• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN DI DESA MANYAMPA KECAMATAN UJUNGLOE KABUPATEN BULUKUMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN DI DESA MANYAMPA KECAMATAN UJUNGLOE KABUPATEN BULUKUMBA"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN BULUKUMBA

SKRIPSI

JUSNAEVI NIM 105711114117

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2022

(2)

ii

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN DI DESA

MANYAMPA KECAMATAN UJUNG LOE KABUPATEN BULUKUMBA

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Oleh JUSNAEVI

NIM 105711114117

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2022

(3)

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO

“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan sholatmu Sebagai penolongmu, sesungguhnya

Allah beserta orang-orang yang sabar”

(Al-Baqarah: 153)

“sekali terjun dalam perjalanan jangan pernah mundur sebelum meraihnya, yakin usaha sampai. Karena sukses itu harus melewati banyak

proses, bukan hanya mengimginkan hasil akhir dan tahu beres tapi harus selalu keep on progress. Meskipun kenyatannya banyak hambatan dan kamu pun sering dibuat stres percayalah tidak ada jalan lain untuk meraih

sukses selain melewati yang namanya proses”.

(Armeliani)

PERSEMBAHAN

"Skripsi ini saya persembahkan sepenuhnya kepada dua orang terhebat dalam hidup saya, Ayahanda dan Ibunda. Keduanya lah yang membuat segalanya menjadi mungkin sehingga saya bisa sampai pada tahap di

mana skripsi ini akhirnya selesai. Terima kasih atas segala

pengorbanan,jerih payah, nasihat dan doa baik yang tidak pernah berhenti kalian berikan kepadaku. Aku selamanya bersyukur dengan keberadaan

kalian sebagai orangtua ku. Untuk pertama kalinya surat cinta yang

sederhana dalam balutan ilmu yang berharga kuciptakan untukmu berdua”

(4)

iv

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

JL. Suktan Alauddin No. 259 Gedung Iqra Lt.7 Telp. (0411)866972 Makassar

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Penelitian : Efektifitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Meningkatkan Pembangunan di Desa Manyampa Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba

Nama Mahasiswa : Jusnaevi

NIM : 105711114117

Program studi : Ekonomi Pembangunan

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar

Menyatakan bahwa skripsi ini telah diperiksa dan diujikan di depan panitia penguji skripsi Strata Satu (S1) pada tanggal Februari 2022 di Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

Makassar, 27 Muharram 1444 H 25 Agustus 2022

Menyetujui:

Pembimbing I

Hj. Naidah, SE., M, Si NIDN : 0010026403

Pembimbing II

A. Nur Achsanuddin UA, SE., M. Si NIDN : 0920098604

Mengetahui:

Dekan

Dr. H. Andi Jam’an, SE.,M.Si NBM : 651 507

Ketua Program Studi EP,

Asdar, SE., M.Si NBM: 1286 845

(5)

v

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jl. Sultan Alauddin No. 295 gedung iqra Lt. 7 Tel. (0411) 866972Makassar

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi atas Nama : Jusnaevi, NIM : 105711114117, diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor : 006/SK-Y/60201/091004/2022.

Tanggal 25 Agustus 2022 M, sebagai salah satu syarat guna memperolah gelar SARJANA EKONOMI pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 27 Muharram 1444 H 25 Agustus 2022

PANITIA UJIAN

1. Pengawas Umum : Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag (….….………) (Rektor UNISMUH Makassar)

2. Ketua : Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si (….….………) (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnisn)

3. Sekretaris : Agusdiwana Suarni, SE., M.Acc (….….………) (WD 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnisn)

4. Penguji : 1. Hj. Naidah, SE., M.Si (….….………) 2. Dr. Hj. Arniati, SE., M.Pd (……….….) 3. Asdar, SE., M.Si (….….………) 4. A. Nur Achsanuddin UA, SE., M.Si(….….………)

Disahkan Oleh,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

FAKULTAS EKONOMI DAN

BISNIS

Dr. H. Andi Jam’an, SE.,M.Si NBM : 651 507

(6)

vi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jl. Sultan Alauddin No. 295 gedung iqra Lt. 7 Tel. (0411) 866972Makassar

SURAT PERNYATAAN KEABSAHAN

Saya yang Bertanda tangan di bawah ini : Nama Mahasiswa : Jusnaevi

Stambuk : 105711114117

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Efektifitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Meningkatkan Pembangunan di Desa Manyampa Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba

Dengan ini menyatakan bahwa :

Skripsi yang Saya Ajukan di depan Tim Penguji adalah ASLI Hasil Karya Sendiri, Bukan Hasil Jiplakan dan Tidak dibuat Oleh Siapapun.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, 27 Muharram 1444 H 25 Agustus 2022

Mengetahui,

Yang Membuat Pernyataan,

Jusnaevi NIM: 105711114117

Dekan

Dr. H. Andi Jam’an, SE.,M.Si NBM : 651 507

Ketua Program Studi EP,

Asdar, SE., M.Si NBM: 1286 845 Materai

10.000

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih sayang-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Efektivitas pengelolaan alokasi dana desa dalam meningkatkan pembangunan di Desa Manyampa”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Peneliti menyadari dalam penyusunan ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.ag sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Asdar, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Asdar, SE., M.Si sebagai Sekertaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Program Studi Ekonomi Pembagunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Hj. Naidah, SE., M, Si. selaku Dosen Pembimbing I, yang selalu memberikan bimbingan, nasehat, dan dukungannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

(8)

viii

6. Bapak A.Nur Achsanuddin UA, SE.,M.Si selaku Dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan senantiasa sabar memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini

7. Seluruh Dosen pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universita Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan pengetahuan kepada peneliti selama masa perkuliahan.

8. Untuk kedua Orang tua yang tercinta dan Keluarga saya yang selalu berada disamping peneliti dan selalu memberikan dukungannya dan selalu mendoakan peneliti setiap saat.

9. Seluruh teman-teman Official EP 17 D (INCREASE 17) terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini.

10. Serta semua pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu peneliti mengucapkan banyak terima kasih yang sebanyak-banyaknya.

Makassar, Februari 2022

Penulis

(9)

ix

ABSTRAK

JUSNAEVI, 2022, ”Efektivitas Pengelolaan Alokasi dana Desa (ADD) dalam Meningkatkan Pembangunan desa di Desa Manyampa Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba”. Skripsi, Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing Oleh Pembimbing I Hj. Naidah,dan Pembimbing II A.

Nur Achsanuddin

Tujuan Penelitian yaitu untuk mengetahui efektifitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Pembangunan Desa Manyampa Kabupaten Bulukumba dan faktor-faktor yang menghambat Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Pembangunan di Desa Manyampa Kabupaten Bulukumba.

Jenis Penelitian ini yaitu deskriptif Kualitatif (studi kasus). Sumber data penelitian ini yaitu Laporan Realisasi Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Pengelolaan Alokasi Dana Desa yang efektif dalam meningkatkan pembangunan Desa di Desa Manyampa Kabupaten Bulukumba. Selain itu terdapat faktor hambatan dalam bentuk adanya sumber daya manusia yang kurang pemahaman dalam proses alokasi dana desa.

Kata Kunci:Pengelolaan Alokasi Dana Desa, Peningkatan Pembangunan

(10)

x ABSTRACK

JUSNAEVI, 2022. "Effectiveness of Village Fund Allocation Management (ADD) in Improving Village Development in Manyampa Village, Ujung Loe District, Bulukumba Regency". Thesis, Development Economics Study Program, Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar.

Supervised by Supervisor I Hj. Naidah, and Advisor II A. Nur Achsanuddin

The purpose of the study was to determine the effectiveness of Village Fund Allocation Management (ADD) in the development of Manyampa Village, Bulukumba Regency and the factors that hindered Village Fund Allocation Management (ADD) in Development in Manyampa Village, Bulukumba Regency.

This type of research is descriptive qualitative (case study). The data source of this research is the Report on the Realization of the Implementation of the Revenue and Expenditure Budget.

The results of this study indicate that the Village Fund Allocation Management is effective in increasing village development in Manyampa Village, Bulukumba Regency. In addition, there are obstacles in the form of human resources who lack understanding in the village fund allocation process.

Keywords: Village Fund Allocation Management, Development Improvement

(11)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN... ….. v

HALAMAN KEABSAHAN ... ……vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Tinjauan Teori ... 6

1. Konsep Efektivitas ... 6

2. Ukuran Efektivitas ... 7

3. Pengertian Pengelolaan ... 8

4. Pengertian Desa ... 9

5. Pengertian Pembangunan Desa ... … 11

6. Pemerintah Desa dan Otonomi Desa ... 19

7. Alokasi dana Desa ... ... 23

8. Pengertian Pembangunan ... ...27

9. Hambatan Pembangunan desa ... .... 29

10. Pengertian Anggaran ... .. 30

B. Tinjauan Empiris ... 32

(12)

xii

C. Kerangka Konsep ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Jenis Penelitian ... 41

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

C. Fokus Penelitian ... 41

D. Sumber Data ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Teknik Analisis Data... ... …..43

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 47

A. Gambaran Umum ... 47

B. Sejarah Singkat Desa Manyampa ... 50

C. Data Penduduk ... ...52

D. Hasil penelitian ... 52

E. Pembahasan Penelitian ... 68

BAB V PENUTUP ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA……….………... 72

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Empiris ... 32

Tabel 3.1 Kriteria Persentase tanggapan Peserta Musrembang ... 45

Tabel 4.1 Data Penduduk ... 52

Tabel 4.2 Alokasi Dana Desa Manyampa 2021 ... 53

Tabel 4.3 Pengelolaan Alokasi dana Desa Bidang Pembangunan ... 54

Tabel 4.4 Penilaian Peserta Musrembang Terhadap Pertangungjawaban .... 55

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran...40 Gambar 4.1 Peta Desa Manyampa………...47

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

Pemberian otonomi daerah seluas luasnya berarti pemberian kewenangan dan keleluasaan (diskreksi) kepada daerah untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya daerah secara optimal. Agartidak terjadi penyimpangan dan penyelewengan, pemberian wewenang dan keleluasaan yang luas tersebut harus diikuti dengan pengawasan yang kuat. Meskipun titik berat otonomi diletakkan pada tingkat Kabupaten/Kota, namun secara esensi sebenarnya kemandirian tersebut harus dimulai dari level pemerintahan ditingkat paling bawah, yaitu Desa. Selama ini, pembangunan desa masih banyak bergantung dari pendapatan asli desa dan swadaya masyarakat yang jumlah maupun sifatnya tidak dapat diprediksi.

Adanya PP No.72 tahun 2005 dan di revisi UU No.6 tahun 2014 tentang Desa sangat jelas mengatur tentang pemerintahan Desa, yang menyatakan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Pemerintahan desa berdasarkan UU No. 6tahun 2014 adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati

(16)

dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Merupakan suatu kegiatan pemerintah desa, lebih jelasnya pemikiran ini didasarkan bahwa penyelenggaraan tata kelola desa (disingkat penyelenggaraan desa), atau yang dikenal selama ini sebagai

“Pemerintahan Desa”. Kepala Desa adalah pelaksana kebijakan sedangkan Badan Permusyawaratan Desa dan lembaga pembuat dan pengawas kebijakan (Peraturan Desa). Pengelolaan keuangan desa menjadi wewenang desa yang dijabarkan dalam Peraturan Desa (Perdes) tentang anggaran dan pendapatan belanja desa (APB Desa). Dengan sumber pendapatan yang berasal dari pendapatan asli desa seperti hasil usaha desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah.

Dengan bergulirnya dana-dana perimbangan melalui Alokasi Dana Desa (ADD) harus menjadikan desa benar-benar sejahterah. Untuk persoalan Alokasi Dana Desa (ADD) saja, meski telah diwajibkan untuk dianggarkan di pos APBD, namun lebih banyak daerah yang belum melakukannya.

Untuk itu, seharusnya proses transformasi kearah pemberdayaan desa terus dilaksanakan dan didorong semua elemen untuk menuju Otonomi Desa. Apabila melihat jumlah anggaran yang diberikan kepada desa melalui Alokasi Dana Desa mencapai Rp.110.767.072.00 per Desa untuk Kabupaten Bulukumba, maka muncul pertanyaan apakah desa beserta elemen yang ada sudah mampu melaksanakan pengelolaan anggaran tersebut secara baik.

Hal ini mengingat bahwa desa melaksanakan pembangunan hanya

(17)

mendapat bantuan keuangan yang terbatas dan pengelolaannya masih sangat sentralistis oleh satuan instansi pemerintahan, dan Desa mendapatkana lokasi anggaran yang cukup besar dan pengelolaannya dilakukan secara mandiri, sehingga keraguan terhadap kemampuan Desa secara internal untuk mengelola alokasi dana tersebut masih dipertanyakan.

Hal sama juga yang dialami oleh pemerintah Desa Manyampa Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba dengan keterbatasan kemampuan sumber daya manusia yang memiliki peran dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa. Penyaluran Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Manyampa, yang tampak dari kegiatan Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) yaitu pengadaan barang untuk pembersihan lingkungan

fasilitas umum seperti mesin rumput dan pengadaan pupuk tanam untuk setiap rukun tetangga (RT). Dari Pengalokasian Alokasi Dana Desa yang ada di Desa Manyampa tidak nampak adanya pembangunan fisik yang di lakukan seperti pembangunan pasar dan pembuatan sumurgali.

Pengelolaan Alokasi Dana Desa tersebut masih belum maksimal sesuai dengan tujuan Alokasi Dana Desa (ADD). Tujuan dari Alokasi Dana Desa (ADD) adalah untuk membiayai program Pemerintah Desa dalam melaksanakan kegiatan pemerintah dan pemberdayaan masyarakat, sehingga pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa dapat ditingkatkan. Hal ini dikarenakan kurangnya pemberdayaan yang dilakukan kepada masyarakat dan tidak adanya pengembangan sosial budaya yang dilakukan karena yang tampak dari pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) hanyalah pengadaan barang dan pengadaan pupuk tanam.

(18)

Berdasarkan pertimbangan dan kenyataan di atas, diharapkan keseluruhan Pemerintah desa dapat mengoptimalkan anggaran Alokasi Dana Desa (ADD) yang dimiliki sehingga penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) ini dapat menggerakkan roda perekonomian desa, maka pembangunan desa akan semakin meningkat. Pembangunan yang meningkat ini diharapkan akan mengurangi disparitas pertumbuhan antar desa. Berdasarkan latar belakang diatas, maka judul penelitian ini yaitu:

“Efektifitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam Upaya Meningkatkan Pembangunan di Desa Manyampa Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang judul di atas, maka permasalahan yangdi kaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Bagaimana Efektifitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam PembangunanDesa Manyampa KabupatenBulukumba?

2.

Faktor-faktor apa yang menghambat dalam Efektifitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Pembangunan di Desa Manyampa Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1.

Untuk mengetahui Efektifitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam PembangunanDesa Manyampa Kabupaten Bulukumba.

2.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Pembangunan di Desa Manyampa Kabupaten Bulukumba.

(19)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah:

1.

Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah Desa Manyampa Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba dalam mengelola anggaran Alokasi Dana Desa (ADD).

2.

Sebagai bahan penelitian selanjutnya, dengan objek yangrelevan.

(20)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. TinjauanTeoritis

a. Konsep Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang (view point) dan dapat dinilai dengan berbagai cara dan mempunyai kaitan yang erat dengan efisiensi.

Menurut Ravianto (2014) Efektivitas ialah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Artinya apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya, maupun mutunya maka dapat dikatakan efektif.

Menurut Gibson et.al (2013) Efektivitas adalah penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok dan organisasi. Semakin dekat prestasi mereka terhadap prestasi yang diharapkan “standar” maka mereka dinilai semakin efektif.

Suatu hal dapat dikatakan efektif apabila hal tersebut sesuai dengan yang dikehendaki. Artinya, pencapaian hal yang dimaksud merupakan pencapaian tujuan penerimaan Alokasi Dana Desa di Desa Manyampa Kabupaten Bulukumba dilakukannya tindakan untuk mencapai hal tersebut.

Sehingga efektivitas dapat diartikan sebagai suatu proses pencapaian suatu tujuan penerimaan Dana Desa yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu

(21)

usaha atau kegiatan dapat dikatakan efektif apabila usaha atau kegiatan tersebut telah mencapaitujuannya.

b. Ukuran Efektivitas

Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan.

Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif. Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif atau tidak, sebagaimana dikemukakan yaitu:

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksdukan supaya karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan tujuan organisasi dapat tercapai.

2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi adalah “pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.

3. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah di tetapkan artinya kebijakan harus mampu menjembatani tujuantujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan operasional.

4. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.

5. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab

(22)

apabila tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak danbekerja.

6. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas organisasi adalah kemampuan bekerja secara produktif. Dengan sarana dan prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.

7. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka organisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan pelaksanaan organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.

8. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas organisasi menuntut terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.

c. Pengertian Pengelolaan

Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. Secara umum pengelolaan merupakan kegiatan merubah sesuatu hingga menjadi baik berat memiliki nilai-nilai yang tinggi dari semula.

Pengelolaan dapat juga diartikan sebagai untuk melakukan sesuatu agar lebih sesuai serta cocok dengan kebutuhan sehingga lebih bermanfaat.

Menurut Sholikah & Oktarina, (2021) Pengelolaan itu digunakan sebagai proses mengkoordinir kegiatan-kegiatan secara efektif dan efisien dengan dan melalui orang lain.

Pengelolaan atau yang sering disebut manajemen pada umumnya sering dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas dalam organisasi berupa perencanaan pengorganisasian, pengendalian, pengarahan, dan

(23)

pengawasan. Istilah manajemen berasal dari kata kerja to manage yang berarti menangani, atau mengatur. Dari pengertian pengelolaan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pengertian Pengelolan yaitu bukan hanya melaksanakan suatu kegiatan, yang meliputi fungsi-fungsi manajemen, seperti perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Manajemen merupakan proses perencanan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan, usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber daya organisasi lainya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Stoner menekanan bahwa manajemen dititik beratkan pada proses dan sistem. Oleh karena itu, apabila dalam sistem dan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, penganggaran, dan sistem

Berdasarkan definisi manajemen diatas secara garis besar tahap- tahap dalam melakukan manajemen meliputi melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Perencanaan merupakan proses dasar dari suatu kegiatan pengelolaan dan merupakan syarat mutlak dalam suatu kegiatan pengelolaan. Kemudian pengorganisasian berkaitan dengan pelaksanaan perencanaan yang telah ditetapkan. Sementara itu pengarahan diperlukan agar menghasilkan sesuatu yang diharapkan dan pengawasan yang dekat. Dengan evaluasi, dapat menjadi proses monitoring aktivitas untuk menentukan apakah individu atau kelompok memperolah dan mempergunakan sumber-sumbernya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.

d. Pengertian Desa

Desa ialah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai

(24)

kesatuan masyarakat, termaksud di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawa

camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Ini berarti desa merupakan suatu pemerintahan yang mandiri yang berada di dalam sub sistem Pemerintahan Nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut R.Bintarto (2010) Desa juga dapat dikatakan sebagai suatu hasil perpaduan anatara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu ialah suatu wujud atau kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur – unsur fisiografi, social, ekonomi, politik dan cultural yang saling berinteraksi antar unsur dan juga dalam hubungannya dengan daerah – daerah5 .

Menurut N.Daldjoeni (2011) Desa dalam arti umum juga dapat dikatakan sebagai pemukiman manusia yang letaknya di luar kota dan pendudukaya bermata pencaharian dengan bertani atau bercocok tanam6 .

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(25)

Selanjutnya dalam PP Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa, bahwa Desa adalah desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

e. Pengertian Pembangunan Desa

Pembangunan merupakan konsep normatif yang mengisyaratkan pilihan-pilihan tujuan untuk mencapai apa yang disebut sebagai realisasi potensi manusia. Pembangunan tidak sama maknanya dengan modernisasi,jika kita memahami secara jelas mengenai makna sesungguhnya dari hakikat pembangunan itu sendiri.

Pembangunan Desa merupakan bagian dari pembangunan nasional dan pembangunan Desa ini memiliki arti dan peranan yang penting dalam mencapai tujuan nasional, karena Desa beserta masyarakatnya merupakan basis dan ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Adapun definisi pembangunan desa menurut para ahli adalah sebagaiberikut:

Menurut Listyaningsih (2014:18) pembangunan didefinisikan sebagai rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu Negara menuju arah yang lebih baik.

Menurut Tjokroamidjojo dalam Listyaningsih (2014:44) istilah pembangunan belum menemukan suatu kesepakatan arti seperti halnya 11 modernisasi.

Permasalahan di dalam pembangunan perdesaan adalah rendahnya aset

(26)

yang dikuasai masyarakat perdesaan ditambah lagi dengan masih rendahnya akses masyarakat perdesaan ke sumber daya ekonomi seperti lahan/tanah, permodalan, input produksi, keterampilan dan teknologi, informasi, serta jaringan kerjasama. Disisi lain, masih rendahnya tingkat pelayanan prasarana dan sarana perdesaan dan rendahnya kualitas SDM di perdesaan yang sebagian besar berketerampilan rendah (low skilled), lemahnya kelembagaan dan organisasi berbasis masyarakat, lemahnya koordinasi lintas bidang dalam pengembangan kawasanperdesaan.

Oleh karena itu dapat dilihat beberapa sasaran yang dapat dilakukan dalam pembangunan desa sebagai berikut:

1. Meningkatkan pelayanan dalam hal pertanahan serta memproses masalah- masalah pertanahan dalam batas-batas kewenanganKabupaten.

2. Pemantapan pengelolaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang untuk menciptakan lingkungan kehidupan yang efisien, efektif danberkelanjutan.

3. Peningkatan kualitas pemukiman yang aman, nyaman dan sehatMeningkatnya prasarana wilayah pada daerah tertinggal, terpencil dan daerahperbatasan.

4. Meningkatkan kualitas perencanaan pembanguna di daerah dan wilayah.

5. Meningkatkan ekonomi wilayah untuk kesejahteraan masyarakat serta menanggulangi kesenjangan antarwilayah.

Dalam pelaksanaan pembangunan desa, desa harus melaksanakan prinsip- prinsip transparansi serta pelibatan partisipasi masyarakat baik dalam perencanaan,pelaksanaan maupun dalam pengawasan dan pemantauan.

(27)

Dalam kerangka UU Desa, siklus pembangunan desa mencakup 3 (tiga) tahap penting yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban.

1. Perencanaan

Perencanaan pembangunan desa mengacu pada konsep membangun desa dan desa membangun. Konsep membangun desa dalam konteks perencanaan adalah bahwa dalam merencanakan pembangunan, desa perlu mengacu pada perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota. Hal tersebut diatur dalam UU Desa terutama pada pasal 79 dan pasal 80. Dalam pasal 79 UU Desa disebutkan bahwa:

1.) Pemerintah Desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunanKabupaten/Kota.Perencanaan Rembangunan Desa sebagaiman dimaksud pada ayat (1) disusun secara berjangkameliputi:

a. Rencana pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6(enam) tahun.

b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa, merupakan penjabaran dari

2.) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 1tahun.

3.) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa sebagaiman dimaksud pada ayat (2) ditetapkan Peraturan Desa.

4.) Peraturan Desa tentang Rencana Pembangunan Jangaka Menengah Desa dan rencana Kerja Pemerintah Desa merupakan satu-satunya dokumen perencanaan diDesa.

(28)

5.) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana kerja Pemerintah Desa merupakan pedoman dalam penyusunan anggaran pendapatan dan belanja desa yang diatur dalam peraturanpemerintah.

6.) Program pemerintah yang berskala lokal Desa dikordinasikan dan/atau didelegasikan pelaksanaannya kepadadesa.

7.) Perencanaan pembangunan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan salah satu sumber masukan dalam perencanaan PembangunanKabupaten/Kota. Pada UU Desa, untuk mengakomodir asas demokrasi, kemandirian, partisipasi, kesetaraan dan pemberdayaan, perencanaan pembangunan desa tidak semata-mata bersifat top down, namun juga menyusun konsep desa membangun.

Konsep desa membangun ini mengedepankan musyawarah desa untuk memenuhi kebutuhan riil masyarakat. Hal tersebut dijelaskan dalam pasal 80 UU Desa yang menyebutkanbahwa:

1.) Perencanaan pembangunan desa sebagai mana dimaksud dalam pasal 79 diselenggarakan dengan mengikutsertakan masyarakat desa.

2.) Dalam menyusun perencanaan pembanguna desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah desa wajib menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan desa.

3.) Musyawara perencanaan pembangunan desa menetapkan prioritas, program, kegiatan dan kebutuhan pembangunan desa yang didanai oleh anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat desa, dan/atau anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.

(29)

a. Prioritas, program, kegiatan dan kebutuhan pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dirumuskan berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan masyarakat desa yangmeliputi:

Peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanandasar.

b. Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan berdasarkan kemampuan teknis dan sumberdaya lokal yangtersedia.

c. Pengembangan ekonomi pertanian berskalaproduktif.

d. Pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk kemajuan ekonomi.

e. Peningkatan kualitas ketertiban danketentraman masyarakat desa berdasarkan kebtuhan masyarakatdesa.

2. Pelaksanaan

Berdasarkan peraturan pemerintah No. 60 tahun 2014 tentang dana desa yang bersumber dari APBN dan Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa telah diatur beberapa pokok penggunaan keuangan desa.

Pada pasal 100 PP No. 43 tahun 2014 disebutkan bahwa belanja desa yang ditetapkan dalam APBDesa digunakan denganketentuan:

a. Paling sedikit 70% dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

b. Paling banyak 30% dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk penghasilan tetap dan tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa

(30)

Operasional Pemerintah Desa,Tunjangan dan Operasinal Badan Permusyawaratan Desa dan Insentif Rukun Tetanggan dan Rukun Warga.

Dari pasal tersebut terlihar bahwa keuangan desa hanya dibatasi untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, pemberdayaan masyarakat desa dan membayar penghasilan maupun tunjangan intensif bagi perangkat desa badan permusyawaratan desa dan rukun tetangga/rukun warga.

Dalam merealisasikan APBDesa, Kepala Desa bertindak sebagai kordinator kegiatan yang dilaksanakan oleh perangkat desa atau unsur masyarakat desa. Pelaksanaan kegiatan harus mengutamakan pemanfaatan sumber daya manusia dan sumberdaya alam yang ada di desa serta mendayagunakan swadaya dan gotong royong masyarakat.

Semua ketentuan tersebut tercantum dalam pasal 121 PP No. 43 Tahun 2014.

Selain itu, APBDesa dapat digunakan untuk pembangunan antar desa atau biasa disebut pembangunan kawasan perdesaan.

Pembangunan kawasan perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antar desa yang dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa melalui pendekatan pembangunan partisipatif, inisiatif untuk melakukan pembangunan kawasan perdesaan dapat dilakukan secara botton up dengan pengusulan Kepala Desa kepada Bupati/Walikota dan dapat juga secara top down sebagai program

(31)

Gubernur atau Bupati/Walikota.

Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, masyarakat dan pemerintah desa dapat memperoleh bantuan pendamping secara berjenjang. Secara teknis, pendampingan dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah Kabupaten/Kota dan dapat dibantu oleh tenaga pendamping professional, kader pemberdayaan masyarakat desa, atau pihak ketiga yang dikordinasikan oleh Camat di Wilayah Desa tersebut.

Ketentuan tentang pendamping bagi masyarakat dan pemerintah desa telah diatur pada pasal 128-131 PP No. 43 tahun 2014 dan Peraturan Mentri Desa No.3 tahun 2015 tentang pendampingdesa.

3. PertanggungJawaban

Kepala Desa adalah penanggung jawab dari pengelolaan keuangan desa secara keseluruhan. Dalam PP No. 43 tahun 2014 pasal 103-104 mengatur tata cara pelaporan yang wajib dilakukan oleh Kepala Desa.

Kepala Desa wajib melaporkan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap semester tahun berjalan (laporan semesteran). Selain itu, Kepala Desa wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran (laporan tahunan). Laporan yang dibuat Kepala Desa ditujukan kepada Bupati/Walikota yang dismpaikan melalui Camat.

Pengaturan pelaporan dan pertanggungjawaban penggunaan APBDesa tercantum dalam Permendagri No. 113 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa. Dalam Permendagri tersebut, diatur pula standar dan format pelaporan pertanggungjawaban yang harus disusun

(32)

oleh Kepala Desa. Seperti ketentuan lampiran yang perlu dipenuhi dalam laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa, yaitu:

a. Format laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa tahun anggaranberkenaan.

b. Format laporan kekayaan milik desa per 31 Desember tahun anggaran berkenaan.

c. Format laporan program pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk kedesa.

Dari PP no. 43 tahun 2014 dan Permendagri No. 113 tahun 2014 terlihat bahwa laporan pertanggungjawaban yang harus dibuat oleh Kepala Desa harus terintegrasi secara utuh, tidak melihat sumber dana yang diperoleh desa. Hal ini berbeda dengan aturan sebelumnya yang mewajibkan desa untuk menyusun laporan pertanggungjawaban penggunaan dana berdasarkan sumberdananya.

UU Desa meletakan prinsip dasar untuk penyelenggaraan pengawasan pembangunan desa yang meliputi pengawsan oleh sipra-desa (downroad accountability), pengawasan oleh lembaga desa danpengawasan dari masyarakat (upward accountability). Terdapat beberapa mekanisme pengawasan dan pemantauan sebagai berikut:

1. Pengawasan oleh supra desa secara berjenjang oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan oleh pemerintah pusat dalam hal ini Kementrian Dalam Negeri, Kementrian Desa dan Kementrian Keuangan (pasal 26 PP No. 60 Tahun 2014). Dalam operasioanlnya, pengawasan oleh pemerintah Kabupaten/Kota menjadi tanggungjawab Bupati/Walikota.

Funngsi pengawasan tersebut didelegasikan oleh Bupati/Kota kepada

(33)

Camat dan Inspektorat Kabupaten/Kota. Hasil pengawasan Pemerintah Kabpaten/Kota disampaikan kepada Pemerintah Pusat terkait dengan unsur pengawasannya. Pengawasan pembangunan desa disampaikan kepada Kementrian Desa dan pengawasan pemerintahan disampaikan kepada Kementrian DalamNegeri.

2. Pengawasan supra desa lainnya adalah pengawasan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Hal ini didasari oleh UU No. 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dimana keuangan desa yang berasal dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah termasuk kategori Keuangan Negara karena sumbernya APBN dan APBD, PP No. 60 tahun 2008 tentang system pengendalian intern pemerintah juga memberikan kewenanganbagi BPKP untuk mengawasi pengelolaan keuangan desa karena sumbernya yang berasal dari APBN maupun APBD.Pengawan oleh lembaga BPD sebagai bagian dari fungsi pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa antara lain melalui tanggapan atas pertanggungjawaban Kepala Desa dan pengaduan masyarakat yang disampaikan melalui BPD (pasal 55 dan 82 UUDesa).

f. Pemerintah Desa dan Otonomi Desa

Dalam sejarah perkembangan manusia, desa dipandang sebagai suatu bentuk organisasi kekuasaan yang pertama sebelum lahirnya organisasi kekuasaan yang lebih besar seperti kerajaan, kekaisaran dan negara-negara modern sebagaimana yang dikenal dewasa ini. Ditinjau dari sudut pandang bidang ekonomi, desa berfungsi sebagai lumbung bahan mentah (raw

(34)

material) dan tenaga kerja yang tidak kecil artinya.

Secara sosiologis, masyarakat Desa memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan kelompok masyarakat lainnya. Boeke memberikan gambaran bahwa yang dimaksud dengan Desa adalah persekutuan hukum pribumi yang terkecil dengan kekuasaan sendiri dan kekayaan atau pendapatan sendiri. Persekutuan hukum pribumi terkecil dapat diartikan sebagai persekutuan hukum adat yang tumbuh dengan sendirinya di dalam masyarakat pribumi dan mempunyai dasar tradisional, dan juga persekutuan hukum, dimana hanya penduduk pribumi atau setidak-tidaknya sebagian besar dari pada penduduk pribumi menjadi anggotanya.

Kesatuan masyarakat hukum tersebut mengurus kehidupan mereka secara mandiri (otonom), dan wewenang untuk mengurus dirinya sendiri itu dimiliki semenjak kesatuan masyarakat hukum itu terbentuk tanpa diberikan oleh orang atau pihak lain. Dari sinilah asalnya mengapa „Desa‟disebut memiliki otonomi asli, yang berbeda dengan„ daerah otonom‟ lainya seperti Daerah Kabupaten atau Daerah Provinsi yang memperoleh otonominya dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Nasional.

Pada tahun 2014 dilahirkan sebuah undang-undang nasional tentang Pemerintahan Desa yaitu Undang-undang Nomor 6 tahun 2014. Kedudukan pemerintahan desa dapat diketahui dari bunyi pasal 1 UU No.6 Tahun 2014 yang menyebutkan: “Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional

(35)

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

UU No. 6 Tahun 2014Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 11 Tahun 2021 tentang Desa, dinyatakan Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan nama lain yang selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa tersebut adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokrasi dan pemberdayaanmasyarakat. Landasan pemikiran tersebut merupakan wujud pemberian dukungan dandorongan kepada desa dalam rangka meningkatkan peran sertanya dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah di Indonesia dan juga mencerminkan Pemerintah Desa sebagai kesatuan pemerintahan terkecil dan terdekat dengan masyarakat yang dipandang memiliki kedudukan yang sangat strategis serta sekaligus diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat secara langsung dan cepat.

Untuk meningkatkan peran serta Pemerintah Desa yang dapat dibentuk di wilayah Kabupaten sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Maka Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan

(36)

Desa. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

pengelolaan keuangan desa pun menjadi wewenang desa yang mesti terjabarkan dalam peraturan desa (Perdes) tentang anggaran pendapatan dan belanja desa(APBDes).Dengan sumber pendapatan yang berasal dari pendapatan asli desa sepertidari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotongroyong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah. Selanjutnya bagi hasil pajak daerah paling sedikit 10%

(sepuluh per seratus) untuk desa dan dari retribusi Kabupaten sebagian diperuntukkan bagi desa, dan bagian dari danaperimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten untuk Desa paling sedikit 10%, yang pembagiannya untuk setiap Desa secara proporsional yang merupakan Alokasi Dana Desa (ADD). Kemudian pendapatan itu bisa bersumberlagi dari bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan, serta hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidakmengikat.

Selanjutnya regulasi juga membolehkan desa untuk mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa.Artinya desa sesungguhnya telah didorong,di upayakan dan diharapkan menjadi mandiri dan berdikari. Apalagi bergulirnya dana- dana perimbangan tersebut melalui Alokasi Dana Desa (ADD) harusnya menjadikan desa benar-benar sejahtera.

PP No. 60 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal 1 ayat (2) dan penjelasannya menyebutkan Sumber pendapatan Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi

(37)

Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Dana perimbangan desa dari setiap desa ditetapkan dengan mempertimbangkan porsi dari desa yang bersangkutan, tidak ditetapkan melalui pembagian sama rata,melainkan bagian desa dihitung dengan porsi kebutuhan dan potensi desa tersebut.Kebutuhan desa diperhitungkan dari variabel: jumlah penduduk, luas wilayah, kondisi geografis, potensi alam, tingkat pendapatan masyarakat, dan jumlah mereka yang berada di bawah garis kemiskinan. Sedangkan potensi desa adalah gambaran mengenai peluang penerimaan desa, baik dari sektor pertanian maupun dari sektor lainnya. Perhitungan ini sendiri diharapkan merupakan perhitungan yang melibatkan atau bahkan dilakukan sendiri oleh masyarakat desa.

g. Alokasi Dana Desa(ADD)

Alokasi dana desa(ADD) diderivasi dari formulasi DAU dengan beberapa proposisi tambahan.Dalam beberapa hal tujuan keadilan dalam transfer dana, mendorong semangat desentralisasi, tidak diskriminatif, transparan, sederhana dan mendorong kemajuan desa penerima menarik untuk diterima sebagai landasan. Maksud Alokasi Dana Desa (ADD) adalah untuk membiayai program Pemerintah Desa dalam melaksanakan kegiatan pemerintah dan pemberdayaan masyarakat, dengan tujuan:

1. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai kewenangannya

(38)

2. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensidesa

3. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakatdesa

4. Mendorong peningkatan swadaya gotong royongmasyarakat.

Sumber Pendapatan Desa yang telah dimiliki dan dikelola oleh Desa tidak dibenarkan diambil alih oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

Bagian dari dana perimbangan keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten diterjemahkan sebagai ADD. Tujuan ADD semata-mata bukan hanya pemerataan, tetapi haruslah keadilan (berdasarkan karakter kebutuhan desa). Sehingga besarnya dana yang diterima setiap desa akan sangat bervariasi sesuai dengan karakter kebutuhan desanya. Terdapat tiga kata kunci yaitupemerataan, Keadilan dan karakter kebutuhan desa yang terdiri dari tujuh faktor yaitu:

1.) kemiskinan (jumlah pendudukmiskin), 2.) Pendidikan dasar,

3.) Kesehatan,

4.) Keterjangkauan desa (diproksikan ke jarak desa ke ibukota Kabupaten/Kota dan Kecamatan),

5.) Jumlah penduduk, 6.) Luas wilayah,dan

7.) Potensi desa (diproksikan terhadap target penerimaan PBB Desa per hektar).

Penetapan besarnya Alokasi Dana Desa (ADD) dari Pemerintah

(39)

Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Desa didasarkan atas beberapa ketentuan sebagai berikut:

1. Dari Bagian hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari pajak dan retribusi daerah.

2. Alokasi dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

3. Dalam rangka pengelolaan Keuangan Desa, Kepala Desa melimpahkan sebagian kewenangan kepada perangkat Desa yang ditunjuk.

4. Bagi Kabupaten/Kota yang tidak memberikan alokasi dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Pemerintah dapat melakukan penundaan dan/atau pemotongan sebesar alokasi dana perimbangan setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus yang seharusnya disalurkan ke Desa.

h. Efektivitas Pengalokasian Dana Desa (ADD)

Efisiensi dapat didefinisikan sebagai suatu ukuran keberhasilan sebuah kegiatan atau proyek yang dinilai berdasarkan besarnya biaya beserta sumber daya yang digunakan atau dikeluarkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Bisa disimpulkan bahwa semakin sedikit sumber daya atau biaya yang digunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan maka prosesnya dapat dikatakan semakin efisien.Maka, suatu kegiatan dapat dikatakan efisien apabila ada perbaikan pada prosesnya, misalnya menjadi lebih murah atau lebih cepat.

Menurut Mahmudi (2021: 86), Efektivitas merupakan hubungan antara

(40)

output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program, atau kegiatan. Jika ekonomi berfokus pada input dan efisiensi pada output atau proses, maka efektivitas berfokus pada outcome (hasil). Suatu organisasi, program, atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa memenuhi tujuan yang diharapkan, prinsip-prinsip dasar pengelolaan keuangan daerah yang mengalami perubahan paradigma seiring dengan pencanangan konsep “goodgovernance” dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah:

1. Transparansi

Adanya keterbukaan pemerintah (birokrasi) di dalam proses pembuatan kebijakan tentang keuangan daerah, sehingga publik dan DPRD dapat mengetahui, mengkaji, dan memberikan masukan serta mengawasi pelaksanaan kebijakan publik yang berkaitan dengan keuangan daerah atau APBD.

2. Efisien

Pengelolaan keuangan daerah harus didasarkan suatu pemikiran bahwa setiap pengeluaran anggaran daerah harus diupayakan seefisien mungkin, guna menghasilkan output yang memadai. Penghematan anggaran sangat diperlukan dalam rangka mencapai efisiensi. Dengan kata lain, standar pelayanan minimal merupakan target yang harus dicapai sesuai proporsi biaya yangditetapkan.

3. Efektif

Dalam proses pelaksanaan kebijakan keuangan daerah (APBD), pengelolaan anggaran haruslah tepat sasaran. Selama ini Pemda sering tidak mempedulikan apakah sasaran yang hendak dicapai dari anggaran

(41)

belanja tepat atau tidak, yang penting realisasi anggaran sesuai rencana dan habis terpakai. Pemikiran seperti ini bertentangan dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi hasil atau output.

4. Akuntabilitas

Dalam pengelolaan keuangan daerah dituntut adanya pertanggungjawaban kepada public yang dapat dilakukan secara institusional kepada DPRD. DPRD yang akan menilai apakah kinerja pemda dalam mengelola keuangan daerah atau APBD baik atau buruk dengan menggunakan kriteria atau tolok ukur sesuai apa yang direncanakan semula.

5. Partisipatif

Peran serta publik secara langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan keuangan daerah harus dijamin. Kebijakan pembangunan dalam anggaran daerah (APBD) juga harus mengakomodasikan aspirasi publik dan mengikutsertakan masyarakat secara langsung.

i. Pengertian Pembangunan

Pada prinsipnya pembangunan merupakan salah satu upaya dalam memanfaatkan Sumber Daya guna membangun masyarakat secara menyeluruh untuk kesejahteraan rakyat dengan dilakukan secara terencana dan berkelanjutan. Menurut Todaro, pembangunan merupakan bukanlah hanya mencakup fenomena semata, namun pada hakikatnya pembangunan harus juga mencakup mengenai sisi materi dan keuangan dari kehidupan masyarakatbahwasanya pembangunan ekonomi sudah digariskan kembali dengan dasar mengurangi kemiskinan,ketimpangan dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomiatau ekonomi negara yang sedang

(42)

berkembang.

Pelaksanaan pembangunan ditunjukkan dengan adanya proyek- proyek pembangunan berupa sarana dan prasarana . contoh proyek pembangunan yang merupakan perwujudan nyata dari pembangunan, yaitu:

1. Proyek pembangunan fisik bidang sosial antaralain:

a. Bangunan perumahan b. Bangunan kesehatan c. Sarana pemerintahan

d. Jaringan fasilitas umum dan lain-lain 2. Pembangunan social budaya antaralain:

a. Bangunan sarana pendidikan b. Tempatibadah

c. Senibudaya

d. Bangunan museum sejarah danlain-lain 3. Proyek fisik social ekonomi antaralain:

a. Pasar dan pusatperkotaan

b. Pusat perkantoran danperdagangan c. Bangunanpergudangan

d. Terminal dan stasiun

e. keretaapi Jalan raya dan sebagainya

Kondisi fisik juga dapat berupa letak geografis, dan sumber-sumber daya alam. Letak geografis sebuah desa sangat menentukan sekali percepatan didalam sebuah pembangunan. Letaknya strategis, dalam arti tidak sulit untuk dijangkau akibat relif geografisnya. Kecepatan proses pembangunan dan perkembangan suatu kelurahan juga sangat ditentukan

(43)

oleh itensitas hubungannya dengan dunia luar, mobilitas manusia dan budaya akan mempercepat perkembangan desa itu sendiri.

Sumber daya alam yang terdapat dimasing-masing desa. Dimana sebuah desa yang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang banyak dari pada desa-desa lainnya, sehingga untuk mengembangkan atau dalam proses pembangunan desa akan jauh lebih baik dari pada desa yang sedikit mempunyai sumber daya alam, atau tidak ada sama sekali.

j. Hambatan Pembangunan Desa

Pembangunan pada prinsipnya adalah suatu proses dan usaha yang dilakukan oleh suatu masyarakat secara sistematis untuk mencapai situasi atau kondisi yang lebih baik dari saat ini. Dilaksanakannya proses pembangunan ini tidak lain karena masyarakat merasa tidak puas dengan keadaan saat ini yang dirasa kurang ideal. Namun demikian perlu disadaribahwa pembangunan adalah sebuah proses evolusi, sehingga masyarakat yang perlu melakukan secara bertahap sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dan masalah utama yang sedang dihadapi.

Berkaitan dengan pembangunan desa maka ada beberapa masalah yang seringkali ditemui diberbagai desa, perlu mendapat perhatian dan segera diantipasi,diantaranya:

1. Terbatasnya ketersediaan sumberdaya manusia yang baik danprofesional;

2. Terbatasnya ketersediaan sumber-sumber pembiayaan yang memadai, baik yang berasal dari kemampuan desa itu sendiri (internal) maupun sumber dana dari luar (eksternal);

3. Belum tersusunnya kelembagaan sosial-ekonomi yang mampu berperan secaraefektif;

(44)

4. Belum terbangunnya sistem dan regulasi yang jelas dantegas;

5. Kurangnya kreativitas dan partisipasi masyarakat secara lebih kritis dan rasional.

k. Pengertian Anggaran

Anggaran (budget) merupakan alat pengawasan dibidang keuangan yang digunakan oleh perusahaan yang berorientasi pada laba maupun non laba. Bagi suatu perusahaan, penyusunan anggaran merupakan alat yang dipakai untuk membantu aktivitas kegiatannya agar lebih terarah, misalnya untuk alat perencanaan, alat pengendalian dan lainnya. Anggaran disusun secara sistematis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan untuk jangka waktu (periode) tertentu di masa yang akan datang.

Berikut ini adalah pendapat para ahli mengenai anggaran.

Munandar (2010) menyatakan, anggaran yaitu suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit kesatuan moneter yang berlaku untuk jangka waktu periode tertentu yang akan datang.

Narifin (2012) mengatakan anggaran adalah rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang.

Purwanti dan Darsono (2013) Anggaran adalah rencana kerja yang dituangkan dalam angka-angka keuangan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Halim dan Kusufi (2014) Anggaran adalah dokumen yang berisi estimasi kinerja, baik berupa penerimaan dan pengeluaran, yang disajikan dalam

(45)

ukuran moneter yang akan dicapai pada periode waktu tertentu dan menyertakan data masa lalu sebagai bentuk pengendalian dan penilaian kinerja.

Sasongko dan Parulian (2015) anggaran merupakan suatu rencana yang akan dijalankan oleh manajemen dalam suatu periode yang tertuang secara kuantitatif.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan, anggaran adalah suatu perencanaan dan pengendalian keuangan yang dilakukan secara sistematis dan formal untuk mencapai tujuan dan dilakukan melalui koordinasi dan kontrol tanggung jawab manajemen.

Tidak setiap rencana kerja dapat disebut sebagai anggaran. karena itu anggaran memiliki ciri khusus yang memebedakan dengan sekedar rencana . 1. Dinyatakan Dalam Satuan Moneter

Penulisan dalam satuan moneter dapat didukung oleh satuan kuantitatif lain,misalnya unit. Hal ini bertujuan untuk mempermudah memahami rencana tersebut.

2. Umumnya Mencakup Kurun Waktu Satu Tahunan

Batasan waktu di dalam penyusunan angaran akan berfungsi untukmembeikan batasan rancana kerja tersebut.

3. Mengandung Komitmen Manajemen

Disertai upaya oleh berbagai pihak anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Usulan Anggaran Disetujui Oleh Pejabat Yang Lebih Tinggi

Harus disetujui oleh pihak atasan/dewan direksi, tidak dapat susun sendiri-sendiri tanpa persetujuan dari atasan pihak penyusun.

(46)

5. Perubahan Anggaran (hanya dilakukan apabila ada keadaan khusus)

Hanya boleh diubah jika situasi eksternal dan internal tidak memungkinkan lagi untuk mempertahankan anggaran, tidak setiap saat boleh dirubah.

6. Harus Dianalisis Penyebabnya

Jika terjadi penyimpangan didalam pelaksanaannya harus dianalisis lebih dalam, tujuannya supaya tidak terulang dimasa yang akan datang

B. Tinjauan Empiris

tulis Tinjauan empiris merupakan salah satu bagian indikator dalam persyaratan karya tulis ilmiah. Dimana dalam tinjauan empiris menjelaskan tentang hasil penulisan karya tulis ilmiah terdahulu, sebagai salah satu penarikan interprestasi dan karya tulis ilmiah dan berfungsi sebagai landasan untuk memperoleh hasil penulisan karya ilmiah yang relevan dan objektif.

Maka dari itu tinjauan empiris sebagai berikut : Tabel 2.1 Tinjauan Empiris NO NAMA

TAHUN

JUDUL VARIABLE METODE HASIL

1 Ali Khadliri n (2021)

Analisis Efisiensi Dan Efektifitas Pengelolaa n Dana Desa (Study Empiris Dana Desa di Desa Tegalarum Kabupaten Demak

Dana Desa, Efisiensi, Efektivitas, Desa Tegalarum.

Metode kuantitatif pada tahap pertama, dan diikuti dengan pengumpul an dan analisi data kualitatif pada tahap kedua

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat rata-rata

efisiensi pengelolaan Dana Desa di Desa Tegalarum Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak sebesar 95,57% yang memenuhi

(47)

Tahun 2016-2020)

kriteria efeisien, dan tingkat rata- rata efektivitas sebesar 95,60%, termasuk dalam kategori efektif.

2 Azwardi (2014)

Efektifitas Alokasi Dana Desa (Add) Dan Kemiskinan Di Provinsi Sumatera Selatan

Penyaluran Alokasi Dana, Kemiskinan

Metode kualitatif dan kuantitatif, dengan model regresi sederhana

Alokasi Dana (ADD) tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika dilihat dari diperpanjang ke tahun 2012 tidak ada yang pernah memenuhi ketentuan yang berlaku (minimal 10% dana untuk pendapatan dikurangi pengeluaran ditambah

petugas pajak).

Namun

kabupaten yang telah melakukan pendistribusian ADD

menunjukkan peningkatan, ketika pada tahun 2006 35,71%,

meningkat menjadi 90%

pada tahun 2012

Hal ini

disebabkan, peraturan pemerintah tentang ADD tidak

memberikan sanksi atas pengembalian ADD yang tidak disalurkan.

(48)

3 Mariam Magdala Salinde o (2017)

Analisis Pengelolaa

n Dan

Pemanfaat an Dana Desa Di Kecamatan Damau Kabupaten Kepulauan Talaud

Pengelolaa n Dana Desa, Manfaat Dana Desa, Hambatan Dana Desa.

Penelitian ini

mengguna kan metode penelitian kualitatif dengan pendekata n

eksploratori (explorator y

approach.)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses

pengelolaan dan pemanfaatan

Dana Desa

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjaw aban sudah mengacu pada Permendagri

Nomor 113

Tahun 2014.

Penelitian ini juga

menemukan beberapa

hambatan dalam pengelolaan dan pemanfaatan dana desa, misalnya

regulasi yang menyebabkan hambatan dalam struktur

birokrasi.

Regulasi yang mengatur pada proses

perencanaan tidak sesuai dengan

kebutuhan dasar prioritas yang ada di desa.

4 Hikmah (2018)

Efektivitas Pemerintah Desa Dalam Mengelola Dana Desa Di Desa Tonsewer Kecamatan

Efektivitas, Pemerintah Desa, Partisipasi Masyarakat .

metode kualitatif sesuai dengan data.

Hasil penelitian terkait

rendahnya partisipasi

masyarakat dan pengawasan oleh masyarakat berdasarkan hasil penelitian

(49)

Tompaso Barat Kabupaten Minahasa

kurang efektif, dimana

penggunaan anggaran

Alokasi Dana Desa dapat terselesaikan dengan baik 5 Mirayant

i, Fiansi (2020)

Efektifitas Pengelolaa n Dana Desa Dalam Upaya Meningkatk an

Pembangu nan Fisik Di Desa Buntuna Kecamatan Baolan

efektivitas, dana desa, pembangu nan

metode penelitian deskripsi kualitatif

(1) pengelolaan

dana desa

belum dilakukan secara efektif karena tidak sesuai dengan prinsip

pengelolaan

dana desa

dengan

memprioritaskan transparansi informasi kepada masyarakat dalam setiap kegiatan yang dilakukan, (2) ada faktor yang menghambat efektivitas dalam pengelolaan

dana desa

dalam

meningkatkan pembangunan fisik di desa buntuna,

kabupaten baolan,

kabupaten tolitoli yaitu sumber daya manusia dan teknologi informasi yang tidak memadai.

C. Kerangka Pemikiran

Pengelolaan Alokasi Dana Desa Di Desa Manympa Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba didasarkan pada peraturan Bupati Nomor 15

(50)

tahun 2012 tentang pengelolaan alokasi dana desa. Melalui Alokasi dana Desa, diharapkan desa akan mampu menyelenggarakan otonominya agar dapat tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan dari desa itu sendiri.

Dimana tujuan UU Desa adalah menciptakan masyarakat aktif yang mampu menjadi elemen utama dalam merencanakan,melaksanakan dan mengawasi setiap kegiatan pembangunan yang terjadi didesa.

Untuk itu,dalam proses pengelolaan alokasi dana desa harusnya pemerintah desa tidak hanya berfokus pada penyelesaian seluruh tahapan pengelolaan alokasi dana desa dan hasil akhir berupa terciptanya pembangunan di desa. Namun pemerintah desa harusnya lebih berfous pada menciptakan sebuah proses pembangunan yang diciptakan oleh masyarakat desa setempat, sehingga pembangunan yang dihasilkan adalah pembangunan yang berkualitas, yakni sebuah hasil pembangunan yang menggambarkan tujuan, kebutuhan dan hasil kerja bersama seluruh elemen masyarakat desasetempat.

Akan tetapi, dalam proses Pengelolaan Alokasi Dana Desa yang ada Di Desa Manyampa belum sesuai dengan prinsip pengelolaan alokasi dana desa sehingga berdampak belum efektifnya pencapaian tujuan Alokasi Dana Desa itu sendiri. Hal tersebut utamanya pada aspek perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan Profesionalitas.

(51)

1. Perencanaan:

2. Pelaksanaan:

-Evaluasi Masyarakat 3.Pertanggungjawaban

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

Faktor-Faktor yang menghambat pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD):

Sumber DayaManusia PartisipasiMasyarakat Informasi

Pemerintah Desa

Pengelolaan AlokasiDana Desa (ADD)

Efektivitas

Analisis Deskriptif

Kesimpulan / Saran

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

judul “ EVALUASI PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN DESA (Studi Pada Desa Bocek Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang).. Maksud dari

Hasil penelitian menunjukan bahwa Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam pembangunan fisik di Desa Sukomulyo pada proses perencanaan pemerintah desa telah

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di dalam penelitian ini, bahwa faktor penghambat dalam Pengelolaan Dana Desa dalam meningkatkan pembangunan fisik di

Pemerintah desa leu untuk anggaran Alokasi dana desa tahun 2020 telah mengalokasikan Alokasi dana desa untuk program pembangunan desa dan juga program pemberdayaan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa perencanaan pengelolaan Keuangan desa (Alokasi Dana Desa) dalam pembangunan fisik di Desa Batu Timbau telah

Berdasarkan dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan penulis tentang Efektivitas Pelaksanaan Penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Dessa Setako Raya

Skripsi yang berjudul “Analisis Akuntabilitas, Efektivitas dan Efisiensi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Studi di Desa Luari Kecamatan Tobelo Kabupaten Halmahera Utara)”

Alasan peneliti memilih alokasi dana desa sebagai bahan penelitian dikarenakan alokasi dana desa mempunyai pengaruh yang besar dalam pembangunan di Desa, dibandingkan