• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALIS PERHITUNGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERHADAP PAJAK TERUTANG PADA PT. BINTANG UTAMA SENTOSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALIS PERHITUNGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERHADAP PAJAK TERUTANG PADA PT. BINTANG UTAMA SENTOSA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALIS PERHITUNGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERHADAP PAJAK TERUTANG PADA PT.

BINTANG UTAMA SENTOSA Jihan Oktaviani

Department of Accounting jihan@stiemp.ac.id

Suharjono

Department of Accounting suharjono@stiempa.c.id Andi Muhammad Sadli Department of Management

ams@stiemp.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kesalahan penginputan pajak pertambahan nilai dan kesalahan perhitungan pajak penghasilan pasal 21 berpengaruh terhadap pajak terutang pada PT. Bintang Utama Sentosa. Penelitian dilakukan di PT. Bintang Utama Sentosa yang beralamat di JL. WR Supratman No.06, Cimuning dengan waktu penelitian dilakukan mulai bulan Juni sampai Agustus tahun 2021. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan mengenai pembayaran pajak dalam perusahaan. Teknis pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah metode kuantitatif dan deskriptif.

Penelitian ini menunjukkan hutang pajak pertambahan nilai dapat berpengaruh terhadap pajak terutang yakni hutang pajak pertambahan nilai pada tahun 2019 adalah sebesar 2.028.660,00, sedangkan perhitungan pajak penghasilan pasal 21 juga dapat berpengaruh pada pajak terutang yakni pada tahun 2019 pihak pajak perusahaan harus membayarkan sebesar 4.602.266,72.

Kata kunci : PPN, PPh Pasal 21, dan Pajak Terutang

(2)

AN ANALYSIS OF CALCULATION OF VALUE ADDED TAX AND INCOME TAX ARTICLE 21 ON TAX PAYABLE AT PT. BINTANG

UTAMA ABSTRACT

This study aims to determine whether the error in inputting value added tax and calculating income tax article 21 has an effect on the tax payable at PT. Bintang Utama Sentosa. This research was conducted at PT. Bintang Utama Sentosa having its address at JL. WR Supratman No.06, Cimuning with the time of the study being conducted from June to August 2021. The source of the data used in this study was taken from financial reports regarding tax payments within the company. Technical data collection through observation, interviews, and documentation. Data analysis methods used are quantitative and descriptive methods.

This research result are the value added tax payable can affect the tax payable, namely the value added tax payable in 2019 amounting to 2,028,660.00, while the calculation of the income tax article 21 can also affect the tax payable, namely in 2019 the company must paid 4,602,266.72.

Keywords: VAT, PPh Article 21, and Taxes Payable

(3)

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Tidak semua Wajib Pajak mengetahui dan memahami peraturan serta ketentuan perpajakan yang berlaku di Indonesia, banyaknya peraturan serta ketentuan perpajakan yang sering berubah-ubah sehingga didalam Self Assesment System cenderung terjadi kesalahan. Kesalahan yang mungkin terjadi pada Self Assesment System adalah terjadinya salah perhitungan pajak terutang, terlambat dalam melakukan penyetoran pajak, serta terlambat dalam melaporkan pajak. Kesalahan yang terjadi dapat menyebabkan perusahaan berstatus lebih/kurang bayar pada pajak terutang dan harus melakukan pembetulan pada pajak yang telah dilaporkan.

PT. Bintang Utama Sentosa merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, PT. Bintang Utama Sentosa dilakukan oleh bagian keuangan dengan dibantu oleh konsultan pajak. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa PT. Bintang Utama Sentosa diduga melakukan kesalahan dalam penginputan maupun perhitungan dalam Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan dan menimbulkan pajak lebih bayar/kurang bayar. Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut di PT. Bintang Utama Sentosa dengan judul “ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERHADAP PAJAK TERUTANG PADA PT.

BINTANG UTAMA SENTOSA”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada bagian permasalahan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana perhitungan Pajak Pertambahan Nilai dalam mempengaruhi

(4)

PPN terutang pada PT. Bintang Utama Sentosa?

b. Bagaimana perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 dalam mempengaruhi PPh 21 terutang pada PT. Bintang Utama Sentosa?

c. Bagaimana hambatan atas perhitungan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PT. Bintang Utama Sentosa?

d. Bagaimana solusi atas hambatan perhitungan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada PT. Bintang Utama Sentosa?

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi

Menurut Soemarso S.R, “Akuntansi adalah suatu ilmu disiplin yang menyediakan informasi penting, sehingga memungkinkan adanya pelaksanaan dan penilaian jalannya perusahaan secara efisien.”

B. Pengertian Pajak

Menurut Soemitro (1990) dalam buku Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, “Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan Undang- Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbale (kontrapretasi), yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

C. Tarif Pajak

Tarif pajak dipergunakan untuk menghitung besarnya pajak yang terutang diperlukan dua usur, yaitu tarif pajak dan dasar pengenaan pajak. Tarif pajak dapat berupa angka atau presentase tertentu. Jenis tarif pajak dapat dibedakan menjadi tarif tetap, tarif proporsional (sebanding), tarif progresif (meningkat), tarif degresif (menurun).

D. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas penyerahan BKP (Barang Kena Pajak) atau JKP (Jasa Kena Pajak) yang dilakukan oleh PKP (Pengusaha Kena Pajak) di dalam daerah pabean atau impor BKP.

Apabila dalam penyerahan dan/atau impor BKP yang tergolong mewah, maka

(5)

atas penyerahan BKP yang tergolong mewah tersebut disamping dikenakan PPN juga dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

Dasar pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah Undang-Undang Republik Indonesia No.8 tahum 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 11 Tahun 1994 dan Undang-Undang No.18 Tahun 2000, terakhir merupakan perubahan ketiga dengan Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai.

a. Faktur Pajak

Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP). Pengusaha Kena Pajak wajib membuat faktur pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, eskpor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak.

b. Pajak Masukan dan Pajak Keluaran a. Pajak Masukan

Pajak masukan PPN pajak yang telah dipungut oleh PKP pada saat pembelian barang/jasa kena pajak dalam masa pajak tertentu. Pajak masukan dijadikan kredit pajak oleh pengusaha kena pajak untuk memperhitungkan sisa pajak terutang.

b. Pajak Keluaran

Pajak keluaran dalam PPN adalah pajak terutang yang wajib dipungut oleh pengusaha kena pajak, penyerahan jasa kena pajak, ekspor barang kena pajak tidak berwujud/ekspor jasa kena pajak.

E. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Pajak penghasilan pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi.

a. Tarif Pemotongan PPh Pasal 21

(6)

Tarif yang dipakai menurut Pasal 17 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan, yaitu:

Penghasilan Kena Pajak TariF Pajak Sampai dengan Rp50.000.000,00 sebesar 5%

Diatas Rp50.000.000,00 s.d. Rp250.000.000,00 sebesar 15%

Diatas Rp250.000.000,00 s.d. Rp500.000.000,00 sebesar 25%

Diatas Rp500.000.000,00 sebesar 30%

b. Metode Perhitungan PPh Pasal 21

1. Nett, merupakan metode pemotongan pajak dimana perusahaan menanggung pajak karyawannya.

2. Gross, merupakan metode pemotongan pajak dimana karyawannya menanggung sendiri jumlah pajak penghasilannya.

3. Gross Up, sebuah potongan pajak di mana perusahaan memberikan tunjangan pajak yang mana jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yang dipotong dari karyawan. Sebuah perusahaan yang menggunakan metode gross up, biasanya perusahaan memberikan tunjangan pajak kepada karyawan setiap bulannya sesuai dengan jumlah PPh yang dipotong dari gaji.

F. Pajak Terutang

Hukum pajak Indonesia mengenal istilah pajak terutang. Istilah ini mengacu pada pajak yang harus dibayarkan pada saat tertentu dalam masa pajak, tahun pajak, atau bagian tahun, sesuai ketentuan dalam undang-undang. Sedangkan, PPh terutang adalah pajak terutang yang dihitung dari Penghasilan Kena Pajak.

G. PENELITI TERDAHULU

Menurut Christye Novella dan Tjhai Fung Njit (2017) dengan judul

“Analisis Perhitungan Penyetoran Pelaporan dan Pencatatan PPh Pasal 21 dan PPN PT. X” mengambil kesimpulan

1. Mekanisme perhitungan PPh Pasal 21 yang dilakukan PT X menggunakan metode perhitungan basic dan PPhPasal 21 terutang ditanggung oleh perusahaan. Mekanisme Penyetoran PPh Pasal 21 PT X selama tahun 2015

(7)

melalui Bank Mandiri dan BNI, paling lambat penyetoran tanggal 10 bulan berikutnya. Mekanisme pelaporan PPh Pasal 21 PT X selama tahun 2015 dilakukan di KPP Tangerang Timur, paling lambat pelaporan tanggal 20 bulan berikutnya. Mekanisme pencatatan PPh Pasal 21 sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2. Kesesuaian perhitungan PPh Pasal 21 dengan PER-32/PJ/2015 sudah sesuai.

Kesesuaian penyetoran PPh Pasal 21 masih belum sesuai dengan PER32/PJ/2015 karena keterbatasan dana. Kesesuaian pelaporan PPh Pasal 21 dengan PER-32/PJ/2015 masih belum sesuai disebabkan human error.

Menurut Juventus Sianturi (2016) dengan judul “Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai Kepada Pengusaha Kena Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Padang” mengambil kesimpulan

1. Mekanisme Restitusi PPN kepada Pengusaha Kena Pajak Pada KPP

Pratama Padang satu dan KPP Pratama Padang Dua masih belum terlaksana secara effektif. Hal tersebut terbukti dari adanya Pengusaha Kena Pajak (Wajib Pajak) yang tidak mengetahui mengenai mekanime Restitusi ini dan juga adanya Wajib Pajak yang mengakui kesulitan dan tidak efektifnya mekanisme Restitusi ini.

Menurut Nika Handayani (2015) dengan judul “Analisis Pajak Penghasilan Penghasilan Karyawan Pada PT Mangkujenang Harmoni Sinergy Samarinda”

mengambil kesimpulan

1. Dari hasil pembahasan dapat diketahui perhitungan dan pemotongan PPh 21 dan besarnya pajak yang harus disetor ke kas negara oleh PT Mangkujenang Harmoni Sinergy Samarinda untuk tahun 2015 pada bulan Januari s/d bulan Juni sebesar Rp. 507.395,- . Sedangkan perhitungan dan pemotongan PPh 21 yang dipotong/dipungut berdasarkan analisis pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 sebesar Rp. 507.395,- . Dari jumlah karyawan 81 orang yang terkena PPh pasal 21 sebanyak 28 orang saja.

2. Perhitungan dan Pemotongan PPh 21 terhadap gaji karyawan PT Mangkujenang Harmoni Sinergy Samarinda sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku yaitu UndangUndang Nomor 36 Tahun 2008. Dengan

(8)

demikian hipotesis diterima. 3. Undang-Undang PPh 21 Nomor 36 Tahun 2008 yang mulai diberlakukan pada Tanggal 1 Januari 2013, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015.

2.2 HIPOTESIS

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menarik kesimpulan sementara adalah sebagai berikut:

1. Diduga terdapat kekeliruan perhitungan Pajak Pertambahan Nilai yang dapat mempengaruhi PPN terutang pada PT. Bintang Utama Sentosa.

2. Diduga terdapat kekeliruan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dapat mempengaruhi PPh 21 terutang pada PT. Bintang Utama Sentosa.

3. Diduga terdapat hambatan atas perhitungan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal pada PT Bintang Utama Sentosa.

4. Diduga terdapat solusi terhadap hambatan atas perhitungan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PT Bintang Utama Sentosa.

III. Metode Penelitian

3.1 POPULASI DAN SAMPEL

Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah data laporan perpajakan khususnya pada laporan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 21 PT. Bintang Utama Sentosa. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah faktur pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai dan daftar gaji karyawan untuk Pajak Penghasilan pasal 21.

3.2 METODE ANALISIS DATA a. Analisis Kuantitatif

Analisis data ini merupakan analisis data dari yang dinyatakan dalam bentuk angka yang berhubungan dengan penelitian.

b. Analisis Deskriptif

Dengan mengumpulkan data dan informasi yang dapat menggambarkan keadaan objek penelitian secara seksama dan menyederhanakannya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

(9)

1. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menunjukan bahwa PT.

Bintang Utama Sentosa telah melakukan perhitungan pajak sesuai dengan tarif Undang-Undang No.42 Tahun 2009 yang berlaku, yaitu sebesar 10% atas penjualan ataupun penyerahan Barang Kena Pajak (BKP). Akan tetapi, ditemukan kekeliruan perhitungan laporan pajak pada bulan Mei yaitu PPN terutang dengan status kurang bayar sebesar 4.500,- pada bulan Juli yaitu PPN terutang dengan status kurang bayar sebesar 2.023.476,- pada bulan Agustus yaitu PPN terutang dengan status kurang bayar sebesar 331,- dan juga PPN terutang dengan status kurang bayar pada bulan Oktober sebesar 353.

Hal ini menyebabkan timbulnya pajak terutang yang seharusnya dikoreksi dan dilakukan pembetulan dan penambahan laporan pajak pada bulan berikutnya atau membebankan pada bulan berikutnya. Akan tetapi perusahaan tidak melakukan dan tetap dibiarkan sampai habis periode 1 tahun. Seharusnya perusahaan membebankan pajak terutang bulan Mei pada bulan Juni yaitu dengan perhitungan (pajak terutang + pajak masa berjalan) = (4.500 + 157.632.769) = 157.637.269. Dan begitu juga dengan kesalahan di bulan Juli, Agustus, dan Oktober.

Kesalahan yang menimbulkan kurang bayar dalam pajak terutang disebabkan oleh PT. Bintang Utama Sentosa telah salah memasukan harga satuan jual pada Faktur Pajak Keluaran dan perusahaan hanya melakukan pembetulan terhadap faktur pajak namun tidak melakukan pembetulan terhadap laporan SPT Masa PPN.

Akibat dari kesalahan tersebut, perusahaan dapat saja dianggap telah menyelewengkan pajak perusahaan atas BKP. Hal ini juga dapat menimbulkan kerugian tentunya bagi pihak negara dan juga perusahaan dikarenakan harus membayar denda keterlambatan pembayaran pajak.

2. Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 menunjukan bahwa jumlah PPh Pasal 21 yang harus dibayarkan oleh perusahaan sebesar 58.487.312,44 sedangkan hasil dari perhitungan menurut peneliti jumlah PPh Pasal 21 yang

(10)

harus dibayarkan oleh perusahaan sebesar 63.089.579,22. Dari PPh Pasal 21 yang harus dibayarkan maka terdapat jumlah selisih PPh terutang dengan status kurang bayar sebesar 4.602.266,78.

Perbedaan perhitungan tersebut dapat terjadi karena dalam perhitungan PPh pasal 21 perusahaan tersebut pada karyawan atas nama Tri terdapat kesalahan dalam perhitungan status karyawan yang seharusnya K/3 namun perusahaan melakukan perhitungan status karyawan dengan K/2, pada karyawan atas nama Sri perusahaan tidak mencantumkan tunjangan lain-lain yaitu tunjangan uang makan, tunjangan hari raya, dan bonus akhir tahun sebesar 28.000.000,00. Pada karyawan atas nama Rohim perusahaan tidak mencantumkan tunjangan lain- lain yaitu tunjangan uang makan, tunjangan hari hari, dan bonus akhir tahun sebesar 21.399.466.05, dan pada karyawan atas nama Sari perusahaan tidak mencantumkan bonus akhir tahun sebesar 1.279.834,50.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

1. Setelah melakukan penelitian atas perhitungan Pajak Pertambahan Nilai pada tahun 2019 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kekeliruan pajak terutang ppn yakni pajak terutang ppn menurut perusahaan sebesar 1.766.508.021 sedangkan menurut penelitian pajak terutang ppn sebesar 1.768.536.681 dan selisihnya sebesar 2.028.660 dengan status kurang bayar.

2. Setelah melakukan penelitian atas perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada tahun 2019 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kekeliruan pajak terutang PPh 21 yakni pajak terutang pph 21 menurut perusahaan pada tahun 2019 sebesar 58.487.312,44 sedangkan menurut penelitian pajak terutang pph 21 sebesar 63.089.579,22 dan selisihnya sebesar 4.602.266,72 dengan status kurang bayar.

3. Setelah melakukan penelitian atas perhitungan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 21, terdapat hambatan atas perhitungan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PT. Bintang Utama Sentosa. Hambatan tersebut yakni dalam perhitungan Pajak Pertambahan Nilai dikarenakan PT. Bintang Utama Sentosa salah memasukan harga jual pada

(11)

faktur pajak keluaran sehingga menyebabkan status kurang bayar pada pajak terutang dan PT. Bintang Utama Sentosa yang seharusnya dapat mengkoreksi dan melakukan pembetulan serta penambahan laporan pajak pada bulan berikutnya namun perusahaan tidak melakukannya. Sedangkan hambatan perhitungan pph pasal 21 dikarenakan adanya tunjangan yang belum dimasukan oleh perusahaan yakni tunjangan uang makan, tunjangan hari raya, bonus akhir tahun serta perusahaan salah dalam penginputan status karyawannya.

4. Setelah melakukan penelitian dan menemukan beberapa kekeliruan terhadap perhitungan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 21, untuk jumlah PPN terutang dengan status kurang bayar sebesar Rp2.028.660 perusahaan dapat melakukan pembetulan per SPT Masa PPN dengan terlebih dahulu membayarkannya sesuai dengan jumlah kurang bayar per SPT Masa PPN yang keliru kemudian melakukan pelaporan masing-masing SPT Masa PPN dengan kode pembetulan 01. Untuk jumlah PPh 21 terutang dengan status kurang bayar sebesar Rp4.602.266,72 perusahaan dapat melakukan pembetulan SPT Tahunan dengan terlebih dahulu membayarkannya sesuai dengan jumlah kurang bayar kemudian melakukan pelaporan SPT Tahunan dengan kode pembetulan 01.

2. Saran

1. Bagi PT. Bintang Utama Sentosa, sistem perpajakan yang ada sudah baik dalam hal ketepatan waktu pelaporan SPT Masa maupun Tahunan, hanya diperlukan ketelitian yang lebih dalam untuk penginputan Pajak Pertambahan Nilai serta Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 agar tidak terjadi kesalahan dan pembetulan yang berulang kali untuk mengefisiensi waktu dan dapat mempertahankan serta meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan agar terhindar dari pelanggaran-pelanggaran dalam perpajakan dan selalu mengamati serta mengupdate peraturan terbaru terkait perpajakan di dalam perusahaan.

2. Bagi mahasiswa ataupun peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan topik pembahasan yang sama, disarankan untuk meninjau

(12)

dari aspek yang berbeda seperti peraturan terbaru untuk perpajakan terhadap perusahaan dan sistem perpajakan yang masih menjadi perbincangan.

DAFTAR PUSTAKA

Wardoyo, Teguh Hadi dan Amin Subiyakto. 2016. Pengantar Perpajakan Indonesia. Jakarta:Taxys Publishing.

Soemitro, Rochmat. 1990. Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan.

Bandung:PT Eresco.

Sukardi, Untung. 2015. Pajak Pertambahan Nilai. Jakarta:Rajawali Pers.

Aikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Yogyakarta:PT Rineka Cipta.

Undang-undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

Mardiasmo, 2011, Perpajakan, Edisi Revisi, Yogyakarta.

Siti Resmi, 2011, Perpajakan Teori dan Kasus, Jakarta : Salemba Empat.

Agus Suharsono, 2015, Ketentuan Umu Perpajakan, Jakarta : Graha Ilmu.

Waluyo, 2009, Akuntansi Pajak, Jakarta, Salemba Empat.

Rimsky K. Judisseno. 1997 Perpajakan. Edisi Revisi, Cetakan Kedua. Jakarta:

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Undang-Undang Pajak Republik Indonesia No. 9, 10, 11, dan 12 Tahun 1994, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No 17, 18, 19, dan 20 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah, serta Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

Sophar Lumbantoruan. 1996. Akuntansi Pajak. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

(13)

Bambang Kesit. 2001. Pajak Penghasilan: Teknik Rekonsiliasi Fiskal. Edisi 2.

Yogyakarta: Penerbit Ekonesia.

Tunas Hariyulianto. 1996. Pajak Penghasilan Indonesia. Jakarta: CV. Eko Jaya.

R. Santoso Brotodiharjo. 1993. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Edisi 3. Bandung:

Penerbit Eresco.

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Brotodiharjo R., Santosa. 1989. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung: PT.

Eresco.

Kementrian Sekretariat Negara. 2007. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Munawir, S., 1992. Perpajakan. Yogyakarta: Liberty.

Mardiasmo, 1997. Perpajakan. Edisi Kelima. Cetakan Pertama. Yogyakarta:

Penerbit ANDI.

Referensi

Dokumen terkait

Siswa 3 : “Ya keluar kelas cari temen, kalau pas pelajaran ya ngobrol sama temen.” Peneliti : “Kalau di suruh ngerjain latihan soal itu kamu lebih suka sendiri atau

$GDSXQ NHJLDWDQ \DQJ GLODNXNDQ ROHK /DE 6RVLRORJL VDODK VDWXQ\D DGDODK GHQJDQ PHODNXNDQ SHQHOLWLDQ GDQ SHQGDPSLQJDQ 2XWSXW GDUL NHJLDWDQ /DE 6RV WHUVHEXW DGDODK PHPIDVLOLWDVL

pencatatan sesuai GAAP terkait dengan isu penting dalam audit, serta materi lain yang dibahas (komunikasi tertulis) antara auditor dan manajemen.. 5) Laporan keuangan

perasaan dan pemikiran siswa dikarenakan siswanya juga yang masih tertutup. Hasil observasi pelaksanaan pertemuan kedua siklus I peneliti mendapatkan total skor 39 dengan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit bawang merah dapat digunakan sebagai indikator asam-basa dengan perubahan warna dari merah

Selain itu nelayan Pambang Pesisir sangat kesulitan dalam memasarkan hasil tangkapannya karena belum adaya pelabuhan perikanan. Tidak hanya itu nelayan juga terikat

Berdasarkan hasil pengujian Alpha yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa aplikasi sudah berjalan cukup maksimal, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat terjadi

Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berpikir kreatif dan bertindak