• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGARUH KUALITAS PRODUK, DAN WORD OF MOUTH TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN JILBAB DEUX SCARVES PADA MAHASISWI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PENGARUH KUALITAS PRODUK, DAN WORD OF MOUTH TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN JILBAB DEUX SCARVES PADA MAHASISWI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA OLEH"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KUALITAS PRODUK, DAN WORD OF MOUTH TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN JILBAB DEUX

SCARVES PADA MAHASISWI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

OLEH

WINDA WIDYA SEBAYANG 160521125

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

PENGARUH KUALITAS PRODUK, DAN WORD OF MOUTH TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN JILBAB DEUX

SCARVES PADA MAHASISWI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh 1) Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian Jilbab Deux Scarves. 2) Word of Mouth terhadap Keputusan Pembelian Jilbab Deux Scarves. Penelitian ini merupakan penelitian yang menjadikan kuesioner sebagai instrumentnya. Populasi yang digunakan didalam penelitian ini adalah yang pernah memakai dan membeli Jilbab Deux Scarves. Kemudian dari populasi tersebut diambil sebanyak 96 sampel yang dijadikan responden dalam penelitian ini. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Non Probability dengan teknik pengambilan Purposive Sampling dimana pengambilan responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data dengan kriteria utamanya dalam penarikan jumlah ukuran sampel. Uji validitas instrument pada penelitian ini menggunakan corrected item-total correlation.

Sedangkan uji reliabilitas menggunakan cronbach alpha. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Kualitas Produk, Word of Mouth secara simultan berpengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian Jilbab Deux Scarves dapat dijelaskan oleh variabel Kualitas Produk, Word of Mouth. Sedangkan sisanya dijelaskan dengan variabel-variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. 2) Kualitas Produk, Word of Mouth secara simultan berpengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian. Hal ini berarti secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel Kualitas Produk, Word of Mouth terhadap Keputusan Pembelian yang membeli Jilbab Deux Scarves.

Kata kunci: Kualitas Produk, Word of Mouth, Keputusan Pembelian.

(7)

ii ABSTRACT

EFFECT OF PRODUCT QUALITY, AND WORD OF MOUTH ON DECISION OF VEHICLE DEUX SCARVES PURCHASES

ON UNIVERSITY STUDENTS OF NORTH SUMATERA

This study aims to determine the effect of 1) Product Quality to Decision Purchase Hijab Deux Scarves. 2) Word of Mouth against the Deux Scarves Jilbab Purchase Decision. This research is a research that make the questionnaire as instrumentnya.

The population used in this study is who ever wear and buy the Deux Scarves Jilbab. Then from the population were taken as many as 96 samples of respondents in this study. The sampling technique used is Non Probability technique with Purposive Sampling sampling technique in which the respondent taking as sample by chance, ie anyone who by chance meet with the researcher can be used as a sample if the person who happened to meet is suitable as the source of data with the main criterion in the withdrawal amount sample size. The instrument validity test used corrected item-total correlation. While the reliability test using cronbach alpha. The analysis technique used is multiple linear regression. The results of this study indicate that 1) Product Quality, Word of Mouth simultaneously have a positive effect on the Deux Scarves Vehicle Purchase Decision can be explained by Product Quality variable, Word of Mouth. While the rest is explained by other variables not described in this study. 2) Product Quality, Word of Mouth simultaneously has a positive effect on Purchase Decision. This means that partially there is a significant influence of the Product Quality variable, Word of Mouth against the Purchase Decision that bought the Deux Scarves.

Keywords: Product Quality, Word of Mouth, Purchase Decision.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, pemelihara seluruh alam raya, yang atas limpahan rahmat, taufik dan hidayahnya. Peneliti mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kualitas Produk, dan Word Of Mouth Terhadap Keputusan Pembelian Jilbab Deux Scarves Pada Mahasiswi Universitas Sumatera Utara”. Skripsi ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Jurusan Manajemen Pemasaran pada Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih untuk segala perjuangan dan pengorbanan yang tidak ternilai kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda Iskandar Zulkarnain dan Ibunda Rosda AR, kakak saya Maya Wulandari dan adik saya Alya Soraya yang selalu memberikan do‟a, dukungan baik secara moral maupun material yang selama ini diberikan kepada peneliti dan memberikan motivasi peneliti untuk menjadi lebih baik lagi. Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari dorongan dan uluran tangan berbagai pihak, oleh karena itu, tak salah kiranya bila peneliti mengungkapkan rasa terima kasih dan apresiasinya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Dr. Amlys Syahputra Silalahi, SE, M.Si, selaku Ketua Program Studi S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Doli Muhammad Ja‟far Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Sekretaris

Program Studi S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

(9)

iv Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan selama penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Arlina Nurbaity, SE, MBA, selaku dosen Penguji I yang telah memberikan arahan selama penulisan skripsi ini.

6. Bapak Doli Muhammad Ja‟far Dalimuthe, SE, M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan arahan selama penulisan skripsi ini.

7. Untuk sahabat-sahabat saya Nurul Amalia, Dewintha Taria, Putri Yaumil Arifah, Ajeng Wulandari, Mia Atikah, Bebby Levita, Eka Farrah, Egi Devara, Arief Umardani, Khrisna Fadira, Suci Ramadhona, Chairul Arif, Ahmad Azmi, Thumbs, PPT USU dan teman teman seperjuangan Manajemen Ekstensi angkatan 2016 yang telah memberikan dorongan dan bantuan moril kepada saya, terimakasih atas kebersamaan dan persahabatan dalam suka maupun duka selama ini.

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta‟ala membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini dengan melimpahkan rahmat dan karuniannya. Semoga karya penelitian skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak.

Medan, Januari 2019 Peneliti,

Winda Widya Sebayang

160521125

(10)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 7

1.3 Tujuan Penelitian 7

1.4 Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1 Keputusan Pembelian 9

2.2 Kualitas Produk 14

2.3 Word Of Mouth 16

2.4 Penelitian Terdahulu 19

2.5 Kerangka Konseptual 20

2.5.1 Hubungan Kualitas Produk dengan Keputusan

Pembelian 20

2.5.2 Hubungan Word of Mouth dengan Keputusan

Pembelian 21

2.6 Hipotesis 22

BAB III METODE PENELITIAN 24

3.1 Jenis Penelitian 24

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 24

3.3 Batasan Operasional 24

3.4 Defenisi Operasional Variabel 25

3.5 Skala Pengukuran Variabel 26

3.6 Populasi dan Sampel 26

3.6.1 Populasi 26

3.6.2 Sampel 26

3.7 Jenis dan Sumber Data 28

3.8 Metode Pengumpulan Data 28

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas 29

3.9.1 Uji Validitas 29

3.9.2 Uji Reliabilitas 30

3.10 Teknik Analisis Data 31

3.10.1 Metode Deskriptif 32

3.10.2 Analisis Linier Berganda 33

3.11 Uji Asumsi Klasik 34

(11)

vi

3.11.1 Uji Normalitas 34

3.11.2 Uji Heteroskedastitas 34

3.11.3 Uji Multikolinearitas 35

3.12 Uji Hipotesis 35

3.12.1 Uji Signifikasi Serempak (Uji-F) 35 3.12.1 Uji Signifikasi Parsial (Uji-t) 36 3.12.3 Koefisien Determinasi (R

2

) 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 38

4.1 Deskripsi Objek Penelitian 38

4.2 Teknik Analisis Data 38

4.2.1 Analisis Deskriptif 38

4.2.2 Deskripsi Usia Responden 39

4.3 Analisis Deskriptif Jawaban Responden 39

4.3.1 Kualitas Produk 39

4.3.2 Word of Mouth 43

4.3.3 Keputusan Pembelian 46

4.4 Analisis Regresi Linear Berganda 46

4.5 Uji Asumsi Klasik 50

4.5.1 Uji Normalitas 51

4.5.2 Uji Heteroskedastisitas 51

4.5.3 Uji Multikolinieritas 52

4.6 Uji Hipotesis 53

4.6.1 Uji Siginifikan Serempak(Uji-F) 53

4.6.2 Uji Signifikan Parsial (Uji - t) 54

4.6.3 Koefisien Determinasi (R

2

) 54

4.7 Pembahasan 55

4.8.1 Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan

Pembelian 55

4.8.2 Pengaruh WOM terhadap Keputusan Pembelian 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 59

5.1 Kesimpulan 59

5.2 Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 61

DAFTAR LAMPIRAN 63

(12)

vii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu 19

3.1 Defenisi Operasional Variabel 25

3.2 Instrumen Skala Likert 26

3.3 Hasil Uji Validitas 30

3.4 Hasil Uji Reliabilitas 31

4.1 Deskripsi Usia Responden 39

4.2 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kualitas Produk 41 4.3 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Word of Mouth 44 4.4 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Keputusan Pembelian 47

4.5 Analisis Model Linier Berganda 49

4.6 Uji Multikolinieritas 52

4.7 Uji Signifikan (Uji-F) 53

4.8 Uji Signifikan Parsial (Uji-t) 54

4.9 Koefisien Determinasi (R

2

) 55

(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual 22

4.1 Pengujian Normalitas Histogram Hipotesis 50

4.2 Pengujian Normalitas P-P Plot Hipotesis 51

4.3 Pengujian Heteroskedastisidas Scatterplot Hipotesis 52

(14)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Gambar Judul Halaman

1. Kuesioner 63

2. Uji Validitas 66

3. Uji Reliabilitas 66

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 66

5. Distribusi Jawaban Responden 67

6. Analisis Model Linier Berganda 69

7. Uji Normalitas dengan Histogram 69

8. Uji Normalitas dengan P Plot 69

9. Uji Heteroskedastisitas Scatterplot 70

10. Uji Multikolinearitas 70

11. Uji Signifikansi Serempak (Uji-F) 70

12. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) 71

13. Koefisien Determimasi (R

2

) 71

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia fashion terus mengalami kemajuan sehingga menghasilkan berbagai trendmode dan gaya. Hal ini tidak luput dari kemajuan teknologi dan media sehingga berbagai mode dan gaya pakaian terus mengalami perkembangan. Pakaian juga merupakan suatu simbol sosial sehingga memberikan identitas kultural terhadap seseorang/masyarakat. Fashion dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, salah satunya adalah dari sudut pandang agama. Indonesia saat ini tengah berkembang. Perkembangan positif ini pun membuat pemerintah menargetkan kedepannya fashion karya anak negeri bisa jadi kiblat fashion di Asia.

Karena jilbab fashion ini telah mendunia sehingga menjadikan peluang besar bagi para desainer yang mulai terjun di dunia usaha jilbab fashion.

Mengawali usaha jilbab fashion dengan menjualnya melalui online Store, membuka gerai di Mall atau membuka butik sendiri. Untuk saat ini memang sudah banyak desainer Indonesia yang mulai menekuni bisnis jilbab fashion ini karena dianggap selain untuk berdakwah mereka juga mendapatkan banyak keuntungan dengan hasil penjulan produk jilbabnya. Hal ini dikarenakan antusiasme para masyarakat tentang jilbab sekarang sudah global. Mereka dapat memilih bentuk model yang mereka inginkan, meski berjilbab tidak akan terkesan kuno atau jadul dengan model-model pakaian jilbab yang ditawarkan.

Jilbab adalah pakaian yang lebar dan dipakai rangkap oleh perempuan di

(16)

atas pakaian. Disyaratkan berpakaian bagi perempuan di dalam Islam adalah untuk mewujudkan tujuan yang asasi. Pertama, untuk menutup aurat dan menjaga jangan sampai terjadai fitnah. Kedua, untuk membedakan dari perempuan lain dan sebagai pernghormatan bagi perempuan muslimah tersebut. Hakekatnya tindakan perempuan yang membuka wajahnya merupakan gejala baru dalam kehidupan umat Islam. Gejala ini jelas timbul akibat pengaruh peradaban barat ditambah beberapa faktor intern yang sudah meletup-letup dalam jiwa kaum perempuan kita sejak lama. Tetapi biasanya dalam membahas masalah ini kita hanya memperhatikan segi buruknya saja, dan bahwa perbuatan tersebut berpegang pada moral orang barat yang kita alihkan begitu saja. Dengan kata lain kita lakukan taklid buta. Mungkin tidak terlintas sama sekali dalam pikiran kita apakah kaum perempuan dipaksa melakukan taklid buta, atau dia terhanyut oleh arus yang tidak kuasa dibendungnya.

Zaman sekarang terdapat banyak kaum perempuan daripada kaum pria.

Mengingat perkembangan mode yang selalu berubah-ubah. Banyak kaum perempuan yang mengikuti dan bahkan menjadi kebiasaan. Salah satu perkembangan mode yang mencolok adalah dalam hal pakaian dan perilaku atau kebiasaan yang menyimpang dari aturan-aturan Islam.

Perempuan muslimah menggunakan jilbab untuk melindungi kerendahan

hati mereka. Terkait dengan pandangan terhadap jilbab masyarakat Muslim di

Indonesia dapat dikategorikan menjadi dua yaitu, mereka yang memandang jilbab

sebagai fashion tanpa mempedulikan ketentuan syariat Islam yang menentukan

jilbab sebagai penutup aurat, mereka yang beranggapan bahwa jilbab adalah

(17)

3

murni pakaian untuk menutupi aurat dan tidak mengikuti perkembangan mode sebagai sebuah bentuk fashion. Jilbab juga berfungsi sebagai identitas diri seorang muslimah dan menjadi bagian dari ekspresi diri dalam berbusana. Penggunaan jilbab pun juga tidak dipungkiri sebagai media komunikasi nonverbal, dimana pengguna jilbab ingin mengirim pesan tentang identitas agama dan selera berbusananya. Menggunakan jilbab modifikasi dapat mengkomunikasikan bahwa individu adalah seorang muslimah dan disaat yang bersamaan dia adalah perempuan yang selalu mengikuti trend fashion.

Ada beberapa desainer yang memiliki brand jilbab sendiri seperti artis Zaskia Sungkar, Oki Setyana Dewi, Dian Pelangi, Zaskia Adya Mecca. Mereka adalah para desainer yang menggeluti usaha jilbab fashion. Mereka membuat beberapa inovasi baru mengenai jilbab. Sehingga tren jilbab fashion ini semakin berkembang setiap tahunnya dengan inovasi baru dan berkualitas. Awal tahun 2015 lalu, tepatnya pada bulan Februari, ada acara Hijab Fashion Week dimana didalamnya para perancang busana jilbab dikumpulkan dan mempertunjukkan beberapa model pakaian jilbab untuk acara formal amaupun non formal.

Acara tersebut dihadiri banyak kalangan salah satunya adalah komunitas

jilbabbers Indonesia. Sebagian besar masyarakat di Indonesia beranggapan bahwa

era globalisasi adalah suatu perubahan yang positif yang mengarah kearah

kemajuan yang lebih efektif untuk rakyat Indonesia, namun sebagian masyarakat

lainnya sangat mengkhawatirkan globalisasi ini akan menimbulkan perubahan-

perubahan yang berdampak negatif dalam perkembangan ekonomi, politik dan

budaya di Indonesia. Jilbab bukan lagi sekedar penutup aurat, tapi sudah

(18)

menjelma menjadi industri yang menggiurkan. Jilbab kini bukan lagi monopoli kaum ibu rumah tangga. Jilbab sudah menjangkau semua kalangan anak muda, dan ibu muda pun memakainya.

Sama halnya dengan produk Jilbab Deux Scarves, Deux Scarves adalah salah satu online shop yang menjual segala jenis jilbab yang sedang up to date dikalangan „Hijabers‟ di kota Medan. Seperti jilbab cornskin, jilbab maxmara, jilbab chiffon, jilbab satin, dan pashmina. Sehingga anak anak muda sekarang terlihat tetap fashionable memakai jilbab. Produk produk yang dihasilkan Deux Scarves adalah produk yang trendy, dan mengedepankan model terkini namun tetap menjaga kualitas.

Dengan jangkaunnya yang semakin meluas maka tak perlu heran jika bisnis fashion jilbab ini menjadi bisnis yang menjanjikan. Pangsa pasar produk yang berkaitan dengan kaum perempuan sangat besar, tak terkecuali fashion jilbab. Para produsen dan penjual Jilbab sadar betul dengan perilaku kaum perempuan yang selalu ingin mengikuti trend. Mereka memenuhi hasrat kaum perempuan dengan selalu mengeluarkan produk-produk baru. Itulah yang membuat fashion jilbab menjadi bisnis yang sangat bernilai. Sejak tahun 2014 jilbab mulai menjadi trend, inovasi inovasi baru telah dikembangkan dari busana muslim Indonesia yang awalnya sangat sederhana terus berevolusi menjadi pakaian elegan yang dapat digunakan untuk berbagai suasana.

Tak heran, dengan adanya revolusi ini jilbab berkembang kearah yang

positif dan digemari berjuta-juta orang. Jilbab dan busana muslim yang dulunya

dianggap kuno dan jadul, sekarang menjadi busana yang modis bahkan sangat

(19)

5

modis. Tak heran karena memang banyaknya inovasi yang muncul dengan bermain eksplorasi warna serta menonjolkan kesan fashionable dengan memadukan warna-warna cerah dan model yang terkesan elegan.

Menurut Kotler & Amstrong (2001) kualitas produk adalah karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan konsumen yang dinyatakan dan diimplikasikan. Sedangkan Kotler &

Keller (2009) mendefinisikan kualitas produk adalah produk atau jasa yang telah memenuhi atau melebihi ekspektasi pelanggan. Berdasarkan definisi menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa kualitas produk adalah suatu bentuk barang atau jasa yang diukur dalam ketingkatan standar mutu keandalan, keistimewaan tambahan, kadar, rasa, serta fungsi kinerja dari produk tersebut yang dapat memenuhi ekspansi pelanggan. Sedangkan menurut Tjiptono (2008), kualitas mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang menghasilkan manfaat (benefits) bagi pelanggan.

Perlu dicermati bahwa ketika konsumen mahasiswi sudah memakai sebuah produk, maka konsumen tersebut akan melakukan penilaian terhadap produk tersebut dan jika suatu produk tersebut mampu memberi kepuasan dan kesan kepada konsumen, maka kemungkinan besar akan terjadi Word of Mouth. Word of Mouth juga menjadi salah satu faktor yang membuat produk dimiliki dan bertambahnya konsumen yang baru. Hal ini dikarenakan, terjadinya perbincangan mengenai produk jilbab tersebut yang digunakan dikalangan mahasiswi.

Menurut Kotler & Amstrong (2001), word of mouth adalah komunikasi

pribadi tentang sebuah produk antara pembeli sasaran dan tetangga, teman-

(20)

teman,anggota keluarga dan rekannya. Menurut Mowen & Minor (2002) berpendapat bahwa, komunikasi dari mulut ke mulut (Word of Mouth) mengacu pertukaran komentar atau ide-ide diantara dua konsumen atau lebih yang tidak satupun sumber pemasarannya. Dalam hal kebutuhan orang yang mengirim informasi terdapat faktor yang mendorong terjadinya komunikasi dari mulut ke mulut, seperti untuk membangkitkan keberanian dan kehormatan, untuk menghilangkan kesalahan atas pembelian, untuk membangun hubungan dengan suatu kelompok, serta untuk mendapatkan manfaat yang nyata.

Banyaknya mahasiswi yang menggunakan produk jilbab tersebut dikarenakan mereka mendapatkan informasi mengenai keberadaan produk dari berbagai sumber informasi yaitu social media seperti Instagram. Serta komunikasi dari mulut ke mulut (Word of Mouth), biasanya mereka para pengguna memberikan keterangan dari mana mereka mendapatkan informasi tentang produk jilbab tersebut yaitu dari orang-orang terdekat seperti teman kampus, keluarga, rekan-rekan atau relasi, sehingga apabila mereka telah memiliki keyakinan terhadap informasi atau saran tersebut, biasanya mereka akan bertindak berdasarkan rujukan tadi.

Permasalahan terjadi ketika Word of Mouth tidak pada titik yang positif,

dimana dapat dijumpai terdapat prespektif negatif terhadap produk jilbab tersebut,

dimana berdasarkan observasi awal peneliti menemukan ketidaksesuaian antara

Word of Mouth dengan produk yang dijanjikan. Kesalahan pada Word of Mouth

tentunya dimungkinkan terjadi ketika Word of Mouth yang dilakukan agen tidak

merujuk pada kualitas produk, melainkan sebagai strategi komunikasi dalam

(21)

7

meningkatkan pembelian mahasiswi terhadap produk jilbab tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu “Pengaruh Kualitas Produk dan Word of Mouth terhadap Keputusan Pembelian Jilbab Deux Scarves pada Mahasiswi Universitas Sumatera Utara”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah Kualitas Produk dan Word of Mouth secara serempak berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian pada produk Jilbab Deux Scarves?

2. Apakah Word of Mouth berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian pada produk jilbab Deux Scarves?

3. Apakah Kualitas Produk berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian pada produk Jilbab Deux Scarves?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis adanya pengaruh Kualitas Produk dan Word of Mouth Produk Jilbab Deux Scarves secara serempak terhadap Keputusan Pembelian.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kualitas Produk Jilbab Deux Scarves terhadap Keputusan Pembelian.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Word of Mouth produk Jilbab

(22)

Deux Scarves terhadap Keputusan Pembelian.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pemilik Usaha Jilbab Deux Scarves

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pemilik usaha jilbab Deux Scarves mengenai pengaruh variabel yang diteliti terhadap kegiatan usaha jilbab Deux Scarves, tidak hanya fokus terhadap keputusan pembelian dan hasil dalam penelitian ini bisa di serap secara komprehensif untuk meningkatkan apa yang menjadi kekurangan jilbab Deux Scarves menurut peneliti.

2. Bagi Peneliti

Peneliti ini menjadi kesempatan untuk menerapkan teori teori yang diperoleh selama ini dibangku kuliah serta di harapkan menambah pemahaman mengenai Kualitas Produk, Word of Mouth dan Keputusan Pembelian.

3. Bagi Pihak Lainnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan referensi

perpustakaan bagi penelitian penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

masalah komunikasi pemasaran dan juga perilaku konsumen.

(23)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keputusan Pembelian

Menurut Supranto & Limakrisna (2011) menyatakan bahwa keputusan pembelian merupakan suatu aliran interaksi antar proses faktor lingkungan, kognitif, dan afektif dan tindakan perilaku. Keputusan atau niat untuk membeli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Keputusan pembelian merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu (Setiadi, 2003).

Menurut Setiadi (2003) ada dua faktor dapat mempengaruhi keputusan pembelian yaitu faktor pertama adalah sikap lain. Sejauh mana sikap orang lain tersebut terhadap alternatif pilihan seseorang. Faktor kedua adalah situasi yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk niat membeli berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan yang diperkirakan, harga yang diharapkan.

Namun, kejadian-kejadian yang tidak diharapkan dapat mengubah niat untuk membeli.Jadi, pilihan dan niat membeli tidak selalu menghasilkan pilihan membeli yang aktual.

Kotler & Keller (2009) mengatakan pada proses keputusan pembelian

konsumen melalui lima tahap: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi

alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Konsumen tidak

selalu melalui lima tahap pembelian itu seluruhnya. Lima proses keputusan

(24)

pembelian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1 Pengenalan Masalah

Proses pembelian diawali dengan pengenalan kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang seperti rasa lapar, haus, seks, muncul pada tingkat yang cukup tinggi untuk menjadi dorongan. Kebutuhan juga dapat dipicu oleh rangsangan eksternal.

Pada tahap ini, pemasaran harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis kebutuhan atau masalah yang akan muncul, dan bagaimana kebutuhan atau masalah mengarah pada konsumen.

2 Pencarian informasi

Konsumen yang tertarik akan mencari lebih banyak informasi. Jika dorongan konsumen begitu kuat dan produk yang memuaskan berada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan besar akan membelinya. Jika tidak, konsumen mungkin menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berkaitan dengan kebutuhan.

Pada satu tingkat, konsumen hanya mengalami perhatian yang meningkatkan jumlah pencarian yang dilakukan tergantung pada kuatnya dorongan jumlah pencarian yang dimilikinya pada saat memulai, kemudahan memperoleh informasi yang banyak, nilai yang diberikannya pada tambahan informasi, dan kepuasan yang dapatkan melakukan pencarian.

Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber. Sumber- sumber ini meliputi :

a. Sumber Pribadi, keluarga, teman, tetangga, kenalan.

(25)

11

b. Sumber Komersial, wiraniaga, dialer, kemasan, pajangan.

c. Sumber Publik, media massa, organisasi penilai pelanggan.

d. Sumber Pengalaman, mengenali, memeriksa, menggunakan produk.

Pengaruh relatif dari sumber-sumber informasi ini bervariasi menurut produk dan pembeli. Biasanya, konsumen menerima hampir semua informasi mengenai produk dari sumber komersial yang dikendalikan orang pemasaran.

Namun sumber yang paling efektif cenderung pada sumber pribadi.

3. Evaluasi alternatif

Pemasar telah mengetahui bagaimana konsumen menggunakan informasi untuk mencapai satu set pilihan merek akhir. Pemasar juga perlu mengetahui bagaimana konsumen mengevaluasi berbagai alternatif. Konsep- konsep dasar yang membantu pemasar menjelaskan proses evaluasi konsumen yaitu:

a. Berasumsi bahwa setiap konsumen melihat suatu produk sebagai satu paket atribut produk.

b. Konsumen akan memberikan tingkat kepentingan yang berbeda pada atribut-atribut yang berbeda menurut kebutuhan dan keinginan yang unik.

c. Konsumen kemungkinan akan mengembangkan satu susunan keyakinan merek mengenai posisi setiap merek pada setiap atribut. Seperangkat keyakinan mengenai merek tertentu dikenal sebagai citra merek (brand image), berdasarkan pengalamannya dan pengaruh persepsi selektif, distorsi selektif, dan retensi selektif, keyakinan konsumen mungkin berbeda dari atribut sebenarnya.

d. Harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi terhadap

(26)

tingkat-tingkat atribut yang berbeda.

e. Konsumen mencapai suatu sikap terhadap merek yang berbeda lewat prosedur evaluasi.

Konsumen didapati menggunakan satu atau lebih dari beberapa prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembeliannya.

Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada individu konsumen dan situasi pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus, konsumen menggunakan perhitungan yang cermat dan pemikiran logis.

Konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi, bahkan membeli hanya berdasarkan dorongan sesaat dan tergantung pada intuisi. Kadangkala konsumen mengambil keputusan pembelian sendiri, kadangkala mereka bertanya pada teman, atau wiraniaga untuk nasehat membeli.

4. Keputusan pembelian

Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi antar merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga membentuk maksud untuk membeli merek yang paling disukai. Konsumen dapat membentuk lima sub keputusan: merek, penyalur, kuantitas, waktu, dan metode pembayaran.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami konflik dikarenakan

melihat fitur mengkhawatirkan tertentu atau mendengar hal-hal

menyenangkan tentang merek lain. Komunikasi pemasaran harus memasok

keyakinan dan evaluasi yang memperkuat pilihan konsumen dan

membantunya merasa nyaman dengan merek tersebut.

(27)

13

Kotler dan Keller (2009:188) menyebutkan dua model dari pilihan konsumen.

Model ekspektasi nilai atau model kompensatoris yaitu hal-hal yang dianggap baik untuk sebuah produk dapat membantu menutup hal- hal yang dianggap buruk. Model nonkompensatoris dimana pertimbangan antara atribut positif dan negatif tidak selalu saling mengurangi. Model nonkompensatoris ini memiliki tiga heuristik pilihan:

a. Dengan heuristik konjungtif (conjunctive heuristic), konsumen menetapkan tingkat cut off minimum yang dapat diterima untuk setiap atribut dan memilih alternative pertama yang memenuhi standar minimum untuk semua atribut.

b. Dengan heuristik leksikografis (lexicographic heuristic), konsumen memilih merek terbaik berdasarkan atribut yang dianggap penting.

c. Dengan heuristik eliminasi berdasarkan aspek (elimination-by- aspects heuristic), konsumen membandingkan merek berdasarkan atribut yang berhubungan positif dengan arti pentingnya dan menghilangkan merek yang tidak memenuhi batasan minimum yang dapat diterima.

Konsumen tidak harus menggunakan satu jenis aturan pilihan saja.

Terkadang, mereka menerapkan strategi keputusan bertahap yang menggabungkan dua pilihan atau lebih.

Bahkan jika konsumen membentuk evaluasi merek, dua faktor umum dapat

mengintervensi antara maksud pembelian dan keputusan pembelian. Faktor

pertama adalah sikap orang lain : intensitas sikap negatif orang lain terhadap

alternatif yang kita sukai, motivasi kita untuk mematuhi orang lain. Faktor

(28)

kedua adalah faktor situasional yang tidak diantisipasi.

2.2 Kualitas Produk

Pelanggan yang merasa puas akan kembali membeli, dan mereka akan memberi tahu yang lain tentang pengalaman baik mereka dengan produk tersebut.

Perusahaan yang pintar bermaksud untuk memuaskan pelanggan dengan hanya menjanjikan apa yang dapat mereka berikan, kemudian memberikan lebih banyak dari yang mereka janjikan.

Persaingan merek yang tajam belakangan ini memaksa para merketer untuk memberikan daya tarik yang lebih baik daripada pesaingnya. Maklum, adanya berbagai merek membuat konsumen diuntungkan. Konsumen memilih suatu merek adalah kualitas produk. Kualitas produk tidak diragukan lagi mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Kualitas produk yang dapat diterima adalah elemen utama yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen.

Lovelock & Wright (2011) telah mengungkapkan adanya delapan dimensi kualitas produk yang bisa dimainkan oleh pemasar. Performance, feature, reliability, conformance, durability, serviceability, aesthetics, dan perceived quality merupakan kedelapan dimensi tersebut.

1. Dimensi performance

Kinerja produk kinerja merupakan karakteristik atau fungsi utama suatu produk. Ini merupakan manfaat atau khasiat utama produk yang kita beli.

Biasanya ini menjadi pertimbangan pertama kita membeli produk.

2. Dimensi reliability (keterandalan produk)

Dimensi kedua adalah keterandalan, yaitu peluang suatu produk benas dari

(29)

15

kegagalan saat menjalankan fungsinya.

3. Dimensi feature

Dimensi feature merupakan karak teristik atau ciri-ciri tambahan yang melengkapi manfaat dasar suatu produk. Fitur bersifat pilihan atau option bagi konsumen. Kalau manfaat utama sudah standar, fitur seringkali ditambahkan. Idenya, fitur bisa meningkatkan kualitas produk kalau pesaing tidak memiliki.

4. Dimensi durebility (daya tahan)

Daya tahan menunjukkan usia produk, yaitu jumlah pemakaian suatu produk sebelum produk itu digantikan atau rusak. Semakin lama daya tahannya tentu semakin awet. Produk yang awet akan dipresepsikan lebih berkualitas dibandingkan produk yang cepet habis atau cepat diganti.

5. Dimensi conformance

Conformance adalah kesesuaian kinerja produk dengan standar yang dinyatakan suatu produk. Ini semacam janji yang harus dipenuhi oleh produk. Produk yang memiliki kualitas dari dimensi ini berarti sesuai dengan standarnya.

6. Dimensi serviceability

Sesuai dengan maknanya, disini kualitas produk ditentukan atas dasar kemampuan diperbaiki: mudah, cepat, dan kompeten. Produk yang mampu diperbaiki tentu kualitasnya lebih tinggi dibanding produk yang tidak atau sulit diperbaiki.

7. Dimensi aesthetic atau keindahan tampilan produk

Aesthetic atau keindahan menyangkut tampilan produk yang membuat

(30)

konsumen suka. Ini seringkali dilakukan dalam bentuk desain produk atau kemasannya. Beberapa merek memperbaharui wajahnya supaya lebih cantik dimata konsumen.

8. Dimensi perceived quality atau kualitas yang dirasakan

Dimensi terakhir adalah kualitas yang dirasakan. Ini menyangkut penilaian konsumen terhadap citra, merek, atau iklan. Produk-produk yang bermerek terkenal biasanya dipresepsikan lebih berkualitas dibanding merek-merek yang tidak terdengar. Itulah sebabnya produk selalu berupaya membangun mereknya sehingga memiliki brand equity yang tinggi. Tentu saja ini tidak dapat dibangun semalam karena menyangkut banyak aspek termasuk dimensi kualitas dari kinerja, fitur, daya tahan, dan sebagainya.

2.3 Word-of-Mouth

Menurut Kotler & Keller (2009) Word-of-Mouth merupakan pembicaraan antara satu orang dengan yang lain, melalui surat, atau komunikasi secara langsung atau menggunakan media elektronik mengenai keunggulan atau pengalaman pada saat membeli atau menggunakan suatu produk atau jasa.

Perusahaan menyadari pentingnya cara baru untuk meraih dan mempertahankan keuntungan yang meningkat dengan cepat dari sebuah persaingan memperoleh konsumen. Untuk itu, memahami faktor-faktor yang menambah keefektifan WOM akan dapat membantu pemasar menentukan bagaimana memanfaatkan WOM dengan lebih baik sebagai sebuah alat promosi. Faktor-faktor tersebut adalah (Sweeney, Soutan, & Mazzarol, 2007):

1. Personal

(31)

17

Terdapat tiga faktor personal yang mempengaruhi efektifitas WOM yaitu kredibiltas dari pengirim pesan, keahlian khusus yang dimiliki perusahaan dan kedudukan sosial seorang pengirim pesan. Hal ini berhubungan dengan resiko yang akan dihadapi oleh konsumen setelah mengkonsumsi barang dan jasa yang di hasilkan perusahaan.

2. Interpersonal

Kedekatan hubungan antara pengirim pesan dan penerima pesan, kesamaan persepsi, dan kesamaan tingkatan/kedudukan sosial menjadi faktor yang menyebabkan WOM menjadi efektif.

3. Situational

WOM menjadi efektif apabila seseorang menemukan karakteristik produk yang sangat rumit dan kompleks, penerima pesan tidak memiliki banyak waktu untuk mencari alternatif dan keterbatasan informasi yang tersediamengenai barang dan jasa serta ketertarikan penerima pesan atas informasi yang disampaikan oleh pengirim pesan.

4. Message characteristics.

Kejelasan pesan, kejelasan pengiriman pesan , komunikasi non-verbal dan cara penyamaian pesan termasuk ke dalam karakteristik pesan yang juga menjadi faktor efektif tidaknya WOM.

Keempat faktor yang mempengaruhi efektifitas WOM di atas masih menurut

Sweeney, Soutan, & Mazzarol (2007) memberikan efek yang positif bagi konsumen

berupa berkurangnya resiko pembelian seperti mendapatkan produk cacat atau

produk yang tidak berkualitas, meningkatkan pengetahuan akan perusahaan,

(32)

meningkatkan kondisi psikologis (seperti perasaan lega) dan memperbesar ke mungkinan untuk melakukan pembelian. Anderson Sweeney, Soutan, & Mazzarol (2007) menjabarkan bahwa WOM yang positif menggambarkan pengalaman yang menggembirakan dan konsumen, sedangkan WOM yang negatif terjadi pada scat konsumen menerima produk yang rusak, pengalaman yang tidak menyenangkan, rumor dan komplain pribadi kepada perusahaan.

Menurut WOMMA (www.womma.com) Word Of Mouth Marketing merupakan usaha pemasaran yang memicu konsumen untuk sebagai berikut:

1 Membicarakan

Seseorang mungkin begitu terlibat dengan suatu produk tertentu atau aktivitas tertentu dan bermaksud membicarakan mengenai hal itu dengan orang lain, sehingga terjadi proses komunikasi word of mouth.

2 Mempromosikan

Seseorang mungkin menceritakan produk yang pernah di konsumsinya tanpa sadar ia mempromosikan produk kepada orang lain (teman atau keluarganya).

3 Merekomendasikan

Seseorang mungkin akan merekomendasikan suatu produk yang pernah di belinya kepada orang lain (teman atau keluarganya).

4 Menjual produk/merek kita kepada pelanggan lain.

Menjual tidak berarti harus mengubah konsumen menjadi salesman layaknya

agen MLM tetapi konsumen kita berhasil mengubah (transform) konsumen

lain yang tidak percaya, memiliki persepsi negatif dan tidak mau mencoba

merek kita menjadi percaya, persepsi positif dan akhirnya mencoba.

(33)

19

2.4 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Metode

Analisis Hasil Penelitian 1. Fury, Fella

Ratna (2017)

Keputusan Pembelian Produk Hijab (Studi Kasus Pada Toko Online MiuLan Semarang)

Analisis Linear Berganda

Hasil dari penelitian ini variabel promosi di media sosial, kualitas produk, harga dan citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk MiuLan hijab melalui toko online di Kota Semarang.

2. Saleem, Anum (2017)

Influence of Electronic Word of Mouth on Purchase Intention of Fashion Products on Social Networking Websites

Path Analysis

Pertumbuhan situs jejaring sosial telah mengubah gaya hidup orang diseluruh dunia dan itu juga menjadi alat penting bagi pemasar.

Pertumbuhan ini juga telah muncul kata mulut ke mulut yang secara signifikan membentuk niat pembelian konsumen.

3. Fatmawati, Eri (2014)

Perilaku Konsumtif Santriwati Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal Dalam Pembelian Jilbab

Analisis Linear Berganda

Bahwa santriwati Pondok Pesantren Miftahul Huda Kaliwungu Kendal dalam pembelian jilbab tidak sinkron. Sebagian dari mereka selalu membeli jilbab apabila ada model terbaru, sedangkan ada yang kadang kadang membeli dan ada pula yang tidak membeli.

4. Fadhila, Risa (2013)

Analisis Pengaruh Word of Mouth, Kualitas Layanan, Kualitas Produk dan Lokasi terhadap Keputusan Pembelian (Studi pada Toko LEO Fashion Karangjati Kabupaten

Semarang)

Analisis Linear Berganda

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel word of mouth, kualitas layanan, kualitas produk, dan lokasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pada Toko LEO Fashion Karangjati – Kabupaten Semarang, baik secara parsial maupun simultan.

5. Sari, Dwi Cempaka (2012)

Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga, dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian (Studi pada Baju Gaudi Paragon Mall Semarang)

Analisis Linear Berganda

Variabel Kualitas Produk, Harga dan Promosi mempengaruhi variabel dependen yaitu keputusan pembelian secara

signifikan.

(34)

2.5 Kerangka Konseptual

Menurut Sugiyono (2012) kerangka konseptual menjelaskan secara teoritis hubungan antar variabel yang akan diteliti, jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

2.5.1 Hubungan Kualitas Produk dengan Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian adalah proses penentuan pilihan konsumen dari berbagai alternaif pilihan yang ada terhadap produk yang paling sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Menurut Tjiptono (2008) kualitas produk merupakan perpaduan antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh mana keluaran dapat memenuhi prasyarat kebutuhan pelanggan atau menilai sampai seberapa jauh sifat dan karakteristik itu memenuhi kebutuhannya, kualitas produk mempunyai delapan faktor yaitu Performance (kinerja), Durability (daya tahan), Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), Features (fitur), Reliability (reliabilitas), Aesthetics (estetika), Perceived quality (kesan kualitas), dan Serviceability (kemampuan layanan). Menurut Swastha & Handoko (2010) salah satu dari tujuh komponen yang ada adalah keputusan pembelian tentang jenis produk. Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah barang atau jasa ketika konsumen tersebut menganggap produk itu dibutuhkan.

Kualitas produk yang diberikan perusahaan adalah strategi yang tepat untuk

menarik perhatian konsumen. Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Anwar (2015) yang menunjukkan bahwa kualitas produk berpengaruh terhadap

keputusan pembelian. Kualitas produk adalah suatu tindakan yang diberikan oleh

perusahaan untuk memenangkan persaingan di pasar dengan menetapkan

(35)

21

sekumpulan perbedaan-perbedaan yang berarti pada produk atau jasa yang ditawarkan untuk membedakan produk perusahaan dengan produk pesaingnya, sehingga dapat dipandang atau dipersepsikan konsumen bahwa produk yang berkualitas tersebut mempunyai nilai tambah yang diharapkan oleh konsumen.

Perusahaan yang memiliki produk yang selalu memiliki inovasi akan membuat konsumen tidak jenuh dan memiliki alternatif dalam melakukan keputusan pembelian dan menggunakan suatu produk (Syarif & Gultom, 2008). Pendapat tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Monalisa, Anis, & Sunarti (2015) yang mengungkapkan bahwa kualitas produk yang dianggap baik oleh konsumen akan menciptakan keputusan pembelian. Keputusan pembelian akan dilakukan ketika konsumen sudah memilih produk yang cocok untuk memenuhi kebutuhannya. Keputusan pembelian adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen benar-benar membeli (Kotler & Amstrong, 2014). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kualitas produk dengan keputusan pembelian.

2.5.2 Hubungan Word of Mouth dengan Keputusan Pembelian

Molinari, Abratt, & Dion (2008) yaitu pembelian dan Word of Mouth positif saling berhubungan dalam artian pelanggan akan melakukan kegiatan komunikasi dari mulut ke mulut dan merekomendasikan kepada orang lain atas suatu produk, jika mereka memperoleh nilai dari suatu produk sehingga memicu konsumen dalam melakukan keputusan pembelian dan pembelian kembali.

Adanya komunikasi dari mulut ke mulut dimana-mana disebabkan oleh

kebutuhan pengirim dan penerima informasi. Para penerima mungkin

(36)

menghendaki informasi dari mulut ke mulut karena mereka tidak percaya kepada iklan dan pesan penjualan. Atau mungkin mencari informasi tambahan untuk mengurangi kecemasan mereka mengenai pembelian resiko. Menurut Assael (2009), “Word of Mouth memiliki pengaruh yang sangat penting dan menjadi kekuatan dalam mempengaruhi keputusan pembelian karena pada dasarnya manusia suka berbicara dan memberitahukan apa yang dialami kepada orang lain”

Atas dasar tinjauan penelitian terdahulu, maka dapat disusun kerangka konseptual dalam penelitian ini, seperti tersaji dalam gambar berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan, Sugiyono (2016). Berdasarkan perumusan masalah yang di kemukakan:

1. Kualitas Produk dan Word of Mouth secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian pada Mahasiswi Universitas

Kualitas Produk

Word Of Mouth

Keputusan Pembelian

(37)

23

Sumatera Utara.

2. Word of Mouth berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian pada Mahasiswi Universitas Sumatera Utara.

3. Kualitas Produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan

Pembelian pada Mahasiswi Universitas Sumatera Utara.

(38)

24

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih (Situmorang, 2017).

Adapun variabel yang dihubungkan dalam penelitian ini adalah kualitas produk dan word of mouth terhadap keputusan pembelian.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada kalangan anak muda muda yang aktif memakai produk Jilbab Deux Scarves Mahasiswi Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 s.d November 2018.

3.3 Batasan Operasional

Dalam Penelitian ini, variabel yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Defenisi untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut (Situmorang & Lufti, 2015):

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel ini adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependent dan mempunyai hubungan yang positif ataupun yang negatif bagi variabel dependent nantinya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Kualitas Produk (X), yang meliputi:

a. Kualitas Produk (X

1

)

(39)

25

b. Word of Mouth (X2)

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel ini adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Keputusan Pembelian (Y).

3.4 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel bertujuan untuk menilai sejauh mana variabel- variabel suatu faktor berkaitan dengan faktor lainnya. Definisi variabel memberikan dan menuntun arah peneliti bagaimana cara mengukur suatu variabel.

Adapun operasionalisasi variabel dari masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Tabel Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator Skala

Kualitas Produk (X1)

Kualitas produk Jilbab Deux Scarves merupakan hal penting yang harus diusahakan oleh setiap perusahaan jika ingin yang dihasilkan dapat bersaing di pasar untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.

1. Kinerja 2. Kehandalan 3. Daya Tahan 4. Keistimewaan 5.Kesesuaian dengan Spesifikasi

Likert

Word of Mouth (X2)

Biasa disebut dengan promosi dari mulut ke mulut selalu menjadi fenomena marketing yang menarik untuk

dibicarakan seperti Produk Jilbab Deux Scarves

1.Membicarakan 2.Mempromosikan 3.Merekomendasikan

Likert

Keputusan Pembelian (Y)

Keputusan pembelian Jilbab Deux Scarves merupakan suatu proses pengintegriasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk

mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya.

1.Kesadaran akan kebutuhan

2.Pencarian informasi 3.Membuat keputusan pembelian

4. Evaluasi

Likert

(40)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Menurut Sugiyono (2012) pengukuran variabel dilakukan dengan mengukur variabel harga dan promosi, dengan menggunakan skala Likert yaitu suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan perpepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

No Jawaban Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Ragu Ragu (RG) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1 Populasi

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya sebagai objek penelitian (Kuncoro, 2013). Adapun pengertian populasi lainnya, populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang ingin diteliti sehingga sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi di Universitas Sumatera Utara yang memakai produk Jilbab Deux Scarves yang tidak diketahui jumlahnya.

3.6.2 Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Kriteria sampel yang digunakan

(41)

27

dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang memakai produk jilbab, Karena jumlah mahasiswa yang memakai produk jilbab tidak diketahui jumlahnya sehingga untuk menentukan sampel digunakan rumus infinit:

( ) Keterangan:

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan

Za = nilai standar normal yang besarnya tergantung a Bila a = 0,05 maka Z = 1,67

Bila a = 0,01 maka Z = 1,96 P = proporsi yang diestimasi q = 1-p

d = penyimpangan yang ditolerir

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap mahasiswi Universitas Sumatera Utara Medan, dari 30 orang ada 15 orang yang membeli produk Jilbab Deux Scarves. Maka, nilai p adalah 15/30x100% = 50% dan nilai q adalah 50%, dengan demikian, jumlah sampel yang mewakili populasi dalam penelitian ini adalah:

n =

= 96 orang (angka minimal)

Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling, yaitu

teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang

sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel

(42)

(Sugiyono, 2012). Jenis non probability sampling yang digunakan adalah jenis purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Adapun kriteria dalam penelitian ini yaitu:

1. Mahasiswi yang memakai Jilbab Deux Scarves di Universitas Sumatera Utara.

2. Umur Mahasiswa 18-30 Tahun

3.7 Jenis dan Sumber Data

Menurut Situmorang & Lufti (2015), jenis data yang dilakukan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer (primary data) yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan/suatu organisasi secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi yang bersangkutan yang dapat berupa interview, observasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder (secondary data) yaitu data yang diperoleh/ dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain. Data sekunder dalam penelitian ini adalah teori-teori dan data yang bersumber dari buku-buku dan majalah-majalah.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

1. Kuesioner

Kuesioner adalah cara pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan

kepada responden tentang variabel-variabel dalam penelitian. Metode ini

(43)

29

digunakan untuk menyingkap identitas penelitian dan untuk mengungkap variabel-variabel dalam penelitian.

2. Wawancara

Wawancara, yaitu dengan cara melakukan komunikasi dengan pihak-pihak yang terkait sesuai dengan topik yang diteliti.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data denganmengumpulkan dan mempelajari data-data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, dan informasi dari internet yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1 Uji Validitas

Menurut Situmorang (2017) validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Suatu pengukuran instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat mengukur construct sesuai dengan tujuan dan harapan peneliti. Uji validitas dilakukan di Universitas Sumatera Utara dengan 15 butir pertanyaan.

1. Jika rhitung positif dan rhitung ≥ rtabel, maka butir pertanyaan pada setiap variabel penelitian dinyatakan valid, dan jika rhitung negatif atau r

hitung

≤ r

tabel

, maka butir pertanyaan pada setiap variabel penelitian dinyatakan tidak valid.

2. r

hitung

dapat dilihat pada kolom corrected item-total correlation. Nilai r

tabel

dengan responden awal berjumlah 30 orang dan alpha 10% adalah 0,361.

Menurut Situmorang (2017) realibilitas menunjukkan ukuran suatu kestabilan

dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan daftar

(44)

pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel yang disusun dalam bentuk kuesioner.

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item- Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Kualitas_Produk1 53,07 79,444 ,910 ,949

Kualitas_Produk2 53,03 81,137 ,954 ,948

Kualitas_Produk3 53,03 81,689 ,909 ,949

Kualitas_Produk4 52,40 88,041 ,440 ,958

Kualitas_Produk5 52,73 84,271 ,588 ,956

WOM1 52,97 81,689 ,864 ,950

WOM2 52,83 83,730 ,660 ,954

WOM3 52,87 80,051 ,825 ,950

WOM4 52,67 84,782 ,549 ,956

WOM5 52,93 82,547 ,757 ,952

WOM6 52,90 81,334 ,697 ,954

Keputusan_Pembelian1 52,77 82,461 ,698 ,953

Kuputusan_Pembelian2 52,80 82,441 ,724 ,953

Keputusan_Pembelian 52,93 78,892 ,846 ,950

Keputusan_Pembelian4 52,93 81,030 ,870 ,950

Sumber : Lampiran 2

Pada Tabel 3.3 di atas terlihat bahwa seluruh butir pertanyaan adalah valid, di mana nilai r hitung pada Corrected Item-Total Correlation pada keseluruhan butir adalah lebih besar dari nilai r

Tabel

(0,361) sehingga diperoleh 15 pertanyaan valid yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian.

3.9.2 Uji Reliabilitas

Menurut Situmorang (2017) reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan

sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila

suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil

pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel.

(45)

31

Reliabilitas menunjukkan akurasi dan konsistensi dari pengukurannya. Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa butir pertanyaan disebut reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan bersifat konsisten dari waktu ke waktu.

Penelitian ini menggunakan one shot dimana kuesioner diberikan hanya sekali saja kepada responden dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain untuk mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Pengukuran reliabilitasnya menggunakan uji statistik Cronbach Alpha. Menurut Sunyoto (2012) suatu konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60.

Tabel 3.4 Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,955 15

Sumber : Lampiran 3

Pada 15 pernyataan dengan tingkat signifikansi 5% di ketahui bahwa koefisien alpha (Cronbach’s Alpha) adalah sebesar 0,955. Ini berarti 0.955 > 0.8 sehingga dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut telah reliabel dan dapat disebarkan kepada responden untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian.

3.10 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

(46)

3.10.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi masing-masing variabel yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minimum Ghozali (2016). Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1 Mean, Min, dan Max

Mean adalah nilai rata-rata dari suatu data. Min dan Max merupakan nilai minimum dan maksimum suatu data.

2 Tabel Frekuensi

Digunakan untuk mengatur data mentah kedalam bentuk yang ringkas, tanpa mengurangi informasi yang disampaikan. Tabel frekuensi dapat menjelaskan jumlah atau proporsi sampel pada karakteristik tertentu.

Pada penelitian data yang diolah di tabulasikan dalam Tabel frekuensi dengan melihat proporsi dan karakter data tersebut.

3 Standar Deviasi

Standar Deviasi merupakan ukuran penyimpangan (deviasi) data dari mean atau rata-rata data.

Rumus standard deviasi untuk sampel adalah sebagai berikut (Freund, 1979):

1 )

(

2

1

 

n

x s x

n

i i

Keterangan:

s = Standar Deviasi

n = jumlah sampel

(47)

33

x

i

= nilai x ke-i x = rata-rata

3.10.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Menurut Situmorang (2017), regresi linear berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linear antar beberapa variabel bebas yang biasa disebut X

1

, X

2

dan seterusnya dengan variabel terikat yang disebut Y. Hubungan fungsional antara variabel terikat dan variabel bebas di buat sebagai berikut:

Y= β

0

+ β

1

X

1

+ β

2

X

2

+

Ɛ

Keterangan:

Y = Keputusan Pembelian α = Konstanta

β

1

= Koefisien Regresi Variabel X1 β2 = Koefisien Regresi Variabel X2 X1 = Kualitas Produk

X2 = Word of Mouth

Ɛ

= Stadard Error

Analisis regresi linear berganda memerlukan pengujian secara serempak

dengan menggunakan F hitung. Signifikansi ditentukan dengan membandingkan F

hitung dengan F tabel atau melihat signifikansi pada output SPSS. Dalam analisis

regresi linear berganda memerlukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui

apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala

heterokedastisitas, gejala multikolinearitas, gejala autokorelasi.

(48)

3.11 Uji Asumsi Klasik

Ada beberapa kriteria persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu:

3.11.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

Ada dua acara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. (Ghozali, 2016).

3.11.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengematan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variable terikat (dependen).

Selain itu dapat juga digunakan uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan meregresi

nilai absolut residual terhadap variabel independen di atas tingkat kepercayaan

5%, maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya

heteroskedastisitas (Ghozali, 2016).

(49)

35

3.11.3 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.

Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.

Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Jadi nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Model regresi yang bebas dari multikolinearitas adalah model yang memiliki nilai tolerance ≥ 0,1 atau nilai VIF ≤ 10. Sebaliknya, jika nilai Tolerance < 0,1 atau nilai VIF > 10, maka ada multikolinearitas di antara variabel independen (Ghozali, 2016).

3.12 Uji Hipotesis

3.12.1 Uji Signifikansi Serempak (Uji-F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi dari seluruh

variabel bebas secara bersama-sama atau secara simultan terhadap variabel

terikat. Bentuk pengujiannya adalah:

Referensi

Dokumen terkait

Maksud dari inovasi disini adalah solusi yang belum digunakan di dalam perusahaan, yang mungkin menjadi solusi yang baru dari permasalahan utama untuk melakukan efisiensi

Sedangkan aplikasi pendaftaran ekstrakurikuler online dibuat dengan menggunakan PHP yang diubah ke dalam bentuk komponen Joomla yang terintegrasi oleh website itu sendiri.

Narasumber yang dimaksud adalah Ketua Divisi Perencanaan dan Pengembangan Edukasi Keilmiahan (P2EK) Kelompok Peneliti Muda Universitas Negeri Jakarta 2018 sebagai

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi mengenai prediksi perkembangan aset, dana pihak ketiga, pembiayaan, dan laba operasional perbankan syariah dengan metode

Penyakit ini juga bisa terjadi karena kebersihan perorangan yang salah satunnya adalah kebersihan kulit Menurut Umar Z (2008), kebersihan diri termasuk kebersihan

Mbak dan Mas senior Akuntansi Unair, terima kasih atas pembelajaran dan pengalaman yang berharga selama penulis menempuh perkuliahan serta adik- adik junior yang

Artikel ini bertujuan untuk mempelajari apakah jika ZoSS diterapkan di Kota Langsa ini akan merubah perilaku pengendara yang lewat di depan sekolah dengan mengurangi

di Waduk Cirata yaitu stasiun 1 yang berada di inlet Waduk Cirata menunjukan kelimpahan plankton tertinggi berkisar antara 13,29x10 3 -18,5x10 3 ind/l dan rata-rata