• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMITMEN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PEMBANGUNAN DI BIDANG PENDIDIKAN DALAM ERA OTONOMI DAERAH : Studi Kasus Kebijakan Publik di Kabupaten dan Kota Bekasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMITMEN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PEMBANGUNAN DI BIDANG PENDIDIKAN DALAM ERA OTONOMI DAERAH : Studi Kasus Kebijakan Publik di Kabupaten dan Kota Bekasi."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

KOMITMEN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PEMBANGUNAN

DI BIDANG PENDIDIKAN DALAM ERA OTONOMI DAERAH

(Studi Kasus Kebijakan Publik di Kabupaten dan Kota Bekasi)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan dalam

Program Studi Aministrasi Pendidikan

4&

Oleh AGUS ENAP NIM. 009787

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG
(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

PEMBIMBING I

PROF DR. H. ABDUL AZIS WAHAB, MA

PEMBIMBING II

\rK

(3)

Mengetahui,

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

Program Rasjcasarjana S2

(4)

ABSTRACT

Agus Enap : Commitment of The Regional Goverenment to The Education

Development Sector in Era Regional Authonomy (The Case

study in Publik Policy to Regencial goverenment

and

Bekasi Town )

The paradigm of the educational management in a decentralization

appears systemic changes to the available institutions. The design of the

educational organization

constitutes an implementation

of various

perceptionts of the authority submitted by the cental goverenment. In the

level of the educational problem concepts by the regional goverenment has

become a serious attention, nevertheless in the implementation level has

not been balancing or still for from the hope. For it still occurs inefficiency

and ineffectivity in the management of education like too fat in the

organisation of educational management. The competencies of the

goverenment apparattur are still low, this case is caused by the placement

and appointment of the staff to place the structural positions has not owned

the working prames with the measured indicators about the working

achievement and the placement of the staf has not wholly used a concept to

fulpill the skill requirements and their fields. Besides it is not based on the

clear rewards become the rewards themseloes in the management of the

civil sevants' officialdom have not existed clearly. About the budget of

education becomes the responsibility of the regional goverenment. The

budget support to conduct the education has not shown the fair and

efficient budget. This is caused not to be existed a standardized

formulation and agreed to account the amount of the budget allocation to

the educational sector which reflects the real needs. The budget for

education commulatively showed a significant increasement but the

incerasement has not shown the real needs, for the increasement of budget

is nearly 90% to pay the salaries of the staff. Whereas to spend for the

educational sector development has not achieved the first rank but it is still

in the third rank, nomely around 6 - 17% from the

number of the

development budget or around

3 - 7% from the amount ofthe regional

budget (APBD). Rather directly or indirectly the aboved condition much

effects to the working ability ofthe educational sector in wich it can imply

to the educational quality incerasement itself.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN

„•

PERNYATAAN

iv

ABSTRAKSI

v

KATA PENGANTAR

vi

DAFTAR ISI

k

DAFTAR TABEL

x

DAFTARGAMBAR

xi

BAB I PENDAHULUAN

j

A. LatarBelakangMasalah

1

B. Batasan Masalah

9

C. Tujuan Penelitian

12

D. Mantaat Penelitian

13

E. Hipotesis

13

F. Kerangka Pemikiran

14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

17

A. Konsep Administrasi Pendidikan dan Pengertian Komitmen

17

1. Konsep Administrasi Pendidikan

17

2. Pengertian Komitmen

20

B. Organisasi dan Kompetensi Sumber Daya Manusia

24

1. Pengertian Organisasi

24

2. Bentuk Organisasi

29

3. Struktur Organisasi

32

4. Visi dan Misi Organisasi

35

5. Kompetensi Sumber Daya Manusia

38

C. Otonomi Daerah dan Kebijakan Pembiayaan Pendidikan

46

1. Pengertian Otonomi dan Desentralisasi

46

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Otonomi Daerah dan

Bentuk-Benmk Otonomi

59

3. Pengertian Kebijakan

65

4. Benfuk-benftik Biaya Pendidikan

69

5. Penetapan Biaya Pendidikan

72

D. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

76

Rangkuman

79

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

81

A. Metode Penelitian

81

B. Definisi Konsep

g4

C. Instrumen Penelitian

84

D. Tehnik Pengumpulan Data

85

E. Subyek Penelitian

86

F. Pelaksanaan Pengumpulan Data

90

(6)

G. Analisa Data 91

H. Validasi Temuan Penelitian 91

BAB IV HASIL PENELITIAN 94

A. Deskripsi Obyek Penelitian

94

B. Desain Organisasi Kompetensi Aparatur Dinas Pendidikan

108

NonGuru 108

1. Visi dan Misi 108

2. Bentuk Hubungan Kerja dan Job Discription

114

3. Kesesuaian antara Pendidikan dengan Tugas

144

4. Kesesuaian antara Pendidikan yang Diikuti dengan Tugas dan

Jabatan 148

5. Penentuan Penempatan dalam Jabatan Struktural dan

Pengembangan Karier

150

C. Kebijakan Anggaran Pendidikan

153

1. Proses Penetapan APBD

153

2. Sumber-sumber Penerimaan Pemerintah Daerah 156

3. Alokasi Anggaran dalam APBD

162

Rangkuman

167

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 168

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 193

A. Kesimpulan

193

B. Implikasi

198

C. Rekomendasi 199

DAFTAR PUSTAKA 202

(7)

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

2.1.

Teori Motivasi

46

4.1.

Penggunaan Lahan di Kota Bekasi

95

4.2.

Kepadatan Penduduk

"5

4.3.

Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

96

4.4.

Mata Pencaharian Penduduk

96

4.5.

Penggunaan Lahan di Kabupaten Bekasi

104

4.6.

Struktur Perekonomian di Kabupaten Bekasi

107

4.7.

Keadaan Karyawan

145

4.8.

Keadaan Karyawan Menurut Jenjang Pendidikan

146

4.9.

Data Pegawai Menurut Klasifikasi Pendidikan

147

4.10. Data Pegawai yang menduduki Jabatan Struktural

148

4.11. Data Pejabat yang sudah Mengikuti Diklat

149

4.12. Data Pegawai Menurut Pangkat/Golongan

151

4.13. APBD dan PAD Kabupaten Bekasi

158

4.14. Sumber Pendapatan APBD Kabupaten Bekasi

159

4.15. Pendapatan PAD Kabupaten Bekasi

159

4.16.

APBD dan PAD Kota Bekasi

160

4.17. Sumber Pendapatan APBD Kota Bekasi Tahun 2000

161

4.17. Sumber Pendapatan APBD Kota Bekasi Anggaran 2001 - 2002

161

4.18.

Sumber PAD Kota Bekasi Anggaran 2000 - 2002

162

4.19. Pengeluaran Rutin APBD Kabupaten Bekasi

163

4.20. Pengeluaran Belanja pembangunan APBD kabupaten Bekasi

164

4.21. Pengeluaran Rutin APBD Kota Bekasi

'65

4.22. Pengeluaran Belanja Pembangunan APBD Kota Bekasi

166

4.24. Matrik Pembahasan 192

(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1.

Kerangka Hipotesis

'2

1.1. Alur Fikir Penelitian 17

2.1.

Ruanglingkup Administrasi Pendidikan

19

2.1.

Sikap

21

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan

kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan

ekonomi suatu bangsa. Hal ini bukan saja pendidikan akan berpengaruh terhadap

produktivitas tetapi juga berpengaruh terhadap fertilitas masyarakat. Pendidikan

menjadikan sumber daya manusia lebih bias cepat mengerti dan siap akan menghadapi perubahan. Pendidikan diartikan secara luas merupakan suatu proses pembelajaran yang dapat dilakukan dimana saja.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 masalah pendidikan secara tersirat telah dinyatakan dalam pembukaan, bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa kemudian diperkuat dalam pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa setoap warga negara berhak memperoleh pengajaran. Sementara pada ayat 2 menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang system Pendidikan Nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 2 merupakan pengejawantahan dari Undang-Undang Dasar 1945 dan selain itu merupakan salah satu komitmen pemerintah untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan masyarakat.

Kalau kita telaah pertimbangan yang dijadikan alasan bagi lahirnya

Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 ditentukan oleh rumusan tentang hakekat pembangunan

nasional dibidang pendidikan, bahwa pendidikan adalah upaya mencerdaskan

kehidupan bangsa dan meningkatkan kuahtas manusia Indonesia dalam mewujudkan

masyarakat yang maju, adil dan makmur serta memungkinkan para warganya

(10)

mengembangkan diri baik berkenaan dengan dengan aspek jasmaniah maupun

rohaniali.

Seiring dengan semakin maju perkembangan dunia ditandai era globalisasi

dan informasi yang berkembang dengan begitu cepat. Dampak dari perkembangan era

ini tidakmungkin dapat dihindarkan oleh setiap bangsa di dunia. la akan berpengaruh

teerhadap semua aspek kehidupan masyarakat termasuk di dalamnya bangsa

Indonesia. Perubaahan-perubahan ini juga berpengaruh terhadap penyelenggaraan

pendidikan. Sehingga dalam pengelolaan pendidikan pemerintah harus memberikan

perhatiankhususnya dalam hal pembiayaan pendidikan.

Sekarangdiakui bahwa pendidikan merupakan suatu bentuk investasi sumber

daya manusia yang mungkin lebih penting dari investasi modal. Ditemukan dalam

berbagai penelitian disejumlah negara, pendidikan memberikan sumbangan amat

besar bagi pertumbuhan ekonomi. Dampak pendidikan terhadap pertumbuhan

ekonomi diantaranya adalah semakin berkembangnya kesempatan masyarakat untuk

meningkatkan kesehatan,pengetahuan, keterampilan, keahlian dan wawasan agar

mereka mampu bekerja secara produktif.

Globalisasi yangmelanda dunia dengan ditandai mengglobalnya informasi dan

tehnologi, dapat dipahami sebagai salah satu sumbangan dari dunia pendidikan

(11)

Munculnya runtutan pemberdayaan daerah serta didasarkan kepada luasnya

wilayah Republik Indonesia dengan karakteristik yang beragam menjadi factor

pendorong untuk melakukan otonomi. Kebijkan otonomi mengisyaratkan akan

keyakinan pemerintah bahwa kebijakan ini sangat kecil resikonya terhadap

disintegrasi bangsa. Pemberian otonomi merupakan salah satu bentuk upaya untuk

menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Selain didasarkan kepada alas an tersebut.

pemberian otonomi juga mempertimbangkan dari aspek politik, ekonomi, teknis

menajemen pemerintahan.

Dalam konteks otonomi birokrasi pemerintah sebagai alat penyelenggara

negara haras mampu menelaah dan membaca situasi kedepan yang akan dihadapi.

Bagaimana wajah pemerintahan dimasa yang akan dating belum banyak tergambar

dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, sebagai landasan dalam penerapan

otonomi daerah. Tujuan utama dalam kebijakan otonomi daerah, disatu pihak

membebaskan pemerintah dari beban-beban yang tidak perlu dalam menangani

urusan domestik, sehingga berkesempatan mempelajari, memahami, merespon

berbagai kecenderungan global. Di lain pihak, dengan otonomi daerah memberikan

kewenangan kepada pemerintah daerah kabupaten atau kota mengalami proses

pemberdayaan yang signifikan. Dalam undang-undang tersebut, otonomi dipahami

sebagai kewenangan daerah sebagaimana dikemukakan dalam Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 pasal 7 yang berbunyi :

1. Kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang

pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeii

pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiscal, agama serta

kewenangan bidang lain.

2. Kewenangan bidang lain sebagaimana dimaksud pada ayat 1, meliputi

kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan

(12)

sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi dan

standarisasi nasional.

Kewenangan yang dimaksud dalam pasal tersebut mencakup kewenangan provinsi ,

daerah kabupaten dan kota. Dalam pasal 9 dikemukakan bahwa kewenangan daerah

daerah provinsi adalah:

1. Kewenangan provinsi sebagai daerah otonom mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota serta

kewenangan dalam bidang pemerintahan tertentu.

2. Kewenangan provinsi sebagai daerah otonom termasuk juga kewenangan

yang tidak atau belum dapat dilaksanakan daerah kabupaten dan kota. 3. Kewenangan provinsi sebagai wilayah administrasi mencakup

kewenangan dalam bidang pemerintahan yang dilimpahkan kepada gubernur selaku wakil pemerintah.

Sementara yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten atau kota sebagaimana dikemukana dalam pasal 11 ayat 1 dan 2 yang berbunyi :

1. Kewenangan daerah kabupaten dan kota mencakup semua kewenangan yang dikecualikan dalam pasal 7 yang diatur adalam pasal 9

2. Bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertahanan, koperasi dan tenaga kerja.

Dengan demikian masalah pendidikan merupakan salah satu urusan yang didesentralisasikan, sehingga daerah wajib melaksnakannya. Namun dalam implementasinya masalah pendidikan tidak selumhnya menjadi kewenangan daerah ada beberapa urusan yang masih menjadi kewenangan pemerintah pusat sebagaimana dikemukakan dalam pasal 7 Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 seperti masalah

satndarisasi nasional.

(13)

yang akan dating. Pelaksanaan otonomi membawa konsekwensi logis terhadap

kebijakan perampingan organisasi pemerintahan, kebijakan pembangunan ekonomi

yang secara optimal mampumem buka kesempatan kerja. melakukan investasi yang besar dalam bidang pendidikan. Dalam kontek ini pendidikan dipahami sebagai landasan utama dalam membangun sumberdaya manusia. Oleh karena itu semua. hanya dengan keberanian dan kreatifitas seperti inilah yang dapat membuat pemerintahan mampu secara efektif dan legitimate mengantarkan rakyat daerah masuk kedalam era kompetisi global.

Dalam implementasi otonomi khususnya masalah pendidikan belum menjadi perhatian serius oleh pemerintah daerah dengan menempatkan pembangunan pendidikan sebagai bagian dari permasalahan, bukan menjadikan pendidikan sebagai isu sentral dalam pembangunan jangka panjang. Hal ini tercermin dari dana untuk pendidikan dalam APBN masih sangat kecil bila dibandingkan dengan negara lain. Kondisi ini sudah barang tentu akan berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan dalam era otonomi yang sebagian besar dibiayai oleh pemerintah daerah (APBD). Sehingga menimbulkan pertanyaan apakah pendidikan akan lebih maju atau malah sebaliknya, untuk itu kunci keberhasilan pelaksanaan otonomi pendidikan yaini adanya dukungan semua pihak (stakeholders) khususnya pemerintah daerah sebagai penangungjawab masalah pendidikan di daerah. Dalam kaitan ini perlu ada political will yang konsisten terhadap masalah pendidikan. Sebab persoalan desentrahsasi pendidikan bukan terletak pada gagasan atau teorinya yang menjanjikan harapan yang lebih besar untuk terjadi perubahan, melainkan implementasinya.

Impelementasi manajemen desentrahsasi pendidikan semakin tidak mudah

karena tidak semata-mata menyangkut isu teknis melainkan juga isu politis seperti

(14)

pendidikan sebagai penjabaran dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yaitu

peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. Kewenangan pemerintah pusat dalam

peraturan pemerintah ini khususnya dalam masalah pendidikan sebagaimana

dikemukakan dalam pasal 2 ayat 11 yang berbunyi sebagai berikut:

a. Penerapan standar kompetensi siswa dan warga belajar serta pengaturan

kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta

pedoman pelaksanaannya.

b. Penetapan standar materi pelajaran pokok.

c. Penetapan persyaratan perolehan dan penggunaan gelar akademik.

d. Penetapan pedoman pembiayaan penyelenggaraan pendidikan.

e. Penetapan persyaratan penerimaan, perpindahan, sertivikasi siswa, warga

belajar dan mahasiswa.

f.

Peneetapan persyaratan permintaan/zoning.

pencarian, pemanfaatan,

perpindahan, pengadaan, system pengamanan dan kepemilikan benda cagarbudaya serta persyaratanpenelitianarkeologi.

g. Pemanfaatan hasil penelitian arkeologi nasional serta pengelolaan musium

nasional, galeri nasional, pemanfaatan naskah arsip dan monumen yang

diakui secara internasional.

h. Penetapan kalender pendidikan danjumlah jam belajar efektifsetiap tahun

bagi pendidikan dasar, menengah dan luar sekolah.

i. Pengaturan dan pengembangan pendidikan tinggi, pendidikan jarak jauh

serta pengaturan sekolah internasional.

j. Pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia.

Sementara yang menjadi kewenangan provinsi sebagai daerah otonom khususnya

dalam masalah pendidikan sebagaimana dikemukakan dalam pasal 3 sebagai berikut:

a. Penetapan kebijakan tentang penerimaan siswa dan mahasiswa dari

masyarakat minoritas, terbelakang dan atau tidak mampu.

b. Penyediaan bantuan pengadaan buku pelajaran pokok/modul pendidikan

untuk taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan

pendidikan luar sekolah.

c. Mendukung/membantu

penyelenggaraan

pendidikan

tinggi

selain

pengaturan kurikulum, akreditasi dan pengangkatan tenaga akademis.

d. Peryimbangan pembukaan dan penutupan perguruan tinggi.

e. Penyelenggaraan sekolah luar biasa dan balai pelatihan dan atau penataran

guru.

(15)

Berdasarkan peraturan tersebut diatas maka kewenangan daerah kabupaten dan Kota cukup besar dengan segala konsekwensinya. Oleh karena itu dalam rangka melaksanakan kewenangan masalah pendidikan dibutuhkan suatu pemahaman tentang

kekhasan masalah pendidikan. Sehingga masalha pendidikan harus dipahami sebagai

suatu masalah yang sangat komplek dan tidak dipandang pelayanan umum biasa. Kewenangan tersebut membawa konsekwensi kepada daerah kabupaten dan kota untuk membiayai pendidikan sesuai dengan kewenangannya. Untuk dapat melaksanakan kewenangan itu diperlukan dukungan biayai yang cukup, organisasi

pengelola yang mencerminkan ramping struktur kaya fungsi atau dengan kata lain

organisasi yang lebih mengedepankan profesionahsme serta yang tidak kalah

pentingnya adalah dukungan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam

bidangnya. Apabila ini semua mendapat perhatian yang cukup serius dari pemerintah

kabupatend dan kota, maka kualitas pendidikan akan semakin meningkat.

Dititik beratkannya kepada pemerintah kabupaten dan kota dimaksudkan

untuk memberdayakan daerah dan meningkatkan komitmen pemerintah kabupaten

dan kota terhadap pendidikan. Lahirnya desentrahsasi pendidikan seidaknya dilandasi

oleh prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta

memperhatikan potensi dan keragaman daerah.

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi setiap warga negara,

karenanya penyelenggaraan pendidikan tergolong kepada kepentingan nasional

sebagai upaya mewujudkan salah satu tujuan nasional sebagaimana diramuskan

dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan

bangsa. Desentrahsasi pendidikan secara konsep dapat diterima, dengan desentrahsasi

pendidikan akan dapat memenuhi kebutuhan aspirasi masyarakat, pelayanan dan

penanganan masalah pendidikan diharapkan akan lebih cepat efektif dan efisien.

(16)

Semua ini disebabkan aparat yang menangani lebih denkat dengan

sehingga akan dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas dan

kebangsaanserta tercipta pula aparat yang bersih, terpercaya dan berwibawa.

Desentralisasi pendidikan sedikit banyak membawa kekhawatiran di kalangan

masyarakat pendidikan yaitu dalam hal apakah dapat menjamin setiap warganegara

akan memperoleh hak pengajaran. Hal ini dikarenakan potensi sumber biaya

masing-masing daerah berbeda satu sama lain. Namun dengan diberlakukannya

Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan daerah, diharapkan masalah kesenjangan dapat diatasi. Undang-undang

Otonomi daerah tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya kewenangan dalam

masalah keuangan. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 sumber-sumber

keuangan daerah sebagaimana dikemukakan dalam pasal 3 yang menyatakan bahwa:

Sumber-sumber keuangan pemerintah daerah dalam pelaksanaan desentrahsasi

adalah:

a Pendapatan Asli Daerah b. Dana Perimbangan c. Pinjaman Daerah

d. Lain-lain penerimaan yang salt

Persoalan yang mungkin timbul secara operasional adalah bagaimana komitmen pemerintah daerah terhadap pendidikan. Komitmen disini dipahami sebagai kesungguhan pemerintah terhadap masalah pendidikan yaitu dengan menempatkan masalah pendidikan sebagai isu senrral dalam pembangunan oleh pemerintah kabupaten dan kota. Selama ini pendidikan belum menjadi prioritas pembangunan karena pendidikan masih dianggap sebagai pelayanan umum biasa bukan sebagai human invesment. Padahal dampak dari pendidikan sangat besar terhadap seluruh sendi kehiduan. Oleh karena itu komitmen pemerintah daerah terhadap pendidikan sangat penting yang diimplementasikan melalui pembiayaan, struktur organisasi serta

(17)

dukungan dari aparat yang kompeten sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan organisasi.

Kebijakan pemerintah kabupaten atau kota untuk mengedepankan pendidikan memerlukan dukungan dari semua pihak, baik dari kalangan legislatif, eksekutif maupun masyarakat sebagai konsumen pendidikan. Berdasarkan dari latar belakang tersebut penulis mencoba meneliti " KOMITMEN PEMERINTAH DAERAH

TERHADAP PENDIDIKAN DALAM ERA OTONOMI". Komitmen pemerintah

daerah sangat penting karena daerah memiliki kewenangan yang luas dalam

mengelola pemerintahan termasuk didalammnya masalah pendidikan guna

mensejahterakan masyarakat. Secara structural daerah kabupaten atau kota merupakan

institusi yang paling dekat dengan masyarakat.

B. Batasan Masalah

Dalam konteks Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 yang memberikan

kewenangan

luas

kepada

pemerintah daerah

kabupaten

atau kota untuk

menyelenggarakan pemerintahan mencakup kewenangan semua bidang kecuali

kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan,

moneter dan fiscal, agama serta kewenangan lain yang ditetapkan oleh peraturan

pemerintah.

Lahirnya undang-undang tersebut membawa implikasi terhadap

perubahan dalam pengelolaan pendidikan yang tadinya bersifat sentralistis ke

desentrahsasi. Undang-undang ini mau tidak mau menuntut dilakukannya perubahan

khususnya dalam pengelolaan pendidikan

diberbagai aspek. Dalam bidang

pendidikan pemerintah daerah bukan saja memiliki kewenangan dalam mengelolla

yang bersifat administrative akan tetapi juga memiliki kewenangan dalam membiayai

(18)

Otonomi pendidikan bagi pemerintah daerah merupakan peningkai

yang mempunyai dua dimensi pengertian selain menjadi momentum juga

tantangan bagi daerah membuktikan komitmennya dalam meningkatkan kuahtas sumber daya manusia melalui pendidikan. Dalam era otonomi maju mundumya kuahtas pendidikan sangat tergantung kepada sebaerapa besar perhatian pemerintah kabupaten atau kota terhadap sector pendidikan.

Secara umum dalam pelaksanaan desentrahsasi mulai dari tingkatan sekolah sampai pemerintah daerah, mensyaratkan adanya informasi berkenaan dengan kemampuan guru, kepala sekolah, aparat daerah termasuk dalam hal pembiayaan pendidikan serta kemampuan aparat dalam semua tingkatan akan menentukan sampai tingkat mana desentralisasi sudah berjalan. Semakin lemah kemampuan aparat di tingkatbawah, maka akan semakin tinggi tingkat pengambilan keputusan keputusan. Desentrahsasi pendidikan tanpa ditunjang oleh kemampuan aparat pelaksana di tingkat bawah tidak akan mempunyai arti bagi kemajuan pendidikan. Dalam konteks otonomi daerah salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan meningkatkan komitmen pemerintah daerah pendidikan. Dalam kondisi ini permasalahan yang menjadi bahasan adalah :

1. Bagaimana Desain Organisasi Dinas Pendidikan meliputi:

a. Bagaimana visi dan misi dinas pendidikan kaitannya visi dan misi pemerintah Kabupaten dan Kota Bekasi ?

b. Bagaimana bentuk hubungan kerja dalamorganisasi dinas pendidikan ? c. Bagaimana job discription dalam organisasi dinas pendidikan ?

2. Kompetensi Aparatur Dinas Pendidikan Non Guru yang meliputi:

a. Bagaimana kesesuaian antara disiplin ilmu dengan tugas atau jabatan aparatur dinas pendidikan ?

(19)

b. Jenis dan tingkat pendidikan serta penjenjangan karier apakah telah sesuai

dengan prinsip profesionalisme ?

c.

Ketentuan penempatan tugas dan jabatan apakah telah sesuai dengan disiplin

ilmuyangdimiliki?

3. Bagaimana kebijakan Pembiayaan pendidikan yang didasarkan kepada APBD

meliputi:

a. Bagaimana proses penetapan kebijakan tentang alokasi anggaran dalam APBD?

b. Berapa besar realisasi penerimaan pemerintah daerah ?

c. Berapa besar yang dialokasikan untuk membiayai rutin dan pembangunan

termasuk pendidikan ?

C. Tujuan Penelitian

Dilakukannya penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui desain organisasi Dinas Pendidikan setelah diberlakukannya

otonomi daerah.

2. Untuk mengetahui kompetensi aparatur Dinas Pendidikan Non guru yang meliputi

Kepala Dinas, Kasubdin, Kasi dan Staf pelaksana.

3. Untuk mengetahui anggaran pembiayaan sektor pendidikan dalam APBD

Kabupaten dan Kota Bekasi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat antara lain :

1. Untuk menambah informasi atau pengetahuan mengenai masalali pendidikan

dalam era otonomi dalam upaya perbaikan kebijakan lebih efektif dan efisien

(20)

dalam meningkatkan komitmen pemerintah sehingga dapat meningkatkan mutu

pendidikan.

2. Untuk memberikan masukan dalam upaya meningkatkan komitmen pemerintah

daerah terhadap pendidikan di masa yang akan dating.

3. Untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan melalui pengungkapan suatu masalah yang dihadapi.

4. Dari aspek akademis berkepentingan untuk mengkaji konsep ekonomi pendidikan berkaitan dengan pemilihan kebijakan mengenai pengembangan sumber daya

manusia.

E. Hipotesis

Berdasarkan dari masalah dan rujuan tersebut diatas maka dapat dilakukan hipotesis dengan asumsi bahwa desain organisasi dan kompetensi aparatur pemerintah yang baik serta pembiayaan pendidikan yang memenuhi amanat undang-undang akan meningkatkan komitmen komitmen pemerintah terhadap pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat dalam bagan berikut:

XI.

(Desain organisasi dan Kompetensi aparatur

Dinas Pendidikan)

Y (Komitmen Pemerintah)

[image:20.595.81.482.274.675.2]

X2-(Pembiayaan Pendidikan)

Gambar 1.1 Kerangka Hipotesis

(21)

F. Kerangka Pemikiran

Berbicara mengenai undang-undang tentang pemerintahan daerah seperti telah

diketahui, sudah berkali-kali mengalami perubahan dan penyempurnaan. Pada saat

sekarang ini otonomi daerah merupakan salah satu solusi untuk memberdayakan

daerah menjadi mandiri, karena selama ini daerah menjadi kurang memiliki

kemandirian sebagai akibat dari system pemerintahan selalu menunggu dari

pemerintah pusat. Dampak yang ditimbulkan dari system pemerintahan yang

sentralistis mendorong tumbuhnya birokrasi yang panjang dan pelayananan kepada

masyarakat kurang optimal.

Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 sepenuhnya didasarkan pada prinsip

yang terkandung dalam pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu suatu bentuk

rumusan untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di dalam negeri mapun di

luar negeri serta tantangan persaingan global. Maka kebijakan memberikan otonomi

kepada daerah kabupaten dan kota merupakan langkah yang sangat strategis untuk

kemajuan bangsa dan keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia. Perubahan

kebijakan khususnya dalam masalah otonomi daerah secara signifikan berpengaruh

terhadap perubahan kewenangan dalam mengelola pemerintahan.

Otonomi daerah termasuk masalah pendidikan yang dijabarkan melalui peraturan pemerintah nomor 25 tahun 2000 merupakan upaya untuk pemangkasan birokrasi, pendelegasian wewenang, pelayanan yang lebih baik, pemberdayaan daerah, menumbubkan kemandirian daerah dalam mengelola pemerintahan guna

mensejahterakan masyarakat. Perubahan paradigma pengelolaan pemerintahan juga

berpengaruh terhadap pengelolaan pendidikan karena pendidikan merupakan salah

satu urusan yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten atau kota.

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kulaitas sumber daya

(22)

manusia yang berperan sangat penting bagi kesuksesan dan kesinambungan

pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu pembangunan dan peningkatan kuahtas

sumber daya manusia mutlak diperlukan. Degan demikian pendidikan memiliki posisi

yang strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya.

Pembangunan sumber daya manusia sudah sepanrasnya menjadi prioritas dan

haras dilakukan inovasi-inovasi untuk menciptakan system pendidikan yang mampu

meningkatkan kualitas kehidupan bangsa. Peningkatan kuahtas sumber daya manusia

sangat berkaitan langsung dengan peningkatan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia salah satunya dicirikan dengan tingginya tingkat pendidikan masyarakat.

Sekarang ini pembangunan pendidikan di negara lata dihadapkan kepada masalah peningkatan kualitas, pemerataan kesempatan, ketentuan anggaran yang memadai serta belum terpenuhinya sumber dalam diri masyarakat secara professional sesuai dengan tanggung jawab pendidikan. Oleh karena itu salah satu upaya penting dan mendesak yang haras ditempuh adalah membangun dan memperkuat system pendidikan dengan segala jalur dan jenjangnya sehingga percepatan pembangunan dapat dipacu dengan akselerasi yang tinggi. Tuntutan yang paling mendasar untuk memperkuat system pendidikan dengan akselerasi yang tinggidibutuhkan perubahan paradigma dalam pengelolaan pendidikan dengan memberdayakan seluruh

stakeholdes.

Selama ini pengelolaan pendidikan bersifat sentralisasi dengan segala kekurangan dan kelebihannva. Sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan kompetisi global, lahirnya Undang-Ungadang Nomor 22 dan 25 tahun 1999 serta peraturan pemerintah nomor 25 tahun 2000 merupakan secercah harapan untuk

(23)

memasuki babak baru dalam pengelolaan pendidikan. Namun adanya undang-undang

tersebut akan kurang berarti tanpa adanya political will pemerintah daerah terhadap

pendidikan dengan meningkatkan komitmen yang tinggi terhdap masalah pendidikan.

Karena pendidikan merupakan salah satu bentuk pembangunan yang sangat komplek

dan memiliki kekhasan tersendiri bila dibandingkan dengan pembangunan lain.

Desentralsiasi pendidikan menuntut semua komponen masyarakat haras bahu

membahu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia sebagai syarat mutlak

kemandirian daerah. Masalah pendidikan kemajuannya sangat terkait erat dengan

dukungan selurah aspek kehidupan masyarakat. Berdasarkan pengalaman yang ada

desentraslisasi pendidikan tidak selamanya berdampak pada kemajuan pendidikan

akan tetapi desentrahsasi juga bias berdampak pada kemunduruan pendidikan sebagai

contoh terjadi dinegara Amerika Latin. Oleh karena itu desentrahsasi pendidikan

kesuksesannya sangat ditentukan oleh pemerintah komitmen daerah.

Besarnya anggaran pendidikan memang bukan satu-sarunya factor yang dapat meningkatkan kuahtas pendidikan. Akan tetapi masalah yang timbul dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan tidak akan teriepas dari dukungan dana. Kesemua factor tersebut memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan. Komitmen pemerintah terhadap pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari administrasi pendidikan karena komitmen pemerintah daerah merupakan penjabaran dari fungsi manajemen secara umum. Dengan demikian kualitas pendidikan akan meningkat apabila adanya komitmen yang tinggi terhadap pendidiian. Secara umum kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

(24)

Konsekuensi UU No 22 Th 1999

PP No. 25 Tahun 2000

UU No 2 Th. 1989

< <

V

Kewenangan

Pemerintah

r**-UU No. 25 Th. 1999

^ V

Pembiayaan pembangunan

Administrasi

Pendidikan

lA,

Politik

s.

Sosial

Desain Organisasi dan Kompetensi Aparatur

Dinas Pendidikan

Komitmen Pemerintah Daerah

Terhadap pendidikan

Peningkatan Kualitas Pendidikan

Hankam

Ekonomi

1

Pembiayaan

[image:24.595.84.465.45.604.2]

Pendidikan

Gambar: 1.1 Alur Fikir Penelitian

(25)
(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Pemditian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dengan

pendekatan kualitatif, yaita dengan mengemukakan kenyataan yang ada dari subyek

penelitian yang ditehti. Dilihat dari pengertian, penelitian deskriptif mengambil

masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual, sebagaimana

adanya pada saat penelitian dilaksanakan (Nana Sudjana : 1989 : 64). Daripandangan

ini secara umum ada dua tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian yang bersifat

deskriftifyaita,:

a. Mengetahuiperkembangan terjadinya suatu aspek sosial tertentu

b. Mendeskripsikan secara terperinci suatu fenomena sosial.

Penelitian dengan menggunakan metode tersebut biasanya tanpa

menggunakan hipotesis yang telah dirumuskan secara ketat, namun adakalanya, juga

menggunakan hipotesis tetapi bukan untuk diuji secara statistik. Dengan kata lain

penelitian deskriftif tidak bermaksud untuk mengidentifikasikan hubungan antar

variabel melalui studi korelasi atau regresi untuk menguji hipotesis tertentu. Oleh

karena ita dalam penelitian kajiannya lebih difokuskan kepada kajian mengenai

manajemen dalam hal ini masalah kebijakan, maka metode penelitian yang dianggap

lebih tepat adalah metode deskriptif.

Metode penelitian deskriftif tidak terbatas pada pengumpulan data tetapijuga

meliputi anahsis dan interpretasi data. Taylor dan Bongdan (Maleong 2001 : 5)

mengemukakan pendekatan kualitatif merajuk pada pengertian yang luas terhadap

penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berapa kata-kata dan prilaku orang

(27)

yang dapat diobservasi dari lisan maupun talisan. Dengan demikian bahwa penelitian

kualitatif berakar pada latar belakang alamiah dan yang menjadi alat dalam penelitian

dengan mengandalkan manusia. Lexy J Moleong (2001 : 4) mengemukan terdapat

sepuluh ciri penelitian kualitatif seperti:

1. Penelitiannya berlatar belakang alamiah atau pada kontak dari suatu kebutuhan.

2. Alat pengumpulan data yang utama adalah peneliti sendiri atau dengan bantuan

orang lain, sehingga setiap saat dapat menyesuaikan terhadap kenyataan yang ada

dilapangan.

3. Penelitian

kualitatif

menggunakan

metode

kualitatif dengan

beberapa

pertimbangan seperti metode kualitatif lebih mudah bila berhadapan dengan

kenyataan lain, menyajikan secara langsung hakikat hubungan peneliti dengan

responden, lebihpeka dan lebih dapat menyesuaikan diri.

4. Menggunakan analisis data secara induktif, dipergunakannya analisis ini karena

dapat menemukan kenyataan-kenyataan yang terdapat dalam data, dapat

menemukan pengarah bersama dan dapat memperhitungkan nilai-nilai secara

eksphsit sebagai bagian struktur anahtik.

5. Lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori substantif yang berasal dari

data.

6. Mempercayai apa yang dilihat secara netral dan teori dasar lebih responsif

terhadap nilai-nilai kontekstual.

7. Lebih mementingkan proses dari pada hasil.

8. Adanya penetapan batas atas dasar fokus yargmenjadi masalah penelitian.

9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data

10. Menyusun desain teras menerus menyesuaikan kenyataan dengan lapangan,

desainnya tidak ketat dan tidak kaku.

(28)

Metode kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan grounded theory,

yaitu teori yang timbul dari data bukan dari hipotesis-hipotesis sebagaimana metode

kuantitatif. Sementara menurat pandangan lain (Nana Sudjana 1989 : 197) terdapat

beberapa ciri pokok yaitu :

1. Penelitian kuualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data

2. Penelitian kualitatif sifatnya deskriftif analitik dan bersifat induktif

3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses bukan pada hasil.

4. Penelitiankualitatifmengutamakan makna.

Selain hal tersebut di atas metode penelitian deskriftif tidak hanya terbatas

pada pengumpulan data semata tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi data.

Dengan demikian sasaran penelitian diarahkan pada usaha penguasaan teori dasar

penelitian yang bersifat deskriftif dengan mementingkan penguasan proses penelitian,

membatasi studi dengan fokus kajian, menentukan kriteria untuk memeriksa

keabsahan data dan hasil penelitian.

Sesuai dengan ciri-ciri yang dikemukakan di atas mendasari penulis

menggunakan metode ini. Penulis berasaha mendeskrifsikan secara sistematis dan

akurat dengan dukungan data-data yang diperoleh di lapangan, dokumen dan

buku-buku tentang bagaimana komitmen pemerintah daerah terhadap pendidikan

dalam eraotonomi ditinjau dari sudut desain organisasi dinas pendidikan, kompetensi

aparatur pemerintah yang menangani masalah pendidikan serta anggaran yang

disediakan untuk pendidikan di Kabupaten dan Kota Bekasi.

Dengan mengambil pengertian dan ciri-ciri tersebut, penelitian yang

dilaksanakan berasaha mempelajari fakta-fakta yang ada, dan relevan dengan masalah

penelitian serta menggambarkan dan menghubungkannya dengan teori yang ada.

Sehingga, diharapkan melahirkan temuan atau pemikiran guna membantu

(29)

memecahkan masalah yang dihadapi oleh pemerintah berkaitan dengan peningkatan

kualitas pendidikan melalui kebijakan pemerintah daerah terhadap pendidikan.

B. Definisi Konsep

Agar penelitian terarah dan memiliki visi yang jelas maka, masalah penelitian

ini secara konsep didefinisikan sebagai berikut:

a. Yang dimaksud dengan struktur organisasi adalah suatu sub sistem dari

lingkungan yang luas meliputi sistem teknik, sistem struktur dan sistem

manajemen.

b. Yang dimaksud dengan kemampuan aparat adalah disiplin ilmu atau kuahtas

sumber daya manusia yang terlibat dalam organisasi yang mengelola pendidikan.

c. Sedangkan yang dimaksud dengan komitmen pemerintah dalam konteks

penelitian ini adalah kesungguhan pemerintah daerah melalui implementasi

kebijakan untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pendidikan.

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif peneliti sendiri atau melalui bantuan orang lain

merapakan instrumen yang utama dalam penelitian kualitatif. Karena jika

menggunakan alat yang bukan manusia dan mempersiapkannya terlebih dahulu

sebagaimana dalam penielitian klasik, sangat tidak mungkin untuk mengadakan

penyesuaian terhadap kenyataan di lapangan. Selain itu dalam penelitian ini hanya

manusialah yang dapat berhubungan dengan responden atau obyek lainnya dan hanya

manusia pulalah yang mampu memahami kaitan kenyataan dilapangan. Oleh karena

itu peneliti sebagai alat penelitian sangatlah penting dalam menentukan hasil

penelitian. Dalam proses penehtian peneliti harus mampu berinteraksi dan beradaptasi

(30)

dengan obyek yang sedang diteliti. Hal ini sangatlah penting mengingat peneliti haras

mampu mengumpulkan data secara obyekltif

D. Tehnik Pengumpulan Data

Pelaksanaan penelitian untuk mengumpulkan data digunakan tehnik

wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Ketiga alat ini digunakan untuk

meperoleh infomasi berkaitan dengan masalah yang diteliti:

a. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman yang telah disusun

berdasarkan kebutuhan informasi berkaitan dengan penelitian. Pedoman

wawancara dibuat dan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan terbuka dan tertutup.

Pedoman wawancara sangat penting dalam proses berjalannya wawancara,

sehingga wawancara yang dilakukan tetap berada dalam koridor atau dalam

konteks pennasalahan yang diteliti. Hal ini dimaksudkan untak menjaga agar

informasi yang diinginkan tidak bias. Data atau informasi yang diharapkan dan

wawancara im* berkaitan dengan komitmen pemerintah daerah terhadap

pendidikan dilihat dari:

Struktur organisasi dan tatakerja Dinas Pendidikan

• Kemampuan aparatur pemerintah yang mengelola pendidikan dalam hal ini

Dinas Pendidikan Kabupaten dan Kota Bekasi.

Implementasi kebijakan pembiayaan pendidikan

b. Observasi

Observasi digunakan dalam rangka melengkapi data dan informasi yang

diperoleh melalui wawancara. Selain itu juga dengan menggunakan observasi

dilakukan

reckhek.

Observasi

dilakukan

sebelum

atau

sesudah

(31)

wawancaradilakukan, baik untuk memperoleh gambaran awal tentang materi yang

diteliti, maupun untuk melengkapai data hasil wawancara dan dokumentasi.

Instrumen observasi digunakan untuk mengamati secara langsung obyek yang

diteliti untuk mencocokan di lapangan dengan apa yang diperoleh baik melalui

wawancara maupun dokumentasi.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi berapa data-data, peraturan-peraturan atau catatan-catatab

digunakan untak melengkapi data dan informasi yang diperoleh melalui dua

instrumen yang telah disebutkan di atas. Salah satu caranya adalah dengan

mempelajari berbagai dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Dengan menggunakan teknik ini diharapkan diperoleh data trtulis berapa

peraturan, perundang-undangn atay dokumen lainnya.

E. Subyek Penelitian

Subyek penehtian adalah orang, sumber atau informasi yang dapat

memberikan data kepada peneliti. Penentaan subyek penelitian dilakukan secara

purposiv, halinididasarkan padaciri-cirinya yaita:

• Rancangan subyek penelitian yang timbul tidak ditentukan terlebih dahulu.

Penentaan subyek secara beruratan untuk memperoleh informasi yang telah

diperoleh terlebih dahuta, sehingga dapat dipertentangkan atau ada

kesenjangan informasi

Penyesuaian berkelanjutan dari subyek

Pemilihan terakhir jika terjadi pengulangan infomasi atau sudah terjadi

ketantasan dan tidak diperoleh tambahan infomasi yang berarti (Maleong

2001 : 165-166)

(32)

Berdasarkan ketegasan mengenal subyek penelitian tersebut maka subyek atau

responden utama dalam penelitian ini adalah:

a. Bupati Kabupaten Bekasi dan Walikota Bekasi dengan pedoman pertanyaan yang

telah disiapkan maka didapat jawaban secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Dalam menentukan visi dan misi yang akan ditetapkan dibentuk suata tun

yang melibatkan seluruh komponen masyarakat. Tim ini berupaya menggali

dan mencari masukan-masukan dari berbagai komponen masyarakat. Setelah

visi dan misi diramuskan maka diajukan kepada DPRD untuk ditetapkan.

2. Setelah visi dan misi ditetapkan maka dilakukan sosiahsasi baik melalui

media masa maupun berapa pamplet yang disebarkan kepada seluruh wilayah

yang ada, melalui spanduk atau melalui penyuluhan-penyuluhan baik yang

dilakukan oleh tingkat desa/kelurahan, kecamatan, dinas/instansi untak dapat

mengetahui dan mengamankan kebijakan tersebut dengan sebaik-baiknya.

Setelah visi dan misi ini disosiahsasikan sebagai upaya untuk mencapainya

dengan cepat dan tepat maka ditetapkan rencana strategik dan propeda. Untuk

menyusun rencana strategik dibentuk pula tim yang mehbatkan seluruh

komponen masyarakat yang terdiri dari unsur legislative, unsur eksekutif

(dinas/instansi). unsur masyarakat.

3. Dalam proses penetapan APBD langkah awal yang dilakukan adalah melalui

kegiatan yang disebut pra rakorbang yang menghimpun usulan-usulan dari

desa/kelurahan. kecamatan dan dinas/instansi. Dari usulan usulan yang masuk

kemudian dibahas pada rakorbang untuk menetapkan skala prioritas yang

didasarkan pada RAPBD. Upaya lain yang dilakukan untuk meningkatkan

PAD dilakukan melalui intensivikasi dan ekstensivikasi berbagai pajak dan

retribusi, yang ditenggarai dilakukan belum maksimal. dari hasil wawancara

(33)

ini juga diketahui jumlah APBD mulai dari tahun 2000 - 2002 dan ditunjang

oleh data-data keuangan.

b. Ketua DPRD Kabupaten dan Kota Bekasi didapat jawaban atas pertanyaan yang

diajukan secara umum sebagai berikut:

1. Proses penetapan visi, misi dan rencana strategik anggota DPRD selalu

dilibatkan baik dalam tim maupun dalam melakukan sosiahsasi serta selalu

melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja pemerintah berkaitan

kebijakan yang telah ditetapkan bersama. Semua rumusan tersebut dikaji

ulang dalam rapat paripurna DPRD untuk ditetapkan. Selain itu juga dalam

proses penetapan kelembagaan berikut SOTK dilakukan melalui usulan

pemerintah yang kemudian dibahas bersama-sama untuk ditetapkan.

2. Dalam proses penetapan APBD diawali dengan usulan nota keuangan oleh

pemerintah yang kemudian dibahas bersama antar komisi yang selanjutnya

untuk ditetapkan sebagai suatu keputusan dilakukan melalui rapat paripurna.

c. Sekwilda Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi didapat jawaban sebagai berikut:

1. Untuk mengisi jabatan pada dinas/instansi yang dibentuk dilakukan melalui

Baperjakat yang diketuai oleh Sekwilda atau Sekot dengan melalui berbagai

pertimbangan baik pertimbangan administrative, kompetensi, moral dan

prestasi kerja.

2. Diklat-diklat yang dilakukan khususnya untuk penjenjangan diawali dengan

seleksi mengingat anggaran yang terbatas. Untuk tingkat eselon HI sampai

dengan eselon IV selain didasarkan pada pertimbangan administrative,

kompetensi, moral, prestasi kerja juga didasarkan pada pertimbangan

rekomendasi dari Kepala Dinas. Diklat-diklat fungsional juga dilakukan baik

(34)

yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah maupun dari pemerintah

propinsi atau pusat sebagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme.

d. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi didapat jawaban

sebagi berikut:

1. Proses penetapan visi dan misi Dinas Pendidikan mehbatkan seluruh kasubdin,

dan kasi juga staf yaita dengan dibentuk tim perumus visi dan misi dengan

landasan utama adalah visi dan misi kabupaten atau kota dengan

mempertimbangkan pennasalahan pendidikan sesuai dengan kondisi yang

adasetelah visi dan misi ini ditetapkan dilakukan sosiahsasi kepada seluruh

staf melalui kasubdin masing-masing.

2. Untuk meningkatkan profesionalisme selalu diberikan kesempatan yang luas

kepada seluruh staf, kasubdin, kasi untuk mengikuti diklat-diklat yang

diselenggarakan baik penjenjangan maupun fungsional. Untuk staf

beradasrkan pertimbangan kasi dan untuk kasi berdasarkan pertimbangan

kasubdin.

3. Untuk melakukan promosi bagi staf dilakukan rapat yang melibatkan seluruh

kasubdin untuk memberikan masukan. Penilaian prestasi kerja dilakukan

melalui diberikannya buku penilaian kepada kasubdin untuk menilai kinerja

kasi dan para staf.

Dilakukannya penelitian di Kabupaten dan Kota Bekasi dilator belakangi

oleh kondisi Bekasi sebagai salah satu daerah penyangga Ibu Kota Jakarta. Sehingga

kebijakan Pemerintah DKI Jakarta akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan

Pemerintah Bekasi. Pembangunan Jakarta dengan segala permasalahannya sedikit

banyak akan mempengarahi konsep pembangunan yang akan dikembangkan oleh

pemerintah Kabupaten dan Kota Bekasi.

(35)

F. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Penelitian dengan menggunakan pendekatan deskriftif menurut Bondan

dan Biklen (Maleong 2001 : 85) menyatankan ada tiga tahapan yang harus dilalui

yaita:

a. Pra lapangan b. Kegiatan lapangan c. Analisis intensip

Sementara menurut Nasution (1996 : 33) mengelompokan kegiatan penehtian dalam

beberapa kegiatan yaitu:

a. Tanap orientasi, merupakan penelitian awal untuk memperoleh gambaran

pennasalahan yang lebih lengkap dan terfokus. Setelah mengadakan konsultasi

dengan pembimbing dan desain telah disetujui, penulis mengadakan studi

pendahuluan dengan melakukan serangkaian wawancara secara informal,

observasi dan mengumpulkan dokumen yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti.

b. Tahap eksplorasi, yaitu melakukan penehtian yang sebenamya dengan

mengumpulkan data yang berkenaan dengan fokus dan pertanyaan masalah serta

selaras dengan tajuan penelitian.

c. Tahap member check, memverifikasikan dengan mengecek keabasahan atau

validitas data. Tahap ini dimaksudkan untuk mengecek kebenaran informasi yang

telah dikumpulkan agar hasil penelitian dapat dipercaya. Pengecekan informasi

dilakukan setiap selesai mengadakan wawancara. Dalam pelaksanaan wawancara

dimungkinkan juga menarik kesimpulan bersama-sama dengan responden. Hal ini

dimaksudkan untuk menyamakan interpretasi sehingga kesalahpaharnan dalam

menafsirkan informasi dapat dihindarkan.

(36)

G. Analisisi Data

Data dan informasi yang telah dikumpulkan atau telah diperoleh oleh peneliti

akan dianalisis dan diinterpretasikan mulai dari awal penehtian sampai berakhir

penelitian. Analisis dan interprestasi data didasarkan kepada teoritis yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti, sebagaimana yang dikemukakan oleh

Nasution (1996 : 129 -130) bahwa prosedur analisis data didasarkan pada tiga tahapan

yaita reduksi data, display data dan verifikasi data.

Reduksi data dilakukan dengan menelaah kembali seluruh catatan dan

rekaman lapangan yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi

dokumentasi. Telah dilakukan untuk menemukan hal-hal pokok atau penting

berkenaan dengan fokus penelitian.

Display data, yakni mensistematiskan pokok-pokok informasi sesuai dngan

thema dan polanya. Pola yang nampak ditarik kesimpulan sehingga data yang

dikumpulkan mempunyai makna tertenta. Untuk menetapkan kesimpulan maka

dilakukan verifikasi data melalui member ckeck maupun triagulasi. Oleh sebab itu

verifikasi kesimpulan berlangsung selama dan sesudah data dikumpulkan.

H. Validasi Temuan Penelitian

Menurat Nasution (1996 : 114 -124) dan Moleong (2001 : 173) bahwa untak

menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan atau pengujian tingkat

kepercayaan hasil penelitian kualitatif ditentukan oleh kriteria-kriteria :

a. Kredibihtas (derajat kepercayaan)

(37)

Merupakan salah satu ukuran tentang kebenaran data yang terkumpul,

dimaksudkan untuk mencocokan konsep penelitian dengan konsep yang ada pada

responden. Untuk mencapai derajat kepercayaan dilakukan hal-hal sebagai berikut:

• Tianggulasi, yaita mengecek kebenaran data dengan membandingkan data dan

sumber lain.

• Penggunaan bahan referensi untuk mengamankan berbagai informasi yang didapat

di lapangan.

• Mengadakan membercek, yaitu dengan berasaha menyimpulkan suatu bahasan

secara bersama-sama sehingga perbedaan suata persepsi dalam suatu masalah

dapat dihindarkan, juga dilakukan konfirmasi dengan nara sumber terhadap hasil

laporan wawancara untuk menghindari tejadinya kekeliruan dan apabila hal ini

terjadi dapat diperbaiki dan apabila informasi kurang dapat ditambah.

b. Transferabilitas (keteralihan)

Merupakan validitas esktenal hasil penehtian sehingga hasilnya dapat diterapkan

atau diaplikasikan dalam konteks atau situasi lain. Transferabilitas hasil

penelitian, baru dapat diterapkan jika dalam situasi yang identik dan memiliki

keserasian antara hasil penelitian dengan pennasalahan. Meskipun diakui tidak

ada situasi yang sama pada tempat dan kondisi yang lain Transferabilitas

merapakan suatu kemungkinan, akan tetapi peneliti tidak memiliki keyakinan

akan menjamin validitas ekstenal.

c. Dependabilitas (ketergantungan)

Adalah suata kriteria kebenaran dan penelitian kuahtatif, yang pengertiannya sejajar

dengan rehabilitas dalam penehtian kuantitatif, yakni mengupas tentang konsistensi

hasil penelitian.

(38)

d. Kompirmabilitas (objektivitas)

Berasal dari konsep objektivitas menurat penelitian non kualitatif, agar

dan objektivitas hasil penehtian dapat dipertanggungjawabkan dilakukan audit trail,

yakni dengan melakukan pemeriksaan ulang sekaUgus dilakukan konfinnasi untuk

meyakinkan bahwa hal-hal yang dilaporkan dapat dipercaya sesuai dengan situasi

yang nyata, maka peneliti melakukan upaya :

• Data mentah yang diperoleh melatui wawancara, observasi maupun studi

dokumentasi direkapitualasi dalam laporan lapangan yang lengkap dan cermat.

. Data mentah disusun berdasarkan hasil analisis dengan cara menyeleksi, yang

seianjutnya dirangkum dalam bentuk diskripsi yang sistematis.

• Membuat hasil sintesi data berapa kesesuaian tema dengan tujuan penelitian,

penafsiran dan kesimpulan,

• Melaporkan seluruh proses penelitian sejak pra survey dan penyusunan

desain.pengolahan data hingga penulisan laporan akhir.

(39)

M m KB

A

(40)

BAB VI

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Pendidikan merapakan salah sata sarana untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia yang berperan sangat penting bagi kesuksesan dan kesinambungan

pembangunan suata bangsa. Oleh karena ita pembangunan dan peningkatan kualitas

sumber daya manusia mutlak diperlukan. Degan demikian pendidikan memiliki posisi

yang strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

Indonesia seutahnya. Dalam kerangka desentrahsasi pendidikan upaya yang perlu

dilakukan oleh pemerintah daerah yaita dengan memngkatkan komitmennya terhadap

pendidikan.

Sebagai suatu ilmu ruanglingkup kerja dari administrasi pendidikan meliputi

sumber daya manusia, sumber belajar dan sumber fasilitas dan dana. Ruang lingkup

tersebut dalam pelaksanaannya agar berjalan dengan baik untuk mencapai tajuan

yang telah ditetapkan diperlukan komitmen. Dilihat dari sisi pengertian, maka

komitmen adalah suata bentuk sikap, prilaku dan persepsi yang menggambarkan

suatu kerangka strategis mengenai suatu obyek dengan dipengarahi oleh berbagai

factor. Dalam konteks komitmen pemerintah adalah kesungguhan pemerintah

terhadap suatu bidang pembangunan yang diimplementasikan melalui kebijakan yang

mendukung terhadap kemajuan bidang pembangunan tertenta, untak meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Diadakanya organisasi pada dasamya untuk memungkinkan setiap anggotanya

mempunyai tagas, wewenang dan tanggung jawab tertenta bagi pencapaian tajuan

(41)

organisaasi secara keseluruhan. Oleh karena ita organisasi hanyalah suata alat untak

mencapai tajuan dan bukan merapakan tajuan. Kemampuan sumber daya manusia

merupakan salah sata faktor yang dapat mendorong terhadap pengembangan

organisasi/lembaga kearah yang lebih maju. Kemampuan atau kualitas sumber daya

manusia dipengarahi oleh berbagai faktor diantaranya, pendidikan dan latihan, motivasi,

etos kerja dan kemampuan fisik lcaryawantenaga kerja ditinjau dari sudut intern sumber

daya manusia ita sendiri.

Pembiayaan pendidikan tidak pemah teriepas dari anggaran pemerintah yang

dialokasikan untuk pendidikan. Penganggaran (budgeting) merupakan suata bentuk

perencanaan dan koordinasi dari berbagai kegiatan untuk mencapai suata tajuan dalam

suata periode tertenta dengan melakukan perkiraan kebutahan yang diperlukan dan hasil

yang ingin dicapai serta pengawasan pelaksanaannya.

Berdasarkan deskripsi dan pembahasan hasil penelitian sebagaimana yang

telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka peneliti mencoba menarik beberapa

kesimpulan dari penelitiannya sebagai berikut

1. Desain organisasi yang meliputi visi dan misi dalam proses penetapannya

melibatkan seluruh komponen masyarakat merapakan.. Dalam rumusan visi dan

misi Pemerintah Kabupaten Bekasi telah menempatkan kualitas sumber daya

manusia dalam hal ini pendidikan baik dalam visi, misi maupun dalam strategi

pembangunan menjadi isu sentral, sehingga sasaran pembangunan diarahkan

untuk menunjang pencapaian visi dan misi tersebut. Sementara Pemerintah Kota

Bekasi pengembangan sumber daya manusia dalam hal ini pendidikan baik dalam

visi, misi serta kebijakan strategis belum menempatkan masalah pendidikan

sebagai isu sentral. Sementara dalam visi Dinas masih bersifat luas dilihat dari

(42)

sisi batasan wakta untuk mencapai visi. Selain itajuga misi yang diemban belum

mendukung pencapaian visi. Padahal Visi dipandang sebagai suatu inovasi dalam

proses manajemen, karena visi amat dominan peranannya dalam proses

pembuatan keputusan termasuk dalam setiap pembuatan kebijakan dan

penyusunan strategik. Kalau dilihat dari sudut konsep visi dan misi Permerintah

Kabupaten Bekasi dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaannya sudah melangkah

lebih maju yang dicerminkan melalui komitmen terhadap pendidikan cukup

tinggi, hal ini cukup dimengerti karena Pemerintah Kabupaten memiliki

pengalaman yang cukup. Sementara Pemerintah Kota Bekasi dan Dinas

Pendidikannya masih haras meningkatkan komitmen terhadap pendidikan

melalui penempatan pendidikan sebagai isu sentral. Hal ini dimulai dengan

pencanangan kebangkitan pendidikan di Kota Bekasi. Bentuk hubungan kerja

dalam organisasi pengelola pendidikan dalam hal ini Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan. Struktur organisasi yang dikembangkan adalah struktur lini dan staf

sebagaimana organisasi birokrasi lainnya. Dalam tataran implementasi tingkat

koordinasi masih menunjukan kelemahan diantara subdin. Selain Ita juga pola

hubungan kerja masih memperhhatkan masih panjangnva rantai birokrasi

tercermin rnasih gemuknva struktur organisasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

hal ini diterapkannya pola maksimal sesuai dengan peraturan Pemerintah nomor

84 tahun 2000 tentang Pedoman Organisasil Perangkat Daerali. Sedangkan Job

discription yang ada belum secara maksimal berdasarkan hasil analisis jabatan

(job analysis) yaita berdasarkan hasil penyelidikan secara mendalam tentang

tagas dan tanggungjawab dari suata Jabatan. Sehingga masih banyak terjadi

tampang tindih dalam kewenangan antara satu bagian dengan bagian lain.

(43)

Apabila job analysis digunakan secara maksimal, pekerjaan itu diteliti secara

kritis dan mendalam guna menentukan segala macam pekejaan dan

tagas-tagasnya sehingga inefektifitas dan inefisiensi dapat dihindarkan balikan

dapat ditingkatkan produktifitas. Job discrition yang ada masih memperhhatkan

adanya inefektifitas dan inefisiensi yang menimbulkan rendahnya etos kerja.

2. Jenjang pendidikan karyawan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan didominasi oleh

jenjang strata sata, namun kesesuaian dan profesionalisme yang diharapkan.

Selain Ita Juga karyawan dengan tingkat pendidikan setara SLTA hampir

mengimbangi karyawan yang memiliki jenjang pendidikan strata sata. Diklat

fungsional belum dijadikan bahan pertimbangan ketika seorang karyawan akan

dipomosikan untuk menduduki suata jabatan. Dalam proses penetapan pegawai

untuk menduduki suata jabatan adalah melalui Baperjakat dengan sistem

penilaian sebagian besar kerangka yang ada untuk menilai prestasi kerja masih

bersifat subyektif dan proses persaingan diantara karyawan belum

memperhhatkan adanya nilai-nilai kompetisi dengan indikator intelektualitas.

Paradigma yang berkembang sekarang ini yang menjadi dasar pengangkatan

seseorang dalam suata jabatan yang menjadi pertimbangan pertama dan utama

adalah jenjang kepangkatan. Semakin tinggi pangkat seseorang semakin besar

peluang untuk menduduki jabatan. Kerangka kerja untak menilai seseorang itu

berprestasi atau tidak dibarengi dengan reward.

3. Keteriibatan masyarakat dalam proses pemberian masukan dalam penyusunan

APBD sudah dilakukan namun masih bersifat terbatas dan lebih diberdayakan

keteriibatan masyarakat. APBD yang telah ditetapkan setiap tahunnya haras

dipertanggungjawabkan oleh pihak eksekutif kepada legislatif dalam bentuk

(44)

laporan pertanggungjawaban Bupati atau Walikota. Selain ita juga APBD yang

telah ditetapkan dalam perjalanannya akan direfisi sehingga akan timbul APBD

setelah perubahan. Perabahan ini berkaitan dengan meningkatnya anggaran

pendapatan. APBD Kabupaten dan Kota memiliki ketergantangan kepada

bantuan dari Pemerintah Pusat cukup tinggi antara 70 - 75%. Ketergantangan ini

disebabkan dalam aturan pembagian perimbangan keuangan antara pusat dan

daerah lebih banyak menguntangkan bagi daerah yang memiliki sumber daya

alam. Sementara dari Pendapatan Asli Daerah menyumbang APBD sekitar 15

-25%. Sumbangan PAD tersebut didapat dari sektor pajak sekitar 40% dan

retribusi sekitar 50%,. APBD dilihat dari sisi pengeluaran ada dua kelompok

pengeluaran yang cukup besar yaita pengeluaran ratin berkisar antara 55 - 60%

dari total APBD dan pengeluaran pembangunan berkisar antara 40 - 42%.

Anggaran untak pendidikan dilihat secara keseluruhan memang mengalami

peningkatan yang sangat besar bahkan lebih dari 100%, namun peningkatan ita

hampir 90% dipergunakan untuk gaji pegawai. Sementara dilihat dari anggaran

pembangunan menganggarkan untuk sektor pendidikan adalah sekitar 7 - 16%

dari belanja pembangunan pembangunan atau sekitr 3 - 7% dari total APBD,

Jumlah ini masih jauh bila dibandingkan dengan sektor lain seperti transportasi

yang berkisar antara 25 - 33%, sektor aparatar pemerintah sekitar 15 - 27%

perumahan dan pemukiman 17 - 26%. Anggaran pendidikan secara riil yang

dipergunakan dalam pembangunan masih jauh dari angka ideal untuk

penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam

Undang-Undang Dasar 1945 yang sudah diamandemen dengan mensyaratkan anggaran

pendidikan minimal 20%.

(45)

B. Implikasi

Dari kesimpulan hasil penelitian ada beberapa implikasi antara lain

1. Dalam penetapan visi dan misi dibutahkan sosialisasi yang menyelurah seluruh

komponen. Implikasinya adalah segala kebijakan diarahkan untak mencapai visi

dan misi, sehingga pemahaman terhadap baik dalam jajaran pelaksana maupun

masyarakat luas perlu mendapat perhatian yang serius. Pola hubungan kerja dan

job discription yang memperhhatkan panjangnya rantai birokrasi dan terjadinya

tampang tindih dalam uraian jabatan dapat berimplikasi terhadap pelayanan

kepada masyarakat dan akan menjadi hambatan dalam perubahan paradigma

manajemen pelayanan. Selain ita juga melahirkan inefisiensi baik dalam

pembiayaan dan infektifitas dalam kerja yang berdampak pada rendahnya

produktivitas.

2. Ketersedian sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam bidangnya

merapakan syarat mutlak dalam pelaksanaan desentrahsasi. Pelaksanaan sistem

pendidikan yang desentralistik menuntat sumber daya manusia yang mampu serta

mumpuni di bidangnya. Kebutuhan ini perlu diantisipasi dengan arif, oleh karena

ita perlu disusun manajemen sumber daya manusia tertata dengan rapi sehingga

jumlah tenaga dan spesifikasi yang dibutahkan/diperiukan dapat didefinisikan

dengan kongkrit. Manajemen tersebut berimplikasi kepada iklim kerja yang tidak

kondusif, motivasi berprestasi, rendahnya terhadap institusi dan lain-lain.

3. Masalah dana merapakan masalali yang sangat krusial, dan sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan suata program. Rendahnya alokasi anggaran untuk

pendidikan dapat berdampak pada proses kegiatan belajar mengajar yang pada

(46)

gilirannya akan mempengarahi muta pendidikan. Oleh karena itu ketersediaan

dana yang cukup dengan akuntabilitas yang transparan akan dapat membantu

meningkatkan muta pendidikan. Implikasinya adalah penggalian sumber

pendapatan asli daerah dengan memperhatikan prinsip keadilan serta melakukan

optimalisasi dan meminimalisir kebocoran dalam pelaksanaan pungutan.

C. Rekomendasi

Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, peneliti merekomendasikan beberapa

hal antara lain:

1.

Perlu dilakukan perampingan struktur organisasi yang lebih mengedepankan

fungsional dan sebelum ditetapkannya SOTK disosialisasikan terlebih dahulu

untuk mendapatkan masukan dari masyarakat luas. Hal dimaksudkan untak

menghindari terjadinya tampang tindih kewenangan dan untuk meningkatkan

efisiensi, efektifitas dan meningkatnya produktivitas.

2.

perlu adanya sistem penilaan prestasi kerja dan reward dengan indikator yang

jelas dan penilaian prestasi kerja ini diketahui atau karyawan dapat mengukur

secara langsung prestasi kerja yang telah dicapai. Penilaian prestasi ini bukan

saja dinilai oleh baperjakat akan tetapi penilaian oleh rekan sekerja perlu menjadi

bahan pertimbangan dalam rangka promosi pegawai. Sistem reward ini sangat

penting guna meningkatkan kompetisi yang sehat di antara para karyawan untuk

meningkatkan kemampuan dan motivasi berprestasi lebih tinggi lagi.

3.

Perlu adanya kebijakan

untuk melahirkan kesadaran keberpihakan kongkrit

seluruh lapisan masyarakat khususnya dikalangan legislatif dan eksekuti terhadap

masalah pendidikan. Keberpihakan kongkrit ini disalurkan secara, politis menjadi

(47)

suata gerakan kolektif untuk membangun kondisi pendidikan termasuk

masyarakat yang bergerak dalam sektor swasta dan industri dengan memberikan

fasilitas untuk pelaksanaan pendidikan yang bermuta. Gerakan ini juga sebagai

upaya untuk mewujudkan alokasi dana. yang cukup.

4.

Perlu adanya rumusan yang baku perhitangan besamya alokasi dana untuksektor

pendidikan yang mencerminkan kebutuhan rill sektor pendidikan dengan

indikator yang baku dengan didasarkan pada poin-poin pengeluaran, sub sektor

pendidikan menurat jenjang dan jenis pendidikan, sehingga diketahui kebutuhan

rill setiap jenjang pendidikan yang langsung menyentuh proses belajar mengajar. 5. Perlu adanya perabahan Paradigma pemberdayaan kontribusi masyarakat dalam

membiayai pendidikan yang selama ini dikenal dengan sebutan SPP, BP3. Kontribusi keluarga ini agar akuntabilitasnya jelas serta pengelolaannya efektif dan efisien, kontribust tersebut diubah menjadi pajak pendidikan atau sekolah dengan dilengkapi perangkat kontrol dan monitoring baku.

6. Perlu adanya upaya yang sistematis untuk mensosialisasikan pemahaman dikalangan para pengambil kebijakan bahwa pengeluaran untuk sektor pendidikan bukanlah pengeluaran yang sia-sia akan tetapi merapakan investasi yang produktif yang tidak jauh berbeda dengan investasi produktif lainnya. 7. Untuk meningkatkan komitmen pemerintah terhadap pendidikan perlu adanya

pemahaman dan menyadari dikalangan legislative dan eksekutif bahwa pendidikan ita sangat penting dan berpengaruh terhadap seluruh sendi kehidupan

juga melalui pendidikan dapat menunjang upaya pemberdayaan dan kemandirian

masyarakat. Salali satu kegiatannya adalah melalui sosialisasi dan melakukan

(48)

dialog dengan lembaga atau institasi yang memahami dan interes terhadap

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Hipotesis
Gambar: 1.1 Alur Fikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

beberapa impak telah berjaya diperoleh iaitu penurunan imej sinar-x anggota kaki daripada 40.18% kepada 7.95%, penjimatan kos pembelian alat cegah gerak kaki sebanyak RM23,316.00,

menggunakan kertas HFS. Seperti pada pertemuan petama dan kedua, Setelah anak-anak mengerti, guru membagi kelas menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A terdiri dari

Sel tumbuhan yang dimasukkan dalam larutan gula, maka sel tersebut akan kehilangan air murni, jika nilai larutan gula dalam sel lebih pekat dari pada potensial

Permainan simulasi pesawat terbang dibuat menggunakan bahasa pemrograman Microsoft C 2005 Express Edition dengan XNA Framework 1.0, sedangkan Objek-objek 3D di dalamnya

Pada kegiatan akhir guru mengumumkan kelompok terbaik dengan memberikan pujian, selain itu guru juga memotivasi kelompok lain agar dapat bekerjasama dengan baik

Laporan keuangan Reksa Dana untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019 telah diselesaikan dan diotorisasi untuk penerbitan pada tanggal 10 Februari 2020

Untuk menghitung kerugian head mayor maupun kerugian head minor yang terjadi di sepanjang jaringan pipa dapat digunakan persamaan Hazzen Williams dimana kapasitas aliran pada

Dalam karakteristiknya, twitter juga dapat disebut sebagai new media hal ini selaras dengan teori yang dikemukakan oleh McQuail (1987:17) yang menyatakan bahwa