• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, dan berperan penting dalam proses kelancaran sistem keuangan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. keuangan, dan berperan penting dalam proses kelancaran sistem keuangan."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perbankan adalah institusi keuangan yang kekayaannya berbentuk aset keuangan, dan berperan penting dalam proses kelancaran sistem keuangan.

Fungsi utama bank adalah sebagai intermediasi dari pihak yang kelebihan dana (surplus) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit). Terganggunya fungsi intermediasi akan mengakibatkan alokasi dana dari pihak surplus ke pihak defisit menjadi tidak lancar sehingga dana untuk investasi dan pembiayaan sektor produktif menjadi sangat terbatas dan juga bisa berakibat krisis ekonomi secara sistemik.

Perbankan merupakan bagian dari institusi keuangan yang memiliki peran paling dominan dalam mempengaruhi sistem keuangan di Indonesia.

Instistusi keuangan di Indonesia terdiri dari banyak sektor, namun sektor perbankan memberikan pengaruh terbesar terhadap sistem keuangan di Indonesia. Berikut adalah komposisi lembaga keuangan di Indonesia.

(2)

Sumber: Bank Indonesia dan OJK per-Desember 2015

Gambar 1.1. Komposisi lembaga keuangan di Indonesia

Dari gambar diatas dijelaskan bahwa industri perbankan saat ini menguasai total aset 74,40% dari sistem keuangan di Indonesia. Jika terjadi krisis pada institusi perbankan, maka sangat memberikan dampak krisis pada sistem keuangan.Stabilitas dan kesehatan pada industri perbankan merupakan bagian dari stabilitas sektor keuangan yang sangat terkait dengan kesehatan dan kestabilan suatu perekonomian (Andrew Crocket dalam Gunadi, dkk., 2014). Terganggunya fungsi intermediasi perbankan akan mengakibatkan alokasi dana dari pihak surplus ke pihak defisit menjadi tidak lancar sehingga dana untuk investasi dan pembiayaan sektor produktif menjadi sangat terbatas dan juga bisa berakibat krisis sistem ekonomi secara sistemik.

74.40%

2.51%

1.23%

10.70%

2.59%

5.16%

0.11% 0.15% 0.48% 3.30% Perbankan Bank Syariah BPR

Perusahaan Asuransi Dana Pensiun

Perusahaan Pembiayaan Perusahaan Modal Ventura Perusahaan Penjaminan Pegadaian

NAB Reksadana

(3)

Krisis sistem ekonomi terjadi karena perbankan di Indonesia yang mendominasi dalam menentukan keadaan perekonomian mengalami kegagalan dalam menangani resiko perbankan. Secara umum resiko perbankan adalah resiko kredit, resiko pasar, resiko likuiditas. Resiko kredit mengacu kepada kehatian-hatian bank dalam memberikan kredit, sehingga menjaga agar NPL tidak naik seperti yang terjadi pada pertengahan tahun 2016, yaitu pada bulan Juni sebesar 3,050, kemudian naik pada bulan Juli menjadi 3,181, dan pada bulan Agustus menjadi sebesar 3,220 (SPI 2016, Bank Indonesia). Resiko pasar terkait dengan ketahanan perbankan dari resiko suku bunga, resiko niai tukar, resiko terhadap turunnya harga SBN, dimana CAR yang dimiliki perbankan harus mampu menahan resiko tersebut. Resiko likuiditas adalah resiko dimana terjadinya kekurangan likuiditas yang dimiliki bank, sehingga dapat mengakibatkan krisis pada perbankan.

Kaminsky dan Reinhart dalam Christy, (2011) menyatakan bahwa krisis tidak akan terjadi secara mendadak. Penanganan krisis yang tidak segera dilakukan atau penanganan yang kurang tepat dapat mengakibatkan banyak bank kecil menjadi kolaps akibat kekurangan dana likuiditas. Tutupnya bank- bank ini tentu berdampak juga pada psikologis masyarakat yang menarik dananya besar-besaran dari bank yang dianggap bermasalah (bank runs).

Akibatnya likuiditas bank-bank lain ikut mengering (contagion shock). Shock (baik yang bersumber dari internal maupun eksternal) dapat menyebabkan

(4)

naik turunnya (fluktuasi) kondisi perekonomian di Indonesia yang dalam jangka panjang fluktuasi perekonomian tersebut akan membentuk suatu siklus bisnis (business cycle), yaitu berupa naik turunnya perekonomian Indonesia yang sangat mungkin akan terjadi kembali dimasa depan (Riyanto dan Hendranata, 2014). Kesalahan dalam mengantisipasi terjadinya shock dapat mengakibatkan ketidaktepatan dalam mengambil kebijakan moneter dan kebijakan pemerintah, sehingga potensi pertumbuhan ekonomi bisa tidak tercapai secara maksimal atau bahkan menyebabkan resesi. (Riyanto dan Hendranata, 2014). Maka untuk dapat mengambil kebijakan yang tepat untuk mengantisipasi krisis, diperlukan adanya indeks untuk memantau kondisi perbankan.

Dengan demikian, indeks yang akan dibangun berguna untuk memonitoring atau memantau kondisi perbankan saat ini. Indeks tersebut juga digunakan untuk menilai stabilitas sistem keuangan di Indonesia. Sebelumnya Bank Indonesia telah memiliki suatu indeks yang diberi nama Financial Stability Index (FSI), indeks ini digunakan untuk mengetahui kinerja sistem keuangan di Indonesia yang terus menerus berfluktuasi membentuk siklus keuangan. Selain FSI yang dikembangkan oleh Bank Indonesia, Danareksa Reseacrh Institute (dRi) juga mengembangkan suatu indeks yaitu Coincident Economic Index yang digunakan untuk mengetahui kondisi perbankan di Indonesia yang kondisinya terus berfluktuatif sehingga naik turunnya kondisi

(5)

perbankan tentu membuat kondisi sistem keuanganpun ikut berfluktuatif membentuk siklus keuangan.

Pada dasarnya, siklus keuangan yang terjadi menggambarkan informasi tentang kondisi sistem keuangan apakah sedang dalam kondisi ekpansi atau kontraksi. Hal ini penting, karena untuk menjaga stabilitas sistem keuangan yang dilakukan melalui kebijakan makroprudensial yang pada umumnya ditujukkan untuk meredam terjadinya (build up) resiko sistemik yang berlebihan pada masa ekspansi, serta memberikan ruang untuk penyerapan resiko (risk absorbtion) pada masa kontraksi, (Bank Indonesia, 2014).

Penyerapan resiko (risk absorbtion) yang dilakukan oleh perbankan, menunjukkan seberapa besar kemampuan ketahanan perbankan dalam menahan guncangan yang terjadi, baik dari internal maupun eksternal.

Ketahanan perbankan sendiri adalah seberapa kuat perbankan dalam menahan guncangan atau tekanan penyebab krisis. Maka untuk mengetahui kondisi perekonomian, dalam hal ini adalah kondisi perbankan yang berperan besar dalam sistem ekonomi, perlu dibuat suatu indeks ketahanan perbankan agar pemerintah bisa mengambil kebijakan yang tepat dalam waktu yang tepat pula untuk meminimalkan atau bahkan mengatisipasi terjadinya krisis perbankan yang berdampak pada krisis ekonomi (contagion effect), dan juga untuk

(6)

mengetahui apakah perekonomian Indonesia menuju ke arah ekspansi atau kontraksi.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul "Menganalisis Indeks Ketahanan Perbankan Konvensional di Indonesia".

B. Batasan Masalah

Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) yang dibuat oleh Bank Indonesia bertujuan untuk mengetahui kondisi sistem keuangan di Indonesia.

Sistem keuangan di Indonesia terdiri dari pasar dan institusi keuangan, yang keduanya memiliki indeks masing-masing. Dimana dalam institusi keuangan, perbankan memliki peran dominan dalam mempengaruhi sistem keuangan di Indonesia, sehingga perlu melakukan analisis pada Indeks Ketahanan Perbankan Konvensional (IKPK) yang terdiri dari indikator tekanan, intermediasi, dan efisiensi.

Menganalisis IKPK (Indeks Ketahanan Perbankan Konvensional) nantinya akan menjadi sarana untuk memonitoring kondisi ketahanan perbankan terhadap sistem keuangan di Indonesia dan bagian dari kerangka makroprudensial. Seperti yang di jelaskan pada gambar 1.2, secara umum kerangka kebijakan makroprudensial dibawah memiliki tujuan untuk mengidentifikasi resiko pada sistem keuangan serta kapan saat yang tepat bagi otoritas keuangan untuk mengeluarkan kebijakan yang mampu mencegah

(7)

penyebaran resiko bagi sistem keuangan yang berpotensi mengakibatkan resiko sistemik (Bank Indonesia, 2014). IKPK yang dibangun nantinya akan digunakan pada tahap pertama, yaitu pada monitoring sistem keuangan.

Elemen 2

Elemen 1

Sumber: Kajian Stabilitas Keuangan Bank Indonesia tahun 2014 Gambar 1.2. Alur Kerangka Kebijakan Makroprudensial

C. Rumusan Masalah

Perbankan adalah institusi yang berfungsi sebagai intermediasi antara pihak surplus dengan pihak defisit. Perbankan memberikan dana berupa kredit kepada pihak defisit. Dalam memberikan kredit, perbankan harus memiliki kebijakan untuk memastikan peminjam dapat mengembalikan dana

Identifikasi Risiko

Evaluasi Efektifitas Kebijakan Desain dan

Implementasi Kebijakan

Pemberian Sinyal Resiko Monitoring

Sistem Keuangan

Penilaian Resiko

Instrumen Kebijakan Makropudensial

1 3

5 6

2 4

CMP

(8)

pinjamannya, karena jika peminjam tidak bisa mengembalikan dana pinjamannya, maka NPL perbankan akan tinggi dan ROA menjadi rendah sehingga mengakibatkan bank mengalami kekurangan likuiditas dan membuat bank mengalami masalah solvabilitas. Hal ini dapat mengakibatkan pihak surplus menarik dananya besar-besaran dari bank yang di anggap bermasalah (bank runs). Kondisi perbankan sebagai institusi keuangan yang paling dominan dalam sistem keuangan yang terus mengalami fluktuatif akan turun kearah resesi, hal ini tentu membuat kondisi sistem keuangan ikut berfluktuatif ke arah resesi. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu melakukan analisis suatu indeks ketahanan perbankan untuk memonitoring kondisi industri perbankan, khususnya bank konvensional yang sangat berpengaruh terhadap kondisi ekonomi di Indonesia. Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat mejawab pertayaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimana menganalisis indeks ketahanan perbankan konvensional di Indonesia?

2. Bagaimana level ketahanan perbankan konvensional di Indonesia?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis indeks ketahanan perbankan konvensional di Indonesia.

2. Untuk mengetahui level ketahanan perbankan konvensional di Indonesia.

(9)

E. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pembuat kebijakan di Indonesia, yaitu Bank Indonesia dan otoritas jasa keuangan.

(10)

Gambar

Gambar 1.1. Komposisi lembaga keuangan di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Dengan bantuan Komputer semua pekerjaan menyangkut laporan keuangan akan lebih mudah dan dapat terselesaikan tepat waktu, hal ini sejalan dengan penelitian yang

Perbankan syariah lebih diarahkan kepada aktivitas perekonomian domestik, sehingga belum memiliki tingkat intregitas yang tinggi dengan sistem keuangan global dan belum

Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi ilmiah kepada para pengajar dan kepala madrasah dalam pengembangan sarana dan prasarana guna meningkatkan pengelolaan

Pertimbangan ini didasarkan pada: kemampuan finansial (pengobatan kanker memerlukan biaya yang tidak sedikit dan akan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup

Bab IV membahas mengenai kriteria suatu bank ditetapkan Sebagai bank berdampak sistemik, dampak yang ditimbulkan oleh bank sistemik terhadap dunia perbankan dan

Secara umum, struktur sistem keuangan Indonesia hingga saat ini masih didominasi oleh sektor perbankan kendati dalam periode pasca krisis 1997/98 peran lembaga keuangan bukan bank

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari kualitas sumber daya

Menurut PSAK No.1: (1) PSAK No.1 (revisi 2009) mewajibkan entitas untuk menyusun laporan laba rugi komprehensif, yang terdiri dari informasi laba rugi yang biasa dilaporkan