mengajukan alasan Peninjauan Kembali yang pada pokoknya sebagai berikut:

Tentang Koreksi Positif Penyerahan atas Aktiva Tetap yang Menurut Tujuan semula Tidak Untuk Diperjualbelikan sebesar Rp26.539.800.000,00

1 Bahwa setelah Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) membaca, memeriksa dan meneliti Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.29401/PP/M.XI/16/2011 tanggal 22 Februari 2011, maka dengan ini menyatakan sangat keberatan atas putusan Pengadilan Pajak tersebut, karena pertimbangan hukum yang keliru dan tidak tepat sehingga menghasilkan putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (contra legem), khususnya peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, sehingga Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.29401/PP/M.XI/16/2011 tanggal 22 Februari 2011 harus dibatalkan.

2 Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) sangat keberatan dengan pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Pajak, yang antara lain berbunyi sebagai berikut :

Halaman 38 Alinea ke-2 dan 3

"Bahwa berdasarkan data dan keterangan dalam berkas banding serta pemeriksaan dalam persidangan Majelis berpendapat bahwa penjualan tanah kepada PT ZZZ sebesar Rp26.539.800.000,- bukan merupakan objek PPN sebagaimana dimaksud Pasal 16D Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2000 karena pada saat perolehannya tidak terdapat Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dan tidak ada PPN yang dibayar;"

"Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, Majelis berkesimpulan bahwa koreksi positif DPP PPN atas Penyerahan atas Aktiva Tetap yang Menurut Tujuan Semula Tidak Untuk Diperjualbelikan Masa Pajak April 2008 sebesar Rp26.539.800.000,- tidak dapat dipertahankan;"

3 Bahwa berkenaan dengan amar pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang tertuang dalam Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.29401/PP/M.XI/16/2011 tanggal 22 Februari 2011 tersebut di atas, maka Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) dengan ini menyatakan bahwa Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang telah memeriksa dan mengadili sengketa banding tersebut telah salah dan keliru atau setidak-tidaknya telah membuat suatu kekhilafan (error facti maupun error juris) dalam membuat pertimbangan-pertimbangan hukumnya dengan telah mengabaikan dasar hukum dan atau prinsip perpajakan yang berlaku, sehingga hal tersebut nyata-nyata telah melanggar asas kepastian hukum dalam bidang perpajakan di Indonesia;

4 Bahwa Pasal 78 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (selanjutnya disebut Undang- Undang Pengadilan Pajak), mengatur:

Pasal 78

"Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, dan berdasarkan peraturan perundang- undangan perpajakan yang bersangkutan, serta berdasarkan keyakinan Hakim."

(6)

5 Bahwa Pasal 1 angka 2, 3, 4, 14 dan 15, Pasal 4 huruf a dan Pasal 16 huruf d Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 (selanjutnya disebut Undang-Undang PPN), menyatakan:

Pasal 1 angka 2, 3, 4, 14 dan 15

"(2) Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud;

(3) Barang Kena Pajak adalah Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang ini;

(4) Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap kegiatan penyerahan Barang kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 3 dalam Undang-Undang ini;

(14) Pengusaha adalah orang pribadi atau Badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13 yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean;

(15) Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 14 yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;"

Pasal 4 huruf a

"Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;"

Pasal 16 huruf d

"Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan;"

6 Bahwa Pasal 1 dan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tanggal 22 Desember 2000 mengatur tentang jenis Barang dan Jasa Yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (selanjutnya disebut PP 144 Tahun 2000), menyatakan:

Pasal 1

"Kelompok barang yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalah:

a Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran, yang diambil langsung dari sumbernya;

b Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;

c Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya; dan d Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga."

Pasal 5

"Kelompok jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalah:

a Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik;

b Jasa di bidang pelayanan sosial;

c Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko;

d Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi;

e Jasa di bidang keagamaan;

f Jasa di bidang pendidikan;

g Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan Pajak Tontonan;

h Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan;

i Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air;

j Jasa di bidang tenaga kerja;

k Jasa di bidang perhotelan; dan

l Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum."

7 Bahwa angka 5 Surat Edaran Nomor SE-18/PJ.52/1996 tanggal 4 Juni 1996 tentang PPN atas Penyerahan Aktiva Yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan (seri PPN 33-95), menyatakan:

"Apabila aktiva tersebut diperoleh sebelum berlakunya Undang-Undang PPN 1984 (sebelum 1 April 1985), maka atas pengalihan aktiva tersebut tidak terutang PPN;"

8 Bahwa poin 3.a Surat Edaran Nomor : S-975/PJ.53/2005 tanggal 22 November 2005 tentang Penegasan Terutangnya Pajak Pertambahan Nilai atas Pengalihan Aktiva yang pada saat perolehannya tidak ada pajak Pertambahan Nilai yang dikreditkan/dibayarkan (selanjutnya disebut S-975/PJ.53/2005), menyatakan:

"Seluruh biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemeliharaan aktiva merupakan salah satu komponen dari perolehan aktiva tersebut;"

(7)

9 Bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku dan berdasarkan hasil pemeriksaan sengketa banding di Pengadilan Pajak sebagaimana yang telah dituangkan dalam Putusan Pengadilan Pajak Nomor :Put.29401/PP/M.XI/16/2011 tanggal 22 Februari 2011 serta berdasarkan penelitian atas dokumen-dokumen milik Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) dan fakta-fakta yang telah dapat diketahui secara jelas dan nyata-nyata terungkap pada persidangan, yaitu :

1 Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) melakukan koreksi DPP PPN atas Penyerahan Aktiva Tetap yang Menurut Tujuan Semula Tidak Diperjualbelikan Masa Pajak April 2008 sebesar Rp26.539.800.000,00 karena terdapat penjualan tanah kepada PT ZZZ sebesar Rp26.539.800.000,00 yang merupakan objek PPN sesuai ketentuan Pasal 16D Undang-Undang PPN. Berdasarkan pemeriksaan Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) diketahui bahwa :

Aktiva tetap berupa tanah diperoleh tahun 1997;

Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) dikukuhkan sebagai PKP tahun 2002;

Aktiva dijual pada bulan April 2008;

Aktiva digunakan untuk pool taksi dan bus dimana sudah mengalami perubahan seperti adanya pengerasan tanah, pemasangan paving block dan pagar keliling;

1 Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) mengajukan banding atas koreksi Penyerahan Aktiva Tetap yang Menurut Tujuan Semula Tidak Diperjualbelikan Masa pajak April 2008 sebesar Rp26.539.800.000,00, Termohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) adalah perusahaan yang bergerak di bidang Jasa Transportasi Angkatan Darat. Tanah yang dimiliki berupa aktiva tanah kosong yang digunakan untuk pool dan tidak ada bangunan yang permanen dan bukan merupakan persediaan, sehingga seharusnya pada saat penjualannya tidak ada PPN yang terutang;

2 Meskipun telah diketahui dengan jelas bahwa tanah yang diperjualbelikan oleh Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) kepada PT ZZZ tersebut telah diolah lebih lanjut yaitu sudah mengalami perubahan seperti adanya pengerasan tanah, pemasangan paving block dan pagar keliling, dimana terdapat PPN atas biaya pemeliharaan dan perbaikan tanah tersebut merupakan bagian dari harga perolehan, sehingga jelas atas penyerahan tanah tersebut pada April 2008 seharusnya memenuhi syarat penyerahan aktiva yang semula tidak diperjualbelikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf d Undang-Undang PPN, namun Majelis Hakim Pengadilan Pajak tetap menerima banding Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) atas koreksi Penyerahan Aktiva Tetap yang Menurut Tujuan Semula Tidak Diperjualbelikan Masa pajak April 2008 sebesar Rp26.539.800.000,00.

(8)

10 Bahwa berdasarkan fakta-fakta dan fundamentum petendi tersebut di atas, maka dapat diketahui secara jelas hal-hal sebagai berikut :

1 Berdasarkan pemeriksaan Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) diketahui bahwa : Aktiva tetap berupa tanah diperoleh tahun 1997;

Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) dikukuhkan sebagai PKP tahun 2002;

Aktiva dijual pada bulan April 2008;

Aktiva digunakan untuk pool taksi dan bus dimana sudah mengalami perubahan seperti adanya pengerasan tanah, pemasangan paving block dan pagar keliling,

1 Berdasarkan S-975/PJ.53/2005, biaya untuk melakukan pengolahan tanah (aktiva yang semula tidak diperjualbelikan) tersebut yaitu pengerasan tanah, pemasangan paving block dan pagar keliling merupakan salah satu komponen dari perolehan aktiva tersebut;

2 Kegiatan pengerasan tanah, pemasangan paving blok dan pemagaran keliling lokasi tanah dari segi penyerahan barang (pembelian bahan baku paving blok pagar) maupun jasa pemasangan paving blok dan pagar, serta pematangan tanah tidak termasuk penyerahan Barang Kena Pajak maupun Jasa Kena Pajak yang atas penyerahannya dikecualikan dari pengenaan PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dan Pasal 5 PP 144 Tahun 2000;

3 Seluruh biaya yang dikeluarkan oleh Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) dalam rangka pemeliharaan dan perbaikan aktiva merupakan salah satu komponen dari "perolehan" aktiva tersebut, dan sehubungan tanah merupakan Barang Kena Pajak, hal ini telah sesuai dengan definisi barang dan Barang Kena Pajak dalam Undang-Undang PPN, serta tidak terdapat ketentuan baik dalam Undang-undang maupun Peraturan Pemerintah yang menyebutkan bahwa tanah bukan merupakan objek PPN (tidak termasuk dalam negative list) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 PP 144 Tahun 2000;

4 Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan terutang PPN Pasal 16D Undang- Undang PPN dalam hal:

PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan;

PPN yang dibayar pada saat perolehannya tidak dapat dikreditkan karena bukti pengkreditannya tidak memenuhi persyaratan administratif, misalnya Faktur Pajaknya tidak diisi lengkap sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang PPN;

1 Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan tidak terutang PPN Pasal 16D Undang-Undang PPN dalam hal PPN yang dibayar pada waktu perolehannya dan Faktur Pajak tersebut sah untuk dikreditkan, namun tidak dapat dikreditkan menurut ketentuan undang-undang, misalnya karena tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha;

2 Alasan Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) bahwa pada waktu perolehan tanah tersebut tidak dipungut PPN (penjual non PKP), bukan syarat untuk tidak memungut PPN pada saat tanah tersebut diserahkan kepada pihak lain. Dalam hal ini Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) tidak mengkreditkan Pajak Masukan atas "perolehan" tanah bukan karena Pajak Masukan yang sudah dibayar tersebut (menurut Undang-undang) tidak dapat dikreditkan;

3 Oleh karena itu, karena penyerahan BKP (tanah) terjadi di dalam daerah pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a Undang-Undang PPN maka mengacu pada Pasal 16 huruf d Undang-Undang PPN atas penyerahan tanah tersebut kepada PT ZZZ terutang PPN;

4 Dengan demikian, terbukti dengan jelas dan nyata-nyata Majelis Hakim Pengadilan Pajak telah memutus sengketa atas koreksi Penyerahan Aktiva Tetap yang Menurut Tujuan Semula Tidak Diperjualbelikan Masa pajak April 2008 sebesar Rp26.539.800.000,00 yaitu melalui Putusan Pengadilan Pajak Nomor:

Put.29401/PP/M.XI/16/2011 tanggal 22 Februari 2011 bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku khususnya Pasal 4 huruf a dan Pasal 16 huruf d Undang-Undang PPN serta S-975/PJ.53/2005, oleh karenanya bertentangan dengan Pasal 78 Undang-Undang Pengadilan Pajak. Padahal berdasarkan Pasal 78 Undang-Undang Pengadilan, "Pajak Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan, serta berdasarkan keyakinan Hakim".

11 Bahwa dengan demikian koreksi Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) atas Kredit Penyerahan Aktiva Tetap yang Menurut Tujuan Semula Tidak Diperjualbelikan Masa pajak April 2008 sebesar Rp26.539.800.000,00 telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dan Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang menerima banding Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) terbukti telah bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku oleh karenanya Majelis Hakim Pengadilan Pajak telah melanggar Pasal 78 serta Memori Penjelasannya Undang-Undang Pengadilan Pajak serta Pasal 4 huruf a dan Pasal 16 huruf d Undang- Undang PPN serta S-975/PJ.53/2005.

(9)

12 Bahwa berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Majelis Hakim Pengadilan Pajak dalam perkara a quo telah memberikan pertimbangan-pertimbangan hukum yang keliru dan bertentangan secara nyata dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 huruf e Undang-Undang Pengadilan Pajak, yang mengakibatkan putusan yang diberikan nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga putusan Pengadilan Pajak yang demikian melanggar azas kepastian hukum dan menimbulkan ketidakadilan yang sangat nyata.

13 Bahwa oleh karenanya telah nyata-nyata salah dan keliru amar pertimbangan maupun amar pun amar putusan (dictum) yang telah menerima seluruhnya banding Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) atas koreksi Kredit Penyerahan Aktiva Tetap yang Menurut Tujuan Semula Tidak Diperjualbelikan Masa pajak April 2008 sebesar Rp26.539.800.000,00, karena seharusnya berdasarkan bukti-bukti pada persidangan banding serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku penyerahan tanah kepada PT ZZZ pada Masa Pajak April 2008 terutang PPN.

14 Bahwa dengan demikian, telah dikabulkannya banding atas koreksi Kredit Penyerahan Aktiva Tetap yang Menurut Tujuan Semula Tidak Diperjualbelikan Masa pajak April 2008 sebesar Rp26.539.800.000,00 jelas tidak didasarkan pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku oleh karenanya Majelis Hakim Pengadilan Pajak Pasal 78 Undang- Undang Pengadilan Pajak serta Pasal 4 huruf a dan Pasal 16 huruf d Undang-Undang PPN serta S-975/PJ.53/2005 maka Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.29401/PP/M.XI/16/2011 tanggal 22 Februari 2011 tersebut harus dibatalkan.

PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan peninjauan kembali tersebut, Mahkamah Agung berpendapat:

Bahwa alasan-alasan peninjauan kembali tidak dapat dibenarkan karena pertimbangan hukum dan Putusan Pengadilan Pajak yang Mengabulkan seluruhnya permohonan banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor:

KEP-00453/WPJ.19/BD.05/2009 tanggal 24 November 2009, tentang keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa

Penyerahan BKP dan/atau JKP Masa Pajak April 2008 Nomor: 00015/207/08/091/09 tanggal 20 Mei 2009, atas nama Pemohon Banding sekarang Termohon Peninjauan Kembali sudah tepat dan benar, karena koreksi Terbanding atas Aktiva tetap yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan sebesar Rp26.539.800.000., tidak dapat dibenarkan karena koreksi tersebut bukan merupakan obyek PPN sebagaimana dimaksud Pasal 16D Undang-Undang Pajak Penghasilan Negara, dengan demikian tidak terdapat putusan Pengadilan Pajak yang nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 91 huruf e Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali: DIREKTUR JENDERAL PAJAK, tersebut tidak beralasan sehingga harus ditolak;

Menimbang, bahwa dengan ditolaknya permohonan peninjauan kembali, maka Pemohon Peninjauan Kembali dinyatakan sebagai pihak yang kalah, dan karenanya dihukum untuk membayar biaya perkara dalam peninjauan kembali;

Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak serta peraturan perundang-undangan yang terkait;

MENGADILI,

Menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali : DIREKTUR JENDERAL PAJAK tersebut;

Menghukum Pemohon Peninjauan Kembali untuk membayar biaya perkara dalam pemeriksaan Peninjauan Kembali ini sebesar Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu Rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari Jumat, tanggal 13 Desember 2013, oleh GHI, S.H., M.Sc., Ketua Muda Pembinaan yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, H. ABC, S.H., M.H., dan Dr. H. DEF, S.H., M.H., Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota Majelis, dan diucapkan dalam sidang terbuka

(10)

untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota Majelis tersebut dan dibantu oleh JKL, S.H., M.H., Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak.

Anggota Majelis:

ttd./

H. ABC, S.H., M.H.

ttd./

Dr. H. DEF, S.H., M.H.

Ketua Majelis, ttd./

GHI, S.H., M.Sc.

Biaya - biaya :

1. Meterai ...Rp. 6.000,- 2. Redaksi ...Rp. 5.000,- 3. Administrasi... Rp. 2.489.000,- Jumlah Rp. 2.500.000,-

Panitera Pengganti : ttd./

JKL, S.H., M.H.

Untuk Salinan MAHKAMAH AGUNG R.I.

a.n. Panitera

Panitera Muda Tata Usaha Negara

(NN, SH.) Nip. XX00XXXX

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian Majelis Hakim Agung berpendapat untuk menguatkan kembali putusan a quo karena penggabungan penghasilan dan kerugian Pemohon Banding sekarang Termohon Peninjauan

Bahwa alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali tersebut tidak dapat dibenarkan karena pertimbangan hukum dan Putusan Pengadilan Pajak yang mengabulkan seluruh

- Relaas Penyerahan Pernyataan PK kepada Pemohon Peninjauan Kembali (PK) Perdata Agama - Relaas Pemberitahuan Putusan Sela Kasasi kepada Pemohon/ Termohon Kasasi Perdata Agama -

2 Bahwa berkenaan dengan amar pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang tertuang dalam Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.39906/ PP/M.XI/25/2012 tanggal 30 Agustus 2012,

Bahwa oleh karena berdasarkan penjelasan pasal-pasal tersebut, tidak terdapat alasan / dasar hukum yang diajukan oleh Pemohon Banding yang dapat membuktikan bahwa pengenaan PKB,

Bahwa apabila menurut Termohon Peninjauan Kembali (semula Pemohon Banding) persediaan akhir 2007 telah disampaikan dalam SPT Masa PPN 2008, dan atas SKP/pemeriksaan tahun pajak

Bahwa adalah fakta bahwa pada saat Kontrak Karya disetujui dan ditanda tangani pada tanggal 2 Desember 1986 oleh dan antara Pemerintah dan Pemohon Banding, Undang-undang

Bahwa alasan-alasan peninjauan kembali tersebut tidak dapat dibenarkan, karena pertimbangan hukum dan Putusan Pengadilan Pajak yang menolak Permohonan Banding Pemohon Banding