• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI BUDAYA MELAYU PADA ANAK USIA DINI 4-6 TAHUN DI PAUD CENDANA KECAMATAN PANTAI LABU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI BUDAYA MELAYU PADA ANAK USIA DINI 4-6 TAHUN DI PAUD CENDANA KECAMATAN PANTAI LABU."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI

BUDAYA MELAYU PADA ANAK USIA DINI DI PAUD

CENDANA KECAMATAN PANTAI LABU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Oleh:

MUCIANI SULISTIWA

108341016

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI

BUDAYA MELAYU PADA ANAK USIA DINI DI PAUD

CENDANA KECAMATAN PANTAI LABU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Oleh:

MUCIANI SULISTIWA

108341016

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis hantarkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat-Nya yang telah memberikan begitu banyak berkat berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi

Pendidikan Karakter Melalui Budaya Melayu Pada Anak Usia Dini 4-6

Tahun di PAUD Cendana Kecamatan Pantai Labu”.Skripsi ini disusun

untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat

diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari segala pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M. Si selaku Rektor Universitas Negeri

Medan.

2. Bapak Drs. Nasrun, MS selaku Dekan FIP UNIMED.

3. Bapak Prof. Dr Yusnadi, MS selaku Pembantu Dekan I FIP UNIMED, dan selaku Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dari sejak awal penelitian hingga

sampai selesainya skripsi ini.

4. Ibu Dra. Rosdiana, MPd selaku Ketua Jurusan PLS FIP UNIMED,

(7)

5. Bapak Dr. Sudirman, SE, M. Pd selaku sekretaris Jurusan PLS FIP UNIMED dan selaku dosen penguji, yang telah membimbing dalam

perkuliahan terlebih dalam memfasilitasi penulis pada pelaksanaan seminar.

6. Bapak Drs. Elizon Nainggolan, M. Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik, dan selaku dosen penguji.

7. Bapak dan Ibu Dosen jurusan PLS yang telah membekali berbagai pegetahuan dan pengalaman yang mendukung penyusunan skripsi ini, serta pegawai di lingkungan FIP UNIMED yang telah membantu

dalam penyelesaian surat-surat.

8. Ibu Patimah dan Bapak Dedi serta seluruh penyelenggara PAUD

Cendana yang telah memberikan izin penelitian untuk skripsi ini. 9. Teristimewa Penulis ucapkan kepada Ibunda tercinta Nur Hasanah,

Ayah tercinta Abd. Muis Gani, adik tercinta Ratna Halisyah Putri

dan Hayunila Nuris, yang selalu mendoakan, memberikan semangat dan arahan, serta bantuan moril yang tidak mampu terbalaskan.

10.Terimakasih untuk Kakanda tersayang Muhammad Rizal S.Pd, karena selalu menemaniku dalam suka dan duka, memberikan do’a

dan motivasi serta kasih sayang yang tiada terlupakan.

11.Untuk Kakak Surya Indrawati, S. Pd dan Ibu Anifah, S. Sos. M.Pd yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam mengerjakan

(8)

12.Buat sahabat-sahabatku Sri Ramadhani, Amsal Qori Dalimunthe, Leli, Kak kaya,Okta Fauziah, Agustina Tarigan, Suci Hariyanti,

Rina Anggraini Siagian, M. Taufiq A. Lubis, Devi Arista Harahap, Maya Sari dan teman-teman stambuk 2008 yang tidak bisa disebut satu persatu yang selalu memotivasi dan mendo’akan saya dalam

penyelesaian skripsi ini.

13.Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan motivasinya.

Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah penulis terima dari berbagai pihak, penulis mengucapkan terima kasih semoga Allah SWT

memberikan rahmat yang berlimpah kepada kita semua.Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca serta dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah Ilmu Pendidikan.

Medan, November 2012

Penulis

(9)

ABSTRAK

Muciani Sulistiwa, NIM. 108341016. “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Budaya Melayu Pada Anak Usia Dini 4-6 Tahun di PAUD Cendana Kecamatan Pantai Labu”. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Medan. 2013.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi pendidikan karakter melalui budaya melayu pada anak usia dini 4-6 tahun di PAUD Cendana Kecamatan Pantai labu.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter melalui budaya melayu pada anak usia dini 4-6 tahun di PAUD Cendana Kec. Pantai Labu.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan pendidikan karakter, antara lain dikemukakan (1). Narwanti (2011:14) “Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang bermartabat”, (2). Teori budaya melayu menurut Antonius (2010:13) mengemukakan “Bahwa Melayu itu ; (a). Islam, yang sifatnya universal dan demokratis bermusyawarah, (b).Berbudaya, yang sifatnya nasional dalam bahasa, sastra, tari, pakaian, dan lain-lain.(c). Beradat, yang sifatnya regional”.

Penelitian ini menggunakan metode kulitatif dan subjek dalam penelitian ini adalah seluruh tutor PAUD Cendana yang berjumlah 5 orang, penulis menjadikan tutor sebagai subjek karena mengingat usia anak yang berumur 4-6 tahun. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.Data yang terkumpul dianalisis dengan langkah reduksi data, display data dan menarik kesimpulan.

(10)
(11)

2.2.1. Ciri-ciri Khas Budaya Melayu 29

2.2.2. Kehidupan Orang Melayu 29

2.3. Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini 32

2.4. Kerangka Konseptual 38

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian 40

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 40

3.3. Sumber Data 41

3.4. Batasan Istilah 41

3.5. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data 41

3.6. Teknik Analisis Data 47

3.7. Pengecekkan Keabsahan Penelitian 48

BAB IV. PAPARAN DATA, TEMUAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Paparan Data 51

1.1.1.Gambaran Singkat dan Latar Belakang PAUD Cendana 51

1.1.2.Peserta Didik 52

1.1.3.Pendidik / Tenaga Kependidikan 53

1.1.4.Jadwal Belajar 53

1.1.5.Visi dan Misi PAUD Cendana 53

1.1.6.Struktur Organisasi PAUD Cendana 54

1.1.7.Sarana dan Prasarana 56

(12)

1.2.1.Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Budaya Melayu pada Anak UsiaDini 4-6 tahun 58

1.2.2.Pembahasan 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 71

B. Saran 72

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 : Indikator keberhasilan sekolah dan kelas dalam pengembanganpendidikan budayadan karakter

bangsa 16

Tabel 2.2 : Contoh Indikator membangun karaktermelalui

budaya melayu di Sumatera Utara 31 Tabel 3.1 : Kisi-kisi Observasi Untuk Kegiatan Pendidik 43

Tabel 3.2 : Kisi-kisi Observasi Kegiatan Kelompok Bermain 45

Tabel 3.3 : Waktu Penelitian 51

Tabel 4.1 : Daftar sarana dan prasarana 57

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Persoalan budaya dan karakter bangsa kini mendapat perhatian dari

banyak pihak.Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian masa, kehidupan

ekonomi yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan sebagainya. Kondisi masih jauhnya bangsa ini dari cita-cita yang ditujunya antara lain bersumber dari karakter yang dimiliki bangsa ini. Pada masa

sekarang ini, sifat-sifat kepahlawanan, perilaku mengutamakan kepentingan masyarakat luas dan mempertahankan keutuhan bangsa sering kali bergeser

kearah sifat-sifat yang mementingkan kepentingan individu dan kelompok.Akibatnya, berlansung kekeliruan orientasi yang merusak tatanan

kehidupan berbangsa di Negara ini.Fenomena merosotnya karakter berbangsa di tanah air ini dapat disebabkan lemahnya pendidikan karakter dalam meneruskan nilai-nilai kebangsaan pada saat alih generasi.Disamping

itu, lemahnya implementasi nilai-nilai karakter dilembaga-lembaga pemerintahan dan kemasyarakatan di tambah arus globalisasi telah

mengaburkan kaidah-kaidah moral budaya bangsa yang sesungguhnya bernilai tinggi.Akibatnya, perilaku-perilaku tidak normatif semakin jauh merasuk ke dalam dan berakibat merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa

(15)

Berbagai alternatif penyelesaian diajukan seperti peraturan, undang-undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang

lebih kuat.Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi masalah budaya dan karakter bangsa adalah melalui pandidikan. Pendidikan

dalam arti luas adalah suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuan, nilai dan sikap serta

keterampilan.

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa “ Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”Menurut Jhon Dewey dalam

Muslich (2011:67) “Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan

fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.”

Pendidikan mencakup kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih.Dalam kegiatan tersebut terjadi usaha untuk mentransformasikan

nilai-nilai dalam kehidupan manusia. Nilai tersebut antara lain nilai-nilai religi, kebudayaan, sains dan teknologi, seni dan keterampilan. Nilai-nilai

(16)

kebudayaan yang dimiliki masyarakat.Dengan demikian inti pendidikan adalah belajar, tanpa belajar tidak ada kegiatan pendidikan. Proses

pembelajaran merupakan aktivitas pendidikan yang diupayakan oleh pendidik agar pada diri peserta didik berkembang kegiatan dalam suasana

belajar tertentu untuk mencapai keberhasilan pendidikan sebagaimana dikehendaki, yaitu pribadi yang berkarakter cerdas.

Tujuan pendidikan nasional berasal dari berbagai akar budaya bangsa Indonesia terdapat dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003. Dalam Undang-undang Sisdiknas tersebut, dikatakan “Pendidikan nasional

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.”

Menurut Keosoemo (2007:45) “Tujuan pendidikan adalah untuk

menciptakan kesejahteraan lahir dan batin, terbentuknya manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

berbudi pekerti luhur, sejahtera lahir dan batin, terampil dan memiliki jiwa kebangsaan.

Membangun karakter (character building) adalah proses

mengukir atau memahat jiwa sedemekian rupa, sehingga berbentuk unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain. Namun

(17)

langsung dirasakan sesaat setelah pendidikan tersebut diberikan, melainkan merupakan proses panjang yang harus dimulai sejak dini pada anak-anak

dan baru akan dirasakan setelah anak-anak tersebut menjadi dewasa.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala

sesuatu yang dilakukan pendidik, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik.Pendidik membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini

mencakup keteladanan perilaku pendidik, cara pendidik berbicara atau menyampaikan materi, cara pendidik bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 dikenal jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. Jalur

pendidikan nonformal salah satunya adalah Kelompok Bermain yang merupakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).Usia dini ini merupakan masa keemasan (the golden age) namun sekaligus periode yang sangat kritis

dalam tahap perkembangan manusia. Dari hasil penelitian BPPNFI REGIONAL I (2010:1) mengungkapkan “Bahwa sampai usia 4 tahun

tingkat kapabilitas kecerdasan anak telah mencapai 50%. Pada usia 8 tahun mencapai 80%, dan sisanya sekitar 20% diperoleh pada anak berusia 8 tahun keatas.”

Tujuan diselenggarakan kelompok bermain adalah untuk membantu meletakkan dasar-dasar kearah perkembangan sikap,

(18)

sejak dini sebagai persiapan untuk hidup, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya termasuk siap memasuki pendidikan dasar.Dengan demikian

kelompok bermain merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh institusi atau lembaga yang mempunyai program dalam mengembangkan

potensi-potensi dalam bentuk kegiatan bermain.

Oleh sebab itu, pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia

dini bahkan sejak dalam kandungan sangat menentukan derajat kualitas kesehatan, intelegensi, kematangan emosional dan produktifitas manusia pada tahap berikutnya. Dengan demikian investasi pengembangan anak usia

dini merupakan investasi sangat penting bagi Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan memiliki karakter dimasa mendatang.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (permendiknas) No. 58 tahun 2009 mengatur tentang Standart Pendidikan Anak Usia Dini. Didalamnya menjelaskan tentang standart tingkat pencapaian

perkembangan, standart pendidik dan tenaga kependidikan , standart isi, proses dan penilaian yang menjadi salah satu pedoman dalam

penyelenggaraan kelompok bermain dalam membangun karakter anak melalui budaya lokal. Untuk penyelenggaraan kelompok bermain dalam membangun karakter anak melalui budaya lokal ini baru difokuskan pada

kegiatan PAUD untuk kelompok usia 4-≤ 6 tahun.

Untuk membangun karakter anak serta mencintai budaya lokal

(19)

membangun karakter anak melalui budaya lokal sehingga diharapkan di masa mendatang anak-anak Indonesia menjadi anak yang berkualitas dan

memiliki karakter yang baik dan dapat diunggulkan sekaligus mencintai budaya bangsanya sehingga mampu menghadapi persaingan yang semakin

ketat serta pengaruh negative dari budaya asing. Anak Indonesia diharapkan tidak hanya memiliki kecerdasan tetapi juga karakter yang baik yang sesuai

dengan nilai-nilai budaya bangsa.

Pada penyelenggaraan kelompok bermain dalam Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Budaya Melayu di PAUD Cendana Kec.Pantai

Labu ini untuk melengkapi kegiatan pengembangan model PAUD tahun 2010 yang sumber dananya berasal dari Anggaran Biaya Tambahan (ABT)

BPPNFI Regional I. Pengelola/penyelenggara Kelompok Bermain di PAUD Cendana Kec. Pantai Labu, mempelajari model penyelenggaraan Kelompok Bermain dalam menumbuhkan karakter anak melalui budaya melayu.

Selanjutnya mereka mengidentifikasi bentuk-bentuk budaya setempat mengenai makanan, tarian, permainan, tokoh, lagu-lagu yang selanjutnya

dijadikan dasar penyusunan kurikulum.

Adapun berbagai karakter dalam penyelenggaraan kelompok bermain di PAUD Cendana Kec. Pantai Labu adalah membangun karakter

anak melalui budaya lokal yaitu budaya melayu yang jujur, disiplin, mandiri, semangat kebersamaan dan cinta tanah air. Dalam implementasi

(20)

karena sesuai dengan lokasi tempat di mana PAUD Cendana itu berdiri mayoritas penduduknya 80% suku melayu. Oleh sebab itu penyelenggara

PAUD Cendana Kecamatan Pantai Labu menerapkan materi dan kurikulum dalam penyelenggaraan kelompok bermain meliputi lima aspek

perkembangan yaitu nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional yang dikaitkan dengan membangun karakter. Materi

mengacu kepada budaya melayu sedangkan kurikulum disusun berdasarkan acuan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 tahun 2009 tentang standar perkembangan anak usia dini.

Berdasarkan pengkajian-pengkajian literatur dari BPPNFI REGIONAL I (2010:2), wawancara langsung dengan pengelola Kelompok

Bermain dan pengamatan di lapanganmenemukan pembentukan karakter anak belum terstimulasi dengan baik dari segi religi, mandiri, jujur, disiplin mandiri, semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Dalam hal ini

ditemukannya anak-anak lebih senang makanan seperti KFC dan makanan cepat saji lainnya daripada makanan-makanan tradisional seperti Halua,

Pulut Kuning, Nasi Manis, Gule Masam, Anyang dan makanan melayu lainnya. Kemudian anak-anak lebih menyukai permainan playstation, video game dan lain sebagainya daripada permainan Pecah Piring dan Congklak.

Selain itu juga terdapat berbagai masalah pada strategi belajar sambil bermain dalam implementasi Pendidikan Karakter melalui Budaya

(21)

belum mengenal pembelajaran kebudayaan melayu melalui permainan , cerita rakyat, makanan, pakaian, tarian dan lagu-lagu daerah. Strategi

pembelajaran yang digunakan pendidik masih belum mengarah kepada pendidikan karakter, dalam hal ini pendidik kurang memiliki pengetahuan

dan keterampilan sesuai dengan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam membangun karakter. Kemudian anak-anak kurang

termotivasi dalam kegiatan kelompok bermain, hal ini dapat dilihat adanya kurang perhatian pendidik terhadap kelemahan belajar anak yang membutuhkan perhatian khusus, berdasarkan pengamatan terdapat 30%

anak yang aktifdan 70% anak-anak yang pasif dalam kegiatan belajar sambil bermain. Kemudian adanya para pendidik masih membatasi ruang gerak

bermain anak dengan kata-kata larangan, seperti pada kata awas, jangan, tidak boleh. Dalam hal ini ditemukannya pendidik melarang anak bermain puzzle dengan membentak anak untuk jangan mengambil permainan

tersebut.

Jika masalah tersebut masih berlanjut maka besar kemungkinan

akan ada kerugian-kerugian tertentu yang akan dialami anak-anak, misalnya : kurangnya motivasi anak usia dini dalam mengikuti pembelajaran pendidikan karakter melalui budaya melayu, dan adanya anak usia dini

menjadi kurang aktif, kreatif, inovatif, dan produktif.

Namun jika masalah-masalah di atas dapat diatasi sesegera

(22)

termotivasi dalam mengikuti pembelajaran pendidikan karakter melalui budaya melayu dan anak-anak menjadi aktif, kreatif, inovatif, dan produktif.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Implementasi Pendidikan Karakter

Melalui Budaya Melayu Pada Anak UsiaDini 4-6 Tahun Di PAUD

Cendana Kecamatan Pantai Labu”.

1.2. Identifikasi Masalah

Sebagaimana telah diterangkan dalam latar belakang masalah

tentang masalah yang diteliti, maka yang akan menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut :

1. Masih adapendidik PAUD yang belum memahami pembelajaran dengan

basis kebudayaan, terutama buidaya melayu melalui;permainan, cerita rakyat, makanan, pakaian, tarian dan lagu-lagu daerah, yang dapat

dijadikan sebagai sarana pendidikan karakter.

2. Strategi pembelajaran yang digunakan pendidik masih belum mengarah

kepada pendidikan karakter, padahalmelalui budaya melayu pendidikan karakter dapat dilaksanakan.

3. Anak-anak kurang termotivasi dalam kegiatan belajar melalui bermain,

(23)

4. Para pendidik masih membatasi ruang gerak bermain anak dengan kata-kata larangan, seperti pada kata-kata awas, jangan, tidak boleh.

1.3. Fokus Penelitian

Agar masalah yang dirumuskan tidak simpang siur tetapi terarah, maka perlu diadakan fokus penelitian.Pembatasan masalah dilakukan dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu, tenaga, dana, dan alat-alat

yang diperlukan. Jadi fokus penelitian dalam penelitian adalah sebatas mengenai “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Budaya Melayu

Pada Anak Usia Dini 4-6 Tahun Di PAUD Cendana Kecamatan Pantai

Labu”.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka

penulis mengangkat rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Budaya

(24)

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Budaya Melayu Pada Anak Usia 4-6 Tahun Di

PAUD Cendana Kec. Pantai Labu.

1.6. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan kepada pendidik dalam menyelenggarakan Pendidikan Karakter Melalui Budaya Melayu Pada Anak Usia 4-6

Tahun di PAUD Cendana Kec. Pantai Labu. Dan sebagai bahan

informasi bagi penyelenggara PAUD dan Pendiri Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) mengenai implementasi pendidikan karakter berbasis budaya melayu pada anak usia dini.

2. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan bagi penulis dalam menambah wawasan berfikir dan pengetahuan tentang implementasi pendidikan karakter berbasis budaya melayu anak usia dini. Dan sebagai sumber informasi dan

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka

diperoleh kesimpulan bahwa implementasi pendidikan karekter melalui budaya melayu di PAUD Cendana Kecamatan Pantai Labu dinyatakan

berhasil dalam kegiatan kelompok belajarnya, baik dipandang dari segi religius, jujur, disiplin, mandiri serta semangat dan cinta tanah air. Penyelenggara kelompok bermain mempelajari model pelaksanaan

kelompok bermain dalam menumbuhkan karakter anak melalui budaya melayu.Selanjutnya diidentifikasi bentuk-bentuk budaya melayu mengenai

makanan, terian, permainan, tokoh, lagu-lagu yang selanjutnya dijadikan dasar penyusunan kurikulum.

Dari pelaksanaan kegiatan kelompok belajar dapat dilakukan dengan

persiapan setting ruangan dan juga bahan-bahan yang diperlukan dalam proses kegiatan yang memanfaatkan budaya melayu. Dalam pelaksanaannya

juga terdapat strategi membangun kotmitmen antara orangtua, penyelenggara, pengelola, pendidik kelompok bermain serta dinas/instansi terkait.Kepada pendidik diberikan pemahaman untuk dapat melakukan

(26)

kegiatan yang dilakukan oleh anak dikelompok bermain sesuai dengan tema yang telah ditetapkan sehingga dapat ditindak lanjuti di dalam keluarga.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan penelitian berikut ini

diuraikan saran peneliti sebagai berikut :

1. Tutor harus lebih terampil lagi dalam menyesuaikan metode

pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam membangun karakter anak melalui budaya melayu seperti bercerita/mendongeng, menyanyi, permainan tradisional dan tarian;

2. Dalam penyelenggaraan kegiatan kelompok belajar, tutor harus bisa memahami pertumbuhan dan perkembangan anak seperti memahami

tanda-tanda kelainan pada tiap aspek perkembangan anak, mengenal kebutuhan gizi anak sesuai dengan usia, dan mengenal keunikan anak;

3. Untuk lebih membangun karakter anak, sebaiknya pihak penyelenggara dan para orang tua harus saling berpartisipasi dalam

menerapkan karakter melalui budaya melayu seperti meminta orang tua menghadiri acara pertemuan orang tua atau memperlengkapi anaknya dengan pakaian dan makanan yang berciri khas budaya

(27)

4. Untuk media alangkah baiknya kalau dilengkapi lagi dengan media yang berciri khas dengan budaya melayu, yaitu memanfaatkan

Sumber Daya Alam yang ada di pesisir pantai seperti cangkang kerang, ciput, kepiting dan lainnya, untuk dijadikan media

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal Regional I 2010.Model Penyelenggaraan Kelompok Bermain dalam Membangun Karakter Anak Melalui Budaya Lokal. Medan : Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal.

Depdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Madya Duta.

Hadiyati, N. 2011.Kebudayaan Melayu dalam

(http://pointofauthorities.blogspot .Com/2011/11/Kebudayaan-melayu.html, diakses 14 November 2011).

Gutami. 2010. Pendidikan Karakter pada PAUD, dalam (http: //

www.pendidikan Karakter.pdf, diakses 20 November 2011).

Koentjaraningrat. 1976. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan.

Koesoema A, Doni. 2007. Pendidikan Karakter :Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern. Jakarta : Grasindo

Kahl, J.A. 1968. The Measurement of Modernism.A Study of Values in Brasil and Mexico, Austin, University of Texas Press.

Megawangi, Ratna. 2008. Pengembangan Program Pendidikan Karakter Di Sekolah: Pengalaman Sekolah Karakter dalam

(http://pustaka.ut.ac.id/Pdfartikel/TlG101.pdf, diakses 20 Julu 2011 Pukul 11.20 WIB).

Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter (Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional). Jakarta : Bumi Aksara.

Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter (Integrasian 18 nilai Pembentuk karakter dalam Mata Pelajaran). Yogyakarta : Familia (Grup Relasi Inti Media).

Pusat Kurikulum. 2009. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.Yogyakarta : Pedoman Sekolah

(29)

Santoso, Soegeng. 2009. Dasar-dasar Pendidikan TK. Jakarta : Universitas Terbuka.

Simanjuntak, Bungaran. A.2010. Melayu Pesisir dan Batak Pegunungan (Orientasi Nilai Budaya).Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Gambar

Tabel 2.1 :

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan(1) ciri-ciri perencanaan pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini berbasis karakter pada PAUD Trajumas di Purworejo, (2) ciri-ciri

Persepsi pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan anak usia dini (PTK-PAUD) terhadap pendidikan anak usia dini (PAUD) di wilayah kota Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi pengenalan calistung pada anak usia dini di sentra persiapan PAUD Terpadu Alam Berbasis Karakter Sayang Ibu

Penelitian ini berfokus pada kondisi objektif mengenai pemahaman guru PAUD di sekolah penyelenggara inklusi tentang implementasi asesmen untuk anak usia dini dengan hambatan

Peran guru dalam menang- gulangi karakter negatif yang muncul pada anak usia dini yang tinggal di daerah pesisir pantai di TK Dharma Wanita ini adalah dengan selalu

Implementasi pendidikan karakter berbasis moderasi beragama pada anak harus dimulai sejak awal pada usia emas, karena usia dini adalah masa yang tepat untuk memberikan

Berkaitan dengan hal tersebut PAUD Al-Amien Gungung Eleh Kedungdung Sampang, menggunakan berbagai macam metode dalam pembentukan karakter anak usia dini di antaranya pembiasaan,

Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini PAUD Pendidikan anak usia dini PAUD adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan