(STUDI KASUS : RUMAH TANGGA DI KOTA BOGOR)
Oleh:
FRIZKY DWINADA H24080064
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2012
RINGKASAN
FRIZKY DWINADA. H24080064. Analisis Faktor - Faktor Keputusan Pembelian Minyak Goreng Kemasan Merek Bimoli (Studi Kasus : Rumah Tangga di Kota Bogor). Di bawah bimbingan JONO M. MUNANDAR.
Minyak sawit dapat diolah menjadi berbagai produk pangan. Industri minyak goreng adalah industri yang paling banyak menyerap bahan baku minyak sawit. Industri minyak goreng sawit dalam negeri terbagi menjadi dua, yaitu minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan bermerek. Bimoli merupakan produk minyak goreng sawit kemasan bermerek yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Bimoli merupakan pioner dan market leader untuk minyak goreng kemasan bermerek hingga tahun 2012 ini. Para pesaing-pesaingnya terus berusaha untuk merebut pangsa pasar Bimoli dengan keunggulan-keunggulan yang mereka tawarkan. Untuk tetap memimpin pasar, Bimoli harus terus menjaga kualitas dan memiliki pengetahuan terkait perilaku konsumennya.
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengidentifikasi karakteristik konsumen minyak goreng Bimoli, 2) mengidentifikasi proses pengambilan keputusan konsumen minyak goreng Bimoli, dan 3) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian minyak goreng Bimoli.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik quota sampling dengan sampel sebanyak 100 responden. Pengolahan data dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas, analisis deskriptif, serta analisis faktor.
Pengolahan data dibantu dengan Microsoft Excel 2007 dan Statistical Package For Social Science (SPSS) versi 16.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas konsumen Bimoli adalah ibu rumah tangga dengan kelompok usia berkisar antara 31-40 tahun (41%), dan mayoritas menikah (95%). Sebagian besar konsumen memiliki pendidikan terakhir SMU/SMK (63%), klasifikasi pekerjaan konsumen sebagai unemployee (57%), dan status pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (53%), mayoritas konsumen berprofesi sebagai ibu rumah tangga (55%), pendapatan per bulan sebesar Rp 2.000.001 sampai Rp. 5.000.000 (55%), pengeluaran per bulan sebesar Rp 2.000.001 sampai Rp. 5.000.000 (66%). Proses pengambilan
keputusan pembelian konsumen Bimoli melalui lima tahapan proses, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian.
Berdasarkan hasil dari analisis faktor didapatkan hasil bahwa terbentuk 6 faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian minyak goreng Bimoli. Keenam faktor tersebut adalah psycho sosiologis, psycho demografis, kepercayaan pribadi, sosial ekonomi, pengaruh lingkungan, dan nilai. Faktor yang paling utama dalam mempengaruhi pembelian Bimoli adalah faktor psycho sosiologis dengan nilai eigenvalue yang terbesar dari semua faktor yang ada yaitu 6,029, sedangkan faktor psycho demografis sebesar 1,625, kepercayaan pribadi sebesar 1,547, sosial ekonomi sebesar 1,226, pengaruh lingkungan sebesar 1,190, dan nilai sebesar 1,079. Konsumen membeli bimoli karena dipengaruhi oleh pengaruh sosial dan keyakinan pribadi sejak dahulu terhadap Bimoli akan kualitas dan manfaatnya.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEPUTUSAN PEMBELIAN MINYAK GORENG KEMASAN MEREK BIMOLI
(STUDI KASUS : RUMAH TANGGA DI KOTA BOGOR)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI
Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
FRIZKY DWINADA H24080064
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2012
Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Keputusan Pembelian Minyak Goreng Kemasan Merek Bimoli (Studi Kasus : Rumah Tangga di Kota Bogor)
Nama : Frizky Dwinada
NIM : H24080064
Menyetujui Pembimbing,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.) NIP 196101231986011002
Mengetahui:
Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.) NIP 196101231986011002
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Frizky Dwinada dilahirkan pada tanggal 12 Januari 1990 di Bogor, merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Dadang Surachman, dan Ibu Nayu Nurlaila. Bersekolah di TK Triguna Bogor tahun 1994 hinga tahun 1996, SD Panaragan 1 Bogor tahun 1996 hingga tahun 2002, SMP Negeri 7 Bogor lulus pada tahun 2005, dan SMA Negeri 6 Bogor lulus pada tahun 2008.
Pada tahun 2008, diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Mahasiswa IPB), diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama kuliah aktif sebagai staff direktorat Marketing COM@ (Centre of Management) pada tahun 2010, President Direktur COM@
(Centre of Management) pada tahun 2011. Berpartisipasi di beberapa kegiatan COM@, yaitu kepanitiaan COMIC 2010, COMIC with MSIG 2011, dan Academic Visit (MSIG and SMU Singapore) .
Penulis juga kerap kali mengikuti perlombaan debat marketing dan Bussiness Plan Competition di berbagai universitas. Prestasi yang pernah diraih adalah Juara 3 Indonesia Marketing Debate Competition IMOTION-FEUI 2010, dan peringkat 5 ITB Entrepreneurship Challenge 2011 (US Embassy-Metro TV).
Selain itu, penulis juga aktif sebagai asisten dosen pada mata kuliah di Departemen Manajemen FEM IPB.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Keputusan Pembelian Minyak Goreng Kemasan Merek Bimoli (Studi Kasus : Rumah Tangga di Kota Bogor)”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Dalam penulisan penelitian ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Penulis berharap penulisan penelitian ini berguna dalam menambah ilmu pengetahuan. Penulis menyadari dalam penulisan penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi materi maupun penyajian. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanaya penelitian selanjutnya sebagai penyempurnaan skripsi sehingga dapat menjadi perbaikan dan proses pembelajaran di masa yang akan datang.
Bogor, Juni 2012
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, karunia dan nikmat-Nya yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis, terutama dalam penyelesaian skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan memberikan saran dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir W.H Limbong, MS dan Bapak Alim Setiawan Slamet S.Tp, M.Si selaku dosen penguji skripsi yang bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji dalam ujian dan memberikan saran dalam skripsi ini.
3. Seluruh staf pengajar dan karyawan/i Departemen Manajemen, FEM IPB yang telah membantu memfasilitasi segala keperluan kuliah dan birokrasi yang harus diselesaikan penulis.
4. Bapak Dadang Surachman dan Ibu Nayu Nurlaila selaku orang tua, serta Frizka Trianada adikku untuk segala cinta, kasih sayang, dukungan moral maupun materi, khususnya doa-doa yang selalu dipanjatkan tiada henti kepada anaknya sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
5. Seluruh keluarga besar Bapak Dadang Surachman dan Ibu Nayu Nurlaila untuk doa dan dukungannya selama ini.
6. Dina Restiana, SE untuk segala perhatian, doa, kasih sayang, dukungan, serta kesabaran dalam menyemangati dan membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi.
7. Keluarga PT. Masasi Indonesia (Pak Dikky, Pak Asep, Pak Deddy, Bang JW, Bang Ojan, Bang Gerry, Bang Upay, Bang Wiwid, Bang Modjo, Bang afif) atas bantuan, dukungan, semangat, do’a, dan kebersamaanya selama ini.
8. Teman- teman hebat ( Rizma, Reza, Jawer, Catra, Mahonk ), see you on TOP.
9. Teman – teman Capoeira Alegria, yang telah memberi rumah kedua, kebersamaan, dan pengalaman yang luar biasa.
vii
10. Teman-teman seperjuangan (Rida, Ardi, Ray) semoga kelak kita akan bertemu dengan membawa kesuksesan yang dapat menjadi kisah yang dapat saling membangun.
11. Teman – teman satu bimbingan Sacuy, Christini, Ardi, Dudi, Rangga, Attar, Putra, dan Riri terimakasih dukungan dan bantuannya.
12. Teman – teman Centre of Management 2011, yang telah memberi pengalaman yang luar biasa.
13. Keluarga Manajemen 45 serta FEM atas segala dukungan dan semangat untuk penulis, terimakasih atas semua kenangan indah selama tiga tahun yang tak terlupakan semoga kekeluargaan kita ke depannya tetap terjaga.
14. Seluruh responden yang sudah membantu penulis untuk mendapatkan data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Terakhir pada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung selama perkuliahan dan penyusunan skripsi. Semoga segala kebaikanya akan dibalas oleh Allah SWT.
viii
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ... v
KATA PENGANTAR ... vi
UCAPAN TERIMAKASIH... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Tanaman Kelapa Sawit ... 6
2.2 Pemanfaatan Minyak Sawit ... 7
2.3 Minyak Goreng ... 8
2.4 Pemasaran ... 8
2.5 Promosi ... 9
2.6 Perilaku Konsumen ... 10
2.7 Proses Pengambilan Keputusan Konsumen ... 10
2.7.1 Pengenalan Masalah ... 11
2.7.2 Pencarian Informasi ... 11
2.7.3 Evaluasi Alternatif ... 11
2.7.4 Keputusan Pembelian ... 12
2.7.5 Perilaku Pasca Pembelian ... 12
2.8 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 12
2.8.1 Faktor Budaya ... 13
2.8.2 Faktor Sosial ... 13
2.8.3 Faktor Pribadi ... 14
2.8.4 Faktor Psikologis ... 15
ix
2.9 Uji Validitas ... 16
2.10 Uji Reliabilitas ... 17
2.11 Analisis Deskriptif ... 17
2.12 Analisis Faktor ... 18
2.13 Penelitian Terdahulu ... 20
III. METODE PENELITIAN ... 22
3.1 Kerangka Pemikiran ... 22
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 24
3.4 Jumlah Sampel dan Metode Pengambilan Sampel ... 24
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 25
3.6 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ... 26
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 27
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 27
4.1.2 Struktur Organisasi ... 28
4.1.3 Tujuan dan Misi Perusahaan ... 29
4.2. Karakteristik Konsumen... 29
4.2.1 Usia ... 29
4.2.2 Status Pernikahan ... 30
4.2.3 Pendidikan Terakhir ... 30
4.2.4 Klasifikasi Pekerjaan ... 31
4.2.5 Status Pekerjaan ... 31
4.2.6 Profesi ... 32
4.2.7 Pendapatan Per Bulan ... 33
4.2.8 Pengeluaran Per Bulan ... 33
4.3 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ... 34
4.3.1 Pengenalan Kebutuhan ... 34
4.3.2 Pencarian Informasi ... 35
4.3.3 Evaluasi Alternatif ... 36
4.3.4 Keputusan Pembelian ... 38
4.3.5 Perilaku Pasca Pembelian ... 39
4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Bimoli ... 41
4.4.1 Faktor Pertama (Psycho sosiologis) ... 43
4.4.2 Faktor Kedua (Psycho demografis) ... 44
x
4.4.3 Faktor Ketiga (Kepercayaan Pribadi) ... 45
4.4.4 Faktor Keempat (Sosial Ekonomi) ... 46
4.4.5 Faktor Kelima ( Pengaruh Lingkungan) ... 46
4.4.6 Faktor Keenam ( Nilai) ... 46
4.5. Implikasi Manajerial ... 47
KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
Kesimpulan ... 50
Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
LAMPIRAN ... 53
xi
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia 2005-2009 ... 1 2. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Minyak Goreng ... 2 3. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata Penduduk Indonesia Per Kapita
Seminggu Untuk Minyak dan Lemak 2011 ... 3 4. Lima Merek TOM dan TBI dalam Industri Minyak Goreng Sawit
Kemasan Bermerek ... 4 5. Karakteristik Tipe Kelapa Sawit Dura, Tenera, dan Psifera ... 6 6. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan di
Kota Bogor Tahun 2009 ... 25 7. Data Sampel yang Diambil ... 25 8. Penyebaran Konsumen Berdasarkan Alasan Konsumen Membeli
Minyak Goreng Bimoli ... 34 9. Penyebaran Konsumen Berdasarkan Manfaat yang Dicari Konsumen
Minyak Goreng Bimoli ... 35 10. Penyebaran Konsumen Berdasarkan Sumber Informasi mengenai
Minyak Goreng Bimoli ... 35 11. Penyebaran Konsumen Berdasarkan Fokus Perhatian Konsumen
Minyak Goreng Bimoli ... 36 12. Penyebaran Konsumen Berdasarkan Pertimbangan Sebelum
Memutuskan Pembelian Minyak Goreng Bimoli ... 37 13. Penyebaran Konsumen Berdasarkan Ciri Produk Minyak Goreng
Bimoli ... 37 14. Penyebaran Konsumen Berdasarkan pertimbangan utama dalam
memutuskan membeli Minyak Goreng Bimoli……….. 38 15. Penyebaran Konsumen Berdasarkan Pola Pembelian Konsumen
Minyak Goreng Bimoli ... 38 16. Penyebaran Konsumen Berdasarkan Pihak yang Mempegaruhi
Keputusan Pembelian Konsumen Minyak Goreng Bimoli ... 39 17. Penyebaran Konsumen Berdasarkan bentuk produk yang biasa dibeli 39 18. Penyebaran Konsumen Berdasarkan Tingkat Kepuasan Konsumen
Minyak Goreng Bimoli……….. 39
19. Penyebaran Konsumen Berdasarkan Sikap Konsumen Jika Minyak
Goreng Bimoli Tidak Tersedia……….. 40 20. Penyebaran Konsumen Berdasarkan Sikap Konsumen Jika Minyak
Goreng Bimoli Mengalami Kenaikan Harga... 40 21. Penyebaran Konsumen Berdasarkan Minat Melakukan Pembelian
Ulang Minyak Goreng Bimoli ... 40 22. Penyebaran Konsumen Berdasarkan Kesediaan Konsumen Untuk
Menyarankan orang lain membelli Minyak Goreng Bimoli ... 41
xii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Dimensi Pemasaran Holisitk ... 9 2. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen ... 10 3. Kerangka Pemikiran ... 23 4. Karakteristik Konsumen Minyak Goreng Bimoli berdasarkan Usia ... 30 5. Karakteristik Konsumen Minyak Goreng Bimoli berdasarkan
Status Pernikahan ... 30 6. Karakteristik Konsumen Minyak Goreng Bimoli berdasarkan
Pendidikan Terakhir ... 31 7. Karakteristik Konsumen Minyak Goreng Bimoli berdasarkan
Klasifikasi Pekerjaan ... 31 8. Karakteristik Konsumen Minyak Goreng Bimoli berdasarkan
Status Pekerjaan ... 32 9. Karakteristik Konsumen Minyak Goreng Bimoli berdasarkan Profesi 32 10. Karakteristik Konsumen Minyak Goreng Bimoli berdasarkan
Pendapatan Per Bulan ... 33 11. Karakteristik Konsumen Minyak Goreng Bimoli berdasarkan
Pengeluaran Per Bulan ... 33
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Kuesioer Penelitian ... 54
2. Hasil Uji Validitas ... 61
3. Hasil Uji Reliabilitas ... 62
4. Hasil Analisis Faktor ... 63
xiv
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Komoditas kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan sangat penting dalam penerimaan devisa negara, pengembangan perekonomian rakyat dan daerah serta penyerapan tenaga kerja.
Perkembangan perkebunan kelapa sawit Indonesia sangat pesat sejak awal tahun 80-an dan pada tahun 2009 luas lahan perkebunan kelapa sawit yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia telah mencapai 7,3 juta ha dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) terbesar di dunia.
Indonesia mengekspor minyak sawit terutama dalam bentuk minyak sawit mentah.
Kontribusi CPO Indonesia terhadap dunia semakin meningkat dan berhasil mengungguli Malaysia menjadi produsen terbesar dunia pada tahun 2006. Volume ekspor minyak sawit Indonesia pada tahun 2009 mencapai 15,5 juta ton, sedangkan pada tahun 2005 mencapai 10,37 juta ton, sehingga dalam kurun waktu lima tahun kenaikan volume ekspor lebih dari 50 persen. Nilai ekspor pada tahun 2009 mencapai US$ 9,14 miliar atau meningkat sekitar 250 persen dibandingkan dengan nilai ekspor pada 2005 yaitu US$ 3,76 miliar.
Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia 2005-2009
Tahun
CPO Turunan CPO Jumlah
Volume (000 Ton)
Nilai (US$
Miliar)
Volume (000 Ton)
Nilai (US$
Miliar)
Volume (000 Ton)
Nilai (US$
Miliar)
2005 4.565 1,593 5.811 2,164 10.376 3,757
2006 4.840 1,791 7.261 3,027 12.101 4,818
2007 5.701 3,739 6.174 4,130 11.875 7,869
2008 7.904 6,557 6.387 5,845 14.291 12,402
2009 8.799 5,006 6.730 4,138 15.529 9,144
Sumber : BPS (2010)
Kelapa sawit dan produk turunannya memiliki nilai kompetitif yang lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak lainnya dan kelapa sawit juga
memiliki biaya produksi yang lebih rendah. Sehingga sangat perlu upaya untuk meningkatkan daya saing minyak sawit terhadap minyak nabati lainnya dengan melakukan efisiensi proses pengolahan produk sawit, penganekaragaman produk-produk sawit dan pengolahan produknya yang ramah lingkungan.
Minyak sawit dapat diolah menjadi berbagai produk pangan, industri minyak goreng adalah industri yang paling banyak menyerap bahan baku minyak sawit. Lebih dari 70 persen minyak goreng yang ada di Indonesia terbuat dari minyak sawit. Dari tabel 2 dapat terlihat bahwa produksi minyak goreng Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia mengalami surplus produksi minyak goreng, dimana konsumsi domestik telah terpenuhi dari industri minyak goreng dalam negeri, dan sisanya diekspor ke negara lain yang berdampak bagi penambahan devisa negara.
Tabel 2. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Minyak Goreng
Tahun Produksi
(Kg)
Konsumsi
Domestik (Kg) Luar Negeri (Kg)
2006 6.627.000 3.297.000 3.330.000
2007 7.596.000 3.546.000 4.050.000
2008 8.328.000 3.797.000 4.531.000
Sumber : Departemen Perindustrian, 2009
Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang cukup penting peranannya bagi masyarakat Indonesia dan juga bagi perekonomian Indonesia.
Minyak goreng dapat berpengaruh cukup signifikan terhadap suatu produk yang proses pengolahannya menggunakan minyak goreng, khususnya bagi industri makanan. Dapat terlihat dari pengalaman selama ini yang menunjukkan bahwa kelangkaan minyak goreng dapat menyebabkan timbulnya dampak ekonomis dan politis yang cukup berarti bagi perekonomian nasional.
Produksi minyak sawit harus dapat terus memenuhi permintaan industri minyak goreng sawit yang bahan baku utamanya menggunakan minyak sawit. Hal itu karena, konsumsi dan pengeluaran rata-rata penduduk Indonesia akan minyak goreng terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, hal tersebut harus dapat dipenuhi oleh industri minyak goreng. Tabel 3 memperlihatkan konsumsi dan pengeluaran rata-rata penduduk Indonesia untuk minyak dan lemak pada tahun 2011.
Tabel 3. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-Rata Penduduk Indonesia Per Kapita Seminggu Untuk Minyak dan Lemak 2011
Jenis Satuan Banyaknya Nilai
Minyak Kelapa Liter 0,036 346
Minyak jagung Liter 0,001 12
Minyak Goreng Liter 0,158 1.912
Kelapa Butir 0,143 309
Margarin Ons 0,012 30
Lainnya Liter 0,003 38
Sumber : BPS, 2011
Konsumsi dan pengeluaran rata-rata penduduk Indonesia per kapita seminggu untuk minyak goreng pada tahun 2011 terlihat cukup tinggi dibandingkan jenis makanan lainnya di antara jenis minyak dan lemak yaitu sebanyak 0,158 dengan nilai sebesar 1.912.
Industri minyak goreng sawit dalam negeri terbagi menjadi dua, yaitu minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan bermerek. Minyak goreng curah merupakan minyak goreng yang dijual ke pasar tanpa menggunakan merek dan label produk, yang biasanya ditempatkan di dalam jerigen besar atau drum, lalu dijual literan kepada konsumen. Sedangkan minyak goreng kemasan bermerek adalah minyak goreng yang ditawarkan ke pasar dengan menggunakan kemasan, merek dan label produk. Walaupun minyak goreng curah masih mendominasi lebih dari 60 persen pangsa pasar, namun semakin banyak produsen yang memusatkan produknya dengan menggunakan merek.
Melihat peluang pasar yang masih terbuka lebar menyebabkan semakin banyak muncul perusahaan yang bergerak dalam industri minyak goreng kemasan bermerek dan membuat terjadinya persaingan yang ketat diantara produk minyak goreng kemasan bermerek. Menurut data dari Frontier Consulting Group hingga tahun 2012 ini terdapat lima merek besar minyak goreng yang bermain di pasar Indonesia yaitu Bimoli, Filma, Tropical, Sania, dan Kunci Mas. Dengan Bimoli yang selama sepuluh tahun terakhir menjadi penguasa di pangsa pasar minyak goreng sawit kemasan bermerek.
I. 2 Rumusan Masalah
PT Intiboga Sejahtera merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri minyak goreng kelapa sawit dengan produk minyak goreng kemasan merek
Bimoli. Minyak goreng Bimoli merupakan pioner dalam industri minyak goreng bermerek. Walaupun sampai saat ini Bimoli masih menjadi market leader di sektor produk minyak goreng sawit kemasan bermerek, namun telah banyak produk sejenis muncul di pasaran yang siap mencuri pangsa pasar Bimoli. Dapat terlihat dari Tabel 4, Top Brand Index (TBI) dan Top of Mind (TBI) dari Bimoli terus mengalami penurunan hingga tahun 2012. Nilai TOM dan TBI mencerminkan posisi merek minyak goreng Bimoli di benak kosumen yang berpengaruh pada konsumsi merek Bimoli.
Tabel 4. Lima Merek Top of Mind (TOM) dan Top Brand Index (TBI) dalam Industri Minyak Goreng Sawit Kemasan Bermerek
No Merek Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
TBI (%) TOM (%) TBI (%) TOM (%) TBI (%) TOM (%)
1 Bimoli 59,2 63,2 55,2 60,7 51,2 55,5
2 Filma 12,4 16,5 14,4 13,2 11,7 10,9
3 Sania 7,2 5,6 4,2 8,1 9,9 9,3
4 Tropical 7,0 5,1 8,8 6,7 3,3 7,3
5 Kunci Mas 3,4 3,8 4,2 2,9 3,2 2,9
Sumber : Frontier Consulting Group, 2012
Dari data Frontier Consulting Group, ditemukan bahwa konsumen tidak bisa membedakan kualitas minyak goreng satu dengan lainnya. Konsumen cenderung mengatakan bahwa kejernihan, unsur vitamin, kandungannya yang sehat, dan lezat ada di semua minyak goreng bermerek. Tidak adanya perbedaan alasan dalam memlilih merek tertentu, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pemilik merek untuk menciptakan perbedaan antar merek di kategori ini. Agar Bimoli tetap menjadi market leader, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang membuat konsumen membeli dan mengkonsumsi produk Bimoli hingga saat ini di tengah semakin banyaknya para pesaing dan menyusun strategi pemasaran yang menekankan pada faktor-faktor tersebut.
Berdasarkan identifikasi di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik konsumen minyak goreng kemasan bermerek Bimoli?
2. Bagaimana proses keputusan pembelian minyak goreng Bimoli dilakukan oleh konsumen?
3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian
minyak goreng kemasan bermerek Bimoli?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian minyak goreng kemasan bermerek Bimoli.
Tujuan penelitian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi karakteristik konsumen minyak goreng Bimoli.
2. Mengidentifikasi proses pengambilan keputusan konsumen dalam memilih produk miyak goreng kemasan bermerek Bimoli.
3. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam pembelian produk miyak goreng kemasan bermerek Bimoli.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :
1. Perusahaan, sebagai bahan masukan informasi. Melalui penelitian ini produsen akan memperoleh masukan khususnya untuk rencana pemasaran agar dapat mempertahankan dan memperluas pangsa pasar.
2. Akademis, sebagai tambahan informasi dan wawasan dalam bidang manajemen pemasaran dan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada mengetahui proses pengambilan keputusan konsumen dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian produk minyak goreng kemasan bermerek Bimoli. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer yaitu berupa kuisioner dan data sekunder berupa data pendukung yang diperoleh dari berbagai sumber. Penyebaran kuesioner dilakukan kepada rumah tangga di Kota Bogor yang selalu atau pernah membeli minyak goreng kemasan merek Bimoli.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Kelapa Sawit
Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2003) tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) terbagi atas jenis berdasarkan karakter ketebalan cangkang buahnya, yaitu dura (D), tenera (T) dan pisifera (P). Kelapa sawit dura memiliki cangkang yang tebal (2-5 mm), tenera yang memiliki ketebalan cangkang 1-2.5 mm dan pisifera (hampir) tidak mempunyai inti dan cangkang. Tenera adalah hibrida dari persilangan dura dan pisifera sehingga memiliki cangkang intermediate (0.5 – 4 mm) dan merupakan tipe umum yang digunakan di perkebunan. Ketebalan cangkang ini sangat berkaitan erat dengan persentase mesokarp/buah (berasosiasi dengan kandungan minyak) dan persentase inti/buah (berasosiasi dengan inti).
Tabel 5. Karakteristik Tipe Kelapa Sawit Dura, Tenera, dan Pisifera
Tipe Cangkang (mm) Mesokarp/buah (%) Inti/buah (%)
Dura 2-5 20-65 4-20
Tenera 1- 2,5 60-90 3-15
Pisifera Tidak ada 92-97 3-8
Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2003
Buah merupakan bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomi dibanding bagian lain. Tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan buah pada umur 30 bulan setelah tanam. Buah pertama yang keluar (buah pasir) belum dapat diolah di pabrik kelapa sawit karena kandungan minyaknya yang rendah. Buah kelapa sawit normal berukuran 12-18 g/butir yang duduk pada bulir. Setiap bulir berisi sekitar 10-18 butir tergantung kepada kesempurnaan penyerbukan. Bulir-bulir ini menyusun tandan buah yang berbobot rata-rata 20-30 kg/tandan. Setiap tandan buah segar berisi sekitar 2000 buah sawit. Tandan buah segar inilah yang dipanen dan diolah di pabrik kelapa sawit.
Buah kelapa sawit tenera (untuk selanjutnya, yang dimaksud kelapa sawit adalah tenera) memiliki sebuah inti/kernel (yang mengandung minyak inti sawit) yang dikelilingi oleh perikarp. Perikarp tersususun atas tiga lapisan yaitu endokarp yang keras (cangkang), mesokarp yang berserat dan mengandung minyak sawit (CPO) dan eksokarp (lapisan luar yang berlapis lilin). Pada saat matang, mesokarp mengandung
sekitar 49 persen minyak sawit kasar, 35 persen air dan 156 persen padatan non minyak atau dengan kata lain mengandung sekitar 70-75 persen (basis kering) minyak sawit.
2.2. Pemanfaatan Minyak Sawit
Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya sangat penting dalam penerimaan devisa negara, penyerapan tenaga kerja serta pengembangan perekonomian rakyat dan daerah. Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2003) minyak sawit Indonesia sebagian besar masih diekspor dalam bentuk CPO, sedangkan di dalam negeri, sekitar 80 persen minyak sawit diolah menjadi produk pangan terutama minyak goreng.
Kelapa sawit dan produk turunannya juga memiliki nilai kompetitif yang tinggi jika dibandingkan dengan sumber minyak nabati lainnya. Kelapa sawit memiliki produktivitas yang lebih tinggi dengan menghasilkan minyak sekitar tujuh ton/ha, dibandingkan dengan kedelai yang menghasilkan minyak sebesar tiga ton/ha. Di samping itu kelapa sawit juga memiliki biaya produksi yang lebih rendah dan ramah lingkungan. Beberapa cara untuk meningkatkan daya saing minyak sawit terhadap minyak nabati lainnya yaitu melalui efisiensi proses pengolahan produk sawit, penganekaragaman produk-produk berbahan baku minyak sawit, dan pemanfaatan limbah serta pengolahannya yang ramah lingkungan. Indonesia masih mengekspor minyak sawit terutama bentuk minyak sawit mentah. Di lain pihak, ketersediaan minyak sawit mentah (MSM) cukup melimpah, produksinya terus meningkat dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan produk turunannya. Oleh karena itu, untuk memberikan nilai tambah kepada minyak sawit tersebut perlu ditingkatkan pengunaannya sebagai bahan baku produk olahan untuk keperluan pangan maupun non pangan/oleokimia yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi dan dapat diekspor ke luar negeri.
Minyak sawit mengandung komponen minor seperti tokoferol dan tokotrienol (vitamin E) serta beta-karoten yang sangat diperlukan untuk kesehatan.
Penganekaragaman produk olahan dari minyak kelapa sawit merupakan sebuah langkah strategi untuk memacu laju konsumsi sawit domestik dan laju ekspor produk sawit ke pasaran internasional.
Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2003) untuk lebih meningkatkan peran kelapa sawit, berbagai usaha perlu dilakukan dalam memecahkan berbagai masalah
terutama dalam pendayagunaan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku produk pangan. Industri minyak goreng adalah industri yang paling banyak menyerap bahan baku minyak sawit, sedangkan industri margarin dan shortening relatif masih sedikit.
2.3. Minyak Goreng
Menurut Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, yang dimaksud dengan minyak goreng nabati adalah minyak goreng yang diperoleh dengan cara memurnikan minyak nabati (vegetable oil). Tujuan permurnian untuk menghilangkan bahan-bahan logam, bau, asam lemak bebas dan zat-zat lain yang tidak diperlukan. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-0018-1998), minyak goreng sawit atau RBD palm oil adalah minyak fraksi cair berwarna kuning kemerahan yang diperoleh dengan cara fraksinasi RBD palm oil atau crude palm oil dan telah mengalami proses permurnian. Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng makanan (http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_goreng).
Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2003) lebih dari 70 persen minyak goreng yang ada di Indonesia terbuat dari minyak sawit. Kelebihan minyak sawit sebagai bahan baku minyak goreng adalah kandungan asam oleat yang relatif tinggi yaitu sekitar 40 persen. Asam oleat adalah asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap, sehingga selama proses penggorengan relatif lebih stabil dibandingkan dengan minyak yang mengandung asam lemak dengan ikatan rangkap lebih dari satu seperti minyak kedele.
Namun dari segi performa (penampilan), minyak sawit lebih cepat membentuk cloud (awan/keruh) dibandingkan minyak kedelai karena kandungan asam lemak jenuh minyak sawit relatif tinggi yaitu sekitar 50 persen.
2.4. Pemasaran
Pemasaran adalah seni dan ilmu memilih pasar sasaran serta mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. Konsep pemasaran holistik didasarkan pada pengembangan, perancangan, dan implementasi program pemasaran, proses pemasaran, dan kegiatan-kegiatan pemasaran yang mengakui keluasan dan interdependensi mereka (Kotler dan Keller, 2007). Empat komponen dari pemasaran
holistik adalah pemasaran hubungan, pemasaran terpadu, pemasaran internal, dan pemasaran yang bertanggung jawab, dapat dilihat pada Gambar 1.
Departemen Manajemen Departemen Komunikasi Produk& Saluran Pemasaran Senior Lain Jasa
Etika Masyarakat Pelanggan Mitra
Lingkungan Hukum Saluran
Gambar 1. Dimensi Pemasaran Holistik (Kotler dan Keller, 2007)
2.5.Promosi
Menurut Didih Suryadi (2011) promosi ialah serangkaian kegiatan untuk mengkomunikasikan, memberi pengetahuan dan meyakinkan orang tentang suatu produk agar ia mengakui kehebatan produki tersebut, juga mengikat pikiran dan perasaannya dalam suatu wujud loyalitas terhadap produk. Kegiatan promosi hendaknya tidak sekedar merangsang minat beli pelanggan saja, kegiatan promosi sejatinya mendorong pelanggan untuk menjadi mitra yang selalu siap memberikan ide- ide agar produk kita lebih baik lagi serta memberi informasi mengenai berbagai hal yang bisa memperkokoh eksistensi produk kita.
Promosi merupakan pintu pertama untuk dapat memasuki pasar. Dari pintu itu para produsen melangkah menuju misi utamanya, yaitu menguasai pasar, merekrut pelanggan sebanyak-banyaknya dalam tenggat waktu yang secepat-cepatnya. Puncak
Pemasaran yang Bertanggung Jawab
Sosial
Pemasaran Relasi/
Hubungan Pemasaran
Terpadu Pemasaran
Internal
Pemasaran
Holistik
keberhasilan kegiatan promosi tentu saja ketika kegiatan itu mampu membuat pelanggan jatuh cinta terhadap produk kita sehingga mereka memiliki loyalitas yang sulit dirobohkan.
2.6. Perilaku Konsumen
Engel, Blackwell dan Miniard (1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, menghabiskan barang dan jasa termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan tersebut. Dengan mendapatkan pemahaman konsumen yang menyeluruh dan mendalam, akan membantu memastikan bahwa produk yang tepat dipasarkan pada konsumen yang tepat dengan cara yang tepat (Kotler dan Keller, 2007).
Sumarwan (2010) mendefinisikan perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal- hal di atas atau kegiatan mengevaluasi.
Bagi produsen/perusahaan sekarang ini sangat penting untuk memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh konsumen. Dengan banyaknya pesaing dari sebuah produk, konsumen semakin teliti dalam melakukan keputusan pembelian. Sekarang ini konsumen memiliki banyak pilihan untuk dapat membeli suatu produk yang diinginkan, produk yang menurut mereka itu lebih sesuai berdasarkan harga, kualitas, dan keinginan mereka.
2.7. Proses Pengambilan Keputusan
Konsumen dalam melakukan keputusan pembelian atau untuk mengkonsumsi suatu produk harus melalui beberapa tahapan tertentu. Berdasarkan model Kotler dan Keller (2007) proses pengambilan keputusan membeli oleh konsumen disebut model lima tahap. Kelima tahapan tersebut adalah pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. (Gambar 2 )
Gambar 2. Proses Pembelian Konsumen Model Lima Tahap (Kotler dan Keller, 2007) Model ini menekankan pada proses pembelian konsumen sejak sebelum pembelian Pengenalan
Masalah
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan Pembelian
Hasil
hingga setelah pembelian. Setiap konsumen akan melewati kelima tahap ini untuk setiap proses pembelian yang mereka buat.
2.7.1. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai saat konsumen mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Menurut Kotler dan Keller (2007), kebutuhan dapat dicetuskan oleh stimulus, baik internal maupun eksternal. Stimulus internal adalah kebutuhan dasar yang timbul dari dalam seperti lapar, haus dan sebagainya. Sedangkan stimulus eksternal adalah kebutuhan yang ditimbulkan karena dorongan eksternal.
Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu, dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen dan menyusun strategi pemasran yang tepat.
Sedangkan menurut Sumarwan (2010), pengenalan kebutuhan atau masalah muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi.
2.7.2. Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Menurut Kotler dan Keller (2007), rangsangan tersebut terbagi menjadi dua level, situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian, pada level ini orang hanya sekadar lebih peka terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang tersebut akan aktif mencari informasi seperti mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tersebut.
Sedangkan menurut Sumarwan (2010) pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Konsumen akan mencari informasi yang disimpan di dalam ingatannya (pencarian internal) dan mencari informasi dari luar (pencarian eksternal).
2.7.3. Evaluasi Alternatif
Menurut Kotler dan Keller (2007), tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua konsumen atau oleh satu konsumen dalam semua situasi pembelian. Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan
model-model terbaru yang memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif. Yaitu, model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat sadar dan rasional.
Mendefinisikan evaluasi alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan merek dan memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen.
Pada proses evaluasi alternatif, konsumen membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya (Sumarwan, 2010).
2.7.4. Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Keller (2007), dalam tahap evaluasi konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan. Selanjutnya konsumen membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai. Dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen bisa mengambil lima sub keputusan : merek, dealer, kuantitas, waktu, dan metode pembayaran.
Faktor pertama adalah faktor sikap atau pendirian orang lain. Faktor ini mempengaruhi alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut. Semakin kuat sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen, maka konsumen akan semakin menyesuaikan maksud pembeliannya. Faktor kedua yang dapat mempengaruhi niat pembelian dan keputusan pembelian adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi. Adanya faktor ini akan dapat mengubah rencana pembelian suatu produk atau jasa yang akan dilakukan konsumen.
2.7.5. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah membeli suatu produk, konsumen mungkin mengalami ketidaksesuaian karena memerhatikan fitur-fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga terhadap informasi yang mendukung keputusannya (Kotler dan Keller, 2007).
Sehingga tugas pemasar tidak cukup berakhir saat produk dibeli, para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian.
2.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Dalam perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Kotler dan Amstrong (2008), faktor-faktor tersebut adalah faktor budaya, faktor sosial,
faktor pribadi dan faktor psikologis.
2.8.1. Faktor Budaya
Budaya adalah penyebab keinginan dan perilaku seseorang yang paling dasar. Perilaku manusia dipelajari secara luas. Anak-anak yang sedang bertumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari keluarga dan lembaga-lembaga penting lainnya. Hal tersebut akan berbeda di setiap wilayah yang memiliki budaya yang berbeda pula. Sehingga pemasar sangat berkepentingan untuk melihat pergeseran kultur tersebut agar dapat menyediakan produk-produk baru yang diinginkan konsumen (Kotler dan Amstrong, 2008)
Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub- budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis.
Ketika subkultur menjadi besar dan cukup makmur, perusahaan sering merancang program pemasaran secara khusus untuk melayani mereka. Pemasaran lintas budaya muncul dari riset pemasaran yang cermat, yang menyingkapkan bahwa relung etnis dan demografik yang berbeda tidak selalu menanggapi dengan baik iklan pasar-massal.
Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut nilai- nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial berbeda dalam preferensi atas produk dan merek, media, bahasa, preferensi rekreasi, dan memiliki banyak ciri- ciri lain (Kotler dan Keller 2007).
2.8.2. Faktor Sosial
Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok keanggotaan. Beberapa kelompok keanggotaan merupakan kelompok primer, seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja, yang berinteraksi dengan seseorang secara terus-menerus dan informal. Orang juga menjadi anggota kelompok sekunder, seperti kelompok keagamaan, profesi, dan asosiasi perdagangan, yang cenderung lebih formal dan membutuhkan interaksi yang tidak begitu rutin.
Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Dapat dibedakan menjadi dua keluarga dalam kehidupan pembeli. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang.
Dari orang tua seseorang mendapatkan orientasi atas agama, politik, dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri, dan cinta. Pengaruh yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari-hari adalah keluarga prokreasi yaitu, pasangan dan anak seseorang (Kotler dan Keller, 2007).
Seseorang menjadi anggota banyak kelompok, keluarga, klub dan organisasi.
Posisi seseorang dalam masing-masing kelompok dapat didefinisikan dalam peran dan status. Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan dilakukan seseorang sesuai dengan orang-orang di sekitarnya. Masing-masing peran membawa status yang mencerminkan nilai umum yang diberikan kepadanya oleh masyarakat (Kotler dan Amstrong, 2008).
2.8.3. Faktor Pribadi
Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti usia dan tahap siklus hidup pembeli, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep-diri.
Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang hidup mereka.
Selera makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi sering berhubungan dengan usia.
Pembelian juga dibentuk oleh tahap siklus hidup keluarga, tahap-tahap yang dilalui keluarga ketika mereka menjadi matang dengan berjalannya waktu.
Pemasar sering mendefinisikan pasar sasaran mereka dengan tahap siklus hidup dan mengembangkan produk dan rencana pemasaran yang sesuai untuk tahap itu (Kotler dan Amstrong, 2008).
Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok perkerjaan yang memiliki minat di atas rata- rata terhadap produk dan jasa mereka. Pilihan produk juga sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang. Para pemasar barang yang peka terhadap harga terus- menerus memerhatikan kecenderungan penghasilan pribadi, tabungan, dan tingkat suku bunga. Jika indikator ekonomi menandakan adanya resesi, para pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, melakukan
penempatan ulang, dan menetapkan kembali harga produk mereka sehingga mereka dapat terus menawarkan nilai kepada para pelanggan sasaran.
Masing-masing orang memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian adalah ciri bawaan psikologis manusia (human psychological traits) yang khas yang menghasilkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya.
Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam menganalisis pilihan merek konsumen. Para konsumen sering memilih dan menggunakan merek yang memiliki kepribadian merek yang konsisten dengan konsep-diri aktual mereka sendiri.
Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang terungkap pada aktivitas, minat, dan opininya. Para pemasar mencari hubungan produk mereka dan kelompok gaya hidup. Keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh nilai inti, yaitu sistem kepercayaan yang melandasi sikap dan perilaku konsumen. Nilai inti itu jauh lebih dalam daripada perilaku atau sikap, dan pada dasarnya menentukan pilihan dan keinginan orang dalam jangka panjang (Kotler dan Keller, 2007).
2.8.4. Faktor Psikologis
Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama: motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap. Seseorang senantiasa mempunyai banyak kebutuhan. Kebutuhan biologis seperti rasa lapar, haus, dan ketidaknyamanan. Kemudian kebutuhan psikologis timbul dari kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa memiliki. Motif (atau dorongan) adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang mengarahkan seseorang mencari kepuasan (Kotler dan Amstrong, 2008).
Persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik, tapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Persepsi dapat sangat beragam antara individu satu dengan yang lain yang mengalami realitas yang sama.
Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil belajar. Pendorong adalah rangsangan internal kuat yang mendorong tindakan. Isyarat adalah rangsangan kecil yang menentukan kapan, di mana, dan bagaimana tanggapan seseorang. Teori pembelajaran mengajarkan para pemasar bahwa mereka dapat membangun permintaan atas produk dengan mengaitkannya pada dorongan kuat, menggunakan isyarat yang memberikan pendorong atau motivasi, dan memberikan pengukuhan yang positif.
Semua informasi dan pengalaman yang dihadapi orang ketika mereka mengarungi hidup dapat berakhir dalam memori jangka panjang. Pemasar dapat terlihat meyakinkan bila para konsumen memiliki jenis pengalaman produk dan layanan yang tepat seperti struktur pengenalan merek yang diciptakan dan dipertahankan dalam memori (Kotler dan Keller, 2007).
2.9 Uji Validitas
Uji validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu alat ukur atau isntrumen (kuisioner). Validitas menunjukkan sejauh mana alatdapat mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2005). Untuk uji validitas diketahui dengan cara menghitung nilai korelasi (r) antara data pada masing-masing pernyataan dengan skor total memakai rumus tekhnik korelasi Product Moment Pearson sebagai berikut :
...(1) Keterangan :
r = Koefisien validitas yang dicari n = jumlah responden
X = Skor masing-masing pertanyaan X Y = Skor masing-masing pertanyaan Y
Pengujian validitas diolah dengan menggunakan SPSS versi 16. Uji validitas dilakukan terhadap 30 responden dimana bila diperoleh rhitung lebih besar dari rtabel yang ditentukan yaitu sebesar 0,361 maka kuisioner dinyatakan valid dan dapat digunakan.
Dalam melakukan uji validitas terhadap pertanyaan faktor-faktor keputusan pembelian konsumen yang disebarkan sebanyak 30 kuisioner di awal, didapat hasil bahwa
sebanyak 20 pertanyaan terbukti valid. Dimana nilai pada Thit pertanyaan tersebut lebih besar dati pada Ttabel ; 0,361 (Lampiran 2).
2.10 Uji Realibilitas
Uji reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur didalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2005). Uji reliabilitas data kuisioner dilakukan dengan menggunakan perhitungan metode Cronbach’s Alpha dengan rumus :
......(2) Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen k = banyak butir pertanyaan
= jumlah ragam butir
= varians total
Rumus untuk mencari nilai ragam adalah:
...(3) Keterangan:
σ2 = ragam
n = jumlah sampel X = nilai skor akhir 2.11 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi mudah dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas. Data yang terkumpul dalam riset pemasaran seperti survey, biasanya memiliki nilai observasi cukup beragam, sehingga akan sulit dan kurang bermakna bila periset mengartikan tiap nilai observasi yang diperoleh (Istijanto, 2005). Analisis deskriptif digunakan agar dapat memberikan gambaran umum tentang data yang diperoleh sehingga dapat menjadi acuan untuk melihat karakteristik data yang diperoleh.
2.12 Analisis Faktor
Menurut Suliyanto (2005) analisis faktor merupakan suatu teknik untuk menganalisis tentang saling ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan tujuan untuk menyederhanakan dari bentuk hubungan antara beberapa variabel yang diteliti menjadi sejumlah faktor yang lebih sedikit daripada variabel yang diteliti.
Prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, dimana variabel yang memiliki korelasi erat akan membentuk suatu faktor, sedangkan variabel yang ada dalam suatu faktor akan memiliki korelasi yang lemah dengan variabel yang terdapat dalam faktor lain.
Fungsinya antara lain untuk mengidentifikasi dimensi-dimensi mendasar yang dapat menjelaskan korelasi dari serangkaian variabel, mengidentifikasi variabel-variabel baru yang lebih kecil, untuk menggantikan variabel tidak berkorelasi dari serangkaian variabel asli yang berkorelasi, dan mengidentifikasi beberapa variabel kecil dari sejumlah variabel yang banyak untuk di analisis dengan analisis multivariat lainnya.
Untuk melakukan penelitian dengan menggunakan analisis faktor, jumlah sampel yang diambil minimal adalah empat sampai lima kali jumlah variabel. Namun, bukan berarti bahwa jumlah sampel yang diambil telah mewakili populasi. Jumlah sampel tersebut hanya dapat memenuhi syarat untuk dapat melakukan analisis faktor.
Menurut Suliyanto (2005), model analisis faktor dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Analisis komponen utama (Principle Component Analysis), merupakan model dalam analisis faktor yang tujuannya untuk melakukan prediksi terhadap sejumlah faktor yang akan dihasilkan.
Model Principal Components Analysis :
Fm = lmX1 + lmX2+… lmpXp...(4) Syarat, m ≤ p
Ketereangan:
F = faktor principal component (unobservable) X = variabel yang diteliti (observable)
l = bobot dari kombinasi linier (loading)
b. Analisis faktor umum (Common Factor Analysis), model dalam analisis faktor yang tujuannya untuk mengetahui struktur dari variabel yang diteliti (karakteristik dari variabel).