• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anak

1. Defisini Anak

Anak didefinisikan berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak yaitu seseorang yang usianya belum menginjak 18 tahun termasuk yang masih di dalam kandungan. Anak usia sekolah adalah anak yang berusia sekitar 6 sampai 12 tahun.

Karakteristik utama pada anak sekolah memiliki kemampuan yang berbeda beda dalam setiap bidangnya seperti kemampuan intelegensi, bahasa, perkembangan kepribadian, dan juga perkembangan fisik.

(Walansendow et al., 2016).

Karakteristik yang berhubungan dengan aktivitas fisik pada anak sekolah dasar yaitu secara umum dijelaskan oleh Abdul Alim (2009) dalam (Burhaein, 2017) bahwa anak senang bermain seperti materi pembelajaran dalam bentuk games, senang berkelompok dalam mengerjakan sesuatu dengan teman sebayanya, senang bergerak, dan senang mempraktikkan secara langsung.

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Definisi pertumbuhan dijelaskan oleh Setianingrum (2017) adalah perubahan yang terjadi secara fisiologis hasil proses dari pematangan fungsi yang berlangsung normal pada anak dalam suatu waktu tertentu.

Sedangkan perkembangan yaitu bertambahnya keterampilan dan kemampuan fungsi tubuh menjadi lebih kompleks dengan teratur seperti

(2)

10

proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ serta sistem organ sesuai fungsinya (Sari, 2020).

Aspek pertumbuhan dan perkembangan pada anak dibedakan menjadi 2 yaitu aspek perkembangan fisik anak sekolah dasar dan aspek perkembangan motoric anak sekolah dasar (Istiqomah & Suyadi, 2019).

a. Perkembangan fisik

Fisik adalah tempat berkembangnya berbagai perkembangan dan pertumbuhan pada manusia yang berkembang dalam beberapa tahapan mulai dari anak, remaja, dewasa, sampai lanjut usia. Agoes Dariyo mengatakan dalam (Istiqomah & Suyadi, 2019) bahwa perubahan yang paling terlihat dan nampak di suatu individu yaitu terjadinya perubahan fisik. Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah dibedakan menjadi 3 tahapan anak- anak hingga prapubertas sekitar usia 3-10 tahun, tahap pubertas sekitar usi 10-14 tahun, dan tahap remaja sekitar usia 12 tahun ke atas.

Bagi anak usia sekolah dan remaja, pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal menjadi penting karena sangat berpengaruh terhadap perilaku dan aktivitas fisik yang akan dilakukannya sehari-hari seperti keterampilan dalam bergeraknya.

b. Perkembangan motoric

Perkembangan motoric anak menjadi lebih halus, lebih komplek, dan terkoordinasi dengan baik pada anak usia sekolah seiring dengan penambahan berat dan kekuatan otot anak. Anak sudah mampu

(3)

11

mengontrol dan mengkoordinir gerakan tubuhnya, otot-ototnya mulai kuat, sehingga dalam beraktivitas bisa lebih baik dan cepat.

Selain itu, anak juga semakin bisa menjaga keseimbangan tubuh, serta beraktivitas berat bisa berkembang pesat.

Untuk meningkatkan keterampilan-keterampilan motoriknya, anak akan terus melakukan aktivitas fisik yang bisa dilakukan dalam bentuk permainan. Dengan ini anak bisa melibatkan diri dalam aktivitas permainan olaharaga seperti senam, berenang, atau permainan lainnya. Gangguan perkembangan fisik motorik pada anak usia sekolah dasar menjadi salah satu kendala dalam melakukan aktivitas fisik.

B. Aktivitas Fisik

1. Definisi Aktivitas Fisik

Menurut WHO (2018), aktivitas fisik merupakan suatu gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang membutuhkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik adalah gerakan fisik yang dihasilkan dari otot tubuh beserta sistem penunjangnya seperti sendi, ligament, dan jaringan lunak lainnya.

Menurut data kemenkes RI (2015), aktifitas fisik didefinisikan setiap gerakan tubuh yang bisa membakar kalori dan peningkatan energi.

Aktivitas fisik sering dilakukan dengan pengeluaran energi, kebugaran fisik, dan olahraga biasanya secara bergantian. Aktivitas fisik adalah suatu keadaan individu dalam mengeluarkan energi untuk bergerak, berjalan, berdiri, bekerja untuk memenuhi kehidupannya.

(4)

12

Aktivitas fisik yaitu meningkatnya pengeluaran tenaga atau energi dari dalam tubuh untuk melakukan aktivitas seperti mencuci, menyetrika, membersihkan rumah, memasak, berkebun, naik dan turun tangga, dan lain-lain (Bestari, 2019). Selama belangsungnya aktvitas fisik, otot memerlukan tenaga diluar metabolisme, serta jumlah energi yang diperlukan sangat tergantung terhadap aktivitas fisik yang dilakukan.

2. Klasifikasi Aktivitas Fisik

Menurut Nurmalina (2011) dalam (Bestari, 2019), aktivitas fisik digolongkan berdasarkan jenisnya dapat dibagi menjadi 3 yaitu aktivitas fisik ringan, sedang, dan berat

a. Aktivitas Fisik Berat

Aktivitas fisik berat yaitu kegiatan yang membutuhkan kekuatan lebih yang biasanya berhubungan dengan olahraga dan membuat berkeringat. Misalnya berlari, bermain sepak bola, aerobik, karate, dan lain sebagainya.

b. Aktivitas Fisik Sedang

Aktivitas fisik sedang yaitu kegiatan yang membutuhkan tenaga terus-menerus atau intens, kelenturan dari gerakan otot yang berirama. Misalnya jogging, berenang, tenis meja, bersepeda, dan lain sebagainya.

c. Aktivitas Fisik Ringan

(5)

13

Aktivitas fisik ringan yaitu kegiatan yang memerlukan sedikit tenaga, misalnya berjalan, mengepel, mencuci, dan lain sebagainya.

Klasifikasi aktivitas fisik berdasarkan nilai Metabolic Equivalent (MET) digolongkan menjadi 3 (Hamrik et al., 2014) :

a. Tinggi

Seseorang melakukan aktivitas berat dengan intensitas minimal 3 hari untuk mendapai minimal 15000 MET-menit/minggu, dan melakukan kombinasi aktivitas sedang, berat, serta ringan untuk mencapai minimal 300 MET-menit/minggu

b. Sedang

Seseorang melakukan aktivitas dengan intensitas tinggi minimal 20 menit/hari atau 3 hari atau lebih. Melakukan aktivitas sedang selama 5 hari sekitar 30 menit/hari dengan intensitas sedang atau tinggi mencapai 600 MET-menit/minggu

c. Rendah

Seseorang yang tidak memenuhi keriteria dari kategori tinggi atau sedang.

Klasifikasi kategori tinggi dan sedang dikelompokkan dalam kategori aktifitas fisik aktif, sedangkan kategori rendah dikelompokkan dalam kategori aktivitas fisik pasif (Hamrik et al., 2014).

3. Factor yang Mempengaruhi Aktivitas Fisik

Factor yang mempengaruhi aktvitas fisik dijelaskan oleh Bauman (2012) mengenai konsep Adapted Ecological Mode yang terdiri dari

(6)

14

individual factor, interpersonal factor, environment factor dan policy factor. Individual factor mencakup motivasi, pengetahuan, kepercayaan, dan genetic. Interpersonal factor mencakup norma dan kebiasaan di masyarakat, serta dukungan social dari luar. Environment factor mencakup lingkungan social dan lingkungan tempat tinggal, serta policy factor yaitu mencakup sistem transportasi, fasilitasi kesehatan, dan sistem tata kota dan sebagainya (Prabowo, 2017).

Faktor lain yang bisa mempengaruhi aktivitas fisik yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan, kesehatan fisik, emosi, tingkat perkembangan tubuh, dan nutrisi (Bestari, 2019) :

a. Usia

Usia ternyata berpengaruh tehadap aktivitas fisik yang akan dilakukan. Semakin bertambahnya usia maka intensitas kegiatan atau aktivitas yang dilakukan juga semakin menurun, dikarenakan adanya penurunan kekuatan otot. Selain itu, usia anak-anak juga berpengaruh terhadap aktivitas fisik, apabila sudah dibiasakan sejak dini maka akan membentuk anak menjadi lebih aktif di usia dewasa.

b. Jenis Kelamin

Laki-laki memiliki tingkat aktivitas fisik lebih tinggi dibanding wanita saat memulai remaja hinga dewasa. Hal ini dikarena perempuan lebih kurang bergerak daripada laki-laki.

c. Pekerjaan

(7)

15

Mayoritas pekerja diluar ruangan seperti dilapangan memiliki tingkat aktivitas fisik yang tinggi karena aktivitasnya lebih banyak dibanding dengan pekerja yang bekerja di dalam ruangan.

d. Kesehatan Fisik

Kesehatan fisik menjadi factor penting dalam beraktivitas fisik.

Tubuh yang sedang sakit akan menjadi lemas sehingga tidak bisa melakukan aktivitas fisik secara maksimal atau terganggu.

Kelincahan dan kebugaran menjadi factor penting dalam kesehatan fisik.

e. Emosi

Suasana hati menjadi salah satu factor dalam beraktivitas fisik.

Suasana hati yang sedang emosi bisa menurunkan semangat seseorang dalam beraktivitas, sehingga intensitas aktivitas fisik dapat menurun.

f. Tingkat Perkembangan Tubuh

Tingkat perkembangan tubuh seseorang sangat berpengaruh dengan aktivitas fisik yang dapat dilakukan. Apabila perkembangan tubuh tidak baik, maka aktivitas fisik kurang maksimal karena adanya penurunan pada fungsi tubuh.

g. Nutrisi

Jika seseorang kekurangan asupan gizi, maka otot-otot bisa menjadi lemah, tetapi porsi makan juga tetap harus dicontrol. Porsi makan yang banyak juga dapat menyebabkan obesitas sehingga aktivitas fisik menjadi terhambat.

(8)

16

4. Alat Pengukuran Aktivitas Fisik

Pengukuran aktivitas fisik menggunakan Physical Activity Quetionnare Children (PAQ-C) dikembangkan oleh Kent C. Kowalski, et al (2004) berupa pengisian kuisioner untuk menilai aktivitas sehari- hari yang dilakukan anak. PAQ-C terdiri dari 10 pertanyaan.

Pertanyaan-pertanyaan yang ada dikuisioner berisi pertanyaan sederhana meliputi lamanya aktivitas, aktivitas apa saja yang dilakukan baik di sekolah maupun diluar sekolah.

C. Keseimbangan

1. Definisi Keseimbangan

Menurut Irfan (2016), keseimbangan merupakan kemampuan dalam mempertahankan posisi tubuh dalam segala kondisi. Keseimbangan juga dapat diartikan sebagai kemampuan dalam pengontrolan center of gravity terhadap bidang tumpu (base of support). Keseimbangan merupakan hubungan dari sistem sensorik seperti vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor dengan musculoskeletal seperti otot, sendi, dan jaringan lunak yang kompleks dan dikontrol oleh sistem motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, area asosiasi sebagai reaksi terhadap perubahan kondisi. Factor lain yang bisa mempengaruhi seperti usia, motivasi, aktivitas fisik, lingkungan sekitar, kelelahan, efek obat-obatan dan pengalaman terdahulu.

Keseimbangan adalah suatu kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi, gaya-gaya beraksi dalam equilibrium sebagai center of mass dengan keterbatasan stabilitas pada bidang tumpu (Aras

(9)

17

et al., 2016). Keseimbangan merupakan suatu kemampuan yang berperan penting dalam melakukan aktivitas sehari-sehari.

Keseimbangan dibagi menjadi dua macam yaitu keseimbangan statis dan dinamis. Keseimbangan statis adalah kemampuan tubuh dalam menjaga keseimbangan tubuhnya pada posisi diam atau tidak bergerak dalam waktu tertentu, misalnya ketika diam, duduk, berdiri.

Sedangkan, keseimbangan dinamis merupakan kemampuan tubuh dalam menjaga keseimbangan tubuhnya pada posisi bergerak, misalnya saat berjalan, berlari, dan berdiri ke duduk (Tauhidman &

Ramadan, 2018).

Definisi lain dari keseimbangan merupakan suatu kemampuan tubuh dengan batasan stabilisasi oleh dasar penyangga untuk memelihara pusat dari massa tubuh (Masitoh, 2013). Keseimbangan tubuh adalah suatu fungsi yang sangat penting sama halnya dengan panca indera bagi tubuh manusia. Pada anak, fungsi keseimbangan dapat membantunya untuk melakukan kegiatan sehari-hari terutama yang berhubungan dengan visual seperti melihat suatu benda, memperkirakan ruang, serta menempatkan diri secara tepat pada suatu kondisi (Pratiwi & Munawar, 2014).

2. Fisiologi Keseimbangan

Dalam mempertahankan posisi tubuh untuk memberikan informasi ke sistem saraf pusat memerlukan korelasi dari sistem vestibular, visual, dan propioseptif sebagai proses, dan sistem neuromusculoskeletal sebagai efektor adaptasi dalam perubahan posisi

(10)

18

dan postur. Tujuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan diantaranya untuk menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh dengan bidang tumpu agar bisa seimbang, serta menjadi stabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak. Komponen-komponen pengontrol keseimbangan antara lain :

a. Sistem Sensorik 1). Visual

Keseimbangan akan terus berkembang sesuai dengan bertambahnya usia, mata sangat membantu agar tetap focus pada titik utama untuk mempertahankan agar tubuh tetap seimbang, menjadi monitor untuk tubuh selama melakukan gerak statis ataupun dinamik. Sebagai sumber utama informasi lingkungan sekitar, serta untuk mengatur jarak saat bergerak sesuai dengan posisi atau lingkungan. Sehingga visual memiliki peran yang sangat penting dalam sistem sensorik (Wibowo, 2016).

Dengan adanya informasi visual, maka tubuh dapat merespon dan penyesuaian terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.

2). Sistem Vestibular

Komponen vestibular juga termasuk dalam sistem sensorik yang sangat berhubungan dengan keseimbangan,

(11)

19

control kepala, dan gerak bola mata. Reseptor vestibular berada di dalam telinga yang meliputi kanalis semisirkularis, ultrikulus, dan sakulus. Nama lain reseptor dari sistem sensoris ini yaitu sistem labyrinthine, dimana sistem yang mendeteksi perubahan posisi kepala dan perubahan sudut.

Mereka mengontrol gerakan mata saat melihat objek yang bergerak melalui reflex vestibulo-occular, lalu meneruskan informasi ke nucleus vestibular di sekitar batang otak melalui saraf kranalis VIII. Stimulus yang tidak menuju nucleus vestibular akan terhenti di serebelym formation retikularis, thalamus, dan korteks serebri (Wibowo, 2016).

Nucleus vestibular menerima sinyal dari reseptor labyrinth, reticular formasi, dan serebelum. Lalu melalui medulla spinalis menuju ke motor neuron. Sistem verstibular bekerja sangat cepat untuk mengontrol otot-otot postural sehingga bisa membantu mempertahankan keseimbangan tubuh (Wibowo, 2016).

3). Somatosensoris

Somatosensoris merupakan suatu sistem indra untuk mendeteksi adanya sentuhan (taktil), atau propioseptif.

Informasi propriosepsi melalu kolumna dorsalis medula spinalis menuju ke otak. Informasi sebagian besar menuju serebelum, namun ada juga yang menuju ke korteks serebri melalu lemniscus medialis dan thalamus (Irfan, 2016).

(12)

20

Respon dari tubuh sangat bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra yang dimaksud yaitu ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di synovia dan ligament. Impuls berjalan dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain, serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran atau respon tubuh (Irfan, 2016).

b. Respon Otot-otot Postural yang Sinergis

Menurut Nugroho (2011), respon otot-otot postural yang sinergis berhubungan dengan waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang dipakai untuk mempertahankan posisi tubuh dan control postural. Kelompok otot di ekstremitas atas ataupun bawah berfungsi untuk mempertahankan postur saat berdiri tegak dan mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan.

Keseimbangan tubuh dalam berbagai posisi hanya dimungkinkan ketika adanya respon otot otot postural bekerja secara sinegeris sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, serta aligment tubuh (Wibowo, 2016).

Jadi kecepatan dan kekuatan dari respon yang tepat pada suatu otot terhadap otot lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu sangat berpengaruh dari kerja otot yang bersinergis.

c. Kekuatan Otot (Muscle Strenght)

Kekuatan otot didefinisikan besarnya kemampuan otot untuk menahan beban baik eksternal atau internal, atau saat melakukan suatu gerakan. Dalam melakukan aktivitas fisik umumnya selalu

(13)

21

menggunakan kekuatan otot yang dihasilkan dari adanya peningkatan tegangan otot.

Kekuatan otot sangat berpengaruh dengan sistem neuromuskuler seperti kemampuan sistem saraf untuk mengaktifkan otot dalam melakukan kontraksi sehingga jika semakin banyak serabut otot yang aktif maka semakin besar juga kekuatan otot kaki, lutut, sampai pinggul yang dihasilkan berhubungan langsung dengan kemampuan otot dalam melawan gaya gravitasi serta beban eskternal lainnya yang berpengaruh terhadap posisi tubuh , sehingga harus kuat dalam mempertahankan keseimbangan tubuh (Wibowo, 2016)

d. Adaptive System

Adaptive system merupakan suatu kemampuan dalam beradaptasi ketika input dan output motoric bekerja bersamaan saat terjadi perubahan di lingkungan sekitar.

e. Lingkup Gerak Sendi (ROM)

ROM adalah besarnya arah gerakan dari kemampuan sendi ketika menggerakkan suatu segmen terutama gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi. Hasil dari visual, vestibular, dan somatosensorik yang biasanya dikombinasikan untuk menghasilkan sebuah gerakan.

f. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik merupakan pergerakan dari tubuh yang dibentuk dari otot-otot skeletal yang menghasilkan pengeluaran

(14)

22

energi. Aktivitas fisik yang teratur bisa meningkatkan kekuatan, keterampilan dan mencegah terjadinya jatuh (Achmanagara, 2012).

3. Factor Yang Memengaruhi Keseimbangan a. Pusat Gravitasi (Center Of Gravity)

Pusat gravitasi merupakan titik utama yang mendistribusikan massa tubuh secara merata pada suhu tubuh.

Pusat gravitasi berada pada semua objek, benda, dan terletak tepat ditengah benda tersebut. Tubuh dapat dikatakan seimbang apabila ditepatkan oleh titik gravitasi. Pusat gravitasi pada manusia dapat berpindah mengikuti posisi ataupun arah dari tubuh, misalkan ketika berdiri tegak maka titik pusat gravitasi berada tepat pada 1 inci di depan vertebra sacrum 2. Jika pusat gravitasi berada di dalam dan tepat ditengah maka tubuh akan seimbang, begitu sebaliknya jika pusat gravitasi terletak di luar maka tubuh akan terjadi ketidakseimbangan atau tidak stabil.

Menurut Nugroho (2011), ada empat factor yang mempengaruh derajat stabilitas tubuh yaitu; ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang tumpu, dan berat badan (Wibowo, 2016).

b. Garis Gravitasi (Line Of Gravity)

Garis gravitas yaitu garis imajiner yang arahnya secara vertikal dengan pusat bumi melewati pusat objek gravitasi.

Derajat stabilitas tubuh menentukan hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi, dengan bidang tumpu

(15)

23

Gambar 2. 1 Garis gravitasi (Wibowo, 2016).

c. Bidang Tumpu (Base Of Support)

Irfan (2012) mendefinisikan bidang tumpu yaitu bagian dari tubuh yang saling berhubungan dengan permukaan tumpuan (Wibowo, 2016). Tubuh dalam keadaan seimbang ketika letak garis gravitasi berada tepat di bidang tumpuh,serta stabilitas yang baik akan terbentuk dari luas area pada bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, stabilitas tubuh juga semakin tinggi.

Contohnya saat berdiri dengan satu kaki, semakin dekat bidang tumpu dengan gravitasi, maka semakin tinggi stablilitas tubuh.

Gambar 2. 2 Bidang tumpu (Wibowo, 2016).

4. Alat Ukur Keseimbangan

Adanya penurunan atau peningkatan keseimbangan dapat diketahui dengan melakukan pengukuran. Keseimbangan

(16)

24

memiliki beberapa pengukuran seperti Sitting balance test, Y balance test, Berg balance test, Fuctional reach test, Beam balance test, Pediatric Balance Test,, Time up and go test, dan lain sebagainya.

Pada penelitian ini alat ukur yang digunakan yaitu Pediatric Balance Scale (PBS) untuk mengukur keseimbangan pada anak. Pediatric Balance Scale memiliki 14 rangkain test dengan skor setiap test yaitu 0-4 point kemudian dijumlahkan.

Rangkaian test yaitu : a. Duduk ke berdiri

Anak duduk di kursi dengan tinggi yang sesuai dengan posisi kaki menginjak lantai serta pinggul dan lutut tetap flexi 90°.

Kemudian anak diminta untuk berdiri dengan posisi tangan yang rileks. Skor 0 jika memerlukan bantuan maksimal. Skor 1 jika memerlukan bantuan minimal. Skor 2 mampu berdiri dengan bantuan tangan setelah beberapa kali mencoba. Skor 3 mampu berdiri secara mandiri menggunakan tangan. Skor 4 mampu berdiri tanpa bantuan tangan dan stabil.

b. Berdiri ke duduk

Posisi awal anak berdiri tegak lalu diminta duduk di kursi dengan tinggi yang sesuai dengan posisi kaki menginjak lantai serta pinggul dan lutut tetap flexi 90°, dilakukan perlahan tanpa menggunakan bantuan tangannya. Skor 0 jika membutuhkan bantuan untuk duduk. Skor 1 duduk mandiri

(17)

25

tetapi sangat tidak terkendali ketika ingin duduk. Skor 2 menggunakan kaki belakang menghadap kursi untuk mengontrol posisi duduk. Transfer. Skor 3 mampu duduk namun masih berusaha duduk dengan menggunakan tangan.

Skor 4 jika mampu duduk dengan aman dengan sedikit menggunakan tangan..

c. Transfer

Anak posisi duduk lalu diminta memindahkan suatu barang ke tempatt duduk lain dengan posisi duduk kaki menginjak lantai, pinggul dan lutut flexi 90°. Skor 0 jika memerlukan dua orang untuk membantu atau mengawasi agar aman. Skor 1 mampu melakukan transfer namun memerlukan pengawasan atau bantuan dari satu orang. Skor 2 mampu melakukan transfer dengan bantuan tangan anak. skor 3 dapat melakukan transfer dengan aman dengan bantuan tangan minimal. Skor 4 dapat mentransfer dengan aman dengan bantuan tangan ringan.

d. Berdiri tanpa bantuan

Anak diminta berdiri mempertahankan posisinya selama 30 detik dengan tangan disamping tubuh, Skor 0 jika tidak mampu mempertahankan posisi 10 detik. Skor 1 mampu berdiri 10 detik setelah mencoba beberapa kali. Skor 2 jika mampu berdiri 15 detik tanpa bantuan. Skor 3 jika mampu berdiri 30 detik dengan pengawasan atau bantuan. Skor 4 jika mampu berdiri 30 detik dengan aman tanpa pengawasan.

(18)

26

e. Duduk tanpa bantuan

Anak diminta duduk selama 30 detik dengan posisi kaki menyentuh lantai dan pinggul serta lutut flexi 90°. Skor 0 jika tidak dapat duduk 10 detik tanpa pengawasan. Skor 1 bisa duduk 10 detik. Skor 2 mampu duduk selama 15 detik. Skor 3 mampu duduk 30 detik dengan pengawasan atau bantuan. Skor 4 mampu duduk dengan aman selama 30 detik tanpa pengawasan.

f. Berdiri dengan menutup mata

Anak diminta berdiri dengan posisi kaki selebar bahu dan menutup mata selama 10 detik. Skor 0 jika anak memerlukan bantuan sejak awal. Skor 1 mampu bertahan 3 detik tapi tidak stabil. Skor 2 mampu bertahan 3 detik dengan stabil. Skor 3 mampu bertahan 10 detik dengan pengawasan. Skor 4 mampu bertahan 10 detik dengan aman tanpa pengawasan.

g. Berdiri dengan kaki rapat

Anak diminta berdiri dengan merapatkan kaki selama 30 detik.

Skor 0 jika anak memerlukan bantuan untuk mencapai posisi dan tidak dapat bertahan selama 30 detik. Skor 1 memerlukan bantuan untuk mencapai posisi dan dapat bertahan selama 30 detik. Skor 2 mampu memposisikan diri secara mandiri tetapi tidak dapat menahan selama 30 detik. Skor 3 mampu mampu menahan selama 30 menit namun masih memerlukan

(19)

27

pengawasan atau bantuan. Skor 4 mampu bertahan 30 detik secara aman tanpa pengawasan.

h. Berdiri dengan 1 kaki di depan

Anak diminta untuk berdiri dengan satu kaki di depan kaki yang lain, tumit bertemu dengan ujung jari kaki lainnya. Minta anak melangkah atau mempertahankan posisi selama 30 detik.

Skor 0 jika anak kehilangan keseimbangan saat akan melangkah atau berdiri. Skor 1 jika membutuhkan bantuan untuk melangkah tetapi dapat menahan selama 15 detik. Skor 2 mampu mengambil Langkah kecil secara mandiri dan tahan 30 detik, namun memerlukan bantuan. Skor 3 jika mampu menempatkan kaki di depan kaki lainnya secara mandiri dan tahan 30 detik. Skor 4 jika anak mampu menempatkan tandem kaki secara mandiri dan aman tanpa pengawasan dan bertahan selama 30 detik.

i. Berdiri dengan menumpu satu kaki

Anak diminta untuk berdiri dengan satu kaki semampunya tanpa dibantu atau berpegang. Skor 0 jika anak tidak dapat mencoba atau membutuhkan bantuan dari awal. Skor 1 saat anak bisa mengangkat kaki namun tidak dapat menahan 3 detik tetapi tetap berdiri. Skor 2 dapat mengangkat kaki secara mandiri dan tahan sampai 3-4 detik. Skor 3 mampu mengangkat kaki secara mandiri dan tahan sampai 5-9 detik.

(20)

28

Skor 4 jika anak mampu mengangkat kaki secara mandiri dan mampu bertahan selama 10 detik.

j. Berputar 360 °

Anak diminta untuk berbalik sepenuhnya dalam lingkaran penuh, berhenti, dan kemudian berbalik kearah yang lain. Skor 0 jika memerlukan bantuan sewaktu berbalik. Skor 1 memerlukan pengawasan yang ketat atau bantuan. Skor 2 mampu berbalik 360 dengan aman tapi perlahan. Skor 3 dapat berputar 360 dengan aman dalam satu arah dalam 4 detik. Skor 4 mmpu berputar 360 dengan aman selama kurang dari 4 detik setiap arahnya.

k. Berputar melihat ke belakang

Anak diminta berdiri dengan posisi diam di satu tempat. Anak diinstruksikan melihat benda yang digerakkan oleh peneliti dan mengikuti arah gerakan sampai belakang namun kaki tidak bergerak. Skor 0 jika membutuhkan bantuan agar tidak kehilangan keseimbangan, gerakan dagy kurang dari setengah jarak ke bahu. Skor 1 jika ada pengawasan sewaktu posisi ingin berubah, dagu bergerak lebih besar dari setengah jarak ke bahu. Skor 2 dapat memutar kepala sampai ke bahu, tidak ada rotasi trunk. Skor 3 mampu melihat ke belakang tetapi tidak ada rotasi trunk. Skor 4 mampu melihat ke balakang dengan adanya rotasi trunk.

l. Mengambil benda dari lantai

(21)

29

Minta anak untuk mengambil benda seperti penghapus atau spidol di depan kaki yang dominan. Skor 0 jika anak sama sekali tidak dapat mencoba dan sejak awal membutuhkan bantuan. Skor 1 anak mampu mencoba namun tidak bisa mengambil benda tersebut dan membutuhkan pengawasan.

Skor 2 tidak dapat mengambil benda namun bisa mencapai 1- 2 inci dari benda dan bisa menjaga keseimbangan secara mandiri. Skor 3 mampu mengambil benda tapi perlu pengawasan. Skor 4 mampu mengambil benda dengan aman tanpa pengawasan.

m. Memindahkan salah satu kaki ke stool

Minta anak untuk menempatkan setiap kaki secara bergantian di atas bangku dan melanjutkan sampai setiap kaki telah menyentuh stool sebanyak 4 kali. Skor 0 tidak dapat mencoba sehingga membutuhkan bantuan untuk menjaga keseimbangan. Skor 1 mampu menyelesaikan 2 kali membutuhkan bantuan minimal. Skor 2 mampu menyelesaikan 4 langkah tanpa bantuan namun memerlukan pengawasan ketat. Skor 3 mampu berdiri sendiri dan mampu 8 langkah dalam waktu <20 detik. Skor 4 mampu berdiri sendiri dengan aman dan 8 langkah dalam 20 detik.

n. Mengulurkan tangan sambal berdiri

Minta anak untuk menggapai ke depan tanpa jatuh, dan tanpa melewati garis batas. Skor 0 jika kehilangan keseimbangan

(22)

30

saat ingin mencoba dan membutuhkan pengawasan. Skor 1 jika bisa menggapai ke depan tetapi membutuhkan pengawasan. Skor 2 jika dapat mencapai ke depan >2 inci dengan aman. Skor 3 jika dapat mencapai ke depan >5 inci dengan aman. Skor 4 jika mampu mencapai ke depan >10 inci dengan aman.

Referensi

Dokumen terkait

1 3.2 Menganalisis spesifikasi komponen utama pada perangkat keras komputer, notebook, smartphone dan tablet dalam menentukan kebutuhan pekerjaan Komponen utama

Persentase cakupan hasil pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan pada balita selama tahun 2011 pada 16 kecamatan yang ada di Kabupaten Agam dapat dilihat dari cakupan

tersebut dapat menyulitkan dokter dalam pengambilan data anamnesis, demikian pula dalam pengobatan dan tindak lanjut adanya gangguan kognitif tentu akan mempengaruhi kepatuhan

Bilamana salah seorang pesero dinyatakan pailit atau ditaruh dibawah pengampuan atau karena apapun juga - tidak berhak lagi mengurus dan

Berbagai Kondisi Bangunan Pantai ... Lampiran G Perubahan Garis Pantai Pasir Padi Jika Dibangun Bangunan Pantai ... Lampiran H Perhitungan Dimensi Breakwater ... Lampiran I

Akan tetapi, wakaf dalam Undang-Undang pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No 41 Tahun 2004 tentang wakaf diyatakan bahwa Dalam Undang-Undang ini yang dimakud

Meng-hide bagian-bagian dari footage yang Anda tidak suka atau penggunaan the luminance channel dari sebuah layer untuk memberikan efek alpha channel terhadap layer lain.. Anda

Penelitian ini terbagi menjadi 2 siklus yaitu siklus I dilaksanakan dari tanggal 4 .s.d 12 Nopember 2013 dan siklus II dilaksanakan dari tanggal 18 s.d 26 Nopember 2013.