• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan fungsi Bank - Pengaruh Kepuasan, Kepercayaan dan Relationship Value terhadap Komitmen Nasabah PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Cabang USU Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan fungsi Bank - Pengaruh Kepuasan, Kepercayaan dan Relationship Value terhadap Komitmen Nasabah PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Cabang USU Medan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan fungsi Bank

Menurut (Manurung 2004:118) bank adalah lembaga keuangan yang

menghimpun dana deposit dan memberikan kredit pinjaman. Sementara menurut

Undang-Undang Perbankan Indonesia pasal 1 ayat 1, Bank adalah badan usaha

yang menghimpin dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak.

Bank sebenarnya hanya terdiri atas dua yaitu bank sentral dan bank

komersial. Bank komersial beroperasi dengan tujuan memperoleh laba sedangkan

bank sentral adalah bank pemerintah yang tujuan utamanya mengatur jumlah uang

yang beredar dalam rangka menjaga stabilitas perekonomian makro (Manurung,

2004:118).

Secara umum fungsi utama bank (Triandaru dan Budi Santoso, 2008:9)

adalah:

a. Agen of trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik

dalam penghimpunan dana maupin penyaluran dana. Masyarakat akan

mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur

(2)

b. Agen of development

Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan

kegiatan investasi, distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa.

c. Agen of service

Disamping melakukan tugas penghimpunan dan penyaluran dana ,

bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada

masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan

kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Seperti pengiriman

uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan

penyelesaian tagihan.

2.2 Customer Relationship Management (CRM)

Menurut Handen (dalam Tjiptono, 2005:424) CRM “adalah proses

mendapatkan, mempertahankan, dan mengembangkan pelanggan yang

menguntungkan (profitable customer). CRM membutuhkan fokus yang jelas atas

atribut layanan yang bernilai tambah bagi para pelanggan dan menciptakan

loyalitas pelanggan. CRM terdiri atas lima elemen utama, yaitu strategi,

segmentasi, teknologi, proses, dan organisasi”.

Menurut Dwyer (1987) ada lima tahapan perkembangan hubungan,

antara lain : kesadaran, komitmen, penjajagan, akhir hubungan, dan peningkatan.

Tahap kesadaran (awareness) terjadi ketika masing-masing pihak saling

memerhatikan dan menimbang kemungkinan untuk menjalin kemitraan.

(3)

menyelidiki dan menguji kapasitas dan performa masing-masing. Pada masa ini

banyak konsumen yang melakukan trial purchasing atau membeli produk atau

jasa dalam jumlah terbatas untuk menguji kualitas atau layanannya. Tahap

penjajagan terdiri dari lima subproses, yakni : ketertarikan, komunikasi, dan

tawar-menawar, pengembangan dan pendayagunaan kekuatan, berkembangnya

norma-norma hubungan, serta berkembangnya harapan. Tahap ekspansi atau

peningkatan hubungan terjadi ketika kedua belah pihak merasakan adanya

ketergantungan. Disini semakin banyak terjadi transaksi dan mulai timbul

kepercayaan. Sementara itu, fase komitmen akan ditandai oleh meningkatnya

penyesuaian diri dan sikap saling memahami peranan dan tujuan masing-masing.

Berkembangnya kepercayaan merupakan investasi penting dalam membina

hubungan yang saling menguntungkan dalam jangka panjang.

Hal paling mendasar yang menjadi alasan perusahaan menjalin hubungan

yang baik dan berkesinambungan dengan pelanggannya adalah meraup

keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal itu jugalah yang menjadi alasan aplikasi

CRM. CRM dijalankan karena sistem ini dapat meningkatkan performa bisnis

perusahaan dengan cara meningkatkan kepuasan pelanggan dan pada gilirannya

menumbuhkan kesetiaan mereka. Kepuasan yang diharapkan oleh pelanggan akan

meningkat karena informasi yang mendalam tentang konsumen membuat

perusahaan lebih memahami mereka sehingga meningkatkan pula nilai konsumen

(4)

2.3 Kepuasan

Kepuasan merupakan tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan hasil

perbandingan atas kinerja produk/jasa yang diterima dan diharapkan (Kotler,

1997). Seiring dengan perkembangannya, untuk menang dalam persaingan,

perusahaan sangat menyadari betapa pentingnya faktor kepuasan

pelanggan/konsumen. Saat ini kepuasan nasabah menjadi fokus perhatian oleh

hampir semua pihak, baik pemerintah, pelaku bisnis, konsumen dan sebagainya.

Hal ini disebabkan semakin baiknya pemahaman mereka atas konsep kepuasan

nasabah sebagai strategi untuk memenangkan persaingan di dunia bisnis.

Kepuasan nasabah merupakan hal yang penting bagi penyelenggara jasa,

karena nasabah akan menyebarluaskan rasa puasnya kepada calon nasabah,

sehingga akan menaikkan reputasi pemberi jasa ( Didik Isnadi, 2005). Oleh

karena itu, mengukur tingkat kepuasan pelanggan adalah sangat penting meski hal

ini bukanlah pekerjaan yang mudah.

Dalam menentukan tingkat kepuasan pelanggan, terdapat 5 faktor yang

harus diperhatikan perusahaan yaitu (Rambat Lupyoadi, 2001)

1. Kualitas produk

Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan

(5)

2. Kualitas pelayanan

Pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang

baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan.

3. Emosional

Pelanggan akan meraa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang

lain akan kagum terhadap dia jika menggunakan produk dengan merek

tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang tinggi.

4. Harga

Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga

yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada

pelanggannya.

5. Biaya

Pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu

membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung

puas terhadap produk atau jasa itu.

Dapat dikatakan bahwa kepuasan konsumen merupakan kunci yang

penting untuk dapat mempertahankan konsumen, tanpa terciptanya kepuasan

konsumen perusahaan akan menghadapi kesulitan dalam bertahan ditengah

(6)

Menurut Kotler dalam mengukur kepuasan pelanggan terdapat empat

metode, yaitu :

1. Sistem keluhan dan saran, artinya setiap perusahaan yang berorientasi

pada pelanggan perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi

para pelanggannya untuk menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan

mereka. Media yang bisa digunakan meliputi kotak saran yang

diletakkan di tempat-tempat strategis, menyediakan kartu komentar,

menyediakan saluran telepon.

2. Survey kepuasan pelanggan, artinya kepuasan pelanggan dilakukan

dengan menggunakan metode survey, baik melalui pos, telepon,

maupun wawancara pribadi. Dengan melalui survei, perusahaan akan

memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari

pelanggan sekaligus juga memberikan tanda positif bahwa perusahaan

menaruh perhatian terhadap para pelanggannya. Pengukuran kepuasan

pelanggan melalui metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara,

diantaranya sebagai berikut :

a) Directly reported satisfaction, yaitu pengukuran dilakukan

secara langsung melalui pertanyaan, seperti sangat tidak

puas, tidak puas, netral, puas, dan sangat puas.

b) Derived dissatisfacatin, yaitu pertanyaan yang menyangkut

besarnya harapan pelanggan terhadap atribut.

c) Problem analysis, artinya pelanggan yang dijadikan

(7)

(i) masalah masalah yang mereka hadapi berkaitan

dengan penawaran dari perusahaan

(ii) saran-saran untuk melakukan perbaikan.

d) Importance-performance analysis artinya dalam teknik ini

responden dimintai untuk me-ranking berbagai elemen dari

penawaran berdasarkan pentingnya elemen.

3. Ghost shopping, artinya metode ini dilaksanakan dengan cara

mempekerjakan beberapa orang (Ghost shopper) untuk berperan atau

bersikap sebagai pelanggan/pembeli potensial produk perusahaan dan

pesaing. Kemudian Ghost shopper menyampaikan temuan-temuan

mengenai kekuatan dan kelemahan produk/jasa perusahaan dan

pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk/jasa

tersebut.

4. Lost customer analysis, artinya perusahaan menghubungi para

pelanggannya yang telah berhenti membeli atau yang telah beralih

pemasok dan diharapkan diperoleh informasi penyebab terjadinya hal

tersebut.

Untuk mengetahui harapan pelanggan, perusahaan dapat memperhatikan

pengalaman pembelian mereka sebelumnya, nasihat teman dan kolega, dan janji

serta informasi para pemasar dan pesaingnya. Konsep kepuasan atau

(8)

Sumber: John C. Mowen (1995), Consumer Behavior, Gambar 2.1

Konsep Kepuasan Pelanggan

Harus diakui rasa puas dan tidak puas pelanggan atas suatu produk akan

mempengaruhi pola perilaku mereka selanjutnya. Hal ini terlihat setelah mereka

memakai produk tersebut. Bila pelanggan merasa puas dengan suatu produk,

maka akan terlihat kemungkinan bahwa dia akan membeli produk yang sama dan

akan memberikan referensi yang baik akan produk itu terhadap orang lain.

Sebaliknya jika pelanggan merasa tidak puas, dia dapat mengembalikan bahkan

menggugat perusahaan yang memproduksi produk tersebut.

Kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan akan suatu produk/jasa sebagai

akhir dari proses penjualan memberikan dampak tersendiri kepada perilaku

(9)

pelanggan akan produk tersebut (Rambat Lupiyoadi, 2001). Hal ini dapat dilihat

dari reaksi pelanggan dalam mengekspresikan produk yang diperolehnya.

Kepuasan secara menyeluruh merupakan perasaan-perasaan nasabah dalam respon

untuk evaluasi dari satu atau lebih pengalaman konsumen dalam penggunaan

suatu produk. Dengan tercapainya tingkat kepuasan konsumen yang optimal maka

mendorong terciptanya loyalitas di benak nasabah yang merasa puas tadi

2.4 Kepercayaan

Kepercayaan konsumen adalah semua pengetahuan yang dimiliki

konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut

dan manfaatnya (Sunarto dalam Frieda Ellena, 2011). Menurut (Barnes, 2003 :

148), kepercayaan adalah keyakinan bahwa seseorang akan menemukan apa yang

diinginkan pada mitra pertukaran. Kepercayaan melibatkan kesediaan seseorang

untuk untuk bertingkah laku tertentu karena keyakinan bahwa mitranya akan

memberikan apa yang ia harapkan dan suatu harapan yang umumnya dimiliki

seseorang bahwa kata, janji atau pernyataan orang lain dapat dipercaya .

Keyakinan atau kepercayaan adalah suatu faktor penting yang dapat

mengatasi krisis dan kesulitan antara rekan bisnis selain itu juga merupakan asset

penting dalam mengembangkan hubungan jangka panjang antar organisasi. Suatu

organisasi harus mampu mengenali faktor-faktor yang dapat membentuk

kepercayaan tersebut agar dapat menciptakan, mengatur, memelihara,

menyokong, dan mempertinggi tingkat hubungan dengan pelanggan (Karsono,

2008). Kepercayaan merupakan suatu hal yang penting bagi sebuah komitmen

(10)

jasa tersebut dapat dipercaya dan juga mempunyai derajat integritas yang tinggi

(Karsono dalam frieda Ellena, 2011).

Dalam konteks Relationship Marketing, kepercayaan merupakan salah

satu dimensi dari Relationship Marketing untuk menentukan sejauh mana yang

dirasakan suatu pihak dan janji yang ditawarkan pihak lain. Kepercayaan dapat

diartikan dengan kepercayaan (belief) atau keyakinan (conviction) suatu pihak

terhadap pihak lain atau terhadap suatu hubungan (relationship)( Frieda ellena,

2011)

Menurut Barnes (2003:149) , beberapa elemen penting dari kepercayaan

adalah:

1. Kepercayaan merupakan perkembangan dari pengalaman dan tindakan

dimasa lalu

2. Watak yang diharapkan dari mitra seperti dapat dipercaya dan

diandalkan

3. Kepercayaan melibatkan kesediaan untuk menempatkan diri dalam

risiko

4. Kepercayaan melibatkan perasaan aman dan yakin pada mitra.

Pendekatan yang juga perlu dilakukan untuk membangun kepercayaan

dan hubungan adalah mendengarkan. Mendengarkan merupakan kunci

(11)

1. Pelanggan lebih cenderung mempercayai seseorang yang menunjukkan

rasa hormat dan apa yang dikatakannya.

2. Pelanggan cenderung lebih mempercayai perusahaan bila perusahaan

mendengarkan dan membantu masalah-masalahnya.

3. Semakin banyak pelanggan memberitahu maksutnya, semakin besar

rasa kepercayaannya.

Menurut Barnes (2003 : 149), beberapa elemen penting dari kepercayaan

adalah:

1. Kepercayaan merupakan perkembangan dari pengalaman dan tindakan

di masa lalu

2. Watak yang diharapkan dari mitra seperti dapat dipercaya dan dapat

diandalkan

3. Kepercayaan melibatkan kesediaan untuk menempatkan diri dalam

risiko

4. Kepercayaan melibatkan perasaan aman dan yakin pada diri mitra

Sudah selayaknya Faktor kepercayaan mendapat penanganan khusus

karena hal ini menjadi sesuatu yang sangat penting untuk membangun

hubungan yang baik dengan pelanggan. Kenyamanan pelanggan dan

kesediaannya untuk memakai produk yang ditawarkan memberi

pengertian bahwa suatu perusahaan itu dapat dipercaya.

Green (dalam Peppers and Rogers, 2004 : 73) menyatakan bahwa

(12)

1. Kredibilitas

Kredibilitas berarti bahwa karyawan jujur dan kata-katanya dapat

dipercaya.

2. Reliabilitas

Reliabilitas berarti sesuatu yang bersifat reliable atau dapat

diandalkan. Ini berarti berhubungan dengan kualitas

individu/organisasi.

3. Intimacy

Kata yang berhubungan adalah integritas yang berarti karyawan

memiliki kualitas sebagai karyawan yang memiliki prinsip moral yang

kuat. Integritas menunjukkan adanya internal konsistensi, ada

kesesuaian antara apa yang dikatakan dan dilakukan, ada konsistensi

antara pikiran dan tindakan. Selain itu integritas juga menunjukkan

adanya ketulusan.

Faktor-faktor berikut memberikan kontribusi bagi terbentuknya

kepercayaan (Peppers and Rogers, 2004 : 45):

1. Shared value

Nilai-nilai merupakan hal mendasar untuk mengembangkan

kepercayaan. Pihak-pihak dalam relationship yang memiliki

perilaku, tujuan, dan kebijakan yang sama akan mempengaruhi

kemampuan mengembangkan kepercayaan. Pihak-pihak yang

terlibat sulit untuk saling percaya apabila ide masing-masing pihak

(13)

2. Interdependence

Ketergantungan pada pihak lain mengimplikasikan kerentanan.

Untuk mengurangi risiko, pihak yang tidak percaya akan membina

relationship dengan pihak yang dapat dipercaya.

3. Quality communication

Komunikasi yang terbuka dan teratur, apakah formal atau informal,

dapat meluruskan harapan, memecahkan persoalan, dan meredakan

ketidakpastian dalam pertukaran. Komunikasi yang dilakukan

untuk menghasilkan kepercayaan harus dilakukan secara teratur

dan berkualitas tinggi; atau dengan kata lain, harus relevan, tepat

waktu, dan reliable. Komunikasi masa lalu yang positif akan

menimbulkan kepercayaan, dan pada gilirannya akan menjadi

komunikasi yang lebih baik.

4. Nonopportunistic behavior

Berperilaku secara opportunis adalah dasar bagi terbatasnya

pertukaran. Relationship jangka panjang yang didasarkan pada

kepercayaan memerlukan partisipasi semua pihak dan tindakan

yang meningkatkan keinginan untuk berbagi benefit dalam jangka

(14)

2.5 Relationship Value

a. Pemasaran Relasional

Pemasaran relasional menunjukkan hubungan antara perusahaan dengan

pelanggan terpilih terbangun dalam hubungan jangka panjang yang saling

menguntungkan. Leverin (2006) menyatakan bahwa Relation marketing is the

process of attracting, maintaining and enhancing relationship with the key people.

Berdasarkan pada pengertian di atas maka pemasaran relasional dapat dikatakan

memiliki makna, sebagai proses dalam menarik, memelihara dan meningkatkan

hubungan dengan orang-orang kunci atau yang memiliki pengaruh terhadap

perusahaan.

Pemasaran Relasional menekankan rekrutmen dan pemeliharaan

(mempertahankan) pelanggan melalui peningkatan hubungan pelanggan dengan

peningkatan (Rambat Lupyoadi, 2001). Fokus dalam Pemasaran Relasional akan

membangun hubungan yang berkelanjutan dengan konsumen dengan fokus

mempertahankan dan membangun hubungan dengan konsumen. Hal ini dapat

diartikan bahwa penciptaan relasi yang baik dengan konsumen akan memperbaiki

nilai pelayanan dengan konsumen dan mengantisipasi permasalahan yang

dihadapi oleh konsumen sehingga akan tercipta nilai pelanggan (Costumer value)

yang menciptakan komitmen konsumen untuk tetap memakai produk yang

dihasilkan suatu perusahaan. Konsep Costumer value memberikan gambaran

(15)

dan percaya bahwa mereka memperoleh manfaat dari suatu produk oleh karena

hubungan baik yang tercipta antara perusahaan dan nasabah.

Pengertian pemasaran relasional berkembang dari dasar pemikiran

pemasaran yang awalnya bersifat transaksional menjadi transaksi yang ditujukan

untuk tercipta dan terbinanya hubungan jangka panjang antara konsumen,

pemasok dan pemasar berlandaskan pada kepercayaan.

Pengembangan pemasaran relasional pada prinsipnya berkaitan dengan

keseluruhan proses untuk mengintegrasikan pelanggan kedalam proses rancangan

produk bukan saja cocok untuk kebutuhan pelanggan tetapi dapat juga cocok

dengan strategi – strategi dari perusahaan.

b. Nilai Hubungan (Relationship Value)

Baru-baru ini, peneliti mengarahkan perhatian mereka terhadap konsep

nilai pelanggan sebagai sebuah hal utama hubungan pemasaran. Pandangan

pertukaran pemasaran didasarkan pada konsep nilai. Pasar bursa terjadi karena

semua pihak yang terlibat berharap untuk lebih baik setelah pertukaran. Semakin

tinggi net-nilai yang diharapkan atau diterima, semakin kuat motivasi untuk

memulai dan mempertahankan suatu proses pertukaran masing-masing. Nilai

selalu menjadi "dasar fundamental untuk semua kegiatan pemasaran" (Holbrook

(16)

Dalam (Ulaga:2003) dikatakan :

While the literature contains a variety of definitions stressing different aspects of

the value concept, four recurring characteristics can be identified: (1) Customer

value is a subjective concept (Kortge and Okonkwo 1993), (2) it is

conceptualized as a trade-off between benefits and sacrifices (Zeithaml 1988),

(3) benefits and sacrifices can be multifacetted (Grisaffe and Kumar 1998), and

(4) value perceptions are relative to competition (Anderson and Narus 1999;

Gale 1994).

Dapat diartikan berbagai literatur tentang definisi menekankan aspek yang

berbeda dari konsep nilai, empat karakteristik dapat diidentifikasi yaitu :

1. Nilai Pelanggan adalah konsep yang subjektif

2. Nilai itu dikonseptualisasikan sebagai trade-off antara manfaat dan

pengorbanan

3. Manfaat dan pengorbanan dapat multifacetted

4. Persepsi nilai relatif terhadap persaingan.

Pada tingkat abstraksi tinggi, nilai pelanggan didefinisikan sebagai trade-off

antara manfaat ("apa yang Anda dapatkan") dan pengorbanan ("apa yang Anda

berikan") dalam pertukaran pasar (Zeithaml 1988 :14).

Anderson, Jain dan Chintagunta, (1993:5) Mendefinisikan nilai dalam

pasar bisnis sebagai "nilai yang dirasakan dalam satuan moneter dari himpunan

layanan ekonomi, teknis, dan manfaat sosial yang diterima oleh perusahaan

pelanggan dalam pertukaran untuk harga yang dibayarkan untuk penawaran

produk, dengan mempertimbangkan penawaran pemasok alternatif yang tersedia

(17)

mengidentifikasi dan mengkategorikan dimensi relasional dari konstruk nilai,

yaitu manfaat sosial dan layanan.

c. Dimensi Nilai Hubungan

Dalam bebrapa literatur jurnal disebutkan terdapat beberapa dimensi dari

nilai hubungan antara lain:

1. Manfaat Produk (Product benefits)

Di atas segalanya, produsen terlibat dalam hubungan dengan pemasok

industri mereka untuk produk sumber untuk proses transformasi

mereka. Oleh karena itu, penawaran produk pemasok merupakan inti

dari nilai hubungan (Homburg dan Rudolph 2001:17).

2. Manfaat layanan (Service benefits)

Di pasar bisnis yang paling, produsen mencari solusi lengkap daripada

produk belaka. Artinya konsumen juga akan membutuhkan layanan lain

selain produk yang mereka beli yang berkaitan dengan purna jual

produk itu. Terutama di pasar bisnis yang sangat kompetitif, komponen

layanan memainkan peran penting dalam membedakan penawaran

pemasok dan secara signifikan mempengaruhi persepsi nilai pelanggan .

3. Mengetahui Manfaat (Know how benefits).

Hubungan pembeli-pemasok merupakan sumber keunggulan

kompetitif. Hal ini konsisten dengan pandangan berbasis sumber daya

dari perusahaan yang menekankan peran sumber daya untuk pencapaian

keunggulan kompetitif. Sumber Daya adalah sesuatu yang dimiliki yang

(18)

perusahaan. Produsen selalu mencari untuk mendapatkan akses ke

sumber daya pemasok, keterampilan, dan kekuatan dalam jangka . Oleh

karena itu, pengetahuan manfaat mewakili dimensi ketiga nilai

hubungan.

4. Waktu ke pasar manfaat (Time to market benefits).

Dengan mengintegrasikan hampir semua kegiatan menggunakan

teknologi dan informasi, perusahaan mengaburkan batas-batas

tradisional dalam rantai nilai antara pemasok, produsen, dan pelanggan

(Magretta dalamAndreas Eggert ). Para peneliti telah mengakui bahwa

kemampuan pemasok untuk mengurangi waktu kepasar untuk

pelanggan merupakan sumber keunggulan kompetitif dalam hubungan

pembeli pemasok. Sebagai contoh Wilson dan Jantrania (1995),

menyebutkan waktu ke pasar sebagai manfaat hubungan strategis.

5. Manfaat sosial (Social Benefits)

Dalam konteks buyer supplier hubungan, Dwyer, Schurr, dan Oh

(1987) menyebutkan manfaat sosial sebagai bagian dari pertukaran

relasional. Pembeli mempertimbangkan hubungan pribadi sebagai

salah satu aspek penting dari pembelian (Dwyer dan Tanner 1999).

6. Harga (Price)

Pada gilirannya untuk beberapa keuntungan yang diterima dalam

hubungan pembeli-pemasok, pelanggan menanggung sejumlah

pengorbanan untuk mempertahankan hubungan dengan pemasok

(19)

definisi menyebutkan harga yang dibayarkan pada gilirannya diterima

sebagai korban yang paling menonjol dalam evaluasi nilai hubungan.

7. Proses biaya (Process costs).

Para peneliti berpendapat bahwa perusahaan berkolaborasi dalam

hubungan untuk mencapai perbaikan dalam operasi secara

keseluruhan, tidak hanya dalam penurunan harga (Cannon dan

Homburg 2001). Pengorbanan tambahan di luar harga yang dibayar

telah diidentifikasi dalam berbagai definisi nilai hubungan. Cannon

dan Homburg (2001) menyebutkan biaya akuisisi, yaitu biaya

pelanggan dikenakan dalam memperoleh dan menyimpan produk, dan

biaya operasi, biaya yaitu melekat pada bisnis utama perusahaan

pelanggan. Pelanggan menanggung sejumlah biaya proses eksternal,

biaya yaitu terjadi koordinasi dengan organisasi pemasok, untuk

mendapatkan produk dan membuatnya tersedia untuk proses

transformasi perusahaan. Biaya proses eksternal dapat mencakup

faktor yang berhubungan dengan logistik dan penanganan keluhan

pada industri jasa.

2.6 Komitmen

Komitmen dapat digambarkan sebagai orientasi pelanggan jangka panjang

terhadap hubungan bisnis yang berdasarkan pada keterikatan emosional.

(Karsono, 2006). Costumer Commitmen atau komitmen pelanggan merupakan

konsep yang terdiri atas dua komponen yaitu affective commitment dan

(20)

2009). Affective commitment adalah suatu refleksi sense of belonging dan

keterlibatan pelanggan dengan penyedia jasa untuk membentuk ikatan emosional.

Sedangkan continuance commitment merupakan upaya dari pelanggan untuk tetap

setia kepada apa yang diinginkan.

Komitmen pelanggan pada dasarnya adalah keinginan yang berlangsung

lama dalam diri pelanggan untuk mempertahankan hubungan yang berharga atau

hubungan yang memberikan manfaat (valued relationship). Konsep valued

relationship menunjukkan bahwa, pelanggan akan memiliki komitmen yang kuat

atau tinggi jika hubungan yang dilakukan dianggap penting. Komitmen

perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan menganggap kelanjutan hubungan

dengan pembelinya merupakan hal yang harus dijaga dengan baik. (Morgan dan

Hunt, 1994).

Komitmen dalam hubungannya dengan penyedia jasa dan pelanggan

didefinisikan sebagai suatu janji yang diungkapkan baik secara eksplisit maupun

implisit dari kontinuitas pertukaran hubungan dengan mitranya. Komitmen bank

adalah suatu kondisi yang diperlukan bagi terbentuknya loyalitas terhadap bank.

Apabila tidak ada komitmen bank, pelanggan hanya merupakan spuriously loyal,

seperti perilaku beli ulang yang ditujukan sebagai inertia (Ramadia dalam Ellena

2002:25).

Komitmen merek didefinisikan sebagai hubungan emosional / psikologis

dengan merek dalam suatu golongan produk. Secara menyeluruh, komitmen

(21)

melambangkan konsep diri, nilai, dan kebutuhan konsumen (Sunarto 2006 : 262).

Selanjutnya konsep diri, nilai, dan kebutuhan konsumen juga berhubungan dengan

ekspektasi pelanggan atau harapan pelanggan. Menurut Kartajaya (2003: 223)

Ekspektasi pelanggan atau customer expectation, yaitu sesuatu yang diharapkan

konsumen. Ekspektasi selalu ada empat hal. Yang pertama adalah Individual need

atau kebutuhan perorangan menjadi faktor yang penting. Artinya, jika pelanggan

memang sudah punya tuntutan yang tinggi, maka ekspektasinya sudah pasti tinggi

juga. Kedua, word-of-mouth. Pelanggan bisa punya harapan tertentu karena cerita

orang lain. Cerita orang sering dianggap sebagai referensi. Jika seseorang sudah

merasa puas dengan pelayanan bank, maka sangat mungkin dia bercerita ke orang

lain. Ketiga, past experience atau pengalaman masa lalu. Orang yang sudah punya

pengalaman baik di masa lalu akn berharap menerima pelayanan yang minimal

sama dengan yang dulu. Kalau tidak, dia akan kecewa. Keempat, external

communication atau komunikasi eksternal. Ini adalah usaha sebuah perusahaan

untuk berjanji sesuatu kepada pelanggan dalam rangka menarik pelanggan.

Komitmen adalah suatu sikap yang merupakan niat untuk

mempertahankan keterhubungan jangka panjang karena hubungan tersebut dirasa

berharga dan memberikan manfaat. Manfaat relasional (relational benefits)

memfokuskan pada manfaat yang berasal dari jasa pokok yang ditawarkan.

Sementara itu, kualitas hubungan (relationship quality) memfokuskan diri pada

hubungan secara alamiah (kepuasan dan komitmen). Kedua hal tersebut

menggambarkan dua pendekatan dalam memahami pelanggan yang setia dan

(22)

Menurut (Durianto dalam Ellena, 2011:13) Costumer Loyality merupakan

suatu ukuran keterkaitan konsumen terhadap sebuah merek. Ukuran ini mampu

memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya pelanggan beralih terhadap

merek produk yang lain, apabila merek produk tersebut didapati adanya

perubahan, baik menyangkut harga maupun atribut lain

Menurut (Chen dan kalleberg dalam Muhadi 2007:22) menurut sifatnya

komitmen dapat dibedakan menjadi 3 hal yaitu:

1. Kemauan untuk melakukan usaha yang bermanfaat bagi kepentingan

organisasi

2. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaan dalam

organisasi

3. Kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai

organisasi

Menurut (Mayer dan Allen dalam Muhadi, 2007: 35) menyatakan bahwa

komitmen dibentuk oleh indikator sebagai berikut:

1. Komitmen Afektif (affective commitment), Seseorang ingin merasa

tetap berada dalam sebuah organisasi, ini merupakan keterikatan

emosional atau psikologis terhadap organisasi.

2. Komitmen Kontinuen (continuence commitment), dimana

seseorang merasa membutuhkan untuk tetap berada didalam

(23)

3. Komitmen Normatif (normative commitment), Seseorang harus

tetap berada dalam sebuah perusahaan karena adanya ikatan

kewajiban yang harus dilakukan.

2.7 Kepuasan dan komitmen Nasabah

West book (1987) dalam Gunawan dan Purwono (2007:5) menyatakan

bahwa kepuasan merupakan mediator yang dapat menjelaskan perilaku

konsumen, setelah proses pembelian, yang terkait dengan kepercayaan terhadap

sebelum proses pemilihan produk sampai dengan tahap setelah proses pemilihan,

komunikasi pelanggan dan perilaku setelah pembelian. Lebih jelas dikatakan

bahwa kepuasan pelanggan atas penanganan keluhan dapat menimbulkan

komitmen terhadap penyedia layanan jasa.

Pelanggan yang puas umumnya lebih setia, membeli lebih banyak ketika

perusahaan memperkenalkan produk baru dan meningkatkan produksi yang ada,

membicarakan hal-hal yang menyenangkan tentang perusahaan dan

produk-produknya, tidak banyak memberikan perhatian pada merek pesaing dan tidak

terlalu peka terhadap harga, menawarkan ide produk atau layanan kepada

perusahaan, dan lebih sedikit biaya untuk melayani pelanggan ini ketimbang

pelanggan baru karena transaksinya yang bersifat rutin (Kotler, 2009:179).

Menurut (Kotler, 2009:178) Kaitan antara kepuasan pelanggan dan

ketaatan pelanggan tidak bersifat proporsional. Andaikata kepuasan pelanggan

diberi peringkat antara skala satu sampai dengan lima, pada level kepuasan

(24)

perusahaan dan menyebarkan cerita jelek terhadap perussahaan tersebut. Pada

level dua sampai empat pelanggan agak puas, tapi masih merasa mudah untuk

berpaling ketika tawaran yang lebih baik muncul. Pada level lima pelanggan

cenderung membeli ulang dan bahkan menyampaikan cerita pujian tentang

perusahaa. Kepuasan atau rasa senang yang tinggi menciptakan ikatan emosional

dengan merek atau perusahaan atau merek tersebut, tidak sekedar kelebih-sukaan

rasional.

2.8 Kepercayaan dan Komitmen Nasabah

Kepercayaan menjadi dasar dari sebuah hubungan (relationship). Jika tidak ada kepercayaan tidak akan pernah terjalin hubungan yang lama antara

perusahaan dengan pelanggannya. Didasarkan pada pengalaman selama

menggunakan dan informasi tidak resmi yang didapat oleh pelanggan. Semakin

baik pengalaman menggunakan maka akan semakin tinggi tingkat kepercayaan

pada suatu produk.

Menurut Pappers dan Rogers (2004:43), kepercayaan adalah keyakinan satu

pihak pada reliabilitas, durability dan integritas pihak lain dalam relationship dan

keyakinan bahwa tindakannya merupakan kepentingan yang paling baik dan akan

menghasilkan hasil positif bagi pihak yang dipercaya. Kepercayaan merupakan

hal penting bagi kesuksesan relationship. Benefit relationship yang didasarkan

pada kepercayaan adalah signifikan dan menggambarkan hal-hal berikut:

1. Cooperation. Kepercayaan dapat meredakan perasaan ketidakpastian dan

risiko, jadi bertindak untuk menghasilkan peningkatan kerjasama antar

(25)

belajar bahwa kerjasama memberikan hasil yang melebihi hasil yang lebih

banyak dibandingkan apabila dikerjakan sendiri.

2. Komitmen . komitmen merupakan komponen yang dapat membangun

relationship dan merupakan hal yang mudah hilang , yang hanya akan

terbentuk dengan pihak-pihak yang saling percaya.

3. Relationship duration. Kepercayaan mendorong anggota relationship

bekerja untuk menghasilkan relationship dan untuk menahan godaan untuk

tidak mengutamakan hasil jangka pendek dan atau bertindak secara

oportunis. Kepercayaan dari penjual secara positif dihubungkan dengan

kemungkinan bahwa pembeli akan terlibat adalam bisnis pada masa yang

akan datang, oleh karena itu memberikan kontribusi untuk meningkatkan

durasi relationship.

2.9 Relationship Value dan Komitmen Nasabah

Fokus dalam Pemasaran Relasional akan membangun hubungan yang

berkelanjutan dengan konsumen dengan fokus mempertahankan dan membangun

hubungan dengan konsumen. Hal ini dapat diartikan bahwa penciptaan relasi

yang baik dengan konsumen akan memperbaiki nilai pelayanan dengan konsumen

dan mengantisipasi permasalahan yang dihadapi oleh konsumen sehingga akan

tercipta nilai pelanggan (Relationship value) yang menciptakan komitmen

konsumen untuk tetap memakai produk yang dihasilkan suatu perusahaan

2.10 Penelitian terdahulu

Ellena (2011) dalam penelitian yang berjudul “ Analisis pengaruh

(26)

loyalitas nasabah” . Variabel Kepercayaan selaras dengan komitmen dalam

membentuk loyalitas Nasabah.

Setya (2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh kepuasan

nasabah, kepercayaan nasabah dan reputasi bank terhadap retensi nasabah pada

bank central asia di surabaya”. Variabel kepuasan Nasabah memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap retensi nasabah, dengan demikian hipotesis menduga

bahwa kepuasan nasabah berpengaruh signifikan terhadap retensi nasabah adalah

terbukti kebenarannya dan dapat diterima. Kepercayaan nasabah tidak mempunyai

pengaruh signifikan terhadap retensi nasabah dengan demikian hipotesis menduga

kepercayaan nasabah berpengaruh signifikan terhadap retensi nasabah adalah

tidak terbukti kebenarannya dan dapat ditolak. Variabel Reputasi Bank tidak

mempunyai pengaruh terhadap retensi nasabah dengan demikian hipotesis

menduga reputasi bank berpengaruh signifikan terhadap retensi nasabah adalah

tidak terbukti kebenarannya dan dapat ditolak

Palilati (2003) malakukan penelitian dengan judul “Pengaruh tingkat

kepuasan terhadap Loyalitas Nasabah tabungan perbankkan di Wilayah etnik

Bugis”. Hasil penelitian tersebut mennduga bahwa tingkat kepuasan nasabah atas

kinerja atribut-atribut tabungan berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap

(27)

2.11 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel

yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Sugiyono, 2010 : 89).

Didalam penelitian ini terdapat 3 buah variabel yang dianggap peneliti memiliki

pengaruh terhadap komimen nasabah PT. Bank Negara indonesia (Persero) Tbk.

cabang USU. Ketiga Variabel tersebut adalah Kepuasan, kepercayaan dan

relationship value.

Pada dasarnya kepuasan konsumen dapat didefinisikan sebagai hasil

proses evaluasi antara harapan sebelum melakukan pembelian dengan pengalaman

pada saat melakukan pembelian serta sesudah melakukan pembelian dan

merasakan suatu pengalaman tertentu (Rust and Oliver, 1994:87).

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul

setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja

(hasil) yang diharapkan pelanggan (Kotler, 2009:177). Jika kinerja berada

dibawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan,

pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan pelanggan, pelanggan amat puas

atau senang.

Menurut Morgan dan Hunt (dalam Deliana, 2007:16) kepercayaan adalah

sesuatu yang timbul ketika salah satu kelompok yakin/percaya dengan

reabilitas/keandalan, dan integritas exchane partner-nya. Sedangkan Barnes

(dalam Rini, 2007:49) berpendapat kepercayaan melibatkan kesediaan seseorang

(28)

memberikan apa yang ia harapkan dan suatu harapan yang umumnya dimiliki

seseorang bahwa kata, janji, atau pernyataan orang lain dapat dipercaya.

Kepuasan konsumen merupakan elemen yang penting agar konsumen

melakukan pembelian ulang terhadap suatu merek. Apabila konsumen mengalami

suatu kekecewaan, mereka akan enggan untuk melakukan pemilihan terhadap

merek yang mana telah mengecewakannya. Memang ekspektasi atau harapan

seseorang yang telah puas terhadap suatu merek akan selalu meningkat, namun

yang terpenting adalah mempertahankan kinerja yang telah mereka lakukan dalam

usaha memuaskan konsumen. Konsumen yang puas terhadap suatu merek akan

cenderung untuk memberikan preferensi secara lebih dalam pemilihan terhadap

suatu merek.

Penelitian Bigne dan Blesa (dalam Pratiwi, 2010) mengemukakan bahwa

menanam kepercayaan akan mereka adalah salah satu tujuan dari pemasaran, yang

pada akhirnya membujuk pelanggan untuk tidak menggunakan produk

kompetitor. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Marrinene Horppu et al.,

(dalam Pratiwi, 2010) menyatakan kepercayaan akan merek adalah suatu akibat

dari pemasaran secara tidak langsung yang pada akhirnya akan bermuara pada

loyalitas.

Sedangkan hubungan kepuasan komitmen , (Bearden 2001:94)

menyatakan “consumer satisfaction is central to the marketing concept and is a

dominant cause of customer loyality”. Manfaat yang diterima atas kepuasan

pelanggan memberikan feedback yang baik bagi perusahaan yaitu loyalitas.

(29)

operasional dengan syarat kepuasan pelanggan juga harus ditingkatkan.

Hubungan antara kepercayaan dengan komitmen pelanggan, Enrique

Bigne dan Andreu Blesa (dalam Pratiwi, 2010) mengemukakan bahwa menanam

kepercayaan akan mereka adalah salah satu tujuan dari pemasaran, yang pada

akhirnya membujuk pelanggan untuk tidak menggunakan produk kompetitor.

Sedangkan Marrinene Horppu, et al., (dalam Pratiwi,2010) menyatakan

kepercayaan akan merek adalah suatu akibat dari pemasaran secara tidak langsung

yang pada akhirnya akan bermuara pada loyalitas. Kepercayaan menyebabkan

loyalitas yang merupakan tujuan dari pemasaran.

Dalam Relationship duration, Kepercayaan mendorong anggota

relationship bekerja untuk menghasilkan relationship dan untuk menahan godaan

untuk tidak mengutamakan hasil jangka pendek dan atau bertindak secara

oportunis. Kepercayaan dari penjual secara positif dihubungkan dengan

kemungkinan bahwa pembeli akan terlibat adalam bisnis pada masa yang akan

datang, oleh karena itu memberikan kontribusi untuk meningkatkan durasi

relationship.

Kepuasan, kepercayaan dan relationship value pelanggan berkaitan erat

dengan loyalitas pelanggan. Kualitas mendorong pelanggan untuk menjalin ikatan

yang kuat dengan peusahaan. Dalam jangka panjang, ikatan ini memungkinkan

perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan

mereka. Pada gilirannya, kepuasan pelanggan atas pencapaian harapan tersebut

(30)

Berdasarkan pemikiran di atas, maka kerangka konseptual dapat dilihat

sebagai berikut :

g

Sumber: Mowen dan Minor (2002:100;312) Pappers dan Rogers (2004:43), data diolah

Gambar 2.2 Kerangka konseptual 2.12 Hipotesis

Berdasarkan masalah dan kerangka konseptual diatas maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah: “ Kepuasan, kepercayaan dan relationship value

berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen nasabah PT Bank Negara

Indonesia (Persero) Tbk. cabang USU” Kepuasan (X1)

Kepercayaan (X2)

Relationship value (X3)

Gambar

Gambar 2.1
Gambar 2.2

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan hal tersebut, peserta diharuskan membawa print out dokumen penawaran asli (bermaterai, tanda tangan dan stempel basah) serta dokumen asli

Parameter yang diamati adalah kadar air benih, laju perkecambahan, uji daya kecambah (kecambah normal, abnormal, dan benih yang belum tumbuh), indeks vigor, bobot segar kecambah,

Berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data,

 Mencari informasi tentang hubungan Gereja dan dunia sebelum dan sesudah konsili Vatikan II di internet resmi Gereja Katolik atau dalam buku dokumen Gereja (misalnya Gaudium

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali secara mendalam perilaku seksual remaja dalam pencegahan HIV/AIDS di Kampung Banten Pasar VIII Kecamatan Tanjung Morawa

Menurut hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (2007), Perilaku seksual pranikah di kalangan remaja diperkuat dengan data dari Depkes Tahun 2009 di 4

Pengguna oksigen dalam media budidaya didominasi oleh udang/ikan dan bakteri, sedangkan pada sistem autotrofik pada waktu malam hari selain ikan dan bakteri,

kesehatan tidak mendukung terhadap pelaksanaan penyapihan dini yang. ditunjukkan dari jumlah responden yaitu ada 36