• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. memahami profil responden yang digunakan dalam penelitian ini.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. memahami profil responden yang digunakan dalam penelitian ini."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

38

Di dalam bab ini penulis bertujuan untuk mengintepretasikan deskripsi objek penelitian serta hasil analisis penelitian dan pembahasan.

Pembahasan diawali dengan hasil statistik deskriptif yang bertujuan untuk memahami profil responden yang digunakan dalam penelitian ini.

Selanjutnya diikuti dengan pembahasan mengenai pengujian instrumen penelitian yang meliputi pengujian validitas dan reliabilitas. Hal ini dilakukan untuk menjamin data penelitian yang diperoleh, sehingga kualitasnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kemudian dilanjutkan dengan analisis kriteria goodness of fit model penelitian beserta pembahasannya. Terakhir adalah pembahasan mengenai hasil pengujian Structural Equation Modelling (SEM) yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antar variabel yang dihipotesiskan.

Dengan demikian, pembahasan dalam bab ini difokuskan pada:

analisis statistik deskriptif, analisis instrumen penelitian, analisis kriteria goodness of fit model penelitian, dan pembahasan mengenai analisis Structural Equation Modelling (SEM).

A. GAMBARAN UMUM

1. Sejarah PT. Angkasa Pura 1 Bandara Adi Soemarmo

Bandara ini dulu bernama Pangkalan Udara (Lanud) Panasan, karena terletak di kawasan Panasan. Kemudian namanya diubah menjadi Pangkalan Udara Adisumarmo mengikuti nama Adi Sumarmo (adik dari

(2)

Agustinus Adisucipto). Bandara ini dulu bernama Pangkalan Udara (Lanud) Panasan yang dibangun pertama kali pada tahun 1940 oleh Pemerintah Belanda sebagai lapangan terbang darurat. Ketika bala tentara Jepang masuk ke Indonesia bandara tersebut sempat dihancurkan oleh Belanda namun dibangun lagi oleh Pemerintah Jepang sejak pada tahun 1942 sebagai basis militer penerbangan angkatan laut (Kaigun Bokusha). Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia penyelenggaraan bandara dilaksanakan oleh "Penerbangan Surakarta"

yang diresmikan pada tanggal 6 Februari 1946. Pada tanggal 1 Mei 1946, Penerbangan Surakarta sejak berubah menjadi "Pangkalan Udara Panasan" yang hanya diperuntukkan penerbangan militer. Pangkalan udara tersebut pertama kali digunakan secara resmi untuk penerbangan komersial pada tanggal 23 April 1974 yang dilayani oleh Garuda Indonesia dengan rute Jakarta-Soekarno Hatta-Solo & Solo-Jakarta- Soekarno Hatta dengan frekuensi 3-kali seminggu.

Pada tanggal 25 Juli 1977, "Pangkalan Udara Panasan berubah nama menjadi Pangkalan Udara Utama Adi Sumarmo" yang mengikuti nama Adi Sumarmo (adik dari Agustinus Adisucipto).

Pada tanggal 31 Maret 1989, Bandara ini ditetapkan menjadi Bandara Internasional dengan melayani penerbangan rute Solo-Kuala Lumpur & Solo-Singapore-Changi. Pada tanggal 1 Januari 1992, Bandara Adi Sumarmo dikelola oleh Perusahaan Umum Angkasa Pura I yang pada tanggal 1 Januari 1993 berubah status menjadi Persero Terbatas Angkasa Pura I sampai dengan sekarang.

(3)

PT Angkasa Pura I (Persero) yang selanjutnya disebut Angkasa Pura Airports bertekad mewujudkan perusahaan berkelas dunia yang profesional. Angkasa Pura Airports yakin dapat melakukan yang terbaik dengan memberikan pelayanan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan berstandar internasional bagi para pelanggan.

Sejarah Angkasa Pura Airports sebagai pelopor pengusahaan kebandarudaraan secara komersial di Indonesia bermula dari kunjungan kenegaraan Presiden Soekarno ke Amerika Serikat untuk bertemu dengan Presiden John F Kennedy. Setibanya di tanah air, Presiden Soekarno menegaskan keinginannya kepada Menteri Perhubungan dan Menteri Pekerjaan Umum agar lapangan terbang di Indonesia dapat setara dengan lapangan terbang di negara maju.

Tak lama kemudian, pada tanggal 15 November 1962 terbitlah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 1962 tentang Pendirian Perusahaan Negara (PN) Angkasa Pura Kemayoran. Tugas pokoknya adalah untuk mengelola dan mengusahakan Pelabuhan Udara Kemayoran di Jakarta yang saat itu merupakan satu-satunya bandar udara internasional yang melayani penerbangan dari dan ke luar negeri selain penerbangan domestik.

Setelah melalui masa transisi selama dua tahun, terhitung sejak 20 Februari 1964 PN Angkasa Pura Kemayoran resmi mengambil alih secara penuh aset dan operasional Pelabuhan Udara Kemayoran Jakarta dari Pemerintah. Tanggal 20 Februari 1964 itulah yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Angkasa Pura Airports.

(4)

Pada tanggal 17 Mei 1965, berdasarkan PP Nomor 21 tahun 1965 tentang Perubahan dan Tambahan PP Nomor 33 Tahun 1962, PN Angkasa Pura Kemayoran berubah nama menjadi PN Angkasa Pura, dengan maksud untuk lebih membuka kemungkinan mengelola bandar udara lain di wilayah Indonesia.

Secara bertahap, Pelabuhan Udara Ngurah Rai - Bali, Halim Perdanakusumah - Jakarta, Polonia - Medan, Juanda - Surabaya, Sepinggan - Balikpapan, dan Sultan Hasanuddin - Ujungpandang, kemudian bergabung dalam pengelolaan PN Angkasa Pura.

Selanjutnya, berdasarkan PP Nomor 37 tahun 1974, status badan hukum perusahaan diubah menjadi Perusahaan Umum (Perum). Dalam rangka pembagian wilayah pengelolaan bandar udara, berdasarkan PP Nomor 25 Tahun 1987 tanggal 19 Mei 1987, nama Perum Angkasa Pura diubah menjadi Perusahaan Umum Angkasa Pura I, hal ini sejalan dengan dibentuknya Perum Angkasa Pura II yang secara khusus diberi tugas untuk mengelola Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma. Selanjutnya, berdasarkan PP Nomor 5 Tahun 1992, bentuk Perum diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) yang sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh Negara Republik Indonesia sehingga namanya menjadi PT Angkasa Pura I (Persero) dengan Akta Notaris Muhani Salim, SH tanggal 3 Januari 1993 dan telah memperoleh persetujuan Menteri Kehakiman dengan keputusan Nomor C2-470.HT.01.01 Tahun 1993 tanggal 24 April 1993 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 52 tanggal 29 Juni 1993 dengan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor2914/1993.

(5)

Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan terakhir adalah berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 14 Januari 1998 dan telah diaktakan oleh Notaris Imas Fatimah, SH Nomor 30 tanggal 18 September 1998. Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: C2-25829.HT.01.04 Tahun 1998 tanggal 19 November 1998 dan dicantumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 50 tanggal 22 Juni 1999 dengan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 3740/1999.

Hingga saat ini, Angkasa Pura Airports mengelola 13 (tiga belas) bandara di kawasan tengah dan timur Indonesia, yaitu:

1. Bandara Ngurah Rai - Denpasar 2. Bandara Juanda - Surabaya 3. Bandara Hasanuddin - Makassar 4. Bandara Sepinggan - Balikpapan 5. Bandara Frans Kaisiepo - Biak 6. Bandara Sam Ratulangi - Manado 7. Bandara Syamsudin Noor - Banjarmasin 8. Bandara Ahmad Yani - Semarang 9. Bandara Adisutjipto - Yogyakarta 10. Bandara Adisumarmo - Surakarta

11. Bandara Internasional Lombok - Lombok Tengah 12. Bandara Pattimura - Ambon

13. Bandara El Tari – Kupang

(6)

2. Visi, Misi, dan Nilai Budaya PT Angkasa Pura I Bandara Adi Soemarmo

a. Visi Perusahaan

Menjadi salah satu dari sepuluh perusahaan pengelola bandar udara terbaik di Asia.

b. Misi Perusahaan

1. Meningkatkan nilai pemangku kepentingan

2. Menjadi mitra pemerintah dan pendorong pertumbuhan ekonomi 3. Mengusahakan jasa kebandarudaraan melalui pelayanan prima

yang memenuhi standar keamanan, keselamatan, dan kenyamanan

4. Meningkatkan daya saing perusahaan melalui kreatifitas dan inovasi

5. Memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan hidup c. Nilai Budaya Perusahaan

1. Sinergi 2. Adaptif 3. Terpercaya 4. Unggul

(7)

3. Struktur Organisasi

B. ANALISIS DESKRIPTIF

Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi serta menjelaskan karakteristik sebuah kelompok karyawan dalam suatu organisasi. Dalam penelitian ini analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis profil responden dan tanggapan responden terhadap item pertanyaan yang diajukan mengenai Dampak Kepemimpinan etis dan Iklim etis pada Perilaku etis karyawan. Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah keseluruhan karyawan serta atasan karyawan pada PT. Angkasa Pura 1 Bandara Adi Soemarmo.

Pada penelitian ini Kuisioner yang disebar kepada pihak PT. Angkasa Pura 1 Bandara Adi Soemarmo sebanyak 200 Kuisioner. Kuisioner tersebut

(8)

di sebar dalam jangka waktu 1-2 minggu dimana penyebaran kuisioner dilakukan dengan pendampingan pihak manajemen PT. Angkasa Pura 1 Bandara Adi Soemarmo pada jam kerja perusahaan. Jumlah kuisioner yang dapat di kumpulkan kembali oleh peneliti sejumlah 182 kuisioner (respond rate 91%) Sedangkan kuisioner yang memenuhi syarat untuk di uji sebanyak 158 kuisioner.

Tabel IV.1

Proporsi Kuisioner Yang digunakan

Keterangan Jumlah Presentase %

Kuisioner yang di sebarkan 200 100%

Kuisioner yang kembali 182 91%

Kuisioner yang dapat di olah 158 79%

Kuisioner yang tidak dapat di olah / rusak 24 12%

Sumber: Data primer yang diolah (2016) 1. Karakteristik Responden

Gambaran tentang karakteristik responden diperoleh dari data diri yang terdapat pada bagian data responden yang terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan, dan lama berkerja .

Tabel IV.2

Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis

Kelamin Frekuensi Persentase

%

Laki-laki 103 65.20%

Perempuan 55 34.80%

Jumlah 158 100%

Sumber: Data primer yang diolah (2016)

Berdasarkan Tabel IV.2 dapat diketahui dari 158 responden, 65.2% atau 103 responden berjenis kelamin laki-laki dan 34.8% atau 55 responden berjenis kelamin perempuan. Hal ini

(9)

menunjukkan bahwa lebih banyak karyawan laki-laki daripada perempuan di dalam perusahaan.

Tabel IV.3

Deskripsi Responden Berdasarkan Usia Usia

(Tahun) Frekuensi Persentase (%)

<20 1 6%

21 – 30 48 30.40%

31 – 40 54 34.20%

41 – 50 45 28.50%

>50 10 6.30%

JUMLAH 158 100%

Sumber: Data primer yang diolah (2016)

Berdasarkan Tabel IV.3 dapat diketahui bahwa dari 158 responden, sebagian besar responden yaitu 54 orang (34.2%) berusia 31 - 40 tahun. Hal ini menunjukan bahwa PT.Angkasa Pura1 Bandara Adi Soemarmo tidak selalu merekrut karyawan pada setiap tahunnya, jadi pada karyawan usia tua yang lebih mendominasi.

Tabel IV.4

Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenjang Pendidikan Responden Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

SD - -

SMP - -

SMA 13 8.20%

D3 48 30.40%

S1 87 55.10%

S2 10 6.30%

Total 158 100%

Sumber: Data primer yang diolah (2016)

Berdasarkan Tabel IV.4 dapat diketahui bahwa dari 158 responden, sebagian besar responden yaitu 87 orang (55.1%)

(10)

berpendidikan terakhir S1. Hal ini dikarenakan sebagian besar karyawan bekerja pada bagian office operasianal.

Tabel IV.5

Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Kerja Lama kerja

(Tahun) Frekuensi Persentase (%)

0 – 1 3 1.90%

1,1 – 2 17 10.80%

2,1 – 4 62 39.20%

4,1 – 5 56 35.40%

>5 20 12.70%

Total 158 100%

Sumber: Data primer yang diolah (2016)

Berdasarkan Tabel IV.5 dapat diketahui bahwa dari 158 responden, sebagian kecil responden yaitu 3 karyawan (1.9%). Hal ini dikarenakan perusahaan belum tentu setiap tahunnya membuka lowongan untuk karyawan baru, sebab belum ada pergantian karyawan baru jika belum ada karyawan yang pensiun atau karyawan yang mengundurkan diri.

2. Tanggapan Responden

Tanggapan responden terhadap kuisioner yang diberikan peneliti Nampak pada jawaban responden. Dalam analisis ini akan diuraikan mengenai kecenderungan pendapat dan tanggapan dari karyawan PT.

Angkasa Pura I Persero Bandara Adi Soemarmo Boyolali. Pernyataan responden mengenai Variabel penelitian dapat dilihat pada jawaban responden terhadap kuisioner yang diberikan peneliti dan pernyataan ini diukur menggunakan skala likert.

(11)

a. Tanggapan responden mengenai Kepemimpinan Etis

Deskripsi tanggapan responden sebanyak 158 orang terhadap indikator pernyataan Kepemimpinan Etis berjumlah 7 indikator. Dari data kuesioner yang terdapat pada lampiran dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada setiap indikator pernyataan adalah sebagai berikut :

Tabel IV.6

Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai Kepemimpinan Etis

NO Pernyataan Jumlah Jawaban Responden (%)

SS S KS TS STS Mean 1 Atasan saya dapat dipercaya, dan

Atasan saya membuat keputusan

yang adil dan seimbang 14 63 22 1 - 3.9

2 Atasan saya membahas etika bisnis

atau nilai-nilai dengan para karyawan 18 68 14 1 - 4.03 3 Atasan saya sangat perhatian

terhadap para karyawan, dan Atasan saya mendengarkan apa yang karyawan katakana

8.2 64 27 1 - 3.8

4 Atasan saya menetapkan contoh bagaimana melakukan berbagai hal dengan cara yang benar dalam hal etika

19 64 17 1 - 4.01

5 Atasan saya mendefinisikan kesuksesan tidak hanya dengan

hasil tetapi juga berdasarkan proses 20 60 20 1 - 3.97

6 Atasan saya bertanya: apa hal yang benar untuk dilakukan Ketika

membuat keputusan ? 24 54 20 2 - 4

7 Atasan saya menjalani kehidupan pribadinya dengan cara yang etis, dan Atasan saya disiplin terhadap karyawan yang melanggar standar etika

25 50 22 3 - 3.96

Sumber: Data primer yang diolah (2016)

(12)

Berdasarkan Tabel IV.6 dapat diketahui komposisi jawaban dari masing-masing item pertanyaan. Jawaban responden menunjukkan sebagian besar responden memilih setuju pada pernyataan item indikator nomor 2 yaitu: Atasan saya membahas etika bisnis atau nilai-nilai dengan para karyawan dengan mean sebesar 4.03, yang berarti bila atasan selalu membahas tentang etika bisnis pada karyawan maka karyawan akan mematuhi intruksi etika pada saat berkerja dan peduli terhadap karyawan yang lain

b. Tanggapan Responden Mengenai Iklim etis (Aturan dan Kebijakan) Deskripsi tanggapan responden sebanyak 158 orang terhadap indikator pernyataan Iklim etis (Aturan dan Kebijakan) berjumlah 5 indikator. Dari data kuesioner yang terdapat pada lampiran dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada setiap indikator pernyataan adalah sebagai berikut :

(13)

Tabel IV.7

Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai Iklim etis (Aturan dan Kebijakan)

NO Pernyataan Jumlah Jawaban Responden (%)

SS S KS TS STS Mean 1 Karyawan mematuhi instruksi etika

perusahaan saat menghubungi pelanggan

10 60 28 3 - 3.77

2 Cara yang paling efisien untuk menyelesaikan pekerjaan adalah '' melakukan hal yang benar ''

16 63 20 1 - 3.94

3 Para karyawan peduli satu sama lain

dalam perusahaan 13 61 24 2 - 3.85

4 Para karyawan mematuhi dengan

keras kebijakan perusahaan 11 53 32 4 - 3.72

5 Perhatian utamanya adalah selalu melakukan apa yang terbaik bagi orang lain, dan Kesuksesan para karyawan di perusahaan ditentukan oleh aturan

9.5 53 33 4 - 3.68

Sumber: Data primer yang diolah (2016)

Berdasarkan Tabel IV.7 dapat diketahui komposisi jawaban dari masing-masing item pertanyaan. Jawaban responden menunjukkan sebagian besar responden memilih setuju pada pernyataan item indikator nomor 2 yaitu: Cara yang paling efisien untuk menyelesaikan pekerjaan adalah '' melakukan hal yang benar '' dengan mean sebesar 3.94. Bila karyawan melakukan cara yang paling efisien dalam melakukan pekerjaan maka karyawan tersebut dapat memutuskan sendiri apa yang benar dan yang salah.

c. Tanggapan Responden Mengenai Iklim etis (Kebebasan)

Deskripsi tanggapan responden sebanyak 158 orang terhadap indikator pernyataan Iklim etis (Kebebasan) berjumlah 4 indikator. Dari data kuesioner yang terdapat pada lampiran dapat dilihat deskripsi

(14)

tanggapan responden pada setiap indikator pernyataan adalah sebagai berikut :

Tabel IV.8

Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai Iklim etis (Kebebasan)

NO Pernyataan Jumlah Jawaban Responden (%)

SS S KS TS STS Mean 1 Karyawan dapat memutuskan

sendiri apa yang benar dan yang salah

5 62 32 1 - 3.71

2 Karyawan diharapkan untuk mengikuti keyakinan pribadi dan moral mereka sendiri

8 57 34 2 - 3.7

3 Karyawan dipandu oleh

kemandirian mereka sendiri 4 61 34 1 - 3.67 4 Pendapat karyawan dihargai 9 56 33 3 - 3.71

Sumber: Data primer yang diolah (2016)

Berdasarkan Tabel IV.8 dapat diketahui komposisi jawaban dari masing-masing item pertanyaan. Jawaban responden menunjukkan sebagian besar responden memilih setuju pada pernyataan item indikator nomor 1 dan 4 yaitu: Karyawan dapat memutuskan sendiri apa yang benar dan yang salah dan pendapat karyawan dihargai dengan mean sebesar 3.71, hal ini menunjukan karyawan dapat memutuskan dan melakukan tugasnya sendiri.

d. Tanggapan Responden Mengenai Iklim etis (Hukum dan Standar professional)

Deskripsi tanggapan responden sebanyak 158 orang terhadap indikator pernyataan Iklim etis (Hukum dan Standar professional)

(15)

berjumlah 3 indikator. Dari data kuesioner yang terdapat pada lampiran dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada setiap indikator pernyataan adalah sebagai berikut :

Tabel IV.9

Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai Iklim etis (Hukum dan Standar professional)

NO Pernyataan Jumlah Jawaban Responden (%)

SS S KS TS STS Mean 1 Karyawan diharapkan untuk

mengikuti hukum atau standar professional

12 67 20 1 - 3.9 2 Karyawan diharapkan untuk patuh

dengan hukum dan standar profesional diatas pertimbangan lainnya

14 68 18 1 - 3.95 3 Hukum atau kode etik profesi mereka

adalah pertimbangan utama 12 66 22 1 - 3.89 Sumber: Data primer yang diolah (2016)

Berdasarkan Tabel IV.9 dapat diketahui komposisi jawaban dari masing-masing item pertanyaan. Jawaban responden menunjukkan sebagian besar responden memilih setuju pada pernyataan item indikator nomor 2 yaitu: Karyawan diharapkan untuk patuh dengan hukum dan standar profesional diatas pertimbangan lainnya dengan mean sebesar 3.95, Hal ini menunjukan karyawan harus patuh pada hukum yang berlaku diperusahaan.

e. Tanggapan Responden Mengenai Iklim etis (Kepedulian)

Deskripsi tanggapan responden sebanyak 158 orang terhadap indikator pernyataan Iklim etis (Kepedulian) berjumlah 2 indikator. Dari data kuesioner yang terdapat pada lampiran dapat dilihat deskripsi

(16)

tanggapan responden pada setiap indikator pernyataan adalah sebagai berikut :

Tabel IV.10

Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai Iklim etis (Kepedulian)

NO Pernyataan Jumlah Jawaban Responden (%)

SS S KS TS STS Mean 1

Perhatian yang paling penting adalah kebaikan bagi semua orang secara keseluruhan

9.5 65 25 1 - 3.83

2 Apa yang terbaik bagi semua orang

adalah pertimbangan utama di sini 18 65 16 1 - 3.99 Sumber: Data primer yang diolah (2016)

Berdasarkan Tabel IV.10 dapat diketahui komposisi jawaban dari masing-masing item pertanyaan. Jawaban responden menunjukkan sebagian besar responden memilih setuju pada pernyataan item indikator nomor 2 yaitu: Apa yang terbaik bagi semua orang adalah pertimbangan utama di sini dengan mean sebesar 3.99, Hal ini menunjukan bahwa karyawan harus mempertimbangkan yang terbaik bagi semua orang.

f. Tanggapan Responden Mengenai Perilaku Etis (Normative)

Deskripsi tanggapan responden sebanyak 158 orang terhadap indikator pernyataan Perilaku Etis (Normative) berjumlah 4 indikator. Dari data kuesioner yang terdapat pada lampiran dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada setiap indikator pernyataan adalah sebagai berikut :

(17)

Tabel IV.11

Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai Perilaku Etis (Normative)

NO Pernyataan

Jumlah Jawaban Responden (%)

SS S KS TS STS Mean 1 Saya pikir teman-teman saya tidak lolos, lalu

menyalahkan kesalahan pada rekan kerja yang tidak bersalah, dan Saya pikir teman- teman saya tidak menyembunyikan kesalahan pribadi

21 66 13 - - 4.08

2 Saya pikir teman-teman saya tidak mengklaim untuk karya orang lain, dan Saya pikir teman-teman saya tidak memberikan hadiah / bantuan dalam pertukaran untuk perlakuan khusus

20 70 10 - - 4.09

3 Saya pikir teman-teman saya tidak menggunakan jasa perusahaan untuk penggunaan pribadi, Saya pikir teman-teman saya tidak melakukan bisnis pribadi di jam kerja, dan Saya pikir teman-teman saya tidak menghabiskan waktu lebih lama dari yang diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan

19 67 15 - - 4.04

4 Saya pikir teman-teman saya tidak membocorkan informasi rahasia, Saya pikir teman-teman saya tidak melaporkan pelanggaran oleh orang lain mengenai kebijakan dan aturan perusahaan, dan Saya pikir teman-teman saya tidak memiliki hak kepada bawahan yang melanggar aturan perusahaan

19 72 9.5 - - 4.09

Sumber: Data primer yang diolah (2016)

Berdasarkan Tabel IV.11 dapat diketahui komposisi jawaban dari masing-masing item pertanyaan. Jawaban responden menunjukkan sebagian besar responden memilih setuju pada pernyataan item indikator nomor 2 dan 4 yaitu: Saya pikir teman-teman saya tidak mengklaim untuk karya orang lain, dan Saya pikir teman-teman saya tidak memberikan hadiah / bantuan dalam pertukaran untuk perlakuan khusus dan Saya pikir teman-teman saya tidak membocorkan informasi rahasia,

(18)

Saya pikir teman-teman saya tidak melaporkan pelanggaran oleh orang lain mengenai kebijakan dan aturan perusahaan, dan Saya pikir teman- teman saya tidak memiliki hak kepada bawahan yang melanggar aturan perusahaan dengan mean sebesar 4.09.

g. Tanggapan Responden Mengenai Perilaku Etis (Yuridis)

Deskripsi tanggapan responden sebanyak 158 orang terhadap indikator pernyataan Perilaku Etis (Yuridis) berjumlah 4 indikator. Dari data kuesioner yang terdapat pada lampiran dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada setiap indikator pernyataan adalah sebagai berikut :

Tabel IV.12

Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai Perilaku Etis (Yuridis)

NO Pernyataan

Jumlah Jawaban Responden (%)

SS S KS TS STS Mean 1 Saya pikir teman-teman saya tidak mencuri

material perusahaan dan persediaan, dan Saya piker teman-teman saya tidak memalsukan waktu, kualitas, atau kuantitas laporan

28 57 15 - - 4.13

2 Saya pikir teman-teman saya tidak

membayar pengeluaran ppn lebih dari 10% 30 56 13 - - 4.17 3 Saya pikir teman-teman saya tidak

mengaku sakit untuk mengambil hari libur, dan Saya piker teman-teman saya tidak mengambil waktu extra pribadi (jam makan siang, istirahat, awal keberangkatan)

29 55 16 - - 4.13

4 Saya pikir rekan-rekan saya tidak menerima hadiah / bantuan dalam pertukaran untuk perlakuan khusus

28 60 13 - - 4.15 Sumber: Data primer yang diolah (2016)

Berdasarkan Tabel IV.12 dapat diketahui komposisi jawaban dari masing-masing item pertanyaan. Jawaban responden menunjukkan

(19)

sebagian besar responden memilih setuju pada pernyataan item indikator nomor 2 yaitu: Saya pikir teman-teman saya tidak membayar pengeluaran ppn lebih dari 10%, dengan mean sebesar 4.17.

C. Hasil Uji Kualitas Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan bahwa instrument atau alat ukur, teknik, atau proses yang digunakan untuk mengukur suatu konsep benar-benar melakukan fungsi ukurnya yaitu konsep yang diinginkan (Sekaran, 2000). Pengujian validitas penelitian ini dengan Confirmatory Factor Analysis (CFA) menggunakan software SPSS Statistics 22 for windows, dikatakan valid jika setiap item pertanyaan mempunyai factor loading ≥ 0,50. Selain itu, nilai Kaiser- Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy yang berada diatas 0,5 dan memiliki signifikansi dibawah 0,05 menunjukkan bahwa suatu variabel dapat dianalisis lebih lanjut.

Tabel IV.13

Hasil Pengujian Validitas KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. 0.69 Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square 2224.02

Df 351

Sig. 0

(20)

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

1 2 3 4 5 6 7

EL1 .588

EL2 .711

EL3 .541

EL4 .748

EL5 .518

RP1 .736

RP2 .617

RP3 .689

RP4 .653

RP5 .803

IP1 .805

IP2 .652

IP3 .815

IP4 .815

TLP1 .787

TLP2 .771

TLP3 .855

CR1 .760

CR2 .649

NR1 .818

NR2 .859

NR3 .846

NR4 .885

JR1 .917

JR2 .912

JR3 .854

JR4 .913

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

(21)

Dari hasil analisis diperoleh nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequancy pada kotak KMO and Bartlet’s Test adalah sebesar 0,690 hasil ini memperlihatkan bahwa instrumen ini valid karena KMO telah melebihi dari 0,5. Sampling itu, dilihat dari hasil Bartlett’s Test of Sphericity menunjukkan nilai 2.224.021. Dengan nilai signifikansi 0,000 dapat disimpulkan bahwa instrumen ini telah memenuhi syarat valid.

Berdasarkan hasil pengujian validitas diperoleh hasil pada table Rotated Component Matrix, dari seluruh indikator baik dari kepemimpinan etis, Iklim etis (aturan dan kebijakan), Iklim etis (kebebasan), Iklim etis (Hukum dan standar professional), Iklim etis (kepedulian), perilaku etis (normative), dan perilaku etis (yuridis) telah terekstrak sempurna setelah tidak mengikutsertakan dua indikator sebelumnya pada kepemimpinan etis yaitu EL6 dan EL7 (factor loading ≥ 0,05). Sehingga dinyatakan valid dan dapat dilanjutkan pada uji reliabilitas.

2. Uji Reliabilitas (Cronbach Alpha)

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006). Suatu variable dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,60 (Nunnally dalam Ghozali, 2006). Dari hasil uji reliabilitas menggunakan bantuan SPSS Statistics 22 for windows didapatkan nilai Cronbach’s Alpha masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

(22)

Tabel IV.14 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s

Alpha Keterangan

Kepeminpinan etis 0,667 Reliabel

Iklim etis (aturan dan kebijakan) 0,773 Reliabel

Iklim etis (kebebasan) 0,798 Reliabel

Iklim etis (hukum dan standar

professional) 0,809 Reliabel

Iklim etis (kepedulian) 0,602 Reliabel

Perilaku etis (normative) 0,877 Reliabel

Perilaku etis (yuridis) 0,935 Reliabel

Sumber: Data primer diolah 2016

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas pada tabel IV.13 diperoleh hasil dari ketujuh variabel yang diteliti, yaitu: kepemimpinan etis, Iklim etis (aturan dan kebijakan), Iklim etis (kebebasan), Iklim etis (Hukum dan standar professional), Iklim etis (kepedulian), perilaku etis (normative), dan perilaku etis (yuridis) memiliki nilai cronbach alpha > 0,60, yang berarti bahwa instrumen yang diteliti untuk mengungkap kelima variabel tersebut dinyatakan layak dijadikan instrumen dalam penelitian ini atau dikatakan reliabel.

D. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode statistic Structural Equation Model (SEM). Pada prinsipnya, model structural bertujuan untuk menguji hubungan sebab akibat dari hubungan variable sehingga jika salah satu variabel diubah, maka terjadi perubahan pada variabel yang lain. Analisis SEM dimungkinkan terdapat beberapa variable

(23)

dependen, dan variabel ini dimungkinkan menjadi variabel independen bagi variabel dependen yang lainnya.

Data penelitian ini diolah menggunakan sofware SPSS Amos 22. Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi sebelum melakukan pengujian dengan pendekatan SEM. Asumsi-asumsi SEM tersebut meliputi asumsi kecukupan sampel, normalitas, dan outliers (Ferdinand, 2000). Berikut pembahasan mengenai asumsi pada SEM.

1. Asumsi Kecukupan Sample

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 200 responden. Dari 200 kuesioner yang dibagikan, hanya kembali 182 kuesioner, dan setelah dilihat bahwa kuesioner yang lengkap dan layak untuk diolah sebanyak 158 kuesioner yang kemudian diuji dan dianalisis dalam penelitian ini. Jumlah tersebut sudah dinilai memenuhi karena jumlah sample minimal bagi penelitian yang menggunakan analisis statistik SEM dengan prosedur Maximum Likelihood Estimation (jumlah indikator dikali 5-10). Sample minimal 5 kali indikator yaitu 5 x 29 indikator pada kuesioner yaitu berjumlah 145 responden, sehingga jumlah sampel sebanyak 158 sudah dianggap memenuhi.

2. Asumsi Normalitas

Syarat lain yang harus dipenuhi dalam menggunakan analisis SEM yaitu normalitas data. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal.

Normalitas dibagi menjadi 2 yaitu univariate normally dan multivariate normally. Ghozali dan Fuad (2005) membagi distribusi data menjadi 3 bagian, yaitu:

(24)

1) Normal, yaitu nilai skewness kurang dari 2 dan nilai kurtosis kurang dari 7.

2) Moderately non-normal, yaitu besarnya data yang tidak normal adalah sedang. Nilai skewness antara 2 sampai 3 dan nilai kurtosis antara 7 sampai 21.

3) Extremely non-normal, yaitu distribusi data yang tidak normal sangat besar. Nilai skewness diatas 3 dan nilai kurtosis diatas 21.

Normalitas univariate dan multivariate terhadap data yang digunakan dalam analisis ini diuji menggunakan SPSS Amos 22. Hasil Uji asumsi normalitas dapat dilihat pada Tabel IV.14

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel di atas diperoleh hasil bahwa secara univariate tidak ada nilai C.R skewness > 2 dan nilai C.R kurtosis >7, secara multivariate nilai CR kurtosis < 7. Hasil tersebut menunjukkan bahwa baik secara univariate maupun multivariate data telah terdistribusi normal.

(25)

Tabel IV.15 Hasil Uji Normalitas Assessment of normality (Group number 1)

Variable min Max skew c.r. kurtosis c.r.

EL5 2 5 -0.23 -1.18 -0.004 -0.01

EL4 2 5 -0.17 -0.872 0.174 0.447

EL3 2 5 -0.134 -0.687 0.044 0.113

EL2 2 5 -0.194 -0.994 0.612 1.57

EL1 2 5 -0.227 -1.163 0.271 0.694

JR4 3 5 -0.109 -0.558 -0.483 -1.24

JR3 3 5 -0.147 -0.752 -0.717 -1.841

JR2 3 5 -0.165 -0.849 -0.628 -1.612

JR1 3 5 -0.123 -0.631 -0.63 -1.617

NR4 3 5 0.107 0.55 0.47 1.205

NR3 3 5 -0.001 -0.003 -0.019 -0.048

NR2 3 5 0.077 0.395 0.332 0.852

NR1 3 5 -0.005 -0.028 -0.073 -0.188

CR2 2 5 -0.312 -1.604 0.597 1.531

CR1 2 5 -0.136 -0.696 0.118 0.304

TLP3 2 5 -0.153 -0.786 0.27 0.693

TLP2 2 5 -0.187 -0.96 0.52 1.334

TLP1 2 5 -0.318 -1.632 0.687 1.763

IP4 2 5 -0.137 -0.701 -0.087 -0.223

IP3 2 5 -0.281 -1.444 -0.17 -0.436

IP2 2 5 -0.116 -0.593 -0.103 -0.263

IP1 2 5 -0.269 -1.378 0.004 0.01

RP5 2 5 -0.21 -1.078 -0.101 -0.26

RP4 2 5 -0.176 -0.902 -0.147 -0.377

RP3 2 5 -0.261 -1.338 0.227 0.582

RP2 2 5 -0.247 -1.27 0.304 0.779

RP1 2 5 -0.265 -1.362 0.153 0.391

Multivariate 130.012 20.648

Sumber: data primer diolah, 2016

3. Evaluasi Outlier

Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim yang memiliki karakteristik unik yang sangat berbeda dari observasi

(26)

lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk variabel tunggal maupun variabel kombinasi. Dalam analisis multivariate adanya outlier dapat diuji dengan statistik chi square 2) terhadap nilai mahalanobis distance squared pada tingkat signifikansi 0,001 dengan degree of freedom (27, 0,001 = 55,47602) sejumlah variabel yang digunakan dalam penelitian atau secara univariate dapat dilihat dengan melihat nilai p1 dan p2, dengan ketentuan apabila nilai probabilitas > 0,05 maka data observasi dikatakan tidak mengalami masalah outlier.

Tabel IV.16

Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Group number 1)

Observation number

Mahalanobis

d-squared p1 p2

3 55.022 0.001 0.165

19 54.358 0.001 0.02

4 54.064 0.001 0.002

15 54.036 0.002 0

43 53.88 0.002 0

1 53.809 0.002 0

11 53.741 0.002 0

64 53.438 0.002 0

72 50.635 0.004 0

34 50.582 0.004 0

… … … …

144 21.494 0.763 1

152 21.494 0.763 1

91 21.343 0.77 1

104 20.756 0.798 1

129 20.675 0.801 1

Sumber: data primer diolah, 2015

Berdasarkan tabel IV.15, dapat dilihat bahwa tidak ada outlier karena seluruh observasi memiliki Mahalanobis Distance <55,47602 .

(27)

c. Analisis Goodness of Fit

Evaluasi nilai Goodness of Fit dari model penelitian yang diajukan dapat dilihat pada Tabel IV.16 berikut ini:

Tabel IV.17

Hasil Goodness of Fit Model

Goodness of Fit Cut-off Value Hasil Evaluasi Model Chi-Square (x²) Diharapkan kecil 624.88 Buruk

Sig Probability (p) ≥ 0,05 0 Buruk

GFI ≥ 0,90 0.792 Buruk

RMSEA ≤ 0,08 0,079 Baik

AGFI ≥ 0,90 0,751 Buruk

TLI ≥ 0,90 0,829 Marginal

CFI ≥ 0,90 0,847 Marginal

NFI ≥ 0,90 0,737 Buruk

CMIN/DF ≤ 2,0 1,984 Baik

Sumber: Data primer yang diolah (2016)

Tujuan dari analisis Chi-Square ( ²) adalah mengembangkan dan menguji model yang sesuai dengan data. Nilai chi square yang kecil akan menghasilkan nilai probabilitas (p) yang lebih besar dari tingkat signifikansi (α) dan ini menunjukkan bahwa input matrik kovarian antara prediksi dengan observasi sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan

(Ghozali, 2008). ² rendah dan tingkat

signifikansi lebih besar dari 0,05 mengindikasikan tidak ada perbedaan yang signifikan antara matriks kovarian data dan matriks kovarian yang

diestimasi. Chi-Square ²

pada penelitian ini sebesar 624.884 dengan probabilitas 0,000 menunjukkan bahwa model penelitian yang diajukan belum dapat diterima karena terdapat perbedaan antara matrik kovarian sampel dengan matrik kovarian populasi yang diamati. Nilai GFI sebesar 0.792 menunjukkan

(28)

bahwa model ini memiliki kesesuaian yang kurang baik. Nilai RMSEA sebesar 0,079 menunjukkan bahwa model ini menunjukkan kesesuaian yang baik. Nilai AGFI sebesar 0,751 menunjukkan bahwa model ini memiliki kesesuaian yang kurang baik. Nilai TLI sebesar 0,829 menunjukkan bahwa model ini memiliki kesesuaian yang marginal. Nilai CFI sebesar 0,847 menunjukkan bahwa model ini memiliki kesesuaian yang marginal. Nilai NFI sebesar 0,737 menunjukkan bahwa model ini memiliki kesesuaian yang kurang baik. Nilai CMIN/DF sebesar 1,984 menunjukkan bahwa model ini memiliki kesesuaian yang baik.

Berdasarkan keseluruhan pengukuran goodness of fit di atas mengindikasikan bahwa model yang diajukan dalam penelitian belum dapat diterima. Karena model yang diajukan dalam penelitian ini belum dapat diterima maka peneliti mempertimbangkan untuk melakukan modifikasi model untuk membentuk model alternatif yang mempunyai goodness of fit yang baik.

d. Modifikasi Model

Menurut Ferdinand (2002) tujuan modifikasi model adalah untuk mendapatkan kriteria goodness of fit dari model yang dapat diterima.Melalui nilai output modification indices dapat diketahui ada tidaknya kemungkinan modifikasi terhadap model yang dapat diusulkan.

Modification indices dapat diketahui dari output SPSS Amos 22 yang menunjukkan hubungan-hubungan yang perlu diestimasi yang sebelumnya tidak ada dalam model supaya terjadi penurunan pada nilai chi-square untuk mendapatkan model penelitian yang lebih baik.

(29)

Untuk mendapatkan kriteria model yang dapat diterima, peneliti mengestimasi hubungan korelasi antar error term yang tidak memerlukan justifikasi teoritis dan yang memiliki nilai modification indices lebih besar atau sama dengan 4,0. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan nilai goodness of fit yang memenuhi syarat. Tabel IV.17 berikut merupakan hasil goodness of fit model yang telah dimodifikasi.

Tabel IV.18

Hasil Olah Modifikasi Goodness of Fit Model

Goodness of Fit Cut-off Value Hasil Evaluasi Model Chi-Square (x²) Diharapkan kecil 268.38 Baik Sig Probability (p) ≥ 0,05 0.634 Baik

GFI ≥ 0,90 0.897 Marginal

RMSEA ≤ 0,08 0,000 Baik

AGFI ≥ 0,90 0,859 Marginal

TLI ≥ 0,90 1,005 Baik

CFI ≥ 0,90 1,000 Baik

NFI ≥ 0,90 0,887 Marginal

CMIN/DF ≤ 2,0 0,969 Baik

Sumber: Data primer yang diolah (2016)

Berdasarkan Tabel IV.17, untuk pengujian chi-square setelah

² pada penelitian ini turun menjadi sebesar 268.377 dan nilai probabilitasnya menjadi baik dengan probabilitas menjadi lebih besar dari 0,05 yaitu 0.634.

Terdapat berbagai fit index yang digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian antara model yang dihipotesiskan dengan data yang disajikan. Jenis fit index ini akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Goodness of Fit Index (GFI)

Goodness of Fit Index (GFI) mencerminkan tingkat kesesuaian model secara keseluruhan yang dihitung dari residual kuadrat dari model

(30)

yang diprediksi dibandingkan data yang sebenarnya (Ghozali, 2008). Nilai tingkat penerimaan yang direkomendasikan ≥ 0,90 dan dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini memiliki tingkat kesesuaian yang marginal dengan nilai GFI sebesar 0.897.

b. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)

RMSEA adalah ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistic Chi-square menolak model dengan jumlah sampel yang besar (Ghozali, 2008). Nilai tingkat penerimaan yang direkomendasikan ≤ 0,08 dan dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini memiliki tingkat kesesuaian yang baik dengan nilai RMSEA 0,000.

c. Adjusted Goodness Fit of Index (AGFI)

AGFI merupakan pengembangan dari Goodness of Fit Index (GFI) yang telah disesuaikan dengan ratio antara degree of freedom model yang diusulkan dan degree of freedom dari null model (Ghozali, 2008).

Nilai yang direkomendasikan adalah AGFI ≥ 0.90, dan dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini memiliki tingkat kesesuaian yang marginal dengan nilai AGFI 0,859.

d. Tucker Lewis Index (TLI)

TLI sebagai alat untuk mengevaluasi analisis faktor, dimana menggabungkan ukuran parsimony ke dalam index komparasi antara proposed model dan null model (Ghozali, 2008). Nilai TLI yang direkomendasikan adalah ≥ 0,90, dan dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini memiliki tingkat kesesuaian yang baik dengan nilai TLI sebesar 1,005.

(31)

e. Comparative Fit Index (CFI)

CFI adalah indeks kesesuaian incremental yang membandingkan model yang diuji dengan null model (Ghozali, 2008). Nilai yang direkomendasikan yaitu ≥ 0,90, dan dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini memiliki tingkat kesesuaian yang baik dengan nilai.CFI sebesar 1,000.

f. Normed Fit Index (NFI)

NFI merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan null model (Ghozali, 2008). Nilai yang direkomendasikan adalah ≥ 0.90, dan dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini memiliki tingkat kesesuaian yang marginal dengan nilai NFI sebesar 0,887.

g. Normed Chi Square (CMIN/DF)

CMIN/DF adalah ukuran yang diperoleh dari nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom. Indeks ini merupakan indeks kesesuaian parsimonious yang mengukur hubungan goodnes of fit model dan jumlah- jumlah koefisien estimasi yang diharapkan untuk mencapai tingkat kesesuaian (Ghozali, 2008). Nilai yang direkomendasikan untuk menerima kesesuaian model adalah CMIN/DF ≤ 2,0, dan dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini memiliki tingkat kesesuaian yang baik dengan nilai 0,969.

Berdasarkan keseluruhan pengukuran goodness of fit model penelitian setelah proses modifikasi di atas, mengindikasikan bahwa model yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima dengan baik.

Setelah model penelitian dapat diterima, berikutnya akan menjelaskan mengenai uji hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.

(32)

E. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Hasil Penelitian 1. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menganalisis tingkat signifikansi hubungan kausalitas antar konstruk dalam model yang didasarkan pada nilai c.r (z-hitung) lebih besar dari atau sama dengan nilai z-tabel (z-hitung ≥ z-tabel). Nilai z-tabel untuk masing-masing tingkat signifikansi adalah:

a. 1% = 2,56, b. 5% = 1,96, c. 10% = 1,645.

Analisis terhadap hubungan-hubungan antar konstruk dalam hipotesis ditunjukkan oleh nilai regression weight. Tabel IV.18 menunjukkan nilai regression weight dari variabel-variabel yang diuji hubungan kuasalitasnya.

Tabel IV.19 Regression Weight

Regression Weight Estimate S.E. C.R. P Iklim etis  Kepemimpinan

Etis 0.556 0.18 3,107 0 Perilaku Etis  Kepemimpinan

Etis -0.79 0.61 -

1,287 0.2 Perilaku Etis  Iklim etis 2.208 0.98 2,243 0.03 Sumber: Data primer yang diolah (2016)

2. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis

Pengujian Hipotesis H1, H2,dan H3, dapat dilihat dengan analisis dari signifikansi besaran regression weight model pada Tabel IV.18.

(33)

1. Pengaruh Kepeminpinan Etis terhadap Iklim etis.

Hipotesis 1 : Kepemimpinan etis berpengaruh positif terhadap Iklim etis

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel IV.18 didapatkan hasil nilai C.R. sebesar 3,107. Nilai C.R. lebih besar dari 2,56 menunjukan adanya pengaruh yang signifikan dan positif antara Kepemimpinan Etis dengan Iklim etis. Dengan demikian menunjukkan bahwa H1 didukung pada tingkat signifikansi 1%.

Hasil diatas menjelaskan bahwa semakin tinggi kepemimpinan etis oleh atasan maka akan dapat meningkatkan Iklim etis pada organisasi. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lu dan Lin. (2014). Mengindikasikan bahwa semakin tinggi kepemimpinan etis di PT. Angkasa Pura I Bandara Adi Soemarmo akan semakin tinggi juga Iklim etis perusahaan.

2. Pengaruh Kepeminpinan Etis terhadap Perilaku Etis.

Hipotesis 2 : Kepemimpinan etis berpengaruh positif terhadap perilaku etis.

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel IV.18 didapatkan hasil nilai C.R. sebesar -1,287. Nilai C.R. lebih kecil dari 1,645.

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara Kepemimpinan Etis dengan Perilaku Etis. Dengan demikian menunjukkan bahwa H2 ditolak.

Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada pengaruh antara Kepemimpinan Etis dengan Perilaku Etis di PT. Angkasa Pura I Bandara Adi Soemarmo.

(34)

3. Pengaruh Iklim etis terhadap Perilaku Etis.

Hipotesis 3 : Iklim etis berpengaruh positif terhadap perilaku etis.

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel IV.18 didapatkan hasil nilai C.R. sebesar 2,243. Nilai C.R. lebih besar dari 1,96 menunjukan adanya pengaruh yang signifikan dan positif antara Iklim etis dengan Perilaku Etis. Dengan demikian menunjukkan bahwa H3 didukung pada tingkat signifikansi 5%.

Hasil diatas menjelaskan bahwa semakin tinggi Iklim etis perusahaan maka akan dapat meningkatkan perilaku etis karyawan pada organisasi. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lu dan Lin. (2014). Mengindikasikan bahwa semakin tinggi Iklim etis di PT. Angkasa Pura I Bandara Adi Soemarmo akan semakin tinggi pula perilaku etis karyawan.

Tabel IV.20 Sobel test

4. Iklim etis sabagai mediasi

Hipotesis 4 : Iklim etis memediasi pengaruh kepemimpinan etis terhadap perilaku etis.

Berdasarkan hasil pengujian pada sobel test pada table IV.19 didapatkan hasil nilai sobel test 1.818 menunjukan adanya Iklim etis

(35)

tidak dapat digunakan sebagai mediasi antara kepemimpinan etis terhadap perilaku etis, sebab hasil dari sobel test kurang dari 1.96/

tingkat signifikansi 5%.

Hal ini mengindikasikan bahwa Iklim etis tidak dapat digunakan sebagai mediasi pengaruh antara kepemimpinan etis terhadap perilaku etis di PT. Angkasa Pura I Bandara Adi Soemarmo.

Gambar

Tabel IV.2
Tabel IV.3
Tabel IV.5
Tabel IV.6
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Konsentrasi K+ dlm larutan tanah merupakan indeks ketersediaan kalium, karena difusi K+ ke arah permukaan akar berlangsung dalam larutan tanah dan kecepatan difusi tgt pada

Suawardi Endraswara (2005:5) membuat definisi bahwa, “penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tidak menyertakan angka-angka, tetapi mengutarakan kedalaman

TENTANG PENGANGKATAN TIM AKREDITASI BORANG FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI 51 SISTEM KOMPUTER DAN 51 TEKNIK ETEKTRO menetapkan nama-nama sebagaimana lampiran l

Hot Rolled Asphalt (HRA) - merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan perbandingan tertentu,

Jika digabungkan dengan hasil uji statistika paired-t untuk utilitas maka diperoleh kesimpulan bahwa sistem alternatif kedua yang terbaik dikarenakan sistem alternatif pertama

permukiman. b) Pusat ini ditandai dengan adanya pampatan agung/persimpangan jalan (catus patha) sebagai simbol kultural secara spasial. c) Pola ruang desa adat yang berorientasi

Sektor perikanan merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara, mengingat konsumsi ikan di merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara,

Menurut Gagne, Wager, Goal, &amp; Keller [6] menyatakan bahwa terdapat enam asusmsi dasar dalam desain instruksional. Keenam asumsi dasar tersebut dapat dijelaskan