• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA JUDI ONLINE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA JUDI ONLINE"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA JUDI ONLINE

DiajukanSebagaiPersyaratanMengikuti Ujian Komprehensif PadaBagian studi HukumPidanaFakultasHukumUniversitasSriwijaya

Oleh :

NAMA : I GEDE SAWITRA PUTRA JAYA NIM :02011381419463

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG 2019

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Tetap Sabar Dan Bangga Dalam Setiap Kekalahan, Serta Tetap Jujur Dan Rendah Hati Saat Dihadapkan Kemenangan Oleh Takdir

Hidup”

Kupersembahkan Kepada :

Tuhanyang Maha besar dan penyayang bagi hamba nya yang sabar

Kedua Orang Tua Saya Dan Keluarga Besar Perempuan InspirasiYang Setia dan Selalu Menghibur Serta Pengingat Untuk Tidak Menyerah

Teman-Teman Sahabatdi Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya

Almamater Universitas Sriwijaya Yang Saya Banggakan

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Tinjauan Yuridis Tentang Pembuktian Tindak Pidana Judi Online”. Penulisan skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian komprehensif guna memperoleh gelar sarjan Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna seutuhnya, akan tetapi atas segala kekurangannya kiranya skripsi ini dapat berguna bagi siapa saja yang membacanya terkhusus mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya serta dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang hukum.

Palembang, 2019

I GEDE SAWITRA PUTRA JAYA

(6)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membantu penulis sehingga meyelesaikan skripsi ini. Rasa terimakasih penulis ucapkan kepada:

1. Ida Sang Hyang Widhi, Karena Atas berkat rahmat dan karunianya lah pada akhirnya skripsi ini dapat dikerjakan dan diselesaikan oleh penulis.

2. Bapak Dr.Febrian,S.H.,M.S, Dr. Firman Muntaqo,S.H.,M.Hum, Dr.Ridwan ,S.H.,M.Hum, Prof. H. Abdullah Gofar,S.H.,M.H. selaku pimpinan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.

3. Bapak Dr.H.Syarifuddin Pettanasse,S.H.,M.H, selaku Pembimbing Utama Penulis yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dr.Hj.Nashriana,S.H.,M.Hum. sekalu Pembimbing Pembantu Penulis yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

5. Para Staf dan Pegawai Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya yang telah membantu penulis sejak awal hingga berakhirnya masa kuliah.

6. Orang tua penulis, Bapak ( I Nengah Gampil), ibu (Ni Komang Eni Ruspaidah), dan adik perempuan (Ni Kadek Alya) tercinta untuk kasih sayang yang tidak pernah berhenti dan untuk dukungannya dalam segi apapun untuk penulis.

(7)

vii

7. My Best Partner Ririn Wijayanti,S.E, perempuan inspirasi yang selalu setia menemani baik suka maupun duka,selalu bersabar mendengar keluh kesah,dan pengingat untuk tidak pernah menyerah.

8. Keluarga Besar I Made Suradnye (kakek),Ni Ketut Pilpil (nenek), Ni Wayan Siti Sunaryase (Uwak),Agus Maasnanto (Uwak), Wo Made dewe hyang alit (uwak alm) I Ketur Herman Budi santoso (Oom), Ade Kasniari (Tante) , I Nengah Narasoma (Oom), I Gede Asta Jati (Oom), Putu Eka Zulkaranain (Kakak Sepupu), Gede Kelvin Zuliansah (Adik sepupu), Komang Najwa Putri (adik sepupu), Iluh putu kashiva dan Lingga gana ( adik sepupu).

9. Keluarga BesarWayan Ladet (kakek), Nengah Singgih (nenek), Wayan sri (uwak), Nyoman Nanti (tante), Ketut Mujerijo (Oom), Wayan Ragil (Oom).

10. Rekan-rekan seperjuangan di Fakultas Hukum Univesitas Sriwijaya, Fachmi M Ginda, Muhammad Abduh Ikrar, Hermanto, Oktavian Dimas, M.Fadil Yusuf, M.refky Dwi Cahya, Adji Bagas, Kms Muhammad Imam, rozza syahputra, Masklara Bello, Andre Permana, Ade Zulmuhiman, Ivan, Nurul Huda, Hilman, Eko Satrio, Hafid,Erif W, Yoel, Robby tegaran, Dan teman-teman yang lain.

(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. SURAT PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ...94

C. Tujuan Penelitian ...94

D. Manfaat Penelitian ...95

E. Kerangka Teori ...95

F. Metode Penelitian ... 104

1. Jenis Penelitian ... 104

2. Bahan Hukum ... 104

3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 105

4. Metode pengolahan dan Analisis Bahan Hukum... 106

5. Penarikan Kesimpulan ... 107 BAB IITINJUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Perjudian OnlineError! Bookmark not defined.

1. Pengertian Tindak Pidana Perjudian ... Error! Bookmark not defined.

2. Pengertian Perjudian Online ... Error! Bookmark not defined.

3. Jenis-Jenis Perjudian Online ... Error! Bookmark not defined.

(9)

ix

4. Unsur-Unsur Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Informasi dan Transaksi

Elektronik ... Error! Bookmark not defined.

B. Tinjauan Umum Tentang Pembuktian ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Pembuktian ... Error! Bookmark not defined.

2. Jenis-jenis Teori Pembuktian Dalam Hukum Acara PidanaError! Bookmark not defined.

BAB IIIHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Pembuktian Judi Online Dikaitkan Dengan Undang-Undang No.19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik ... Error! Bookmark not defined.

1 Alat Bukti Dalam Hukum Acara Pidana ... Error! Bookmark not defined.

2. Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime) . Error! Bookmark not defined.

3. Pengaturan Tindak Pidana Judi Di Indonesia ... Error! Bookmark not defined.

B. Hambatan Dalam Pembuktian Judi Online Yang Di Kaitkan Dengan Undang- Undang No. 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.11

Tahun 2008 Tentang Transaksi Dan Informasi ElektronikError! Bookmark not defined.

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

x

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia secara menyeluruh telah memasuki atau terangkum bersama ke dalam dunia cyber atau dunia maya.1 Segala jenis informasi dapat di akses melalui dunia maya lewat jaringan internet. Banyak terjadi perubahan yang di timbulkan oleh kemajuan yang disebabkan oleh dunia maya mulai dari yang berbau Positif maupun yang berbau Negatif.

Perubahan positif yang tampak begitu cepat salah satunya ialah kemudahan komunikasi dimana sebelumnya harus melalui telepon, saling mengirim surat atau chatting melalui komputer dan lain sebagainya, namun sekarang cukup melalui handphone dengan menggunakan kuota internet komunikasi dapat terjalin dengan seluruh kolega yang berada di tempat jauh sekalipun. Perubahan negatif yang ditimbulkan oleh perkembangan dunia maya di antaranya ialah munculnya kejahatan-

kejahatan yang sebelumnya bersifat

1M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Tentang Permasalahan Hukum, Buku Kesatu, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997),hlm.274.

(12)

88

konvensional menjadi kejahatan cyber.2 Salah satu kejahatan yang bersifat konvensional menjadi golongan kejahatan cyber ialah tindak pidana judi online.3

Sebelum mengurai pengertian judi online penulis akan terlebih dahulu akan menjelaskan “induk” dari perjudian online yaitu cyber crime dan cyber space.

Perkembangan teknologi jaringan komputer global atau internet telah menciptakan dunia baru yang dinamakan cyber space. Cyber space merupakan sebuah dunia komunikasi berbasis komputer ini menawarkan realitas yang baru,yaitu realitas virtual (virtual Reality).4 Dalam menangkap realitas, manusia tidak mungkin berada di 2 atau lebih tempat yang berbeda tetapi cyber spacetelah melingkupi berbagai sisi dari kehidupan modern dan memungkinkan hubungan yang terjadi tanpa mempersalahkan jarak, waktu, dan tempat/ruang.5 Perkembangan cyber space mengubah tentang masyarakat, komunitas, komunikasi, interaksi sosial dan budaya. Pengertian cyber space tidak terbatas pada dunia yang tercipta ketika terjadi hubungan melalui internet. Menurut John Perry Barlow, cyber space lebih luas dari sekedar hubungan melalui internet.6Cyber space adalah ruang yang muncul ketika anda sedang menelepon atau membaca buku, ada ruang yang muncul, tetapi ruang yang tercipta itu tidak mungkin untuk berinteraksi secara real-time. Cyber space dalam kenyataannya terbentuk melalui jaringan komputer yang menghubungkan antar negara atau antar benua yang berbasis protokol transmision

2Irfan & Masyrofah, penanggulangan cyber crime , (Bandung : Pustaka Setia, 2013), hlm.185.

3Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik, Pasal 27 ayat 2.

4Agus Rahajo, Cybercrime Pemahaman Dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi, (Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 2002),hlm.91.

5Ibid. Hlm.97.

6Ibid.hlm.101.

(13)

89

control protocol/internet protocol.7 Dalam sistem kerjanya dapatlah dikatakan bahwa cyber space(internet) telah mengubah jarak dan waktu menjadi tidak terbatas. Internet di gambarkan sebagai kumpulan jaringan komputer yang terdiri dari sejumlah jaringan yang lebih kecil yang mempunyai sistem jaringan yang berbeda.8 Pada perkembangan selanjutnya kehadiran teknologi canggih komputer dengan jaringan internet telah membawa manfaat besar bagi manusia. Pemanfaatannya tidak saja dalam pemerintahan, dunia swasta/perusahaan, akan tetapi sudah menjangkau pada setiap sektor kehiudapn termsuk segala keperluan rumah tangga (pribadi).9 Akan tetapi, kemajuan teknologi informasi (internet) dan segala bentuk manfaat di dalamnya membawa konsekuensi negatif tersendiri dimana semakin mudahnya para penjahat untuk melakukan aksinya yang semakin merisaukan masyarakat. Penyalahgunaan yang terjadi dalam cyber space inilah yang kemudian dikenal dengan cyber crime atau dalam literatur lain digunakan istilah computer crime.10

Cyber crime didefinisikan sebagai kejahatan komputer, tetapi penggunaan istilah tindak pidana untuk kejahatan komputer dalam bahasa inggris pun masih belum seragam. Beberapa sarjana menggunakan istilah “computer misuse”, “computer abuse”,

“computer fraud”,”computer-reletade crime”, ”computer-assisted crime”, atau

“computer crime”. Namun para sarjana waktu itu, pada umumnya lebih menerima

7Ibid.hlm.92.

8Kenny Witson, Ther Internet: Issues of Jurisdictio and Controversies Surounding Domain Names, (Bandung : Citra Aditya,2002).hlm.7.

9WidyoPramono Hadi Widjojo. Cyber Crime dan Pencegahannya, Jurnal Hukum Teknologi, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Vol 2(agustus 2015), hlm.7.

10Maskun, Kedudukan Hukum Cyber Crime Dalam Perkembangan Hukum Internasional Kontemporer, Jurnal Masalah-Masalah Hukum, Fakultas Hukum Universitas Diponogoro,Jilid 2 Nomor 4 (oktober 2013),hlm.3.

(14)

90

pemakaian istilah “computer crime” oleh karena dianggap lebih luas dan biasa dipergunakan dalam hubungan internasional.11 Dari berbagai istilah cyber crime sebelumnya, maka dapat dirumuskan bahwa cyber crime merupakan perbuatan melawan yang dilakukan dengan memakai komputer sebagai sarana atau alat atau komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh keuntungan maupun tidak, dengan merugikan pihak lain. Dari rumusan tersebut dapat dikatakan bahwa bentuk kejahatan yang dilakukan dengan memakai komputer sebagai sarana/alat dapat dikatakan sebgai kejahatan dalam dunia maya termasuk kejahatan online gambling atau yang biasa disebut dengan perjudian online.

Perjudian dalam jaringan merupakan perjudian yang dilakukan dengan menggunakan teknologi elektronik yang dapat digunakan untuk mengakses dokumen elektronik maupun informasi elektronik. Dalam dunia maya, perjudian termasuk komunitas komersial terbesar. Pada umumnya metode perjudian yang digunakan cenderung klasik, yakni dengan mepertaruhkan atau sekedar mencoba peruntungan dengan jalan mengikuti instruksi model perjudian yang telah ditentukan. Ada puluhan ribu lebih situs-situs di internet yang menyediakan fasilitas perjudian dari model klasik yang hanya memainkan fungsi tombol keybord sampai yang sangat canggih yang membuthkan pemikiran matang dan perhitungan-perhitungan adu keberuntungan.

Modus ini menjanjikan banyak keuntungan bagi pemiliknya. Tidak diperlukan lagi perizinan-perizinan khusus untuk membuat sebuah usaha perjudian via internet. Cukup

11Naskah Akademis Kejahatan Internet (CyberCrimes), Puslitbang Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung RI,2004.hlm.4.

(15)

91

dengan bermodalkan sebuah web dengan fasilitas perjudian menarik, setiap orang dapat memiliki rumah perjudian di internet.12

Tindak pidana judi online awalnya terjadi pada tahun 1994 negara antigua dan barbuda di karibia yang meloloskan undang-undang kebebasan berdagang dan mengolah. Yang kemudian membuat perizinan kepada organisasi-organisasi untuk membuka kasino online menjadi mudah. Sebelum kasino online, software perjudian pertama yang dapat berfungsi secara penuh diproduksi oleh perusahaan software asal pulau mann bernama microgaming. Penggunaan software itu kemudian di jamin keamanannya oleh sebuah perusahaan keamanan software bernama Cryptologic. Dengan adanya langkah tersebut transaksi perjudian via internet dapat dilakukan secara aman dan menjadi cikal bakal kasino online pertama di tahun 1994.13

Tindak pidana perjudian sudah masuk ke tahap yang sangat mengkhawatirkan di kalangan mahasiswa khususnya perjudian online melalui situs-situs yang mudah untuk di akses di internet. Hal tersebut bermula dari petandingan-pertandingan olahraga khususnya sepak bola yang ditambahkan unsur taruhan. DiIndonesia judi merupakan kejahatan atau tindak pidana sehingga setiap yang terlibat didalamnya akan dikenakan sanksi pidana. Pasal yang mengatur judi ialah Pasal 303 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), berbunyi : “Diancam dengan kurungan paling lama empat tahun atau denda paling banyak sepuluh juta rupiah:

12Maskun, Kejahatan Siber (Cyber Crime) Suatu Pengantar,(Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2013).hlm.48.

13Anonim, Judi Online, https://eptik-gamblin.blogspot.co.id/, diakses 25 januari 2019

(16)

92

Ke-1 barangsiapa menggunakan kesempatan untuk main judi, yang di adakan dengan melanggar ketentuan-ketentuan tersebut pasal 303;

Ke-2 barangsiapa ikut serta permainan judi yang diadakan di jalan umum atau di pinggirnya mengadakan itu, ada izin dari penguasa yang berwenang.”

Selanjutnya, jika seseorang melakukan atau terlibat judi online maka pasal yang dikenakan tidak mengacu pada KUHP akan tetapi mengacu pada Pasal 27 Undang- Undang No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, berbunyi: “setiap orang sengaja dan tanpa hak mendistribusikan, mentransmisikan, atau membuat dapat di aksesnya Informasi atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian.”

Judi online di indonesia sudah beberapa kali terungkap dimana nilai penghasilan yang diperoleh dari tindak pidana judi online cukup besar seperti pada kasus 2 bandar judi online yang menjadi tersangka yitu FR dan EW, omset FR dan EW bisa mencapai 30 miliar sebulan, karena satu minggu sekali membuka bisnis judi online dengan situs sbobet.com sebanyak empat kali.14 Pada hakikatnya dalam tindak pidana judi yang memperoleh keuntungan baik konvesional maupun online ialah pengelola. Hal demikian dapat dilihat dari kasus judi online di atas yang terungkap, yang terjadi pada pemain judi secara khusus judi online ialah menimbulkan ketergantungan dan menimbulkan kerugian dalam segi materil dan immateril tidak saja bagi para pemain tetapi juga keluarga mereka.

14Anonim, Peristiwa Dua Bandar Judi Online Beromset 30 miliar perbulan, https://www.merdeka.com/peristiwa/dua-bandar-judi-online-beromset-rp-30-miliar-per-bulan-

ditangkap.html, diakses 25 januari 2019.

(17)

93

Munculnya tindak pidana judi online tentu sangat sulit dibuktikan karena dapat dipastikan pihak penyidik tidak semua memiliki kemampuan dalam informasi dan teknologi (IT). Hal tersebut berakibat sulit terungkapnya judi online yang terus tumbuh berkembang di masyarakat. Judi online sekarang tidak hanya sebatas pada situs yang benar-benar menyediakan judi online akan tetapi untuk menyembunyikan jejak situs yang memang murni permainan bukan untuk judi juga dijadikan sarana untuk memperlancar usaha judi online. Misalnya, permainan-permainan kartu yang terdapat dalam facebook sering juga dijadikan atau digunakan untuk judi online.

Uraian peristiwa di atas memang benar-benar menuntut keahlian dibidang IT oleh penyidik untuk mengumpulkan barang bukti dalam tindak pidana judi online sehingga dalam proses pembuktian judi online alat bukti tercukupi. Hal tersebut tentu berbeda dengan pelaku judi baik pemain maupun pengeloa tertangkap tangan maka akan jelas alat bukti dan peristiwa yang terjadi namun apabila tidak tertangkap tangan maka judi online akan sangat sulit untuk memperoleh alat bukti maupun barang bukti.

Berdasarkan uraian di atas maka menarik untuk dilakukan pembahasan isu hukum yang berjudul “TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA JUDI ONLINE”.

(18)

94 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis mengangkat beberapa permasalahan yaitu :

1. Bagaimana pembuktian tindak pidana judi onlinedikaitkan dengan Undang- Undang No. 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.

11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik?

2. Apa hambatan yang dihadapi dalam pembuktian tindak pidana

Judi online yang dikaitkan dengan Undang-Undang No.19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini yang bisa saya gambarkan adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisispembuktian tindak pidana judi online berdasarkan Undang-Undang No.19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan yang dihadapi dalam pembuktian tindak pidana judi online yang dikaitkan dengan Undang-

(19)

95

Undang No.19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.

D. Manfaat Penelitian

Yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pihak akademis sebagai bahan pengkajian penelitian lebih lanjut serta bermanfaat bagi masyarakat khususnya masyarakat dalam memahami pembuktian tindak pidana judi online menurut Undang-Undang No.19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini bermanfaat secara praktis bagi masyarakat, aparat penegak hukum, seperti polisi, jaksa, hakim dan lembaga pemasyarakatan, sehingga dengan demikian penelitian ini dapat bermanfaat untuk pembuktian tindak pidana judi online terkait dengan informasi dan transaksi elektronik.

E. Kerangka Teori

1. Teori Pembuktian Tindak Pidana Perjudian Online

Pembuktian dalam hukum acara pidana merupakan dasar bagi hakim untuk menarik kesimpulan ataupun menjatuhkan pidana dalam sidang pengadilan dan menyatakan bahwa sesorang terdakwa terbukti secara sah

(20)

96

atau tidak terbukti dalam melakukan suatu tindak pidana yang didakwakan terhadapnya. Sesuai dengan Pasal 183 KUHAP yang mengatur penjatuhan pidana oleh hakim melalui proses pembuktian disebutkan bahwa.

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.”

Hukum acara pidana mengenal beberapa macam teori pembutian yang menjadi pegangan hakim didalam melakukan pemeriksaan terhadap terdakwa di sidang pengadilan. 15 Toeri pembuktian tersebut antara lain:

a. Teori Pembuktian Berdasarkan Keyakinan Hakim (conviction in time) Teori ini lebih memberikan kebebasan kepada hakim untuk menjatuhkan suatu putusan. Tidak ada alat bukti yang dikenal selain alat bukti berupa keyakinan seorang hakim. Artinya, jika dalam pertandingan pertimbanga putusan hakim telah menganggap terbukti suatu perbuatan sesuai dengan keyakinan yang timbul dari hati nurani, terdakwa yang diajukan kepadanya dapat dijatuhkan putusan.16 Menurut teori ini, sangat memungkinkan bagi seorang hakim untuk mengabaikan hal-hal tertentu jika sekiranya tidak sesua atau bertentangan dengan keyakinan hakim tersebut. Apabila bukti-bukti lainnya sebagai pendukung pembelian terdakwa itu tidak diakui dan diterima

15Rusli Muhammad, Hukum Acara Pidana Kontemporer,(Bandung : Citra Aditya Bakti, 2007),hlm.186.

16Ibid

(21)

97

oleh hakim, maka hal ini dapat membuat suatu putusan hakim dianggap tidak adil.

b. Teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim atas alasan yang logis (Conviction Rasionee)

Teori ini tetap menggunakan keyakinan hakim, tetapi keyakinan hakim didasarkan pada alasan-alasan yang rasioanl. Dalam teori ini hakim tidak lagi memiliki kebebasan untuk menentukan keyakinannya. Keyakinannya harus di ikuti dengan alasan-alasan yang mendasari keyakinan itu. Alasan tersebut harus reasonable yakni berdasarkan alasan yang dapat diterima oleh akal pikiran. 17

Dalam teori ini tidak disebutkan adanya alat-alat bukti yang dapat digunakan dalam menentukan kesalahan terdakwa selain dari keyakinan hakim saja. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teori ini mirip dengan teori pembuktian conviction intime yakni sama-sama menggunakan keyakinan hakim, perbedaanya hanya terletak pada ada tidaknya alsan yang rasional yang mendasari keyakinan hakim. Oleh karena itu teori pembuktian dengan alasan yang logis lebih maju dibandingkan teori berdasarkan keyakinan hakim.

c. Teori pembuktian berdasar Undang-Undang secara positif (positief wettelijk bewijstheorie)

17Ibid

(22)

98

Pembuktian menurut teori ini dilakukan dengan menggunakan alat-alat bukti yang sebelumnya telah ditentukan dalam Undang-Undang. Untuk menentukan ada tidaknya kesalahan seseorang, hakim harus mendasarkan pada alat-alat bukti tersebut di dalam Undang-Undang. Jika alat-alat bukti tersebut telah terpenuhi, hakim sudah cukup beralasan untuk menjatuhkan putusannya tanpa harus timbul keyakinan terlebih dahulu atas kebenaran alat-alat bukti yang ada.18

Teori ini sudah menuntut bukti-bukti yang harus dipenuhi sebelum hakim dapat menjatuhkan putusan. Jadi sangat bertentangan dengan teori berdasarkan keyakinan hakim. Teori ini akan lebih mempercepat penyelesaian suatu perkara dan memudahkan hakim dalam membuat keputusan karena bukti-bukti yang kuat akan mengurangi kesalahan dalam menjatuhkan putusan pengadilan.

d. Teori pembuktian berdasar Undang-Undang secara negatif (Negatief wettelijk bewijstheorie)

Pembuktian berdasarkan Undang-Undang secara negatif adalah pembuktian yang selain menggunakan alat-alat bukti yang dicantumkan di dalam undang-undang, juga menggunakan keyakinan hakim. Sekalipun menggunakan keyakinan hakim, namun keyakinan hakim terbatas pada alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang.19

18Ibid.hlm.187

19Ibid.hlm.188

(23)

99 2. Teori Penegakan Hukum

Secara umum penegakan hukum dapat diartikan sebagai tindakan menerapkan perangkat sarana hukum tertentu untuk memaksakan sanksi hukum guna menjamin pentaatan terhadap ketentuan yang ditetapkan tersebut, sedangkan menurut Satjipto Rahardjo.20 Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum yaitu pikiran- pikiran badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan hukum menjadi kenyataan.

Secara konsepsional, inti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaedah-kaedah yang baik yang berwujud dalam serangkaian nilai unutk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Lebih dikatakannya keberhasilan penegakan hukum mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempunyai arti yang netral, sehingga dampak negatif dan positifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor ini mempunyai yang saling berkaitan dengan eratnya. Merupakan esensi serta tolak ukur dari efektivitas penegakan hukum.21

Faktor-faktor tersebut adalah : a. Hukum ( Undang-undang )

20Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, (Bandung : Sinar Baru, 1983),hlm.24.

21Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta : Grafindo Prasada, 1983),hlm.15.

(24)

100

b. Penegakan hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum

c. Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum d. masyarakat, yakni dimana hukum itu diterapkan dan

e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Di dalam suatu Negara yang sedang membangun, fungsi hukum tidak hanya sebagai alat kontrol sosial atau sarana untuk menjaga stabilitas semata, akan tetapi juga sebagai alat untuk melakukan perubahan atau perubahan di dalam suatu masyarakat, sebagaimana disebutkan oleh Rosce Pound (1870-1874) salah seorang tokoh Sosiological Jurisprudence, Politik Hukum Pidana (kebijakan hukum pidana) sebagai salah satu usaha dalam menanggulangi kejahatan dalam penegakan hukum pidana yang rasioanal.22 Tersebut terdiri dari tiga tahap, yaitu :

22Muladi,Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2011),hlm.173

(25)

101

1) Tahap Formulasi, tahapan penegakan hukum pidana ini abstraco oleh badan pembentuk Undang-undang. Dalam tahap ini pembentuk Undang- undang melakukan kegiatan memilih nilai-nilai yang sesuai dengan keadaan dan situasi masa kini dan masa yang akan datang, kemudian merumuskannya dalam bentuk peraturan Perundang-undangan pidana untuk mencapai hasil Perundang-undang yang paling baik, dalam arti memenuhi syarat keadilan dan daya guna. Tapi tahap ini juga disebut dengan tahap kebijakan legislatif.

2) Tahap Aplikasi, tahap penegakan hukum pidana (penerapan hukum pidana) oleh aparat-aparat penegakan hukum menegakkan serta menerapkan peraturan Perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh badan pembentuk Undang-undang. Dalam melaksanakan tugas nilai-nilai keadilan dan daya guna. Tahap kedua ini dapat juga disebut tahap kebijakan yudikatif.

3) Tahap Eksekusi, yaitu tahap penegakan (pelaksanan) hukum pidana secara konkret oleh aparat pelaksana pidana. Dalam tahap ini aparat pelaksana pidana bertugas menegakkan peraturan pidana yang telah dibuat oleh pembentuk Undang-undang melalui penerapan pidana yang telah ditetapkan oleh pengadilan. Aparat pelaksana dalam menjalankan tugasnya harus berpedoman kepada peraturan Perundang-undangan (legislatur) dan nilai-nilai keadilan serta daya guna.

(26)

102

Ketiga tahap penegakan hukum tersebut, dilihat sebagai suatu usaha atau proses yang rasioanal yang sengaja direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Cita hukum Bangsa dan Negara Indonesia adalah pokok-pokok pikiran yang tergantung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, untuk membangun negara yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur. Cita hukum itulah Pancasila.23

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang dimaksud perjudian adalah taiap-tiap permainan, dimana pada umumnya kemungkinan mendapatkan untung tergantung pada peruntungan belaka, juga karena permainannya lebih terlatih atau lebih mahir. Disitu termasuk segala peraturan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya, yang tidak di adakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya.24 Ketentuan hukum yang mengatur tentang perjudian konvensional adalah :

a) Pasal 303 dan Bis Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) b) Undang-Undang No.7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian c) Peraturan Pemerintahan No.9 Tahun 1981 Tentang Pelaksanaan

Undang-Undang No.7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjuidian.

23Roeslan Saleh, Pembinaan Cita Hukum dan Asas Hukum Nasional, (Jakarta : Karya Dunia Pikir, 1996).hlm.15.

24Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Jakarta : Bumi Aksara, 1998),hlm.122

(27)

103

Sedangkan untuk aturan yang mengatur tentang perjudian Online yang merupakan perkembangan dari perjudian yaitu, Undang-Undang No.19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) Pasal 27 ayat (2) tentang perbuatan yang dilarang yang berbunyi:25

“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau menstransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian”.

Dengan ketentuan pidana Pasal 45 ayat (1) yang berbunyi :26

“Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat(1), ayat (3), atau ayat(4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

25 Undang-Undang No.19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,Pasal 27 ayat (2).

26 Undang-Undang No.19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal 45 ayat (1).

(28)

104 F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan normatif, yaitu dengan mengkaji atau menganalisis data sekunder yang berupa bahan-bahan hukum sekunder dengan memahami hukum sebagai perangkat peraturan atau norma-norma positif di dalam sistem perundang-undangan yang mengatur mengenai permasalahan dalam penelitian ini. Jadi penelitian ini dipahami sebagai penelitian kepustakaan, yaitu penelitian terhadap data sekunder.27

2. Bahan Hukum

Untuk memudahkan penelitian ini maka bahan penelitian yang akan digunakan adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh langsung dari lapangan melainkan diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan.28

Data sekunder di bidang hukum meliputi:

a. Bahan-bahan hukum primer

Yaitu data yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat antara lain;

KUHP; KUHAP; Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian; Undang-Undang No. 9 Tahun 1981 Tentang

27Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singakat, (Jakarta :Rajawal Pers,1985),hlm.15.

28Amirudin & Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010),hlm.30.

(29)

105

Pelaksanaan Penertiban Perjudian; Undang-Undang No.19 Tahun 2016 Tentang Perubahan atas Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

b. Bahan-bahan hukum sekunder

Merupakan bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu dalam analisis seperti buku, hasil penelitian, jurnal hukum, berkas putusan perkara pengadilan.

c. Bahan-bahan hukum tersier

Yaitu bahan-bahan yang memberikan infomasi tentang bahan hukum primer dan sekunder seperti artikel internet, surat kabar, kamus dan dari literatur lain yang relevan dengan aspek pembuktian tindak pidana judi online berdasarkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.

3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian lazimnnya dikenal tiga jenis alat pengumpulan data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview.29

Lebih lanjut lagi dalam uraian Bab IX Metodologi pengumpulan data, beliau merinci alat-alat pengumpulan data sebagai berikut :

a. Studi dokumen atau bahan pustaka;

29Amirudin & Zainal Asikin, Op.cit,hlm.67.

(30)

106 b. Wawancara atau interview;

c. kuesioner; dan

d. Alat-alat pengumpul data lainnya.

Dari keempat pengumpul data diatas, penulis menggunakan alat pengumpulan data berupa studi dokumen atau bahan pustaka. Studi pustaka merupakan penelitian hukum yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.30

4. Metode pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini tunduk pada cara analisis data ilmu-ilmu sosial. Analisis data merupakan kegiatan menganalisis data- data yang telah di olah. Bentuk analisis tergantung dengan jenis data.31

Analisis data kuantitatif digunakan apabila data yang diperoleh kebanyakan bersifat pengukuran sedangkan analisa data secara kualitatif digunakan jika datanya berupa keterangan dan bahan-bahan tertulis.32 Dalam hal ini penulis menggunakan analisa data kualitatif.

30Ibid,hlm.68.

31Ibid,hlm.166.

32Ibid,hlm.168.

(31)

107 5. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yang digunakan merupakan hasil akhir penelitian yang disusun sesuai dengan tujuan penelitian. Kesimpulan yang dimaksud merupakan kesimpulan atas perumusan masalah atau pertanyaan data penelitian yang dikemukakan secara singkat dan padat tentang kebenaran dari penelitian.33

Metode penelitian kesimpulan akan dilakukan secara induktif yaitu suatu cara berfikir dengan menarik kesimpulan dari data-data yang bersifat umum ke data-data bersifat khusus, untuk selanjutnya dari beberapa kesimpulan tersebut dapat diajukan rekomendasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan.34

33Beni Ahmad Saehani, Metode Penelitian Hukum, (Bandung : CV.Pustaka Setia, 2009).hlm.93.

34Bander Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung, CV. Mandar Maju, 2008),hlm.35.

(32)

108

DAFTAR PUSTAKA

A. SUMBER BUKU

Agus Raharjo. 2002. CyberCrime Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi. Bandung : PT.Citra Aditya Bakti.

Ahmad M. Ramli. 2007. Menuju Kepastian Hukum Dibidang: Informasi dan Transaksi Elektronik. Jakarta. Departemen Komunikasi.

Amirudin dan Zainal Asikin. 2010. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta : Rajawali Pers.

Bander Johan Nasution. 2008. Metode Penelitian Hukum. Bandung: CV.Mander Maju.

Barda Narwawi. 2013. Kapita Selekta Hukum Pidana. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.

Beni Ahmad Saehani. 2009. Metode Penelitian Hukum. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Budi Suhariyanto. 2013. Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime): Urgensi Pengaturan Dan Celah Hukumnya. Jakarta : PT. RajaGrafindo.

C.S.T. Kansil. 2004. Pokok-Pokok Hukum Pidana. Jakarta : Pradnya Paramitha.

Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Didik M.Arief Mansur dan Elisatis Gultom. 2009. Cyber Law : Aspek Hukum Teknologi Informasi. Bandung : PT. Refika Aditama.

Emansjah Djaja. 2010. Penyelesaian Sengketa Hukum Teknologi Informasi Dan Transaksi Elektrik. Yogyakarta : Pustaka Timur.

Ilham Bisri.1983. Sistem Hukum Indonesia, Prinsip-Prinsip Dan Implementasi Hukum Di Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia.

(33)

109

Irfan dan Masyrofah.2013. Penanggulangan Cyber Crime . Bandung : Pustaka Setia.

Joshua Sitompul. 2012. Cyberspace Cybercrimes Cyberlaw. Jakarta : PT. Tatanusa.

Kenny Witson. 2002. Ther Internet: Issues Of Jurisdictio and Controversies Surounding Domain Names. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Mardani. 2009. Bunga Rampai Hukum Aktual. Bogor : Ghalia.

Maria Farida. 2007. Ilmu Perundang-Undangan : Jenis, Fungsi, Dan Materi Muatan.

Yogyakarta : Kanisius.

Maskun. 2013. Kejahatan Siber (CyberCrime) Suatu Pengantar. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

M. Yahya Harahap. 1997. Beberapa Tinjauan Tentang Permasalahan Hukum. Bandung : Citra Aditya Bakti.

M. Yahya Harahap. 2004. Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHP:

Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, Dan Peninjauan Kembali. Jakarta : Sinar Grafika.

M. Marwan dan Jimmy P. 2009. Kamus Hukum. Surabaya : Reality Publisher.

Moeljatno. 1998. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jakarta : Bumi Aksara.

Muladi. 2011. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana.Bandung : Citra Aditya Bakti.

P.A.F. Laminating. 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Roni Wijayanto. 2012. Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia. Bandung : CV.Mander Madja.

Rusli Muhammad. 2007. Hukum Acara Pidana. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Satjipto Rahardjo. 1983. Masalah Penegakan Hukum.Bandung : Sinar Baru.

SoerjoenoSoekanto. 1983. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta : Grafindo Prasada.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 1985. Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta : Rajawali Pers.

Walyudi. 2004. Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana Untuk Mahasiswa Dan Praktisi.

Bandung : Mandar Maju.

(34)

110 B. UNDANG-UNDANG

Undang-Undang Dasar 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1981 Tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

C. SUMBER LAINNYA.

Maskun. 2013. Kedudukan Hukum Cyber Crime Dalam Perkembangan Hukum Internasional Konteporer. E-jurnal Masalah-Masalah Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponogoro.

Muhammad Iqbal.2014.Dokumen Elektronik Sebagai Alat Bukti Dalam Prespektif Pembaharuan Hukum Acara Pidana Indonesia. Tesis S2 Universitas Sumatra Utara Putri Ayu Trinawati. 2015. Kekuatan Pembuktian Transaksi Elektronik. Jurnal Ilmu Hukum

Universitas Jember. Fakultas Hukum Universitas Jember.

Widyopramono Hadi Widjojo. 2015. Cyber Crime dan Pencegahanya. E-Jurnal Hukum Teknologi. Fakultas Hukum Univesitas Indonesia.

D. INTERNET

https://www.merdeka.com/peristiwa/dua-bandar-judi-online-beromset-rp-per-bulan- ditangkap.html

https://statushukum.com/fungsi-hukum.html https://eptik-gambling.blogspot.co.id./html

https://ekowahyu6464.blogspot.com/2013/06/definisi-perjudian-online.html

(35)

111

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peraturan hukum tentang tindak pidana kejahatan pembunuhan yang dilakukan oleh anggota kopassus, serta untuk mengetahui

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk dijadikan bahan kajian untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh scientific approach terhadap

Pengaturan mengenai tindak pidana penipuan secara umum diatur dalam pasal 378 KUHP yaitu mengenai perbuatan menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan

Berdasarkan analisis terhadap data – data tersebut, diperoleh hasil sebagai berikut : 1) Upaya yang dilakukan oleh Penuntut Umum dalam Pembuktian Tindak Pidana

memberantas segala jenis tindak pidana seperti tindak pidana perjudian dengan modus mesin permainan yang dilakukan oleh kalangan masyarakat sebagaimana yang diatur

Secara teoritis kegunaan penelitian ini salah satunya adalah menambah bahan-bahan khazanah keilmuan pada umumnya, khususnya pengkajian dan pengembangan materi

Secara teoritis akademis, penelitian ini bertujuan untuk dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dijadikan sebagai bahan kajian lebih

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat bermanfaat dalam upaya pemahaman mengenai hal peninjauan kembali terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh