• Tidak ada hasil yang ditemukan

Socio-scientific Learning Model Blended Project-Based Learning (PjBL) in Science

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Socio-scientific Learning Model Blended Project-Based Learning (PjBL) in Science"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Biologi merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA bukan hanya sebagai sebuah produk ilmu pengetahuan. IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Hal yang menjadi hambatan dalam pembelajaran IPA disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran IPA

dengan metode yang menarik dan menyenangkan.

Guru yang kurang inovatif dan kreatif cenderung menyampaikan materi IPA (Biologi) dengan apa adanya sehingga peserta didik menjadi cepat bosan dan kurang menangkap tujuan pembelajaran yang dipelajari.

Inovasi dan kreatifitas guru IPA (Biologi) dalam penyampaian materi menjadi tantangan tersendiri di era digital dimana siswa di tuntut untuk memiliki kemampuan-kemampuan yang perlu diorientasikan dalam pembelajaran. Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan penting yang dibutuhkan pada pendidikan modern abad 21. Pendidikan modern melibatkan kehidupan masyarakat untuk mampu berpikir kritis yang harus dikuasai untuk belajar bagaimana berdaya saing di era komputasi global.

Salah satu kegiatan yang dapat memberikan kesempatan siswa untuk memperoleh kemampuan berpikir kritis, analitis, sintetis, komparatif, korelatif, komprehensif, dan demokratis adalah penerapan model pembelajaran yang menekankan pada kemampuan berpikir kritis dan problem solving dengan model pembelajaran socioscientific Blended Project- Based Learning (PjBL). Pembelajaran dengan model Blended PjBL membantu siswa menjadi pembelajar mandiri dalam jaringan maupun luar jaringan di era komputasi global. Siswa akan membuat hubungan yang kuat antara konsep dan fakta yang dipelajari sehingga siswa aktif bekerja untuk mencari informasi dan menghasilkan sebuah produk pembelajaran, tidak hanya sebagai pebelajar pasif yang hanya menerima informasi.

Penerapan model pembelajaran socioscientific blended Project-Based Learning dapat melatih dan membiasakan siswa untuk peka terhadap kondisi di sekitarnya serta dapat mengaitkan teori atau konsep yang didapat dengan kondisi sosial masyarakat di sekitarnya.Kemampuan siswa dalam mengaitkan teori sains dengan masalah sosial yang terjadi di masyarakat dapat melatih siswa untuk mencari solusi pemecahan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Dalam

Model Pembelajaran Sosiosaintifik Blended Project-Based Learning (PJBL) Dalam Pembelajaran IPA di SMP/MTS Se-Boyolali

Socio-scientific Learning Model Blended Project-Based Learning (PjBL) in Science Learning in Junior High Schools/MTS in Boyolali

Djumadi1 Rina Astuti2*

Lina Agustina3 Annur Indra Kusumadani4

1,2,3,4Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia

*email: rina.astuti@ums.ac.id

Abstrak

Pembelajaran dengan Socioscientific Blended Project-Based Learning merupakan proses pembelajaran yang melibatkan mahasiswa secara aktif baik dalam jaringan maupun luar jaringan dalam membaca, menulis, melakukan eksperimen, dan menganalisis, serta mencari solusi pada problema sosial sains yang terkait di masyarakat. Penggunaan model Blended Project-Based Learning (BPjBL) dinilai sangat menguntungkan karena dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan berfikir kritis. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mengenalkan model pembelajaran Blended Project-Based Learning (BPjBL) yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa yaitu kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional yang meliputi kemampuan untuk berfikir reflektif dan independen dengan pendekatan Socioscientific issues (SSI) yang mampu menghasilkan produk pembelajaran yang berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skill). Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan bekal keterampilan mengembangkan model pembelajaran pada guru-guru SMP/MTS dan mengaplikasikannya dalam pembelajaran IPA(Biologi). Pelatihan ini diikuti oleh guru-guru MGMP IPA (Biologi) se-Boyolali yang berjumlah kurang lebih lima puluh orang, dimana pelaksanaannya di rencanakan berlangsung selama 4 hari yaitu tgl 21-24 Agustus 2021

Kata Kunci:

Blended Project-Based Learning (BPjBL),

Higher Order Thinking Skill (HOTS)

MGMP IPA (Biologi)

Keywords:

Blended Project-Based Learning (BPjBL),

Higher Order Thinking Skill (HOTS)

MGMP IPA (Biology)

Abstract

Learning with Socioscientific Blended Project-Based Learning is a learning process that actively involves students both online and outside the network in reading, writing, conducting experiments, and analyzing, as well as finding solutions to social science- related problems in society. The use of the Blended Project-Based Learning (BPjBL) model is considered very beneficial because it can improve problem-solving and critical thinking skills. This community service aims to introduce the right Blended Project-Based Learning (BPjBL) learning model to improve students' thinking skills, namely the ability to think clearly and rationally which includes the ability to think reflectively and independently with a Socioscientific issues (SSI) approach that is able to produce learning products. HOTS (Higher Order Thinking Skill) orientation. This training is expected to provide skills to develop learning models for SMP/MTS teachers and apply them in science (Biology) learning. This training was attended by MGMP IPA (Biology) teachers throughout Boyolali, amounting to approximately fifty people, where the implementation is planned to last for 4 days, namely 21-24 August 2021

© 2021. Published by LPPM STIKOM Tunas Bangsa, Pematangsiantar.

This is Open Access article under the CC-BY-SA License (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). DOI:

http://dx.doi.org/10.30645/.v1i1.

(2)

rangka memahami model pembelajaran socioscientific blended Project-Based Learning lebih optimal maka perlu dilakukan sebuah pelatihan untuk pengenalan lebih jauh mengenai aplikasi model pembelajaran Blended Project-Based Learning dengan materi yang disesuaikan di jenjang SMP/MTS yang sangat dibutuhkan guru-guru sekolah menengah untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih bermakna.

METODOLOGI 1. Permasalahan Mitra

Proses belajar mengajar sudah memainkan peran penting guru sebagai informator, motivator, organisator, fasilitator, mediator dan evaluator. Tetapi padaoutput dan outcame hasilnya masih kurang maksimal sehingga masih perlu di inovasi lagi kegiatan belajar mengajarnya baik pada pendekatan, model, strategi, media maupun metode pembelajaran yang kreatif dan berorientasi pada pembelajaran HOTS (Higer Order Thinking Skill) yang mungkin belum pernah terfikirkan oleh sebagian guru-guru IPA (Biologi).

Permasalahan yang terjadi di kalangan guru-guru sekolah menengah baik yang SMP maupun SMA salah satunya kurangnya pemahaman siswa secara optimal terhadap advance material pada materi-materi tertentu di tingkat SMP maupun MTS karena beberapa faktor seperti kendala alat dan bahan/sarana pembelajaran, kendala waktu karena padatnya jadwal dan tuntutan kurikulum, kendala teknis dan tidak adanya motivasi secara penuh dari peserta dididk maupun lingkungan belajar. Pembelajaran di era abad 21 sangat mementingkan kemampuan siswa dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh, sehingga sangat penting untuk memberikan pemahaman materi dalam bentuk model pembelajaran Blended Project-Based Learning.

2. Solusi Yang Ditawarkan

Solusi yang ditawarkan bagi permasalahan yang terjadi di sekolah menegah baik SMP/MTS adalah

mengadakan workshop pembelajaran abad 21 dan pelatihan pengembangan model pembelajaran Blended Project-Based Learning yang dapat dengan mudah diaplikasikan oleh guru dan peserta didik SMP/MTS.

Metode pelaksanaan pengabdian masyarakat ini menggunakan model Research & Development dari Borg and Gall (1983). Modifikasi terletak pada jumlah subjek coba pada tiap tahap uji coba. Tahapan model Research & Development dari Borg and Gall (1983) meliputi: penelitian pendahuluan dan pengumpulan informasi (research and initial data collecting), perencanaan (planning), mengembangkan bentuk produk awal (making the initial product), uji coba awal/

validasi ahli (experts validation), perbaikan produk utama (main product revision), uji coba lapangan (field testing), dan revisi produk operasional (operational product revision). Terdapat dalam bentuk platform yaitu zoom dan schoology yang di dalamnya dikemas materi-materi terkait model Blended PjBL yang interaktif seperi PPT bernarasi, video pembelajaran, LKM Projek dan lainnya.

Tabel 1. Pembagian fase LKM

Fase Pertama

: Penentuan Proyek

Dalam fase ini peserta didik dipaparkan tujuan akan proyek yang akan dilaksanakan atau ditugaskan kemudian diberikan pengetahuan tentang masalah yang akan dipecahkan dalam proyek tersebut

Fase Kedua

: Perencanaan Proyek

Dalam Fase Kedua ini peserta didik diberi kebebasan untuk mencari dan berkreativitas mencari, menyusun dan merancang desain proyek yang akan dilakukannya sesuai dengan tujuan yang ada

Fase Ketiga

: Penjadwalan dan Pelaksanaan Proyek Dalam fase ketiga ini hanya berupa penulisan data proyek eksperimen yang diperoleh yang kemudian dimasukkan dalam table dan dianalisis sesuai dengan teori yang ada

Fase Keempat

: Monitoring kemajuan proyek yang dilaksanakan

Dosen melakukan monitor terhadap aktivitas mahasiswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi mahasiswa pada setiap proses. Dosen berperan menjadi mentor bagi aktivitas mahasiswa. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas

(3)

yang penting.

Fase Kelima

: Penilaian Laporan Hasil Proyek dan Presentasi

Pada fase kelima ini terdiri dari menyimpulkan hasilproyek yang telah dilakukan dan mengkomunikasikan kepada kelompok peserta didik yang lain Fase

Keenam

: Evaluasi pengalaman belajar

Pada akhir proses pembelajaran, dosen dan mahasiswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini mahasiswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Dosen dan mahasiswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

3. Target Luaran

Pelatihan ini nantinya diharapkan memberikan bekal pengetahuan kepada guru-guru sekolah menengah seperti SMP/MTS dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model Blended Project- Based Learning, serta dapat mengaplikasikan hasil pelatihan di sekolah masing-masing. Pengetahuan yang diajarkan lewat pelatihan ini akan dapat mendukung proses pengembangan materi pembelajaran biologi khususnya bagi guru-guru IPA Biologi di sekolah menengah (SMP/MTS). Manfaat lainnya juga dapat menambah pengayaan materi biologi khususnya pengetahuan tentang materi yang terkait lingkungan dan terkait kehidupan sehari-hari. Luaran yang diharapkan dari hasil pengabdian masyarakat ini antara lain: (1). Hasil pengabdian masyarakat ini dapat di implentasikan dan diaplikasikan pada mata pelajaran yang terkait sosial lingkungan. (2). Hasil pengabdian masyarakat ini dapat di jadikan suatu model pembelajaran pada mata pelajaran di sekolah-sekolah menengah SMP/MTS. (3). Artikel hasil pengabdian masyarakat ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan guru-guru di sekolah menengah SMP dan

SMA agar lebih inovatif dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan workshop praktikum virtual laboratorium IPA (Biologi) di Era Abad 21 dijadwalkan tanggal 21 - 24 agustus 2021. Peserta adalah guru-guru Sekolah menengah Baik SMP maupun MTS se-Boyolali.

Kegiatan dilakukan secara daring menggunakan platform Zoom dan schoology. Jumlah peserta yang ikut ada 50 peserta tetapi yang bisa presensi hanya 47 orang karena yang 3 orang terkendala sinyal dan jaringan.

Materi workshop yang di berikan selama 4 hari di awali dan diakhiri dengan materi HIT masing-masing team pemateri yang terdiri dari team Pengembangan model blended PjBL, materi Lingkungan mengenai keragaman spesies dan mikroorganisme endofit.

sementara untuk materi pengembangan model Blended Project-Based Learning ada di hari ke-2,3 dan 4. Untuk LKM Blended Project-Based Learning ada di hari ke 2 bersama dengan materi lingkungan yang keragaman spesies

Era digital abad 21 menuntut adanya perubahan di semua lini kehidupan tidak terkecuali bidang pendidikan dalam hal ini pembelajaran yang mengharuskan guru, dosen, dan peserta didiknya mampu memiliki keterampilan-keterampilan abad 21 seperti keterampilan communication, collaboration, creative thingking dan critical thingking. Pembelajaran yang diharapkan mampu mengcover keterampilan abad 21 adalah pembelajaran yang menggunakan model Blended Project-Based Learning.

Pembelajaran dengan model Blended Project- Based Learning (PjBL) membantu siswa menjadi pebelajar mandiri dalam jaringan maupun luar jaringan di era komputasi global. Siswa akan membuat hubungan yang kuat antara konsep dan fakta yang dipelajari sehingga siswa aktif bekerja untuk mencari informasi dan menghasilkan sebuah produk

(4)

pembelajaran, tidak hanya sebagai pebelajar pasif yang hanya menerima informasi. Pembelajaran dengan model pembelajaran socioscientific Blended PjBL adalah pembelajaran yang menerapkan problema yang nyata pada proses pembelajaran. Masalah yang kontekstual diterapkan pada pembelajaran merupakan problema sosial di masyarakat yang berhubungan dengan sains. Salah satu kriteria kurikulum pada pembelajaran abad 21 yakni memotivasi siswa untuk mampu mengaplikasikan materi pembelajaran ke lingkungan masyarakat (Solomon, 2001). Socioscientific memfasilitasi kondisi belajar nyata yang mempunyai peluang untuk mengembangkan kemampuan ilmiah argumentasi, mengeksplor masalah moral, mengembangkan pemahaman moral (moral reasoning), dan pemahaman reflective judgment (Zeidler, 2009).

Penerapan model pembelajaran socioscientific blended Project-Based Learning dapat melatih dan membiasakan siswa untuk peka terhadap kondisi di sekitarnya serta dapat mengaitkan teori atau konsep yang didapat dengan kondisi sosial masyarakat di sekitarnya. Kemampuan siswa dalam mengaitkan teori sains dengan masalah sosial yang terjadi di masyarakat dapat melatih siswa untuk mencari solusi pemecahan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Salah satu poin keterampilan yang dapat ditumbuh kembangkan melalui pembelajaran blended Project-Based Learning merupakan keterampilan berpikir kritis reflektif untuk menyatakan kesimpulan dan memecahkan masalah berdasarkan argumen tertentu (reflective judgment) yang mengarah tingkatan kemajuan literasi seseorang pada aspek mengumpulkan dan menelaah informasi dari berbagai data dan menjadikan dasar menyatakan keputusan yang berdasarkan fakta atau bukti nyata (Callahan, 2009; Zeidler, et.al, 2009).

Kemampuan pemecahan masalah menjadi hal yang penting untuk dapat dikembangkan bagi siswa sebagai bekal hidup di masyarakat modern abad 21.

Ketika siswa memiliki pemikiran kritis yang layak, mereka akan memiliki kemampuan pemecahan

masalah. Berpikir kritis adalah elemen penting dari penyelidikan, inovasi, dan pemecahan masalah (Thompson, 2011). Mahasiswa yang memiliki pemikiran kritis akan secara efektif dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupannya (Snyder & Snyder, 2008).

Kemampuan memecahkan masalah merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki mahasiswa di abad 21 (Adeoye, 2010; Greiff et al., 2013). Hal ini bertujuan untuk mempromosikan pengalaman baru dalam diri mahasiswa dengan mencari solusi dan memecahkan masalah. Kegiatan pemecahan masalah diintegrasikan ke proses pembelajaran (Mauke et al., 2013) sehingga membantu mahasiswa untuk membangun pengetahuan baru (Mukhopadhyay, 2013).

Pembelajaran blended Project-Based Learning dilaksanakan dengan blended secara sinkronus dan asinkronus melalui zoom meeting dan schoology.

Langkah-langkah atau sintaks PjBL dijelaskan melalui zoomeeting , prosesnya dilakukan secara mandiri sampai menghasilkan luaran yang berupa projek pembelajaran, kegiatan di diskusikan melalui schoology.

Penjelasan mengenai pembelajaran blended Project- Based Learning dilakukan dengan menggunakan platform Zoom seperti berikut:

Gambar 1. Platform Zoom meeting materi pembukaan workshop

(5)

Gambar 2. Platform Zoom meeting untuk kegiatan workshop

Pembelajaran berbasis proyek seperti Project-Based Learning biasanya dilakukan secara langsung atau luring, tetapi dengan adanya pandemi yang mengubah semua lini kehidupan sehingga pembelajaran diubah menjadi daring membuat guru-guru berfkir lebih keras untuk menentukan model pembelajaran yang sesuai. Model Project-Based Learning yang dikembangkan menjadi blended Project-Based Learning merupakan solusi untuk membantu guru-guru dalam pembelajaran yang mengarah pada pembelajaran abad 21.

Penggunaan Blended yang meliputi kegiatan sinkronus dan asinkronus serta tugas mandiri di kemas dalam platform zoom, schoology dan LKM digital. Platform schoology di pilih karena mudah dan interaktif dalam penggunaanya terutama untuk materi-materi IPA (Biologi) yang banyak menggunakan bahasa ilmiah dan unjuk kerja. Praktikum hari ke-2 ada tiga kegiatan dimana salah satunya adalah model pembelajaran blended Project-Based Learning.

Gambar 3. Platform Schoology untuk kegiatan workshop

Gambar 4. Platform Schoology untuk file materi pembelajaran blended Project-Based Learning.

Model pembelajaran blended Project-Based Learning memiliki keunggulan dan manfaat yang sangat penting bagi siswa. namun model pembelajaran Project Based Learning jarang dipilih oleh guru, karena memang dalam praktiknya memerlukan persiapan yang cukup dan waktu lama. Model Pembelajaran Project based learning adalah model yang bertujuan untuk memfokuskan siswa pada masalah-masalah yang kompleks dimana diperlukan kegiatan investigasi, memahami suatu pelajaran juga melalui investigasi, selain itu model ini juga bertujuan untuk membimbing siswa untuk melakukan proyek kolaborasi atau eksperimen secara kolaboratif, hal ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali materi melalui berbagai cara yang bermakna bagi dirinya.

Karakteristik model pembelajaran Project based learning (PjBL) yaitu: 1) siswa membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja; 2) terdapat tantangan atau permasalahan yang dijukan kepada siswa; 3) siswa

(6)

membuat desain proses untuk menemukan solusi dari permasalahan atau tantangan yang diajukan; 4) dalam memecahkan masalah, siswa secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi; 5) proses evaluasi dilaksanakan secara berkelanjutan; 6) siswa secara berkala melakukan refleksi dari ativitas yang telah dijalankan; 7) produk akhir dari ativitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; 8) situasi pembelajaran sangat toleran terhadap perubahan dan kesalahan yang terjadi.

Model pembelajaran blended Project based learning di tunjang dengan pendekatan Socio-scientific Issue yang bertujuan untuk merangsang dan mendukung pengembangan intelektual individu dalam etika, moral dan kesadaran akan saling ketergantungan antara masyarakat dan sains. Pengetahuan dan pemahaman tentang keterkaitan antara sains, teknologi, masyarakat, dan lingkungan merupakan komponen utama dalam pengembangan literasi sains. Manfaat dari pembelajaran Socio-scientific Issue, yaitu: 1) menumbuhkan kesadaran pada siswa tentang sains sehingga mampu menerapkan pengetahuan yang berdasarkan bukti dalam kehidupan sehari-hari; 2) siswa mampu melaukan refleksi hasil dari penalaran mereka sehingga terbentuk kesadaran social; 3) meningkatkan kemampuan berargumentasi dalam proses berpikir ilmiah terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat; 4) meningkatkan kemampuan berpikir kritis yang terdiri dari menganalisis, menyimpulkan, memberikan penjelasan, melaukan evaluasi, melaukan interpretasi dan melakukan self regulation. Socio- scientific Issue dapat ditemukan di dalam kehidupan dalam konteks permasalahan global dalam kehidupan sehari-hari (Lathifah & Susilo, 2015). Agar dapat merancang pembelajaran berbasis isu-isu sosiosaintifik maka guru harus memiliki pengetahuan yang memadai terhadap materi sains dan pertimbangan- pertimbangan sosial yang terdapat dalam isu-isu tersebut.

Pemahaman mengenai model pembelajaran blended projek based learning dilanjutkan dengan diskusi

yang juga menggunakan schoology dan whatshapp group.

Untuk memperdalam pemahaman penggunaan model Pjbl dengan pendekatan Socio-scientific Issue di contohkan di dalam pelatihan mengenai kontroversi penggunaan MSG yang didiskusikan di schoology. LKM yang dikerjakan dianalisis dan di diskusikan di ruang diskusi sebagai berikut:

Gambar 5. Forum diskusi dan klarifikasi di schoology Ruang diskusi dapat digunakan untuk klarifikasi materi blended projek based learning yang telah dilaksanakan. Di beri waktu diskusi dari jam 15.00 – 17.00 WIB. Jika memungkinkan maka klarifikasi juga dapat dilaksanakan melalui zoom atau cukup menggunakan schoology dan whatshapp group saja.

Tugas LKP dikerjakan setelah klarifikasi dan di beri waktu sampai kegiatan workshop berakhir pada 24 Agustus 2021. Tugas LKP juga dapat dikumpulkan memalui ruang assigment di schoology

(7)

Gambar 6. Pengumpulan tugas LKP di schoology Kendala utama yang dihadapi oleh peserta adalah jaringan dan sinyal yang kadang tidak mendukung untuk melaksanakan pembelajaran secara sinkronus meskipun terbantu dengan kegiatan LKM mandiri tetapi peserta masih kekurangan waktu dalam membahas hasil LKM secara detail. Peserta nampak antusias menanyakan penggunaan model blended projek based learning yang bisa diaplikan ke materi apa saja di IPA (Biologi). Bahkan ketika klarifikasi sudah habis waktunya peserta masih menanyakan tentang manfaat pengembangan model ini di SMP/MTS yang diorientasikan ke Higer Order Thinking Skill (HOTS) khususnya yang critical thinking dan pemecahan masalah.

KESIMPULAN

Pembelajaran Blended Projek Based Learning (PjBL) sangat di butuhkan dalam pembelajaran IPA di sekolah menengah baik tingkat SMP/MTS maupun SMA karena mampu menyelesaikan masalah dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

REFERENSI

Afriana, Jaka. 2015. Project Based Learning (PjBL).

Makalah untuk Tugas Mata Kuliah Pembelajaran IPA Terpadu. Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Anagun, Sengul S. & M. Ozden. 2010. Teacher Candidates’ Perceptions Regarding Socio- scientific issues and Their Competencies in Using Socioscientific issues in Science and

Technology Instruction. Journal of Procedia Social and Behavioral Science. Vol 9: 981- 985.

Brookhart, S. 2010. How to Assess Higher-Order

Thinking Skills in Your

Classroom.Alexandria, VA: ASCD.

Choy, S. C. & Cheah, P. K. 2009. Teacher Perceptions of Critical Thinking Among Students and its Influence on Higher Education.

International Journal of Teaching and Learning in Higher Education, 20 (2): 198-

206, (Online),

(http://www.istl.org/ijtlhe/), diakses 9 Juni 2016.

Lathifah, Anis Samrotul & Susiolo, Herawati. 2015.

Penerapan Pembelajaran Socioscientific Issues Melalui Metode Simposium Berbasis Lesson Study Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pada Mata Kuliah Biologi Umum.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015. Universitas Muhammadiyah Malang.

Lestari, Tutik. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Dasar menyajikan Contoh- Contoh Ilustrasi dengan Model Pembelajaran Project Based Learning dan Metode Pembelajaran Demonstrasi Bagi Siswa Kelas XI Multimedia SMK Muhammadiyah Wonosari. Skripsi. Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Yogyakarta.

Napitupulu, S., Manalu, D. B., & Siahaan, S. 2019.

Scientific approach-based Englishlearning strategy (SABELS). Stanisław Juszczyk, 41.

Rahayu, Sri. 2019. Socioscientific Issues : Manfaatnya dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Sains, Nature of Science (NOS) dan Higher Order Thinking Skills (HOTS). Unesa:

Materi Seminar Nasional Pendidikan IPA UNESA, 26 Oktober 2019.

Samanci, N. K. 2015. A Study on the Link between Moral Judgment Competences and Critical Thinking Skills, (Online Journal) 10 (2): 135- 143, (http://files.eric.ed.gov), diakses tanggal 4 September 2018.

Zeidler, D.L., et.al. 2005. Beyond STS: A ResearchBased Framework for Socioscientific Issues Education. Journal of Science Education. Vol 89 (3):

Gambar

Gambar 1. Platform Zoom meeting materi  pembukaan workshop
Gambar 4. Platform Schoology untuk file materi  pembelajaran blended Project-Based Learning
Gambar 5. Forum diskusi dan klarifikasi di schoology   Ruang  diskusi  dapat  digunakan  untuk  klarifikasi  materi  blended  projek  based  learning  yang  telah  dilaksanakan
Gambar 6. Pengumpulan tugas LKP di schoology  Kendala  utama  yang  dihadapi  oleh  peserta  adalah  jaringan  dan  sinyal  yang  kadang  tidak  mendukung  untuk  melaksanakan  pembelajaran  secara  sinkronus  meskipun  terbantu  dengan  kegiatan  LKM  man

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengaturan mengenai sanksi bagi pelaku perdagangan satwa yang dilindungi terdapat pada Pasal 40

[r]

Jika dengan tes pinprick level bloknya lebih rendah dari T10, pasien akan secara acak ditempatkan di antara dua grup sampai 20 pasien tercapai pada setiap grup: posisi

[r]

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis berusaha mengkaji dan menganalisa masalah tersebut dengan menulisnya dalam bentuk skripsi yang berjudul: “ANALISIS

Pendaftaran dan pengambl{an Dokumen Kualifikasi dapat diwakilkan dengan membawa surat tugas dari direKur utama/pimpinan perusahaan/kepala cabang. dan kaftu

Catatan Pinggir Majalah Tempo: Suatu Tinjauan Semantik Diction and. language of Style The Rubric Of Catatan Pinggir Tempo

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta evaluasi formulir isian kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan