• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN TENTANG PENERIMAAN NEGARA DUKAN PAJAK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG DENGAN RAHMAT TUI-IAN YANG MARA ESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANGAN TENTANG PENERIMAAN NEGARA DUKAN PAJAK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG DENGAN RAHMAT TUI-IAN YANG MARA ESA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PENERIMAAN NEGARA DUKAN PAJAK RANCANGAN UNDANG-UNDANG

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN

TENTANG

PENERIMAAN NEGARA DUKAN PAJAK

DENGAN RAHMAT TUI-IAN YANG MARA ESA PRESIDEN REPUDLIK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah dalam

pelayanan, pengaturan, dan perlindungan masyarakat,

pengelolaan kekayaan negara, serta pemanfaatan

sumber daya alam dalam rangka penyampaian tujllan

nasional sebagaimana termaksuk dalam Undang-

Undang Dasar 1945, dapat mewlIjudkan suatu bentuk

(2)

penerimaan negara yang disebut sebagai Penerimaan

i

Negara Bukan Pajak;

b. bahwa penyelenggaraan dan pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang tertuang dalam peraturan dan ketentuan pelaksanaan yang berlaku selama ini belul11 mencerminkan kepastian hukul11 dan ketertiban administrasi keuangan negara;

e. bahwa dalam rangka meningkatkan efisiensi perekonomian dan keuangan negara serta untuk memberikan kepastian peranan dan wewenang pemerintah dalam melaksanakan penyelenggaraan dan pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak, maka dipandang perlu melakukan penyempurnaan pengaturan Penerimaan Negara Bukan Pajak;

d. bahwa berhubung dengan itu dipandang perlu mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan Penerimaan Negara

I

Bukan Pajak dalam suatu Undang-Undang Penerimaan Negara Bukan Pajak;

Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Indisehe Eomptabiliteitswet (Staatsblad Tahun 1925

Nomor 448) sebagaimana telah diubah dan ditambah,

terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968

(Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 53);

(3)

Dengan persetu~uan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKA.N :

Menetapkan: llJNDANG-lINDANG TENTANG PENERIMAAN l'ffiGARA BUK.AN PAJAK.

BABI

KETENTUAN UMUM Pasall

Dalam Undang-undang ini yang dimaksucl <kmgan :'

a. Penerimaan NegaraBukan Pajak adalah seluruh penerimaanpemetintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan;

b. Menteri adalah Menteri KeuangaJl1;

e. Sumber daya alam adalah sigala kekayaanalam y~ng t~rdap~t di atas,

di permukaan dan di dalam bumi yang dikuasai oleh ~egara;;'

!

d. Bada~ adalahperseroan't~rbatas,perse~oan komahdfiet,: tiitn1a,~~dan

usaha milik negara dan daerah dengan nama dan dat~ni'~efifuftktlPapun, persekutuan, perseroan atau perkumpulan,kongsi, koperasi, yayasan atau lembagadanbentukllsahatetap; .. '

j " ' " ,

i

" I . ; \" .•.. ,

e. Instansi Pemerintah adalah Departemen dan Lembaga Non

Departemen;

(4)

f. Wajib 8ayar adalah orang pribadi atau Badan yang ditenlubn DIIIDk melakukan kewajiban membayar menurut pernturan pennwlang- undangan yang berlalru;

g. Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang adalah Penerimaaa Negara 8ukan Pajak yang hams dibayar pada suatu saat, afaD cIaIam suatu periode tertentu menurut peraturan perundang-undanpD YD&

berIaku.

DADO JENIS DANTARIP

PasaiZ (I) Penerimaan Negara Bukan Pajak meliputi:

316

a. penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana pemcrintaIl;

b. penerimaan dari pemanfaalan sumber daya aIam~

e. penerimaan dari basil-basil pengelolaan kekayaan nepa yaac dipisahkan;

d. penerimaan dari kegiaIan pelayanan yang dilab ' - pemerintah;

e. penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan )'311g bensal41ri pengenaan, dCnda administrasi; dan

f. penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-undang tenaIdiri..

(5)

(2) Keeuali jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang ditetapkan dengan Undang-undang, jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

(3) Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang belum tereakup dalam Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal3

(1) Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak ditetapkan dengan memperhatikan dampak pengenaan terhadap masyarakat dan kegiatan usahanya, biaya penyelenggaraan kegiatan pemerintah sehubungan denganjenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang bersangkutan, dan aspek keadilan dalam pengenaan beban kepada masyarakat.

(2) Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dalam Undang-undang atau Peraturan Pemerintah yang menetapkan jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang bersangkutan.

BABIn PENGELOLAAN

Pasal4

Penerimaan Negara Bukan Pajak wajib disetor ke Kas Negara.

Pasal5

Seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak diperhitungkan dan dieatat dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

(6)

Pasal6

(1) Menteri dapat menunjuk Instansi Pemerintah untuk menagih dan atau memungut Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang.

(2) Instansi Pemerintah yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), wajib menyetorPenerimaan Negara Bukan Pajak yang diterima ke Kas Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

(3) Tidak dipenuhinya k,ewajiban lnstansi Pemerintah untuk menagih dan atau memungut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan menyetor sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dapat dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal7

(1) Instansi Pemerintah yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), wajib menyampaikan rencana dan laporan realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak secara tertulis dan berkala kepada Menteri.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian rencana dan atau laporan realisasi Penerimaan Negara Bukan PCl.jak diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal8

(0 Sebagian Penerimaan Negara Bubn Pajak tertentu dapatdigunakan

oleh Instansi Pemerintah untuk kegiatan tertentu yang berkaitan dengan

jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang bersangkutan, dengan

tetap memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan

Pasa15.

(7)

(2) Kegiatan teJ1entu sebagaimana dimaksud dlalam ayat (1) meliputi kegiatan:

a. penelitian dan pengembangan teknologi;

b. pelayanan kesehatan;

e. pendidikan dan pelaltihan;

d. penegakan hukum;

e. pelayanan yang melibatkan kemampuan intelektual tertentu.;

f pelestarian sumber daya alam.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan Penerimaan Negara BlIkan Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal9

(1) lumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang ditentukan dlengan cara :

a. ditetapkan oleh Instansi PemelTlntah; atau

b. dihitung sendiri oleh Wajib Bayar.

(2) Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak tertentu yang jumlah

Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutangnya ditentukan dengan

cara sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) huruf b ditetapkan dengan

Peratllran Pemerintah.

(8)

PasallO

(1) Penetapan jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang oleh Instansi Pemerintah terhadap Wajib Bayar untukjenis Penerimaan Negara Bukan Pajak tertentu menjadi daluwarsa setelah 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak saat terutangnya Penerimaan Negara Bukan Pajak yang bersangkutan.

(2) Ketentuan daluwarsa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tertunda apabila Wajib Bayar melakukan tindak pidana di bidang Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Pasalll

(I) Wajib Bayar membayar jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Temtang dalamjangka waktu teltentu sesuai dengan jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang bersangkutan.

(2) Instansi Pemerintah yang bersangkutan gUlla penyelesaian lebih Lanjut

BABIV

PEMERIKSAAN Pasal14

(1) Terhadap Instansi Pemerintah Yang Ditunjuk sebagaimanadimaksud

dalam Pasal6 ayat(l) dan Wajib Bayar untukjenis Penerimaan Negara

Bukan Pajak tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2)

dapat dilakukan pemeriksaan oleh Instansi yang berwenang sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

(9)

(2) Pemeriksaan terhadap Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (l) dilakukan atas permintaan Menteri dalam rangka mendapatkan keterangan lebih lanjut berdasarkan pemantauan.

(3) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terhadap Wajib Bayar untuk jcnis Penerimaan Negara Bukan Pajak tertentu sebagaimanadimaksud dalam PasaI9 ayat (2) dilakukan atas permintaan Instansi Pemerintah berdasarkan:

a. hasil pemantauan Instansi Pemerintah terhadap Wajib Bayar yang bersan gkutan;

b. laporan dari pihak ketiga; atau

e. permintaan Wajib Bayar atas kelebihan pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang terutang.

(4) Dalam rangka pemeriksaan, Instansi Pemerintah yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (I) dan Wajib Bayar untuk jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) sebagai pihak yang diperiksa wajib :

a. memperlihatkan dan atau meminjamkan catatan, dokumen yang menjadi dasar pencatatan serta dokumen lain yang berhubungan dengan kewajiban pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang; dan atau

b. mcmberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlll, dan membantu kelancaran pemeriksaan;dan atau

e. memberikan ketcrangan yang diperlukan.

(10)

(5) Dalam hal pejabat dan Instansi Pemerintah yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (l) tidak melakukan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(6) Dalam hal Wajib Bayar untuk jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal9 ayat (2) tidak melakukan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat

(4) Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Tentangnya ditetapkan secara jabatan dan ditambah sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 (dua) kali jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang.

Pasal15

(l) Dalam hal diperlukan keterangan atau bukti dari pihak lain dalam rangka pemeriksaan, pihak lain yang bersangkutan wajib memberikan keterangan atau seluruh bukti yang diminta atas dasar permintaan pemeriksa.

(2) Dalam hal pihak lain tersebut adalah bank, pemberian keterangan atau bukti yang diperlukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (l)harus mendapat izin terlebih dahulu dari Menteri.

Pasal16

(I) HasH pertieriksaan terhadap Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud da,lam Pasal 14 ayat (I) disampaikan kepada Menteri, dan Menteri memberitahukan hasil pemeriksaan tersebut kepada Instansi Pemerintah yang bersangkutan guna penyelesaian lebih lanjut.

(2) HasH pemeriksaan. sebagaimana dimaksud da(am Pasal 14 ayat (I)

(11)

terhadap Wajib Bayar untuk jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) disampaikan kepada Instansi Pemerintah untuk penetapan jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang Wajib Bayar yang bersangkutan.

Pasal17

(1) Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Bayar untuk jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) terdapat kekurangan pembayaran jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang, Wajib Bayar yang bersangkutan wajib melunasi kekurangannya dan ditambah dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar 2 % (dua persen) scbulan untuk paling lama 24 (dua puluh em pat) bulan dari jumlah kekurangan terscbut.

(2) Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Bayar untuk jenis Penerimaan Negara Dukan Pajak tertentu sebagai mana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) terdapat kelebihan pembayaran jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang, jumlah kelebihan tersebut diperhitungkan sebagai pembayaran dimuka atas jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang Wajib Bayar

yang bersangkutan pada periode berikutnya.

(3) Dalam hal tidak terdapatjumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang pad a periode berikutnya atau terjadi pengakhiran kegiatan usaha Wajib Bayar, makajurnlah kelebihan pernbayaran sebagairnana dimaksud dalam ayat (2) dikernbalikan kepada Wajib Bayar.

Pasal18

Ketentuan lebih lanjut rnengenai perneriksaan diatur dcngan Peraturan

Pernerintah.

(12)

BABV KEBERATAN

Pasal19

(1) Wajib Bayar untuk jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dapat mengajukan keberatan secara tertulis atas penetapan jumJah Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang dalam Bahasa Indonesia kepada Instansi Pemerintah yang ditunjuk sebagaimana dimaksud daJam Pasal 6 ayat (1) dalamjangka waktll 3 (tiga) buJan sejak tanggal penetapan.

(2) Pcngajuan keberatan tidak menunda kewajiban mcmbayar Penerimaan Negara Sukan Pajak Yang Terutang dan pelaksanaan penagihan.

(3) Jnstansi Pcmerintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) melakukan peneJitian atas keberatan yang diajukan setelah surat keberatan diterima secara Jengkap.

(4) SeJambat-lambatnya dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan setclah surat keheratan diterima secara lengkap, Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengeluarkan penetapan atas kcberatan.

(5) Penetapan atas keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) merupakan penetapan yang bersifat final.

(6) Apabila jangka . waktu sebagaimana dimaksud daJam ayat (4) telah

lewat, da.n Instansi Pemerintah yang ditunjuk sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) tidak memberi suatu penetapan, keberatan yang diajukan

Wajib Bayar tersebut dianggap dikabulkan.

(13)

(7) Dalam hal keberatan ditolak dan ternyata masih terdapat kekurangan pembayaran terhadap jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang yang tercantuin dalam penetapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4).

Wajib Bayar wajib melakukan pembayaran atas kekurangan pembayarall ditambah sanksi berupa denda bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dari kekurangan tersebut untuk paling lama 24 (dua puluh em pat) bulan.

(8) Dalam hal keberatan dikabulkan dan ternyata terdapat kelebihan pembayaran jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang yang tercantum dalam penetapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), kelebihan pembayaran tersehut dikembalikan kepada Wajib Bayar paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal penetapan atas keberatan.

(9) Dalam hal pengembalian kelebihan pembayaran dilakukan melampaui batas waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), kelebihan pembayaran tersebut dikembalikan kepada Wajib Bayar dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk paling lama 24 (duapuluh em pat) bulan.

(IO)Ketentuan lebih lanjut mengenai pengajuan dan penyelesaian keberatan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BABVI

KETENTUAN PIDANA Pasal20

Wajib Bayar untuk jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak tertentu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal9 ayat (2), yang karena kepalannya:

(14)

a. tidak menyampaikan laporan Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Tcrutang; atau

b. menyampaikan laporan Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutangtetapi isinya tidak benaratau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak ibenar, atau tidak melampirkan keterangan yang benar,sehingga menimbulkan kerugian pada Negara, dipidana dcngan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahiin dan denda paling banyak sebesar 2 (dua) kali jU1l11ah Pencrimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang.

Pasal21

(I) Waj ib Bayar untuk jcnis Penerimaan Negara Bukan Pajak tertentu sebagaill1ana dimaksud dalall1 Pasal 9 ayat (2) yang terbukti dengan sengaja:

a. tidak membayar, tidak menyetor dan ata~ tidak melaporkanjumlah Pcnerimaan Ncgara Bukan Pajak Yang Terutang; atau

b. tidak memperlihatkan atau tidak Illelllilljamkan buiku, catatan atau dokumenlainllya pad a waktu pemeriksaan, atau melllperlihatkan buku, catatan atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukall seolah- olah bellar; atau

c. tidak mcnyampaikan laporan Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang; atau

d. ll1enyall1paikan laporan Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang

Terutangyang tidak benar atau tidak lengkap atau melall1pirkan

kcterangan yang tidak benar, atau tidak melampirkan keterangan

yang benar, sehingga menimbulkan kerlLlgian pada Negara, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda

(15)

paling Ibanyak 4 (empat) kali jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang terutang.

(2) Aneaman pi dana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dHipatkan 2 (dua) apabiJa Wajib Bayar melakukan lagi tindak pidana di bidang Penerimaan Negara Bukan Pajak sebelum lewat I (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalankan sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan.

BABVII KETENTUAN PERALlHAN

Pasal22

(I) Jenis dan tarip Penerimaan Negara Bukan Pajak yang telah diatllr dalam Undang-llndang sebelum berlakunya Undang-lIndana ini dinyatakan tetap berlaku.

(2) Penerimaan Negara Bukan Pajak yang diatllr dengan peraturan perundang-undangan di bawah Undang-undang masih tetap berlaku sebelum dilakllkan penyesuaian berdasarkan Undang-undang ini.

(3) Penyesuaian sebagaimana dimakslld dalam ayat (2) dilakukan selambat- lambatnya 5 (lima) tahun sejak Undang-undang ini berlaku.

BABVIII KETENTUANPENUTUP

Pasal23

Undang-undang ini mulai bedaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap

(16)

orang mengctahuinya, memcrintahkan pengulldangan Undang-undang ini dengan pencmpatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Diundangkan di Jakarta pada tanggal .

Disahkall di Jakarta pad a tanggal

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd,

SOEHARTO

MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ttd, MOERDIONO

LEMBARAN NEGARA REPUBUK INDONESIA TAHUN NOMOR ....

(17)

PENJELASAN ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG ~PUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN

TENTANG

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

UMUM

Sesuai dengan ketentuan Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, yang ditegaskan daJam penjelasan yang berbunyi "oleh karena penetapan belanja mengenai hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri, maka segala tindakan yang mcnempatkan beban kepada rakyat, seperti pajak dan lain-Iainnya, hams ditetapkan dengan undang-undang, yaitu dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat", maka di samping pajak berbagai penerimaan lain di luar perpajakan hams didasarkan pada undang-undang.

Dengan pesatnya perkembangan pembangunan nasional di berbagai

bidang, telah terdapat banyak bentuk-bentuk penerimaan negara yang

(18)

pengaturannya tidak tercakup di datam undang-undang di bidang perpajakan. Adapun penerimaan perpajakan meliputi penerimaan yang berasal dari Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Bea Masuk, Cukai, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Materai, Bea Balik Nama Tanall dan Bangunan dan penerimaan-penerimaan lainnya yang diatur dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. Selain dad pada itu terdapat penerimaan minyak dan gas bumi dalam jumlah yang cukup besar dan selalu mendapat perhatian khusus, sehingga secara historistelah dieatat pada pos tersendiri dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara: Dalam penerimaan initerkandung di dalamnya unsur royalti maupun pajak, namun karena unsur pajak lebih dominan maka keseluruhan penerimaan minyak dan gas bumi terse but diperlakukan sebagai penerimaan pajak. Dengan demikian pengertian Penerimaan Negara Bukan" Pajak yang dirumuskan dalam Undang-undang ini meneakup segal a penel'imaan pemerintah pusat di luar penerimaan- penerimaan tersebut.

Melihat padajenis.;.jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku, disadari bahwa banyak di antara bentuk-bentuk pcncrimaan negara di luar pajak tersebut belum didasarkan pada undang-undang. Ketentuan yang digunakan sebagai landasali. pengelolaan Penerimaan Ncgara Bukan Pajak meliputi bcrbagai ragam dengan tingkat kekuatan hukum yai1g berbeda, mulai dari Undang-undang,F'eraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan Keputusan Menteri. Banyak danbervariasinya ketentuan yang berlaku serta beragamnya bentuk pengaturan tclah mengakibatkan kekurangtertiban dan kerumitan dalam pengelolaan Penerimaan Ncgara Bukan Pajak. Oleh karena itu dipandang sudah saatnya untuk menyusun Undang-undang mengenai Penl?rimaan Negal'a BukanPajak.

Dengan berpegang teguh pad a prinsip kepastian hukum, keadilan dan

kesederhanaan, maka arah dan tujuan perumusan Undang-undang

Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah sebagai berikut:

(19)

a. menuju kemandirian bangsa dalam pembiayaan negara dan pembiayaan pembangunan melalui optimalisasi sumber-sumber Penerimaan Negara Bukan Pajak dan ketertiban administrasi

pengelo~aan Penerimaan Negara Bukan Pajak serta penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak ke Kas Negara;

b. lebih memberikan kepastian hllkllm dan keadilan bagi masyarakat dalam berpartisipasi dalam pembiayaan pembangunan sesuai dengan manfaat yang dinikmatinya dari kegiatan-kegiatan yang menghasilkan Peneriimaan Negara Bukan Pajak;

c. menunjang kebijaksanaan pemenntah dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan dan investasi di seluruh wilayah Indonesia;

d. menunjang kebijaksanaan pemerintah dalam memelihara ketertiban, perlindungan dan pelayanan lImum, serta pelestarian ekosistem, sumber daya alam dan Hngkungan hidup; dan

c. menunjang lIpaya terciptanya aparat pemerintah yang makin mampu dan makin bersih, penyederhanaan prosedur dan pemenllhan kewajiball, peningkatan tel1ib administrasi, serta peningkatan pengawasan termasuk pengawasan atas aparat pemerintah yang fiingsi dan tugasnya terkait dengan penetapan, pemunglltan dan penyetomnjumlah Pcnerimaan Negara Bllkan Pajak.

PASAL DEMI PASAL Pasall

CUkliP jelas

(20)

Pasa12 Ayat(J)

Hurufa

Jenis penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana pemerintah antara lain penerimaan jasa giro, Sisa Anggaran Pembangunan, dan Sisa Anggaran ... .

Hurufb

Jenis penerimaan pemanfaatan sumber daya alam antara lain royalti di bidang perikanan, royalti di bidang kehutanan dan royalti di bidang pertambangan.

Khllslls mengenai minyak dan gas bllmi sekaliplln sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 Tentang Perusahaan Perta.mbangan Minyak dan Gas Bumi Negara terdapat unsur royalti, namun karena lInslir pajak lebih dominan, maka berdasarkan Undang-undang ini royalti tersebut diperJak\llkan sebagai pajak.

Hurufc

Jenis penerimaan hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan antara lain dividen, bag ian laba pemerintah, dana pembangunan semesta, dan hasil penjualan saham pemerintah.

Hurufd

Jenis penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan

pemerintah antara lain peJayanan pendidikan, pelayanan

kesehatan, pelayanan pelatihan, pemberian hak paten, merek,

hak cipta, pember ian visa, dan paspor.

(21)

Hurufe

Jenis penerimaan berdasarkan putusan pengadilan antara lain Ielang barangrampasan negara dan denda.

Huruff

Cukupjelas Ayat (2)

Cukupjclas Ayat (3)

Cukupjclas Pasal3

Ayat (I)

Tarip atas jenis Pcnerimaan Negara Bukan Pajak perlu ditetapkan dengan pertimbangan.secermat l11ungkin, karena hal ini membebani masyarakat. Pertimbangan dampak pengenaan terhadap masyarakat dan kegiatan lIsahanya, dan beban biaya yang ditanggung pemerintah atas pcnyelenggaraan kegiatan pelayanannya, serta aspek keadilan dimaksudkan agar be ban yang wajib ditanggung masyarakat adalah wajar, memberikan kemungkinan perolchan keuntungan atau tidak menghambat kegiatan usaha yang dilakllkan masyarakat.

Ayat(2)

Cukup jelas

(22)

Pasal4

Cukupjelas Pasal5

CukupjeJas Pasal6

Ayat (I)

Penunjukan Instansi Pemerintah dalam hal ini sehubungan dengan keterkaitan antara Penerimaan Negara Bukan Pajak dengan pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan.

Ayat (2)

Cllkup jelas Ayat(3)

Yang dimaksud dengan peraturan penindang-undangan yang berlaku antara lain Peratllran Pemerintah Nomor 30 Tahlln 1980 Tentang Disiplin Pegawai Negeri dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

PasaI7 Ayat (1)

CUkllP jelas

(23)

Ayat (2)

Pasal8

Hal-hal yang diatur dengan Peraturan Pemerintah mencakup antara lain materi yang dilaporkan, dan waktu penyampaian rencana dan atau laporan realisasi.

Ayat (1)

Cukupjelas Ayat (2)

Hurufa

Kegiatan dalam hal ini an tara lain meliputi penelitian dan pengembangan teknologidi bidang pertanian dan pertambangan.

Hurufb

Kegiatan dalam hal ini antara lain melipllti pelayanan flll11ah sakit dan balai pengobatan.

Hurufc

Kegiatan dalam hal ini antaralain meliputi kegiatan perguruan tinggi dan balai latihankerja.

Hurufd

Kegiatan dalam hal ini antara laindalal11 rangka pel11binaan

dan pengawasan terhadap pelaks:anaanketentuan hukum.

(24)

Humfc

Kcgiatan dalam hal ini antara lain dalam rangka pemberian Hak Atas Kekayaan J ntelektllal.

Hllmff

Ayat (3)

Kegiatan dalam hal ini antara lain meliputi llsaha pelestarian sumber daya kehutanan dan perikan:m.

Cukupjelas Pasal9

Ayat (1)

Sistcm pemungutan Penerimaan Negara Bukan Pajak meh1punyai

ciri dan corak tersendiri dan dapat dibagi dalam dua kelompok

sehubungan dengan Penentuan jumlah Penerimaan Negara Bukan

Pajak Yang Terutang yaitl! ditetapkan olch Instansi Pemerintah atau

dihitung sendiri oleh Wajib Bayar. Untukjenis Penerimaan Negara

Bukan Pajak yang menjadi terlltang sebelum Wajib Sayar menerima

manfaat atas kegiatan pemerintah, seperti pemberian hak paten dan

pelayanan pendidikan, maka penentuan jumlah Penerimaan Negara

Bukan Pajak Yang Terutang dalam hal ini ditetapkan oleh Instansi

Pemerintah. Namun, dalam hal Wajib Bayar menjadi terutang

setelah menerima manfaat, seperti pemanfaatan sumber daya

alam, maka penentuan jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak

Yang Temtangnya dapat dipereayakan kepada Wajib Bayar yang

bersangkutan untuk menghitung sendiri dalam rangka membayar

dan melaporkan sendiri (self assessment).

(25)

Ayat(2)

Cukupjelas Pasal 10

Ayat (I)

Terhadap Wajib Bayar untuk jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak tertentu sebagaim~Ula dimaksud dalam Pasal9 ayat (2) dapat dilakukan koreksi dalam bentuk penetapan oleh Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) yang berkaitan dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang bersangkutan, untuk mendapatkan jumlah yang tepat dan benar. Hak untuk mcngeluarkan penetapan ini diberikan kepada Instansi Pemerintah yang bersangkutan dengan batas waktu tertentu guna memberikan kepastian hukum mengenai Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang yang dapat ditagih.

Ayat(2)

Dalam hal terdapat indikasi bahwa Wajib Bayar melakukan tindak pidana dibidang Penerimaan Negara Bukan Pajak, Instansi Pemerintah tetap dapat menetapkan jurillah Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang terhadap Wajib Bayar yang bersangkutan dengan tidak mempertimbangkan masa daluwarsa.

Pasal II Ayat(l)

Cukupjelas Ayat(2)

Cukupjelas

(26)

Pasal 12

Hal-hal yang diatur dengan Peraturan Pemerintah ini antara lain penetapan saat terutang, waktu pembayaran, kegiatan Instansi Pemerintah dalam menagih dan atau memungut serta menyetor.

Pasal 13 Ayat (1)

Cukupjelas Ayat (2)

Cukupjelas Ayat (3)

Cukupjelas Pasal ]4

Ayat (1)

Pemeriksaan dalam hal ini terbatas hanya terhadap masalah yang berkaitandengan Penerimaan Negara Bukan Pajak.Yang dimaksud dengan Instansi yang berwenang dalam hal ini adalah Badan Pcngawasan Keuangan dan Pembangunan.

Ayat (2)

Apabila berdasarkan pemantauan Menteri terhadap rencana dan

laporan realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak terdapat kcraguan

yang membutuhkan keterangan lebih lanjut, maka diperlukan

pemeriksaan.

(27)

Ayat (3)

Cukupjelas Ayat(4)

Catatan, dokumen dan keterangan-keterangan tambahan sangat dibutuhkan untuk mendapatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang yang benar dan tepat sehingga tidak terjadi kerugian pada Wajib Bayar maupun pemerintah.

Ayat(5)

Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 30 Talmn ) 980 tentang Disiplin Pegawai Negert

Ayat(6)

Cukupjelas PasallS

Ayat(l)

Yang dimaksud dengan pihak lain dalam pasal ini antara lain· bank, akuntan pubJik, notaris.

Ayat (2)

Cukupjelas

(28)

Pasal 16 Ayat (1)

Cukup jelas Ayat(2)

Dalam hal Int Instansi Pemerintah menetapkan jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang berdasarkan hasil pemeriksaan.

Pasal 17 Ayat (J)

Denda dikenakan mulai saat Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang jatuh tempo, dan bagian dari bulan dihitung satu bulan. Pengenaan denda dilakllkan tidlak boiell kurang dari jangka waktu mulai berlakunya denda tersebllt sampai dengan Wajib Bayar melakukan pelunasan kekurangan Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang, tetapi tidak Icbih lama dari 24 (dua puluh cmpat) bulan.

Ayat (2)

Cukupjelas Ayat (3)

Cukupjelas Pasal 18

Cukupjelas

(29)

Pasal19 Ayat (\)

Apabila ternyata terdapat perbedaan jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang antara yang dihitung oleh Wajib Bayar dan penetapan Instansi Pemerintah berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang, maka terhadap penetapan Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang tersebut, dapat diajukan keberatan oleh Wajib Bayar.

Ayat(2)

CUkupjelas Ayat(3)

CUkupjelas Ayat(4)

CukupjeJas Ayat (5)

Penetapan atas keberatan yang bersifat final artinya penetapan

terse but merupakan keputusan administratif yang terakhir dari

Pejabat Tata Usaha Negara. Dengan demikian, apabiJa Wajib Bayar

merasa kepentingannya dirugikan atas penetapan tersebut, yang

bersangkutan dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tinggi Tata

Usaha Negara.

(30)

Ayat (6)

Cukupjelas Ayat (7)

Cukup jelas Ayat (8)

Cukupjelas Ayat (9)

Cukupjelas Ayat (10)

Hal-hal yang diatur dalam Peraturan Pemenntah ini antara lain tata cara pengajuan k,eberatan seperti waktu pengajuan keberatan, alasan-alasan pengajuan keberatan.

Pasal20

Cukupjelas Pasal21

Ayat (I) CukupjeJas Ayat(2)

Untuk mencegah terjadinya pengulangan tindak JPidana di bidang

(31)

Penerimaan Negara Bukan Pajak, maka bagi pelaku· pengulangan tindak pidana tersebut dikenakan pidana yang lebih be rat.

Pasal22 Ayat (1)

Cukupjelas Ayat (2)

Cukupjelas Ayat (3)

. .

".'

Ketentuan jangka waktu 5 (lima) tahun dimaksudkan agar Instansi Pemerintah mempuayai cukup waktu untuk melakukan penyesuaian.

Pasal23

Cukupjelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ... .

(32)

' f · " : 't ( , ,; ,~ : ,~~t t \ "

t

,~"

. . . . r.ariiJmmtaJlJBRBl{,1mJJmuuriiUJJ»T7

lIl!E~

Referensi

Dokumen terkait

Partisipan pertama menilai bahwa meskipun saat ini keadaan sebagai ayah tunggal tidak ideal bagi dirinya untuk menjalankan pengasuhan, akan tetapi dengan adanya pengalaman

Kerjasama yang telah terjalin baik antara DP4KB Kota Magelang dengan Pesantren Tidar dan tawaran kerjasama dengan FKIP Untidar tentu menjadi sebuah pertimbangan yang sangat kuat dan

Secara keseluruhan, proses atau langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan kedua hampir sama seperti langkah-langkah yang dilakukan pada pertemuan pertama. Yang

Dengan memperhatikan permasalahan yang terjadi maka ditentukan tujuan penelitian yaitu mengetahui tool life (batas umur) dari alat potong yang digunakan pada mesin

Informasi mengenai waktu tanam yang tepat belum dijadikan acuan bagi petani cabai rawit merah yang tidak menjalin kemitraan di Desa Cigedug agar dapat menjual hasil

Konsumsi bahan bakar spesifik sebagai fungsi putaran poros, koil tegangan tinggi lebih boros 1,7 % pada putaran rendah 1000 rpm sampai putaran 1250 rpm, tapi pada putaran tinggi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia dengan kualitas hidup kurang (62,4%), fungsi keluarga kurang (72%), dukungan sosial keluarga rendah (54,4%) dan

a) Mengidentifikasi distribusi frekuensi pelaksanaan discharge planning pada perawat di ruang rawat inap RSUD Jambak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017.