83
EVALUASI HASIL PENERIMAAN LIMBAH RADIOAKTIF DI PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF
Ayi Muziyawati, Pupung Purnama Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Email : ayi@batan.go.id ABSTRAK
EVALUASI HASIL PENERIMAAN LIMBAH RADIOAKTIF DI PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF. Sesuai dengan peraturan Kepala BATAN No. 14 Tahun 2013, tugas pokok Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) adalah melaksanakan pengelolaan limbah radioaktif, diantaranya penerimaan limbah radioaktif. Penerimaan limbah radioaktif di Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) harus sesuai prosedur, baik secara administrasi maupun teknis. Untuk itu maka hasil kegiatan penerimaan limbah radioaktif penting untuk diketahui dan dievaluasi agar kegiatan tersebut selalu terkendali dan terpantau, sehingga pengelolaannya dapat selamat bagi pekerja, instalasi pengelolaan limbah, masyarakat, dan lingkungan. Kegiatan ini dilakukan dengan menyiapkan seluruh dokumen penerimaan limbah radioaktif, mengelompokkan dan mengevaluasi hasil penerimaan limbah radioaktif berdasarkan jenis limbahnya. Selama Tahun 2018 limbah radioaktif yang diterima oleh PTLR terdiri dari limbah radioaktif cair sebanyak 102.120,9 liter, limbah radioaktif semi cair sebanyak 480 liter, limbah radioaktif padat terkontaminasi sebanyak 124 drum 100 liter, 39 buah HEPA Filter, dan Zat Radioaktif Terbungkus Tidak Digunakan (ZRTTD) sebanyak 229 buah. Seluruh limbah yang diterima selama Tahun 2018 telah memenuhi persyaratan secara teknis maupun administrasi dan telah tersimpan dengan aman dan selamat di IS 1, IS 2, dan tangki penyimpanan limbah cair yang berada di Gedung 50.
Kata kunci : limbah radioaktif, pengelolaan limbah
ABSTRACT
EVALUATION OF RECEIVAL RADIOACTIVE WASTE AT CENTER FOR RADIOACTIVE WASTE TECHNOLOGY. In accordance with the decree of Ka. BATAN No. 14 /2013, the main task of Radioactive Waste Technology Centre (RWTC) is to carry out management of the radioactive waste, including receival of radioactive waste. The receiveal of radioactive waste at RWTC must conform the procedure, both administratively and technically. Therefore, the result of this receival activity is important to be revealed and evaluated in order to have it controlled and monitored, hence the management can be safe for workers, waste management facility, community and environment. This activity was carried out by preparing all documents for receiving radioactive waste, classifying and evaluating the results of receipt of radioactive waste based on its type. Duirng 2018 the radiactive waste being received by RWTC consisted of 102,120.9 liter of liquid radioactive waste, 480 liter of semi-liquid radioactive waste, 124 100-liter drums of solid contaminated radioactive waste, 39 pieces of HEPA filters, and 229 pieces of Disused Sealed Radioactive Sources (ZRTTD). All wastes being received during 2018 have fulfilled technical and administrative requirements, and stored safely and secured in IS 1, IS 2, and storage tank of liquid waste located at Building 50.
Keywords : radioactive waste, waste management
PENDAHULUAN
Pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia telah diaplikasikan untuk bidang kedokteran, industri, serta penelitian dan pengembangan (litbang). Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir di berbagai bidang ini dapat menghasilkan limbah radioaktif yang harus dikelola dengan baik agar aman dan selamat bagi manusia dan lingkungan.
Undang-undang No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran telah mengatur tentang pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia, dan dalam pasal 23 ayat 1 disebutkan bahwa pengelolaan limbah radioaktif dilaksanakan oleh Badan Pelaksana dalam hal ini adalah Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)[1]. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) adalah instansi di lingkungan BATAN yang melakukan pengelolaan limbah radioaktif dari seluruh Indonesia. Sesuai dengan Peraturan Kepala BATAN No. 14 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja BATAN maka pengelolaan limbah radioaktif di PTLR merupakan tugas dari Bidang Pengelolaan Limbah (BPL) [2]. Pengelolaan limbah radioaktif di BPL meliputi pengangkutan, pengolahan, dan penyimpanan limbah radioaktif. Pengelolaan limbah radioaktif [3] di PTLR juga diatur oleh Peraturan
84
Pemerintah No. 61 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif dan Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2015 tentang Keselamatan Radiasi dan Keamanan dalam Pengangkutan Zat Radioaktif. Sesuai dengan peraturan tersebut maka PTLR menerima limbah radioaktif sudah dalam keadaan dibungkus dan pembungkusan merupakan tanggung jawab dari penghasil limbah [4].
Pengelolaan limbah di PTLR meliputi pengangkutan limbah dari penghasil limbah radioaktif di internal BATAN, penerimaan limbah radioaktif dari penghasil limbah dari seluruh Indonesia, pengolahan limbah sesuai dengan jenis limbahnya, dan penyimpanan di Interim Storage (IS) serta Penyimpanan Sementara Limbah Aktivitas Tinggi (PSLAT). Fasilitas pengelolaan limbah radioaktif yang ada di PTLR ditunjukan oleh Tabel 1 [5].
Tabel 1. Fasilitas Pengelolaan Limbah Radioaktif di Pusat Teknologi Limbah Radioaktif.
NO. FASILITAS FUNGSI KAPASITAS
1. Unit Insenerasi - Mengolah limbah padat terbakar.
- Mengolah limbah cair organik
50 kg/jam 20 liter/jam 2. Unit Kompaksi Mengolah limbah padat
terkompaksi.
14 drum 100 liter terkompaksi dalam 2 drum 200 liter per minggu 3. Unit Evaporasi Mengolah limbah cair
anorganik
0,75 m3/jam 4. Unit Penukar Ion Mengolah limbah cair
anorganik
0,36 m3/jam 5. Unit Sementasi Mengimobilisasi konsentrat
dari proses evaporasi dan limbah semi cair (resin bekas) dengan matriks semen di dalam wadah limbah shell beton 950 liter
2 shell beton per minggu
6. Interim Storage 1 Menyimpan sementara limbah radioaktif
526 shell beton dan 1.716 drum 200 liter.
7. Interim Storage 2 Menyimpan sementara limbah radioaktif
- 263 shell beton dan 858 drum 200 liter.
- 13 kg LEU, 100 kg DU, dan 210 NU
8. Penyimpanan
Sementara Limbah Aktivitas Tinggi
Menyimpan sementara limbah radioaktif tinggi
120 drum 60 l dan 3 kolam masing-masing volume 72m3
Penerimaan limbah radioaktif di PTLR harus sesuai dengan kriteria keberterimaan limbah atau Waste Acceptance Criteria (WAC) yang telah ditetapkan oleh PTLR dengan mengacu pada peraturan yang berlaku. Limbah yang diterima memiliki kriteria keberterimaan limbah yang berbeda sesuai dengan jenis limbahnya, yaitu :
1. Kriteria keberterimaan limbah radioaktif cair [6], yaitu :
- Limbah radioaktif cair anorganik : tidak mengandung bahan yang bersifat korosif, kadar maksimum ion klorida 0,1 gr/L, pH > 7, dan aktivitas total radionuklida pemancar gamma: 10-6 Ci/m3 – 2.10-2 Ci/m3 (3,7.104 Bq/m3 – 7,14.108 Bq/m3). Wadah limbah radioaktif cair ini saat diterima yaitu dalam transport container atau dalam jerigen yang kemudian dimasukkan dalam drum HDPE.
- Limbah kimia radioaktif cair : pH 1 – 14, daya hantar listrik (DHL) > 30 mS/cm, dan aktivitas total radionuklida pemancar gamma : 10-6 Ci/m3 – 2.10-2 Ci/m3 (3,7.104 Bq/m3 – 7,14.108 Bq/m3). Wadah limbah radioaktif cair ini saat diterima yaitu dalam jerigen yang kemudian dimasukkan dalam drum High Density Polyethylene (HDPE).
85 2. Kriteria keberterimaan limbah radioaktif semi cair [7], yaitu : mempunyai aktivitas spesifik maksimum 0,1 Ci/m3, laju dosis maksimum 2 mSv/jam pada kontak dan 100 μSv/jam pada jarak 2 meter. Untuk limbah semi cair (resin) yang berasal dari Kawasan Nuklir Serpong, limbah diwadahkan dalam kontainer PVC/stainless (diletakkan di atas palet) dengan volume tidak lebih dari 3 m3, atau secara umum limbah semi cair dapat diwadahkan dalam drum HDPE 60 liter dengan kapasitas 75%.
3. Kriteria keberterimaan limbah radioaktif terbakar [8], yaitu :
- Padat : Aktivitas maksimum α : 3,7 x 106 Bq/m3 (10-4 Ci/m3) dan β/γ : 3,7 x 108 Bq/m3 (10-2 Ci/m3), limbah dikemas dalam drum 100 liter.
- Cair Organik : Aktivitas maksimum α : 3,7 x 106 Bq/m3 (10-4 Ci/m3) dan β/γ : 3,7 x 108 Bq/m3 (10-2 Ci/m3), limbah dikemas dalam drum HDPE 60 liter atau jerigen kimia 10 – 20 liter.
- Limbah Biologis : Aktivitas maksimum α : 3,7 x 103 Bq/m3 (10-7 Ci/m3) dan β/γ : 3,7 x 105 Bq/m3 (10-5 Ci/m3), limbah dikemas dalam kondisi beku (deep frozen) di dalam kantong plastik, kemudian dimasukkan dalam drum 100 liter.
Laju dosis radiasi di permukaan drum 100 liter atau permukaan bungkusan limbah radioaktif terbakar adalah 500 μSv/jam untuk setiap drum 100 liter atau setiap bungkusan.
4. Kriteria keberterimaan limbah radioaktif padat material terkontaminasi terkompaksi [9], yaitu: batasan radiasi α aktivitas maksimum 3,7 x 106 Bq/m3 (10-4 Ci/m3), gross β/ ϒ aktivitas maksimum 3,7 x 108 Bq/m3 (10-2 Ci/m3), laju dosis radiasi dipermukaan drum 100 liter/bungkusan maksimum 500 μSv/jam per drum 100 liter atau per bungkusan. Limbah ini terdiri dari bahan dapat mampat seperti logam lunak, plastik, gelas dan botol kaca, jarum suntik, karet, dan beberapa jenis bahan lain yang dikompaksi. Limbah ini juga tidak boleh mengandung sumber radiasi terbungkus.
5. Kriteria keberterimaan limbah radioaktif padat material terkontaminasi tidak terbakar dan tidak terkompaksi [10], yaitu : batasan radiasi α aktivitas maksimum 3,7 x 106 Bq/m3 (10-4 Ci/m3), gross β/ ϒ aktivitas maksimum 3,7 x 108 Bq/m3 (10-2 Ci/m3), laju dosis radiasi dipermukaan drum 100 liter/bungkusan maksimum 500 μSv/jam per drum 100 liter atau per bungkusan. Limbah ini terdiri dari tanah, abu, beton, dan besi pejal.
6.
Kriteria keberterimaan limbah zat radioaktif terbungkus tidak digunakan [11], yaitu : laju dosis radiasi maksimum pada permukaan bungkusan untuk transportasi (transport container) tidak boleh melebihi 2 mSv/jam. Limbah harus dibungkus sesuai dengan persyaratan bungkusan yang tercantum dalam Kriteria Keberterimaan Limbah Zat Radioaktif Terbungkus Tidak Digunakan.Penerimaan limbah radioaktif di PTLR harus sesuai prosedur, baik secara administrasi maupun teknis. Saat ini penerimaan limbah radioaktif di PTLR sudah menggunakan aplikasi eLIRA dimana layanan pengelolaan limbah radioaktif di PTLR dilakukan secara online sehingga lebih mudah dan cepat secara administrasi.
Secara administrasi penerimaan limbah radioaktif di PTLR harus dilengkapi dengan Surat Persetujuan Pelaksanaan Pengangkutan Zat Radioaktif dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) untuk limbah dari luar Kawasan Nuklir Serpong dan dokumen penerimaan limbah sebagai berikut :
- Lembar Isian untuk Limbah Radioaktif/Material Terkontaminasi/Sumber Bekas.
- Formulir Penerimaan Limbah Radioaktif.
- Berita Acara Penerimaan Limbah Radioaktif.
Secara teknis, penerimaan limbah radioaktif di PTLR harus dilakukan oleh beberapa petugas yaitu :
- Petugas Teknis.
- Petugas Proteksi Radiasi.
- Petugas dari Unit Pengamanan Nuklir.
Secara teknis juga limbah radioaktif yang akan diterima dilakukan survey terlebih dahulu untuk mengetahui spesifikasi limbahnya secara benar, yang meliputi kandungan radionuklida, aktivitas, jenis, dimensi, kemasan, dan paparannya. Spesifikasi limbah sangat penting untuk
86
keamanan dan keselamatan pada saat pengangkutan, dalam penyimpanan sebelum diolah, dan juga untuk tindak lanjut pengolahannya yang sesuai.
Penerimaan limbah radioaktif yang aman dan selamat sesuai peraturan yang berlaku harus dilengkapi dengan peralatan surveymeter untuk mengukur paparan radiasi, peralatan handling limbah seperti forklift atau handforklift untuk memudahkan penempatan limbah yang memiliki dimensi yang besar dan berat, juga peralatan mekanik untuk membongkar kemasan dalam rangka identifikasi limbah radioaktif yang diterima.
Saat penerimaan limbah radioaktif petugas harus melakukan pengecekan kesesuaian data antara data limbah yang tertera di Surat Persetujuan Pelaksanaan Pengangkutan Zat Radioaktif untuk limbah dari luar Kawasan Nuklir Serpong dengan jenis limbah yang dibawa oleh pengirim yang meliputi data jenis radionuklida, nomor seri, dan aktivitas sumber radioaktif bekas.
Sedangkan untuk limbah radioaktif yang berasal dari Kawasan Nuklir Serpong harus dicek kesesuaian datanya dengan hasil survey. Pengecekan limbah radioaktif yang diterima ini untuk mengetahui spesifikasi limbahnya yang meliputi kandungan radionuklida, aktivitas, jenis limbah, dimensi, kemasan, dan paparannya. Spesifikasi limbah ini sangat penting untuk keamanan dan keselamatan pada saat handling limbah, dalam penyimpanan sebelum diolah, dan juga untuk tindak lanjut pengolahannya yang sesuai. Hasil penerimaan limbah radioaktif sebelum diolah lebih lanjut terlebih dahulu disimpan di IS 1, IS 2, dan tangki penampungan limbah cair maupun semi cair yang ada di gedung 50.
Penerimaan limbah radioaktif merupakan bagian dari pengelolaan limbah radioaktif sehingga penerimaan limbah radioaktif tersebut harus sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Untuk itu maka perlu dilakukan evaluasi kegiatan penerimaan limbah radioaktif agar penerimaan limbah tersebut selalu terkendali dan terpantau sehingga pengelolaannya dapat aman bagi pekerja, instalasi pengelolaan limbah, masyarakat, dan lingkungan.
Sesuai uraian di atas maka evaluasi penerimaan limbah radioaktif ini bertujuan untuk mengontrol agar kegiatan ini selalu dilakukan sesuai prosedur yang berlaku baik secara administrasi maupun teknis. Evaluasi yang dilakukan pada kegiatan ini meliputi kelengkapan dokumen penerimaan limbah, jenis limbahnya, radionuklida, aktivitas, nomor seri sumber bekas, kemasan/wadah, paparan radiasi, dan lokasi penyimpanannya. Semua persyaratan tersebut harus diperhatikan sehingga limbah radioaktif yang diterima dapat dipastikan dalam kondisi yang selamat dan aman untuk dikelola lebih lanjut bagi pekerja, instalasi, dan lingkungan.
TATA KERJA
Bahan, Peralatan, dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Bahan dan peralatan yang dibutuhkan pada kegiatan ini adalah lembar isian penerimaan limbah berupa Formulir Lembar Isian untuk Limbah Radioaktif/Material Terkontaminasi/Sumber Bekas, Formulir Penerimaan Limbah Radioaktif, Berita Acara Penerimaan Limbah Radioaktif, ATK, komputer, dan printer untuk mendokumentasikan data dan mengevaluasinya.
Waktu pelaksanaan kegiatan ini dimulai sejak Januari 2018 sampai dengan Desember 2018.
METODA
Kegiatan ini dilakukan dengan menyiapkan seluruh dokumen penerimaan limbah radioaktif, mengelompokkan dan mengevaluasinya. Hasil penerimaan limbah radioaktif yang dievaluasi meliputi jenis limbah, radionuklida, aktivitas, nomor seri sumber bekas, kemasan/wadah, paparan radiasi, dan lokasi penyimpanannya. Dengan demikian maka kegiatan penerimaan limbah dapat terkendali dan terpantau, serta pengelolaannya dapat aman bagi pekerja, instalasi pengelolaan limbah, masyarakat, dan lingkungan.
87 HASIL DAN PEMBAHASAN
Selama tahun 2018 telah dilakukan penerimaan limbah radioaktif dari internal BATAN, industri, dan rumah sakit yang ditunjukkan oleh Gambar 1- 4 di bawah ini.
Gambar 1. Penerimaan ZRTTD yang dikemas dalam box kayu untuk keamanan
selama pengangkutan.
Gambar 2. Bentuk ZRTTD yang diterima dari industri.
Gambar 3. Limbah radioaktif padat material terkontaminasi yang diterima dalam kemasan drum 100 liter dan limbah HEPA Filter dalam
box karton.
Gambar 4. ZRTTD yang diterima dalam wadah Drum Dot.7.
Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa penerimaan limbah selama Tahun 2018 sudah sesuai WAC baik dari segi paparan maupun kemasannya sehingga limbah dapat diterima dan disimpan dengan aman dan selamat di tempat penyimpanan sementara di PTLR sebelum dilakukan pengelolaan lebih lanjut.
88
Parsyaratan penerimaan limbah radioaktif di PTLR salah satunya adalah paparan kontak harus sesuai dengan kriteria keberterimaan limbah, dan masing-masing jenis limbah mempunyai batasan maksimumnya. Sesuai kriteria keberterimaan limbah untuk limbah radioaktif semi cair dengan paparan maksimum 2000 µSv/j, limbah radioaktif padat material terkontaminasi dengan paparan maksimum 500 µSv/j, dan ZRTTD dengan paparan maksimum 2000 µSv/j. Apabila paparan melebihi batasan ini akan membahayakan bagi pekerja radiasi dalam melakukan pengolahannya, karena resiko untuk menerima dosis radiasi akan semakin besar. Untuk mengurangi paparan radiasi maka penghasil limbah wajib membungkus limbahnya dengan baik menggunakan kontainer yang sesuai dan bila perlu diberi shielding Pb agar paparan radiasi berkurang.
Penerimaan limbah radioaktif di PTLR selama Tahun 2018 ditunjukkan pada Tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2. Penerimaan Limbah Radioaktif Tahun 2018
No. Uraian Jumlah Paparan
1 Limbah radioaktif cair
PRSG = 101960,9 liter PTRR = 40 liter PPIKSN = 40 liter PSTA = 80 liter
Total penerimaan = 102120,9 liter
Kontak :
0,21 µSv/j s/d 132 µSv/j Jarak 1 meter :
0,18 µSv/j s/d 21 µSv/j
2 Limbah radioaktif semi cair
PSTA = 480 liter
Total penerimaan = 480 liter
Kontak :
0,17 µSv/j s/d 3,02 µSv/j
Jarak 1 meter : 0,12 µSv/j s/d 0,40 µSv/j
3 Limbah radioaktif padat terkontaminasi
HEPA filter = 39 buah
Padat terkontaminasi = 124 drum 100 liter
Kontak :
0,11 µSv/j s/d 140 µSv/j Jarak 1 meter :
0,10 µSv/j s/d 41 µSv/j
4 Sumber radioaktif bekas
T½ < 150 hari = 71 buah T½ > 150 hari = 158 buah Total penerimaan = 229 buah Sumber bekas kegiatan penelitian dari PSTA = 195 buah
Kontak :
0,2 µSv/j s/d 1500 µSv/j Jarak 1 meter :
0,09 µSv/j s/d 30,30 µSv/j
Selain paparan radiasi, hal penting yang perlu diperhatikan saat penerimaan limbah adalah kesesuaian antara dokumen limbah yaitu Surat Persetujuan Pelaksanaan Pengangkutan Zat Radioaktif dari BAPETEN (untuk limbah dari luar Kawasan Nuklir Serpong (KNS)) dengan limbahnya, yang meliputi radionuklida dan nomor seri sumber bekas yang dilimbahkan, sehingga perlu pengecekan yang teliti agar limbah yang diterima benar-benar sesuai dengan dokumen.
Apabila terjadi ketidaksesuaian maka perlu dibuatkan laporan ketidaksesuaian dan dokumennya diperbaiki sesuai kondisi limbahnya, setelah itu baru PTLR dapat menerima limbah tersebut.
Sedangkan untuk limbah dari lingkungan KNS maka harus sesuai dengan hasil survey, apabila tidak sesuai maka limbah tidak dapat diterima oleh PTLR dan penghasil limbah harus memperbaikinya sesuai rekomendasi dari PTLR. Sehubungan pentingnya pengecekan kesesuaian kondisi limbah maka biasanya kegiatan penerimaan limbah ini memerlukan waktu lebih dari 1 jam dengan petugas yang terdiri dari PPR, teknisi, dan UPN. Koordinasi dalam penerimaan limbah ini sangat penting untuk dilakukan karena melibatkan beberapa petugas dari Bidang Pengelolaan Limbah, Bidang Keselamatan Kerja dan Operasi, dan Unit Pengamanan Nuklir. Koordinasi ini dilakukan minimal sehari sebelum waktu pelaksanaan agar pelayanan dapat dilaksanakan dengan baik.
89 Secara administrasi penerimaan limbah radioaktif dari luar PTLR selama Tahun 2018 sudah memenuhi persyaratan karena sudah dilengkapi dengan Berita Acara Penerimaan Limbah Radioaktif, Formulir Penerimaan Limbah Radioaktif, dan Lembar Isian untuk Limbah Radioaktif/Material Terkontaminasi/Sumber Bekas sudah dibuat dan didistribusikan sesuai peruntukkannya. Sedangkan untuk limbah dari internal PTLR sudah dilengkapi dengan Lembar Isian untuk Limbah Radioaktif/Material Terkontaminasi/Sumber Bekas dan sudah didistribusikan sesuai peruntukannya. Seluruh dokumen penerimaan limbah tersebut sudah didokumentasikan dengan baik sehingga dapat tertelusur.
Perbandingan hasil penerimaan limbah radioaktif Tahun 2017 dan 2018 dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.
Gambar 5. Perbandingan penerimaan limbah radioaktif tahun 2017 – 2018
Keterangan Gambar :
- Volume limbah cair : jumlah limbah x 100 liter.
- Volume limbah semi cair : jumlah limbah x 10 liter
- Jumlah limbah padat : jumlah limbah x drum 100 liter (1 HEPA Filter ≈ 100 liter) - Jumlah ZRTTD : per buah.
- Untuk ZRTTD dari kegiatan penelitian di PSTA tidak diperhitungkan dalam grafik di atas karena ZRTTD tersebut bentuknya berbeda dengan ZRTTD dari industri dan rumah sakit.
ZRTTD tersebut berupa sumber standar yang sudah tidak digunakan lagi dalam penelitian.
- Persentase penerimaan : dalam persen (%).
Pada Gambar 5 terlihat bahwa ada perbedaan antara jumlah penerimaan limbah radioaktif di Tahun 2017 dan 2018 sebagai berikut :
1. Penerimaan limbah cair terjadi peningkatan sebesar 3,79 % dibandingkan tahun 2017 karena pengiriman limbah dari Pusat Reaktor Serba Guna (PRSG) bertambah untuk tahun 2018.
2. Penerimaan limbah semi cair menurun sebesar 75,19 % karena tidak ada penerimaan limbah resin bekas dari PRSG pada tahun 2018 sedangkan tahun 2017 PRSG mengirim limbah semi cair. PRSG selama ini tidak melakukan pengiriman limbah semi cair setiap tahun, biasanya dua tahun sekali pengiriman dilakukan.
3. Penerimaan limbah radioaktif padat material terkontaminasi menurun sebesar 23,83 %, karena Satuan Kerja (Satker) di internal BATAN sudah melimbahkannya di tahun sebelumnya sehingga limbahnya belum terkumpul lagi. Limbah radioaktif padat ini sebagian besar berasal dari internal BATAN.
4. Penerimaan ZRTTD meningkat sebesar 201,31 % dibanding tahun 2017. Hal ini dikarenakan ada penerimaan limbah dari PT. Lontar Papyrus, PT. Indah Kiat Perawang, dan PT. Global Technology Aseana (GSTA) yang cukup banyak yaitu dari PT. Lontar Papyrus sebanyak 35 buah, PT. Indah Kiat Perawang sebanyak 29 buah, dan PT. GSTA sebanyak 43 buah.
90
Gambaran penerimaan limbah radioaktif selama Tahun 2018 dilihat dari asal limbah maupun dari jumlah limbah untuk masing-masing jenis limbah ditunjukkan pada Gambar 3 - 5 berikut :
1. Gambaran penerimaan limbah radioaktif cair dilihat dari asal limbah yang melimbahkan ke PTLR selama Tahun 2018 ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Penghasil limbah radioaktif cair selama tahun 2018.
Dari Gambar 6 terlihat bahwa hampir 100 % limbah radioaktif cair yang diterima oleh PTLR selama Tahun 2018 berasal dari PRSG yaitu 101960,9 liter, sedangkan dari Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR), Pusat Pendayagunaan Informatika dan Kawasan Strategis Nuklir (PPIKSN), dan Pusat Sains dan Teknologi Akselerator (PSTA) totalnya hanya 160 liter sehingga tidak terlihat persentasenya pada grafik di Gambar 3. PRSG menghasilkan limbah radioaktif cair cukup besar setiap tahunnya karena apabila reaktor beroperasi selalu mengirimkan limbah cairnya 2 kali dalam seminggu dengan volume rata-rata 2500 liter setiap pengiriman. Sedangkan dari PTRR, PPIKSN, dan PSTA limbah radioaktif cair yang dihasilkan hanya dari kegiatan di laboratorium sehingga jumlah limbah yang dihasilkan setiap tahunnya hanya sedikit sekali bila dibandingkan dengan PRSG yang memiliki reaktor riset.
2. Gambaran penerimaan limbah radioaktif semi cair dilihat dari asal limbah selama Tahun 2018 ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Penghasil limbah radioaktif semi cair selama tahun 2018.
Pada Gambar 7 terlihat bahwa 100 % limbah radioaktif semi cair yang diterima oleh PTLR selama Tahun 2018 berasal dari PSTA yaitu 480 liter. Selama ini PRSG menghasilkan limbah radioaktif semi cair berupa resin bekas penukar ion dan pengiriman resin bekas ini biasanya dilakukan setiap 2 tahun sekali. Namun pada Tahun 2018 PRSG tidak mengirimkan limbahnya karena sudah mengirimkan limbahnya di Tahun 2017 sehingga kemungkinan baru akan mengirimkan limbah lagi tahun 2019.
91 3. Gambaran penerimaan limbah radioaktif padat terkontaminasi dilihat dari bentuk limbahnya yaitu limbah padat yang sudah ditempatkankan dalam drum 100 liter maupun HEPA Filter yang masih dikemas dalam kardus atau plastik selama Tahun 2018 dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Bentuk limbah radioaktif padat yang diterima PTLR selama Tahun 2018.
PTLR telah menerima limbah radioaktif padat terkontaminasi selama Tahun 2018 dari internal BATAN yaitu dari PTRR, PSTNT, PRSG, PPIKSN, maupun dari PTLR. Seluruh limbah radioaktif padat yang diterima dari internal BATAN sudah ditempatkan dalam wadah drum 100 liter sehingga sudah siap untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan metode pegolahan yang ada di PTLR. Sedangkan limbah HEPA Filter yang saat ini masih dikemas dalam kardus atau plastik perlu dikaji lebih lanjut untuk teknik pengolahannya, karena dimensinya tidak sesuai untuk dimasukkan dalam drum 100 liter, sehingga sampai saat ini limbah HEPA Filter masih belum diolah dan disimpan di IS 1. Dengan demikian dari Gambar 5 terlihat bahwa limbah radioaktif padat yang sudah siap diolah lebih lanjut adalah 76 % yaitu yang sudah dikemas dalam drum 100 liter. Sedangkan yang masih memerlukan pengembangan lebih lanjut untuk teknik pengolahannya adalah 24 % yaitu berupa HEPA Filter.
4. Gambaran penerimaan ZRTTD selama Tahun 2018 dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Penghasil ZRTTD selama Tahun 2018.
PTLR telah menerima ZRTTD dari industri, rumah sakit, dan internal BATAN selama Tahun 2018. ZRTTD dari rumah sakit hanya 8 % dari seluruh ZRTTD yang diterima, namun dari segi aktivitas cukup besar karena merupakan sumber radioaktif kategori 1 dan 2, dengan resiko bahaya yang lebih besar dibandingkan kategori 3-5. Sedangkan dari industri dan internal BATAN sebanyak 65 % dan 27 % merupakan sumber dengan kategori 3-5. ZRTTD untuk kategori 3-5 dengan T½ > 150 hari sebagian sudah dilakukan dismantling dan dimasukkan dalam kapsul Stainless Steel kemudian ditempatkan dalam shell drum 200 liter dan ada juga yang ditempatkan di
92
drum stainless steel ukuran 60 liter. Untuk yang di drum stainless steel 60 liter saat ini sudah disimpan di sumuran PSLAT dan yang di shell drum 200 liter disimpan di IS 2.
Seluruh limbah yang diterima selama Tahun 2018 tersimpan dengan aman dan selamat di IS 1, IS 2, dan tangki penyimpanan limbah cair yang berada di Gedung 50. Seluruh limbah siap untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan jenis limbah dan metode pengolahannya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kegiatan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penerimaan limbah radioaktif di PTLR harus sesuai peraturan yang berlaku baik secara teknis maupun administrasi.
2. Layanan penerimaan limbah radioaktif saat ini sudah menggunakan aplikasi eLIRA.
3. Penerimaan limbah radioaktif selama Tahun 2018 sudah memenuhi persyaratan administrasi yaitu sudah dilengkapi dengan dokumnen Berita Acara Penerimaan Limbah Radioaktif, Formulir Penerimaan Limbah Radioaktif, dan Lembar Isian untuk Limbah Radioaktif/
Material Terkontaminasi/ Sumber Bekas. Seluruh dokumen sudah didokumentasikan dan didistribusikan sesuai peruntukannya. Secara teknispun sudah memenuhi persyaratan karena limbah yang diterima sudah dalam keadaan terbungkus dengan aman dan paparannya tidak ada yang melampaui batasan maksimum sehingga aman untuk disimpan di tempat penyimpanan sementara.
4. Limbah yang telah diterima oleh PTLR selama tahun 2018 : - Limbah radioaktif cair sebanyak 102.120,9 liter.
- Limbah radioaktif semi cair sebanyak 480 liter.
- Limbah radioaktif padat terkontaminasi sebanyak 124 drum 100 liter dan 39 buah HEPA Filter.
- Zat Radioaktif Terbungkus Tidak Digunakan (ZRTTD) sebanyak 229 buah dan ZRTTD dari kegiatan penelitian sebanyak 195 buah.
5. Seluruh limbah radioaktif yang diterima telah disimpan di tempat penyimpanan limbah sebelum diolah dalam keadaan aman dan selamat bagi pekerja, instalasi, masyarakat, dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, “Undang-undang No. 10 Tahun 1997 Tentang Ketenaganukliran”
2. Anonim, “Peraturan Kepala BATAN No. 14 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja BATAN”
3. Anonim, “Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif”
4. Anonim, “Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2015 Tentang Keselamatan Radiasi dan Keamanan dalam Pengangkutan Zat Radioaktif”
5. Anonim, “Laporan Analisis Keselamatan”, Tahun 2017
6. Mas’udi, Sugeng P., “WAC Limbah Radioaktif Cair ”, Tahun 2016 7. Mas’udi, Sugeng P., “WAC Limbah Radioaktif Semi Cair ”, Tahun 2016 8. Sayogo S., Ajrieh Setyawan, “WAC Limbah Radioaktif Terbakar”, Tahun 2016 9. Suryanto, Ajrieh Setyawan, “WAC Limbah Radioaktif Padat Material Terkontaminasi
Terkompaksi”, Tahun 2016
10. Sayogo S., Ajrieh Setyawan, “WAC Limbah Radioaktif Padat Material Terkontaminasi Tidak Terbakar Tidak Terkompaksi”, Tahun 2016
11. Suparno, Heru S., “WAC Zat Radioaktif Terbungkus Tidak Digunakan”, Tahun 2016