• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara,"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara, bahkan pada era globalisasi ini, bank juga telah menjadi bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran dunia. Pasal 3 Undang-undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 , merumuskan mengenai fungsi perbankan yaitu, bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Mengingat hal yang demikian itu, maka begitu suatu bank telah memperoleh izin berdiri dan beroperasi dari otoritas moneter negara yang bersangkutan, bank tersebut menjadi milik masyarakat. Oleh karena itu eksistensinya bukan saja harus dijaga oleh para pemilik bank itu sendiri, tetapi oleh masyarakat nasional dan global. Mengingat kegiatan perbankan bergerak dengan dana dari masyarakat atas dasar kepercayaan, maka setiap pelaku perbankan diharapkan tetap menjaga kepercayaan masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan akan terjaga apabila sektor perbankan itu sendiri diselenggarakan dan dikelola dengan prinsip kehati-hatian sehingga selalu terpelihara kondisi kesehatannya.1

Krisis moneter tahun 1997-1998 menimbulkan polemik tersendiri kepada masyarakat,kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan nasional merosot tajam,yang ditandai dengan penarikan dana secara besar-besaran oleh nasabah dari

1

Harningtias Putri: “Pengaturan dan Pengawasan Bank Di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan The Basel Core Principles For Effective Banking Supervision”(Medan: Universitas Sumatera Utara,2008), 1

(2)

sistem perbankan, sehingga mengakibatkan sejumlah bank mengalami kesulitan likuiditas yang menjurus kepada runtuhnya sistem perbankan nasional dan pada gilirannya berdampak pada terganggunya sistem pembayaran dan perekonomian nasional. Secara hipotesa para ahli memberikan beberapa rekomendasi untuk dapat keluar dari krisis, diperlukan tiga prasyarat bagi suksesnya reformasi perbankan yaitu (1) kemauan politik dan kepemimpinan kuat serta didukung tim ekonomi yang berdedikasi dan kompak serta memiliki kesatuan pandang, (2) perencanaan reformasi finansial yang disusun dengan cermat, berkesinambungan, dan komprehensif, dan (3) kemampuan untuk meyakinkan efektivitas dari rencana tersebut pada butir 2 kepada setiap lapisan masyarakat2

Krisis Perbankan akan berdampak langsung terhadap kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan, oleh sebab itu maka tingkat kesehatan suatu bank harus terus dijaga agar tetap dipercayai oleh masyarakat, tingkat kesehatan bank dapat diukur dari beberapa faktor berikut antara lain : Permodalan, kualitas aktiva produktif, kualitas manajemen, rentabilitas, dan lukiditas suatu bank

.

3

2

Krisna Wijaya, Analisis Kebijakan Perbankan Nasional, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010), hlm. 15

3

Leonardus Reynald Martin,Tinjauan yuridis Terhadp Bank Gagal Berdampak Sistemik Terkait Kewenangan Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral Yang Independen,Universitas Atma Jaya Yogyakarta,Yogyakarta,2015, hlm1.

. Maka dari itu Bank yang tidak sehat akan kehilangan kepercayaan masyarakat,kelangsungan usaha bank tidak dapat dilanjutkan mengakibatkan bank tersebut menjadi bank gagal yang dapat dicabut ijin usahanya.Atas dasar pertimbangan tersebut baik pemilik dan pengelola bank harus bekerjasama dalam mewujudkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan. Perbankan merupakan salah satu lembaga yang dominan dalam lembaga keuangan, untuk itu perlu pentingnya menjaga kesehatan bank. Apabila bank mengalami suatu

(3)

masalah akan menimbulkan dampak yang merugikan yang sangat besar sehinnga bisa berpotensi mengalami default dan inflasi yang tinggi pada sektor keuangan dan bisa membahayakan perekonomian.4

Maka setelah disahkannya Undang-undang Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Pencegahan dan Penaganan Krisis Sistem Keuangan perlu fungsi pengawasan perbankan, khususnya untuk bank yang ditetapkan sebagai bank sistemik. Risiko sistemik adalah risiko di mana kegagalan sebuah bank tidak hanya berdampak langsung terhadap karyawan, nasabah, dan pemegang saham, tetapi bahkan dapat menghancurkan perekonomian. Hal ini lebih dikenal dengan sebutan “ run on a bank” atau “bank rush”, yaitu penarikan dana besar-besaran dari bank

Bukan saja dilihat hanya dari tingkat kesehatan bank nya saja, namun juga perlu adanya pengawasan.

5

4

Ayu Kusuma Lastri dkk,Konsistensi Pengaturan Penetapan Status Bank Gagal Sebagai Penerima Lender Of The Last Resort (LLR),hlm2.

5

Sulad Sri Hardanto, Manajemen Resiko Bagi Bank Umum Kisi-kisi Ujian Sertifikasi Manajemen Resiko Perbankan Tingkat I, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006), hlm. 6.

. Bisnis dibidang keuangan merupakan salah satu bisnis yang rentan terhadap penyelewengan atau penyalahgunaan yang menyebabkan kerugian bagi pihak yang bersangkutan. Untuk menghindari atau meminimalkan penyelewengan maka, pengawasan harus dilakukan dari awal berjalannya suatu kegiatan. Pengawasan adalah aktivitas yang dilakukan untuk mengawasi dan mengendalikan seluruh kegiatan perusahaan, baik penyusunan anggaran, proses kegiatan perusahaan,catatan dan laporan terhadap hasil kegiatannya. Untuk menjaga agar Perbankan tetap sehat dan kokoh maka dilakukan pengawasan terhadap tingkat kesehatan bank oleh Bank Indonesia,namun sejak awal tahun 2013 pengawasan untuk perbankan diserahkan kepada Otoritas Jasa Keuangan(OJK) hal ini sesuai dengan amanat pada pasal 34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang

(4)

perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dibentuklah Otoritas jasa Keuangan dengan dasar Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.6

Krisis sistem keuangan menjadi sesuatu yang sulit ditolak apabila negara menganut sistem ekonomi yang terbuka. Karena akan berdampak pada negara lain. Akibat krisis keuangan 1998,negara terpaksa melakukan bail out melalui penerbitan obligasi lebih dari Rp550 triliun untuk penyehatan perbankan nasional. Konsep bail out inilah yang dihindarin dengan menerbitkan Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisisi Sistem Keuangan (UU PPKSK). Kehadiran undang-undang ini menandai era baru dalam pencegahan dan penanganan krisis sitem keuangan di Indonesia. Pencegahan dan penanganan permasalahan pada bank sistemik menjadi penting karena bank sistemik dapat menyebabkan gagalnya sistem pembayaran serta tidak berfungsinya sistem keuangan secara efektif dan berdampak langsung terhadap perekonomian nasional.

Dimana fungsi pengawasan lembaga keuangan baik Bank maupun bukan Bank telah diambil alih oleh Otoritas jasa keuangan (OJK) sementara itu Bank Indonesia sebagai Bank sentral berperan sebagai regulator kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas moneter.

7

6

Ayu Kusuma Lastri dkk, Op. cit, hlm 3.

Belajar dari kegagalan Bank Century yang pada tanggal 21 November 2008,KKSK(Komite Stabilitas Sistem Keuangan menetapkan Bank Century saat ini menjadi Bank gagal berdampak sistemik yang kemudian ditanganin dan berada dalam kewenangan Lembaga Penjamin Simpanan. Namun sejauh ini Kasus mengenai Bank Century masih menjadi polemik yang mana statusnya ditetapkan sebagai Bank

7

Sunarsip,UU PPKSK: Era Baru Penaganan Bank Gagal, http://m.bisnis.com/finansial/read/20160328/90/531790/uu-ppksk-era-baru-penanganan-bank-gagal, diakses 31 Januari 2017,jam 11.30 WIB.

(5)

gagal berdampak sistemik dikarenakan pada saat penetpannya statusnya sebagai bank gagal berdampak sistemik belum ada peraturan Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yang memberikan secara jelas pengertian tentang bank gagal berdampak sisitemik. Hanya saja Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang No. 4 tahun 2008 Tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan ( Perpu JPSK) dalam pasal 1 angka 4 memberikan pengertian Berdampak sistemik adalah :

“Berdampak sisitemik adalah suatu kondisi sulit yang ditimbulkan oleh suatu bank, LKBB, dan/atau gejolak pasar keuangan yang apabila tidak diatasi dapat menyebabkan kegagalan sejumlah bank dan/atau LKBB lain sehingga menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap sistem keuangan dan perekonomian nasional.”

Tidak adanya dasar hukum yang menjadi pertimbangan penetapan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan menuai pro dan kontra dimana saat itu dikuatirkan likuidasi Bank Century Berdampak sistemik akan mempengaruhi perekonomian negara.

Setelah Disahkannya Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan diharapkan dapat memberikan dasar hukum bagi penetapan bank berdampak sistemik. Adapun pengertian bank sistemik menurut undang-undang Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis sistem Keuangan adalah dalam pasal 1 angka 5 menyebutkan:

“bank sistemik adalah bank yang karena ukuran aset,modal,dan kewajiban; luas jaringan atau kompleksitas transaksi atas jasa perbankan; serta keterkaitan dengan sektor keuangan lain dapat mengakibatkan gagalnya sebagian atau keseluruhan bank lain atau sektor jasa keuangan, baik secara operasional maupun finansial,jika bank tersebut mengalami gangguan atau gagal”8

8

Lihat Pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan.

(6)

Terkait dengan penetapan bank sistemik merupakan hal yang sangat penting, dimana akan menjadi acuan untuk mengukur risiko sistem keuangan, juga sebagai acuan bagi pemilik dan manajemen bank yang masuk sebagai bank sistemik. Bagi pemilik dan manajemen yang bank nya masuk sebagai bank sistemik memiliki kewajiban dalam menjaga kecukupan lukuiditas dan solvabilitasnya, termasuk juga meningkatkan kualitas manajemen bank.

Setelah disahkannya Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan maka akan lebih awal diketahui bank mana yang masuk kategori sistemik dan non sistemik. Undang-undang Pencegahan dan penaganan Krisis Sistem Keuangan mengamanatkan Otoritas Jasa Keuangan sebagai otoritas pengawas perbankan untuk menetapkan bank sistemk, melalui koordinasi dengan Bank Indonesia yang kemudian dilaporkan ke Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian hukum dengan judul Penentuan Bank Sistemik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Pencegahan Dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan

a. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengawasan perbankan di Indonesia?

2. Bagaimana pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan di Indonesia ? 3. Bagaimana penentuan Bank Sistemik berdasarkan Undang-undang Nomor 9

Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan?

(7)

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan dalam skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui pengawasan Perbankan di Indonesia. b. Untuk mengetahui penentuan penilaian kesehatan suatu bank.

c. Untuk mengetahui penentuan bank sistemik berdasarkan UU Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan. 2. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

1. Memberikan tambahan lteratur sebagai bahan pustaka Hukum Ekonomi tentang Penentuan Bank Sistemik Berdasarkan Undang-undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan.

2. Secara teroritis, pembahasan tentang penentuan bank sistemik berdasarkan UU Nomor 9 Tahun 2016 dapat memberikan pengetahuan mengenai peraturan hukum apa yang digunakan oleh lembaga keuangan dalam menentukan suatu bank termasuk ke dalam bank berdampak sistemik.

b. Manfaat Praktis

Pembahasan ini diharapkan dapat memberi masukan atau menjadi tambahan materi bagi para pembacanya, baik masyarakat pada umumnya maupun

(8)

akademisi pada khususnya yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai dasar penentuan bank sistemik.

C. Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul “Penentuan Bank Sistemik Berdasarkan Undang-undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan” sehubungan dengan keaslian judul skripsi, ini telah dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di perpustakaan Universitas sumatera Utara. Untuk mengetahui keaslian penulisan, sebelum melakukan penulisan skripsi berjudul Penentuan Bank Gagal Sistemik Berdasarkan UU Nomor 9 Tahun 2016. Pada dasarnya belum pernah ditulis menjadi judul skripsi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, meskipun terdapat judul yang hampir sama dengan skripsi ini, akan tetapi substansi pembahasannya berbeda. Adapun skripsi yang mempunyai pofil yang sama dengan judul skripsi ini namun berbeda substansinya adalah : Leonardus Reynald Martin (2014) dengan judul Tinjauan Yuridis Terhadap Penetapan Bank Gagal Berdampak Sistemik Terkait kewenangan Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral Yang Independen adapun permasalahan dalam tulisan ini adalah : a. Apa Kriteria suatau bank dapat ditetapkan sebagai Bank gagal berdampak sistemik b. Apakah kriteria bank gagal berdampak sistemik perlu diatur secara jelas dalam pengaturan hukum c. Apa pentingnya peran lembaga dalam penetapan bank gagal berdampak sstemik. Penulis menulis skripsi ini berdasarkan literatur – literatur yang diperoleh di perpustakaan, peraturan perundang – undangan yang berkaitan dengan bank gagal, media cetak dan elektronik dan juga

(9)

melalui bantuan para pihak. Oleh karena itu secara akademik penelitian ini dapat dipertanggung-jawabkan Kebenarannya.

D. Tinjauan Kepustakaan

1. Perbankan dan Bank

Berdasarkan dengan ketentuan Pasal 2 UU Perbankan menyebutkan bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berdasarkan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama Perbankan Indonesia menurut Pasal 3 UU Perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Sedangkan tujuan perbankan menurut Pasal 4 UU Perbankan adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyak banyak.9

Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote..

9

Lihat Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998.

Kata bank berasal dari Bahasa Latin banca berarti tempat penukaran uang. Sedangkan menurut undang-undang perbankan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, bahwa yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

(10)

bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut G.M Verrijn Stuart menyatakan “ bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan akan kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri, dan dengan uang yang diperolehnya dari orang lain untuk maksud itu, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat pertukaran berupa uang giral.10

2. Bank Sistemik Peran

Undang-Undang Nomor 9 Tahun2016 Tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis sistem keuangan menyatakan bank yang masuk kategori sistemik adalah bank yang dapat mengakibatkan bank lain atau sektor jasa keuangan gagal. Gagal disini baik secara operasional maupun finansial, jika mengalami gangguan. Adapun pengertian Bank sistemik menurut Pasal 1 angka 5 adalah Bank yang karena ukuran aset, modal, dan kewajiban; luas jaringan atau kompleksitas transaksi atas jasa perbankan; serta keterkaitan dengan sektor keuangan lain dapat mengakibatkan gagalnya sebagian atau keseluruhan Bank lain atau sektor jasa keuangan, baik secara operasional maupun finansial, jika Bank tersebut mengalami gangguan atau gagal. Bank gagal berdampak sistemik pernah terjadi ketika krisis pada 2008. Bank Century ditetapkan sebagai bank gagal berdampak sistemik, dalam hal ini penyelamatan Bank Century pada masa itu adalah menggunakan mekanisme bail out dimana penalanganan dana berasal dari APBN, maka untuk mengantisipasi hal ini terulang kembali disahkannya

Undang-10

C.S.T Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, ( Jakarta :Sinar Grafika), 1993,hal 5.

(11)

Undang Nomor 9 Tahun 2016 maka akan lebih awal diketahui bank mana yang masuk kategori bank sistemik dan non sistemik.

3. Krisis Sistem Keuangan

Kondisi sistem keuangan yang gagal menjalankan fungsi dan perannya secara efektif dan efesien, yang ditunjukkan dengan memburuknya berbagai indikator ekonomi dan keuagan. Indonesia pernah mengalami krisis keuangan dimana hal tersebut memicu terjadinya gejolak disetiap aspek. Pada saat terjadinya krisis sistem keuangan belum adanya payung hukum yang dapat mengatasi hal demikian, namun kini dengan hadirnya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan Komite Stabilitas Sistem Keuangan yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang tersebut pun memiliki landasan hukum dalam menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia agara berfungsi efektif dan efesien serta mampu bertahan dari gejolak yang bersumber dari dalam dan luar negeri. Penentuan kondisi krisis keuangan tidak hanya berdasarkan kajian dari empat otoritas dibawah KSSK, namun juga melibatkan keputusan politik yang harus dipertimbangkan Presiden.

E. Metode Penulisan

Metode yang dpakai dalam penulisan skripsi ini adalah tergolong ke dalam jenis penelitian normatif dengan pengumpulan data secara studi pustaka (library research) disertai mengumpulkan dan membaca referens melalui peraturan, majalah, internet kemudian data-data yang layak diseleksi untuk mendukung penulisan.

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif disebut juga penelitian doktrinal ( doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang memusatkan pada

(12)

analisis hukum balik yang tertulis dalam buku ( law in book) adapun pendekatan yang dilakukan dala penelitian ini adalah pendekatan yuridis yang merupakan pendekatan yang mengkonsepkan hukum sebagai norma, kaidah maupun azas dengan tahapan berupa studi kepustkaan dengan pendekatan dari berbagai literatur. Metode penelitian juga menggabungkan dengan studi kepustakaan menggunakan media literatur yang ada maupun jurnal ilmiah elektronik lainnya seperti internet dan tinjaun yuridis

2. Data Penelitian

Penyusunan skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah data sekunde yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Data sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.

a. Bahan hukum primer yaitu bahan yang terdiri dari peraturan Perundang-undangan di bidang perbankan, antara lain :

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan, Undang-undang No. 7 Tahun 1992, LN. No. 31, TLN No. 3472. Jo Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, LN. No. 182, TLN No. 3790 Tentang Perbankan, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 4 Tahun 2008 Tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan, Peraturan Bank Indonesia Pengganti Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No 6/9/PBI/2004 tentang Tindak Lanjut Pengawasan Dan pentetapan Status

(13)

Bank, Peraturan OJK (POJK) Nomor 15/POJK.03/2017 tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum, Peraturan OJK (POJK) Nomor 46/POJK.03/2015 tahun 2015 tentang Penetapan Systemically Important Bank dan Capital Surcharge, Peraturan BI (PBI) No.19/3/PBI/2017 tentang PLJP, Peraturan BI (PBI) No.19/4/PBI/2017 tentang PLJPS, Peraturan OJK 14/POJK.03/2017 Tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum, Peraturan OJK 15/POJK.03/2017 tentang Rencana Aksi Bagi Bank Sistemik, Peraturan OJK 16/POJK.03/2017 tentang Bank Perantara. Dalam POJK untuk Rencana Aksi,Undang Undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu serta menganalisis. Misalnya jurnal hukum, buku-buku, makalah, karya tulis ilmiah dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan persoalan yang diangkat dalam skripsi ini.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan sekunder. Misalnya kamus hukum dan ensiklopedia

3. Teknik Pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah berdasarkan kepustakaan, dokumentasi, dimana dengan cara mengumpulkan data mengenai

(14)

hal-hal berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda, peraturan Perundang-undangan yang ada relevansi dengan permasalahan penelitian dan sebgainya yang dapat memberikan informasi mengenai penelitian ini.

4. Analisis Data

Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan danalisis dengan metedoe kualitatif, yaitu dengan menguraikan semua data menurut mutu, dan sifat gejala dan peristiwa hukumnya melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut diatas agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas dengan mempertautkan hukum yang ada. Mengolah dan menginterprestasikan data guna mendapatkan kesimpulan dari permasalahan serta memaparkan kesimpulan dan saran, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yakni kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.11

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan upaya atau cara untuk mempermudah dalam melihat dan memahami isi dari tulisan ini secara menyeluruh. Dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam 5 (lima) bab. Setiap bab menguraikan pembahasan-pembahasan tersendiri secara sistematis dan saling terkait antara bab satu dan bab lainnya. Adapun sistematika penulisan skripsi ini yaitu

Bab I merupakan bagan pendahuluan yang membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, sistematika penulisan.

11

Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum ( Medan : Universitas Sumatera Utara, 2010), hlm 24.

(15)

Bab II merupakan pembahasan mengenai tujuan pengawasan bank, prinsip-prinsip pengawasan bank, struktur lembaga pengawasan lembaga keuangan, kewenangan pengawasan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan.

Bab III merupakan pemembahasan mengenai komite stabilitas sistem keuangan, pencegahan krisis sistem keuangan, penanganan krisis sistem keuangan.

Bab IV membahas mengenai kriteria suatu bank ditetapkan Sebagai bank berdampak sistemik, dampak yang ditimbulkan oleh bank sistemik terhadap dunia perbankan dan perekonomian nasional, peran lembaga dalam penetapan bank berdampak sistemik, penetapan status bank sistemik berdasarkan Undang-undang No.9 Tahun 2016 Tentang Pencegahan Dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan, Penanganan terhadap bank yang berdampak sistemik.

Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari skripsi dan saran-saran yang mungkin berguna bagi perkembangan hukum perbankan di Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

6 Namun yang harus lebih dahulu kita ketahui yaitu bahwa pada dasarnya seluruh kegiatan dalam proses hukum penyelesaian perkara pidana, sejak penyelidikan sampai putusan

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi pada pembelajaran matematika di kurikulum 2013 pokok

 Libatkan mereka yang dapat membantu kampanye Anda: Di salah satu studi kasus, Pokja melibatkan (PKK) dalam diskusi bagaimana dengan meningkatkan layanan air limbah dapat

Adapun kendala dalam implementasi DBT adalah koneksi internet yang lambat, lokasi DBT yang kurang strategis, aplikasi yang belum menyentuh kegiatan bisnis masyarakat

Pada komponen penafsiran, tidak ada subjek yang mampu mencari hubungan perintah soal dengan jawaban contoh soal untuk dapat menggunakan kaitan konsep tersebut dalam

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa ukuran Pemda tidak berpangaruh terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten /Kota di Provinsi Jambi, hal itu disebabkan

Keragaan Status Gizi, Aktivitas fisik, Konsumsi Pangan serta Tingkat kecukupan Energi dan Zat Gizi Anak Sekolah Dasar di Bogor.. Fakultas Ekologi Manusia: Institut