• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu organisasi perusahaan yang baik diperlukan beberapa faktor yang menunjang seperti faktor modal, alam, dan tenaga kerja. Dari ketiga faktor tersebut, faktor tenaga kerja merupakan faktor terpenting yang harus diperhatikan.

Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha untuk pembinaan, pengarahan serta perlindungan bagi tenaga kerja.

Perlindungan bagi tenaga kerja dimaksudkan untuk menjaga agar tenaga kerja menjadi lebih dimanusiakan dan mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan berbagai tugas dan kewajiban sosialnya agar dapat mengembangkan potensi dirinya sehingga akan meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan yang layak. Untuk mensukseskan perlindungan bagi tenaga kerja diperlukan proses penyusunan rencana ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan.

Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan dan kemitraan, oleh karena itu sebagaimana diterapkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 4 bahwa pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk:

1. Mewujudkan Pemerataan Kesempatan Kerja Dan Penyediaan Tenaga Kerja Yang Sesuai;

2. Dengan Kebutuhan Pembangunan Nasional Dan Daerah;

3. Memberikan Perlindungan Kepada Tenaga Kerja Dalam Mewujudkan Kesejahteraan; Dan

4. Meningkatkan Kesejahteraan Tenaga Kerja Dan Keluarganya.

Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia sangatlah kompleks, selain karena sistem ekonomi nasional yang dikuasai oleh keluarga, juga dikarenakan oleh rapuhnya fundamental ekonomi yang dibangun. Manakala rezim penguasa jatuh, secara otomatis akan membawa akibat pada runtuhnya perekonomian dan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang tidak mungkin dihindari.

(2)

Dari semua permasalahan yang terdapat dalam ketenagakerjaan, yang paling terpenting adalah upah. Upah merupakan komponen penting dalam ketenagakerjaan, yaitu sebagai salah satu unsur dalam pelaksanaan hubungan kerja yang mempunyai peranan strategis dalam pelaksanaan hubungan industrial.

Upah diterima pekerja atas imbalan jasa kerja yang dilakukannya bagi pihak lain, sehingga upah pada dasarnya harus sebanding dengan kontribusi yang diberikan pekerja untuk memproduksi barang atau jasa tertentu. Dalam penetapan tingkat upah, antara pelaku penerima pekerjaan (buruh) dan pemberi pekerjaan (pengusaha) memiliki pandangan yang berbeda. Bagi pengusaha upah merupakan bentuk biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, yang berdampak pada keuntungan perusahaan. Sedangkan bagi buruh, upah merupakan sumber pendapatan, sehingga mereka sangat mengharapkan peningkatan tingkat upah.

Salah satu bentuk keterlibatan pemerintah dalam hubungan industrial adalah dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah minimum. Upah minimum diartikan sebagai ketetapan yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai keharusan perusahaan untuk membayar upah sekurang- kurangnya sama dengan kebutuhan hidup layak (KHL) kepada pekerja yang paling rendah tingkatannya. Dengan kata lain, bahwa upah minimum dapat dikatakan sebagai salah satu instrumen kebijakan pemerintah untuk melindungi kelompok pekerja lapisan paling bawah di setiap perusahaan agar memperoleh upah serendah-rendahnya sesuai dengan nilai atau harga kebutuhan hidup layak.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Perserikatan Kelompok Pelita Sejahtera (PKPS), sebanyak 52,9% buruh tidak tahu mengenai jumlah upah minimum dalam kebijakan pengupahan dan hanya 47,1% buruh yang mengetahui jumlah upah minimum, itu pun sebagian dari mereka mengetahuinya dari serikat buruh sebanyak 25,3% (Budiyono,2007:32).

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 91, untuk memberikan saran, pertimbangan, dan merumuskan kebijakan pengupahan yang akan ditetapkan oleh pemerintah, serta untuk pengembangan sistem pengupahan nasional dibentuklah Dewan Pengupahan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Sedangkan definisi dari Dewan Pengupahan itu sendiri menurut

(3)

Keppres Nomor 107 Tahun 2004 adalah suatu lembaga non struktural yang bersifat tripartit. Keanggotaan dewan pengupahan terdiri dari unsur pemerintah, organisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh dengan komposisi 2:1:1 serta unsur perguruan tinggi dan pakar. Masa jabatan dewan pengupahan untuk 1 (satu) kali masa jabatan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Dewan pengupahan berkewajiban memberikan saran dan masukan serta melaksanakan survei pasar untuk menetapkan besaran pencapaian kebutuhan hidup layak (KHL).

Setiap perusahaan pasti sudah mempunyai prediksi kemungkinan kenaikan upah minimum yang selanjutnya prediksi tersebut dimasukkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Dengan penyusunan prediksi kenaikan upah minimum tersebut maka diharapkan perusahaan dapat melakukan proses produksinya untuk mencapai target dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Namun banyak kita ketahui prediksi kenaikan upah minimum yang dibuat oleh pengusaha terlalu kecil dan tidak sepadan dengan realita kenaikan upah minimum, hal ini dikarenakan para pengusaha tidak menginginkan biaya yang terlalu tinggi yang akan mempengaruhi pencapaian kinerja perusahaan dan berdampak pula pada pencapaian laba/rugi perusahaan.

Pengusaha memberikan upah minimum hanya sebatas memenuhi ketentuan belaka.

Krisis moneter yang terjadi di Indonesia memberikan dampak pada banyaknya industri yang harus gulung tikar, dan tentu saja memberikan dampak juga pada pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan dengan sangat tidak terencana. Kondisi inilah yang menyebabkan orang yang bekerja pada waktu itu selalu dibayangi kekhawatiran dan kecemasan, kapan giliran dirinya diberhentikan dari pekerjaan yang menjadi penopang hidup keluarganya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis hendak mengkaji lebih mendalam mengenai sistem pengelolaan tenaga kerja di PT.. Elnusa Tbk. Yang meliputi pengupahan, dan pemutusan hubungan kerja (PHK) serta melihat apakah peraturan perusahaan PT. Elnusa Tbk. mengenai permasalahan tersebut sudah sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan atau belum. Maka dari itu penulis

(4)

memilih judul PELAKSANAAN PERATURAN PERUSAHAAN PT.

ELNUSA Tbk. 2011-2013 BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN MENGENAI KEBIJAKAN PENGUPAHAN DAN KOMPENSASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan rumusan masalah penelitian agar memudahkan dan memfokuskan arah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini.

Adapun pokok permasalahan yang dikaji dan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah pelaksanaan Peraturan Perusahaan PT. Elnusa Tbk. 2011-2013 dalam hal kebijakan pengupahan sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan?

2. Apakah pelaksanaan Peraturan Perusahaan PT. Elnusa Tbk. 2011-2013 dalam hal pemberian kompensasi pemutusan hubungan kerja (PHK) sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian pasti mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai, untuk menjadi arahan dalam melaksanakan penelitian tersebut sehingga mendapatkan hasil yang maksimal dalam menjawab permasalahan yang ada.

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan Peraturan Perusahaan PT.

Elnusa Tbk. dalam hal pengupahan sudah sesuai dengan Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

b. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan Peraturan Perusahaan PT.

Elnusa Tbk. dalam hal pemutusan hubungan kerja (PHK) sudah

(5)

sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

2. Tujuan Subjektif

a. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar sarjana dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis serta pembaca mengenai pelaksanaan Peraturan Perusahaan PT. Elnusa Tbk. 2011-2013 dalam hal pengupahan dan pemutusan hubungan kerja (PHK) apakah sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan.

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan harus dapat dipahami manfaatnya untuk menyelesaikan masalah yang diteliti. Manfaat penelitian dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi teoritis dan segi praktis:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya bahan referensi sert acuan bagi penelitian sejenis di waktu mendatang.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa, dosen dan pembaca lain yang tertarik dalam hal pengelolaan tenaga kerja.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai salah satu usaha untuk memperbanyak wawasan dan pengalaman serta menambah pengetahuan tentang Hukum Administrasi Negara (HAN) khususnya dalam bidang ketenagakerjaan.

b. Memberikan pendalaman, pengetahuan dan pengalaman kepada penulis mengenai ketenagakerjaan yang dapat berguna bagi penulis dan pembaca di kemudian hari.

(6)

E. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang akan digunakan penulis dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian hukum secara umum dapat dikategorikan menjadi penelitian doktrinal dan penelitian non doktrinal. Penelitian doktrinal atau normatif adalah suatu penelitian hukum yang bersifat preskriptif bukan deskriptif sebagaimana ilmu sosial dan ilmu alam yang mengkaji kebenaran ada tidaknya sesuatu fakta disebabkan oleh faktor tertentu.

Sehingga jawaban yang diharapkan dalam penelitian hukum ini adalah right, appropriate, inappropriate, atau wrong (Peter Mahmud Marzuki,

2005:35).

Jenis penelitian menggunaan hukum normatif atau doktrinal menekankan pada teori hukum untuk memberikan penjelasan yang detail terhadap masalah yang dirumuskan oleh penulis. Dalam penelitian ini, penulis telah melakukan penelitian data primer di lapangan yaitu PT.

Elnusa Tbk. Jakarta.

2. Sifat penelitian

Ilmu hukum memiliki karakteristik sebagai ilmu yang bersifat preskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat preskritif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum. Sebagai ilmu terapan, ilmu hukum menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu- rambu dalam melaksanakan aturan hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2005:22).

3. Pendekatan Penelitian

Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu hukum yang sedang diteliti, yaitu (Peter Mahmud Marzuki, 2005:93):

a. Pendekatan perundang-undangan (statute approach)

(7)

b. Pendekatan kasus (case approach)

c. Pendekatan historis (hostorical approach)

d. Pendekatan perbandingan (comparative approach) e. Pendekatan konseptual (conceptual approach)

Pendekatan dalam penelitian ini merupakan pendekatan perundang-undangan (statute approach). Pendekatan perundang-undangan (statute approach) dilakukan dengan menelah semua peraturan perundang-

undangan dan regulasi yang bersangkutan dengan isu hukum yang sedang ditangani. Dalam metode pendekatan perundang-undangan perlu memahami hierarki, dan asas-asas dalam peraturan perundang-undangan (Peter Mahmud Marzuki, 2010:137).

4. Jenis dan Sumber Penelitian

Peter Mahmud Marzuki dalam buku Penelitian Hukum (2005:141) mengatakan bahwa penelitian hukum tidak mengenal adanya data untuk memecahkan isu hukum dan memberikan preskriptif mengenai apa yang diperlukan. Sumber bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder (Peter Mahmud Marzuki, 2005:141).

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer bersifat authoritatif atau mempunyai otoritas, yaitu dalam bentuk:

1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan;

2) Peraturan Perusahaan PT. Elnusa Tbk. 2011-2013;

3) Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor Kep-226/MEN/2000 tentang Perubahan Pasal 1, Pasal 4, Pasal 8 dan Pasal 11 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor Per-01/MEN/1999 tentang Upah Minimum;

4) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor Per-01/MEN/1999 tentang Upah Minimum.

(8)

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yang terutama adalah buku teks karena buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan-pandangan klasik para sarjana yang mempunyai kualifikasi tinggi (Peter Mahmud Marzuki, 2005:142).

Bahan hukum sekunder yang digunaan dalam penulisan hukum ini, meliputi:

1) Buku-buku ilmiah dibidang hukum;

2) Makalah-makalah dan hasil-hasil karya ilmiah para sarjana;

3) Jurnal-jurnal hukum; dan

4) Literatur dan hasil penelitian lainnya.

c. Bahan Non Hukum

Bahan non hukum berupa buku-buku non hukum, jurnal non hukum, dan hasil wawancara. Wawancara ini dimaksudkan untuk mendukung hasil penelitian dan mengetahui fakta-fakta yang terjadi di lapangan. (Peter Mahmud Marzuki, 2010:204)

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, sehingga teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan. adalah studi kepustakaan, pengumpulan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder diinventarisasi dan diklasifikasi dengan menyesuaiakan masalah yang diteliti.

6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Dalam teknik analisis bahan hukum, peneliti menggunakan metode deduksi, metode deduksi berpangkal dari pengajuan premis mayor adalah peraturan hukum kemudian diajukan premis minor adalah fakta hukum dan dari kedua premis ini kemudian ditarik suatu kesimpulan atau conclusion (Peter Mahmud Marzuki, 2005:47).

F. Sistematika Penulisan Penelitian Hukum

(9)

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan dalam penulisan hukum, maka penulis menjabarkan dalam bentuk sistematika penulisan hukum yang terdiri dari 4 (empat) bab, yang tiap-tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian ini. Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini, penulis akan menguraikan mengenai latar belakang masalah mengenai pengupahan dan pemutusan hubungan kerja, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan metode penelitian yang digunakan dalam pcnyusunan penulisan hukum ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, memuat dua sub bab yaitu kerangka teori dan kerangka pemikiran. Dalam kerangka teori penulis akan menguraikan pengertian dan teori- teori hukum yang mendukung judul penulisan hukum ini sehingga akan memudahkan pembaca untuk memahami paparan penulisan dalam penulisan hukum ini. Dimulai dari tinjauan unum tentang tenaga kerja, tinjauan umum tentang pengupahan, tinjauan umum tentang pemutusan hubungan kerja (PHK), dan tinjauan umum mengenai perlindungan hukum terhadap pekerja setelah terjadinya pemutusan hubungan kerja. Kerangka pemikiran akan menguraikan gambaran alur berpikir penulis dalam melakukan penulisan hukum.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas dan menjawab permasalahan yang berdasarkan rumusan masalah, yaitu:

1. Apakah pelaksanaan Peraturan Perusahaan PT. Elnusa Tbk. 2011-2013 dalam hal pengupahan sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan?

2. Apakah pelaksanaan Peraturan Perusahaan PT. Elnusa Tbk. 2011-2013 dalam hal pemutusan hubungan kerja (PHK) sudah sesuai dengan Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan?

BAB IV PENUTUP

(10)

Pada bab ini, penulis akan menguraikan mengenai kesimpulan yang dapat diperoleh dari keseluruhan hasil pembahasan, serta saran-saran yang diperoleh penulis dalam penyusunan penelitian hukum ini.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Umum Tentang Tenaga Kerja

a. Pengertian Tenaga Kerja

Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Tenaga kerja merupakan bagian dari angkatan kerja yang berfungsi dan ikut serta dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan atau jasa. Tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan atau melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

b. Hukum Ketenagakerjaan

Pengertian hukum ketenagakerjaan yang dahulu disebut hukum perburuhan atau dalam bahasa Belanda disebut Arbeidrechts masih beragam sesuai dengan sudut pandang masing-

masing ahli hukum. Sebagai perbandingan ada beberapa pendapat beberapa ahli hukum mengenai pengertian hukum ketenagakerjaan.

Menurut Molenaar menyebutkan bahwa hukum perburuhan adalah bagian hukum yang berlaku, yang pokoknya mengatur hubungan antara tenaga kerja dan pengusaha, antara tenaga kerja dan tenaga kerja serta antara tenaga kerja dan pengusaha (Molenaar dalam Abdul Khakim. 2009:4).

Menurut Soepomo menyatakan hukum perburuhan adalah himpunan peraturan-peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang berkenaan dengan kejadian di mana seseorang bekerja pada

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Adakah hubungan tingkat nyeri hecting perineum terhadap mobilisasi dini ibu

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan sebagai jawaban atas rumusan masalah yaitu, mengenai implementasi perlindungan hukum

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat Hubungan Pesan dalam Sticker "Listrik Pintar”

Bab I merupakan bagian awal dari isi skripsi yang memuat pendahuluan dan latar belakang masalah mengenai kelimpahan dan keanekaragaman laba – laba (kelas

a) Bab I (satu), merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan perancangan, manfaat

Pendahuluan merupakan bagian awal tugas akhir yang berisi: latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

Bab ini merupakan dasar penulisan penelitian, yang menguraikan tentang latar belakang masalah penelitian mengenai pengaruh total quality management dan kinerja

1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan kerangka penelitian yang