• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEAD TOGETHER DIAWALI BRAIN GYM TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 TUNTANG

Yuliana, Erlina Prihatnani, Novisita Ratu

Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana, Jl.Diponegoro 52-60 Salatiga, Indonesia

Email: 202010601@student.uksw.edu Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together diawali Brain Gym terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tuntang. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperimental). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tuntang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Cluster Random Sampling, dan diperoleh sampel kelas VII F sejumlah 34 siswa sebagai kelas eksperimen, dan kelas VII G sejumlah 35 siswa sebagai kelas kontrol. Desain penelitian ini menggunakan The Randomized Control Group Pretest-Postest Design dengan kemampuan awal kedua kelas sama. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi dan tes, dengan soal tes yang berbentuk pilihan ganda. Teknik analisis data uji normalitas menggunakan uji Shaphiro-Wilk, uji homogenitas dengan menggunakan Levence dan uji beda rerata dengan menggunakan independent sample t-test yang ketiganya dilakukan pada taraf sig 5% dengan SPSS sebagai alat bantu perhitungannya. Uji beda rerata terhadap hasil belajar menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, sehingga H0 ditolak yang berarti terdapat perbedaan rata antara kedua kelompok sampel dan karena rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi (75) dibandingkan dengan rata-rata-rata-rata kelas kontrol (67), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) diawali Senam Otak (Brain Gym terhadap hasil belajar matematika.

Kata Kunci: model pembelajaran kooperatif, numbered head together, brain gym,

hasil belajar matematika. PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat terlihat dari alokasi waktu jam pelajaran matematika yang cenderung lebih banyak (Standar isi, 2006). Matematika merupakan mata pelajaran yang disajikan pada hampir semua jenjang pendidikan, sejak mulai tingkat sekolah dasar hingga sekolah lanjutan tingkat atas, bahkan dipelajari pula di tingkat perguruan tinggi untuk bidang-bidang yang relevan (Suhendra, 2007). Namun demikian, masih terdapat siswa yang kesulitan dalam belajar matematika.

(2)

2

Sriyanto mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa beranggapan bahwa matematika terdiri dari lambang-lambang dan rumus-rumus yang membingungkan sehingga timbul persepsi bahwa matematika sebagai pelajaran yang sulit, membosankan dan menakutkan (Bambang, 2004). Oleh sebab itu, tidak mengherankan bila hasil belajar matematika belum optimal. Hasil penelitian PISA (programme for International Student Assesment) tahun 2012 menempatkan Indonesia pada peningkatan 64 dari 65 negara dalam bidang matematika (OECD PISA, 2012).

Belum optimalnya hasil belajar juga terjadi di SMP Negeri 2 Tuntang. Nilai rata-rata hasil Ujian Nasional matematika pada tahun 2013 sebesar 57. Hal ini terbukti bahwa hasil belajar matematika siswa pada Ulangan Akhir Semester 1 Tahun Ajaran 2013/2014 kelas VII diperoleh nilai rata-rata 52. Hasil itu tentunya belum memenuhi standar keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 70. Berdasarkan Hasil observasi di SMP Negeri 2 Tuntang kelas VII pada mata pelajaran matematika pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah pembelajaran konvensional (ceramah) dan pemberian tugas. Banyak siswa yang kurang fokus ketika guru sedang menjelaskan. Proses pembelajaran di kelas hanya berjalan satu arah saja dan berpusat pada guru. Oleh karena itu guru dituntut untuk mempunyai inovasi dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai harapan, guna mengatasi kesulitan tersebut.

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar menurut slameto (2012) dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu faktor internal (berasal dari dalam diri orang yang belajar) maupun faktor eksternal berasal dari luar dirinya. Pemilihan model pembelajaran merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Terdapat bermacam-macam model pembelajaran yang bisa digunakan adalah model pembelajaran kooperatif.

Menurut Lasmawan (2010) pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah salah satu pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Suasana kelas yang demokratis, dapat memberi kesempatan lebih besar untuk memberikan nuansa baru dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua bidang studi. Hal ini yang menyebabkan cooperative learning memberikan dampak luas terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran (Lasmawan, 2010).

(3)

3

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan sebuah varian diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang mewakili kelompoknya itu (Arends, 2008). Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa sehingga sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT juga dapat digabungkan dengan senam otak (Brain Gym) agar proses pembelajaran menjadi lebih maksimal.

Senam otak merupakan rangkaian gerakan yang merangsang aspek-aspek tertentu dari otak dan membantu kerjasama belahan otak kanan dan otak kiri, hal ini dapat mengoptimalkan penggunaan seluruh bagian otak dalam proses belajar atau aktivitas lainnya serta menyingkirkan hambatan-hambatan dalam belajar. (Gunadi, 2009). Selain itu, Gunadi juga mengungkapkan bahwa senam otak memiliki manfaat diantaranya dapat membuat anak belajar dengan nyaman tanpa stress, tanpa menggunakan proses belajar karena waktu yang dibutuhkan untuk brain gym lebih singkat. Senam otak juga diakui sebagai salah satu teknik belajar terbaik versi ”National Learning Foundation USA” dan praktik senam otak telah menyebar ke seluruh dunia (Gunadi, 2009).

Hasil penelitian Sukmayasa, dkk (2013) menyimpulkan bahwa penelitian dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan senam otak berpengaruh tentang keaktifan dan prestasi belajar matematika. Namun, tidak demikian dengan hasil yang penelitian Hyatt (2007) yang menyatakan Brain Gym tidak mempengaruhi belajar akademis dan hanya mengklaim efek substansial, dan tidak ada bukti bahwa brain gym dapat meningkatkan pembelajaran di sekolah.

Adanya permasalahan ketidakoptimalnya hasil belajar di SMP Negeri 2 Tuntang dan adanya teori yang menyatatakan bahwa model pembelajaran merupakan faktor penentu hasil belajar, maka dilakukan peneliti terkait model pembelajaran pada pendidikan matematika di SMP Negeri 2 Tutang. Adanya teori dan hasil penelitian sebelumnya terkait NHT dan Brain Gym menginspirasikan dilakukannya penelitian tentang penerapan NHT diawali Brain Gym. Penelitian ini bertujuan untuk mengatakan ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together

(4)

4

diawali brain gym terhadap hasil belajar matematika siswa kelas vii smp negeri 2 tuntang” .

KAJIAN PUSTAKA

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Number Heads Together)

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu (Wena, 2011). Menurut Suherman (2001), pembelajaran kooperatif adalah suatu kegiatan belajar yang mencakupi suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.

Hamruni (2012) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu adanya peserta, aturan, upaya belajar setiap anggota kelompok, dan tujuan yang akan dicapai, Lie (2002) menyebut model pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik dan untuk mengembangkan ketrampilan sosial siswa. Salah satu tipe model pembelajarankooperatif adalah Numbered Head Together (NHT).

NHT dikembangkan oleh Kagan 1998 (Arends,2008). Dalam model pembelajaran ini, guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggota 3 sampai 5 orang. Masing-masing anggota diberi nomor. Kemudian guru mengajukan pertanyaan atau soal kepada kelompok, dan mereka mendiskusikan serta memastikan bahwa setiap anggota kelompok tahu jawabannya. Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing-masing kelompok yang nomornya dipanggil menjawab pertanyaan berikut.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif NHT menurut Arends (2008) adalah Pembentukan kelompok (guru membagikan siswa dalam kelompok, setiap kelompok berisi 3-5 siswa), Guru membagikan nomor 1-5 untuk kelompok (berbentuk kepala bernomor) kepada masing-masing siswa, Guru memberikan Materi yang akan di sampaikan (Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan), Setiap

(5)

5

kelompok bekerjasama dengan tekun dan mulai berdiskusi untuk memikirkan jawaban dan Guru mengarahkan jalannya diskusi (Diskusi masalah), Setelah setiap kelompok selesai berdiskusi, kemudian guru mengundi nomor kelompok dan nomor soal untuk siswa mempresentasikan soal diskusi (Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban), Siswa lain (kelompok lain menjadi peserta dan menanggapi hasil diskusi yang telah dipresentasikan), Masing-masing mengoreksi hasil pekerjaan dipapan tulis (Memberi kesimpulan), Guru memberikan penilaian untuk setiap kelompok yang terbaik (penghargaan terbanyak pada kelompok) (Penghargaan). Kelebihan NHT adalah rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antara pribadi berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, meningkatkan kebaikan budi dan kepekaan dan toleransi hasil belajar lebih tinggi.

Brain Gym

Brain Gym merupakan rangkaian gerakan yang merangsang aspek-aspek tertentu dari otak dan membantu kerjasama belahan otak kanan dan otak kiri. Hal ini dapat mengoptimalkan penggunaan seluruh bagian otak dalam proses belajar atau aktivitas lainnya serta menyingkirkan hambatan-hambatan dalam belajar (Gunadi 2009).

Berdasarkan pengertian Brain Gym yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa Brain Gym atau senam otak adalah serangkaian gerak sederhana yang digunakan untuk menumbuhkan minat belajar, meningkatkan kemampuan belajar, menumbuhkan rasa percaya diri dan membangun rasa kebersamaan dengan menggunakan otak, Senam otak dapat meningkatkan kepercayaan diri anak, senam otak menunjukkan hasil dan sangat efektif untuk menangani anak yang mengalami hambatan dalam belajar atau stres belajar, senam otak diakui sebagai salah satu teknik belajar terbaik versi ”National Learning Foundation USA” dan praktik senam otak telah menyebar ke seluruh dunia. Gerakan-gerakan Brain Gym dikembangkan oleh Paul E. Dennison dapat dilihat pada gambar 1.

(6)

6

No Jenis gerakan Keterangan Fungsi

1. Angka 8 Tidur

Gambar 1

Gerakan membuat angka 8 TIDUR sebanyak tiga kali tiap tangan, kemudian tiga kali dengan kedua tangan

Mengasah atau melatih daya ingat (lupa dengan apa yang hendak dikatakan atau membaca sampai halaman berapa). 2. Pasang Telinga Gambar 2

Gerakan memijit daun telinga diatas sampai bawah sebanyak tiga kali sampai lima kali.

- Melatih energi dan nafas

- Untuk relaksasi otot wajah, lidah dan rahang - Meningkatkan fokus atau keseimbangan - Melatih keseimbangan 3. Burung Hantu Gambar 3

Gerakan mengurutkan otot bahu kiri dan kanan, saat kepala berada diposisi tengah. - Mengembangkan ingatan jangka pendek - mengembangkan ingatan jangka panjang sebagai tempat informasi suara. 4. Putaran kepala Gambar 4 Gerakan menundukan kepala kedepan dan memutar dari sisi satu sisi ke sisi lainnya

-melatih ketegangan otot tengkuk dan leher

- menenangkan sistem syaraf pusat - memudahkan bicara dan belajar bahasa.

(7)

7

5. Luncuran gravitasi

Gambar 5

Gerakan dengan cara duduk dikursi dan kaki

dislonjorkan kedepan secara bersilang, dengan posisi tangan sejajar dengan lantai.

Meningkatkan keseimbangan dan koordinasi

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperimental) yaitu penelitan yang terdiri dari kelompok kontrol, namun tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono,2010). Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah siswa yang dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT diawali Brain Gym.

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 2 Tuntang semester II Tahun Ajaran 2013/2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tuntang. Jumlah kelas VII di SMP Negeri 2 Tuntang sebanyak 7 kelas. Teknik pengambilan sampel dengan Cluster Random Sampling,dan diperoleh kelas VII F dan VII G sebagai sampel. Kelas VII F sebagai kelas eksperimen dan kelas VII G sebagai kelas kontrol. Jumlah siswa kelas VII F adalah 34 siswa, sedangkan jumlah siswa kelas VII G adalah 35 siswa.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, metode tes dan metode observasi. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar materi Jajar genjang dan Belah Ketupat. Instrument soal tes divalidasi melalui validitas ahli dan validitas butir, dan reliabilitas instrument. Pada uji kemampuan awal dan uji hipotesis menggunakan independent sample t-test untuk taraf signifikan 5%, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas menggunakan uji Shaphiro-Wilk dan homogenitas menggunakan Levene. Uji normalitas dan homogenitas dilakukan

(8)

8

untuk mengetahui keseimbangan sampel. Diperoleh hasil kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen, berdistribusi normal dan memiliki kemampuan awal yang sama.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis awal yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji homogenitas pada pretest. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata nilai pretest dari kelas eksperimen adalah 43,67 dan 42,64 untuk kelas kontrol. Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas pretest, kedua kelas berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya dilakukan uji independent sample t-test untuk mengetahui rerata kedua kelas. Analisis signifikansi (2-talled ) dengan probabilitas sebesar 0,694 > 0,05, maka H0 diterima

yang artinya rata-rata nilai pretest kelas eksperimen sama dengan rata-rata nilai pretest kelas kontrol sehingga dapat dikatakan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan yang setara atau homogen.

Materi yang diajarkan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah Jajar genjang dan Belah ketupat. Perbedaan antara kedua kelas tersebut adalah perlakuan pembelajaran yang diberikan pada masing-masing kelas. Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together diawali Brain Gym, sedangkan pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional yaitu dengan metode ceramah.

Data uji hipotesis dilihat dari uji beda rerata pada rata-rata nilai posttest kelas eksperimen dan kontrol yang dapat dilihat dari hasil uji t. Data hasil uji t menunjukkan sig (2-tailed) yaitu 0,000 < 0,05. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa H0 ditolak yang berarti ada perbedaan rata-rata antara kedua

kelompok sampel, sehingga penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together diawali Brain Gym berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tuntang. Hasil posttest siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together diawali Brain Gym menunjukkan bahwa rata-rata belajar siswa adalah 76,32, sedangkan hasil posttest siswa kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional menunjukkan bahwa rata-rata belajar siswa adalah 66,69. Jadi dapat disimpulkan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together diawali Brain Gym lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang

(9)

9

diajar menggunakan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil tersebut, maka H0

ditolak dan H1 diterima yang berarti ada perbedaan rata-rata antara kedua kelompok

sampel, sehingga penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together diawali Brain Gym berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tuntang.

Hasil Pengamatan pada saat pembelajaran pada kelas eksperimen bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT diawali Brain Gym menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih aktif saat pembelajaran berlangsung. Siswa lebih aktif berdiskusi dalam kelompoknya karena setiap siswa merasa mempunyai tanggungjawab terhadap individu dan kelompoknya masing-masing, dengan menerapkan model kooperatif dapat memotivasi siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat. Selain itu, dengan Brain Gym proses pembelajaran lebih menyenangkan.

Pembelajaran pada kelas kontrol dikenakan model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran ini lebih terpusat pada guru dan siswa cenderung pasif. Guru menjelaskan kepada siswa tetapi banyak siswa yang bercerita sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan dari guru. Hal ini terjadi dikarenakan siswa jenuh dan bosan dengan model pembelajaran yang tidak melibatkan siswa berpartisipasi penuh dalam proses pembelajaran.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian I Made Hendra Sukmayasa, dkk (2013) penelitian dengan judul pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan senam otak terhadap keaktifan dan hasil belajar matematika yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan brain gym terhadap keaktifan dan hasil belajar matematika.

SIMPULAN Simpulan

Berdasarkan hasil dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together diawali Brain Gym terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tuntang Semerster II Tahun Ajaran 2013/2014. Hal ini dibuktikan dengan hasil signifikan sebesar 0,000 < 0,05 dengan uji independent sampel t-test dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT diawali Brain Gym lebih tinggi yaitu 76, dibandingkan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional yang hanya sebesar 67, maka dapat

(10)

10

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT diawali brain gym terhadap hasil belajar matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyana. 2008. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arends, Richard. 2008. Learning To Teach, Belajar Untuk Mengajar Edisi Ketujuh, Buku Dua.Pustaka pelajar.

Arifin, Zaenal. 2012. Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arikunto,S. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. . 2006. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka.

Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

. 2011. Penilaian Hasil belajar Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Depdikbud. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Jakarta: Balai Pustaka.

Dennison, Paul. E. 2008. Brain Gym dan Aku: merasakan kembali kenikmatan Belajar: Jakarta: Grasindo

Dennison, Paul. E dan Gail E. Dennison. 2009. Brain Gym. Jakarta: Grasindo.

Dian yustin retnasari. 2009.pengaruh pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT) terhadap hasil belajar peserta di kelas VII semester 2 pada materi pokok segiempat”, Jurnal Pendidikan Matematika.

Dimyati & Mudjono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. . 1994. Belajar dan pembelajaran. Jakarta :Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Gunadi, Tri. 2009. Meningkatkan Kecerdasan Anak. Jakarta: Penebar Swadaya.

Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Bumi Aksara.

. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Grafika.

(11)

11

Hamruni. 2012. Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif-Menyenangkan. Yogyakarta: Investidaya.

Kunandar. 2009. Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Lasmawan, wayan. 2010. Menelisik Pendidikan IPS dalam Perspektif Konstektual Empiris. Singaraja: Mediakom Indonesia Press.

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning diruang-ruang kelas. Jakarta: Grasindo.

Made Hendra sukmayasa,dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT berbantuan Brain Gym Terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika. e- Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Dasar.3(2013)

Made Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontenporer, Suatu Tinjauan Konspektual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Naeliya Efriyanti. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran NHT Terhadap hasil belajar matematika. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 3

OECD Programme for Internasional Student Assessment (PISA). 2012. PISA 2012.http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa_2012_result_overview.pdf. Diakses pada tanggal 12 Januari 2014 pada pukul 18.00

Prihastuti. 2009. pengaruh Brain Gym Terhadap peningkatan Kecakapan berhitung siswa Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan Matematika . 2(1).

Rusman, A. Tabrani. 1993. Proses Belajar Mengajar yang Efektif Tingkat Pendidikan dasar. Bandung: Bina Budaya.

Sembiring,R.k. 2003. Sembiring regresi. Bandung: ITB.

Syah, Muhibin. 2009. Bahan pelatihan pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreaktif, Efektif, dan Menyenangkan. Bandung: PLPG Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

Sudjana, N. 2008. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Al_gesindo.

Sudjana, N. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja. Rosdakarya.

(12)

12

Suherman, Erman. Dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontenporer. Common textbook. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia.

Sukestiyarno. 2010. Olah Data Penelitian Berbantuan SPSS. Semarang: UNNES press

Suprijono, A. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Surabaya: Pustaka pelajar.

Suhendra. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suherman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif. Jakarta.Alfabeta.

Somantri, Ating dan Sambas A. 2006. Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Slameto. 2012. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bhineka Cipta.

TIMSS (Third International Mathematics Science Study). 2011. International Result InMathematics.http://www.timssandpirls.bc.edu/timss2011/downloads/T11_I R_Mathematics_fullBook. Diakses pada tanggal 12 Januari 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Subagiyo yang telah memiliki pendidikan lebih dari 4.500 jam dan 25 tahun berpengalaman di bidang konservasi, banyak melakukan penelitian aneka bahan - teknik pembuatan

Perlu diingat bahwa minimal 10% (sepuluh persen) hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor termasuk di dalamnya yang di bagihasilkan kepada Kabupaten/Kota

karena kedaulatan adalah wewenang tertinggi yang tidak dibatasi oleh hukum dari pada penguasa atas warga negara dia dan orang-orang lain dalam

a) Bagian pertama , di bagian depan, yaitu nama cabang (alkil). b) Bagian kedua , di bagian belakang, yaitu nama rantai induk. Rantai induk adalah rantai terpanjang dalam

DAFTAR NMA MAHASISWA DAN TEMPAT PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN III PROGRAM DIPLOMA III REGULER SEMESTER VI JURUSAN KEBIDANAN.. POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN TAHUN AKADEMIK 2015/2016

Finding from this study shows that the LUSI mud of mud volcano has potential as a raw material in geopolymer system due to characteristic of mud volcano which is comparable to the

Pada penuaan perawatan tentang gizi tidak hanya manajemen penyakit atau terapi nutrisi medis; hal ini telah diperluas dengan fokus utama pada gaya hidup sehat dan pencegahan

Gambar DFD Level 0 pada Sistem Informasi Penilaian Kinerja Pegawai pada Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 Surabaya memiliki 3 proses utama yaitu menentukan pejabat