• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga dan dirawat sebaik mungkin dengan cinta dan kasih sayang. Keluarga merupakan tempat belajar utama bagi tumbuh kembang anak hingga menjadi dewasa (Sina, 2014). Di rumah, orang tua memberikan stimulasi agar anak dapat mencapai tahapan perkembangan. Selain itu, Orang tua harus dapat memenuhi hak dan kebutuhan anak dengan baik. Salah satu hak yang harus diberikan kepada anak adalah pendidikan.

Menurut Ariyani (2018) pendidikan merupakan salah satu faktor yang akan memengaruhi perkembangan anak. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan:

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan yang sangat penting untuk anak salah satunya adalah pendidikan terkait literasi keuangan. Pendidikan keuangan harus diberikan sejak dini kepada anak terutama pada usia prasekolah dan sekolah dasar (Rapih, 2016). Menurut Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD, 2013) pendidikan keuangan merupakan upaya yang dilakukan individu dengan cara mencari informasi untuk meningkatkan pengetahuannya baik dalam membuat keputusan maupun menghindari risiko, sehingga dapat mencapai individu yang sejahtera secara finansial.

Pada era globalisasi sekarang ini, anak-anak perlu dikenalkan mengenai literasi keuangan untuk mempersiapkan mereka ketika memasuki persaingan ekonomi dimasa yang akan datang (Mundir, 2018). Pendidikan keuangan juga mengajarkan anak mengenai pengelolaan keuangan secara bijaksana, sehingga anak belajar mengontrol pengeluaran dengan cara membedakan keinginan dan

(2)

kebutuhannya (Pujianti, Syaodih dan Djohaeniet, 2019). Selain itu, pendidikan keuangan yang diberikan kepada anak dapat menstimulasi pencapaian perkembangan anak terkait kemampuan literasi keuangan. Menurut Mundir (2018), kemampuan literasi keuangan merupakan kemampuan anak dalam memahami bagaimana cara mengelola keuangan mereka secara sederhana.

Pendidikan keuangan anak usia dini tidak hanya mengenalkan konsep uang, tetapi juga belajar bagaimana cara mengelola keuangan pribadi dengan baik (Rapih, 2016). Anak belajar cara mendapatkan uang, menghargai sesuatu yang mereka beli, menghargai benda milik orang lain, berbagi, bertanggung jawab, belajar menabung serta dapat membedakan keinginan dan kebutuhan. Anak yang diberikan pemahaman tentang perbedaan kebutuhan dan keinginan akan terbiasa mengelola keuangan mereka, salah satunya dalam hal pengeluaran uang (Rapih, 2016).

Anak yang diberikan pendidikan keuangan sejak dini, ketika dewasa akan menjadi pribadi yang bijaksana dalam mengambil keputusan terkait keuangannya.

Sedangkan anak yang tidak diberikan pendidikan keuangan sejak dini ketika dewasa mereka cenderung membuat keputusan dengan tidak tepat. Lusardi dan Mitchell (2007), menyatakan individu yang gagal dalam membuat perencanaan keuangan, dikarenakan mereka tidak memiliki pengetahuan secara finansial.

Pendidikan keuangan yang anak dapatkan tidak hanya diberikan orang tua di rumah. Anak bisa mendapatkan pendidikan keuangan melalui pengajaran di sekolah. Mengajarkan pendidikan keuangan di sekolah merupakan cara yang mudah agar literasi keuangan meningkat, sehingga tercipta perilaku yang baik dalam mengelola keuangan (Grohmann, Kouwenberg, & Menkhoff, 2015).

Pembelajaran yang berkaitan dengan pendidikan keuangan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak (Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, 2019). Pengajaran pendidikan keuangan pada anak tentunya juga diimbangi dengan kemampuan literasi keuangan guru. Deng, dkk (2013) berpendapat, kurangnya literasi keuangan guru akan memengaruhi pengajaran pendidikan keuangan mereka di kelas.

(3)

Berhasil atau tidaknya anak dalam mencapai kemampuan literasi keuangan juga erat kaitannya dengan proses guru memberikan pengajaran. Hasil penelitian yang dilakukan Deng, dkk (2013) dengan judul “Influence of Financial Literacy of Teachers on Financial Education Teaching in Elementary Schools”

menunjukkan hubungan yang positif antara literasi keuangan guru dengan pembelajaran pendidikan keuangannya, sehingga materi pengajaran pendidikan keuangan dikelas semakin baik.

Hasil penelitian lain juga dilakukan oleh Wahyuni dan Reswita (2020) dengan judul “Persepsi Guru terhadap Pendidikan Sosial Finansial pada Anak Usia Dini Menggunakan Media Loose Parts” menunjukkan pemahaman pendidik terkait pendidikan sosial finansial anak usia dini menggunakan media loose parts berada pada kategori rendah dan guru perlu mengikuti pelatihan pembelajaran pendidikan sosial finansial. Artinya apabila pengetahuan guru terhadap pendidikan finansial rendah, maka akan berdampak pada proses pengajaran dan kemampuan literasi keuangan anak.

Di Indonesia, pendidikan keuangan masih jarang dilakukan baik di dalam keluarga maupun sekolah, serta penerapan dalam pembelajaran masih belum baik karena dianggap sesuatu yang tidak penting (Asnawi, Matani & Patma, 2019).

Pendidikan keuangan juga masih belum dilakukan secara terencana (Ariyani, 2018).

Hal ini sejalan dengan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) penduduk Indonesia yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan pada tahun 2019 menunjukkan indeks literasi keuangan mencapai 38,03%, angka tersebut meningkat dibandingkan hasil survei OJK tahun 2016 yaitu 29,7%. Hal ini menunjukkan masyarakat mulai sadar akan pentingnya literasi keuangan, namun angka tersebut masih tergolong pada kategori rendah sehingga perlu ditingkatkan agar seluruh individu memahami akan pentingnya literasi keuangan (OJK, 2019).

Upaya meningkatkan kemampuan literasi keuangan juga gencar dilakukan oleh pemerintah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017) telah meluncurkan materi pendukung Gerakan Literasi Nasional terkait literasi finansial baik dalam lingkup keluarga, sekolah maupun masyarakat. Selain itu, Otoritas

(4)

Jasa Keuangan (2020) juga telah meluncurkan buku panduan untuk guru, pendamping dan orang tua untuk meningkatkan kemampuan literasi keuangan anak dengan judul “Menumbuhkan Kecakapan Literasi Keuangan Pada Anak Usia Dini.”

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan kepala sekolah dibeberapa sekolah di Gugus 3 Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan menunjukkan kemampuan literasi keuangan anak usia 4-5 tahun dan pelaksanaan pendidikan keuangan yang sudah dilakukan. Pada TK Islam Assalamah, kemampuan literasi keuangan anak mulai berkembang, namun ada juga beberapa anak yang belum berkembang seperti anak belum bisa membedakan uang kertas dan uang koin. Selain itu, guru telah melaksanakan kegiatan tahunan yang berkaitan dengan pendidikan keuangan anak, yaitu melalui kegiatan pembelajaran market day, menonton bersama (bioskop mini) dan kegiatan berbagi.

Pada kegiatan market day dan menonton bersama (bioskop mini), anak dikenalkan dengan jenis uang, belajar bagaimana cara menggunakan uang, memahami uang sebagai alat tukar, serta belajar menentukan pilihannya sendiri.

Hasil temuan lain juga terjadi pada TK Islam Melati. Kemampuan literasi keuangan anak mulai berkembang. Selain itu, guru melaksanakan pendidikan keuangan pada anak kelas A melalui kegiatan diskusi tanya jawab dan bermain peran seperti kasir-kasiran. Selain itu, di sekolah juga terdapat program berbagi atau beramal serta menabung.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis meneliti lebih lanjut mengenai hubungan pengajaran pendidikan keuangan dengan kemampuan literasi keuangan anak usia 4-5 tahun. Penulis melakukan penelitian dengan subjek penelitian anak kelas A usia 4-5 tahun dibeberapa sekolah di Gugus 3 Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan. Maka dari itu, judul penelitian ini yaitu “Hubungan Pengajaran Pendidikan Keuangan dengan Kemampuan Literasi Keuangan Anak Usia 4-5 tahun di Gugus 3 Ciputat Timur Tangerang Selatan”.

(5)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas terdapat beberapa identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Tingkat kemampuan literasi keuangan anak ada pada kategori belum berkembang dan mulai berkembang

2. Pentingnya literasi keuangan guru dalam pengajaran pendidikan keuangan 3. Pentingnya menumbuhkan kemampuan literasi keuangan anak

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, perlu adanya batasan-batasan masalah mengenai apa yang diselesaikan dalam penelitian ini. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah hubungan pengajaran pendidikan keuangan dengan kemampuan literasi keuangan anak usia 4-5 tahun di Gugus 3 Ciputat Timur Tangerang Selatan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi serta pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

Adakah hubungan pengajaran pendidikan keuangan dengan kemampuan literasi keuangan anak usia 4-5 tahun di Gugus 3 Ciputat Timur Tangerang Selatan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pengajaran pendidikan keuangan dengan kemampuan literasi keuangan anak usia 4-5 tahun di Gugus 3 Ciputat Timur Tangerang Selatan.

(6)

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan untuk mengkaji lebih dalam mengenai hubungan pengajaran pendidikan keuangan dengan kemampuan literasi keuangan anak usia dini.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

1) Memberikan wawasan kepada guru tentang pentingnya pendidikan keuangan untuk meningkatkan kemampuan literasi keuangan anak usia dini

2) Memberikan wawasan kepada guru tentang kemampuan literasi keuangan yang harus anak capai sesuai dengan tahap perkembangannya.

b. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan agar pihak sekolah menerapkan pendidikan keuangan anak, membuat program yang berkaitan dengan literasi keuangan anak, memberikan fasilitas penunjang pembelajaran pendidikan keuangan, serta melibatkan orang tua dalam kegiatan sekolah terkait literasi keuangan.

c. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai kajian yang relevan dalam penelitian karya ilmiah peneliti lainnya, serta dapat menjadi inovasi yang dikembangkan peneliti lainnya

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU no 34 Tahun 2007 berisi ketentuan mengenai kepailitan dimana debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Pemanfaatan TI dalam pengelolaan pengetahuan dapat dilakukan dengan membangun sebuah Knowledge Management System (KMS).Bagian sistem dan jaringan STIKOM Bali merupakan

Dengan cara yang sama seperti yang di atas, maka dilakukan perhitungan pengujian validitas untuk setiap pertanyaan sebelum dan sesudah bekerja di lantai produksi.. Hasil

Banyak faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri ibu yang memiliki anak dengan gangguan autis dalam lingkungan sosial, namun hal terpenting yang menyebabkan

Buku Rencana Aksi Rinci Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Gempa bumi di wilayah Provinsi Bengkulu menguraikan usulan sasaran dan kegiatan pemerintah provinsi dan pemerintah

Daftar P

Jika elektron berpindah dari tingkat energi tinggi ke tingkat energi rendah sehingga foton dipancarkan sebanding dengan perbedaan tingkat energi tsb... EMISI ABSORPSI Analisis