21 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Majelis Ulama Indonesia
1. Pengertian Majelis Ulama Indonesia
Majelis Ulama Indonesia atau MUI merupakan lembaga swadaya yang mewadahi para ulama, cedekiawan, pemimpin islam yang berada di negara Indonesia. Yang bertujuan untuk mengayomi dan menjaga umat, selain itu juga merupakan wadah untuk silaturahmi yang meneggakkan ukhuwah insaniyah, ukhuwah islamiyah serta ukhuwah wathaniyah untuk mewujukan kehidupan negara yang aman, damai, harmonis serta sejahtera. Dari sisi kelembagaan, Majelis Ulama Indonesia termasuk dalam ranah infrastruktur politik. Infrastruktur politik itu sendiri merupakan kumpulan institusi yang ada dalam masyarakat. Merupakan pusat masyarakat dan jantung kehidupan sosial budaya masyarakat.
Infrastruktur berorientasi lebih kepada ruang untuk memberdayakan masyarakat sehingga aksinya hanya bisa dilihat dari kedalaman masyarakat.
Karena Majelis Ulama Indonesia adalah organisasi cendekiawan Islam yang misi dan fungsinya adalah pemberdayaan masyarakat/Muslim. Artinya Majelis Ulama Indonesia adalah organisasi yang eksis di masyarakat, dan bukan merupakan organisasi milik negara
22
atau perwakilan negara. Ini juga berarti bahwa Fatwa Majelis Ulama Indonesia bukanlah hukum negara berdaulat yang dapat dipaksakan kepada setiap orang. Fatwa Majelis Ulama Indonesia juga tidak memiliki sanksi dan tidak wajib diikuti oleh semua warga negara. Sebagai kekuatan sosial politik yang ada dalam infrastruktur administrasi, Fatwa Majelis Ulama Indonesia hanya terikat dan dipatuhi oleh umat Islam yang merasa terikat dengan Majelis Ulama Indonesia itu sendiri. Artinya dalam prakteknya legalitas fatwa Majelis Ulama Indonesia tidak bisa dan cenderung memaksa untuk diikuti oleh seluruh umat Islam.
Selanjutnya berlaku dan wajib ditaati oleh seluruh warga negara Indonesia.
Dalam menjalankan tugasnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) melakukan upaya pendekatan proaktif, responsive serta reventif.1 Hadirnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Indonesia ini dapat meminimalisirkan konflik syari’at serta menjadi wadah untuk menegakkan syariat agama islam di antara masyarakat islam Indonesia.
Dimana syariat islam ini bukan hanya menyangkut akidah serta akhlak namun juga mengenai hubungan manusia dengan sesama manusia, manusia dengan alam serta manusia dengan tuhan. Tanpa adanya suatu lembaga yang mengayomi hal-hal tersebut akan sulit untuk ditegakkan, maka dengan adanya Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini menjadi diharapkan dapat menegakkan syariat-syariat tersebut di masyarakat
1Taufiq, Muhammad. Sejarah MUI. https://www.academia.edu/11707091/Sejarah_MUI diakses pada Sabtu, 18 Desember 2021
23
Indonesia. Majelis Ulama Indonesia (MUI) memiliki tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas, aman, damai, adil, serta makmur. Untuk mencapai tujuannya Majelis Ulama Indonesia (MUI) melakukan beberapa usaha diantaranya membimbing serta menuntun pemeluk agama islam di Indonesia menuju kearah yang lebih baik, merumuskan kebijakan dakwah kepada umat islam, memberikan fatwa serta nasehat, merumuskan pola hubungan antar sesama umat, serta menjadi penghubung antara umat dengan para ulama.2
2. Sejarah Majelis Ulama Indonesia
Majelis Ulama Indonesia atau MUI didirikan 30 tahun setelah merdekanya Negara Indonesia. di Jakarta pada tanggal 7 Rajab 1395 Hijriah atau 26 Juli 1975. MUI didirikan dengan tujuan supaya dapat membimbing, membina, dan mengayomi seluruh rakyat Indonesia yang beragam islam. Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini berdiri karena hasil permusyawarahan antara para ulama, pemimpin dan cendekiawan islam dari segala penjuru negara. Dari musyawarah tersebut dihasilkan kesepakatan untuk membentuk sebuah lembaga guna mewadahi ulama, cedekiawan, dan pemimpin yang beragama islam. Kesepakatan ini tertuang didalam “Piagam Berdirinya MUI” yang ditanda tangani oleh
2 Ade Septian dan Ahmad Mukri Aji. 2016. Kewenangan LPPOM MUI Pasca Pemberlakukan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Jaminan Produk Halal. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah:Jakarta. journal.uinjkt.ac.id
24
seluruh peserta musyawarah yang ada, lalu kesepatakan tersebut disebut dengan Musyawarah Nasional Ulama Indonesia. 3
MUI berdiri atas hasil dari musyawarah para ulama, cendekiawan dan zu’ama yang datang dari berbagai penjuru tanah air. Terdapat 26 orang ulama yang mewakili 26 Provinsi di Indonesia 10 orang ulama yang merupakan unsur dari Organisasi Masyarakat Islam tingkat pusat, yaitu, NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti. Al Washliyah, Math’laul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan al Ittihadiyyah, 4 orang ulama dari Dinas Rohani Islam, AD, AU, AL dan POLRI serta 13 orang tokoh/cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan.4
Keberagaman umat islam di Indonesia, perbedaan pemikirian, aliran serta aspirasi politik mendatangkan kelemahan dan bahkan menjadi sumber pertengkaran antara umat islam di Indonesia.5 Sehingga menyebabkan banyaknya perpecahan umat islam di Indonesia, karena itu MUI dirasa sangat dibutuhkan sebagai organisasi islam yang memimpin dan menyatukan umat islam di Indonesia demi menciptakan persatuan dan kesatuan umat islam. Selama berdirinya MUI di Indonesia selalu berusaha untuk membimbing dan menuntun umat islam untuk mewujudkan kehidupan beragama yang bersatu.
3. Fungsi, Tugas, Serta Wewenang Majelis Ulama Indonesia
3 Majelis Ulama Indonesia “Sejarah Berdirinya MUI” https://mui.or.id/sejarah-mui/ (diakses pada Selasa 15 Juni 2021 pukul 12.00)
4 Taufiq, Muhammad. Sejarah MUI. https://www.academia.edu/11707091/Sejarah_MUI diakses pada Sabtu, 18 Desember 2021
5 Taufiq, Muhammad. Sejarah MUI. https://www.academia.edu/11707091/Sejarah_MUI diakses pada Sabtu, 18 Desember 2021 Pukul 14.03 WIB
25
1. Fungsi dan Tugas Majelis Ulama Indonesia a. Fungsi Majelis Ulama Indonesia (MUI)
(1) Wadah untuk melakukan musyawarah para ulamavdan cendekiawan muslim yang ditujukan untuk mengayomi umat muslim di Indonesia dan mengembangkan kehidupan yang Islami.
(2) Memiliki fungsi sebagai tempat untuk silaturahmi para ulama, serta cendekiawan muslim untuk melaksanakan pengembangan serta pengamalan ajaran Islam serta menggalang ukhuwah Islamiyah.
(3) Memiliki fungsi sebagai wadah yang mewakili umat muslim dalam berhubungan serta konsultasi antarumat beragama.
(4) Memiliki fungsi sebagai pemberi fatwa atau keputusan kepada umat Islam dan pemerintah, baik fatwa itu diminta maupun tidak diminta.
b. Tugas Majelis Ulama Indonesia (MUI)
(1) Sebagai pengawal umat Islam di Indonesia.
(2) Sebagai pemberi edukasi serta pembimbing umat muslim di Indonesia.
(3) Sebagai pemberi solusi atas masalah keagamaan yang terjadi di Indonesia.
(4) Sebagai perumus konsep pendidikan Islam di Indonesia.
26
(5) Sebagai pelaksana kerja sama dengan organisasi keagamaan.6
c. Wewenang Majelis Ulama Indonesia
Majelis Ulama Indonesia (MUI) memiliki wewenang untuk melakukan pengkajian terhadap hasil pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan produk serta memiliki wewenang dalam pelaksanaan sidang fatwa dalam perkara yang membutuhkan fatwa dari Majelis Ulama Indonesia seperti kehalalan produk pangan di Indoonesia.7
B. Tinjauan Tentang Seritifikat Produk Pangan Halal
1. Pengertian Seritifikat Produk Pangan Halal
Sertifikat halal adalah fatwa tertulis yang diterbitkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk produk yang telah dinyatakan halal setelah melalui proses sertifikasi halal Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang telah sesuai dengan syariat atau aturan agama islam. Sertifikat ini merupakan syarat dalam pencantuman label halal dikemasan produk pangan yang beredar dimasyarakat. Sertifikat halal ini merupakan produk yang diterbitkan oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetik
6https://www.uraiantugas.com/2017/02/tujuan-fungsi-dan-tugas-
mui.html#:~:text=Tujuan%20Fungsi%20Dan%20Tugas%20MUI.%20Majelis%20Ulama%20Indo nesia,Indonesia%20untuk%20membimbing%2C%20membina%20dan%20mengayomi%20kaum
%20muslimin. Diakses pada Minggu 19 Desember 2021 Pkul 20.30 WIB
7 LPPOM MUI. 2020. Sejarah Perundang-Undangan Pelayanan Sertifikasi Halal di Indonesia.
LPPOM MUI | Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (halalmui.org) diakses pada Sabtu, 18 Desember 2021. Pukul 14.07 WIB
27
(LPPOM MUI) yang melalui proses sidang dari Komisi Fatwa yang sebelumnya telah diaudit oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetik (LPPOM MUI) terlebih dahulu.8
Produk halal yang telah memenuhi persyaratan kehalalan yang telah tentukan oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetik (LPPOM MUI), yaitu :
a. Tidak terdapat kandungan babi mulai dari bahan hingga proses produksi.
b. Seluruh bahan hingga proses produksi berasal dari tata cara syariat islam.
c. Semua tempat produksi hingga transportasi tidak mengandung babi.
Jika pernah digunakan untuk bahan yang tidak halal harus dibersihkan terlebih dahulu sesuai dengan syariat islam.
d. Semua produk pangan tidak mengandung khamar.9 2. Sejarah Seritifikat Produk Pangan Halal
Sebelum sertifikasi halal dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 1989, pemberian label halal telah dilakukan terlebih dahulu oleh Kementerian Kesehatan sejak tahhun 1976. Pada tahun 1976 setiap produsen wajib memberikan identitas jika pangan yang mereka edarkan
8 LPPOM MUI. 2020. Sejarah Perundang-Undangan Pelayanan Sertifikasi Halal di Indonesia.
LPPOM MUI | Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (halalmui.org) diakses pada Sabtu, 18 Desember 2021. Pukul 14.07 WIB
9 Sudut Hukum. 2015. Pengertian Sertifikasi Halal. Pengertian Sertifikasi Halal – suduthukum.com Diakses pada Minggu, 19 Desember 2021 Pukul 18.09
28
mengandung babi.10 Jaminan produk halal pada saat ini merupakan hal yang sangat dibutuhkan di dunia bisnis Indonesia terutama dalam penyebaran produk pangan. Karena di Indonesia jumlah umat islam adalah mayoritas. Sehingga sangatlah penting penjaminan produk halal yang beredar dimasyarakat.
Pada era 80-90an terdapat penemuan dai hasil penelitian seorang profesor dari Universitas Brawijaya yang menemukan produk pangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas yang mengandung babi.
Dengan adanya penelitian ini membuat masyarakat yang terutama umat islam menjadi panik. Sehingga menyebabkan turunnya omzet dari para pelaku industri di Indonesia. Hal ini yang memicu kesadaran umat islam di Indonesia mengenai pentingnya jaminan kehalalan produk pangan yang beredar dimasyarakat. Melihat kondisi seperti ini membuat Majelis Ulama Indonesia (MUI) berinisiatif untuk segera mengatasi hal yang meresahkan masyarakat yang khususnya umat islam. Dari hasil pembahasan ini Majelis Ulama Indonesia mendirikan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Konsmetika Ulama Indonesia (LPPOM MUI) yang bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap produk pangan yang beredar dimasyarakat, dari hasil pengawasan ini yang menjadi dasar untuk menerbitkan sertifikat kehalalan produk pangan.11
10 Faridah, Hayyun Durrotul. 2019. “Sertifikasi Halal Di Indonesia: Sejarah, Perkembangan, Dan Implementasi”. Surabaya: Pusat Riset dan Pengembangan Produk Halal, Universitas Airlangga
11 Ahmad Baiquni. 2018. “Sejarah Sertifikasi Halal Indonesia” Sejarah `Sertifikasi Halal`
Indonesia | Dream.co.id diakses pada Minggu 19 Desember Pukul 19.04 WIB
29
Setelah dilaksanakan sertifikasi dan telah dinyatakan produk tersebut terbebas dari bahan yang tidak halal maka akan diterbitkan sertifikat halal oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Majelis Ulama Indonesia (MUI) sifat hanya memberikan keputusan mengenai kehalalan produk untuk mencantumkan logo halal serta nomor sertifikat halal saja pada kemasan produk pangan. Namun dalam pencantuman logo halal serta nomor sertifikat halal ini merupakan kewenangan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sehingga produsen dapat melampirkan sertifikat kehalalan produk yang diberi oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada saat pengajuan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Labeling Halal merupakan pencantuman logo halal pada kemasan produk pangan. Label ini digunakan untuk memberi tahu masyarakat muslim bahwa produk tersebut adalah produk halal. Otoritas perizinan yang meliputi label halal merupakan kewenangan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sertifikasi dan pelabelan adalah dua hal yang terkait. Sertifikat halal yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) merupakan persyaratan untuk memiliki logo atau label halal pada produk. 12
3. Syarat Mendapatkan Seritifikat Produk Pangan Halal
Dalam melakukan pendaftaran Sertifikat Produk Pangan Halal terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh para produsen, diantaranya:
12 Faridah, Hayyun Durrotul. 2019. “Sertifikasi Halal Di Indonesia: Sejarah, Perkembangan, Dan Implementasi”. Surabaya: Pusat Riset dan Pengembangan Produk Halal, Universitas Airlangga
30
a. Menerapkan sistem jaminan halal (HAS 2300)
Sistem jaminan halal merupakan sistem yang memberikan jaminan kehalalan suatu produk yang diberikan kepada pelaku usaha, sistem ini telah disertifikasi oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat- Obatan dan Kosmetika (LPPOM MUI) . Pemahaman mengenai kehalalan harus dipahami oleh seluruh unsur dari perusahaan mulai dari pemiliki usaha hingga pelaksana usaha. Pelaku usaha harus berkomitmen penuh dalam menerapkan Sistem Jaminan Halal sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Kosmetika (LPPOM MUI) .
b. Produk tidak mengandung bahan haram
Produk pangan yang didaftarkan untuk sertifikasi halal tidak diperbolehkan mengandung bahan haram dan najis, seperti babi, alkohol, dan yang telah diharamkan menurut syariat Islam.
c. Produk daging hewan yang disembelih dengan mengucapkan nama Allah atau sesuai dengan syariat islam
Produk pangan yang berasal dari hewan tidak diperbolehkan mengandung bahan dari hewan haram seperti cara pemotongan yang tidak sesuai dengan syariat islam, seperti :
1) Saat menyembelih hewan harus mengucapkan menyebut nama Allah,
2) yang menyembelih harulah orang islam,
3) pisau yang digunakan untuk menyembelih haruslah tajam
31
4) dalam menyembelih dilakukan dari pangkal leher hewan dengan memutuskan saluran nafas dan dua urat leher hewan yang disembelih.
5) Pada saat menyembelih disunnahkan menghadap ke arah kiblat dan disunnahkan juga untuk membaca shalawat kepada Rasulullah SAW.
6) Orang yang menyembelih harulah memiliki pengetahuan mengenai cara menyembelih dan kehalalan hewan yang disembelih
7) Penyembelihan harus dilakukan dengan bersih dan higienis serta menjaga kebersihan lingkungan.13
d. Memiliki tim penyelia halal
Pelaku usaha harus memiliki pegawai yang ahli dalam memastikan pelaksanaan sistem jaminan halal telah dijalankan dengan benar dan konsisten diperusahaan pelaku usaha.
4. Alur Proses Pendaftaran dan Penerbitan Sertifikat Produk Pangan Halal a. Alur mekanisme pendaftaran Sertifikat Produk Pangan Halal melalui
BPJPH terdapat beberapa tahap yaitu :
1) Pelaku usaha mendaftarkan produk dan melampirkan berkas persyaratan;
2) Badan Pelaksanaan Jaminan Produk Halal akan meneliti persyaratan yang telah dilampirkan;
13 Windaru Fitria Rini. 2019. “Penyembelihan Hewan Yang Halal”
https://distanak.beraukab.go.id/Artikel/artikel_detail/penyembelihan-hewan-yang-halal diakses pada Senin, 20 Desember 2021 Pukul 14.09
32
3) Pelaksanaan audit serta pemeriksaan produk,
4) Menyerahkan hasil pemeriksaan kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk dikeluarkan fatwa; dan
5) Mengeluarkan sertifikat halal jika sudah lolos audit.14
b. Alur mekanisme pendaftaran Sertifikat Produk Pangan Halal melalui BPJPH terdapat beberapa tahap yaitu :
1) Pelaku usaha mempersiapkan segala kelengkapan dokumen, 2) Verifikasi dokumen oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-
Obatan dan Kosmetika (LPPOM MUI),
3) Melakukan audit yang dilakukan oleh auditor Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Kosmetika (LPPOM MUI), 4) MUI mengkaji dan menetapkan kehalalan produk,
5) Penerbitan sertifikat halal.15
5. Kegunaan atau Manfaat Sertifikat Produk Pangan Halal
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 mengatur tentang hak-hak konsumen. Pasal 4 huruf a mengatur hak konsumen atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Terkait pasal 4 huruf a, konsumen muslim berhak menggunakan produk yang menghadirkan rasa aman, nyaman dan tentram.
Oleh karena itu, para pelaku usaha memperdagangkan suatu produk untuk
14 Windaru Fitria Rini. 2019. “Penyembelihan Hewan Yang Halal”
https://distanak.beraukab.go.id/Artikel/artikel_detail/penyembelihan-hewan-yang-halal diakses pada Senin, 20 Desember 2021 Pukul 14.09
15 Windaru Fitria Rini. 2019. “Penyembelihan Hewan Yang Halal”
https://distanak.beraukab.go.id/Artikel/artikel_detail/penyembelihan-hewan-yang-halal diakses pada Senin, 20 Desember 2021 Pukul 14.09
33
memberikan rasa aman, nyaman dan tentram, para pelaku usaha wajib mengajukan permohonan sertifikat halal melalui LPOM MUI untuk mendapatkan sertifikat halal kemudian membubuhkan logo halal pada produk tersebut. Selain itu, pasal 4(c) Undang-Undang Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999 mengatur bahwa konsumen berhak memperoleh informasi yang akurat, jelas, dan benar tentang keadaan barang dan/atau jasa. Mengacu pada pasal 4 huruf c, untuk perlindungan konsumen muslim terhadap produk yang tidak halal, badan usaha yang memproduksi barang dan/atau jasa yang dimaksudkan untuk diperdagangkan wajib memberikan informasi yang jelas dan benar yang menunjukkan bahwa produk tersebut dipasarkan sebagai produk halal.
dengan mencantumkan Logo Sertifikasi Halal MUI. . Tujuan dari logo sertifikasi halal MUI adalah untuk memberikan perlindungan hukum dan kokoh bagi hak-hak konsumen muslim terhadap produk non-halal.
Mencegah konsumen muslim mengkonsumsi produk yang tidak halal.16 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan, pedagang wajib mencantumkan lambang halal yang diperoleh melalui Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Kosmetika (LPPOM MUI) sebelum produk dipasarkan, tujuannya untuk melindungi dan menjamin kepastian hukum hak-hak konsumen konsumen atas produk yang tidak halal. Logo halal menguntungkan konsumen muslim karena
16 Syafrida. “Sertifikat Halal Pada Produk Makanan Dan Minuman Memberi Perlindungan Dan Kepastian Hukum Hak-Hak Konsumen Muslim”. Sertifikat Halal Pada Produk Makanan Dan Minuman Memberi Perlindungan Dan Kepastian Hukum Hak-Hak Konsumen Muslim | Syafrida | ADIL: Jurnal Hukum (yarsi.ac.id) Diakses pada Senin, 20 Desember 22.09 WIB
34
menghindari produk yang tidak halal. Tujuan pencantuman simbol Halal pada produk makanan dan minuman adalah untuk melindungi kepentingan konsumen muslim terhadap produk non-Halal. Memberikan kepastian hukum kepada konsumen muslim bahwa produk makanan dan minuman memang halal menurut syariat Islam. Konsumen muslim tidak akan ragu untuk membeli produk makanan dan minuman karena pada kemasan produk makanan dan minuman tersebut tertera simbol halal dan menghalangi konsumen muslim untuk membeli produk yang tidak halal.
C. Tinjauan tentang Lembaga Pengakajian Pangan, Obat dan Kosmetik
1. Pengertian Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Kosmetika (LPPOM MUI)
LPPOM MUI atau biasa dikenal dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetik Majelis Ulama Indonesia merupakan lembaga independen di bawah naungan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang bertanggung jawab melaksanakan sertifikasi halal mulai dari pendaftaran hingga pembuatan laporan kehalalan produk pangan.
Lembaga Pengkajian Pangan, Obat, dan Kosmetik (LPPOM MUI) melakukan penelitian, penyelidikan dan pengambilan keputusan tentang tingkat keparahan makanan, obat-obatan yang didistribusikan dan dikonsumsi oleh masyarakat Muslim Indonesia. Untuk meningkatkan misi dan fungsi Lembaga Pengkajian Pangan, Obat, dan Kosmetik (LPPOM MUI) dalam memperoleh sertifikasi halal, pada tahun 1996
35
telah ditandatangani Nota Kesepahaman antara Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Nota Kesepahaman diterbitkan Menteri Agama (KMA) 518 Tahun 2001 dan Menteri Agama (KMA) 519 Tahun 2001, memantapkan peran Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai otoritas yang mengesahkan halal dan melakukan pemeriksaan atau pengkajian, mengatur fatwa dan sertifikasi halal.
LPPOM MUI menjadi Lembaga Sertifikasi Halal Pertama dan Terpercaya di Indonesia serta menunjukkan eksistensinya sebagai lembaga sertifikasi halal yang kredibel, baik di tingkat nasional maupun internasional. Pada Tahun 2017 dan 2018 LPPOM MUI memperoleh Sertifikat Akreditasi SNI ISO / IEC 17025 : 2008 untuk Laboratorium Halal dan SNI ISO / IEC 17065 : 2012 dan DPLS 21 untuk Lembaga Sertifikasi Halal dari Komite Akreditasi Nasional (KAN). Standar ini tidak hanya diakui di Indonesia, namun juga diakui oleh Badan Akreditasi Uni Emirat Timur Tengah atau ESMA.17
2. Sejarah LPPOM
Untuk menjamin terlindungnya konsumen khususnya konsumen yang beragama islam terhadap produk pangan, perkembangan sertifikasi halal di Indonesia dikarenakan merebaknya kasus lemak pada tahun 1988 yang berasal dari penelitian dari Universitas Brawijaya Malang yang
17 LPPOM MUI. 2019. FAQ Sertifikasi Halal. https://www.halalmui.org/mui14/main/page/faq- sertifikasi-halal diakses pada Sabtu, 18 Desember 2021. Pukul 14.07 WIB
36
menghebohkan umat Islam.18 Sehingga dalam pembentukan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat, dan Kosmetik (LPPOM MUI) berdasarkan mandat dari Pemerintah agar Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan aktif dalam meredakan kasus terdapatnya lemak babi dalam makakanan di Indonesia pada tahun 1988. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat, dan Kosmetik (LPPOM MUI) didirikan pada tanggal 6 Januari 1989 untuk melakukan pemeriksaan dan sertifikasi halal. Pada tahun 1996 telah ditanda tangani Nota Kerjasama antara Departemen Agama, Departemen Kesehatan dan Majelis Ulama Indonesia dan disusul dengan penerbitan Keputusan Menteri Agama 518 Tahun 2001 dan Keputusan Menteri Agama 519 Tahun 2001 yang menguatkan MUI sebagai lembaga sertifikasi halal serta melakukan pemeriksaan audit penetapan fatwa dan menerbitkan sertifikat halal. Dalam menjalankan fungsinya Lembaga Pengkajian Pangan, Obat, dan Kosmetik (LPPOM MUI) melakukan pengkajian dan pemeriksaan terhadap produk pangan yang akan disertifikasi. Setelah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan akan dilakukan pembahasan terhadap produk yang akan di sertifikasi dan keputusan akan dibuat oleh Komisi Fatwa dan keputusan tersebut akan dituangkan dalam Sertifikat Halal Majelis Ulama Indonesia (MUI).19
18 Ade Septian dan Ahmad Mukri Aji. 2016. Kewenangan LPPOM MUI Pasca Pemberlakukan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Jaminan Produk Halal. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah:Jakarta. journal.uinjkt.ac.id
19 LPPOM MUI. 2019. FAQ Sertifikasi Halal. https://www.halalmui.org/mui14/main/page/faq- sertifikasi-halal diakses pada Sabtu, 18 Desember 2021. Pukul 14.07 WIB
37
3. Tugas, Fungsi Serta Wewenang Lembaga Pengakajian Pangan, Obat dan Kosmetik
a. Tugas dan Fungsi Lembaga Pengakajian Pangan, Obat dan Kosmetik
. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat, dan Kosmetik (LPPOM MUI) adalah lembaga yang dimana didirikan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Untuk menjalankan tugas dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam menjaga kenyamanan masyarakat islam di Indonesia dalam mengkonsumsi makanan yang jelas kehalalannya.
Maka dari itu tugas dari lppom sangat penting dikarena LPPOM harus melakukan kajian yang dimana harus sesuai dengan bidangnya dalam memberikan masukan bagi MUI untuk memutuskan kehalalan dari suatu produk. Sehingga tugas dari LPPOM MUI dalam hal melakukan penelitian. Penelitian yang dilakukan lppom tersebut berbentuk audit terhadap suatu produk yang halal yang dimana LPPOM wajib melaporkan hasilnya kepada pihak Komisi Fatwa MUI untuk menjadi dasar atas penetapan fatwa halal suatu produk.
Jadi sudah jelas bahwa tugas LPPOM MUI adalah melakukan penelitian dalam bentuk audit yang laporan tersebut dilaporkan ke pihak badan fatwa. Jadi LPPOM bukan merupakan badan fatwa.20
Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan, dan Kosmetika (LPPOM MUI) didirikan atas Keputusan Majelis Ulama Indonesia
20 LPPOM MUI. Sejarah LPPOM MUI – Lppom MUI Sumut (halalsumut.org) diakses pada Senin, 20 Desember 2021
38
Nomor: 018/MUI/1989 tanggal 6 Januari 1989 M/26 Jumadil Awal 1409 H. Adapun tugasnya sebagai berikut:
a. Mengadakan inventarisasi, klasifikasi, serta pengkajian terhadap produk makanan yang tersebar pada masyarakat;
b. Mengkaji serta menyusun konsep yang berkaitan menggunakan upaya menghasilkan dan memperjual belikan suatu produk, pengunaan produk pangan yang sesuai dengan ajaran syariat Islam;
c. Mengkaji serta menyusun konsep yang berkaitan dengan peraturan tentang penyelenggaraan rumah makan, restoran, perhotelan, sajian pada pelayaran atau penerbangan, pemotongan hewan serta penggunaan berbagai macam jenis bahan bagi pengolahan produk pangan khususnya umat Islam wajib terjamin kehalalannya;
d. Menyampaikan hasil kajian serta konsep tersebut kepada Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menjadi bahan pertimbangan pada merumuskan kebijakan yang berkaitan menggunakan pengolahan, jual beli serta penggunaan produk pangan yang beredar di Indonesia;
39
e. Mengadakan banyak sekali aktivitas pada rangka menjalin kerjasama menggunakan instansi-instansi pemerintahan serta swasta.21
Dalam Surat Keputusan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Nomor: Kep.311/MUI/IX/2000, menjelaskan bahwa Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan, dan Kosmetika (LPPOM MUI) memiliki tugas diantaranya sebagai berikut:
(1) Memeriksa produk pangan yang diajukan oleh produsen untuk mendapatkan Sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia;
(2) Pemeriksaan produk pangan yang berlabel Halal pada kemasan produknya;
(3) Menyampaikan hasil penelitian secara rinci kepada Komisi Fatwa untuk dikaji secara hukum, setelah itu akan diterbitkan sertifikat halal oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI);
(4) Melaksanakan kegiatan dalam rangka kerjasama dengan organisasi pemerintah dan swasta baik dalam maupun luar negeri, serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dewan pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI).22
21 Sofan Hasan. 2014. Sertifikasi Halal Dalam Hukum Positif Regulasi dan Implementasi Di Indonesia. Yogyakarta: Aswaja Pressindo, hlm. 187-188 Dalam Sheilla Chairunnisyah, 2017.
“Peran Majelis Ulama Indonesia Dalam Menerbitkan Sertifikat Halal Pada Produk Makanan Dan
Kosmetika” Jurnal Edu Tech. Vol. 3 No. 2 Hal. 64
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/edutech/article/view/1251/pdf_45 (diakses pada: Senin, 14 Juni 2021 pukul 19.50 WIB)
22 Surat Keputusan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Nomor: Kep.311/MUI/IX/2000 dalam Iffah Karimah. 2018. “Perubahan Kewenangan Lembaga-Lembaga Yang Berwenang Dalam Proses Sertifikasi Halal”. Journal of Islamic Law Studies Vol. 1 No. 1. Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Hal 115 https://scholarhub.ui.ac.id/jils/vol1/iss1/4/ (diakses pada Sabtu, 18 September 2021 Pukul 14.53 WIB)
40
b. Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Nomor: Kep.311/MUI/IX/2000 menjelaskan bahwa Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan, dan Kosmetika (LPPOM MUI) memiliki wewenang diantaranya sebagai berikut :
1) Bersama dengan Pengurus Majelis Ulama Indonesia, melakukan pembentukan organisasi pengkajian pangan, obat dan kosmetika Majelis Ulama Daerah Indonesia;
2) Menyelenggarakan rapat nasional sekurang-kurangnya sekali dalam dua tahun;
3) Melaksanakan kegiatan dalam rangka mempromosikan makanan halal kepada umat Islam;
4) Mengundang para ahli untuk membahas masalah yang berkaitan dengan kehalalan pangan;
5) Memberikan teguran, peringatan, baik lisan maupun tertulis kepada produsen yang menyalahgunakan Sertifikat Halal yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia, termasuk yang dengan sengaja mengganti bahan produk dalam produknya dengan yang diberikan selama proses sertifikasi.23
23 Surat Keputusan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Nomor: Kep.311/MUI/IX/2000 dalam Iffah Karimah. 2015. “ Perubahan Kewenangan Lembaga-Lembaga Yang Berwenang
Dalam Proses Sertifikasi Halal” Jurnal Syariah
http://js.law.ui.ac.id/index.php/about/article/view/5/pdf diakses pada Senin, 20 Desember 2021 Pukul 22.09 WIB
41
6) Lembaga Pengakajian Pangan, Obat dan Kosmetik memiliki wewenang untuk pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan produk.24
D. Tinjauan Tentang Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
Dalam rangka untuk menarik minat investor, presiden Joko Widodo membuat perubahan terhadap peraturan-peraturan yang menjadi hambatan bagi para investor untuk berinvestasi di Indonesia. Presiden jokowi melakukan penyederhanaan terhadap beberapa peraturan perundang- undangan diantaranya undang-undang perpajakan, undang-undang cipta lapangan kerja dan undang-undang pemberdayaan usaha menengah kecil dan mikro yag menggunakan konsep Omnibus Law.25 Omnibus Law ini merupakan konsep terbaru dalam pembentukan peraturan perundang- undangan di Indonesia. Di Indonesia Omnibus Law ini juga dikenal sebagai sapu jagad karena memangkas beberapa peraturan perundang-undangan menjadi satu peraturan.26 Omnibus Law dapat melakukan perubahan serta pencabutan peraturan perundang-undangan yang telah ada sebelumnya.27
24 LPPOM MUI. 2020. Sejarah Perundang-Undangan Pelayanan Sertifikasi Halal di Indonesia.
LPPOM MUI | Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (halalmui.org) diakses pada Sabtu, 18 Desember 2021. Pukul 14.07 WIB
25 Winda Fitri, Luthfia Hidayah. 2021. “Problematika Terkait Undang-Undang Cipta Kerja Di Indonesia: Suatu Kajian Perspektif Pembentukan Perundang-undangan”. E-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Ilmu Hukum.. Vol. 4 Nomor 2 Fakultas Hukum Universitas Pendidikan Ganesha
26 Farida, M. (2021). Problematika Konsep Diskresi dalam Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan pasca Undang-Undang Cipta Kerja. Jurnal Ilmiah Hukum dan Hak Asasi Manusia, 1(1), 11-20. Dalam Winda Fitri, Luthfia Hidayah. 2021. “Problematika Terkait Undang-Undang
42
Pada tanggal 2 November 2020 Presiden Joko Widodo telah menandatangani Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Undang-Undang ini dinilai sebagai langkah awal reformasi regulasi oleh pemerintah. Pemerintah berusaha mengharmonisasikan beberapa peraturan guna memberikan ruang untuk para investor tanpa menimbulkan kerugian karena peraturan yang tumpang tindih.28 Didalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja menjelaskan bahwa Cipta Kerja merupakan upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan melalui usaha kemudahan, perlindungan, pemberdayaan koperasi serta mempercepat proyek. Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dibentuk dengan tujuan menciptakan serta meningkatkan lapangan kerja dengan memberikan kemudahan, perlindungan dan pemberdayaan terhadap koperasi, UMKM.
Menjamin warga negara untuk mendapatkan pekerjaa mendapatkan imbalan, diperlakukan dengan adil dan layak dalam pekerjaannya. Melakukan penyesuaian terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan keberpihakkan dan perlindnga bagi koperasi dan UMKM.29
Cipta Kerja Di Indonesia: Suatu Kajian Perspektif Pembentukan Perundang-undangan”. E- Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Ilmu Hukum.. Vol. 4 Nomor 2 Fakultas Hukum Universitas Pendidikan Ganesha
27 Kementrian Hukum dan HAM, RUU Cipta Kerja, https://www.kemenkumham.go.id/berita/ruu- omnibuslaw-cipta-lapangan-kerja-untuk-tingkatkan-pertumbuhan-ekonomi dalam Winda Fitri, Luthfia Hidayah. 2021. “Problematika Terkait Undang-Undang Cipta Kerja Di Indonesia: Suatu Kajian Perspektif Pembentukan Perundang-undangan”. E-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Ilmu Hukum.. Vol. 4 Nomor 2 Fakultas Hukum Universitas Pendidikan Ganesha
28 Munawar, Marzuki, Ibnu Affan. 2021. Analisis Dalam Proses Pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja Perpspektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Jurnal Ilmiah Metadata. Vol.3 No, 2 Edisi Mei. Program Pascasarjan Ilmu
Hukum Universitas Islam Sumatera
http://ejournal.steitholabulilmi.ac.id/index.php/metadata/article/view/71 diakses pada 31 Januari 2022 Pukul 19.19 WIB
29 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
43
Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja ini telah mencabut dan mengubah beberapa Undang-Undang sebelumnya, salah satunya adalah Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. Dalam upaya percepatan proyek kebijakan nasional, termasuk perubahan aturan kenyamanan, perlindungan dan pemberdayaan koperasi dan usaha kecil serta menengah (UKM), perbaikan ekosistem investasi, dan peningkatan perlindungan dan kesejahteraan pekerja sedang dilakukan keluar melalui perubahan sektor. Perlu terobosan hukum yang mampu mempercepat penciptaan karya yang belum mendukung pelaksanaan sinkronisasi, sehingga terobosan hukum yang dapat menjawab secara komprehensif berbagai persoalan multi undang-undang dalam satu undang-undang.30
Dari sekian banyak Undang-Undang yang telah dicabut dan dirubah oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja, penulis terfokuskan kepada perubahan yang terdapat Undang-Undang Nomoro 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal. Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentan Cipta Kerja ini telah mengubah kewenangan lembaga yang sebelumnya telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014, salah satunya perubahan kewenangan dari lembaga Majelis Ulama Indonesia sebagai pemberi fatwa mengenai sertifikat halal.
30 Munawar, Marzuki, Ibnu Affan. 2021. Analisis Dalam Proses Pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja Perpspektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Jurnal Ilmiah Metadata. Vol.3 No, 2 Edisi Mei. Program Pascasarjan Ilmu
Hukum Universitas Islam Sumatera
http://ejournal.steitholabulilmi.ac.id/index.php/metadata/article/view/71 diakses pada 31 Januari 2022 Pukul 19.19 WIB