• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahmudin, dkk/jurnal Formasi, Volume 4, Nomor 2, Desember 2019/1-15

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mahmudin, dkk/jurnal Formasi, Volume 4, Nomor 2, Desember 2019/1-15"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS POLA PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL PADA DAERAH OTONOM BARU PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Mahmudin A.Sabilalo1), Muh.Nur.Abdul Razak2), Rahmatia3), La Ode Almana4)

1,2,3,4)

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam Enam Kendari e-mail:

mahmudinstie66@gmail.com

Abstract

Economic growth in Southeast Sulawesi Province is 6.57% per year with an increase of 0.04% during 2014-2018. Specifically for the New Autonomous Region, East Kolaka Regency is 6.73% with a decrease of 0.69%. Muna Barat 6.96% with a declining development of 0.24%. Likewise, Central Buton's economic growth reached 5.88% with a downward development of 0.05%. These conditions are real conditions that occur, so that requires improvement through regulation. This study aims to examine, analyze and find out: (1) Typology of the New Autonomous Region in the Province of Southeast Sulawesi if viewed from the perspective of Gross Regional Domestic Product per capita and the rate of economic growth (2) Economic sectors that are still underdeveloped and become a priority of development in the New Autonomous Region (3) Autonomous Regional Contribution New to the Gross Regional Domestic Product of Southeast Sulawesi (4) The economic interaction of the New Autonomous Region both on land and sea routes. The location of this study was determined intentionally (purposive), in three New Autonomous Regions namely West Muna Regency, Central Buton Regency, and East Kolaka Regency.

Data collection techniques use Document Study, Interview Guidelines and Focus Group Discussion. Data analysis techniques used are Klassen Typology analysis, Location Quetien Analysis, Shift Share, percentage contribution and gravity analysis. The results of the study concluded: (1) Typology of the New Autonomous Region in Southeast Sulawesi Province was generally lagging. (2) The economic sectors that are still underdeveloped and become a priority of development in the New Autonomous Region. (3) The contribution of the New Autonomous Region of East Kolaka Regency to the Gross Regional Domestic Product of Southeast Sulawesi is still relatively small, also fluctuates from year to year and tends to decline. 4) The economic interaction of the New Autonomous Region with the surrounding areas, namely East Kolaka Regency and North Kolaka, gives the lowest value. Then West Muna Regency with Bombana and Central Buton with Bombana. The reason is the value of real sectoral production outside the agricultural sector is low.

Keywords: Pattern of Growth, Economy, New Autonomous Region

Abstrak

Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 6,57% pertahun dengan peningkatan 0,04%

selama tahun 2014-2018. Khusus Daerah Otonom Baru yaitu Kabupaten Kolaka Timur 6,73% dengan perkembangan menurun 0,69%. Muna Barat 6,96% dengan perkembangan menurun 0,24%. Demikian pula Buton Tengah pertumbuhan ekonomi mencapai 5,88% dengan perkembangan menurun 0,05%.

Kondisi tersebut merupakan kondisi nyata yang terjadi, sehingga memerlukan perbaikan melalui regulasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji, menganalisis dan mengetahui: (1) Tipologi Daerah Otonom Baru di Provinsi Sulawesi Tenggara (2) Sektor-sektor ekonomi yang terbelakang dan potensial (3) Sumbangsih DOB terhadap PDRB Sulawesi Tenggara.(4) Interaksi ekonomi DOB baik pada jalur darat maupun jalur laut. Lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive), di tiga DOB yaitu Kabupaten Muna Barat, Kabupaten Buton Tengah dan Kabupaten Kolaka Timur. Teknik pengumpulan data menggunakan:

Studi Dokumen, Pedoman Wawancara dan Focus Group Disscusion. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis Tipologi Klassen, Analisis Location Quetien, Shift Share, Persentase kontribusi serta analisis gravitasi. Hasil penelitian menyimpulkan: (1) Tipologi DOB di Provinsi Sulawesi Tenggara secara umum tertinggal. (2) Sektor-sektor ekonomi yang masih terbelakang menjadi prioritas pengembangan di DOB. (3) Sumbangsih DOB Kabupaten Kolaka Timur terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sulawesi Tenggara masih relatif kecil, juga berfluktuasi dari tahun ke tahun dan cenderung menurun.

Kata Kunci: Pola Pertumbuhan, Ekonomi, Daerah Otonom Baru

(2)

PENDAHULUAN

Keberadaan Daerah Otonom Baru sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dianalisis berdasarkan tipologi ekonomi, location quontien, kontribusi setiap sektor penerimaan terhadap PDRB serta interaksi ekonomi. Untuk tipologi ekonomi, sampai saat ini belum diketahui secara pasti kedudukan Daerah Otonom Baru apakah termasuk dalam daerah maju, proses membangun, potensial tertinggal ataukah tertinggal. Tentu dengan mengkaji PDRB perkapitanya dan pertumbuhan ekonominya.

Hal penting lainnya adalah apakah Daerah Otonom Baru memiliki potensi yang dapat di jual ke luar daerah dan memiliki tingkat spesialisasi tinggi (basis) atau cenderung membutuhkan dari daerah lain dengan tingkat spesialisasi rendah (non basis). Ataukah Daerah Otonom Baru hanya cukup dalam sektor ekonomi tersebut dan memiliki tingkat spesialisasi yang sama dengan Kabupaten lain.

Disamping itu dari sisi nilai produksi sektoral, apakah tumbuh cepat atau lambat, berdaya saing atau tidak, progressif atau tidak. Selanjutnya apakah sektor ekonomi tersebut merupakan sektor terbelakang, berkembang, potensial atau sektor unggulan yang menjadi prioritas pengembangan.

Pada tataran sumbangsih sektor-sektor ekonomi juga menjadi penting dalam mengukur kinerja ekonomi daerah otonom baru termasuk interaksi ekonomi dengan daerah sekitarnya terutama daerah yang berbatasan dengan letak geografisnya. Meskipun demikian kontribusi dan interaksi ekonomi yang terjadi belum diketahui.

Dengan kata lain belum ada kajian dalam, terkait dengan pola pertumbuhan ekonomi di Daerah Otonom Baru dalam wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara, terutama di Kabupaten Kolaka Timur, Muna Barat dan Buton Tengah.

Berdasarkan data awal, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 6,57% pertahun dengan peningkatan 0,04%

selama tahun 2014-2018. Khusus Daerah Otonom Baru yaitu Kabupaten Kolaka Timur 6,73% dengan perkembangan menurun 0,69%.

Muna Barat 6,96% dengan perkembangan menurun 0,24%. Demikian pula Buton Tengah pertumbuhan ekonomi mencapi 5,88% dengan

perkembangan menurun 0,05% (BPS Sultra, 2019). Kondisi tersebut merupakan kondisi nyata yang terjadi, sehingga memerlukan perbaikan melalui regulasi yang dapat diimplementasikan oleh daerah otonom baru dan representatif di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive), di tiga Daerah Otonom Baru yaitu Kabupaten Muna Barat, Kabupaten Buton Tengah dan Kabupaten Kolaka Timur.

Teknik pengumpulan data menggunakan: Studi Dokumen, Pedoman Wawancara dan FGD.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis Tipologi Klassen, Analisis LQ, Shift Share, Persentase kontribusi serta analisis model gravitasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil

Tipologi Daerah Otonom Baru di Provinsi Sulawesi Tenggara

Berdasarkan hasil analisis data PDRB perkapita Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar Rp 21.198.450,91 juta dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,57% rata-rata per tahun selama kurun waktu tahun 2014 s/d 2018.

Pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan pada tahun 2016 dan 2018 masing-masing 0,37% dan 0,34%.

PDRB perkapita Kabupaten Kolaka Timur sebesar Rp 22.108.143,94 dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,73% rata-rata per tahun selama kurun waktu tahun 2014 s/d 2018. PDRB perkapita Kabupaten Muna Barat sebesar Rp 19.477.614,15 dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,24% rata-rata per tahun selama kurun waktu tahun 2014 s/d 2018.

Selanjutnya PDRB perkapita Kabupaten Buton Tengah sebesar Rp 15.592.198,02 dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,75% rata-rata per tahun selama kurun waktu tahun 2014 s/d 2018.

(3)

Mengacu pada data PDRB perkapita dan pertumbuhan ekonomi, Kabupaten Kolaka Timur termasuk dalam tipologi daerah makmur.

Kabupaten Muna Barat termasuk dalam tipologi daerah makmur yang sedang menurun (potensial untuk tertinggal). Sedangkan Kabupaten Buton Tengah termasuk dalam tipologi daerah tertinggal.

Hasil penelitian ini bersesuaian dengan Penelitian Ni Komang dkk (2011) bahwa pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten Klungkung periode 2008-2010 berada pada zone daerah makmur yang sedang menurun. Selanjutnya penelitian Arief Bachtiar (2015) menemukan bahwa kabupaten Tuban dan Kota Mojokerto termasuk daerah tertinggal karena pertumbuhan PDRB dan Pendapatan perkapitanya lebih kecil dari rata-rata Provinsi.

Sektor-Sektor Ekonomi Yang Masih Terbelakang dan Menjadi Prioritas Pengembangan di Daerah Otonom Baru di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Kabupaten Kolaka Timur

Berdasarkan hasil analisis data, sektor- sektor ekonomi yang menjadi basis di Kabupaten Kolaka Timur adalah: (a) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (b) Perdagangan Besar dan Eceran, (c) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, (d) Jasa lainnya.

Sektor non basis adalah: (a) Pertambangan dan Penggalian, (b) Industri Pengolahan, (c) Pengadaan Listrik dan Gas, (d) Konstruksi, (e) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, (f) Informasi dan Komunikasi, (g) Jasa Keuangan dan Asuransi, (h) Real Estat, (i) Jasa Perusahaan, (j) Jasa Pendidikan, (k) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.

Berdasarkan hasil analisis shift share pertumbuhan ekonomi sektoral Kabupaten Kolaka Timur adalah 0,29%. Ada 4 (empat) sektor yang tumbuh lambat yaitu: (a) sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (b) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

dan Daur Ulang, (c) Real Estate serta (d) sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib. Sedangkan sektor lainnya tumbuh cepat.

Ada 8 (delapan) sektor ekonomi yang tidak mempunyai daya saing adalah: (a) Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, (b) Pengadaan Listrik dan Gas, (c) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, (d) Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, (e) Transportasi dan Pergudangan, (f) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, (g) Informasi dan Komunikasi, (h) Jasa Keuangan dan Asuransi.

Ada 4 (empat) sektor ekonomi yang tidak progresif yaitu: (a) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (b) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, (c) Jasa Keuangan dan Asuransi, (d) Real Estate.

Sektor ekonomi potensial di Kabupaten Kolaka Timur adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Selanjutnya Sektor berkembang adalah (a) Industi Pengolahan, (b) Pengadaan Listrik dan Gas, (c) Konstruksi, (d) Transportasi dan Pergudangan, (e) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, (f) Informasi dan Komunikasi.

Sektor ekonomi yang masih terbelakang adalah: (a) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, (b) Jasa Keuangan dan Asuransi, (c) Real Estate.

Sektor ekonomi unggulan yang menjadi prioritas utama pengembangan yaitu: (a) Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, (b) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, (c) Jasa lainnya.

Kabupaten Muna Barat

Sektor-sektor ekonomi yang menjadi basis di Kabupaten Muna Barat adalah: (a) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (b) Konstruksi, (c) Real Estat, (d) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

(4)

Wajib, (e) Jasa Pendidikan, (f) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial serta (g) Jasa lainnya.

Sektor non basis, yaitu: (a) Pertambangan dan Penggalian, (b) Industri Pengolahan, (c) Pengadaan Listrik dan Gas, (d) Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, (e) Transportasi dan Pergudangan, (f) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, (g) Informasi dan Komunikasi), (h) Jasa Keuangan dan Asuransi, (i) Jasa Perusahaan.

Hasil analisis shift share menunjukkan bahwa maka ada 2 (dua) sektor yang tumbuh lambat yaitu: (a) sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang serta (b) sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib.

Ada 10 (sepuluh) sektor ekonomi yang tidak mempunyai daya saing adalah: (a) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (b) Pengadaan Listrik dan Gas, (c) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, (d) Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, (e) Informasi dan Komunikasi, (f) Jasa Keuangan dan Asuransi, (g) Real Estate, (h) Jasa Perusahaan, (i) Jasa Pendidikan, (j) Jasa lainnya.

Ada 7 (tujuh) sektor ekonomi yang tidak progresif yaitu: (a) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (b) Industi Pengolahan, (c) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, (d) Jasa Keuangan dan Asuransi, (e) Real Estate, (f) Jasa Pendidikan, (g) Jasa lainnya.

Sektor Potensial di Kabupaten Muna Barat adalah: (a) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (b) Real Estate, (c) Jasa Pendidikan, (d) Jasa lainnya.

Sektor Berkembang: (a) Pertambangan dan Penggalian, (b) Pengadaan Listrik dan Gas,(c)=Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, (d) Transportasi dan Pergudangan, (e) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, (f) Informasi dan Komunikasi, (g) Jasa Keuangan dan Asuransi.

Ada 2 (dua) sektor terbelakang yaitu (a) Industri Pengolahan), (b) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang.

Ada 3 (tiga) sektor unggulan yang menjadi prioritas pengembangan yaitu: (a) Konstruksi, (b) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib), (c) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.

Kabupaten Buton Tengah

Sektor basis di Kabupaten Buton Tengah adalah: (a) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (b) Pengadaan Listrik dan Gas, (c) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, (d) Konstruksi, (e) Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, (e) Real Estat, (f) Jasa Pendidikan, (g) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.

Sektor non basis yaitu: (a) Pertambangan dan Penggalian, (b) Industri Pengolahan, (c) Transportasi dan Pergudangan, (d) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, (e) Informasi dan Komunikasi, (f) Jasa Keuangan dan Asuransi, (g) Jasa Perusahaan, (h) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, (i) Jasa lainnya.

Hasil penelitian tersebut ada kesesuaiannya dengan penelitian Hilal (2011), Anita Rosmawarni (2015), serta penelitian Hanung Putri Juwita (2017) tentang sektor basis dan non basis.

Ada 4 (empat) sektor ekonomi yang tumbuh lambat yaitu: (a) sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (b) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, (c) Real Estate, (d) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib.

Sektor ekonomi yang tidak mempunyai daya saing adalah: (1) Pertambangan dan Penggalian, (2) Industi Pengolahan, (3) Pengadaan Listrik dan Gas, (4) Konstruksi, (5) Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, (6) Transportasi dan Pergudangan, (7) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, (8) Informasi dan Komunikasi, (9) Jasa Keuangan dan Asuransi, (10) Jasa perusahaan, (11) Jasa Pendidikan, (12) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, (13) Jasa lainnya. Sektor Potensial di Kabupaten Muna Barat adalah (a) Pengadaan Listrik dan Gas, (b)

(5)

Real Estate, (c) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Sektor Berkembang adalah (a) Pertambangan dan Penggalian, (b) Transportasi dan Pergudangan, (c) Informasi dan Komunikasi, (d) Jasa Keuangan dan Asuransi.

Ada 5 (lima) sektor terbelakang: (a) Industri Pengolahan, (b) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, (c) Jasa Perusahaan, (d) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, (e) Jasa lainnya. Ada 5 (lima) sektor unggulan: (a) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (b) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang), (c) Konstruksi, (d) Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor), (e) Jasa Pendidikan.

Sumbangsih Daerah Otonom Baru Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sulawesi Tenggara.

Berdasarkan analisis data, sumbangsih Kabupaten Kolaka Timur terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sulawesi Tenggara sebesar 3,57% rata-rata per tahun dalam kurun waktu tahun 2014-2018. Meskipun demikian sumbangsih yang diberikan berfluktuasi dari tahun ke tahun dan cenderung menurun.

Selanjutnya sumbangsih Kabupaten Muna Barat terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sulawesi Tenggara sebesar 1,96% rata-rata per tahun dalam kurun waktu tahun 2014-2018.

Sumbangsih yang diberikan mengalami peningkatan sejak tahun 2014-2017, tetapi pada tahun 2018 mengalami penurunan.

Sumbangsih Kabupaten Buton Tengah terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sulawesi Tenggara sebesar 1,80% rata-rata per tahun dalam kurun waktu tahun 2014-2018.

Meskipun demikian sumbangsih yang diberikan berfluktuasi dari tahun ke tahun dan cenderung menurun.

Hasil penelitian ini ada kesesuaiannya dengan penelitian Febri Haris Putra, dkk (2018) yang menemukan bahwa total kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Jember adalah sebesar 1,07%.

Interaksi Ekonomi Daerah Otonom Baru Berdasarkan analisis data, interaksi ekonomi yang memberikan nilai tertinggi antar Kabupaten di Kolaka Timur adalah Kabupaten Kolaka Timur dengan Kolaka, selanjutnya Kolaka Timur dengan Konawe. Sedangkan yang paling rendah adalah Kolaka Timur dengan Kolaka Utara. Selanjutnya interaksi ekonomi yang memberikan nilai tertinggi antar Kabupaten di Muna Barat adalah Kabupaten Muna Barat dengan Muna, selanjutnya Muna Barat dengan Konawe Selatan. Sedangkan yang paling rendah adalah Muna Barat dengan Bombana. Interaksi ekonomi yang memberikan nilai tertinggi antar Kabupaten di Buton Tengah adalah Kabupaten Buton Tengah dengan Muna, selanjutnya Buton Tengah dengan Bombana.

Penelitian ini bersesuaian dengan penelitian Zulfa Emalia dan Isti Farida (2018) yang menemukan bahwa Kota Bandar Lampung memiliki interaksi ekonomi tertinggi dengan Kabupaten Pesawaran. Selain itu Kabupaten Lampung Tengah memiliki interaksi ekonomi tertinggi dengan Kabupaten Lampung Timur dan Kabupaten Lampung Selatan memiliki interaksi ekonomi tertinggi dengan Kabupaten Lampung Timur dan Kota Bandar Lampung.

2. Pembahasan

Solusi Bagi Daerah Otonom Baru Yang Potensial Tertinggal Atau Tertinggal Untuk Menjadi Daerah Maju

Berdasarkan hasil penelitian, kebijakan yang harus diambil untuk menjadikan daerah otonom baru di Provinsi Sulawesi Tenggara, khususnya Muna Barat dan Buton Tengah menjadi daerah yang lebih maju, tentu dari sisi peningkatan PDRB per kapita riil dan pertumbuhan ekonomi adalah melaksanakan program yang oleh Tim Peneliti diberi akronim “ G E S I I T “ yaitu:

Gerakan Kerja sama OPD terkait

Enterpreneurship UMKM,Unit Bisnis OPD

Spesialisasi/Fokus Sektor Unggulan Investasi/Pendanaan Sektor Tertinggal Ideologi Mental/Spiritualitas Teknologi Tepat Pemanfaatan Penjelasan :

(6)

1. Gerakan Kerjasama

Adanya program kebersamaan di tingkat kabupaten yang dibuat dan lakukan secara bersama-sama oleh OPD terkait di pimpin oleh Bupati. Sebagai contoh pada hasil bencmarking yang tim peneliti lakukan di DOB Pohuwato Provinsi Gorontalo sebagai salah satu Kabupaten berkinerja baik, ada program yang disebut GEMAPANUA (Gerakan Bersama Pelayanan Untuk Semua). Gerakan ini merupakan gerakan inovatif. Khusus untuk bidang ekonomi yaitu:

(a) pengurangan beban biaya hidup rumah tangga, (b) penguatan ekonomi rumah tangga, (c) perbaikan data sasaran program kemiskinan, serta (d) pengembangan ekonomi produktif.

Masing-masing kegiatan dilakukan secara kreatif, inovatif dan implementatif oleh OPD terkait di pimpin langsung oleh Bupati.

Demikian pula pada sistem pemerintahan berbasis elektronik, inovasi bidang pendidikan, inovasi bidang kesehatan, inovasi bidang lingkungan, dan inovasi bidang keagamaan dilakukan secara terintegrasi.(Hasil BM dengan Pemda Pohuwato, 16 September 2019).

Gerakan kerjasama pada tataran OPD dapat dilakukan oleh kepala OPD dengan seluruh jajarannya.

Program gerakan bersama sesungguhnya menjadi perintah Ilahi, sebagaimana di jelaskan dalam kitab sucinya: “ Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa...” (QS. Al-Maidah (5), ayat 2).

2. Enterpreneurship

Enterprenership dalam hal ini adalah pengembangan kemampuan kewirausahaan di kalangan masyarakat, terutama UMKM sehingga ada inovasi dalam aktivitas produksi atau kegiatan ekonomi. Hasil wawancara yang dilakukan dengan OPD terkait di DOB memberikan penjelasan bahwa: “Sudah saatnya pemerintah daerah memberikan perhatian lebih serius dalam bentuk bintek dan pendanaan bagi pengembangan UMKM dan usaha kreatif karena menjadi penopang ekonomi daerah”.

(FGD Koltim, 25 September 2019). Hal ini bersesuai dengan teori pertumbuhan yang disampaikan oleh Adam Smith bahwa suatu

perekonomian akan tumbuh dan berkembang jika ada spesialisasi. Munculnya spesialisasi akan meningkatkan produktivitas pekerja dan mendorong kemajuan teknologi hingga pertumbuhan ekonomi.

Spesialisasi pada DOB, di Kabupaten Kolaka Timur yang menjadi sektor unggulan yaitu: (a) Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, (b) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, (c) Jasa lainnya.

Selanjutnya Kabupaten Muna Barat spesialisasi pada sektor unggulannya yaitu: (a) Konstruksi, (b) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib), (c) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Kemudian Kabupaten Buton Tengah spesialisasi pada sektor unggulan: (a) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (b) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang), (c) Konstruksi, (d) Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor), (e) Jasa Pendidikan.

3. Investasi

Investasi dalam hal ini adalah penanaman modal, terutama pada sektor-sektor ekonomi non basis dan termasuk sektor ekonomi terbelakang agar lebih meningkat nilai produksinya. Hasil wawancara yang dilakukan dengan OPD terkait di DOB secara umum memberikan penjelasan bahwa: “sektor-sektor ekonomi yang nilai produksinya masih kurang perlu diberikan bantuan pendanaan termasuk sarana-prasarana dengan pengawasan ketat agar termanfaatkan secara efektif dan efisen”.

(FGD Koltim, 25 September 2019).

Persoalan investasi sejalan dengan Harrod-Domar bahwa perlunya pembentukan modal (investasi) sebagai syarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang mantap/teguh (steady growth). Bila pembentukan modal telah dilakukan, maka perekonomian akan sanggup memproduksi barang-barang dalam jumlah yang lebih besar.

Sektor ekonomi terbelakang di Kabupaten Kolaka Timur yang membutuhkan

(7)

investasi adalah: (a) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, (b) Jasa Keuangan dan Asuransi, (c) Real Estate.

Selanjutnya di Kabupaten Muna Barat adalah:

(a) Industri Pengolahan), (b) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang.

Kemudian di Kabupaten Buton Tengah adalah:

(a) Industri Pengolahan, (b) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, (c) Jasa Perusahaan, (d) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, (e) Jasa lainnya.

4. Idiologi

Idiologi dalam hal ini adalah idiologi mindset. Werner Sombart mengatakan bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi terjadi karena masyarakat memiliki susunan organisasi dan ideologi. Tahapannya adalah (1) masyarakat masih terbatas menghasilkan barang dan melakukannya secara kekeluargaan, (2) mulai ada pembagian kerja, dan (3) muncul pemilik modal. Pemilikan modal dalam hal ini adalah modal nyata (tangible asset) dan modal tidak nyata (intangible asset).

Pemerintah daerah ototnom baru, jangan hanya memperhatikan pembangunan fisik materil tetapi yang terpenting adalah pembangunan spritualitas/mental secara terintegrasi dan sejalan. Hasil BM tim peneliti menemukan bahwa: “nuansa religuitas yang dikembangkan oleh Bupati Pohuwato misalnya dengan ASN berjamaah menciptakan keberkahan bagi daerah (Irfan Saleh S.pt.,M.Si, Kepala Baperlitbang, 2019”.

5. Teknologi

Teknologi dimaksud adalah update dengan berbagai berita teknologi terbaru.

Dengan adanya perkembangan yang menuju kehidupan modern, ilmu pengetahuan dan teknologi adalah pelengkap bagi manusia untuk berkembang menjadi lebih berkualitas. Memang, ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua unsur yang berbeda, tapi jika digabung akan membentuk satu kesatuan yang besar

dampaknya bagi pertumbuhan ekonomi. Dengan mengupdate berita terbaru dari teknologi, memungkinkan untuk bisa menguasainya dengan lebih mahir sehingga mengetahui berbagai cara serta taktik dalam mengelola sumber daya yang ada, lebih efektif dan efisien.

Hasil BM tim peneliti menemukan bahwa: “penggunaan teknologi khususnya bagi penguatan ekonomi rumah tangga menjadi penting sebagai contoh dikembangkan teknologi Aquafonik (Integrasi sayur dan ikan), Rumah Gizi (rumah yang tersedia kebutuhan sayur- sayuran disekitar rumah), Standarisasi produk lokal masuk pasar eksport (BI, Beacukai, Pemda dan ASRI) serta Pengembangan Desa Industri.”

(Hasil BM dengan Pemda Pohuwato, 16 September 2019) Kuznets mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi dicapai oleh 3 faktor yaitu: (a) peningkatan persediaan barang terus-menerus, (b) perkembangan teknologi, serta (c) penggunaan teknologi secara efektif dan efisien.

Solusi Bagi Sektor Ekonomi Yang Masih Terbelakang dan Menjadi Prioritas Pengembangan di Daerah Otonom Baru

Kebijakan mengembangkan sektor ekonomi non basis agar dapat mencukupi kebutuhan daerah Daerah Otonom Baru di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah perlu adanya sharing atau pertukaran program secara lintas sektor ekonomi antar OPD setiap Kabupaten.

Dalam hal ini OPD yang sektor ekonominya nonbasis dapat mengadaptasi program pada OPD Kabupaten lain yang sektor ekonominya basis. Hasil FGD, tim peneliti memperoleh informasi bahwa “Perlu ada transformasi program inovatif, kreatif dan implementatif dari Kabupaten yang memiliki nilai produksi sektoral basis ke kabupaten lain yang non basis”. (FGD Koltim, 25 September 2019).

Pada tataran OPD, di Kabupaten Kolaka Timur sektor ekonomi yang masih terbelakang adalah sektor: (a) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, (b) Jasa Keuangan dan Asuransi, serta (c) Sektor Real

Estate. Tiga sektor ini melibatkan tiga OPD terkait yaitu: Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pelayanan Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman. Oleh karena itu Rekomendasi.

(8)

Kebijakan untuk memperbaiki sektor ekonomi terbelakang adalah “ LIMAPEN “:

1. Peningkatan kompetensi ASN

2. Penyediaan Prasarana dan Sarana berbasis manfaat

3. Penggunaan Iptek

4. Penataan Budaya Kerja ASN berbasis hasil kerja

5. Pendanaan alternatif, UBO (unit bisnis Otonom)

Teknis pelaksanaannya di atur oleh kepala OPD yang bersangkutan beserta jajarannya.

Hasil FGD, di dapatkan informasi bahwa “sektor ekonomi yang tertinggal karena keterbatasan kompetensi sumberdaya ASN termasuk anggaran yang tersedia.”. (FGD Koltim, 25 September 2019).

Sektor ekonomi unggulan yang menjadi prioritas utama di Kabupaten Kolaka Timur yaitu: (a) Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, (b) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, (c) Jasa lainnya.

Kebijakan yang diambil dalam pengembangan adalah melalui: Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Dinas Satuan Polisi Pamong Praja, serta Dinas Sosial. Caranya menerapkan program GESIIT sebagaimana telah dijelaskan di atas.

Kabupaten Muna Barat ada 2 (dua) sektor terbelakang yaitu (a) Industri Pengolahan), (b) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang. Kebijakannya fokus pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan melalui peningkatan kompetensi SDM, Sarana prasarana, Iptek, budaya kerja serta pendanaan (LIMAPEN).

Hasil Wawancara, di dapatkan informasi bahwa “Kami di Muna Barat saat ini masih di prioritaskan untuk pembangunan infra struktur jalan sebagai bagian dari kebijakan Bupati”.

(Wawancara Kabid Industri, 18 Maret 2019).

Ada 3 (tiga) sektor unggulan di Kabupaten Muna Barat yaitu: (a) Konstruksi, (b) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib), (c) Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial. Kebijakannya terkait dengan Dinas Pekerjaan Umum, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa, Badan Satuan Polisi Pamong Praja serta Dinas Sosial.

Caranya terapkan program GESIIT.

Kabupaten Buton Tengah ada 5 (lima) sektor terbelakang: (a) Industri Pengolahan, (b) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, (c) Jasa Perusahaan, (d) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, (e) Jasa lainnya. Sektor ini terkait dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, serta Dinas Sosial. Kebijakannya tingkatkan kompetensi SDM, Sarana prasarana, Iptek, budaya kerja serta pendanaan (LIMAPEN).

Hasil Wawancara, di dapatkan informasi bahwa “Buton Tengah saat ini masih di prioritaskan untuk pembangunan prasarana perkantoran”. (Wawancara Sekdis Perikanan, 28 Maret 2019).

Ada 5 (lima) sektor unggulan: (a) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (b) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang), (c) Konstruksi, (d) Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor), (e) Jasa Pendidikan.

Kebijaknnya terkait dengan Dinas Pertanian, Dinas Perikanan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum Tata Ruang dan Perumahan Rakyat, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Sektor unggulan tersebut mmenjadi sektor prioritas pengembangan.

Caranya terapkan program GESIIT.

Solusi Bagi Peningkatan Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Daerah Otonom Baru

Berdasarkan data, sumbangsih, Kabupaten Kolaka Timur terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sulawesi Tenggara masih lebih relatif kecil juga berfluktuasi dari tahun ke tahun dan cenderung menurun.

(9)

Demikian pula Kabupaten Muna Barat dan Kabupaten Buton Tengah. Penyebabnya adalah”

1. Rendahnya kompetensi ASN

2. Terbatasnya Prasarana dan Sarana 3. Pemanfaatan Iptek yang belum optimal

4. Budaya Kerja ASN tidak berbasis hasil kerja tetapi tupoksi

5. Masalah pendanaan yang terbatas di OPD.

Jika setiap sektor ekonomi mengarah pada basis akan memperbesar nilai produksi disektor tersebut sehingga memperbesar sumbangsihnya pada PDRB. Dan ini dapat di capai lewat pertukaran program atau pendekatan di tingkat OPD terkait dalam lintas Kabupaten.

Oleh karena itu, tawaran dalam penelitian ini terkait dengan program “GESIIT” dan

“LIMPEN” secara spesifik dan implementatif dapat meningkatkan PDRB Daerah Otonom Baru sehingga memberikan sumbangsih yang lebih optimal pada PDRB Provinsi.

Solusi bagi peningkatan nilai interaki ekonomi Daerah Otonom Baru dengan daerah sekitarnya

Nilai interaksi ekonomi yang terjadi pada Daerah Otonom Baru dengan daerah sekitarnya yaitu yang berbatasan dengan geografisnya di sebelah utara, timur, selatan dan barat pada daerah tertentu yaitu Kolaka Timur dengan Kolaka Utara, kemudian Kabupaten Muna Barat dengan Bombana serta Buton Tengah dengan Bombana masih relatif kecil dibanding daerah lainnya. Penyebabnya adalah nilai produksi sektor-sektor ekonomi diluar pertanian relatif rendah.

Untuk Kabupaten Kolaka Timur nilai produksi yang relatif rendah adalah sektor: (a) Pertambangan dan Penggalian, (b) Industri Pengolahan, (c) Pengadaan Listrik dan Gas, (d) Konstruksi, (e) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, (f) Informasi dan Komunikasi, (g) Jasa Keuangan dan Asuransi, (h) Real Estat,

(i) Jasa Perusahaan, (j) Jasa Pendidikan, (k) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Kabupaten Muna Barat, nilai produksi sektor ekonomi yang masih rendah adalah: (a) Pertambangan dan Penggalian, (b) Industri Pengolahan, (c) Pengadaan Listrik dan Gas, (d) Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, (e) Transportasi dan Pergudangan, (f) Penyediaan Akomodasi dan Makan dan Minum,(g)Informasi dan Komunikasi), (h) Jasa Keuangan dan Asuransi, (i) Jasa Perusahaan.

Kabupaten Buton Tengah sektor ekonomi yang masih rendah adalah: (a) Pertambangan dan Penggalian, (b) Industri Pengolahan, (c) Transportasi dan Pergudangan, (d) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, (e) Informasi dan Komunikasi, (f) Jasa Keuangan dan Asuransi, (g) Jasa Perusahaan, (h) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, (i) Jasa lainnya.

Nilai produksi sektoral yang rendah akan mempengaruhi nilai PDRB secara keseluruhan. Oleh karena itu perlu ditingkatkan, karena nilai PDRB yang besar sekaligus memberikan dampak positif bagi interaksi ekonomi yang terjadi di dua daerah. Dengan demikian, fokus pada peningkatan nilai produksi sektoral akan memperbesar nilai interaksi ekonomi yang melibatkan dua daerah. Untuk mencapai kondisi ini, penting menerapkan program “GESIIT” dan “LIMAPEN”. Adapun teknis implementasinya tentu berkaitan dengan kebijakan ditingkat OPD terkait, sebagimana telah dijelaskan dalam penelitian ini.

Berdasarkan uraian pembahasan yang telah dikemukakan tersebut, selanjutnya dibuatkan rencana tindakan (action plan) bagi

(10)

OPD terkait di Daerah Otonom Baru sebagai mana ditampilkan pada Tabel 1 di Kabupaten

Kolaka Timur, Tabel 2 di Kabupaten Muna Barat dan Tabel 3 di Kabupaten Buton Tengah.

Tabel 1. Matriks Rencana Tindakan (Action Plan) di Kabupaten Kolaka Timur

Sektor Growth

(%) LQ KPP KPPW PB

Kategori Sektor Ekonomi

OPD Terkait Rancana Tindakan (Action Plan) Pertanian

Kehutanan Perikanan

0,19 Basis Tumbuh Lambat

Tidak Berdaya

Saing

Tidak

Progresif Potensial

OPD yang menangani Sektor Terbelakang:

Dinas Lingkungan Hidup;

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;

Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman.

OPD yang menangani Sektor Unggulan:

Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi, Usaha Kecil dan

Menengah;

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa;

Dinas Satuan Polisi Pamong Praja;

Dinas Sosial.

Program “GESIT”

Gerakan Kerjasama yang melibatkan seluruh OPD terkait;

Enterpreneurship, yaitu mengembangkan UMKM dan membentuk Unit Bisnis Otonom di setiap OPD;

Spesialisasi pada pengembangan sektor ekonomi unggulan;

Investasi/pendanaan pada sektor ekonomi tertinggal;

Idiologi, pembangunan fisikal ,materil dan spiritualitas untuk mendapatkan keberkahan;

Teknologi, yaitu tepat manfaat.

“LIMAPEN”

Peningkatan kompetensi ASN;

Penyediaan sarana dan prasarana berbasis manfaat;

Penggunaan IPTEK;

Penataan budaya kerja ASN berbasis hasil kerja;

Pendanaan alternatif melalui pembentukan UBO (Unit Bisnis Otonom);

Pertambangan

dan Penggalian 0,39 Non Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Progresif Berkembang

Industri

Pengolahan 0,32 Non

Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Progresif Berkembang

Pengadaan

Listrik dan Gas 0,22 Non Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Progresif Berkembang Pengadaan air,

Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0,11 Non Basis

Tumbuh Lambat

Tidak Berdaya

Saing

Tidak

Progresif Terbelakang

Konstruksi 0,45 Non

Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Progresif Berkembang Perdagangan

Besar dan Eceran;Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

0,30 Non Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Progresif Unggulan

Transportasi dan Pergudangan

0,42 Non Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Progresif Berkembang

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

0,25 Non Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Progresif Berkembang

Informasi dan

Komunikasi 0,36 Non

Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Progresif Berkembang

Jasa Keuangan

dan Asuransi 0,18 Non Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Tidak

Progresif Terbelakang Real Estate 0,20 Non

Basis

Tumbuh Lambat

Berdaya Saing

Tidak

Progresif Terbelakang Jasa Perusahaan 0,36 Non

Basis

Tumbuh Cepat

Berdaya

Saing Progresif Berkembang Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

0,27 Non Basis

Tumbuh Lambat

Berdaya

Saing Progresif Unggulan

Jasa Pendidikan 0,35 Non Basis

Tumbuh Cepat

Berdaya

Saing Progresif Berkembang Jasa Kesehatan

dan Kegiatan Sosial

0,30 Basis Tumbuh Cepat

Berdaya

Saing Progresif Berkembang Jasa Lainnya 0,25 Basis Tumbuh

Cepat

Berdaya

Saing Progresif Unggulan Ket :

LQ = Location Quontiene ; KPP = Komponen Pertumbuhan Proposional; PB = Pergeseran Bersih;

KPPW = Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah

(11)

Tabel 2. Matriks Rencana Tindakan (Action Plan) di Kabupaten Muna Barat

Sektor Growth

(%) LQ KPP KPPW PB

Kategori Sektor Ekonomi

OPD Terkait Rancana Tindakan (Action Plan) Pertanian

Kehutanan Perikanan

0,21 Basis Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Tidak

Progresif Potensial

OPD yang menangani Sektor Terbelakang:

Dinas Perindustrian dan Perdagangan;

Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan.

OPD yang menangani Sektor Unggulan:

Dinas Pekerjaan Umum;

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa;

Badan Satuan Polisi Pamong Praja;

Dinas Sosial

Program “GESIT”

Gerakan Kerjasama yang melibatkan seluruh OPD terkait;

Enterpreneurship, yaitu mengembangkan UMKM dan membentuk Unit Bisnis Otonom di setiap OPD;

Spesialisasi pada pengembangan sektor ekonomi unggulan;

Investasi/pendanaan pada sektor ekonomi tertinggal;

Idiologi, pembangunan fisikal ,materil dan spiritualitas untuk mendapatkan keberkahan;

Teknologi, yaitu tepat manfaat.

“LIMAPEN”

Peningkatan kompetensi ASN;

Penyediaan sarana dan prasarana berbasis manfaat;

Penggunaan IPTEK;

Penataan budaya kerja ASN berbasis hasil kerja;

Pendanaan alternatif melalui pembentukan UBO (Unit Bisnis Otonom);

Pertambangan dan Penggalian

0,33 Non Basis

Tumbuh Cepat

Berdaya

Saing Progresif Berkembang Industri

Pengolahan 0,15 Non

Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Tidak

Progresif Terbelakang Pengadaan

Listrik dan Gas 0,28 Non Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Progresif Berkembang Pengadaan air,

Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

-0,03 Basis Tumbuh Lambat

Tidak Berdaya

Saing

Tidak

Progresif Terbelakang

Konstruksi 0,60 Non

Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Progresif Unggulan Perdagangan

Besar dan Eceran;Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

0,31 Non Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Progresif Berkembang

Transportasi dan Pergudangan

0,49 Non Basis

Tumbuh Cepat

Berdaya

Saing Progresif Berkembang

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

0,42 Non Basis

Tumbuh Cepat

Berdaya

Saing Progresif Berkembang

Informasi dan

Komunikasi 0,31 Non

Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Progresif Berkembang

Jasa Keuangan

dan Asuransi 0,25 Non Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Tidak

Progresif Berkembang

Real Estate 0,08 Basis Tumbuh Lambat

Tidak Berdaya

Saing

Tidak

Progresif Potensial

Jasa Perusahaan 0,25 Non Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Progresif Berkembang

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

0,23 Basis Tumbuh Lambat

Berdaya

Saing Progresif Unggulan

Jasa Pendidikan 0,21 Basis Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Tidak

Progresif Potensial Jasa Kesehatan

dan Kegiatan Sosial

0,29 Basis Tumbuh Cepat

Berdaya

Saing Progresif Unggulan

Jasa Lainnya 0,19 Basis Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Tidak

Progresif Potensial Ket :

LQ = Location Quontiene ; PB = Pergeseran Bersih KPP = Komponen Pertumbuhan Proposional KPPW = Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah

(12)

Tabel 3. Matriks Rencana Tindakan (Action Plan) di Kabupaten Buton Tengah

Sektor Growth

(%) LQ KPP KPPW PB

Kategori Sektor Ekonomi

OPD Terkait Rancana Tindakan (Action Plan) Pertanian

Kehutanan Perikanan

0,25 Basis Tumbuh Lambat

Berdaya

Saing Progresif Unggulan

OPD yang menangani Sektor Terbelakang:

Dinas Perindustrian dan Perdagangan;

Dinas Pembedayaan Masyarakat dan Desa;

Dinas Koperasi,Usaha Kecil dan Menengah;

Dinas Kependudukan dan Catatan sipil; Dinas Sosial

OPD yang menangani Sektor Unggulan:

Dinas Pertanian;

Dinas Perikanan;

Dinas Lingkungan Hidup;

Dinas Pekerjaan Umum Tata Ruang dan Perumahan Rakyat; Dinas Perdagangan dan Perindustrian;

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Program “GESIT”

Gerakan Kerjasama yang melibatkan seluruh OPD terkait;

Enterpreneurship, yaitu mengembangkan UMKM dan membentuk Unit Bisnis Otonom di setiap OPD;

Spesialisasi pada pengembangan sektor ekonomi unggulan;

Investasi/pendanaan pada sektor ekonomi tertinggal;

Idiologi, pembangunan fisikal ,materil dan spiritualitas untuk mendapatkan

keberkahan;

Teknologi, yaitu tepat manfaat.

“LIMAPEN”

Peningkatan kompetensi ASN;

Penyediaan sarana dan prasarana berbasis manfaat;

Penggunaan IPTEK;

Penataan budaya kerja ASN berbasis hasil kerja;

Pendanaan alternatif melalui pembentukan UBO (Unit Bisnis Otonom);

Pertambangan dan Penggalian

0,29 Non Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Progresif Berkembang

Industri

Pengolahan 0,10 Non

Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Tidak

Progresif Terbelakang Pengadaan

Listrik dan Gas 0,19 Basis Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Tidak

Progresif Terbelakang Pengadaan air,

Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0,23 Basis Tumbuh Lambat

Berdaya

Saing Progresif Berkembang

Konstruksi 0,24 Basis Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Progresif Unggulan Perdagangan

Besar dan Eceran;Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

0,36 Non Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Progresif Unggulan

Transportasi dan Pergudangan

0,36 Non Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Progresif Unggulan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

0,21 Non Basis

Tumbuh Cepat

Berdaya Saing

Tidak

Progresif Berkembang

Informasi dan

Komunikasi 0,29 Non

Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Progresif Terbelakang

Jasa Keuangan

dan Asuransi 0,24 Basis Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Progresif Berkembang

Real Estate 0,20 Non Basis

Tumbuh Lambat

Tidak Berdaya

Saing

Tidak

Progresif Berkembang

Jasa Perusahaan 0,16 Non Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Tidak

Progresif Terbelakang

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

0,10 Basis Tumbuh Lambat

Berdaya Saing

Tidak

Progresif Terbelakang

Jasa Pendidikan 0,28 Non Basis

Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Progresif Berkembang Jasa Kesehatan

dan Kegiatan Sosial

0,19 Non Basis

Tumbuh Cepat

Berdaya Saing

Tidak

Progresif Berkembang

Jasa Lainnya 0,15 Basis Tumbuh Cepat

Tidak Berdaya

Saing

Tidak

Progresif Terbelakang Ket :

LQ = Location Quontiene ; PB = Pergeseran Bersih; KPPW = Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah KPP = Komponen Pertumbuhan Proposional ;

(13)

KESIMPULAN

Hasil penelitian menyimpulkan: (1) Tipologi Daerah Otonom Baru di Provinsi Sulawesi Tenggara secara umum tertinggal. Untuk Kabupaten Muna Barat potensial tertinggal, Buton Tengah tertinggal. Meskipun demikian Kabupaten Kolaka Timur termasuk dalam tipologi daerah makmur. (2) Sektor-sektor ekonomi yang masih terbelakang dan menjadi prioritas pengembangan di Daerah Otonom Baru sebagai berikut: (2.1) Kabupaten Kolaka Timur sektor terbelakang adalah: (a) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang,(b) Jasa Keuangan dan Asuransi, (c) Real Estate. Sedangkan sektor ekonomi unggulan yaitu:(a) Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, (b) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, (c) Jasa lainnya. (2.2) Kabupaten Muna Barat sektor terbelakang adalah (a) Industri Pengolahan), (b) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang. Sedangkan sektor unggulan yaitu: (a) Konstruksi, (b) Administrasi Pemerintahan, (c) Pertahanan dan Jaminan Sosial, (c) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. (3) Sumbangsih DOB Kabupaten Kolaka Timur terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sulawesi Tenggara masih relatif kecil, juga berfluktuasi dari tahun ke tahun dan cenderung menurun.Demikian pula Kabupaten Muna Barat dan Kabupaten Buton Tengah. Penyebabnya adalah (a) Rendahnya kompetensi ASN, (b) Terbatasnya Prasarana dan Sarana, (c) Pemanfaatan Iptek yang belum optimal, (d) Budaya Kerja ASN tidak berbasis hasil kerja tetapi tupoksi, (e) Masalah pendanaan yang terbatas di OPD. (4) Interaksi ekonomi Daerah Otonom Baru dengan daerah sekitarnya yaitu Kabupaten Kolaka Timur dengan Kolaka

Utara memberikan nilai terendah. Kemudian Kabupaten Muna Barat dengan Bombana serta Buton Tengah dengan Bombana. Penyebabnya adalah nilai produksi riil sektoral di luar sektor pertanian rendah.

Berdasarkan temuan tersebut, (1) Kebijakan yang sebaiknya diambil untuk menjadikan daerah otonom baru yang tertinggal menjadi daerah makmur adalah menjalankan program “ GESIIT” yaitu: (a) Gerakan kerjasama yang melibatkan seluruh OPD terkait, (b) Enterpreneuship, yaitu mengembangkan UMKM dan membentuk Unit Binis Otonom di setiap OPD terkait. (c) Spesialisasi pada pengembangan sektor ekonomi unggulan. (d) Investasi/pendanaan pada sektor ekonomi tertinggal, (e) Idiologi, pembangunan fisikal materil dan spritualitas untuk mendapatkan keberkahan. (f) Teknologi, yaitu tepat manfaat.

Teknis pelaksanaan GESIIT di atur oleh setiap OPD terkait. (2) Kebijakan untuk memperbaiki sektor-sektor ekonomi yang masih terbelakang adalah menjalankan program “LIMAPEN”

yaitu: (a) Peningkatan kompetensi ASN, (b) Penyediaan Prasarana dan Sarana berbasis manfaat, (c) Penggunaan Iptek, (d) Penataan budaya kerja ASN berbasis hasil kerja, (e) Pendanaan alternatif, melalui pembentukan UBO (Unit Bisnis Otonom), di OPD. Teknis pelaksanananya di atur oleh kepala OPD yang bersangkutan beserta jajarannya. Untuk sektor ekonomi unggulan, Kebijakan yang diambil sebagai prioritas pengembangan adalah fokus pada program GESIIT yang di implementasikan secara terintegrasi oleh OPD yang terlibat langsung pada sektor unggulan tersebut. (3) Program “GESIIT” dan “LIMAPEN” yang diimplementasikan oleh setiap OPD terkait, dapat memperbesar nilai PDRB sehingga

(14)

meningkatkan sumbangsih DOB dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi DOB yang bersangkutan, (ZAA4) Program

“GESIIT dan LIMAPEN” yang

diimplementasikan oleh setiap OPD terkait dapat meningkatkan nilai produksi riil sektor- sektor ekonomi sehingga meningkatkan nilai interaksi ekonomi yang masih rendah antara DOB dengan daerah sekitarnya dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dengan izin “TUHAN YANG MAHA KUASA”.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Rosmawarni 2015. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Transformasi Struktural di Provinsi Jawa Timur Tahun 2000 – 2010. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, Surabaya.

Arief Bachtiar, 2015. Pemetaan Potensi Pertumbuhan Ekonomi Daerah dengan Menggunakan Tipologi Klassen di Surabaya dan Sekitarnya. Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi

Pembangunan, FEB UPN

“Veteran”Jatim

Bambang Tri Wisnu Satria, 2016. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Penetapan Sektor Unggulan Di Provinsi Jawa Timur Wilayah Timur Tahun 2010-2014.

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.14, No.02

Boediono. 2014. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5 Ekonomi Makro Yogyakarta: BPFE.

Ferguson, M. W. 2010. Causes And Effects Of The Chronic Inflammation In Venous Leg Ulcers. Acta Derm Venereol Suppl (Stockh), 210, 3-17.

Hadi, S. B. 2013. Geografi Regional Indonesia.Fakultas Sosial dan Ekonomi.

Jurusan Pendidikan Geografi.

Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Hanung Putri Juwita, 2017. Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Sektor Potensial Kabupaten Magetan Tahun 2011-2015. Jakarta:Putra Grafika.

Haris Putra, Hety Mustika Ani, Wiwin Hartanto (2018). Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Kabupaten Jember Tahun 2012-2016, Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 71 ISSN 1907-9990 | E-ISSN 2548-7175 | Volume 12 Nomor 1 (2018) DOI: 10.19184/jpe.v12i1.7589

Hilal Almulaibari, 2011. Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kota Tegal Tahun 2004-2008. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Irene, Swastiwi Viandari Kharti, 2018. Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Para Ahli https://blog.ruangguru.com

Jhingan, M.L. 2010. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Marzuki, C. 2014. Ekonomi Regional, Jakarta:

Erlangga.

Mudrajad Kuncoro,. 2013. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta Erlangga.

Muta'ali,Lutfi, 2015.Teknik Analisis Ragional Untuk Perencanaan Wilayah, Tata Ruang, dan Lingkungan.Yograkarta:

Badan penerbit Fakultas Gegrafi (BPFG) Universitas Gajah Mada

Ni Komang Erawati, 2011. Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi Dan Sektor Potensial Kabupaten Klungkung.

Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Bali, Indonesia.

Putong Iskandar. 2013. Economics, Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta: MitraWacana Media.

(15)

Rahardjo Adisasmita, 2010. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Penerbit Graha Ilmu.

Robinson T 2012. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara. Jakarta

Solikhah Retno Hidayati. 2015. Peran Kota Kecil dalam Perkembangan Wilayah pada Koridor Jalan Regional Semarang-Yogyakarta. Jurnal Pengembangan Wilayah dan Kota Vol.11 No. 4 498-507

Sukirno,Sadono, 2011, Ekonomi Pembangunan, Jakarta: Kencana.

Todaro, Michael. P. 2011. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi

Ketujuh, Terjemahan Haris Munandar.

Jakarta: Penerbit Erlangga

Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2014.

Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi kedelapan. Jakarta:

Erlangga.

Warpani, Suwardjoko, 2004. Analisis Kota dan Daerah, Bandung, ITB

Zulfa Emalia dan Isti Farida, 2018. Identifikasi Pusat Pertumbuhan dan Interaksi Spasial di Provinsi Lampung, Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 19, Nomor 1, April 2018, hlm.

61-74,DOI:10.18196/jesp.1.4100.

(16)
(17)

Referensi

Dokumen terkait

Wilayah DKI Jakarta berada di palau Jawa bagian barat sebelah.. Sebelah timur DKI Jakarta

SEBELAH SELATAN berbatasan dengan Desa Bunglai Kecamatan Peninjauan dengan tanda batas dimulai dari Pilar V ( lima) daerah Suban Ulu menuju Pilar VI (enam) daerah Pagar

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk borat berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah pelepah (buah), jumlah bunga betina (buah), tebal

Perkembangan Kota Depok tidak terlepas dari pemekeran kabupaten Bogor menjadi beberapa daerah otonom disekitarnya. Disamping kota Depok berbatasan langsung dengan DKI

Kota ini terletak di sebelah timur Jakarta yang berbatasan dengan Jakarta Timur di barat, Kabupaten Bekasi di utara dan t imur, Kabupaten Bogor di selatan, s erta

Pertunjukan Kemidi Rudat, terutama yang berkembang di daerah Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, khususnya di desa Terengan dalam proses pertunjukannya, baik sebelum maupun saat

Selain itu pemberian pupuk kandang juga turut memberikan pengaruh positif pada pengamatan luas daun total, dimana menurut Elisman (2001) pupuk kandang merupakan bahan

Pada analisis ragam kadar karet kering menunjukan bahwa pemberian belimbing wuluh (Averroha bilimbi) berpengaruh sangat nyata terhadap kadar karet kering Rataan